Harimau sumatra
Harimau sumatra di
Tierpark, Berlin, Jerman
Status konservasi
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Carnivora
Famili: Felidae
Genus: Panthera
Temminck, 1844
Sinonim
sebelumnya P. t.
sumatrae Pocock, 1929
Asal-usul
Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang dikenal
sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun
yang lalu semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, “The Natural
History of Wild Cats”). Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia
di Tiongkok dan Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah
hutan Asia Tengah di barat dan barat daya menjadi harimau kaspia. Sebagian lagi
bergerak dari Asia Tengah ke arah kawasan pergunungan barat, dan seterusnya
ke Asia Tenggara dan Kepulauan Sunda, sebagiannya lagi terus bergerak ke barat
hingga ke India.[butuh rujukan]
Ciri-ciri
Harimau sumatra merupakan harimau yang memiliki ukuran terkecil.[4] Harimau sumatra
mempunyai warna paling gelap di antara semua subspesies harimau lainnya, pola
hitamnya berukuran lebar dan jaraknya rapat dan juga berhimpitan. Harimau sumatra
jantan dewasa memiliki panjang rata-rata 92 inci dari kepala ke kaki atau sekitar 250 cm
panjang dari kepala hingga kaki dengan berat 300 pound atau sekitar 140 kg,
sedangkan tinggi dari jantan dapat mencapai 60 cm. Betinanya rata-rata memiliki
panjang 78 inci atau sekitar 198 cm dan berat 200 pound atau sekitar 91 kg. Belang
harimau sumatra lebih tipis daripada subspesies harimau lain. Warna kulit harimau
sumatra merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning
kemerah-merahan hingga jingga tua. Subspesies ini juga punya lebih banyak janggut
serta surai dibandingkan subspesies lain, terutama harimau jantan. Ukurannya yang
kecil memudahkannya menjelajahi rimba. Terdapat selaput di sela-sela jarinya yang
menjadikan mereka mampu berenang cepat. Harimau ini diketahui menyudutkan
mangsanya ke air, terutama bila binatang buruan tersebut lambat berenang. Bulunya
berubah warna menjadi hijau gelap ketika melahirkan.[butuh rujukan]
Habitat
Harimau sumatra pada tahun 1926.
Harimau sumatra hanya ditemukan di pulau Sumatra. Kucing besar ini mampu hidup di
manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak
tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman
nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian,
juga terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh
dunia. Harimau sumatra mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah
sebarannya seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan
pegunungan terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan
komersial, juga perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan.
Karena habitat yang semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki
wilayah yang lebih dekat dengan manusia, dan sering kali mereka dibunuh dan
ditangkap karena tersesat memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang
tanpa sengaja dengan manusia.[butuh rujukan]
Makanan
Makanan harimau sumatra tergantung tempat tinggalnya dan seberapa berlimpah
mangsanya. Sebagai pemangsa utama dalam rantai makanan, harimau
mempertahankan populasi mangsa liar yang ada di bawah pengendaliannya, sehingga
keseimbangan antara mangsa dan vegetasi yang mereka makan dapat terjaga. Mereka
memiliki indra pendengaran dan penglihatan yang sangat tajam, yang membuatnya
menjadi pemburu yang sangat efisien. Harimau Sumatra merupakan hewan soliter, dan
mereka berburu pada malam hari, mengintai mangsanya dengan sabar sebelum
menyerang dari belakang atau samping. Mereka memakan apa pun yang dapat
ditangkap, umumnya babi hutan dan rusa, dan kadang-
kadang unggas atau ikan. Orangutan juga dapat jadi mangsa, akan tetapi mereka
jarang menghabiskan waktu di permukaan tanah, sehingga jarang ditangkap harimau.
Harimau sumatra juga gemar makan durian.
Dalam keadaan tertentu harimau sumatra juga memangsa berbagai alternatif mangsa
seperti kijang (Muntiacus muntjac), kancil (Tragulus sp), beruk (Macaca
nemestrina), landak (Hystrix brachyura), trenggiling (Manis javanica), beruang
madu (Helarctos malayanus), dan kuau raja (Argusianus argus).[5]
Harimau sumatra juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu
mangsa. Luas kawasan perburuan harimau sumatra tidak diketahui dengan tepat, tetapi
diperkirakan bahwa 4-5 ekor harimau sumatra dewasa memerlukan kawasan jelajah
seluas 100 kilometer di kawasan dataran rendah dengan jumlah hewan buruan yang
optimal (tidak diburu oleh manusia).
Perkembangbiakan
Harimau sumatra dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari.
Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling
banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak
harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau
hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat
mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak
harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu
pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada
umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau sumatra dapat hidup selama
15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.
Ancaman
Seorang pria berpose bersama seekor harimau sumatra yang telah ditembak mati (foto antara 1890-1900).
Penegakan hukum
Pada tanggal 7 Agustus 2009, Satuan Polhut Reaksi Cepat dan Satuan
Sumdaling Polda Metro Jaya berhasil menggulung sindikat perdagangan kulit harimau
di Jakarta. Selain mengamankan 2 kulit harimau sumatra utuh, polisi juga menyita 6
awetan burung cendrawasih, 2 kulit kucing hutan, 12 awetan kepala rusa, 1 surili, 5
tengkorak rusa, 1 kepala beruang dan 1 kulit rusa sambar. Sindikat perdagangan satwa
langka itu diduga juga melibatkan sejumlah kebun binatang di Jawa dan Sumatra.
Terungkapnya sindikat perdagangan harimau dan satwa langka lainnya di Jakarta
tersebut membuktikan bahwa laporan Profauna tentang perdagangan harimau adalah
sebuah fakta. Fakta tersebut seperti fenomena gunung es, hanya tampak di
permukaannya. Fakta sebenarnya diyakini jauh lebih besar dari yang sudah terdeteksi.
Perlindungan