Anda di halaman 1dari 5

Babi rusa

Babi rusa

Babirusa sulawesi-utara 

Data

Waktu kehamilan 153 hari 

Taksonomi

Kerajaan Animalia

Filum Chordata

Kelas Mammalia

Ordo Artiodactyla

Famili Suidae

Genus '

Distribusi
Babi rusa[1] atau babirusa (') adalah marga binatang yang termasuk kerabat babi
liar, bertaring panjang yang mencuat dan melengkung di atas moncongnya, hidup
berkelompok di sekitar daerah rawa-rawa dan semak-semak, mencari makan pada
malam hari, pada siang hari tidur, makanannya terdiri atas umbi, akar, binatang
tanah, buah-buahan, dan kelapa yang jatuh. [1] Habitat babi rusa banyak ditemukan
di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan,
seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada
malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang.

Deskripsi fisik

Tengkorak babi rusa

Panjang tubuh babi rusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babi rusa berkisar
pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Jantan memiliki
taring yang mencuat ke atas, sedangkan taring pada betina kecil atau tereduksi. Taring
ini berasal dari gigi taring yang termodifikasi.[2] Taringnya panjang mencuat ke atas,
berguna melindungi matanya dari duri rotan.
Perilaku

Meskipun bersifat penyendiri, pada umumnya mereka hidup berkelompok dengan


seekor pejantan yang paling kuat sebagai pemimpinnya. Binatang yang pemalu ini bisa
menjadi buas jika diganggu. Babi rusa betina melahirkan satu sampai dua ekor satu kali
melahirkan. Masa kehamilannya berkisar antara 125 hingga 150 hari. Bayi babirusa itu
akan disusui selama satu bulan, setelah itu akan mencari makanan sendiri
di hutan bebas. Selama setahun babirusa betina hanya melahirkan satu kali. Usia
dewasa seekor babi rusa lima hingga 10 bulan, dan dapat bertahan hingga usia 24
tahun.
Rahang dan gigi mereka dilaporkan cukup kuat untuk memecahkan kacang sangat
keras dengan mudah. Namun, babi rusa tidak menunjukkan perilaku perakaran khas
suids lain karena tidak adanya tulang rostral di hidung. Mereka akan menyelidiki pasir
lembut serta basah, tempat berlumpur untuk makanan.[3]
Macam-macam perilaku babi rusa yang tercatat pada beberapa wilayah konservasi
adalah berbaring saat tidur, berjalan sambil meletakkan hidungnya ke tanah untuk
mencari makan disertai dengan suara-suara dengkuran kecil, berkubang di lumpur atau
air, dan saat kawin.
Pada waktu kawin, babirusa betina akan datang ke arah panas matahari dan jantan
akan mengikuti yang betina dengan hidung di dekat daerah kelamin sang betina
dengan mengeluarkan suara decakan 3-5 kali per detik. Jantan yang bersifat dominan
akan langsung mengikuti betina dan mengambil alih. Jika betina tidak berada dalam
masa oestrus maka jantan maka yang jantan akan mengabaikannya, sedangkan jika
yang betina sedang dalam atau akan memasuki masa oestrus maka betina akan lebih
sering lari dan menjauhi yang jantan dan bersembunyi di balik babirusa lain. Saat
kawin, yang betina akan lebih sering berbaring di tanah untuk menunda proses kawin,
dan saat jantan mengejar betina, yang jantan akan mengangkat wajahnya dengan
tatapan tajam untuk memperingati jantan lainnya untuk tetap menjauh.
Taksonomi
Babirusa memiliki tiga subspesies yang masih ada saat ini dan diakui. Bentuk (tiga)
bentuk kehidupan digambarkan sebagai berikut:

1. B. babyrussa, babi rusa 'berbulu' atau 'emas' diketahui hanya dari pulau Buru
dan Taliabu, Sulabesi (tempat sekarang punah) dan, mungkin, Mangole di
Kepulauan Sula. Ini adalah subspesies terkecil,dan sebaliknya ditandai dengan
rambutnya yang panjang dan tebal, yaitu berwarna putih, emas krem, hitam atau
emas dengan pantat hitam. Bagian atas taring jantan biasanya pendek dan
ramping, dengan alveolus ke depan diputar, sehingga lower canine melintasi
upper di lateral view.
2. B. togeanensis, babi rusa Kepulauan Togian adalah, seperti namanya
menyarankan, terbatas pada Kepulauan Togian, di antara semenanjung utara
dan Sulawesi Tengah. Ini adalah subspesies terbesar. Hal ini juga ditandai
dengan kepemilikan rambut, meskipun tidak lebih tebal dan panjang. Bagian
atas juga lebih gelap daripada bagian di bawah bagian dan coklat muda, coklat
atau hitam. Gigi taring bagian atas jantan biasanya pendek, ramping dan agak
diputar ke depan, dan selalu konvergen.
3. B. celebensis, ini tentu hanya diketahui dari utara semenanjung dan bagian timur
laut daratan Sulawesi, termasuk lepas pantai pulau Lembeh. Ini adalah satu-
satunya subspesies yang harus dipertahankan penangkarannya pada saat ini
dan karena itu yang paling akrab. Jantan dewasa Ukuran tubuh cukup besar
(meski lebih kecil dari subspesies sebelumnya), mulai dari 60 dan 100 kg.
Wanita sekitar 30% lebih kecil. ini Biasanya dianggap telanjang, meski pada
kenyataannya rambut tubuhnya hanya pendek (0,5-1,0 cm), jarang dan
berwarna coklat tua di atas kulit abu-abu. Gigi taring bagian atas dari jantan
umumnya panjang dan tebal, dan alveoli ditanam secara vertikal, sehingga
taring atas muncul secara vertikal dan tidak disilangkan oleh kanin bawah, dan
konvergen di hampir semua kasus.[5]

Konservasi
Mereka sering diburu penduduk setempat untuk dimangsa atau sengaja dibunuh karena
merusak lahan pertanian dan perkebunan. Populasi hewan yang juga memangsa larva
ini kian sedikit hingga termasuk dalam daftar hewan yang dilindungi. Jumlah mereka
diperkirakan tinggal 4000 ekor dan hanya terdapat di Indonesia.
Sejak tahun 1996 hewan ini telah masuk dalam
kategori langka dan dilindungi oleh IUCN dan CITES. Namun masih sering dijumpai
perdagangan daging babi rusa di daerah Sulawesi Utara. Karena itu, pusat penelitian
dan pengembangan biologi LIPI bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat
beserta Departemen Kehutanan dan Universitas Sam Ratulangi mengadakan program
perlindungan terhadap hewan langka ini. Perlindungan tersebut meliputi pengawasan
habitat babi rusa dan membuat taman perlindungan babi rusa di atas tanah seluas 800
hektare.
Babi rusa itu diberikan perlindungan penuh di bawah hukum Indonesia pada tahun
1931. Spesies telah disertakan pada Appendix I CITES sejak tahun 1982, meskipun
perdagangan internasional spesies ini tidak dianggap telah menjadi isu penting dalam
beberapa kali. Ada dua kawasan lindung di Buru hutan hujan yang tersisa, Gunung
Kelpat Muda (1380 km²) dan Waeapo (50 km²), dan satu di Taliabu, Pulau Taliabu
(700 km²). Gunung Kelpat Muda, ke bagian barat-tengah pulau. memiliki keuntungan
tambahan untuk terus menjadi perlindungan hewan menurut adat setempat.
Operasi penebangan komersial skala besar telah menjadi ancaman utama bagi spesies
ini. Ancaman saat ini ke hutan hujan Buru tersisa rendah dan prospek konservasi relatif
stabil, tetapi tetap rentan. Babi rusa terus diburu untuk daging di beberapa tempat oleh
masyarakat desa non-Muslim lokal.[3]

Karakteristik
 Perbedaan antar jenis babi rusa ini terletak
pada ukuran, rambut, tengkorak dan gigi.[6]
 Terdapat gigi taring pada jantan, taring ini tumbuh dari rahang
atas menembus hidung dan melengkung.[6] Fungsi dari taring ini belum diketahui
dengan pasti, karena struktur taring ini sangat rapuh sehingga tidak dapat
digunakan untuk pertarungan antar jantan.[6]
 Bersifat omnivora, hewan ini mengkonsumsi daun, akar, buah,
hewan invertebrata dan hewan kecil vertebrata
 Babi rusa mencapai tingkat kematangannya pada umur 5-10 bulan.
 Siklus estrus pada babi rusa betina selama 28-42 bulan, dengan
periode kehamilan selama 150-157 hari.
 Babi rusa betina memiliki 2 bari payudara untuk menyusui bayi babi yang baru lahir,
waktu pemberian susu kepada bayi babi adalah selama 6-8 bulan.
 Babi rusa dapat hidup hingga umur 24 tahun

Habitat
Habitat dari hewan ini meliputi hutan hujan tropis di tepi sungai dan kolam yang
tertutup vegetasi.[6] Hewan ini hidup secara berkelompok, dengan jumlah 8
(delapan) individu per kelompoknya[6] dan mereka berinteraksi dengan cara saling
menjilati.[6] Babi rusa jantan dewasa yang lebih tua sering diamati secara tunggal dan
sebagian besar kelompok yang terdiri dari lima atau lebih sedikit hewan, yang sebagian
besar adalah perempuan dengan yang masih muda.[3]

Anda mungkin juga menyukai