OLEH
KUPANG
2020
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rusa merupakan salah satu alternatif sebagai hewan yang mempunyai potensi untuk
ditingkatkan statusnya mengingat ketersediaannya yang meluas hampir di setiap
pulau di Indonesia dan rendahnya kandungan lemak dalam venison (dagingnya) serta
keunggulan lain berupa hasil ikutan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.
Peternakan rusa telah dikenal dan berkembang semenjak lama di luar negeri, terutama
di daerah-daerah sub-tropis seperti Australia, New Zealand, Cina, Amerika dan lain-
lain. Penelitian yang dilakukan di New Zealand menunjukkan bahwa, peternakan rusa
di negara tersebut menjadi penyumbang devisa terbesar dibandingkan dengan
peternakan sapi potong, sapi perah dan domba (Subekti, 1995 dan Aliambar 2000).
Sebenarnya pengembangan rusa di Indonesia sampai saat ini masih menimbul kan
perdebatan. Kelompok pertama menganggap rusa termasuk golongan satwa langka
yang harus dilindungi, sehingga apabila dilakukan pengembangan secara komersial
akan menyebabkan kepunahan. Kelompok kedua, justru menganggap rusa merupakan
hewan dengan nilai ekonomi yang tinggi, sehingga perlu dikembangkan secara
komersial untuk memberikan manfaat bagi masyarakat. Kelompok ini berdalih,
pengembangan secara komersial justru dapat menjaga rusa dari kepunahan.
Saat ini keberadaan rusa sambar semakin terancam. Hal tersebut dikarenakan semakin
luasnya pembukaan kawasan hutan menjadi non-hutan yang menyebabkan
habitat rusa sambar semakin terdesak, selain itu perburuan liar yang terus
berlangsung semakin mempercepat penurunan populasi rusa sambar di habitat
alaminya. Dalam upaya untuk mengurangi tekanan-tekanan terhadap kehidupan rusa
sambar di alam, terutama akibat perburuan liar maka perlu ditingkatkan kegiatan-
kegiatan konservasi ex-situ yang salah satu diantaranya melalui kegiatan penangkaran
rusa sambar.
B. Tujuan
II. ISI
5
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Mammalia
Ordo: Artiodactyla
Upaordo: Ruminantia
Famili: Cervidae
6
Upafamili: Cervinae
Genus: Cervus
Spesies: C. unicolor
1. Rusa sambar
Rusa sambar (disebut juga rusa sambur, sambhur, Tamil: Kadaththi man), adalah
jenis rusa besar yang umum berhabitat di Asia. Spesies yang umum memiliki ciri
khas tubuh yang besar dengan warna bulu kecoklatan. Sambar dapat tumbuh setinggi
102 cm - 160 cm sampai bahu dengan berat sekitar 546 kg. Sambar umumnya
berhabitat di hutan dan bergantung pada tanaman semak atau rerumputan. Mereka
umumnya hidup dalam kelompok dengan anggota 5 - 6 anggota banyak terdapat di
Pulau Sumatera danKalimantan di Indonesia.
2. Rusa bawean
7
5. Rusa totol
Rusa totol (Axis axis) merupakan hewan herbivora yang menyukai segala jenis
tumbuhan terutama rumput dan dedaunan. Rusa totol dewasa (pubertas) pada umur
10-15 bulan (rusa betina) dan pada jantan pada umur 12-16 bulan (pada jantan).
Seekor rusa betina akan bunting selama 234 hari, dan mempunyai jarak antar
kelahiran sekitar 275 hari. Usia rusa yang menjadi ikon Istana Bogor ini berkisar
antara 20-30 tahun.
Reproduksi adalah suatu proses biologi yang terjadi antara jantan dan betina
dengan tujuan membentuk satu individu baru di dalam kehidupannya. Perbandingan
yang ideal di dalam suatu penangkaran adalah 1 : 4 atau 5 yaitu 1 individu jantan dan
4 atau 5betina. Berahi menandakan bahwa betina telah mengalami dewasa kelamin
dan bersediamenerima pejantan dalam perkawinan. Tanda-tanda berahi pada betina
adalah nafsumakan berkurang, tidak tenang, berdiri tenang apabila dinaiki pejantan
atau sesamabetina, sering kencing, mencium dan menjilat alat kelamin
jantan, vulva (alat kelaminbetina paling luar) terlihat membengkak, merah, dan
apabila dipegang terasa hangat.Tanda-tanda berahi pada jantan adalah sering
meraung, berkubang, menancapkan ranggah ke tanah atau pohon, bahkan sering
mencium dan membaui urine yang dikeluarkan rusa betina sambil menjulurkan lidah.
Lama berahi pada rusa diamati mulai dari permulaan timbulnya keinginan untuk
kawin hingga saat terakhir yakni 2,25 hari dengan siklusberahi 20,25 hari.
Rata-rata lama kawin 2,33 detik dengan frekuensi kawin 2,14 kali/hari. Permulaan
pembuahan pada rusa sulit diketahui, sehingga yang dijadikan tolok ukur dalam
menentukan kebuntingan adalah perilaku setelah terjadi perkawinan dimana terlihat
rusa betina lebih tenang, perut sebelah kanan membesar, susu (ambing) menurun, dan
selalu menolak atau menghindar apabila didekati pejantan. Rata-rata lama bunting
9
pada rusa timor 8,38 bulan dan umur kebuntingan pertama 17,00 bulan. Aktivitas
kelahiran (partus) pada rusa sama seperti halnya mamalia lainnya, terdiri dari tiga
tahap yakni kontraksiuterus, pengeluaran anak (foetus), dan pengeluaran placenta.
Rusa timor termasuk golongan beranak tunggal dan rata-rata umur beranak pertama
25,50 bulan dengan interval kelahiran pertama dan kedua 13,25 bulan.
III. KESIMPULAN
Dalam mendukung perlindungan dan pemanfaatan rusa sambar secara lestari maka.
Menteri Pertanian mengeluarkan Surat Keputusan nomor 362/kpts/TN, 120/5/1990
padatanggal 20 Mei 1990 yang isinya diantaranya memasukkan rusa sebagai
kelompok aneka ternak yang dapat dibudidayakan sebagaimana ternak lainnya,
termasuk juga tentang pengaturan ijin usahanya (Jacoeb, 1994). Dalam hal
pemanfaatannya hampir semua bagian dari rusa dapat dimanfaatkan. Sehingga ternak
dapat dikelompokkan dalam salah satu komoditas yang sangat ekonomis. Dengan
adanya perkembangan rusa sebagai komoditas aneka ternak diharapkan dapat
memnuhi kebutuhan masyarakat akan permintaan daging dan dapat menanggulangi
terjadinya kepunahan ternak rusa. Namun penggunaan ternak rusak sebagai
komoditas rusa juga harus memperhatikan konservasinya di habitatnya serta menjaga
animal welfare ternak rusa.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dradjat, A.S. 2002. Potensi Biologi dan Reproduksi Rusa Sebagai Hewan
Ternak.Seminar Prospek Penangkaran Rusa di Indonesia. Yogyakarta.
Jacoeb, T.N., Wiryosuhanto, S.D. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa. Penerbit
:Kanisius. Yogyakarta.
Ma’ruf, A., Atmoko, T., Syahbani, I. 2006. Teknologi pengakaran rusa sambar
(Cervusunicolor) di Desa Api-api Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan
Timur.
Semiadi, G., Nugraha, R.T.P. 2004. Panduan Pemeliharaan Rusa Tropis. Puslit
BiologiLIPI. Bogor.