Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DAUN


GRINSINGAN (Hyptis suaveolens) L. POIT
BERDASARKAN ELEVASI YANG BERBEDA

Sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian tugas akhir

Oma Rosanti Keba


1706050059

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal Penelitian denganjudul ‘Analisis Senyawa Metabolit Sekunder


Daun  Grinsingan (Hyptis suaveolens) L. Poit Berdasarkan Ketinggian Elevasi
Yang Berbeda’yang disusun dan diajukan oleh Oma Rosanti Keba, NIM 17060500
59 telahdiperiksa dan disetujuiuntukdiseminarkan.

Disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. M. T. L. Ruma Drs. Djefry Amalo, M.Pd


NIP.19670416 199303 2 002 NIP. 196011261993031002

Mengetahui:

Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan


Teknik Universitas Nusa Cendana

Dr. Refli, M.Sc.


NIP. 19650526 199103 1 002
ABSTRAK

Gringsingan (Hyptis suavelolens) (L.) Poit merupakan tumbuhan invasive dengan


penyebaranya sangat luas serta dianggap sebagai gulma pengganggu bagi tanaman
lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui senyawa metabolit sekunder
yang terkandung pada daun gringsingan (Hyptis suaveolens) (L.) Poit berdasarkan
elevasi berbeda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Skrining
Fitokimia, yaitu uji kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, triterpenoid /steroid,
saponin, dan uji antrakuinon. Data yang diperoleh di analisis secara deskriptif
kualitatif dan kuantitatif dan ditabulasi dalam bentuk tabel dan gambar.

Kata kunci: Gringsingan, metabolit, sekunder, skrining, fitokimia.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih dan
Penyayang atas berkat dan rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan Proposal ini dengan baik. Penulis menyadari betapa
besarnya dukungan dari sesama pembimbing dan membantu penulis selama
penyelesaian proposal ini.
Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan proposal ini, telah banyak
bantuan dan perhatian serta saran yang penulis terima. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-
tulusnya dan rasa hormat yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Sains dan Teknik UNDANA beserta seluruh jajaranya yang
telah mendukung dan melancarkan penulisan proposal ini.
2. Bapak Dr. Refli M.Sc, selaku ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan
Teknik UNDANA, yang telah banyak membantu dan melancarkan penulisan
proposal penelitian ini.
3. Ibu Dra. M. T. L. Ruma, M.Si selaku pembimbing 1 dan Bapak Drs. Djeffry
Amalo.,M.Pdselaku pembimbing 2 yang telah meluangkan waktu dan pikiran
dalam membimbing penulis selama penulisan poposal penelitian ini.
4. Bapak Dr. Refli, M.Sc. selaku penguji 1, Bapak Dr. Ir. Alfred O.M.Dima, M.Si
selaku penguji 2 dan Bapak Roni S. Mauboy, S.Si, M. Si selaku penguji 3 yang
telah memberikan dan bimbingan kepada penulis.
5. Teman-teman angkatan 2017 dan keluarga tercinta.
6. Semua pihak yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan proposal penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa proposal yang disususn masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dari pembaca. Atas
bantuan dan kerja sama yang baik dari semua pihak, penulis mengucapkan terima
kasih.
Kupang, 28/09/2021
Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................


LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................i
ABSTRAK ..............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................v
DAFTAR TABEL .................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................viii
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN.........................................................ix
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. LatarBelakangMasalah.............................................................................1
B. RumusanMasalah.....................................................................................4
C. TujuanPenelitian.......................................................................................4
D. ManfaatPenelitian.....................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................5
A. Kajian Pustaka .........................................................................................5
B. Penelitian yang Relevan.........................................................................11
BAB III. METODE PENENLITIAN ...................................................................16
A. Waktu dan Tempat.................................................................................16
B. Alat dan Bahan.......................................................................................16
C. Desain Penelitian....................................................................................16
D. ProsedurKerja.........................................................................................17
E. Analisis Data..........................................................................................21
BAB IV. PENUTUP .............................................................................................22
A. AlirPenelitian........................................................................................22
B. JadwalPenelitian....................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penelitian yang relevan dan sudah dilaksanakan....................................10


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tumbuhan Grinsingan...........................................................................4


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 .....................................................................................................
Lampiran 2 .....................................................................................................
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

g Gram
HCl Asam klorida
mL Milliliter
N Normalitas
NaOH Natrium hidroksil
% Persen
FeCl3 Besi klorida
H2SO4 Asam sulfat
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan hutan tropis besar ketiga di dunia (setelah
Brasil dan Zaire). Keanekaragaman hayati merupakan basis berbagai pengobatan
dan penemuan industri farmasi di masa mendatang. Jumlah tumbuhan berkhasiat
obat di Indonesia diperkirakan sekitar 1. 260 jenis tumbuhan. Tumbuhan
menghasilkan metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan, zat
pewarna, penambahan aroma makanan, parfum, inteksida dan obat. Ada 150. 000
metabolit sekunder yang sudah diidentifikasi dan 4. 00 metabolit sekunder setiap
tahun. (Yuhernita & Juniarti, 2011).
Tumbuhan yang digunakan sebagai obat sangat beragam. Famili yang
umumnya digunakan sebagai obat yaitu famli Lamiceae dan merupakan suku yang
memiliki keanekaragaman jenis tinggi dan penyebarannya cukup luas (Handayani,
2015). Spesies dalam famili lamiceae biasanya digunakan sebagai bahan obat
karena mengandung berbagai senyawa kimia yang diduga memilki manfaat untuk
merawat berbagai macam penyakit. Berbagai penelitian membuktikan bahwa
ekstrak dari spesies famili lamiceae mampu menghambat bakteri Citrobacter
freundi dan Microccocus luteus (Sharma etal, 2013), sebagai prospek
antiproliferasi sel kanker MCF-7 secara invitro (Gezici et al, 2017), menurunkan
viabilitas sel kanker hepatoma G2 (Ozkan etal, 2011) dan antioksidan (Gezici
dkk.,2017). Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa organik yang berasal dari
sumber alami tumbuhan yang memberikan efek fisiologis terhadap makhluk hidup,
pada umumya merupakan senyawa bioaktif. Senyawa ini sangat berperan dalam
mempertahankan kehidupan organisme. Senyawa metabolit sekunder dapat berupa
alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid dan tanin(Rizal,2011).
Gringsingan (Hiptis suaveolens L.) Poit adalah salah satu jenis dari famili
lamiceae yang berasal dari Amerika Tropis, namun sekarang sudah tersebar luas
diseluruh dunia (Barbosa et al.,2013). Di Indonesia dapat tumbuh dengan
ketinggian 1300 meter dari permukaan laut. Hyptis suaveolens L. Poit berupa
tumbuhan herbal tegak, berumur pendek, bercabang banyak dan sering berkayu
pada bagian pangkalnya (Steenis, 2006). Tumbuhan ini digolongkan sebagai
tumbuhan gulma atau tumbuhan pengganggu yang tersebar di sepanjang pinggiran
jalan maupun hutan (Azevedo et al., 2001,2002).
Menurut Moreira (2009) menunjukan bahwa kandungan minyak atsiri pada
tumbuhan grinsingan sangat berpengaruh nyata dalam penghambatan jamur dari
spesies espergilus. Adapun hasil analisis dari beberapa daerah yang menunjukkan
kandungan senyawa antimikroba pada daun grinsingan yakni polifenol (0,050 %),
alkaloid (14,32%), flavonoid (12,24 %), tanin (0,52%), saponin (0,30%) dan
minyak atsiri (Endeoga et al,.2006) dan (Nantitanon et al,.2006). Endeoga et al
atau dkk (et al bhs Ing ; dkk bhs Ind)
Di Nusa Tenggara Timur (NTT) tumbuhan grinsingan banyak ditemukan
dilahan-lahan terbuka seperti dikebun, hutan dan juga sepanjang pinggiran jalan.
Untuk daerah kota Kupang tumbuhan ini tersebar luas dan sangat banyak
ditemukan di mana saja. Adapun tempat-tempat atau lahan yang banyak ditumbuhi
grinsingan yaitu di sepanjang pinggir jalan area Bimoku, Belo, Naioni dan Alak.
Grinsingan (Hyptis suaveolens L.) Poit belum dianggap masyarakat sebagai
tumbuhan obat, karena tumbuhan ini merupakan gulma atau tumbuhan
pengganggu tanaman lain.
Mali dkk (2020) telah melakukan penelitian mengenai grinsingan akan tetapi
umumnya hanya membahas pemurnian komponen penyusun minyak atsiri yang
terkandung di dalam grinsingan. Untuk komponen penyusun minyak atsiri adalah
trans-caryophillene,1,8-cineole, caryophyllene oxide 3-cyclohexene-1 ol, 4 methyl-
1-1 dan 2,7,11 cyclotetradecatrien-ol. Dengan komponen utamanya adalah trans-
kalyophillene (16,47%).
Menurut Endeoga dkk.(2006 ) dan Mary dkk (2013), flavonoid merupakan
salah satu kandungan kimia terbesar dari tumbuhan hyptis suaveolens. Obat herbal
memerlukan standarisasi, keamanan dan efekasinya sehingga perlu penetapan
parameter kandungan kimia lain.
Berdasarkan uraian diatas, belum terdapapt penelitian yang berkaitan dengan
senyawa fitokimia dari daun gringsingnan lokal timor menggunakan pelarut
etanol. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian mengenai “Analisis Kandungan
Senyawa Metabolit Sekunder Daun Grinsingan (Hyptis suaveolens ) L. Poit
Berdsarkan Ketinggian Elevasi”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang menjadi masalah dalam penelitian ini
adalah kandungan metabolit sekunder apa saja yang terkandung dalam daun
grinsingan (Hyptis suaveolens) L. Poit berdasarkan ketinggian elevasi?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan metabolit
sekunder yang terkandung dalam daun gringsingan (Hyptis suaveolens L.) Poit
berdasarkan ketinggian elevasi.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu informasi penting bagi
akademika universitas nusa cendana kupang dan juga bagi masyarakat sehingga
dapat meamnfaatkan gringsingan sebagai tumbuhan obat.
2. Sebagai bahan informasi kepada peneliti selanjutnya yang terkait dengan
penelitian ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Botani Gringsingan
Grinsingan (Hyptis suaveolens L.) Poit adalah salah satu jenis dari famili
Lamaiceae yang berasal dari Amerika Tropis, namun sekarang sudah tersebar
luas di seluruh dunia (Barbosa et.,2013).

Gambar 2.1. Gringsingan (David, 2015)


a. Morfologi tumbuhan grinsingan
Grinsingan (Hyptis suaveolens L.) Poit merupakan tumbuhan berupa
herba tegak, tingginya mencapai 1,5 meter bercabang banyak, berbau keras
dan berkayu, batangnya kasar, berbulu panjang sekitar 2-5 cm, helaian daun
bentuk bulat telur oval, ujung runcing, pangkal tumpul, tepi daun bergerigi,
panjang daun hingga 2-4 cm, lebar daun 1-3 cm, pertulangan daun menyirip
menjalar, permukaan daun berbulu halus dan berwarna hijau, bunganya
majemuk dan warna ungu, terminal di ketiak daun, bentuk tandan, tiap ujung
segi memanjang seperti duri. Sedangkan buahnya keras bentuk kapsul,
permukaan berbulu hijau atau cokelat, memiliki biji bulat, kecil dan
berwarna cokelat kehitaman. Akarnya serabut berwarna kuning kecokelatan
(Tjitrosomo,1983; Raizada, 2006;).
Gringsingan mengalami pertumuhan secara vegetatif dan generatif.
Petumbuhan vegetatif merupakan pertambahan volume, jumlah, bentuk dan
ukuran organ-organ vegetatif seperti daun, batang dan akar yang dimulai dari
terbentuknya daun pada proses perkecambahan hingga awal terbentuknya
organ generatif. Sedangkan pertumbuhan generatif adalah pertumbuhan
organ generatif yang dimulai dengan terbentuknya primordia bunga hingga
buah masak (Gardner, et. al., 2008).
b. Klasifikasi Tumbuhan Grinsingan
Menurut Steenis (2006) klasifikasi tumbuhan Grinsingan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Devisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Familia : Lamiaceae
Genus : Hyptis
Spesies : Hyptis suaveolens (L.) Poit
c. Nama Lokal Tumbuhan Grinsingan
Di Indonesia Grinsingan memiliki sebutan yang berbeda-beda
menurut bahasa daerahnya masing-masing, diantaranya : Kuna busuk,
kunpa mate (Toba); Ruku-ruku utan, sumengit (Sumatera Timur); Jukut bau,
karang bau (Sunda); Basinan, Lampesan grinsingan (Jawa Tengah);
Komandhin (Madura) (Anonim 2007). Sedangkan sebutan grinsingan dalam
bahasa daerah di NTT yaitu : kafi, kunfamate (Amarasi); rukunu rote
(Sabu); kalawu (Sumba); kai hane (Rote); kunfois (Timor Dawan); bapa
kenoreh (Alor), kai hane (Rote) (Mali F., dkk., 2020).
2. Ekologi Tumbuhan Grinsingan
Grinsingan merupakan tumbuhan liar di pinggir – pinggir jalan, kebun
atau di semak-semak. Grinsingan dapat tumbuh di dataran rendah hingga
pegunungan dengan ketinggian 10 m hingga 1.000 mdpl. Tumbuhanyang
berasal dari Amerika tropis (Lohani et al., 2011), merupakan tumbuhan
menahun, serta banyak ditemukan pada lahan yang cukup mendapatkan cahaya
matahari.Gringsingan salah satu dari Famili Lamiceae merupakan suku yang
memiliki keanekaragaman jenis tinggi dan penyebaran yang cukup luas
(Handayani, 2015).
3. Kandungan Grinsingan
Dari beberapa penelitian tumbuhan gringsingan memiliki senyawa
metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat. Menurut Moreira
(2010) dan Edeoga et al., (2006), daun gringsingan mengandung beberapa
senyawa aktif seperti minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, fenol, saponin, steroid,
dan tanin.
Minyak atsiri memiliki manfaat sebagai antiradang, antiserangga, anti-
inflamasi, antiflogistik, afrodisiak, dan dekongestan. Flavonoid berfungsi
sebagai antioksidan untuk mengendalikan radikal bebas, antivirus,
antimikroorganisme, melancarkan peredaran darah, antiradang, memulihkan sel
sel liver dan pereda sakit.Steroid digunakan sebagai antibakteri, anti inflamasi
dan obat pereda nyeri.Saponin memiliki fungsi mampu menghemolisis sel
darah, menurunkan kolesterol, dan mencegah penyempitan pembuluh darah
(Hazimi, H, 2018). Hanya marga saja singkatan tidak ditulis, periksa yang lain
Menurut Mali dkk (2020), Komponen penyusun minyak atsiri Hyptis
suaveolens L Poit asal pulau Timor adalah trans caryophillene, 1,8cineole, cary
ophylleneoxide,3 cyclohexene 1ol, 4methyl 11 dan 2,7,11 cyclotetradecatrin1ol  
Dengan komponen utamanya adalah transcaryophillene (16,47%).
4. Manfaat Grinsingan (Hyptis suaveolens L.) Poit
Hyptis suaveolens dapat dimanfaaatkan sebagai obat kutu air, secara
tradisional diggunakan untuk pencuci luka dan peluruh haid (Mulyani,1991).
Tumbuhan ini di India di kenal sebagai wilayati tulsi yang kegunaannya untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Daun digunakan untuk stimulan,
karminatis sudorifik (penginduksi keluarnya keringat), pelancar ASI dan
menyembuhkan penyakit parasit kulit. Gringsingan juga dapat digunakan
sebagai obat tumor, malaria, sakit kepala, kanker,sakit perut, demam kuning,
rematik, analgesik, antipasmodik, sembelit, uretritis, antisudorifik, depuratif,
menghilangkan batuk, epistaksis, mual, bisa juga digunakan sebagai membasmi
serangga (Prince et al., 2003).
5. Senyawa Fitokimia
Senyawa fitokimia adalah senyawa kimia yang terdapat secara alami
dalam tanaman atau tumbuhan. Istilah fitokimia dalam tumbuhan yang pada
dasarnya termasuk dalam kimia bahan alam. Untuk menguraikan komposisi
kandungan kimia golongan senyawa metabolit sekunder dalam tanaman yang
berkhasiat sebagai bahan obat dilakukan penapisan fitokimia (Hanani, 2016).
Skrining fitokimia merupakan cara untuk mengidentifikasi bioaktif yang belum
tampak melalui suatu tes atau pemeriksaan yang dapat dengan cepat
memisahkan antara bahan alam yang tidak memiliki kandungan fitokimia
tertentu. Metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian
warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna. Hal yang berperan penting
dalam adalah pemilihan pelarut dan metode ekstaksi (Kristianti dkk.,2008).
Penapisan fitokimia adalah suatu tahap seleksi awal untuk mendapatkan
golongan senyawa kimia yang terdapat pada tumbuhan. Golongan senyawa
pada tumbuhan diuraikan sebagai berikut :
a. Alkaloid
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang banyak
ditemukan di alam. Ciri khas alkaloid adalah mengandung satu atom N yang
bersifat basa dan pada umumnya merupakan bagian dari cincin heterosiklik.
Senyawa alkaloid kebanyakan berbentuk padatan dan berwarna putih, ada
juga yang berupa cairan yaitu nikotin, ada juga yang berwarna kuning,
seperti berberin dan serpentin, sedangkan kolkisin dan risinin merupakan
alkaloid yang bersifat tidak basa. (Hanani, 2016).
b. Flavonoid
Flavonoid sering dijumpai dalam bentuk glikosida. Umumnya
flavonoid ditemukan berikatan dengan gula membentuk glikosida yang
menyebabkan senyawa ini lebih mudah larut dalam senyawa polar, seperti
metanol, etanol, butanol, dan etil asesat. Fungsi flavonoid bagi tumbuhan
adalah sebagai zat pengatur tumbuhan, pengatur proses fotosintesis dan
antiinsektisida. Fungsi flavonoid bagi manusia yaitu sebagai zat antimikroba
dan antivirus. Flavonoid dihasilkan oleh jaringan tumbuhan sebagai respon
terhadap infeksi atau luka yang kemudian menghambat fungsi
menyerangnya. (Hanani, 2016).
c. Terpenoid
Istilah “terpen” berasal dari bahasa Jerman “terpentin” atau bahasa
inggris “turpentine”. Nama terpen digunakan lebih luas untuk senyawa
yang memiliki rumus C5H8. Senyawa terpenoid diektraksi dari simplisia
tumbuhan menggunakan pelarut yang bersifat nonpolar (eter, heksana, dan
kloroform) seedangkan dalam bentuk glikosida umumnya dari triterpe,
kelarutannya lebih besar dalam pelarut polar (etanol, metanol). (Hanani,
2016).
d. Tanin
Tanin merupakan suatu senyawa polifenol yang tersebar luas dalam
tumbuhan, dan pada beberapa tanaman terdapat dalam jaringan kayu seperti
kulit batang, dan jaringan lain yaitu daun dan buah. Sifat tanin sebagai
astrigen dapat dimanfaatkan sebagai antidiare, menghentikan pendarahan
dan mencegah peradanagan terutama pada mukosa mulut, serta digunakan
sebagai antidotum pada keracunan logam berat dan alkaloid. Tanin juga
digunakan sebagai antiseptik karena adanya gugus fenol. (Hanani, 2016).
e. Saponin
Saponin adalah suatu senyawa yang memiliki bobot molekul tinggi
atau terbesar dalam beberapa tumbuhan dan merupakan bentuk glikosida
dengan molekul gula yang terikat dengan aglikon triterpen atau steroid.
Saponin juga merupakan senyawa yang bersifat racun karena dapat
menyebabkan terjadinya hemodialisis. (Hanani, 2016).
6. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan campuran dengan
menggunakan pelarut sesuai yang terdapat dalam tanaman tersebut. Tujuan
ekstraksi adalah untuk menarik komponen-komponen kimia yang
didasarkan pada prinsip perpindahan massa zat terlarut yang akan berdifusi
masuk ke dalam pelarut (Agustini, 2014). Beberapa hal yang dapat
mempengaruhi efesiensi ekstraksi yaitu bahan yang akan digunakan,
pemilihan pelarut, dan metode yang digunakan harus tepat untuk
mendapatkan hasil yang maksimal (Sarker et al, 2006). Bahan-bahan yang
akan diekstrak biasanya berupa bagian tanaman yang utuh dan telah melalui
proses pengeringan, penghalusan hinga berbentuk bubuk atau serbuk
(Sembiring, 2007).

7. Meserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan
(kamar). Maserasi bertujuan untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan
pemanasan maupun yang tidak tahan pemanasan. Maserasi merupakan cara
ekstraksi yang paling sederhana (Istiqomah, 2013). Meserasi umumnya
dilakukan dengan perendaman selama 24 jam, kemudian diganti dengan pelarut
baru. Kelebihan metode ini yaitu tidak perlu dilakukan pemanasan sehingga
bahan alami tidak rusak atau terurai (Susanty dan Bahcmid, 2016). Adapun
kelemahan metode ini yaitu membutuhkan waktu ekstraksi yang lama, pelarut
yang banyak dan ada kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak dapat di
ekstrak (Sarkeret al, 2006). Metode ini dilakukan dengan memasukan serbuk
tanaman dan pelarut yang sesuai kedalam wadah inert yang tertutup rapat pada
suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan Ketika tercapai kesetimbangan antara
konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman.
Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian relevan merupakan suatu penelitian sebelumnya yang sudah
dilakukan dan dianggap cukup relavan. Berikut beberapa penelitian yang
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel2.1. Penelitian yang relevan dan sudah dilaksanakan

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Aji Suteja, 2018 Identifikasi Senyawa Hasil dari penelitian ini dari


Metabolit Sekunder tiga jenis daun
Pada Daun Durian durian yaitu jenis  tembaga,
(Durio Zibethinus bakul, Sp A. terdapat
Murr) beberapa jenis senyawa
metabolit
sekunder yang terdiri dari
alkaloid, steroid, dan
terpenoid, untuk 
terpenoid analisa skrining
fitokimia menggunakan
kromatografi lapis tipis
dengan menunjukan nilai
RF pada tiga jenis daun
durian, terdiri dari jenis
tembaga, bakul, Sp. A
dengan pelarut methanol :
etil asetat dengan
perbandingan 3:1 untuk
nilai RF pada durian
tembaga 0,97, pada durian
bakul 0,95 padan durian Sp.
A 0,94.
2 Chatri,M.,dkk., Perbandingan Berdasarkan hasil 
(2017) Komponen Minyak penelitian diperoleh
Atsiri Antara Daun komponen kimia
Muda dan Daun dari minyak atsiri H.
Dewasa Pada Hyptis Suaveolens L.Poit pada
Suaveolens L. Poit daun muda lebih banyak
daripada daun dewasa.
Pada daun muda terdapat
50 komponen, sedangkan
daun deawasa hanya
terdapat 37 komponen.
3 Fahimil, I.,2013 Uji AntimikrobaEkstra Berdasarakan penellitian
ks Hyptis Suaveolens T yang dilakukan, ekstrak
erhadap Pertumbuhan daun H.suaveolens mampu
Jamur Colletotrichum menghambat pertumbuhan
Gloeosporoides Secara  jamur C.gloeosporoides.
In-Vitro Konsentrasi yang
berbedamemberikanpengar
uh yang
berbedanyataterhadap
pertumbuhanjamur C.
gloeosporoides,
dimanasemakintinggikonse
ntrasiekstrak daun H.suave
olens,
semakinbesarhambatanpert
umbuhanjamur C.
gloeosporoides.
3 (Mali F., dkk., Analysis of Timor’s Komponenpenyusun
2020) Hyptissuaveolens L minyakatsiriHyptissuav
Poit Leaves eolens L Poitasalpulau
Timor adalah trans cary
ophillene,1,8cineole, ca
yophyllene
oxide,3cyclohexene-1ol,
4methyl 1 dan 2,7,11 cy
clotetrad catrien-1-
ol Dengankomponen Ut
amanyaadalah
transcaryophillene (16,47%
).
MinyakdaunGringsinganas
al Timor memberikan senya
wachemotypebaruyaitu:
senyawaphenol-2-methoxy
(0,80%), transcaryopillene
(16,47%), α-gurjunne
(0,85%), phenol-2,4-bis
(2,87%), 1-hexadecene
(0,56%), α-cedrol (1,29%)
dan cembrene(0,62%) yang
tidakditemukan pada
tanamanasal Negara
ataudaerahlain.
4 Oscar, A.S.,dkk Skrining Fitokimia, Hasil skriningfitokimia
(2019) AktivitasAntioksidan menunjukkan ekstraketanol
Dan Biologi In mengandung tanin, fenilpro
Vitro EvaluasiEkstrak panoid dan cou-marin dan
DaunHyptisSuaveolen ekstrak airnya mengandung 
s (L.) Dari Selatan saponin,tanin dan flavo-
Meksiko noids.

5 Wahid,A.,dkk Justifikasi EkstrakTa Hyptis yang mengandung


(2010) naman LamiaceaeSeb senyawa yang
agaiProspekObat diduga berfungsi sebagai
obat misalnya alkaloid,flav
onoid,tannin dan fenol,.
Senyawa-senyawa tersebut
dijumpai pada Hyptis
suaveolens

6 Barbosa, Variabilitas Kimia dan Terlihat bahwa ekstrak ben 


A,C,L.,2012 Biologis Aktivitas en dari akar H. Suaveolens 
Minyak Atsiri dari mencegah Pertumbuhan ja
Hyptis suaveolens L. murpatogen Helminthospor
Poit iumoryzae . Investigasi
fitokimia dari komponen
kimia Kondisi ekstrak ini
menghasilkanisolasi dari β -
sitosterol, asam oleanolic,
dan peltoboykinoli triterpen
asam. Aktivitas antijamur
dari asam yang
diisolasidievaluasi terhadap 
Helminthosporium
oryzae ,dan inhi-
pertumbuhan miselium  tida
k signifikan (lebih rendah
dari10% pada 1000ppm). In
vestigasi lain dari ekstrak
akar telah mengisolasi
triterpen 3 β -hydroxylup-
20(29) -en-27-oic asam dan
3 β hydroxylup12 en 28 oic 
acid

7 Gomathi, M, R , Analisis Awal Fitokim Hasil fitokimia menunjukka


R, A., (2017) iadan Biologi Aktivitas  nberbagaijenisfitokimia kon
Hyptis Suaveolens (L.) stituensepertikarbohidrat, g
(Lamiaceae) ylcosides
coumerin, minyakesensial,
flavonoid, gugusfenolik,
kuinon, gula pereduksi,
saponin, steroid,
tanin,terpenoid,
xanthoprotein dan
pholobatanins terdapat
di Hyptissuaveolens ekstrak
daun. Sedangkan alkaloid,
asam amino, asamaromatik,
antrakuinon, antosianida,
glikosida dan triterpenoid
tidakada di semuapelarut
ekstrak H. suaveolens

8 Surahmaida dan Studi Fitokimia Ekstra Ekstrakmetanoldaunkeman


Umarudin. (2019 k gi mengandung
 DaunKemangi dan alkaloid, flavonoid, saponin
Daun Kumis Kucing ,terpenoid, steroid dan
Menggunakan Pelarut minyakatsiri.
Matanol Ekstrakmetanoldaun kumis
kucingmengandung flavono
id, saponin, tannin dan
minyakatsiri. Senyawa seny
awa fitokimiadaunkemangi
dandaun kumis
kucingberpotensialsebagai 
bahanobatataubahan lain
yang bermanfaat yang
dapatdiaplikasikantidakhan
yauntuk bidangfarmasisajan
amun juga di bidang
ilmu yang lain.
9 Yuhernita &  Analisis Senyawa Hasilnya memperlihatkan
Juniarti Metabolit bahwa ektrak metanol daun
Sekunderdari Ekstrak surian
Metanol Daun Surian mengandung alkaloid,
Yang flavonoid, polifenol dan
Berpotensi Sebagai  terpenoid. Semua metabolit
Antioksidan tersebut memiliki
kemampuan untuk
meredam 2,2-diphenyl-1-
picrylhydrazyl (DPPH).
Untuk melihat kemampuan
peredaman DPPH diukur
secara
spektrophotometri dan
memperlihatkan nilai IC
(4,80 ppm) yang relatif
lebih kecil dibandingkan
standar asam
askorbat (IC
50
50
= 9,23 ppm).

10 Niluh Puspita Uji Kualitatif Dan Hasil uji kualitatif


Dewi, 2020 Kuantitatif Metabolit menunjukkan bahwa daun
Sekunder Ekstrak awar-awar positif
Etanol Daun Awar- mengandung senyawa
Awar (Ficus septica alkaloid ditandai dengan
Burm.f) Dengan adanya endapan orange,
Metode flavonoid ditandai dengan
Spektofotometer UV- terbentuknya warna merah
VIS ungu, Tanin ditandai
dengan warna hijau
kehitaman dan Saponin
adanya busa yang stabil.
Hasil
Uji kuantitatif alkaloid
sebesar 0,16% b/b , saponin
sebesar 8,21% b/b, tanin
sebesar 68,76 % b/b dan
flavonoid sebesar 6,33 %
b/b.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian akan dilakukan pada bulan November – Desember 2021 di
Laboratorium Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang. Sampel daun Hyptis
suaveolens L. Poit diambil berdasarkan ketinggian 100, 200, 300 – 500 mdpl
daerah Kota Kupang, Camplong dan Soe
B. Alat dan Bahan
1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : gelas ukur, alumunium
foil, tabung reaksi, timbangan digital, pipet tetes, cawan porselen, blender,
pengayak, autoclave, dan rotary evaporator.
2. Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Daun (Hyptis
suaveolens ) yang diambil dari Soe, Camplong dan Kota Kupang, Etanol 95%,
HCl, Dragendrof, Pereaksi mayer, Pb asetat 10%, NaOH 20%, FeCl 3 5%,
Kloroform, Asam asetat glasial, H2SO4 pekat, kertas saring, dan kertas label.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara ekperimen dengan menggunakan analisis
krinensial (anova) dan metode skrining fitokimia yaitu uji kandungan alkaloid,
flafonoid, fenil propanoid, tanin, terpenoid, dan saponin. Teknik sampling yang
digunakan adalah porpossive sampling.
D. Prosedur Kerja
1. Mempersiapkan alat
Disiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian seperti, gelas ukur,
alumunium foil, tabung reaksi, timbangan digital, pipet tetes, cawan porselen,
blender, pengayak, autoclave, dan rotary evaporator.
2. Pengambilan sampel daun
Sampel daun gringsingan diambil berdasarkan ketinggian laut 100, 200, 300
sampai 500 mdpl di daerah Kota Kupang, Soe dan Camplong. Daun
gringsingan diambil secara manual dari bagian pucuk yaitu daun 2-7 dan 8-10
setelah itu daun dicuci sampai bersih dengan menggunakan air mengalir,
kemudian daun grinsingan dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dalam
suhu kamar selama 5 hari.
3. Pembuatan sampel
Bagian daun gringsingan yang sudah dikeringkan, dihaluskan menggunakan
blender hingga terbentuk serbuk, kemudian diayak dengan ayakan agar dapat
diperoleh serbuk yang halus. Setelah itu disimpan pada wadah yang sudah
disediakan. Sampel siap untuk dianalisis.
4. Ekstraksi
Preparasi sampel, daun yang sudah dikeringkan dihaluskan menggunakan
blender. Serbuk yang didapat siap digunakan untuk ekstraksi. Proses ekstraksi
menggunakan metode ekstraksi cara dingin yaitu metode maserasi dalam suhu
ruangan.
a. Disiapkan pelarut etanol 70% sebanyak 1 Liter dan serbuk daun gringsingan
sebanyak 100 gr.
b. Kemudian serbuk daun gringsingan dimasukan kedalam bejana maserasi dan
dilarutkan dengan pelarut etanol 95% sebanyak 1 Liter.
c. Setelah itu sampel diekstrak selama 72 jam (3 hari) dengan dilakukan
pengocokan manual setiap 12 jam selama 5 menit untuk diperoleh ekstrak
yang masih tercampur dengan pelarut. Filtrat disaring menggunakan kertas
saring untuk memisahkan filtrat dan maserat.
d. Filtrat yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu
ruangan sehingga dipreroleh ekstak kental (Yuda et al., 2017).
5. Meserasi
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol.
Sebanyak 100 gram simplia dari daun grinsingan dimaserasi menggunakan
pelarut etanol 95 % sebanyak 1 liter direndam dalam 24 jam dan dilakukan
remaserasi sebanyak tiga kali. Meserat di saring dan diperas dengan kain flanel,
ampas dibuang dan ukur hasil meserasi.Filtrat yang diperoleh kemudian
dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator dan suhu ruang 50ºC
hingga diperoleh ekstrak kenta.(Bachmid, 2016).
6. Skrining Fitokimia
Bahan penelitian adalah daun Hyptis suaveolens, kemudian dibersihkan
dengan air mengalir hingga bersih, lalu dikeringkan pada tempat yang tidak
terkena sinar matahari langsung kemudian di lakukan penguapan sehingga
didapatkan ekstrak dari daun grinsingan dan dimasukkan ke dalam wadah.
a. Uji alkaloid
Larutan uji sebanyak 2 ml di uapkan diatas cawan porselen sehingga
diperoleh residu.Residu kemudian dilarutkan dengan 5 mL HCl 2 N. Setelah
dingin, larutan disaring.Larutan yang didapat dibagi dalam 3 tabung reaksi.
Tabung 1 sebagai kontrol, tabung ke 2 ditambahkan 3 tetes pereaksi
dragendroff dan tabung ke 3 ditambahkan 3 tetes pereaksi mayer (melalui
dinding tabung). Terbentukya endapan jingga pada tabung ke 2 dan endapan
kuning pada tabung ke 3 menunjukan adanya alkaloid (Farnsworth, 1966
dalam Putri et al., 2015).
b. Uji flavonoid
Sebanyak 1 ml larutan uji masing-masing dimasukan ke dalam 3 tabung
reaksi. Tabung 1 sebagai kontrol, tabung 2 ditambah dengan1 mL larutan Pb
asetat (timbal asetat) 10%, positif  flavonoid jika terdapat endapan kuning.Ta
bung 3 ditambah dengan beberapa tetes NaOH 20% terbentuk  warna kuning 
jika mengandung flavonoid (Ugochukwu et al,2013).
c. Uji tanin
Sebanyak 2 ml larutan uji masing-masing dimasukan dalam 2 tabung
reaksi, tabung 1 sebagai kontrol dan tabung 2 ditambahkan beberapa tetes
larutan FeCl3 5%, tanda positif tanin jika terdapat warna hijau gelap/biru
(Robinson, 1991 dalam Putri et al., 2015)
d. Uji steroid
Larutan uji sebanyak 2 ml diuapkan dalam cawan penguap. Residu
dilarutkan dengan 0,5 ml kloroform, dipindahkan dalam tabung reaksi,
ditambahkan 0,5 ml, asam asetat anhidrat dan 2 ml asam sulfat pekat melalui
dinding tabung. Terbentukya cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan
larutan menujukan adanya triterpenoid, sedangkan bila muncul cincin biru
kehijauan menunjukan adanya steroid (Ciulei, 1984 dalam Putri et al., 2015)
e. Uji saponin
Sebanyak 4 ml larutan uji ditambahkan dengan 5 ml aquades, lalu dikocok,
lihat adanya busa yang stabil.Sedikit ekstrak ditambahkan 5 ml air, dikocok
dalam tabung reaksi, terbentuk busa stabil (busa tetinggi 1 cm selama 5
menit).4 ml larutan uji dimasukan dimasukan dalam tabung reaksi sebagai
kontrol (Depkes RI, 1995 dalam Putri et al., 2015).
f. Uji antrakuinon
Sebanyak 50 mg ekstrak ditambah 10 ml air kemudian dipanaskan selama 5
menit dan disaring. Sebanyak 3 ml larutan dimasukan kedalam 2 tabung
reaksi, tabung 1 ditamahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N bila positif
maka akan terbentuk larutan berwarna merah dan tabung 2 sebagai kontrol
(Putri et al, 2015).
E. Analisis Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar kemudian
dianalisis secara deskriptif kuantitatif
BAB IV

PENUTUP

A. Diagram AlirPenelitian

Persiapan Alat

Sterilisasi Alat

Pengambilan Sampel Daun

Pembuatan Sampel

Ekstraksi

Skrining Fitokimia

Uji Uji Uji Uji Uji Uji


Alkaloid Triterpe Saponin Antrakuinon
Flavonoid Tanin
noid /
Steroid

JadwalPenelitian :penelitianiniakan di laksanakan pada bulanjanuari– februari


2021
DAFTAR PUSTAKA

Agustini. 2018. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak daun secang terhadap Pertumbuhan
bakteri (Streptococcus mutans). Jurusan analisis Kesehatan. Poltekes Denpasar.

Azevedo, NR, Campos, IFP, Ferreira, HD, Portes, TA, Seraphin, JC, Realino De
Paula, J.,Santos, SC, Ferri, PH, 2002. Kemotipe minyak atsiri dalam hyptis
suaveolens dari bra-zilian cerrado. Sistematika dan Ekologi Biokimia 30, 205-
216.

Barbosa, L.C.A., Martins,F.T., Teixera, R.R., Polo M and Montanari, R.M., 2013.


Chemical Variability and Biological Activities of Volatile Oils from Hyptis
suaveolens (L.) Poit (Review Article). Agriculturae Conspectus Scientifus. Vol.
78, No.1: 1-10.
Bachmid. F,. dan Susanty. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi Dan
Refluks Terhadap Kadar Fenolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea Mays).Vol
5 No2: 2252-7311
Chatri, Moralita,Mansyurdin.,Amri Bakhtiar, Perriadnadi.2015. Potensi Minyak Atsiri
Hyptis Suaveolens L. Poit Dalam Menghambat Pertumbuhan Colletotrichum
Gloesporoides. Penyebab Penyakit Antaknosa Pada Cabai. Fakultas Farmasi.
Universitas Andalas Padang
Darmayanti, D.R. 2013. Uji  Efektivitas  Ekstrak  Daun  Hyptis  suaveolens (L) Poir.
terhadap  pertumbuhan bakteri Ralstonia  solaanacearum  secara in vitro.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.
David,2012.https://florafnq.wordpress. Com/2015/02/07/ hyptis suaveolens lamiaceae
/amp/.Diakses 7 Februari 2015.
Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
Dwidjoseputro, D.2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Edeoga, H.O., Omosun .G, and Uche L.C. 2006. Chemical Composition of Hyptis
suaveolens and Ociumum gratissimum hybrids from Nigeria.African Journal of
Biotechnology, 5(10) : 892-895.

Farnworth, N.R. 1966. Biological and Phytochemical Screening of Plant. Research


of Pharmaceutical Sciences, 55: 59.
Gardner, P.F., Pearce, R.B., dan Michell, 2008. Fisiologi Tanaman Budaya
Terjemahan Herawati Susilo UI. Jakarta.
Handayani. 2015. Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat Oleh Masyarakat Sekitar
Cagar Alam Gunung Simpang, Jawa Barat. Jurnal, Volume 1, (6). : 1425-1432.
Hanani, E. 2016. Analisis Fotokimia. Jakarta Penerbit buku kedokteran EGC
Hazimi, Hidayatul.,Fitmawatu.,Emrizal. 2018. Skrining Fitokimia Ramuan Obat
Pahit Suku Melayu Lingga Kepulauan Riau. Jurusan Biologi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.JurnalRiau Biologia, Vol.3(1) : 34 –
40.

Ilmi, Fahmi. 2013. Uji Antimikroba Ekstrak Hyptis suaveolens Terhadap


pertumbuhan Jamur Colletotrichum gloeosporides Secara In-Vitro. Skripsi.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Padang.

Kristianti, A.N,N.S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi. 2008. Buku Ajar


Fitokimia. Universitas Airlangga: Surabaya.
Mali, Ferdianus., Hermania Em Wogo., Reinner I. Lerrick. 2020. Analysis of Timor’s
Hyptis suaveolens(L.) Poit Leaves. Journal Kimia FST Undana, Indonesia,1(1),
46-57
Moriera A.C.P, Lima E.O., Wanderley P.A., Carmo E.S., & de Souza A.L., 2010.
Chemical composition and antifungal activity of Hyptis suaveolens (L.) Poit
leaves essential oil against Aspergillus species. Universidade Federal da
Paraíba, João Pessoa, PB, Brasil. 
Oppong, Anane K., dan Francais, 2002. Ghana  Country  Pasture/Forage Resource
Profiles. Ministry of Food and Agriculture, Accra-North, Ghana. 
Primayani, S.A., Moralita chatri. 2018. Efektifitas Ekstrak Hyptis suaveolens (L.) poit
Dalam Menghambat pertumbuhan Jamur Sclerotium rolfsii secara In-Vitro.
BIO SAINS, Vol. 1(1), 59-66.
Putri, W.S., Warditiani,  N.K.,  Larasanty,  L.P.F.  2015,  Skrining  Fitokimia  Ekstrak
Etil Asetat Kulit Buah Manggis (Garciniamangostana L.I), Fakultas
Matematika dan IPA, Universitas Udayana, Jimbaran.
Raizada, P. 2006. Ecological andvegetative characteristics of apotent invader, Hyptis
suaveolens Poit from India Lyonia (A Journalof Ecology and Application).
Vol.11 (2): 115-120.
Rizal. 2011. Pengolahan Data Penelitian Menggunakan SPSS 17.00. Jakarta. Cipta
Pustaka.
Robinson, T. 1991.  Kandungan  Organik  Tumbuhan  Tingkat Tinggi. Bandung :
Penerbit ITB.
Sarker, SD., & Nahar, L. 2007. Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi Bahan Organik,
Alam dan Umum, diterjemahkan oleh Rohman, A. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Setiana, Aisyah dan Ari Asnani. 2012. Kajian Sifat Fisikokimia Ekstrak Rumput Laut
Coklat Sargassum duplicatum Menggunakan Berbagai Pelarut dan Metode
Ekstraksi. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman.UNSOE
D. Purwokerto

Sembiring, B. 2007. Teknologi Penyiapan Simplasia Terstandar Tanaman Obat. 
Bogor. Vol 13

Shenoy C., M. B. P dan R. Kumar. 2009. Wound Healing Activity of Hyptis


suaveolens (L.) Poit (Lamiaceae). Department of Pharmacognosy and
Phytochemistry, K.L.E.S’s College of Pharmacy, Belgaum, Karnataka, India.

Sopianti, D.S., dan Dede, W.S. 2018. Skrining Fitokimia dan Profil KLT Metabolit
Sekunder dari Daun Ruku-ruku (Ocimum tenulflorum L.) dan Daun
Kemangi (Ocimum sanctum L). SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan,Vol.8
44-52
Steenis, V. 2006. Flora. Cetakan Kelima. PT.Pradya Paramita. Jakarta
Surahmaida dan Umarudin. 2019. Studi Fitokimia Ekstrak Daun Kemangi dan Daun
Kumis Kucing Menggunakan Pelarut Matanol.INDONESIAN CHEMISTRY
AND APPLICATION JOURNAL (ICAJ).Volume : 3; Number 1.
Susanty dan Bachmid, F. 2016. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan
Refluks Terhadap Kadar Penolik Dari Ekstrak Tongkol Jagung (Zea mays
L.).Konversi, 5(2): 87-93
Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. UGM. Yogyakarta.
Tjitrosomo, S. 1983. Botani Umum 4. Angkasa. Bandung
Trubus info Kit. 2010. Herbal Indonesia Berkhasiat: Bukti Ilmiah & Cara racik. PT.
Trubus Swdaya, Jakarta.
Ugochukwu, S.C., Arukwe,  U.I.,  Onuoha, I. 2013.  Preliminary  phytochemical
screening of different solvent extracts of stem bark and roots of Dennetia
tripetala G. Baker. Asian Journal of Plant Science and Research, 3(3), 10-13.
Yuda, Putu E.S.K., Erna Cahyaningsih., Ni Luh Putu Y. W. 2017. Skrining Fitokimia
dan Analisis Kromotografi Lapis Tipis Tanaman Petikan Kebo (Euphorbia
hirta L.). Jurnal Ilmiah Medicamento, Vol.3 (2), 61-70.

Yuhernita, Juniarti. Analisis Senyawa Metabolit Sekunder Dari Ektrak Metanol Daun
Surian Yang Berpotensi Sebagai Antioksidan.Makara sains, 2011, 15: 48-52

Anda mungkin juga menyukai