Anda di halaman 1dari 4

TUGAS ARTIKEL ANTIKORUPSI

PEMBERANTASAN KORUPSI DALAM PENGOLAAN SUMBER DAYA ALAM

(Andri A. Bulu Bani)

1706050071

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Kekayaan tersebut sudah
merupakan karunia dan Rahmat dari Allah yang maha kuasa. Pemerintah dalam hal ini, sebagai tokoh
untuk mengelola kekayaan alam tersebut untuk kesejahteraan masyarakatnya, bertugas
mempertanggungjawabkan untuk menjaga dan memelihara kekayaan tersebut.

Pemerintah juga harus sangat menjunjung tinggi perlindungan hukum bagi setiap warga negaranya,
sehingga diperlukan pemantapan-pemantapan terhadap sarana dan prasarana yang diperlukan guna
menopang pembangunan di bidang hukum. Dalam upaya untuk mencapai keberhasilan pembangunan
bidang hukum perlu didukung adanya peningkatan sarana dan prasarana serta peningkatan
pendayagunaannya, pemantapan, kedudukan dan peranana badan-badan penegak hukum merupakan
pihak yang berhubungan langsung dengan proses penegak hukumnya. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa antara pembangunan dan kejahatan atau pelanggaran hukum ada hubungan yang
erat. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan harus meliputi juga perencanaan perlindungan
.masyarakat terhadap pelanggaran hukum.

Korupsi merupakan suatu tindak kejahatan yang telah dianggap sebagai hal yang biasa, dengan dalih
“sudah sesuai prosedur”. Koruptor tidak lagi memiliki rasa malu dan takut, sebaliknya memamerkan
hasil korupsinya secara demonstratif. Politisi tidak lagi mengabdi kepada konstituennya. Sumberdaya
alam bukannya dijadikan alat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat banyak, melainkan menjadi
ajang untuk mengeruk harta dan ambisi pribadi. Padahal tindak pidana korupsi merupakan masalah
yang sangat serius, karena tindak pidana korupsi dapat membahayakan stabilitas dan keamanan Negara
dan masyarakat, membahayakan pembangunan social, politik dan ekonomi masyarakat, bahkan dapat
pula merusak nilai-nilai demokrasi serta moralitas bangsa karena dapat berdampak membudayanya
tindak pidana korupsi tersebut. Sehingga harus disadari meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak
terkendali akan membawa dampak yang tidak hanya sebatas kerugian Negara dan perekonomian
nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

B. Masalah

Berdasarkan paparan diatas, maka rumusan masalah dalam artikel ink adalah bagaimanakah upaya
pemberantasan korupsi dalam pengelolaan sumberdaya alam

C. Pembahasan

Sudah banyak studi yang menyimpulkan bahwa negara-negara (berkembang) dengan limpahan sumber
daya alam yang luar biasa justru terjebak pada korupsi yang sistemik. Benua Afrika adalah contoh yang
banyak menjelaskan fenomena kutukan SDA. Berbagai konsep telah diperkenalkan untuk
menggambarkan keadaan yang kontradiktif itu.

Logisnya, negara dengan kekayaan alam yang melimpah tentu dapat dengan mudah membangun untuk
kemakmuran rakyatnya. Namun faktanya tidak demikian karena korupsi yang menggurita justru banyak
terjadi di berbagai negara dengan kantong SDA yang sangat besar.

Indonesia pada era Orde Baru sangat menikmati era harga minyak dunia yang tinggi. Kita sebagai
produsen minyak kala itu mendapatkan income yang cukup besar, bahkan SDA menjadi tulang punggung
pendapatan negara. Namun kita semua pasti paham bagaimana rezim Orde Baru dikelola. Korupsi yang
massif terjadi bersamaan dengan eksploitasi besar-besaran atas SDA kita. Hal ini berbeda dengan nasib
negara miskin SDA yang lebih banyak mengandalkan pajak rakyatnya sebagai pemasukan utama, namun
sebaliknya, negara-negara ini dikenal sebagai negara yang lebih bersih dari korupsi.

Mengapa demikian? Fenomena ini bisa dijelaskan dalam kerangka rent seeking behavior dan level
akuntabilitas vertical pejabat public di negara-negara kaya SDA dan yang bergantung pada pajak.
Penjelasannya, SDA merupakan sesuatu yang given dari alam, dan pejabat negara memiliki otoritas
penuh untuk mengaturnya, tanpa banyak campur tangan dari pihak luar, termasuk warga negara.
Karena itu, otoritas negara untuk mengatur, baik itu ijin atas eksplorasi dan eksploitasi melahirkan
perilaku perburuan rente.

Maka dari itu, berbagai perusahaan tambang berlomba-lomba menyuap pejabat negara, dengan nilai
yang kadang sangat fantastis untuk mendapatkan ijin atau kontrak. Pada saat yang sama, isu
pengelolaan SDA adalah isu yang kompleks, rumit dan sangat teknis sehingga banyak warga negara yang
tidak terlalu memahaminya. Karena adanya gap pengetahuan yang lebar, fungsi pengawasan menjadi
tidak berjalan efektif.

Sementara itu, kontribusi warga negara terhadap negara tidak terlalu dapat dijelaskan pada negara yang
kaya SDA, sehingga tuntutan warga atas negara juga tidak terlalu tinggi. Hal ini berbeda dengan situasi di
negara yang penghasilan utamanya berasal dari pajak. Karena warga yang membayar pajak, dan
berkontribusi langsung kepada negara, maka warga negara memiliki ikatan yang lebih kuat, dan
sekaligus basis legitimasi yang memadai untuk menuntut pertanggungjawaban pengelolaan sumber
daya publik kepada pejabat negara. Barangkali, hal inilah yang juga menyebabkan negara-negara yang
bergantung pada pajak rakyat dikenal sebagai negara yang lebih bersih.

Indonesia sendiri sebenarnya telah beranjak dari negara yang tergantung pada pendapatan sektor SDA
ke negara yang mendorong pemasukan pajak lebih besar. Hal itu sudah terlihat dari beberapa tahun
belakangan, dimana kontribusi pajak untuk pembangunan memiliki porsi yang lebih besar dibandingkan
pendapatan sektor lain, termasuk SDA. Namun demikian, karena SDA di Indonesia juga masih sangat
besar, maka pemberantasan korupsi pada sektor ini bisa dilakukan setidaknya dengan menggunakan
dua pendekatan. Pendekatan pertama adalah penguatan sistem antikorupsi pada pengelolaan sektor
SDA. Kombinasi penegakan hukum dan penyediaan early warning system pada proses terbitnya ijin dan
kontrak dari negara kepada sektor swasta bisa membantu menekan praktek suap.

Sedangkan pendekatan kedua adalah melalui strategi pengurangan eksploitasi atas SDA secara bertahap
dan mengganti ketergantungan atas SDA pada sumber-sumber lain yang lebih berjangka panjang. Dalam
hal ini, kebijakan atas sektor energi sebagai misal dapat diterapkan untuk mengurangi korupsi. Misalnya
saja, mengganti ketergantungan pada batu-bara sebagai sumber utama pembangkit listrik dengan
sumber matahari. Pada saat kebijakan negara diterapkan untuk mengurangi penggunaan batu-bara,
secara otomatis perilaku perburuan rente pada industri batu-bara bisa dikurangi. Namun sayangnya,
Indonesia nampaknya masih berkutat pada pendekatan pertama, yang efektifitasnya masih terus
dipertanyakan luas karena korupsi yang seakan tak berhenti pada sektor SDA.

D. Tindak Pidana Hukum

Menurut UUD 1945 Amandemen Pasal 1 ayat (3) : Indonesia ialah Negara Hukum. Sebagaimana
layaknya suatu negara hukum, maka kepentingan masyarakat banyak harus mendapat perlindungan dari
pemerintah, seperti tersebut dalam Alinea IV UUD 1945 Amandemen : ”...untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia ...” . Perlindungan tersebut
selanjutnya merupakan hak-hak warga negara yang diatur dan dijabarkan dalam dalam berbagai
peraturan perundang-undangan. Warga negara berhak untuk hidup aman , damai, tenteram , terhindar
dari berbagai tindakkejahatan. Bilamana terjadi tindak kejahatan, maka aparat penegak hukum harus
segera bertindak sesuai kewenangan yang dimiliki. Dengan adanya tindakan oleh aparat penegak
hukum, diharapkan kejahatan tidak semakin meluas. Bilamana penegakan hukum kurang baik seperti
sekarang ini maka kejahatan semakin berkembang, korupsi semakin marak, kasus suap terjadi dimana-
mana, penyalah gunaan narkotika, dan sebagainya hanya dapat dikendalikan dari lembaga
pemasyarakatan. Akhirnya, sebaik apapun peraturan perundang-undangan yang ada pada akhirnya
tergantung pada aparat penegak hukumnya.Dalam proses penegakan hukum terhadap kejahatan
korupsi terdapat suatu kenyataan adanya praktek penegakan hukum tebang pilih. Tidak saja hal ini
bertentangan dengan prinsip hukum semua warga negara memiliki hak untuk diperlakukan setara di
depan hukum tetapi juga diperlakukan secara tidak sama. Adapun yang menjadi sebab perlakukan
penagakan hukum aparat polisian dan kejaksaan bukan saja disebabkan karena kasus korupsi sering
dipandang sebagai kasus yang membawa `berkah', utamanya bagi pengacara, tetapi juga
disebabkankarena keberadaan Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dan Undang-undang KPK. Sikap
dualisme dalam pemberantasan kejahatan korupsi sebagaimana diatur dalam Undang-undang Tindak
Pidana Korupsi dan Undang-undang KPK.

E. Kesimpulan

Korupsi berkaitan dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat menyalahgunakan
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya. Korupsi selalu bermuladan
berkembang di sector public dengan bukti-bukti yang nyata bahwa dengan kekuasaan itulah pejabat
public dapat menekan atau memeras para pencari keadilan atau mereka yang memerlukan jasa
pelayanan dari pemerintah. Korupsi di Indonesia sudah tergolong kejahatan yang merusak, tidak saja
keuangan Negara dan potensi ekonomi Negara, tetapi juga telah meluluhlantakkan pilar-pilar sosial
budaya, moral, politik dan tatanan hokum dan keamanan nasional. Upaya pemberantasan kejahatan
korupsi melalui penegakan hukum yangberkeadilan saat ini tampak masih memerlukan perjuangan
berat. Karena kejahatan korupsi merupakain kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang

berbeda dari kejahatan pidana biasa, maka upaya yang harus dilakukan memerlukan sistem yang
terpadu dan luar biasa pula. Sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) pemberantasan korupsi,
memerlukan kemaun politik luar biasa sehingga Presiden sebaga kepala Negara menjadi figur penting
dalam menggerakan dan mengordinasikan peran Polisi, Jaksa, Pengadilan, dan KPK menjadi kekuatan
dahsyat, sehingga praktek KKN, seperti penyogokan, penggelembungan harga, gratifikasi, dan penyalah
gunaan kewenangan lainnya dilakukan oknum aparat PNS atau pejabat negara, baik di tingkat pusat
maupun daerah dapat dipersempit ruang geraknya melalui cara-cara penegakan luar biasa dan terpadu

Anda mungkin juga menyukai