Anda di halaman 1dari 15

APLIKASI TEKNIK KULTUR JARINGAN DALAM BIOTEKNOLOGI :

Seleksi Eksplan Kacang Hijau (Vigna radiata) dengan PEG 6000 Secara In
Vitro
(Laporan Praktikum Kultur Jaringan)

Oleh

Wevi Yulinda Saraswati


1617021062

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Aplikasi Teknik Kultur Jaringan dalam Bioteknologi :


Seleksi Eksplan Kacang Hijau (Vigna Radiata) dengan
PEG 6000 Secara In Vitro
Tanggal Percobaan : 10 April 2019
Tempat Percobaan : Laboratorium Kultur Jaringan
Nama : Wevi Yulinda Saraswati
NPM : 1617021062
Jurusan : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kelompok : 5 ( Lima )

Bandar Lampung, 8 Mei 2019


Mengetahui,
Asisten,

Harum Mutmainnah
NPM : 1517021059
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbanyakan tanaman kita ketahui digolongkan menjadi 2, yaitu perbanyakan


tanaman secara generative yaitu dengan menanam biji tanaman tertentu dan
secara vegetative yaitu dapat dilakukan dengan cara cangkok, okulasi,
penyambungan, merunduk, setek, walaupun perbanyakan tanaman dengan biji
lebih mudah karena biji yang tidak sengaja ditanam dapat tumbuh menjadi
tanaman baru namun tanaman yang baru tersebut tidak mempunyai sifat yang
sama dengan induknya dan kadang dapat memperoleh tanaman yang sifatnya
lebih buruk dari induknya. Sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetative
mempunyai kelebihan yaitu  dapat cepat menghasilkan keturunan baru dalam
jumlah banyak sehingga biayanya lebih murah.

Di era modern sekarang ini banyak sekali cara membudidayakan tanaman


secara vegetative menggunakan cara lebih praktis, lebih praktis dalam hal ini
yaitu cara membudidayakan suatu tanaman yang hanya membutuhkan waktu
yang relative singkat dan dengan hasil yang dihasilkan sangat memuaskan.
Salah satunya yaitu dengan cara kultur jaringan in vitro tumbuhan yang dapat
dilakukan pada tanaman yaitu contohnya tembakau, pisang, kelapa, melinjo,
dan anggrek.

Kultur jaringan merupakan salah cara membudidayakan tanaman secara


vegetative  dengan menggunakan teknik mengisolasi bagian tanaman tertentu
seperti daun, mata tunas, embrio serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut
dalam medium yang dibuat steril dengan kandungan nutrisi dan zat pengatur
tumbuh dalam wadah tertutup yang transparan atau tembus cahaya sehingga
tanaman dapat melakukan proses fotosintesis sehingga dapat memperbanyak
diri dan bergenerasi secara lengkap dan menjadi tanaman baru yang
mempunyai sifat seperti induknya.

Banyak manfaat yang diperoleh dari cara membudidayakan tanaman dengan


cara kultur jaringan tumbuhan yaitu diantaranya mendapatkan tanaman yang
banyak dengan waktu yang relative singkat, mempunyai sifat yang sama
dengan induknya, tanaman yang bebas virus, memperoleh bibit unggul dan
sebagai penyimpan plasma nutfah. Untuk itu dalam praktikum ini kita akan
mempelajari cara memanfaatkan bioteknologi dalam teknik kultur jaringan
tumbuhan.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah dapat memahami dalam
mengaplikasikan teknik kultur jaringan dalam bioteknologi tumbuhan.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kacang hijau (Vigna radiata) adalah sejenis palawija yang dikenal luas di daerah
tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki
banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan
berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan ketiga
terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah.
Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan merupakan
sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan kandungan
lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Kandungan kalsium dan fosfor pada
kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang hijau juga
mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin menghindari
konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menjadikan
bahan makanan atau minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah berbau
(Hendrayono, 2007).

Kultur jaringan adalah metode untuk mengisolasi bagian-bagian tanaman seperti


sel, jaringan, ataupun organ serta menumbuhkannya secara aseptis ( bebas hama )
di dalam atau di atas medium budidaya sehingga bagian-bagian tanaman tersebut
dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap
kembali.Menurut kultur jaringan dalam bahasa asing disebut tissue culture. Kultur
adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan
fungsi yang sama. Jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan
tanaman menjadi tanaman kecil yang memiliki sifat seperti induknya (Gunawan,
2008).
Tujuan utama dari propagasi secara in-vitro tahap ini adalah pembuatan kultur
dari eksplan yang bebas mikroorganisme serta inisiasi pertumbuhan baru ini
mengusahakan kultur yang aseptik atau aksenik. Aseptik berarti bebas dari
mikroorganisme, sedangkan aksenik berarti bebas dari mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Dalam tahap ini juga diharapkan bahwa eksplan yang dikulturkan
akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan
(multiplikasi) pada kultur tahap selanjutnya (Tribowo, 2008).

Kultur jaringan juga dapat diartikan sebagaisalah satu cara membudidayakan


tanaman secara vegetative dengan menggunakan teknik mengisolasi bagian
tanaman atau jaringan tertentu seperti daun muda, tunas pucuk, batang pucuk,
endosperm, keike, biji, ploem, dan epilotil serta menumbuhkan bagian-bagian
tersebut dalam medium yang dibuat aseptic dan steril dengan kandungan nutrisi
dan zat pengtur tumbuh dalam wadah yang transparan atau tembus cahaya
sehingga tanaman dapat melakukan proses fotosintesis dan dapat memperbanyak
diri serta bergenerasi secara lengkap dan menjadi tanaman baru yang mempunyai
sifat seperti induknya (Zulkarnain, 2009).

Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup


(bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim,
alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini,
perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga
pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi
molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan
berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa. Bioteknologi secara
sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai
contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang
sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-
varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan (George,
2004).
III. METODOLOGI KERJA

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 10 April 2019 pada pukul 09.20 WIB
di Laboratorium Kultur Jaringan , Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol kultur, cawan
petri, pinset dan laminar air flow.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah media MS, plastik
wrap dan kacang hijau.

C. Cara Kerja
1. Biji kacang hijau disterilisasi terlebih dahulu.
2. Setelah steril, ambil botol kultur yang sudah berisi media kemudian
masukkan kedalam laminar air flow.
3. Lalu ambil kacang hijau dengan menggunakan pinset, kemudian ditanam
setengah tenggelam di dalam media kultur. Proses penanaman dilakukan
di dalam laminar air flow.
4. Kemudian tutup kembali botol kultur yang sudah ditanam dengan
menggunakan plastik wrap.
5. Letakkan botol kultur di rak kultur, kemudian diamati pertumbuhannya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Jenis Pengamatan
Tanaman I II III IV V
Kacang - - - - -
Hijau 1
Kacang - - - - -
Hijau 2

B. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan maka diperoleh hasil yaitu baik
kacang hijau 1 maupun kacang hijau 2 tidak terjadi pertumbuhan sampai
pengamatan ke V. Hal ini terjadi diakibatkan buruknya kualitas kacang hijau
yang ditanam sehingga tidak bisa tumbuh.

Kontaminasi merupakan permasalahan mendasar yang sering terjadi pada


kultur in vitro. Mikroorganisme penyebab kontaminasi dapat berupa bakteri,
fungi, protozoa, serangga, virus dan lain-lain Ada dua istilah dalam
permasalahan kontaminasi, yaitu kontaminasi eksternal dan kontaminasi
internal.

 Kontaminasi eksternal atau kontaminasi permukaan biasanya disebabkan


oleh mikroorganisme yang berasal dari luar eksplan. Respon kontaminasi
eksternal ini sangat cepat karena mikroorganismenya berada permukaan
eksplan.
 Kontaminasi Internal
Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari
eksplan yang tumbuh dan berkembang secara bertahap dalam kondisi in
vitro. Pertumbuhan dan perkambangan mikroorganisme internal biasanya
muncul beberapa minggu / bulan setelah di kultur.

Perkecambahan (Ing. germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu


tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji
yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan
fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda.
Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan diawali
dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun
media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang
disebut tahap imbibisi (berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan
sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air.
Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio
membesar) dan biji melunak. Proses ini murni fisik. Kehadiran air di dalam sel
mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat
menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. Diketahui pula bahwa
dalam proses perkecambahan yang normal sekelompok faktor transkripsi yang
mengatur auksin (disebut Auxin Response Factors, ARFs) diredam oleh
miRNA. Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian
yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya
ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam,
yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan prasyarat bahwa
cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk dipecah.

Kacang hijau (Vigna radiata) adalah sejenis palawija yang dikenal luas di
daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan
pangan berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di Indonesia menempati urutan
ketiga terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang
tanah. Kacang hijau memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dan
merupakan sumber mineral penting, antara lain kalsium dan fosfor. Sedangkan
kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh. Kandungan kalsium
dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang
hijau juga mengandung rendah lemak yang sangat baik bagi mereka yang ingin
menghindari konsumsi lemak tinggi. Kadar lemak yang rendah dalam kacang
hijau menjadikan bahan makanan atau minuman yang terbuat dari kacang hijau
tidak mudah berbau. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak
jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang
mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting
untuk menjaga kesehatan jantung.

Polietilena glikol (PEG) adalah polimer yang banyak digunakan dalam industri
pangan, kosmetik, dan farmasi. Secara kimiawi, PEG merupakan sekelompok
polimer sintetik yang larut air dan memiliki kesamaan struktur kimia berupa
adanya gugus hidroksil primer pada ujung rantai polieter yang mengandung
oksietilen (-CH2-CH2-O-).Beberapa sifat utama dari PEG adalah stabil, tersebar
merata, higroskopik (mudah menguap), dapat mengikat pigmen, dll. Dalam
industri farmasi, PEG digunakan untuk melarutkan obat-obat yang tidak larut
air. Penggunaan PEG sebagai pelarut juga dapat meningkatkan penyebaran
obat di dalam tubuh manusia. PEG dapat digunakan untuk melapisi kaca atau
metal, dan sebagai campuran cat serta tinta. Di dalam kehidupan sekari-hari,
PEG juga dimanfaatkan untuk pembuatan kosmetik, perlengkapan mandi, dan
alat-alat rumah tangga. Selain itu, PEG juga banyak dimanfaatkan dalam
industri kertas, bahan karet, kulit, dan tekstil. PEG dengan berat molekul cukup
tinggi (5000 sampai 10 000) dipakai dalam skrining tanaman tahan kekeringan,
karena akar mengalami kesulitan menyerap air pada konsentrasi PEG tertentu.

Diversifikasi teknik kultur jaringan dalam bioteknologi tumbuhan maksudnya


adalah penggunaan teknik kultur jaringan yang dibuat menjadi lebih beragam
sehingga tidak terpaku hanya pada satu teknik saja, dan keberagaman itu tadi
bis menghasilkan sesuatu yang beru dalam bioteknologi tumbuhan.
Penghitungan presentase jumlah planlet hidup kacang hijau menggunakan
rumus :

Jumlah planlet yang hidup X 100 %


V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :

1. Eksplan kacang hijau tidak ada yang tumbuh dikarenakan biji yang
ditanam kurang berkualitas.
2. Kontaminasi pada kultur jaringan dapat disebabkan oleh bakteri maupun
cendawan.
3. Fungsi penggunaan PEG yaitu dipakai dalam skrining tanaman tahan
kekeringan.
DAFTAR PUSTAKA

George, E.F. & P.D. Sherrington. 2004. Plant propagation by tissue culture.
Handbook and Directory of Commercial Laboratories Exegetics Ltd.
Basingstoke. England.

Gunawan, L.W.2008. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Institut Pertanian


Bogor. Bogor.

Hendaryono. 2007. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.

Tribowo. 2008. Kultur Jaringan Tanaman. PT Bumi Angkasa. Jakarta.

Zulkarnain. 2009. Kultur Jaringan Skala Rumah Tangga. ANDI. Yogyakarta.


LAMPIRAN

Gambar 1.1 Sterilisasi botol kultur sebelum penanaman eksplan

Gambar 1.2 Biji pada Gambar 1.2 Biji pada


hari 1 hari terakhir

Anda mungkin juga menyukai