Anda di halaman 1dari 14

STERILISASI EKSPLAN

(Laporan Praktikum Kultur Jaringan Tumbuhan)

Oleh :

Nabila Rifa Anisa

1917021031

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS LAMPUNG

2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Sterilisasi Eksplan

Tanggal Percobaan : 13 September 2021

Tempat Percobaan : Metro

Nama : Nabila Rifa Anisa

NPM : 1917021031

Prodi : Biologi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Kelompok : 5 (lima)

Metro, 20 September 2021

Mengetahui,

Asisten

Zelfi Julita Dwi Putri


NPM.1817021016
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perolehan metabolit sekunder melalui kultur in vitro merupakan alternatif


yang memiliki harapan dibanding melalui produksi tanaman utuh atau
konvensional. Hal ini disebabkan karena teknik kultur in vitro memiliki
banyak keuntungan diantaranya tidak tergantung pada faktor lingkungan,
sistem produksinya dapat diatur sehingga kualitas dan produksinya lebih
konsisten untuk memenuhi kebutuhan pasar serta dapat mengurangi
penggunaan lahan. Teknik kultur jaringan merupakan salah satu metode
perbanyakan tanaman secara vegetatif. Dengan menggunakan teknik ini, bibit
tanaman yang dihasilkan dapat lebih banyak dengan waktu yang relatif
singkat, bebas hama, penyakit, dan virus, tidak bergantung musim, serta bibit
yang dihasilkan lebih seragam seperti induknya.

Kultur jaringan meliputi penanaman sel atau agregat sel, jaringan, dan organ
tanaman pada medium yang mengandung gula, vitamin, asam-asam amino,
garam-garam organik, air, zat pengatur tumbuh, dan bahan pemadat.
Komposisi medium tumbuh tersebut ternyata sangat menguntungkan pula bagi
pertumbuhan cendawan dan bakteri. Kondisi eksplan yang aseptik merupakan
syarat untuk dapat meningkatkan keberhasilan eksplan tumbuh dan aseptik
sehingga dapat dilanjutkan ke tahapan berikutnya. Oleh karena itu, sterilisasi
eksplan menjadi faktor penting dalam menentukan keberhasilan program
kultur jaringan. Pada dasarnya, konsentrasi dan waktu paparan berbeda-beda
dari satu eksplan ke eksplan lainnya tergantung pada morfologinya, seperti
kelembutan dan kekerasan jaringan. Sumber eksplan yang bisa digunakan
dapat berupa pucuk muda, daun muda, batang muda, hipokotil, maupun
kotiledon. Mikroba biasanya menjadi kontaminan yang umum ditemukan. Jika
dibiarkan, maka mikroba akan hidup dan berkembang di dalam kultur
sehingga dapat menyebabkan kematian eksplan.

Oleh karena itu, dengan dilaksanakannya praktikum ini diharapkan mahasiswa


dapat memperoleh metode sterilisasi eksplan yang sesuai untuk berbagai
macam eksplan tanaman yang mampu mengeliminir perkembangan
mikroorganisme penyebab kontaminasi yang terbawa eksplan sehingga akan
diperoleh sumber bahan tanam yang bersih, sehat dan terbebas dari
mikroorganisme penyebab kontaminan serta mampu berkembang menjadi
kalus melalui kultur in vitro.

B. Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tata cara sterilisasi pada
eksplan berupa cakram bawang putih.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kultur jaringan pada suatu tumbuhan merupakan suatu cara membudidayakan


suatu jaringan tumbuhan menjadi tumbuhan kecil yang mempunyai sifat seperti
induknya dimana pelaksanaan teknik kultur jaringan ini berdasarkan teori sel
seperti yang ditemukan oleh Scheiden dan Schwann bahwa sel mempunyai
kemampuan autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi sel
adalah kemampuan setiap sel, dari mana saja sel tersebut diambil, apabila
diletakan dalam lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh menjadi tanaman
yang sempurna. Embriogenesis somatik adalah proses dimana sel somatik
(haploid bahkan diploid) berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahap
perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet (Hendaryono dan
Wijayani 1994).

Eksplan adalah bagian atau bahan tanaman yang akan dikultur dalam proses
kultur jaringan tumbuhan. Pemilihan eksplan harus pada bagian tanaman muda
dan mudah tumbuh, contohnya adalah daun muda, ujung batang dan keping biji.
Setiap eksplan memerlukan sterilisasi agar terhindar dari agen kontaminan.
Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada,
sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang
dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling
tahan panas yaitu spora bakteri (Hadioetomo, 2000). Apabila eksplan yang kurang
steril maka dimungkinkan mikroorganisme yang terbawa oleh eksplan tersebut
akan tumbuh dengan cepat dan dalam waktu yang singkat akan menutupi
permukaan medium pada eksplan yang ditanam atau yang biasanya disebut
dengan kontaminasi, selanjutnya mikroorganisme tersebut akan menyerang
eksplan melalui luka-luka akibat pemotongan. Di samping itu beberapa
mikroorganisme melepaskan senyawa beracun ke dalam medium kultur yang
dapat menyebabkan kematian jaringan (Nur, 2018).

Kontaminasi berasal dari kontaminan eksternal berupa jamur maupun bakteri


yang berasal dari lingkungan dan cenderung terbawa melalui alat maupun eksplan
yang digunakan dalam penelitian, ataupun kontaminan internal yang pada
umumnya berasal dari bakteri yang tumbuh di dalam jaringan tanaman (Nur,
2018). Kontaminasi merupakan masalah paling umum yang ditemui pada teknik
kultur jaringan. Umumnya terdapat empat sumber kontaminan yaitu: (1) pada
tanaman baik internal maupun eksternal, (2) media kultur yang tidak disterilisasi
dengan baik, (3) kondisi lingkungan, dan (4) cara kerja yang salah. Kontaminan
yang berasal dari berbagai sumber, seperti fungi dan bakteri, dapat mengurangi
produktivitas dan tingkat keberhasilan kultur (Rhomi, 2014).

Kontaminasi yang sering terjadi pada kultur jaringan tanaman terdiri atas
kontaminasi bakteri dan jamur. Bila terkena kontaminasi bakteri maka tanaman
akan basah dan menyebabkan adanya lendir, sedangkan kontaminasi jamur
tanaman akan lebih kering dan akan muncul hifa jamur pada tanaman yang
terserang dan biasanya dapat dicirikan dengan garis-garis (seperti benang) yang
berwarna putih sampai abu-abu. Tingkat kontaminasi eksplan dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti media tanam, lingkungan kerja, alat eksplan, dan asal
eksplan khususnya yang berasal dari lapangan. Dengan demikian, penggunaan
bahan sterilisasi eksplan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan teknik kultur in
vitro. Tanpa penggunaan bahan sterilisasi maka eksplan akan terkontaminasi
sehingga perbanyakan tanaman secara in vitro tidak akan berhasil (Nur, 2018).

Teknik sterilisasi permukaan banyak digunakan untuk menghilangkan kontaminan


yang terdapat pada permukaan eksplan. Selama proses sterilisasi, eksplan harus
tetap hidup dan hanya kontaminan yang dieliminasi. Oleh karena itu, sterilisasi
permukaan dilakukan dengan merendam eksplan dalam larutan disinfektan
dengan konsentrasi tertentu selama periode tertentu. Sterilan atau disinfektan,
yang biasa digunakan untuk sterilisasi permukaan eksplan adalah natrium
hipoklorit (NaOCl) atau kalsium hipoklorit (Ca[OCl]2). Senyawa hipoklorit sangat
efektif dalam mengurangi kontaminasi pada teknik kultur jaringan. Penggunaan
Ca(OCl)2 atau NaOCl mempunyai kelebihan dan kekurangan dan memberikan
hasil yang berbeda untuk setiap jenis eksplan yang digunakan. Sterilan Ca(OCl)2
memilki pH yang stabil namun dapat merusak jaringan pada bagian pomotongan
eksplan sedangkan NaOCl memiliki pH yang tidak stabil, bersifat toksik, namun
tidak merusak jaringan. Sterilan NaOCl digunakan sebagai sterilan dalam
berbagai teknik sterilisasi eksplan dengan konsentrasi dan lama perendaman yang
berbeda (Rhomi, 2014).

Sterilisasi bahan tanaman dimulai dengan pencucian dan pembuangan bagian-


bagian yang kotor dan mati di bawah air bersih yang mengalir. Pencucian dapat
dilakukan dengan penyikatan menggunakan detergen halus. Terkadang bahan
yang sudah bersih dibiarkan dibawah air mengalir selama 30 menit. Hal ini
dilakukan untuk memecah koloni kontaminan yang masih menempel dipermukaan
agar koloni tersebut lebih peka terhadap bahan-bahan sterilisasi. Juga untuk
mengurangi dan menghilangkan senyawa fenol, terutama pada tanaman yang
kandungan fenoliknya tinggi. Bahan yang sudah bersih dikecilkan sampai ukuran
tertentu. Ukuran ini harus lebih besar dari ukuran eksplan yang direncanakan.
Bahan kemudian direndam dalam larutan sterilant sesuai perlakuan yang
dirancang. Setelah waktu perendaman tercapai, bahan dicuci bersih dan ditiriskan,
kemudian bawa masuk ke dalam laminar air flow dan siap di tanam pada media
kultur (Anis, 2015).
III. METODE PERCOBAAN

A. Waktu dan Tempat

Adapun praktikum mata kuliah Kultur Jaringan Tumbuhan mengenai


sterilisasi eksplan dilaksanakan pada hari Senin, 13 September 2021 pada
pukul 09:10-12:00 WIB melalui platform Zoom, yang bertempat di rumah
praktikan di Kelurahan Yosodadi, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro,
Provinsi Lampung.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Erlenmeyer, pinset,
cawan petri, pisau, lampu spiritus, laminar air flow, dan rak kultur.

Sedangkan, bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah eksplan


bawang putih, eksplan wortel, bayclin, tween 20, dan akuades.

C. Cara Kerja

Adapun cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Siapkan bahan eksplan cakram bawang putih dan wortel sebelum
dijadikan eksplan maka bawang putih dan umbi wortel dicuci dahulu
2. menggunakan detergen dan air mengalir hingga buihnya hilang atau
bersih.
3. Masukkan eksplan ke dalam larutan pemutih (bayclin) dan dua tetes
larutan tween 20 dalam erlenmeyer dan dikocok selama 5 menit.
4. Buang cairan bayclin, dan masukkan akuades steril dan kocok lagi dan
buang diulang sampai tak berbuih lagi.
5. Eksplan dikeluarkan dari erlenmeyer dan masukkan ke dalam cawan petri
steril dan ditutup untuk siap ditanam di kotak laminar air flow.
6. Tanamlah eksplan yang steril tersebut pada medium buatan dalam botol.
7. Amati pada hari ke-3 atau 4 setelah tanam untuk melihat keberhasilan
sterilisasi. Jika eksplan steril maka tidak terlihat adanya koloni cendawan
atau bakteri yang muncul pada medium tanam padat pada eksplan.
8. Hitunglah jumlah botol kultur yang eksplannnya belum steril dan hitung
pula yang sudah steril.
IV. PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Adapun pembahasan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada
agar tetap menjaga tingkat kesterilan pada suatu medium bahkan eksplan.
Apabila kontaminan tidak dihilangkan maka media berupa gula, vitamin
bahkan mineral dalam botol akan terpenuhi oleh kontaminan dan
menyebabkan eksplan mati. Dilihat dari letak kontaminan, kontaminasi
internal adalah kontaminan yang berasal dari jaringan tanaman maka dapat
dicegah dengan pemberian antibiotik sedangkan kontaminasi eksternal adalah
kontaminasi yang berasal dari permukaan luar bagian tanaman. Kegiatan
sterilisasi eksplan yang dilakukan bertujuan untuk menghilangkan
mikroorganisme yang kemungkinan terbawa saat pengambilan eksplan dan ini
berpotensi untuk terjadinya kontaminasi pada tahapan selanjutnya dan
berdampak pada penghambatan pertumbuhan eksplan menjadi kalus ataupun
tanaman utuh di dalam media in vitro.

Prinsip sterilisasi eksplan yaitu mensterilkan eksplan dari berbagai


mikroorganisme namun eksplan tidak ikut mati. Sterilisasi eksplan dibagi
menjadi dua macam metode yaitu:

a. Sterilisasi secara mekanis, digunakan untuk eksplan yang keras bahkan


berdaging yaitu dengan membakar eksplan diatas lampu spiritus sebanyak
tiga kali. Contoh bahan yang disterilisasi secara mekanis adalah tebu dan
biji salak.
b. Sterilisasi secara kimiawi, digunakan untuk eksplan yang lunak seperti
daun dan tangkai daun. Bahan kimia yang sering digunakan untuk
sterilisasi secara kimiawi adalah:
1. Sodium hipoklorit, atau disebut juga clorox dan biasanya digunakan
pada konsentrasi 5%-10% selama 5-10 menit dengan perbandingan
antara clorox dengan aquades sebesar 1:4.
2. Merkuri klorit, atau disebut juga sublimat 0,05% yang memiliki
prinsip kinerja yang sama dengan sodium hipoklorit namun hanya
memerlukan waktu yang lebih pendek karena merkuri klorit bersifat
keras apabila terlalu lama maka menyebabkan kerusakan pada
eksplan.
3. Alkohol 70%, dimana bahan kimia ini sering digunakan sebagai
agen sterilan dan konsentrasi alkohol yang paling baik untuk
membunuh agen kontaminan adalah alkohol 70%.

Berdasarkan konsentrasi bahan dan waktu yang diperlukan, sterilisasi


eksplan dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Sterilisasi ringan, dengan cara eksplan direndam dalam clorox 20%


selama 10 menit dan dibilas dengan air bersih, lalu eksplan direndam
dengan clorox 15% selama 10 menit dan dibilas dengan air bersih serta
dilanjutkan kembali eksplan direndam dengan clorox 10% selama 10
menit dan dibilas kembali dengan air bersih.
2. Sterilisasi sedang, dengan cara eksplan direndam dalam HgCl2 0,1-0,5
mg/l selama 7 menit dan dibilas dengan air bersih, lalu eksplan
direndam dalam clorox 15% selama 10 menit dan dibilas dengan air
bersih serta dilanjutkan dengan eksplan direndam dalam clorox 10%
selama 10 menit dan dibilas kembali dengan air bersih.
3. Sterilisasi keras, dengan cara eksplan direndam dalam HgCl2 0,1-0,5
mg/l selama 10 menit dan dibilas dengan air bersih, lalu eksplan
direndam dalam alkohol 90% selama 15 menit dan dibilas dengan air
bersih serta dilanjutkan dengan eksplan direndam dengan clorox 20%
selama 10 menit dan dibilas dengan air bersih kembali.
Larutan hipoklorit seperti bayclin diketahui dapat mensterilkan eksplan dari
bakteri, jamur, dan mikroorganisme lain yang mengganggu proses
perbanyakan dengan membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme
yang tidak diharapkan tersebut sehingga hasil yang didapatkan adalah
semakin rendah konsentrasi memberikan hasil yang lebih optimum dan
mendorong pertumbuhan eksplan. Bayclin banyak digunakan karena sangat
efektif membunuh bakteri dengan cara merusak membran sel bakteri.
Senyawa hipoklorit mampu membersihkan mikroorganisme yang ikut dalam
bahan tanaman, menghilangkan pertikel-partikel tanah, debu dan lain-lain.
Sedangkan, perendaman dengan tween 20 pada proses awal juga membantu
penyerapan zat sterilan sehingga lebih efektif dan sebagai penemulsi serta
agen pelarut membran sel. Bahan pengganti bayclin yang juga dapat
digunakan dalam proses sterilisasi eksplan meliputi clorox, merkuri klorit
atau sublimat, atau produk pembersih rumah tangga seperti Dettol Antiseptic
Liquid, So Klin Pemutih, dan Proklin karena dalam bahan pengganti
tersebut mempunyai kandungan senyawa hipoklorit. Sedangkan, bahan
pengganti untuk tween 20 yang dapat digunakan dalam proses sterilisasi
eksplan antara lain ethylene diamine tetraacetic acid (EDTA), sodium
dodecyl sulfate (SDS), dan betadine.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Dari hasil praktikum, diketahui bahan sterilan dari sterilisasi eksplan antara
lain detergen, bayclin, tween 20, dan akuades.
2. Dari hasil praktikum, diketahui sterilisasi eksplan dapat dilakukan secara
mekanis dan kimiawi.
3. Dari hasil praktikum, diketahui bahwa berdasarkan konsentrasi bahan dan
waktu yang diperlukan sterilisasi terdiri atas sterilisasi ringan, sedang dan
keras.
4. Dari hasil praktikum, diketahui bahwa eksplan steril tidak didapati adanya
koloni cendawan atau bakteri.
5. Dari hasil praktikum, diketahui bahwa kontaminasi eksplan yang paling umum
disebabkan oleh jamur dan bakteri.
DAFTAR PUSTAKA

Anis Shofiyani dan Neni Damajanti. 2015. Pengembangan Metode Sterilisasi


pada Berbagai Eksplan Guna Meningkatkan Keberhasilan Kultur Kalus
Kencur (Kaemferia Galangal L). Agritech. Vol. 17 (1): 55 – 64.

Hadioetomo. 2000. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia Pustaka


Umum, Jakarta.

Hendaryono, D. P. S. dan Wijayani, A. 1994. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius.


Yogyakarta.

Nur Asni Setiani, Fitri Nurwinda, dan Dewi Astriany. 2018. Pengaruh
Desinfektan dan Lama Perendaman pada Sterilisasi Eksplan Daun Sukun
(Artocarpus Altilis (Parkinson Ex. F.A Zorn) Fosberg). Biotropika: Journal
Of Tropical Biology. Vol. 6 (3): 78-82.

Rhomi Ardiansyah, Supriyanto, Arum Sekar Wulandari, Benny Subandy, dan


Yuli Fitriani. 2014. Teknik Sterilisasi Eksplan dan Induksi Tunas Dalam
Mikropropagasi Tembesu (Fagraea Fragrans Roxb). Jurnal Silvikultur
Tropika. Vol. 05 (3): 167-173.

Anda mungkin juga menyukai