Anda di halaman 1dari 16

KULTUR ORGAN DAN KALUS

(Laporan Praktikum Kultur Jaringan)

Oleh

Wevi Yulinda Saraswati


1617021062

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Percobaan : Kultur Organ dan Kalus


Tanggal Percobaan : 27 Maret 2019
Tempat Percobaan : Laboratorium Kultur Jaringan
Nama : Wevi Yulinda Saraswati
NPM : 1617021062
Jurusan : Biologi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Kelompok : 5 ( Lima )

Bandar Lampung, 8 Mei 2019


Mengetahui,
Asisten,

Harum Mutmainnah
NPM : 1517021059
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan semakin meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan arti


penting kesehatan, kebutuhan akan produk-produk hortikultura sebagai sumber
vitamin meningkat.  Selain itu dari sisi kesehatan mental, kebutuhan produk
hortikultura yang lain yaitu berbagai tanaman hias turut meningkat.   Teknik
kultur jaringan telah dimanfaatkan secara luas pada tahaman hortikultura,
seperti perbanyakan klonal yang dikombinasikan dengan teknik bebas virus
pada bawang, kentang, pisang, anggur, apel, pear dan berbagai jenis tanaman
hias, serta penyelamatan embrio untuk mendapatkan tanaman hibrida dari hasil
persilangan interspecies.

Teknologi rekayasa genetika juga telah diaplikasikan pada tanaman


hortiklutura.  Sebagai contoh yang cukup terkenal adalah Tomat FlavrSavr. 
Tomat merupakan salah satu produk hortikultura utama. Seperti produk
hortikultura pada umumnya, bawang putih memiliki shelf-life yang pendek dan
juga mempunyai peranan ynag penting bagi manusia.

Dalam upaya perbanyakan tanaman melalui teknik kultur in vitro, diperlukan


adanya kecocokan medium tanam dan penggunaan zat pengatur tumbuh (ZPT),
baik jenis maupun konsentrasi ZPT. Kecocokan tersebut diperlukan untuk
mencapai keberhasilan baik dalam upaya pembentukan tunas maupun
pembentukan akar pada eksplan yang ditanam. Terdapat  pengaruh jenis
medium tanam dan konsentrasi IBA terhadap efektivitas pembentukan akar
pada eksplan tunas adventif bawang putih.
Sementara itu untuk meningkatkan keragaman dapat memanfaatkan adanya
variasi somaklonal.  Hal ini sangat penting dilakukan mengingat tanaman hias
kebanyakan dinilai dari segi estetika dan kelangkaannya, serta bentuk-bentuk
baru seperti bentuk serta warna daun dan bunga, arsitektur tanaman, serta sifat-
sifat unik tanaman tertentu.  Teknik lain untuk keperluan ini adalah mutasi. 
Pada industri tanaman hias dalam pot sering digunakan Zat Pengatur Tumbuh
untuk mengatur pola pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Contohnya
adalah penggunaan retardan untuk membuat pertumbuhan menjadi pendek dan
meroset.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu :
1. Memahami dan terampil melakukan penanaman kultur organ dalam botol
(in vitro) pada medium dasar MS.
2. Memahami dan terampil melakukan pengamatan pertumbuhan dan
perkembangan tunas.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai syarat mutlak suksesnya kultur jaringan tanaman, biasanya sterilisasi di


lakukan dengan menggunakan autoklaf. Bahkan autoklaf juga dapat di gunakan
untuk sterilisasi media tumbuh kultur jaringan. Tipe autoklaf yang dapat di
gunakan untuk sterilisasi sangatlah beragam macamnya, mulai dari yang
sederhana sampai di gital (terprogram) (Yusnita, 2003).

Autoklaf yang sederhana menggunakan sumber uap dari pemanasan air yang di
tambahkan ke dalam autoklaf. Pemanasan air dapat menggunakan kompor atau
api Bunsen. Dengan autoklaf sederhana ini, tekanan dan temperatur di atur dengan
jumlah panas dari api. Kelemahan dari autoklaf ini adalah bahwa perlu adanya
penjagaan dan pengaturan panas secara manual dan terkontrol, selama masa
sterilisasi di lakukan. Tetapi autoklaf ini mempunyai keuntungan, yaitu: lebih
sederhana sederhana, harga relatif murah, tidak tergantung dari aliran listrik yang
sering merupakan problema untuk negara-negara yang sedang berkembang, serta
lebih cepat dari autoklaf listrik yang seukuran dan setaraf (Hendrayono, 2007).

Pekerjaan dalam teknik kultur jaringan harus senantiasa dalam keadaan bersih dan
steril. Pemeliharaan kondisi aseptik diperlukan untuk mendapatkan keberhasilan
yang memuaskan dalam pelaksanaan teknik kultur jaringan. Sterilisasi merupakan
langkah awal dalam kegiatan kultur jaringan, meliputi: sterilisasi alat-alat gelas,
instrumen dan bahan tanaman, sterilisasi ruang kerja dan perkerja (praktikan)
(Marlin, 2012).

Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: autoklaf,
pemanasan kering dalam oven, dan bahan kimia. Penggunaan cara ini tergantung
dari jenis bahan yang akan disterilisasi. Sumber eksplan yang berasal dari lapang
cukup banyak mengandung kontaminan berupa mikroba (bakteri, fungi,
nematoda) sehingga sebelum digunakan harus disterilisasi. Sterilisasi tanaman
dilakukan dengan cara tidak mematikan jaringan tanaman tetapi dapat mematikan
atau menghilangkan kontaminan yang ada (George, 2004).

Bawang putih (Allium sativum; bahasa Inggris: garlic) adalah nama tanaman dari
genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Mempunyai sejarah
penggunaan oleh manusia selama lebih dari 7.000 tahun, terutama tumbuh di Asia
Tengah, dan sudah lama menjadi bahan makanan di daerah sekitar Laut Tengah,
serta bumbu umum di Asia, Afrika, dan Eropa. Dikenal di dalam catatan Mesir
kuno, digunakan baik sebagai campuran masakan maupun pengobatan. Umbi dari
tanaman bawang putih merupakan bahan utama untuk bumbu dasar masakan
Indonesia. Bawang mentah penuh dengan senyawa-senyawa sulfur, termasuk zat
kimia yang disebut alliin yang membuat bawang putih mentah terasa getir atau
angur (Nugroho, 2007).
III. METODOLOGI KERJA

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 27 Maret 2019 pada pukul 09.20 WIB
di Laboratorium Kultur Jaringan , Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol kultur, cawan
petri, pinset, pisau dan laminar air flow.
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah media MS,
aquades, baclyn, plastik wrap dan bawang putih.

C. Cara Kerja
1. Ambil satru siung bawang putih, dikupas kemudian di belah menjadi dua
bagian yaitu bagian atas dan bagian cakram dengan menggunakan pisau.
2. Setelah itu bawang yang sudah dibelah tadi dicelupkan kedalam cawan
petri 1 yang berisi aquades.
3. Kemudian masukkan kedalam cawan petri 2 yang berisi baclyn.
4. Lalu masukkan kedalam cawan petri 3 dan 4 yang berisi aquades sebagai
pembilas.
5. Setelahn dirasa steril tanam eksplan kedalam botol kultur yang sudah
berisi media MS, menanam eksplan dilakukan di dalam laminar air flow.
6. Setelah eksplan di dalam butol kultur tutup botol kultur dengan
menggunakan plastik wrap, kemudian letakkan botol kultur yang sudah
berisi eksplan di rak kultur.
7. Kemudian diamati pertumbuhannya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan

Kelompok Jenis Pengamatan


Tanaman I II III IV V
1 B. Putih 0,3 cm kontam kontam kontam kontam
Wortel kontam kontam kontam kontam kontam
2 B. Putih 0,2 cm 0,7 cm 1,9 cm kontam kontam
Wortel kontam kontam kontam kontam kontam

3 B. Putih 0,2 cm 0,5 cm 1,7 cm 2,2 cm 2,6 cm

Wortel kontam kontam kontam kontam kontam

4 B. Putih 0,1 cm 0,5 cm 1,5 cm 2,0 cm 2,5 cm

Wortel kontam kontam kontam kontam kontam

5 B. Putih 1,2 cm 2,8 cm 4,7 cm 8,3 cm 11 cm

Wortel kontam kontam kontam kontam kontam

6 B. Putih 1 cm 3,2 cm 4,5 cm 7 cm 11,2 cm

Wortel kontam kontam kontam kontam Kontam


B. Pembahasan
Berdasarkan hasil yang didapatkan maka dapat dilihat bahwa pertumbuhan
pada tanaman bawang putih terjadi di kelompok 6 yaitu 11,2 cm. Sedangkan
kelompok yang tanaman nya mengalami kontam dihari ke 9 adalah kelompok
1. Untuk tanaman wortel semua kelompok terkontaminasi hal ini bisa
diakibatkan karena kurang sterilnya eksplan yang digunakan.

Umumnya bawang putih dibiakkan dengan cara vegetatif dengan menggunakan


umbi (siung). Produksi siung untuk dijadikan bahan tanam (bibit)
membutuhkan waktu yang lama dengan tingkat mutiplikasi yang rendah,
sekitar 5-10 per tahun Usaha perbaikan tanaman bawang putih dengan teknik
pemuliaan secara konvensional sulit dilakukan. Hal ini disebabkan karena
bawang putih merupakan jenis tanaman yang steril. Walaupun bawang putih
merupakan tanaman yang diploid, tapi tanaman ini menjadi steril akibat
gugurnya serbuk sari. Meskipun bawang putih memiliki umbi, tetap saja
tanaman ini memiliki akar. Akar bawang putih terletak pada dasar umbi atau
pangkal umbi yang berbentuk seperti cakram. Sistem perakaran tanaman
bawang putih, yaitu serabut atau monokoti, pendek, dan menghujam kedalam
tanah tidak terlalu dalam. Sehingga akan mudah digoyangkan oleh hembusan
angin atau banyaknya air. Umbi bawang putih merupakan umbi majemuk yang
berbentuk hampir bulat dengan diameter 4-6 cm. Dalam 1 umbi terdiri dari 8-
20 siung bawang putih dan keseluruhan siung dibungkus oleh selaput 3-5
selaput tipis yang berwarna putih.nSiung-siung pada bagian punggungya
berbentuk bulat dan bagian sampinya agak bersudut. Sementara itu setiap
individu dari siung dibungkus lagi oleh 2 lapis selaput tipis yang berwarna
putih. Dimana selaput pada bagian luar berwarna putih dan agak longar,
sedangkan pada bagian dalam berwarna pink agak putih melekat pada siung.
Akan tetapi, selaput yang melekat tersebut mudah untuk dikelupas.
Tanaman wortel memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Dalam
pertumbuhannya akar tunggang akan mengalami perubahan bentuk dan fungsi
menjadi tempat penyimpanan cadangan makanan. Bentuk akar akan berubah
menjadi besar dan bulat memanjang, hingga mencapai diameter 6 cm dan
panjang sampai 30 cm, tergantung varietasnya. Akar tunggang yang telah
berubah bentuk dan fungsi inilah yang sering disebut atau dikenal sebagai
“Umbi Wortel”. Wortel merupakan tanaman sayuran umbi semusim, berbentuk
semak yang dapat tumbuh sepanjang tahun, baik pada musim hujan maupun
kemarau. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah
menjadi bulat dan memanjang. Warna umbi kuning kemerah-merahan,
mempunyai karoten A yang sangat tinggi, Umbi wortel juga mengandung
vitamin B, Vitamin c dan mineral. Pada awalnya hanya dikenal beberapa
varietas wortel, namun dengan berkembangnya peradaban manusia dan
teknologi, saat ini telah ditemukan varietas-varietas baru yang lebih unggul
daripada generasi-generasi sebelumnya. Varietas-varietas wortel terbagi
menjadi tiga kelompok yang didasarkan pada bentuk umbi, yaitu tipe
Imperator, Chantenay, dan Nantes.

 Tipe Imperator memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung


runcing (menyerupai kerucut), panjang umbi 20-30 cm, dan rasa yang
kurang manis sehingga kurang disukai oleh konsumen.
 Tipe Chantenay memiliki umbi berbentuk bulat panjang dengan ujung
tumpul, panjang antara 15-20 cm, dan rasa yang manis sehingga disukai
oleh konsumen.
 Tipe Nantes memiliki umbi berbentuk peralihan antara tipe Imperator dan
tipe Chantenay, yaitu bulat pendek dengan ukuran panjang 5-6 cm atau
berbentuk bulat agak panjang dengan ukuran panjang 10-15 cm.

Perbanyakan tanaman secara in vitro (kultur jaringan tanaman) adalah sebuah


kegiatan menjaga dan menumbuhkan jaringan (kalus, sel, protoplas) dan organ
tanaman (daun, tunas pucuk/lateral, batang, akar dan embrio) pada kondisi
aseptik . Teknik ini digunakan untuk berbagai tujuan seperti: memperbanyak
tanaman, memodifikasi genotype tanaman, memproduksi biomasa dan
metabolit sekunder, mempelajari patologi tanaman, konservasi plasma nutfah
dan penelitian-penelitian ilmiah lainnya. Teknik ini juga telah diaplikasikan
pada berbagai jenis tanaman, baik tanaman semusim maupun menahun,
tanaman herbaceous maupun berkayu. Aplikasi perbanyakan tanaman secara in
vitro ini memiliki kelebihan dan kelemahan.

Kelebihan perbanyakan tanaman secara in vitro, diantaranya:

 Menggunakan potongan-potongan kecil dari bagian tanaman (daun, tunas,


batang, akar, kalus, sel) untuk menghasilkan tanaman baru yang utuh.
 Membutuhkan ruang yang kecil, energi dan tenaga yang lebih efisien
untuk menjaga, menumbuhkan dan meningkatkan jumlah tanaman
 Karena perbanyakan tanaman dilakukan dalam kondisi aseptik, bebas dari
pathogen, maka saat kultur tanaman berhasil dilakukan tidak akan terjadi
kehilangan tanaman karena serangan penyakit dan tanaman yang
dihasilkan dari kultur jaringan (pada kondisi tertentu) juga bebas dari
bakteri, jamur dan mikroorganisme pengganggu yang lain.
 Dengan metode khusus (kultur meristem), teknik ini dapat digunakan
untuk menghasilkan tanaman yang bebas dari virus.
 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman,
seperti: nutrisi (media), konsentrasi zat pengatur pertumbuhan (ZPT),
kadar gula, cahaya, temperatur, kelembaban, dll. lebih mudah diatur. 
 Dapat diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman yang memiliki
pertumbuhan yang lambat dan sulit diperbanyak secara vegetatif.
 Produksi tanaman menggunakan teknik ini dapat dilakukan sepanjang
tahun tanpa tergantung oleh perubahan musim.
 Dapat menyimpan tanaman hasil perbanyakan dalam waktu yang lama

Kelemahan perbanyakan tanaman secara in vitro:


 Membutuhkan ketrampilan yang memadahi, peralatan, bahan dan biaya
yang mahal, serta sarana pendukung yang mencukupi,
 Membutuhkan metode yang khusus dan optimum untuk menunjang
keberhasilan aplikasinya pada tiap species dan tanaman,
 Meski dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dari
bagian kecil tanaman, pada kondisi tertentu dapat menghasilkan adanya
penyimpangan karakter-karakter tanaman (undesirable characteristics)
dan kelainan genetik (genetic abberant),
 Mengingat tanaman hasil kultur in vitro terbiasa tumbuh pada medium
yang cukup dengan sumber karbon, kelembaban yang tinggi dan memiliki
kemampuan fotosintesis yang rendah, maka untuk memindahkan tanaman
dari kondisi in vitro ke kondisi ex vitro diperlukan proses aklimatisasi dan
adaptasi agar tanaman tidak mudah mati akibat kehilangan air dan dapat
tumbuh normal pada kondisi ex vitro.

Terjadinya kontaminasi pada eksplan yang ditanam secara in vitro


kemungkinan kontaminasi terjadi pada pembuatan media yang kurang steril,
eksplan yang digunakan kurang steril dan pada saat penanaman eksplan
kedalam media tumbuh. Ada dua istilah dalam permasalahan kontaminasi,
yaitu kontaminasi eksternal dan kontaminasi internal.

1. Kontaminasi eksternal atau kontaminasi permukaan biasanya disebabkan


oleh mikroorganisme yang berasal dari luar eksplan. Respon kontaminasi
eksternal ini sangat cepat karena mikroorganismenya berada permukaan
eksplan. Kontaminasi permukaan dapat diatasi dengan cara :
 Karantina tanaman induk dalam greenhouse.
 Sterilisasi kontak dengan menyikat eksplan dengan sikat halus
 Pencucian menggunakan berbagai perlakuan bahan kimia dan
durasi sterilisasi.
 Jika permukaan tanaman ditutupi oleh rambut atau sisik,
menggunakan detergen dan digoyang –goyang untuk mengilangkan
gelembung udara yang mungkin mengandung mikroorganisme.
 Penggunaan kombinasi bahan sterilan.
2. Kontaminasi Internal
Kontaminasi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari
eksplan yang tumbuh dan berkembang secara bertahap dalam kondisi in
vitro. Pertumbuhan dan perkambangan mikroorganisme internal biasanya
muncul beberapa minggu / bulan setelah di kultur. Kontaminasi internal
dapat diminimalisir atau dapat diatasi dengan cara:
 Karantina tanaman induk dalam greenhouse
 Menggunakan HgCl2 , antibiotik dan fungisida sistemik
 Contoh antibiotik alami yaitu propolis
 Contoh antibiotika sintetik yaitu Plant Preservative Mixture
(PPM),  Cefotaxime, Ceftriaxone, Chlorampenicol, Rifampicin,
dll.
 Penggunaan kombinasi bahan sterilan.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah :

1. Kelompok yang pertumbuhan tanaman bawang putih paling subur adalah


kelompok 6, sedangkan yang mengalamiu kontaminasi adalah kelompok
1.
2. Semua kelompok mengalami kontaminasi pada tanaman wortel.
3. Kontaminasi yang terjadi pada tanaman wortel diakibatkan karena eksplan
yang kurang steril.
DAFTAR PUSTAKA

George, E. T and P. O. Sherington. 2004. Plant Popagation by Tissue Culture


Handbook And Directory Comercil Collaboration. Exogetis Ltd. England.

Hendaryono dan Ir Ari Wijayani. 2007. Teknik Kultur Jaringan. IPB. Bandung.

Marlin, dkk. 2012. Penuntun Praktikum Kultur Jaringan. Fakultas Pertanian


Universitas Bengkulu. Bengkulu.

Nugroho, A dan H. Sugianto. 2007. Pedoman Pelaksanaan Tehnik Kultur


Jaringan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yusnita, 2003. Kultur Jaringan Cara Memperbanyak Tanaman Srcara Efisien.


P.T Agromedia Pustaka. Tangerang.

Anda mungkin juga menyukai