Puji syukur terhadap kehadiran Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan karunianya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul PEMERIKSAAN TALUR
CACING DAN KISTA PADA SAYUR-SAYURAN/BUAH-BUAHAN DAN PEMERIKSAAN TELUR CACING
DAN KISTA PADA SAMPLE TANAH, laporan penelitian ini disusun untuk proses belajar mengajar
mata kuliah parasitology lingkungan.Dalama penulisan laporan tentunya masih jauh dari kata
sempurna, maka dari itu saya menerima pesan saran untuk meneyempurnakan laporan ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah merupakan salah satu sumber alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena fungsi
dan perannya mencakup berbagai aspek kehidupan serta penghidupan masyarakat baik segi sosial,
ekonomi, politik maupun budaya. Oleh karena itu masalah tanah merupakan tanggung jawab secara
nasional untuk mewujudkan cara pemanfaatan, penguasaan dan pemilikan tanah sebgai sebesar –
besarnnya untuk kemakmuran rakyat. 1 Pembangunan adalah suatu proses yang berjalan terus
menerus. Untuk mencapai hasil maksimal, maka sumber pembangunan yang tersedia perlu digunakan
secara berencana dengan memperhatikan skala prioritas pada kurun waktu tertentu. Dalam proses
pembangunan berencana diusahakan agar setiap tahapan memiliki kemampuan menopang
pembagunan dalam tahap berikutnya. Karena itu di samping usaha meningkatkan kemajuan menjadi
penting pula usaha menetapkan kemajuan yang sudah dicapai.2 Pengembangan pola tata guna tanah,
zonering dan tata guna ruang akan sangat berguna untuk meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat
kecil dan sekaligus mengusahakan pelestarian sumber alam ini dipakai secara sambung – sinambung
untuk jangka panjang.
Infeksi kecacingan yang tersebar luas diseluruh wilayah yang ada di Indonesia, hal tersebut dikarenakan
banyak faktor yang mendukung antara lain adanya pertumbuhan parasit yang disebabkan sanitasi
lingkungan dan kebiasaan penduduk yang cukup buruk (Sihombing & Gultom, 2018). Kebiasaan
memakan sayuran sebagai lalapan dengan proses pencucian yang kurang bersih juga bisa menimbulkan
infeksi kecacingan hal ini disebabkan masih adanya telur, larva dari cacing terutama jenis Soil
Transmited Helmint yang melekat pada sayuran selain itu para petani sering memakai pupuk organik
berupa humus kotoran hewan bahkan tinja manusia sebagai pupuk pada sayuran, hal tersebut
memungkinkan sayuran terkontaminasi karena terjadi perlekatan telur STH pada sayuran tersebut.
Penyebab terserang infeksi kecacingan jenis STH adalah Ascaris lumbricoides (Jasman et al., 2019).
Sayuran mentah ini dapat menjadi sumber transmisi dari kristal, protozoa, cacing, telur, dan larva.
Memakan sayuran secara mentah atau memasak secara ringan dapat meningkatkan terjadinya infeksi
kecacingan (Mutiara, 2015). Makan merupakan sumber potensi terjadinya infeksi kecacingan pada
manusia, hal ini bisa terjadi mulai dari proses produksi, pengumpulan, traspotasi (pengiriman barang),
pencucian, pengolahan dan penyimpanan. Infeksi kecacingan tergolong penyakit Nerglected disease
yaitu infeksi yang kurang diperhatikan dan penyakitnya bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala klinis
yang jelas dan dampak yang ditimbulkan 2 baru terlihat dalam jangka panjang seperti kekurangan gizi,
gangguan tumbuh kembang dan gangguan kognitif pada anak. Selain itu infeksi kecacingan dapat
meningkatkan kerentanan terhadap penyakit penting lainnya seperti malaria, TBC, diare dan anemia
(Fitri, 2020). Menurut data yang di lansiran dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2019, ada
1,5 miliar orang 24% dari populasi seluruh dunia telah terinfeksi Soil Trasmitted Helmints (STH) di
seluruh dunia. Infeksi tersebut cukup paling banyak di daerah tropis dan subtropis dengan jumlah
terbesar orang yang terinfeksi banyak di daerah Negara Afrika SubSahara, Amerika, China dan Asia
Tengara (WHO, 2017). Di Indonesia jumlah kecacingan yang disebabkan oleh Soil Trasmittid Helmints
(STH) pada tahun 2017 telah mencapai sekitar 28,12% (Kemenkes RI). Menurut data dari Dinas
Kesehatan Jawa Timur Kabupaten Jombang tahun 2018 penyakit kecacingan masih banyak terjadi pada
semua usia sebanyak 837 kasus infeksi kecacingan.
2.1 METODE
ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN DALAM PENELITIAN YAITU:
Mikroskop
Objek gelas
Cover gelas
Pipet tetes
Beaker gelas
Baskom
Batang pengaduk
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Lugol
Sampel pemeriksaanair sayuran
Timbangan
Sentrifuse
NaOH
Kertas timbang
CARA KERJA:
Siapkan baskom, lalu masukkan Garam dapur pada baskom
Lalu masukkan sayur pada baskom yang berisi garam dapur
Aduk dengan menggunakan tangan selama 10 menit agar telur cacing dapat
terpisah dari sayuran tersebut.
Saring dan masukkan larutan tersebut kedalam imhoof cone atau gelas piala
Biarkan selama 1 jam sampai terjadi endapan.
Kemudian tuang bagian yang jenih atau biasa disebut supernatant hingga
tersisa endapan.
Tampung ke dalam tabung contrifge.
Masukkan tabungn centrifuge ke dalam centrifuge dan putar dengan
kecepatan 1500 Rpm dalam waktu 10 menit.
Buang bagian supernatan dan ambil satu tetes lalu letakkan pada obyek glass.
Tutup obyek glass dengan cover glass.
Periksa sedimen pada mikroskop perbesaran 10x hingga 45x
Amati cacingnya dan catat hasilnya.
ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN DALAM PENELITIAN DALAM PENELITIAN YAITU:
Mikroskop
Objek gelas
Cover gelas
Pipet tetes
Beaker gelas
Batang pengaduk
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Lugol
Sampel pemeriksaan tanah
Timbangan
Sentrifuse
Garam jenuh
Kertas timbang
CARA KERJA:
100 gram sampel tanah disaring dengan saringan kawat.
Diambil 5 gram tanah yang disaring lalu dimasukkan ke dalam
tabungsentrifuse.
Tanah dilarutkan dengan garam dapur, diamkan selama 30 menit.
Lalu saring air jernih, dan menyisakkan endapan
Lalu air endapan tersebut diperiksa dengan menggunakan mikroskop dan
lensa kulikuler 45x
C. HASIL PRAKTIKUM
Dari hasil pemeriksaan cacing pada sayuran dan buah, melakukan pemeriksaan pada sayuran,
dan hasil yang diperoleh yaitu adanya telur cacing yang terbuah (corticated) pada sayuran yang
direndam larutan garam dapur. Dari hasil pengamatan Tanah yang saya periksa menggunakan
garam dapur dan pemeriksaan dengan mikroskop menghasilkan bahwa tanah tersebut adanya
telur cacing yang berbuah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan Hasil Pemeriksaan telur cacing pada Sayur , Dari hasil praktikum, pemeriksaan
parasite cacing pada sayuran dan buah didapatkan hasil yang positif, sehingga sayuran
kangkung dan buah tersebut kurang aman untuk dikonsumsi. Jadi pada sayur kangkung
tersebut perlu pengolahan ekstara yang baik misalnya dicuci maupun direndam dengan air
untuk menghilangkan cacingnya. Selain itu daya tahan dan resistensi tubuh manusia sangat
berpengaruh dalam hal ini. Dalam praktikum ini sayuran kangkung direndam dengan larutan
garam dapur NaCl. Hal ini karena larutan garam dapur mempunyai berat jenis yang lebih ringan
dibandingkan dengan telur parasit sehingga telur parasit akan mengendap.
Kesimpulan Hasil Pemeriksaan Telur Cacing Pada Tanah, Dilakukan pengamatan telur cacing
pada sampel tanah dengan metode sedimentasi. Metode sedimentasi adalah pemisahan
larutan berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana partikel yang tersuspensi akan
mengendapkedasar wadah. Dari pengamatan yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa sampel
tanah yang diambil dari halaman rumah saya, terdapat telur cacing diphyllobothrium latum.
SARAN
Kiranya melalui praktek ini masyaraakat mampu untuk menerapkan di waktu yang akan datang guna
kepentingan Kesehatan. Dan disarankan pula kepada seluruh masyarakat untuk turut mengambil bagian
dalam kebersihan sayuran dan buahan sebelum dikonsumsi.