Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH : LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN


“PEMERIKSAAN KUALITAS TANAH: BACILLUS CEREUS”

Dosen Pengampu :
Tri Marthy Mulyasari, SST, M.KL

Oleh :
Ulfah Faoziah
P1337433220074
Alih Jenjang D-IV Sanitasi Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PURWOKERTO
PROGRAM STUDI SANITASI LINGKUNGAN PROGRAM DIPLOMA IV
TAHUN 2021
LEMBAR KERJA PRAKTIKUM LABORATORIUM KESEHATAN LINGKUNGAN

Pertemuan : 14
ke-
Materi : Pemeriksaan Bacillus cereus pada Tanah
Tujuan : Mahasiswa mampu melakukan praktik uji pemeriksaan bacillus cereus
pada tanah

A. Dasar Teori
Tanah secara langsung dapat mempengaruhi kesehatan dalam bentuk penyakit
bawaan tanah (soil-borne). Sebagian besar organisme hidup adalah mikroba yang banyak
ditemukan di tanah. Beberapa mikroba di dalam tanah bersifat patogen bagi manusia.
Bakteri patogen adalah bakteri yang mampu menyebabkan penyakit. Bakteri patogen
dapat menyebar melalui populasi manusia dalam berbagai cara. Salah satu bakteri
pathogen pada tanah adalah bakteri Bacillus cereus.
Bacillus cereus berbentuk batang, merupakan bakteri Gram positif (Bottone, 2010).
Bacillus cereus memiliki dua penampilan morfologi yang berbeda baik sebagai endospora
atau sel vegetatif (CFSAN, 2001). Sel-sel vegetatif Bacillus cereus adalah batang aerobik
fakultatif, bervariasi lebar 1,0- 1,2 µm dan panjang 3,0-5,0 µm. Batang cenderung
tumbuh di rantai panjang. Organisme ini adalah batang Gram positif terutama ditandai
dengan pembentukan spora (Kramer et al., 1989).
Bacillus cereus tertelan dengan makanan yang terkontaminasi, melewati perut, dan
mencapai usus kecil. Spora Bacillus cereus akan berkecambah menjadi sel vegetatif yang
akan tumbuh dan menghasilkan enterotoksin. Enterotoksin mempengaruhi epitel yang
mengakibatkan diare. Bacillus cereus dapat dicerna sebagai spora dan sel vegetatif. Hasil
akhir, sindrom diare, tidak dipengaruhi oleh jenis sel. Spora hampir tidak terpengaruh
oleh pH rendah perut, sementara sel-sel vegetatif tergantung pada nilai pH. Gejala diare
muncul yang disebabkan oleh enterotoksin tanpa interaksi langsung antara organisme
dengan inang (Granum et al., 1995).
Bacillus cereus bersifat proteolitik yang kuat karena memproduksi enzim (protease,
amilase, lesitinase, dan lain-lain) yang dapat memecah protein dan mempunyai sifat yang
hampir sama dengan renin sehingga dapat menggumpalkan susu (Fardiaz, 1998). Bakteri
ini juga memfermentasi karbohidrat (glukosa dan manosa). Selain itu, bakteri ini akan
tumbuh pada pH 4,3-9,3 dan aktivitas air (Aw) 0,95 (Blackburn dan McClure, 2002). Uji
konfirmasi mengacu pada karakteristik bentuk Bacillus cereus dan reaksi metabolisme
yang mampu memfermentasi glukosa dalam kondisi anaerob, dan mereduksi nitrat
menjadi nitrit (Harmon et al., 1992).
Bacillus cereus memiliki flagella peritrikus. Organisme ini dapat bertahan hidup
dalam berbagai suhu yaitu 10- 50°C, dan untuk suhu pertumbuhan optimal 28-35°C
(Giffel, et al., 1995). Keracunan akibat bakteri Bacillus cereus dapat mengakibatkan sakit
perut, muntah dan diare. Bacillus cereus dapat pula menyebabkan infeksi lain yang lebih
berbahaya seperti infeksi non gastrointestinal, infeksi saluran pernafasan, infeksi
nosokomial, infeksi sistem saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi kulit, endokarditis,
dan osteomielitis (Bottone, 2010).

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Tabung reaksi
b. Rak tabung reaksi
c. Timbangan digital
d. Cawan petri
e. Gelas ukur
f. Pipet ukur steril
g. Filler
h. Beaker glass
i. Bunsen
j. Batang pengaduk
k. Spatula
l. Jarum ose
m. Spreader glass/ drygalski
2. Bahan
a. Sampel tanah
b. Media MYP ( Mannitol egg yolk polymyxin agar)
c. Media NA (Nutrient agar)
d. Buffer fosfat
e. Alkohol 70%
f. Korek api
C. Prosedur Kerja
1. Nyalakan bunsen menggunakan korek api
2. Aseptiskan meja kerja menggunakan alkohol 70%
3. Timbang sampel tanah sebanyak 25 gram menggunakan timbangan digital
4. Masukkan sampel ke dalam beaker glass dan tambahkan larutan buffer fosfat
sebanyak 225 ml
5. Homogenkan menggunakan batang pengaduk hingga diperoleh suspensi
6. Ambil suspensi menggunakan pipet ukur steril sebanyak 1 ml
7. Masukkan suspensi 1 ml ke dalam 9 ml buffer fosfat yang terdapat dalam tabung
reaksi kemudian homogenkan sampel
8. Lakukan penanaman sampel ke dalam media MYP menggunakan metode sebar
dengan cara ambil sampel sebanyak 0.1 ml dari tabung reaksi buffer fosfat
menggunakan pipet ukur steril ke dalam cawan petri yang telah berisi media
MYP, kumudian sebar sampel menggunakan spreader glass
9. Tutup cawan petri dan bungkus menggunakan kertas
10. Inkubasikan sampel pada inkubator pada suhu 30oC selama 1x24 jam
11. Setelah diinkubasi, kemudian amati sampel pada cawan petri, pilih koloni spesifik
bacillus pada media MYP agar dengan ciri: koloni berwarna merah muda dengan
dikelilingi daerah berwarna keruh
12. Ambil koloni spesifik menggunakan jarum ose
13. Inokulasikan ke dalam media NA pada tabung reaksi menggunakan teknik gores
berbentuk zig-zag
14. Inkubasikan sampel pada inkubator pada suhu 37oC selama 1x24 jam
15. Setelah diinkubasi, kemudian lakukan pengamatan pada sampel

Anda mungkin juga menyukai