Anda di halaman 1dari 20

USULAN PROJECT BUDIDAYA TANAMAN TOMAT DAN CABAI SECARA

ORGANIK
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pertanian Berkelanjutan (Organik)

Disusun oleh:
Kelompok 5

Livia Adila 150510170118


Daniel Kris Pakpahan 150510170120
Hafizh Naufal Suryandani 150510170133
Agitha Kartika 150510170125
Devina Alifia A 150510170136

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Sitem Pertanian
Berkelanjutan (Organik) yang berjudul “Usulan Project Budidaya Tanaman Tomat dan Cabai
secara Organik” dan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

Penulis berharap makalah ini dapat diterima oleh Bapak/Ibu Dosen dengan baik sebagai
cakupan dalam pemenuhan nilai mata kuliah Sitem Pertanian Berkelanjutan (Organik).

Penulis menyadari bahwa pada makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan serta
jauh dari kesempurna. Dengan demikian, Penulis benar-benar mengharapkan adanya kritik dan
saran untuk perbaikan makalah yang hendak saya tulis di masa yang selanjutnya, menyadari
tidak ada suatu hal yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Penulis berharap makalah yang sederhana ini bisa dimengerti oleh setiap pihak terutama
untuk para pembaca. Selain itu Penulis juga ingin mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada
perkataan yang tidak berkenan di hati.

Jatinangor, 16 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................. iii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2

BAB II. ISI ...................................................................................................................................... 3

2.1 Faktor Iklim yang Memengaruhi Terjadinya Erosi .......................................................... 3

2.1.1 Suhu atau Temperatur ............................................................................................... 4

2.1.2 Angin......................................................................................................................... 4

2.1.3 Curah Hujan .............................................................................................................. 5

2.2 Mekanisme Terjadinya Erosi yang Disebabkan oleh Faktor Iklim .................................. 5

2.3 Solusi untuk Meminimalisir Proses Terjadinya Erosi ...................................................... 6

2.3.1 Metode Vegetatif ...................................................................................................... 6

2.3.2 Metode Mekanis........................................................................................................ 7

2.3.3 Metode kimia ............................................................................................................ 7

BAB III. KESIMPULAN................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... 9


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Arti penting jenis komoditas, syarat tumbuh, latar belakang perlunya budidaya

tanaman tersebut secara organik, potensi kendala (jenis OPT utama lengkapi dengn gambar)

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah makalah ini, yaitu:
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pembuatan makalah ini sebagai berikut:
BAB II
ISI

Adapun metode pelaksanaan yang meliputi tahap-tahap pelaksanaannya secara rinci,


yaitu menjelaskan jenis varietas, persiapan benih, pengelolaan dan pengolahan lahan,
pemupukan, cara budidaya, cara pengendalian hama dan penyakit.
2.1 Jenis Varietas

2.2 Persiapan Benih


2.2.1 Persiapan Benih Tomat
Bibit yang baik dan berkualitas berasal dari benih yang baik dengan perlakuan
pembenihan yang baik. Benih dapat diuji coba untuk mengetahui berapa banyak yang
akan tumbuh. Untuk benih yang akan ditanam untuk keperluan sendiri, tempatkan benih
dalam suatu wadah berisi air. Benih yang tenggelam adalah benih yang baik untuk
ditanam, benih yang mengambang adalah benih yang buruk dan dapat dibuang. Biasanya,
hampir semua benih akan tenggelam. Untuk benih yang akan dijual dan ditukarkan,
sebaiknya harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui berapa persentase benih yang
dapat berkecambah dan tumbuh. Setelah diketahui benih yang dapat tumbuh, keringkan
anginkan benih tersebut.
Benih tomat yang telah terpilih sebelum disemaikan direndam dengan air hangat
selama 1 jam agar mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit mati. Ada
beberapa cara menyemai benih tomat pada bedeng persemaian. Cara pertama, benih
tomat ditaburkan merata pada permukaan bedeng, kemudian ditutup tanah tipis-tipis.
Bedeng dibuat guritan sedalam 1 cm dengan jarak antar guritan 5 cm, lalu biji ditaburkan
kedalan guritan secara merata dan tidak saling tumpuk, kemudian ditutup kembali dengan
tanah tipis-tipis. Cara kedua, dengan menanamkan benih pada lubang-lubang tanam yang
dibuat dengan jarak 5 cm dan kedalaman lubang tanam sekitar 1 cm. Dalam satu lubang
tanam dapat diisikan 1 atau 2 benih, kemudian ditutup tanah tipis-tipis. Cara ketiga,
penyemaian dapat langsung dilakukan pada kantong-kantong polybag yang telah diisi
media tanam berupa tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1. Setiap kantong
polybag diisi satu benih saja dan tanamkan benih dengan kedalaman sekitar 1 cm. Setelah
biji ditanam, media semai sebaiknya dibasahi dengan air.
2.2.2 Persiapan Benih Cabai
Mutu benih mencakup mutu genetis, fisiologis, fisik, dan patologis. Rendahnya
produktivitas tanaman terutama disebabkan oleh rendahnya mutu benih yang digunakan.
Mutu patologis berhubungan dengan infeksi patogen terbawa benih baik yang terdapat di
dalam maupun di permukaan benih (Ibrahim dkk, 2014).
Sebelum disemai, benih cabai merah direndam dalam air hangat (50 °C) selama 1
jam. Perendaman benih tersebut bertujuan untuk menghilangkan hama atau penyakit
yang menempel pada biji dan untuk mempercepat perkecambahan. Kalau ada biji yang
mengambang, berarti benih kurang baik, jadi harus disingkirkan. Benih-benih yang
tenggelam bisa langsung disemai. Media persemaian terdiri atas campuran tanah halus
dan pupuk kandang (1:1) yang telah disterilisasi dengan uap air panas selama 6 jam.
Penanaman biji dapat dilakukan secara langsung atau melalui pesemaian terlebih
dahulu. Penanaman biji secara langsung memiliki risiko kematian bibit yang lebih tinggi
dibandingkan dengan melalui penyemaian. Tahap persemaian dilakukan untuk
mempersiapkan tanaman yang sehat, kuat dan seragam sebagai bahan tanam yang akan
dipindahkan ke lapang. Faktor yang berpengaruh dalam persemaian cabai adalah kualitas
media persemaian yaitu yang mampu mencukupi kebutuhan air dan unsur hara, ruang
untuk akar dan menyokong pertumbuhan tanaman.

2.3 Pengelolaan dan Pengolahan Lahan


Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam olah tanah ialah olah:
 Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna yaitu pertama pencakulan kemudian
penggemburan. Serta sanitasi sekitar tanaman dengan cara membersihkan areal
pertanaman dari gulma dan tanaman liar lainnya yang bisa menjadi inang atau tempat
hidup sementara hama dan penyakit.
 Tomat tumbuh baik pada tingkat keasaman tanah pH 5,5-7. Apabila tanah terlalu asam
(<5,5), tambahkan dolomit atau kapur pertanian. Manfaat pengapuran selain menaikan
pH tanah juga untuk memperbaiki struktur tanah. Dosisnya harus disesuaikan dengan
tingkat pH tanah masing-masing.
 Setiap bedeng dibuat barisan dengan lebar baris 6 m dan panjang 6,4 m, tinggikan
bedengan untuk mengurangi tingginya kelembaban tanah. Usahakan membuat bedengan
lebih tinggi dibandingkan pada saat musim kemarau. Jika pada musim kemarau bedengan
dibuat biasanya setinggi 50 cm, maka pada musim penghujan bisa dibuat setinggi 60-70
cm dan buat jarak antar bedeng selebar 30-40 cm
 Sebelum ditutup mulsa, bedengan di taburi dengan pupuk organik dengan dosis 15–20
ton/ha.
 Pengaturan jarak tanam. Untuk mengurangi kelembaban dan memberikan keleluasaan
cahaya matahari masuk disela-sela tanaman, maka gunakan jarak tanam yang lebih lebar.
Untuk tomat bisa menggunakan jarak 50-60 cm, untuk cabe 60-70 cm. Pengaturan jarak
tanam mengurangi resiko pecah buah.
 Ditutup dengan mulsa plastik hitam perak untuk mengkontrol kelembaban tanah,
mencegah tumbuhnya gulma dan mengurangi penyebaran penyakit dari cipratan tanah
yang terkena hujan, yang kemungkinan mengandung bibit penyakit atau patogen.
 Perbaikan saluran drainase. Usahakan air tidak menggenang disekitar tanaman, karena air
yang menggenang menjadi pemicu berkembangnya hama dan penyakit, terutama
serangan layu. Drainase dipastikan harus benar-benar bagus sehingga air bisa mengalir
lancar.
2.4 Pemupukan
Pupuk merupakan bahan yang mengandung nutrisi untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi dan kualitasnya. Selama ini petani lebih
memilih pupuk kimia (anorganik) untuk asupan nutrisi tanaman dengan harapan
mendapatkan hasil yang optimal. Pupuk kimia dianggap sebagai cara terbaik untuk
meningkatkan hasil produksi petanian. Hal tersebut dapat terjadi karena pupuk kimia
praktis dalam penggunaanya, dan memiliki kandungan hara makro (NPK) yang dibutuhkan
oleh tanaman dalam jumlah besar. Hal yang harus diwaspadai bahwa aplikasi pupuk kimia
yang lebih untuk meningkatkan produksi pertanian justru berpotensi merusak lahan
pertanian. Kondisi tersebut diperparah dengan defisitnya bahan organik tanah yang terjadi
dihampir semua lahan pertanian. Salah satu usaha yang ditempuh untuk mengatasi
permasalahan tersebut yaitu pemakaian pupuk organik.
2.4.1 Jenis Pupuk
Terdapat empat jenis pupuk yang digunakan dalam budidaya ini, yaitu kompos,
pupuk organik cair (POC), mikroorganisme lokal (MOL), dan pupuk hayati.
2.4.2 Pembuatan dan Pengaplikasian
1. Kompos
Alat dan Bahan:
 Kotoran sapi (yang bercampur urin lebih baik) sebanyak 80 kg.
 Serbuk kayu/gergaji/sekam/jerami/dedaunan. Jika potongan terlalu besar dapat dipotong-
potong terlebih dahulu.
 EM4 sebagai bahan pemicu mikroorganisme untuk pembuatan pupuk kompos sebanyak
250 ml (untuk mengaktifkannya biasanya dicampur dengan air atau sesuai dengan aturan
pakai pada botol).
 Abu sekam/abu dapur sebanyak 10 kg (jika ada)
 Cangkul
 Wadah besar
 Plastik besar atau terpal

Cara Membuat:

1. Langkah pertama adalah kita campurkan semua bahan (kotoran sapi, serbuk kayu, abu
sekam, dan kapur) menjadi satu di wadah atau tempat yang mendukung. Setelah bahan
tercampur kita dapat menutup campuran pupuk kompos tersebut dengan plastic atau
terpal dan diamkan selama satu hari.
2. Setelah satu hari, aduk-aduk dan balik pupuk kompos agar sirkulasi udaranya baik sambil
beri atau siram sedikit demi sedikit EM4 yang sudah dicampur dengan air. Aduk kembali
dan setelah semua bahan tercampur dengan rata tutup kembali bahan pupuk kompos dan
diamkan selama satu minggu
3. Setelah satu minggu kita aduk kembali semua bahan agar proses pembusukkan pada
pupuk kompos merata dan suplai oksigen tercukupi oleh mikroorganisme yang bekerja.
Setelah itu pengadukkan dilakukan setiap 3 hari sekali (atau 1 minggu sekali juga bisa).
Proses ini membutuhkan kurang lebih 3 – 4 minggu sampai pupuk kompos benar-benar
dapat digunakan
4. Salah satu tanda saat mikroorganisme atau mikroba tengah bekerja melakukan
pembusukkan kompos adalah suhu yang meningkat. Ketika akan mengaduk dan dala
terpal terasa hangat berarti proses pembusukkan tengah berjalan
5. Setelah minggu ke 3 atau 4 dapat dicek kembali. Jika bahan pupuk kompos berwarna
coklat kehitaman, tidak berbau menyengat, dan suhu tidak terlalu hangat maka pupuk
kompos dari kotoran sapi siap digunakan
6. Jika dirasa bahan pupuk kompos terlalu besar, pupuk dapat dipotong-potong baik secara
manual atau menggunakan alat dan siap dikemas

Pengaplikasiannya:

Cara penggunaannya adalah dengan jalan memasukkan ke dalam tanah selama ± 2


minggu sebelum tanam. Pada lubang tanam: masukkan pupuk kandang ke dalam lubang tanam,
biarkan selama 15 hari, kemudian ditanam (pisang, rambutan, mangga, dll) 2.Pada larikan:
dengan jalan menebarkan pupuk kandang pada larikan, kemudian ditutup dengan tanah, biarkan
selama 15 hari, lalu ditanami bibit tanaman. Dosis Pupuk kompos/pupuk kandang yang
digunakan ialah 10-15 ton/Ha. Selain itu, kita bisa menambahkan pupuk kandang atau kompos
setelah tanaman berumur 2-3 minggu dengan dosis satu gengam tangan atau 300 gram per
tanaman.

2. Pupuk Organik Cair (POC)

Alat dan Bahan:

 Ember plastik,
 plastik hitam,
 tali rafia
 Kompos pupuk kandang,
 air

Cara pembuatan:
1. Masukkan kompos dan air ke dalam ember plastik dengan perbandingan 1:4 (v/v)

2. Tutup ember dengan plastik hitam dan ikat rapat dengan rafia

3. Diamkan selama 2 minggu

Pengaplikasiannya:

Semprotkan pupuk organik cair yang mempunyai kandungan kalium tinggi pada saat
tanaman akan berbunga dan berbuah (fase generatif). Penyemprotan bisa dilakukan setiap
minggu. Harus diperhatikan, pupuk organik cair harus diencerkan terlebih dahulu, 1 liter pupuk
cair dengan 100 liter air. Penting untuk dicatat, konsentrasi pupuk organik cair tidak boleh
melebihi 2%.

3. Mikroorganisme Lokal (MOL)

Alat dan Bahan:

 Bonggol pisang,
 buahmaja/berenuk
 air cucian beras yang pertama/air kelapa
 gula(merah atau putih)
 Botol
 Toples
 Selang
 Plastik hitam

Cara membuatnya:

1. Bahan dicincang atau dicacah sebanyak satu bagian,


2. dimasukkan ke dalam wadah plastik dan ditambah tiga bagian air cucian beras/air
kelapa.
3. Ditambahkanpula gulamerah sebanyak 5 % (50 g per liter).
4. Setelahsemuadicampurdandiaduk wadahditutup yang diberi selang agar gas yang
terbentuk selama fermentasidapat dikeluarkan.
5. Bahan disimpan selama14 hari di tempat teduh dan gelap atau wadahnya berupa tong
yang dindingnya tidak tembus cahaya.
Pengaplikasiannya:

Cairan yang diperoleh disaring dan diencerkan dengan air dengan konsentrasi 5-10%.
Suspensi disiramkan pada tanaman sebanyak 50-100 ml atau sekitar 1/ 4 –1/3 dari gelas
minuman plastik (bervolume250 ml). Aplikasi dapat dilakukan pada saat 2, 4, dan 6 minggu
setelah tanam

4. Pupuk Hayati

Alat dan Bahan :

 Ember plastik
 Gula
 BION UP/EM4,
 air

Cara membuat:

1. Di dalam ember plastik, larutkan 2-3% gula atau molase (w/v atau v/v) dalam air.

2. Masukkan 5% (v/v) starter pupuk hayati.

3. Aplikasikan pada tanah atau tanaman.

Pengaplikasiannya:

Dosis dan takaran larutan EM4 untuk tanaman cabai adalah 15 ml/liter air per tanaman di atas
umur 25 hst/sudah pindah ke bedengan. Siramkan pada tanaman cabai setiap 1 minggu sekali.
Hasil akan kelihatan setelah 2 minggu.
2.5 Cara Budidaya
2.5.1 Sistem Tanam/Cropping System
Syarat tumbuh tanaman Tomat dan Cabai memiliki banyak kesamaan, sehingga
cocok ditanam bersamaan dengan sistem tanam tumpang sari. Tanaman cabai yang
ditumpangsarikan dengan tanaman tomat dapat melindungi buahnya dari sinar matahari
langsung agar tidak rusak.
Penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari dengan jarak tanam yang
digunakan adalah 50 x 60 cm (Gambar 1). Pengaturan jarak tanam mengurangi resiko
pecah buah.

Gambar 1. Layout Jarak Tanam

2.5.2 Pemulsaan
Mulsa diaplikasikan saat pengolahan tanah. Mulsa yang digunkan adalah mulsa
plastik hitam perak. Ukuran mulsa disesuaikan dengan luas bedengan dan pembolongan
untuk lubang tanam mulsa disesuaikan dengan jarak tanam. Mulsa berguna untuk
mengkontrol kelembaban tanah, mencegah tumbuhnya gulma dan mengurangi penyebaran
penyakit dari cipratan tanah yang terkena hujan, yang kemungkinan mengandung bibit
penyakit atau patogen.
2.5.3 Pengairan
Tanaman dapat diberi air sebanyak 2 kali sehari dengan cara penyiraman atau
menggunkan drainae. Pengunaan saluran drainase dilakukan di parit antar bedengan.
Usahakan air tidak menggenang disekitar tanaman, karena air yang menggenang menjadi
pemicu berkembangnya hama dan penyakit, terutama serangan layu. Drainase dipastikan
harus benar-benar bagus sehingga air bisa mengalir lancar.
2.5.4 Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman tomat dan cabai dilakukan dengan pemotongan tunas dan
penyiangan gulma dilakukan seminggu sekali. Khusus untuk tomat ada pemotongan pucuk,
yaitu apabila keadaan tanaman sudah berbuah sebanyak 7 atau 8 tandan dengan harapan
agar diperoleh buah tomat dengan ukuran yang lebih besar. Pemasangan patok atau ajir
pada tomat-cabai dilakukan setelah dua minggu penanaman.
2.6 Cara Pengendalian Hama dan Penyakit
2.6.1 Kegiatan Monitoring
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang sangat penting dalam pengendalian dan
penanggulangan hama yang nantinya akan didapatkan teknik pengendalian seperti apa yang bisa
untuk diterapkan ke lahan setelah dilakukannya monitoring. Pada tahapan ini, kegiatan
monitoring bisa dilakukan sekali – 2x seminggu untuk memantau apa saja kerusakan atau gejala
yang timbul saat seminggu penanaman pertama, 2 minggu setelah tanam sampai nanti waktu
akan panen pada tanaman tomat dan cabai.

Selain itu juga dilihat jenis – jenis kerusakan apa yang ada pada kedua tanaman tersebut,
apakah kerusakan yang ada diakibatkan oleh hama atau penyakit. Jika kerusakan ditimbulkan
oleh hama maka perlu dilakukan identifikasi jenis – jenis hama apa saja yang mungkin
menyerang kedua tanaman ini, apakah hama tersebut sudah layak untuk dikendalikan atau
belum.

Jika kerusakan disebabkan oleh penyakit, maka perlu dilakukan identifikasi kembali. Hal
ini akan berpengaruh pada tindakan pengendalian yang nantinya dapat dilakukan jika sudah tau
penyebab kerusakan yang timbul ditanaman disebabkan oleh apa.
2.6.2 Teknik Pengendalian

1. Jenis Pengendalian, Cara, dan Persiapan yang Dilakukan

 Pengendalian Mekanis
- Pengendalian terhadap serangan ulat tanah dan ulat buah yang menyerang tanaman
tomat dan cabai, bisa dengan memunguti larvanya pada sore hari menggunakan jari –
jari tangan yang dibungkus plastik / terbuat dari kain yang cukup tebal. Larva dapat
diketahui secara pasti ada pada permukaan tanah atau di bawah semak – semak
tanaman di sekitarnya.
- Pengendalian hama kutu daun dan tungau dimana kedua hama ini serius menyerang
tanaman tobat dan cabai. Pengendaliannya dapat dilakukan secara teknis dengan cara
memetik daun yang terinfeksi hama dan dipetik kemudian
- Pengendalian lalat putih atau yang biasa disebut kutu kepul yang juga sering
menyerang tanaman cabai dan tomat dapat dilakukan dengan penggunaan mulsa
jerami maupun mulsa kuning yang diberikan setiap kali tanam pada area bedengan
atau guludan lahan tanam. Selain itu, juga dapat dilakukan dengan membersihkan
lahan tanam dari rumput liar (gulma).
- Selain itu juga dapat dilakukan pengendalian dengan menjaga kebersihan lahan dan
memperhatikan tingkat kelembaban
 Pengendalian Menggunakan Pestisida Nabati
1. Pestisida Nabati Daun Sirsak
Alat dan Bahan :
- Blender, pisau, dirigen
- Daun sirsak, air, deterjen colek

Metode :

- Potong daun sirsak sehingga mudah diblender


- Kemudian blender dengan 1 liter air
- Masukkan ke dalam wadah lalu ditambah sedikit deterjen colek
- Kemudian diaduk dan masukkan ke dalam dirigen
- Didiamkan ± 2 minggu
2. Pestisida Mikroba Sederhana, Bubur California dan Bubur Bordeaux

a. Pembuatan biakan masal Trichoderma sp

- Media yang digunakan adalah campuran dedak dan serbuk gergaji dicampur dengan
perbandingan 1:2 (v/v), kemudian ditambahkan air sampai apabila digenggam
gumpalan tidak pecah, namun air tidak sampai menetes dari campuran tersebut
(kelembaban 70%). Campuran tersebut sebanyak 50-100 g dimasukkan ke dalam
plastik tahan panas.
- Plastik-plastik tahan panas yang telah berisi media disterilisasi dengan autoclave pada
suhu 121 oC (1 atm) selama 20 menit. Sterilisasi dapat juga dilakukan dengan cara
mengukus biakan selama 1 jam lalu didinginkan setlah itu dikukus lagi selama 60
menit.
- Setelah media dingin, potonglah biakan jamur Trichoderma sp. dengan bor gabus
kemudian sebanyak 3-5 potong biakan dimasukkan ke dalam plastik yang berisi 100 g
medium campuran dedak serbuk gergaji. Kegiatan ini dilakukan secara aseptik.
- Media yang telah diinokulasi jamur antagonis diinkubasikan selama seminggu

b. Pembuatan Bubur California

Bahan yang digunakan :

- 1 kg belerang
- 2 kg kapur tohor
- 10 liter air

Cara pembuatan bubur California


- Air dibagi 2 bagian, 5 liter air dipanaskan sampai mendidih kemudian dimasukkan 1
kg belerang dan diaduk terus menerus. Sebanyak 5 liter air dari sebagian lagi
dicampur
dengan2 kg kapur kemudian diaduk sampai merata.
- Setelah belerang mendidih, air kapur dimasukkan sedikit demi sedikit sambil terus
diaduk sampai mendidih.dan terbentuk larutan berwarna kuning kemerahan
selanjutnya didinginkan.
- Setelah bubur California dingin, bubur tersebut dapat disimpan dalam botol atau
jirigen dan didiamkan selama 12 jam sehingga akan terpisah air jernih pada bagian
atas dan endapan pada bagian bawah yang berarti bubur California siap digunakan

c. Pembuatan Bubur Bordeaux


Bahan yang digunakan :

- 1/4 kg kapur tohor


- 1/4 kg belerang
- 1/4 kg terusi (CuSO4).
- 6 liter air

Cara pembuatan bubur Bordeaux

- Terusi dimasukkan dalam wadah pertama.


- Kapur dan belerang dihaluskan menjadi satu,kemudian dimasukkan dalam wadah
kedua.
- Air sebanyak 6 liter direbus sampai mendidih. Sebanya k3 liter air mendidih
dimasukkan dalam wadah pertama (yang berisi trusi saja) selanjutnya diaduk hingga
tercampur merata. Sebanyak 3 liter air mendidih sisanya dimasukkan ke dalam ember
kedua (yang berisi kapur dan belerang)
- Selanjutnya diaduk hingga tercampur merata.
- Masing-masing campuran bahan tersebut disatukan dan diaduk sampai merata.
- Selanjutnya campuran tersebut didiamkan selama 12 jam hingga terbentuk cairan
bening dan endapan.
2. Pengaplikasian Pestisida Nabati

a. Pestisida Nabati Daun Sirsak

Untuk mengendalikan hama thrips / kutu daun pesnab dari daun sirsak ini pertama – tama
diencerkan terlebih dahulu yaitu dengan mengencerkan larutan pesnab sebanyak 1 liter ke dalam
10 liter air setelah itu larutan siap untuk digunakan. Pengaplikasiannya bisa langsung
disemprotkan ke tanaman cabai atau tomat pada waktu mulai dari sebelum tanaman
menimbulkan gejala terserang hama

b. Pestisida Mikroba Sederhana dengan Biakan Trichoderma sp

- Ditaburkan secara merata pada bedengan sebagai pupuk dasar, kemudian ditutup dengan tanah
atau diaduk merata dengan tanah.
- Ditaburkan secukupnya pada lubang tanam dan ditutup dengan tanah

c. Bubur California

- Untuk pencegahan terhadap hama dan penyakit dapat dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun
yaitu pada awal dan akhir musim hujan.

- Penyemprotan dilakukan dengan mencampur larutan yang jernih dan air bersih dengan dosis ±
70-100 ml/L. Sedangkan penyaputan yang biasa dilakukan pada batang menggunakan endapan
yang ada dan dicampur dengan perekat. Perlu diketahui bahwa bubur california setelah
proses pembuatannya selesai kemudian dibiarkan sampai dingin akan terjadi pengendapan.
Larutan yang mengendap digunakan untuk penyaputan dan larutan yang diatas yang jernih
digunakan untuk sebagai bahan penyemprotan

d. Bubur Bordeaux

- Dosis penyemprotan adalah 50 sampai 70 ml per tangki (14 liter), atau satu gelas aqua untuk
tiga tangki penyemprot.

- Semprotkan secara merata ke tanaman yang terserang penyakit.

- Interval penyemprotan seminggu sekali


2.7 Jadwal Kerja
Pada tabel dibawah ini rincian jadwal kerja yang dilakukan dalam budidaya tanaman
Tomat dan Cabai secara organik.
Minggu ke-
KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pembuatan POC, kompos cair,
dan MOL
Pembuatan pestisida mikroba
sederhana, bubur california dan
bordeaux
Persiapan dan penyiangan lahan
Pemupukan tanah + penanaman
tomat dan cabai
Penyiraman tanaman
Monitoring lahan dan tanaman
Pengendalian hama dan penyakit
(secara mekanis dan pesnab)
Panen
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai