Anda di halaman 1dari 2

Teks Laporan Hasil Observasi Tentang Hutan Baluran Jawa Timur

Dibawah ini merupakan contoh teks laporan hasil observasi tentang hutan Baluran yang berada di
daerah Jawa Timur.

Judul
Observasi Hutan Baluran Jawa Timur
Pendahuluan

Hutan Baluran merupakan salah satu taman nasional milik Indonesia yang telah ditetapkan menjadi
hutan lindung atau suaka marga bahkan sejak masa kolonialisasi belanda, yakni pada tahun 1937.

Meski kemudian Indonesia lepas dari belenggu penjajah Belanda, pemerintah Indonesia melalui
mentri pertanian dan agraria menetapkan kembali kawasan tersebut sebagai suaka marga satwa hingga
pada tahun 1960 tepatnya pada tanggal 6 maret, suaka marga satwa Baluran ditetapkan sebagai Taman
Nasional Baluran.

Hutan ini dimiliki oleh dua kota di Jawa Timur, yakni Situbondo dan Banyuwangi. Nama Baluran itu
sendiri diambil dari nama gunung yang terdapat di kawasan tersebut, yakni gunung Baluran.

Seluruh bagian dari kawasan ini berupa vegetasi sabana dan hutan (hutan rawa, hutan mangrove,
hutan pantai, dan hutan lereng gunung) yang selalu hijau sepanjang tahun.

Isi

Pembagian Area Kawasan


Luas keseluruhan kawasan Taman Nasional Baluran ini adalah 25.000 hektar yang dibagi menjadi
lima zona utama, yaitu zona inti (12.000 Ha), Zona Rimba (5.537 Ha dengan pembagian kawasan
daratan 4.574 Ha dan perairan 10.63 Ha), zona pemanfaatan intensif (800 Ha), Zona pemanfaatan
khusus (5.780 Ha) dan Zona rehabilitasi (783 Ha).

Selain terbagi dalam lima zona, area ini juga terbagi menjadi beberapa pos pengamatan, yakni;

1. Batangan
Area ini merupakan area bumi perkemahan dan pusat informasi sekaligus merupakan acara yang
cocok untuk diselenggarakan acara tertentu sejauh tidak merusak kawasan Taman Nasional.

Selain itu, di Batangan juga terdapat peninggalan bersejarah seperti makam putra Maulana Malik
Ibrahim dan goa Jepang.

2. Bekol dan Seminang


Area ini merupakan area dengan beberapa fasilitas seperti wisma peneliti, wisma tamu dan wisma
pandang.

Area ini di desain sedemikian rupa untuk mempermudah para peneliti atau tamu melakukan
pengamatan area dan satwa disekitar seperti ayam hutan, merak, burung-burung hutan, banteng, rusa,
kerbau liar dan kijang.

3. Bilik, Bama, Balanan


Area ini merupakan area pantai dan menjadi salah satu pos wisata bahari dengan suguhan fasilitas
memancing, snorkeling serta pemandangan satwa berupa rusa dan kera abu-abu.

4. Popongan, Sirontoh, Sejile, Kalitopo


Area ini masih termasuk dalam area bahari yang menyediakan fasilitas berupa sampan untuk
menjelajah perairan laut yang tenang serta melihat berbagai jenis ikan laut yang menawan.

5. Manting, Air Kacip


Di area ini terdapat sumber mata air yang tak pernah kering sepanjang tahun dan menjadi rumah bagi
satwa macan tutul yang senang berburu binatang lainnya yang bergerak mencari sumber air.

6. Curah Tangis
Curah tangis adalah area pegunungan yang menyediakan fasilitas panjat tebing yang memiliki
ketinggian maksimal 30 meter dengan kemiringan hingga 85ᴼ.

Jenis Vegetasi
Di Taman Nasional Baluran terdapat banyak sekali jenis tumbuhan mulai dari rerumputan, semak,
hingga pohon-pohon besar yang tersebar di kawasan hutan, pantai, dan rawa.

Jumlah keseluruhan jenis tanaman di kawasan ini adalah 444 jenis.

Beberapa tanaman yang paling banyak ditemukan di area tersebut adalah tanaman widoro bukol,
mimba, pilang, asam jawa, gadung, kemiri, gebang, api-api, kendal, salam dan kepuh.

Jenis Satwa
Selain kaya akan beragam jenis tanaman, kawasan Taman Nasional Baluran juga memiliki beragam
jenis satwa seperti mamalia (26 jenis) dan burung (155 jenis).

Selain itu tentunya kawasan ini juga memiliki beragam jenis reptil darat dan air, aneka satwa air tawar
dan air laut.

Berikut ini merupakan beberapa binatang primadona di kawasan Tanam Nasional baluran; banteng,
kerbau liar, ajag, kijang, rusa, macan tutul, kancil, kucing hutan, kucing bakau, monyet, merak, ayam
hutan merah, tuwuk asia, layang-layang api, kangkareng, rong-rong dan bangau tong-tong.

Kesimpulan

Seiring dengan pertumbuhan penduduk, sedikit banyak kawasan ini akan berubah. Tentu saja
perubahan ini terjadi karena adanya campur tangan manusia yang dikhawatirkan akan merusak
kelestarian lingkungan.

Meski telah dilindungi dengan undang-undang, namun masih tetap saja ada pihak-pihak tertentu yang
memburu satwa dalam hutan.

Tentu akan sangat disayangkan jika keindahan dan kelestarian Taman Nasional ini terganggu
terutama oleh ulah tangan-tangan jahil manusia.

Anda mungkin juga menyukai