Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

MANFAT EKOLOGIS HUTAN GUNUNG MEJA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:

NAMA :

1. BREMA ALOY HAGANTA SITEPU (201959013)


2. ANA PATRESIA BETAWI(201959053)
3. PASKALINA CLARA INDEN (201959003)
4. ORIYANI INSORAKI AMPNIR (201959058)
5. ADOLINA ANJELA SOPRANITA KOIREWOA ( 201959033)
6. IKA TAGI (201859030)
7.
8. STANIS GABRIEL WIHYAWARI (201959031)
9. PERES PARIS PAYAI (2019047)
10. HOSIN WABIA (201859040)
11. YULIANA PERSILA MANINEMWARBA (
12. ORPA SABAROFEK (201859036)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS PAPUA

TAHUN AJARAN 2020/ 2021


TAMAN WISATA ALAM GUNUNG MEJA

Taman Wisata Alam Gunung Meja merupakan taman wisata alam yang terletak di
Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Jarak dari pusat kota ke Taman Wisata Alam
Gunung Meja sekitar 2,5 km. Fungsi utama Taman Wisata Alam Gunung Meja yaitu untuk
pariwisata dan rekreasi alam, sebagai tempat penelitian serta perlindungan sistem penyangga
kehidupan bagi keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan.

Lokasi
Taman Wisata Alam Gunung Meja terletak di Kelurahan Manokwari Timur , Distrik
Manokwari Timur dan Distrik Manokwari Barat, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua
Barat. Letak geografis Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja : 134 ° 03′ 17″ – 134 °
04′ 05″ LS dan 0 ° 51′ 29″ – 0 ° 52′ 59″ BT.

Sejarah
Hutan Gunung Meja ditetapkan sebagai kawasan konservasi sejak zaman Pemerintahan
Hindia Belanda. Gagasan itu berawal pada bulan Agustus 1953, yaitu saat kunjungan Tim
Kehutanan Pemerintah Hindia Belanda, yang terdiri dari : Ir. J.F.V.Zieck (Kepala Seksi
Inventarisasi Hutan); Ir. J. Fokkinga (Ketua Komisi Pertanian) dan H. Schrijn (Kepala
Pemangkuhan Hutan) ke Gunung Meja. Pada saat itu, disepakati bahwa area hutan primer
seluas 100 ha dan hutan sekunder seluas 360 ha termasuk jurang dan tebing-tebing karang
yang ada diusulkan sebagai hutan lindung dengan fungsi utama pengatur tata air (Hidrologi).

Untuk mendukung kesepakatan tersebut pada tahun 1954 dilakukan inventarisasi hutan
primer seluas 100 ha, dan pada tahun 1956 dan 1957 mencapai 360 ha. Selain itu juga
dilakukan survey tanah dan analisis vegatasi untuk jenis-jenis pohon yang mencapai diameter
35 cm dengan intensitas sampling 10 % oleh Jance Ainusi (pengenal jenis lokal) dan Ir. Faber
(ahli botani Belanda).

Dalam rangka pemanfaatan fungsi hidrologis tersebut, pada tahun 1957 Perusahaan Air
Minum (PDAM) Manokwari menggagas untuk memasang pipa dari sumber mata air di
Gunung Meja ke daerah Kuawi dan Fanindi Unjung (Surat PDAM Manokwari nomor 574
tanggal 4 Maret 1957). Kemudian dengan pertimbangan letak dan jarak dari pusat Kota
Manokwari yang sangat dekat, Pemerintah Hindia Belanda mengembangkan aneka fungsi
Hutan Lindung Gunung Meja.

Tahun 1959 Pemerintah Hindia Belanda juga mendorong kawasan Hutan Lindung Hidrologis
Gunung Meja untuk perlindungan satwa (Surat Kepala Seksi Pemangkuan Hutan nomor
6486/99, tanggal September 1959, tentang Monumen Alam Hutan Lindung Gunung Meja).
Namun demikian pengelolaan aneka fungsi Hutan Lindung Gunung Meja tersebut belum
sempat terwujud, karena situasi politik yang mengharuskan pemerintah Hindia Belanda untuk
meninggalkan Nederland Neuw Guinea (Tanah Papua) dan menyerahkan kekuasaannya di
Tanah Papua (termasuk pengelolaan Hutan Lindung Gunung Meja) ke Pemerintah Republik
Indonesia pada tahun 1963. Kemudian Pemerintah Republik Indonesia mempercayakan
kepada Provinsi Irian Barat.

Tahun 1980 sampai sekarang dengan tetap memperhatikan fungsi hidrologinya Pemerintah
Republik Indonesia menunjuk Hutan Lindung Gunung Meja sebagai Kawasan Taman Wisata
Gunung Meja dengan luas 500 ha (SK Menteri Pertanian nomor 19/Kpts/Um.1/1980 tanggal
12 Januari 1980).[2]
Kemudian pada tahun 1990, berdasarkan Undang-undang nomor 5 tahun 1990, nama Taman
Wisata Gunung Meja berubah menjadi Taman Wisata Alam Gunung Meja.

Iklim
Klasifikasi iklim menurut Schmidt and Furguson, kawasan ini termasuk dalam  tipe iklim A.
Tipe iklim hutan hujan tropika basah yang dicirikan oleh tingginya jumlah curah hujan
tahunan tanpa ada perbedaan yang jelas antara musim penghujan dan musim kemarau dengan
curah hujan tahunan sebesar 2.684,5 mm per tahun atau sekitar 220,71 mm per bulan. Rata-
rata suhu maksimum berkisar pada 30,30C dan suhu minimum berisar pada 23,5 0C, dengan
kelembaban maksimum 88,6% dan minimum sekitar 84%. Suhu mikro didalam kawasan
hutan Taman Wisata Alam Gunung Meja pada hutan sekunder 30-310C.

Flora dan fauna


Taman Wisata Alam Gunung Meja merupakan jenis hutan dataran rendah yang memiliki
kekayaan flora dan fauna yang beragam. Kawasan hutan yang hijau, lembap, serta kaya akan
sumber pangan menjadikan kawasan ini sebagai habitat berbagai tumbuhan dan hewan lokal
maupun yang sudah terancam punah. Dari hasil penelitian sejak 2003 menunjukan potensi
luar biasa yang dimiliki Taman Wisata Alam Gunung Meja, baik flora maupun fauna.
Setidaknya Taman Wisata Alam Gunung Meja ini memiliki 101 jenis pohon tumbuhan
berkayu yang telah dikategorikan langka oleh LIPI. Jenis-jenis flora tersebut terdiri dari 34
family, 9 jenis palem, 3 jenis rotan, 26 jenis anggrek, 8 jenis bambu, 35 jenis pakua-pakuan,
28 jenis semak/perdu, 8 jenis pandan dan 41 jenis liana, serta dapat dijumpai 52 jenis herbal
(18 rumput-rumputan, 16 herbal berpembuluh lunak dan 18 herbal berpembulum keras).[4]
Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja juga merupakan habitat yang berpotensial bagi
kehidupan satwa liar. Menurut laporan Leppe D dan Tokede MJ. 2008. dikawasan Taman
Wisata Alam Gunung Meja dapat dijumpai 15 jenis dari 6 famili mamalia, 35 jenis burung
(aves) dari 20 famili, 20 jenis herpetofaona (7 kadal, 3 ampibia, 9 jenis ular dan 1 jenis kura-
kura).

Dari jumlah satwa yang dapat dijumpai di Taman Wisata Alam Gunung Meja tersebut
terdapat 24 jenis satwa yang merupakan pemakan daging atau (carnivora). 54 jenis
merupakan pemakan tumbuhan (herbivore), dan 15 jenis merupakan pemakan serangga
(insectifora).

Potensi Wisata

Nilai estetika kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja terbentuk atas perpaduan antara
posisi kawasan terhadap kota Manokwari, karakteristik fisiografi lahan, keanekaragaman dan
keendemikan flora dan fauna serta nilai historis. Empat faktor tersebut bagi pemerhati dan
pencinta alam adalah suatu keunikan yang mengandung nilai artistik alam yang penuh
kerahasiaan dan keajaiban ciptaan Tuhan.

Beberapa potensi alam yang dapat dijadikan unggulan wisata di Taman Wisata Alam Gunung
Meja adalah:

Tugu Jepang
Didalam kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja terdapat suatu monumen bersejarah
pada masa penjajahan Jepang. Monumen tersebut dikenal dengan nama Tugu Jepang. Tugu
Jepang merupakan tugu peringatan pendaratan dan pendudukan tentara Jepang di Kabupaten
Manokwari. Potensi situs ini menjadi daya tarik tersendiri bagi warga negara Jepang, karena
memiliki sejarah bagi bangsa mereka.

Mata Air
Taman Wisata Alam Gunung Meja memiliki mata air yang cukup banyak dan tersebar di
seluruh kawasan. Mata air yang ada dipergunakan oleh masyarakat dan PDAM Kabupaten
Manokwari untuk keperluan sehari-hari. Menurut Basna (2007) terdapat 44 (empat puluh
empat) mata air yang masih aktif digunakan oleh masyarakat, yaitu tujuh mata air dikelola
oleh pihak pemerintah, satu mata air dikelola dan dimanfaatkan oleh Korem 1703 Manokwari
dan tiga puluh enam dimanfaatkan oleh masyarakat.

Pemanfaatan air oleh masyarakat, ada yang sudah dibuat dengan baik dengan menggunakan
bak dan ditarik menggunakan selang. Pasokan mata air Gunung Meja tersebut
menyumbangkan 10,30% dari total pasokan sumber mata air yang dimanfaatkan oleh PDAM
Manokwari.

Goa
Dari 19 goa alam yang ditemukan, terdapat 4 goa alam yang berukuran besar. di kawasan
Taman Wisata Alam Gunung Meja yang sebetulnya sangat potensial untuk objek wisata.
Namun hingga saat ini belum adanya penangganan khusus bagi objek ini. Goa tersebut
menurut masyarakat setempat adalah goa alami yang terjadi dan ada sejak dari dahulu.

Hutan Pendidikan
Di bagian Utara, dapat dijumpai beberapa petak tanaman kehutanan yang terpelihara dengan
baik, kondisi tersebut sampai saat ini masih dapat terlihat. Hal ini disebabkan, petak tanaman
tersebut merupakan hutan pendidikan yang masih dikelola dan dipelihara dengan baik oleh
instansi terkait. Selain petak tersebut, pada bagian Timur telah dibuatkan areal plot
monitoring sebagai kawasan penelitian/pendidikan  biodiversitas flora di Gunung Meja.
Sebagai maksud dari pembuatan plot, untuk mengetahui keanekaragaman jenis, potensi dan
menetapkan kawasan ini sebagai Areal Sumber Daya Genetik (ASDG) penyimpan maupun
pengawetan keanekaragaman jenis baik flora dan ekosisemnya.

Sebagi tempat wisata alam gunung meja

Situs momen bersejarah merupakan tugu jepang, goa-goa keanekaragaman hayati yang
beragam menjadi daya tarik yang dapat di manfaatkan untuk penggembangan wisata dan
kegiatan pembelajaran masyarakat di sekitar kawasan.

Sebagai sarana penilitian


potensi hewan dan tumbuhan yang beragam dan cukup tinggi menjadi TWA Gunung meja
sebagi salah satu penelitihan bagi mahasiswa atau penelitihan untuk menggembangkan ilmu
pengetahuan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.

Fasilitas Wisata

Sarana prasarana yang terdapat di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Meja, yaitu:
·        1 Unit Gapura

·        1 Unit Kantor Pusat Informasi kawasan

·        1 Unit Gazebo

·        Makam peninggalan perang dunia ke dua

·        Goa-goa Alam

·        Track Wisata (jalan aspal)

Penjelasan Fasilitas Wisata Alam hutan gunung meja

Gapura:
Gapura adalah salah satu strukutur yang merupakan pintu masuk atau gerbang ke suatu
kawasan atau kawasan. Gapura sering dijumpai di pura dan tempat.

Kantor pusat informasi kawasan:


Adalah sebagai tepat informasi mengenai kawasan hutan gunung meja

Gasebo:
Gasebo adalah salah satu fasilitas dengan ruang-ruang terbuka sebagai alternatif tempat
berkumpul dan melakukan kegiatan santai bersama anggota keluarga lainnya, banyak juga
yang menyebut saung karena digunakan untuk tempat santai.

Anda mungkin juga menyukai