Anda di halaman 1dari 11

GEOGRAFI

Taman nasional Kelimutu


Seberapa penting lingkungan untuk
kehidupan manusia?
Anggota kelompok
1.Akhmar riski h
2.Rizky wahyana
3.Faiz zaidan a
4.ramadani majid
5.Laxa ksatrio
6.Nasya aulia
Letak geografis
taman nasional di Indonesia. Tempatnya terletak di wilayah Kabupaten Ende, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Dalam sistem koordinat geografis, letaknya di 8°43’ - 8°48’ Lintang
Selatan dan 121°44’ - 121°51’ Bujur Timur. Penunjukannya sebagai Kawasan Taman
Nasional berdasarkan pada surat keputusan Menteri Kehutanan yang diterbitkan tahun
1992. Surat ini bernomor SK No. 279/Kpts-II/92. Taman Nasional Kelimut menempati
lahan seluas ± 5.000 hektare. Luas taman ini diperbesar pada tahun 1997 berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan. Pada Surat Keputusan No. 675/Kpts-II/97, luasnya
menjadi 5.356,5 hektare. Garis batas total ditetapkan sepanjang 48.423,44 meter
dengan jumlah pal batas sebanyak 241 pal batas. Batas ini memisahkan antara kawasan
hutan dengan 24 desa dalam 5 wilayah kecamatan di Kabupaten Ende.[2]
Sejarah geografis
Penunjukan berdasarkan Surat Keputusan Residen van Timor en
Onderhoorigheden ZB, tanggal 10 Desember 1930 nomor IV dan ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan ZB tanggal 15 Agustus 1932 nomor 92/LK
yang dipancang batasnya pada tahun 1932, di dalamnya terdapat danau
tiga warna yang disebut Danau Kelimutu.
Gubernur Kepala daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur melalui SK. No.
45/BKLH/Tahun 1982 tanggal 30 Maret 1982 menunjuk Kawasan Hutan
Sokoria seluas ± 5000 Ha yang terletak di Kabupaten Tingkat II Ende sebagai
Hutan Wisata yang selanjutnya diberi nama : Taman Wisata Kelimutu.
Menteri kehutanan dengan Keputusan No.89/KPTS-II/1983 tanggal 2
Desember 1983 telah menunjuk areal hutan di Propinsi Daerah Tingkat I
Nusa Tenggara Timur seluas ± 1.667,962 Ha sebagai kawasan hutan tetap,
diantaranya terletak di Kelompok Hutan Sokaria (RTK.52) Pulau Flores.
Kawasan hutan tersebut butir 1, telah dilakukan
pemancangan batas hutan dilapangan pada Bulan Desember
1983 s/d Januari 1984 yang hasilnya dituangkan kedalam
Berita Acara Pengumuman Pemancangan Batas Hutan dari
Kelompok Hutan Sokaria (RTK.52) tanggal 1 Februari 1984.
Dengan adanya pengumuman batas tersebut butir 3 dan tidak
adanya klaim dari masyarakat atas pengumuman tersebut,
kemudian pada tanggal 19 Juni 1984 Panitia Tata Batas
menandatangani Berita Acara Tata Batas dari Kelompok
Hutan Sokaria (RTK.52) Wilayah Kabupaten Tingkat II Ende
Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan No. 185/KPTS-II/1984 tanggal 4 Oktober 1984 menunjuk Danau
Kelimutu dan Kawasan Hutan disekitarnya seluas ± 5000 Ha yang terletak di Daerah Tingkat II Ende Daerah
Tingkat I Nusa Tenggara Timur sebagai Hutan Suaka Alam cq Cagar Alam seluas 16 Ha, dan sebagai Hutan
Wisata cq Taman Wisata seluas ± 4.984 Ha.
Pada Tanggal 6 Maret 1985, Menteri Kehutanan mengesahkan Berita Acara Tata Batas tersebut butir 4.
Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan No. 279/KPTS-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 merubah fungsi
dan menunjuk Cagar Alam Danau Kelimutu dan Taman Wisata Kelimutu di Kabupaten Dati II Ende, Propinsi
Tingkat I Nusa Tenggara Timur seluas ± 5000 Ha menjadi Taman Nasional dengan nama “Taman Nasional
Kelimutu”.
Penetapan pengukuhan kawasan Taman Nasional Kelimutu sesuai hasil tata batas 1984 seluas 5.356,5 Ha
berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No.679/KPTS-II/1997 tanggal 10 Oktober 1997.
Keputusan Dirjen PHKA No.SK69/IV-Set/HO/2006 tanggal 3 Mei 2006 tentang penunjukkan 20 (duapuluh)
Taman Nasional sebagai Taman Nasional Model.
Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor: SK.515/Menhut-II/2011 tanggal 8 September 2011 tentang
Perubahan Kepmenhut Nomor: 679/Kpts-II/1997 tentang Penetapan Kelompok Hutan Sokoria (RTK 52) P.
Flores seluas 5.356,5 ha terletak di Kabupaten Ende DT I NTT sebagai Kawasan Hutan Tetap dengan Fungsi
Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Kelimutu.
Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.754/MENHUT-II/2011 tanggal 30 Desember
2011 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Taman Nasional
Kelimutu yang Terletak di Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur seluas + 5.356,5 (Lima Ribu Tiga
Ratus Lima Puluh
topografi
Dalam pembagian administratif, Taman Nasional Kelimut berada dalam beberapa
wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Ende. Kecamatan-kecamatan ini yaitu
Kecamatan Detusoko, Wolowaru, Wolojita dan Kecamatan Ndona. Topografinya
berupa hutan pegunungan. Puncak-puncak gunung mempunyai ketinggian antara
1000-1731 meter di atas permukaan laut. Dua gunung yang masuk dalam wilayah
Taman Nasional Kelimutu adalah Gunung Kelimutu (1.690 mdpl) dan Gunung Kelibara
(1.731 mdpl). Dalam Taman Nasional Kelimut juga ada tiga danau kawah, yaitu Tiwu
Ata Mbupu,

Tiwu Nuwa Muri Koo Fai dan Tiwu Ata Polo. Ketiga danau ini mempunyai warna yang
berbeda sehingga disebut danau tiga warna.[4] Keadaan Topografi kawasan Taman
Nasional Kelimutu bervariasi dari bergelombang ringan sampai berat dengan relief
berbukit-bukit sampai bergunung-gunung, memiliki tingkat kemiringan atau lereng
yang sangat terjal dan curam, terutama pada dinding-dinding danau dan areal
sekitarnya. Topografi yang bergelombang berat umumnya terdapat di bagian selatan
kawasan.
Wisata Danau
Kelimutu
Pesona keindahan Danau Kelimutu tidak
terlepas dari danau tiga warna yang warnanya
dapat berubah-ubah dan juga berkembangnya
mitos yang selama ini dipercayai oleh penduduk
sekitar. Perubahan warna ketiga danau itu
disebabkan oleh komposisi mineral yang
terdapat dalam danau itu.
Ketiga danau tersebut bernama Tiwu Ata Polo (danau warna merah), Tiwu Nua Muri Koo Fai (danau warna
biru) dan Tiwu Ata Mbupu (danau warna putih) Tiga danau yang memiliki luas sekitar 1.051.000 meter
persegi, menurut kepercayaan penduduk sekitar memiliki perbedaan makna sesuai dengan namanya.

Tiwu Ata Polo adalah tempat untuk jiwa-jiwa yang telah meninggalkan dunia bagi orang yang semasa
hidupnya melakukan kejahatan. Danau yang bernama TIwu Nua Muri Koo Fai sebagai tempat bagi jiwa
muda mudi yang telah meninggal. Sedangkan Tiwu Ata Mbupu tempat berkumpulnya jiwa orang tua yang
telah meninggal.

Sumber Air Panas Ae Wau


Sunting
Terletak di Kecamatan Wolojita, sekitar 10 Km dari kampung Moni. Sumber air panas tersebut berbentuk
sungai dengan sumber mata air berasal dari Danau Kelimutu. Kadar belerangnya sangat tinggi sehingga
dapat mengobati penyakit kulit, bau belerangnya sangat tajam sehingga dapat tercium dari jarak sekitar
100 M.

Sumber Air Panas Detusoko


Sunting
Sumber air panas ini terletak di Keluruhan Detusoko, Kecamatan Detusoko yaitu 0,5 km dari poros jalan
Ende-Kampung Moni-Maumere. Oleh Pemerintah Kabupaten Ende lokasi sumber air panas ini telah
dibangun dan dikembangkan, sehingga akan memudahkan wisatawan untuk menikmati sumber air panas
tersebut.

Air terjun Marundao


Sunting
Air terjun Marundao terletak sekitar 400 M dari kampung Moni (14 km dari Danau Kelimutu) berada pada
poros jalan utama Ende-Maumere. Lokasi ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 10 menit dari
kampung Moni. Air terjun ini mempunyai ketinggian kira-kira 15 M dengan pemandangan alam sekitarnya
yang menarik, sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan alam sekaligus merasakan segarnya
udara dan air terjun yang ada.

Sumber Air Panas Lia Sambe


Sunting
Lokasi sumber air panas ini berjarak 13 Km dari Danau Kelimutu yang berada di pinggir jalan antara
Kampung Moni-Danau Kelimutu. Sumber air panas ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki selama 25
menit dari kampung Moni. Sumber air panas tersebut terdiri dari dua buah kolam bertingkat.

Kampung Moni
Sunting
Kampung Moni adalah kawasan wisata andalan Kabupaten Ende. Lokasi ini berada pada poros jalan utama
yang menghubungkan kota Ende dengan kota Maumere dan berjarak 14 km dari Danau Kelimutu. Pada
lokasi ini dapat dijumpai sawah yang pertama kali dibuat di wilayah Ende pada tahun 1919. Lokasi ini
merupakan pusat fasi
Flora And Fauna
-Flora -Fauna
Terdapat 78 jenis pohon yang tumbuh di kawasan taman nasional ini yang Tidak hanya keanekaragaman flora, kawasan Taman Nasional
digolongkan ke dalam 36 suku. Sementara itu, spesies flora secara Kelimutu juga kaya akan berbagai jenis satwa. Sebagian di antara
keseluruhan mencapai 100 jenis dan dua diantaranya adalah tumbuhan
satwa tersebut adalah spesies endemik, seperti burung gerugiwa
endemik.
(Monarcha sp.) yang memiliki 11 suara kicauan yang berbeda-beda.
Flora endemik yang tumbuh di kawasan taman nasional ini adalah turuwara Spesies burung ini oleh masyarakat dianggap sebagai burung
(Rhododendron renschianum), arngoni (Vaccinium varingiaefolium) dengan arwah, karena jarang terlihat berkeliaran.
bunga kecil bewarna putih dan menjadi hitam saat matang diyakani sebagai
makanan dewa, dan uta onga (Begonia kelimutuensis). Burung madu (Lichmera lombokia) juga merupakan satwa endemik
di Nusa Tenggara. Sementara satwa endemik jenis mamalia yang
Beberapa jenis flora yang tumbuh di kawasan ini antara lain ajang kode menghuni kawasan taman nasional ini adalah tikus gunung, tikus
(Toona), kempo (Palaquium), kesambi (Schleichera oleosa), kesi
lawo, wawi ndua, dan deke.
(Canarium), kawah (Anthocephalus cadamba), kodal (Diospyros ferrea), sita
(Alstonia scholaris), edelweis, dan cemara (Casuarina junghuhnia).

Sementara itu, pada ekosistem hutan empupu atau Eucalyptus urophylla Selain itu, TN Kelimutu juga menjadi habitat kijang (Muntiacus
tumbuhan yang mendominasinya adalah putri malu (Mimosa pudica), muntjak), babi hutan (Sus), luwak, landak, kancil, banteng, rusa
krinyuh (Eupatorium inofolium), dan tembelekan (Lantana camara). (Cervus timorensis), trenggiling, ayam hutan hijau (Gallus varius),
srigunting (Dicurus macrocercus), kakatua jambul kuning (Cacatua
Adapun di area yang tidak memiliki tutupan tajuk, jenis tumbuhan yang sulphurea), kancil, monyet ekor panjang (Macaca fascicularis),
mendominasinya adalah berbagai jenis reruputan serta alang-alang
kuskus (Phalanger), dan masih banyak lagi.
(Imperata cylindrica).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai