LAPORAN KEGIATAN
Oleh
Felisitas Dwi Haryanto Djati, S.Hut.
NIP 19860307 201402 1 003
b) TUJUAN
Identifikasi wilayah merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui
topografi, jenis tanah, veg etasi, tat a guna lahan dan inf ormasi
mengenai gambaran umum kondisi desa/kehidupan,
kebiasaan, kecenderungan, kebutuhan aspirasi, potensi
dan masalah yang ada dimasyarak at yang dilakukan secara
partisipatif. Tujuan dari identifikasi potensi wilayah ini adalah untuk mengetahui
permasalahan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh wilayah tersebut sehingga
akan diperoleh data primer dan data sekunde r yang akurat sebagai acuan
untuk penyusunan progama penyuluhan.
d) PELAKSANA
Nama/NIP : Felisitas Dwi Haryanto Djati, S.Hut/19860307 201402 1 003
Jabatan : Penyuluh Kehutanan Tingkat Pertama
e) HASIL KEGIATAN
Potensi dan Kondisi Geografi Kawasan TN Kelimutu
Bentukan lahan dari kawasan Taman Nasional Kelimutu terdiri dari kerucut
vulkan dan pegunungan vulkan dengan ketinggian 1000 hingga 1700 m dpl,
sehingga membuat beberapa spot atau lokasi di kawasan ini memiliki panorama
yang indah. Ada sebanyak 6 (enam) jalur trekking yang memungkinkan
wisatawan lalui menuju Gunung Kelimutu. Jalur-jalur tersebut adalah jalur
tradisional yang telah digunakan sejak zaman dahulu, berasal dari berbagai arah
dan mengarah menuju Puncak Kelimutu. Adapun 6 (enam) jalur trekking
tersebut adalah Wologai (Desa Wologai Tengah), Kelameta (Desa Wologai),
Ndito (Desa Ndito), Wolomoni (Desa Niowula), Ratebeke (Desa Sokoria), dan
Toba (Desa Roga).
Jenis-jenis flora yang tersebar pada 3 zona yaitu Mboa Ria (Melastoma
polyanthum), Bu (Casuarina junghuhniana), Kebu (Homalanthus giganteus), Teru
(Macaranga giganteus) dan Gari (Schefflera lucida). Pohon Bu atau Cemara
Gunung walaupun tersebar pada 3 zona, pohon ini tetap berada di daerah
pegunungan karena tumbuhan ini adalah pionir yang mampu tumbuh pada tanah
bekas lava dan timbunan abu vulkanik (Van Steenis, 2006). Dalam TN Kelimutu
pohon Bu tumbuh pada elevasi antara 1.200-1.700 m dpl. Pohon Teru dan Kebu
walaupun sebagai penjelajah lokasi-lokasi terbuka dan sebagai tumbuhan
perintis, namun tidak mampu hidup pada zona inti pada ketinggian 1.650 m dpl
dan berdekatan dengan kawah danau.
Jalan raya = jalan yang bagus sehingga dapat dilalui oleh bermacam
kendaraan bermotor, roda empat bahkan truk.
Alat Transportasi = banyaknya kendaraan yang dapat mengantarkan
wisatawan dari awal perjalanan ke lokasi parker wisata.
a) Kondisi Iklim
TN Kelimutu memiliki iklim tropis yang relatif stabil dengan curah hujan
berkisar antara 1.651 s.d 3.363 mm per tahun dimana musim hujan jatuh
pada bulan Desember s/d Maret dan bulan – bulan terkering terjadi pada
bulan Oktober s/d November. Suhu udara berkisar antara 25,5˚ - 31˚ celcius
dengan suhu minimum mencapai 11,6˚ celcius yang terjadi pada bulan Juli –
Agustus. Pada musim hujan semua tumbuhan berwarna hijau subur dan
pada musimkering terutama pada Bulan Oktober dan November banyak
tumbuhan yang meluruhkan daun. Kondisi tanah dan iklim sangat
berpengaruh langsung terhadap flora dan fauna yang ada disini.
b) Kondisi Geologis
Kawasan TN Kelimutu terdiri dari batuan basa, menengah, batuan berasam
kersik dan efusive berasam kersik. Kawasan TN Kelimutu adalah daerah yang
bergelombang mulai ringan sampai berat dengan relief berbukit-bukit sampai
bergunung-gunung. Puncak tertinggi terdapat di Gunung Kelibara (1.731 m
dpl) dan Gunung Kelimutu (1.640 m dpl) memiliki lereng yang curam dan
terjal terutama pada dinding-dinding danau. Topografi yang bergelombang
berat terdapat pada bagian selatan kawasan.
Jenis tanah dalam kawasan TN Kelimutu terdiri dari Regosol, Mediteran dan
Latosol. Tanah Regosol paling dominan persebarannya dalam kawasan TN
Kelimutu. Pada beberapa lokasi terdapat tanah pasir yang merupakan
endapan vulkanik.
Tanah Regosol
Tanah Regosol adalah tanah berupa butiran kasar yang bersumber dari
erupsi gunung berapi. Regosol termasuk salah satu jenis tanah vulkanik,
karena Material pembentuknya bersumber dari erupsi gunung berapi yaitu
berupa abu dan pasir vulkanik. Kita dapat menemukannya di sekitar lereng
gunung berapi. Karena memiliki unsur hara yang bagus maka sering
digunakan sebagaian petani untuk bercocok tanam. Sebenarnya Persebaran
Tanah Regasol terdapat di setiap pulau yang memiliki gunung api, di
Indonesia tersebar di beberapa pulau seperti di pulau Jawa, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Pantai Sumatra Barat, dsb. Karena unsur hara yang
dimilikinya bagus maka tingkat kesuburannya pun bagus juga, maka tanah
ini cocok digunakan sebagai lahan pertanian khususnya untuk bercocok
tanam kelapa, palawija, tebu, tembakau, dsb. Itulah sebabnya kenapa tanah
di sekitar lereng gunung berapi sangat subur dan sering digunakan untuk
lahan pertanian.
Tanah Mediteran
Tanah mediteran adalah tanah yang memiliki tingkat kesuburan yang rendah
dan terbentuk dari proses pelapukan batuan kapur.
Tanah Latosol
Tanah latosol merupakan tanah yang tidak sulit untuk kita jumpai di
Indonesia. Tanah latosol atau tanah insepticol merupakan tanah yang
mempunyai lapisan solum. Lapisan solum yang dimiliki oleh tanah latosl ini
cenderung tebal dan bahkan sangat tebal. Lapisan solum tanah ini antara
130 cm hingga 5 meter dan bahkan lebih. Batas horison dari tanah ini
tidaklah begitu terlihat jelas.
Adapun ciri- ciri dari tanah latosol atau inceptisol antara lain sebagai berikut
:
1) Memiliki solum tanah yang agak tebal hingga tebal, yakni mulai sekitar
130 cm hingga lebih dari 5 meter.
2) Tanahnya berwarna merah, coklat, hingga kekuning- kuningan
3) Tekstur tanah pada umumnya adalah liat
4) Struktur tanah pada umumnya adalah remah dengan konsistensi
gembur
5) Memiliki pH 4,5 hingga 6,5, yakni dari asam hingga agak asam
6) Memiliki bahan organik sekitar 3% hingga 9%, namun pada umumnya
hanya 5% saja
7) Mengandung unsur hara yang sedang hingga tinggi. unsur hara yang
terkandung di dalam tanah bisa dilihat dari warnanya. Semakin merah
warna tanah maka unsur hara yang terkandung adalah semakin sedikit.
8) Mempunyai infiltrasi agak cepat hingga agak lambat
9) Daya tanah air cukup baik
10) Lumayan tahan terhadap erosi tanah.
Topografi Kawasan
lereng di atas 20%, dan hanya sedikit area yang memiliki fisiografi landai ata
u kemiringan lereng di bawah 20%.
Pada peta di bawah ini, area yang memiliki lereng di atas 20-40% di
tunjukkan dengan warna merah, dan lereng di atas 40% memiliki warna
merah tua. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan TN Kelimutu
didominasi lereng terjal terutama di bagian sisi terluar. Sedangkan lereng
dengan kemiringan kurang dari 20% berada di sisi tengah dari kawasan
taman nasional.
Bentukan lahan dari kawasan Taman Nasional terdiri dari kerucut vulkan dan
pegunungan vulkan dengan ketinggian 1000 hingga 1700 m dpl, sehingga
membuat beberapa spot atau lokasi di kawasan ini memilki panorama yang
indah. Selain keberadaan 3 danau di puncak Gunung, pemandangan
panorama sekitar gunung pun dapat menjadi alternatif penarik wisatawan.
Adanya status kepurbaan bagi masyarakat Lio, sangat wajar apabila mereka
mempunyai kepercayaan atau keyakinan, bahwa di kawasan Kelimutu
merupakan tempat tinggal arwah nenek moyang mereka, dan merupakan
tempat tinggal para arwah nantinya. Karena adanya keterikatan batin dan
keterikatan wilayah yang sudah berjalan ratusan tahun tersebut,
menyebabkan masyarakat Lio sangat tergantung pada kawasan TN Kelimutu.
Dengan demikian, sangatlah mustahil apabila mereka akan merusak kawasan
ini, sebaliknya mereka akan menjaga, merawat, dan mempertahankannya
secara mati-matian, apabila ada yang berani merusak kawasan ini.
Saat ini masyarakat Lio berada pada masa transisi, masa perubahan, masa
peralihan, sehingga dapat dikatakan bahwa masyarakat Lio adalah
masyarakat transisional. Masyarakat Lio di satu sisi telah menginjak dunia
atau alam modern/ kemajuan, namun di sisi lain mereka juga belum
sepenuhnya meninggalkan alam tradisional, dunia adat mereka. Masyarakat
Lio sudah mengenal produk teknologi tinggi seperti handphone, telivisi,
sepeda motor, parabola, serta barang-barang elektronik lainnya. Namun
mereka juga tetap melaksanakan tradisi ritual adat dalam berbagai aspek
kehidupannya seperti penentuan hari baik, ritual yang berkaitan dengan
kematian, kelahiran, dan lain-lain (Gambar 1.11).
Potensi yang begitu luar biasa, baik potensi budaya masyarakat Lio, maupun
potensi alamnya, apabila ditangani secara profesional, dikemas dengan apik
dan menarik akan menjadi daya tarik yang luar biasa. Kawasan Kelimutu ini
memang begitu kaya potensi, seperti potensi alamnya yang tidak ada
duanya, unik.
Sejak tahun 2006 sudah terjadi pemekaran dari semula 3 kecamatan dan
saat ini terdapat 5 kecamatan di sekitar TN Kelimutu yang menjadi mintakat
penyangga, dan terbagi ke dalam 26 desa. Adapun kecamatan dan desa-
desa yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Kebun, biasanya agak jauh dari rumah tinggal, berkembang pesat di daerah
yang relatif datar. Biasanya kebun terdiri dari 2 atau lebih strata tajuk, yaitu
tanaman pokok dan pelindung. Ditemukan 4 atau 5 pola kebun, yaitu dibagi
strata bawah terdiri dari kopi, cokelat, vanili atau salak, kemudian di strata
atas terdiri dari ampupu, kemiri, dadap, cengkeh, jambu mete, dll. Sawah
dibeberapa daerah lembah berkembang bagus, biasanya ada aliran air/
sungai dari atas (gunung-gunung di TN Kelimutu) seperti Koanara, Wologai,
Wolofeo, dll. Hutan rakyat atau kebun kayu, biasanya terdiri dari pohon
kayu-kayuan. Adapun jenis-jenis vegetasi yang terdapat di setiap
penggunaan lahan seperti tertera pada tabel 1.7.
Padahal manfaat buah kemiri begitu banyak misalnya sebagai bahan minyak
kemiri, sebagai bahan pewarna, sebagai bahan pembuatan bumbu untuk
masakan, dan lain-lain. Potensi sumber mata air juga belum banyak
dimanfaatkan, padahal ini sangat menjanjikan, ketergantungan air kemasan
dari daerah luar sangat terasa, apabila kiriman terlambat maka kelangkaan
air kemasan terjadi. Sementara sumber mata air begitu tersedia di daerah
sekitar kawasan TN Kelimutu, misalnya saja dengan ketersedian usaha
pengisian air isi ulang akan sangat membantu masyarakat. Suasana Desa
Adat di sekitar Kelimutu dapat dilihat pada Gambar 1.12.
Keberadaan kepala desa yang rata-rata juga merupakan seorang ketua adat
(mosalaki), memberikan keuntungan ganda baik bagi pemerintah daerah
maupun bagi masyarakat Lio sendiri. Masyarakat Lio masih taat dengan
ketentuan-ketentuan adat, dengan peraturan-peraturan adat, dengan
pimpinan adat mereka, maka jabatan rangkap tersebut sangat tepat
dilaksanakan.