EKONOMI
DAN KEUANGAN
REGIONAL
PROVINSI
NUSA TENGGARA TIMUR
NOVEMBER 2018
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup
Ekonomi Makro Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem
Pembayaran, Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek Perekonomian Daerah pada
periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank
Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena
itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan
penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan
masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah
terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO DAERAH
triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi 1,46%. Kredit UMKM tumbuh melambat sebesar 13,31%
triwulan III 2017 dan triwulan III 2016 yang sebesar (yoy) dari sebelumnya 14,69% (yoy). Kualitas kredit UMKM
III. PERBANKAN
2016 2017 2018
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III
A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar
kecuali dinyatakan lain)
1. Total Aset 30.931 32.321 30.327 29.757 30.575 35.648 33.629 33.147 34.878 38.891 36.851
2. DPK 21.945 23.829 22.405 21.466 22.565 25.236 24.152 23.163 25.012 26.865 26.658
- Giro 5.604 6.429 5.059 3.722 5.330 6.400 5.183 3.492 5.468 6.297 5.577
- Tabungan 10.449 11.150 11.063 12.819 11.311 12.162 12.095 14.117 12.617 13.369 13.784
- Deposito 5.893 6.250 6.283 4.924 5.924 6.675 6.875 5.554 6.928 7.200 7.297
3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 20.525 21.731 22.383 22.837 23.092 24.127 25.370 30.072 27.058 27.936 29.286
- Modal Kerja 6.127 6.693 7.050 7.121 6.981 7.599 8.035 9.452 8.107 8.688 9.031
- Investasi 1.567 1.696 1.661 1.659 1.716 1.658 2.128 3.670 2.381 2.470 2.553
- Konsumsi 12.830 13.342 13.672 14.057 14.395 14.871 15.207 16.950 16.570 16.778 17.702
4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 19.556 20.845 21.508 21.913 22.153 23.134 24.215 25.284 25.817 26.681 28.011
- Modal Kerja 5.748 6.409 6.764 6.813 6.694 7.348 7.637 7.946 7.815 8.410 8.739
- Investasi 1.317 1.442 1.472 1.474 1.531 1.413 1.870 1.951 1.991 2.077 2.172
- Konsumsi 12.491 12.995 13.272 13.627 13.929 14.373 14.708 15.387 16.011 16.194 17.101
LDR (%) 89,1% 87,5% 96,0% 102,1% 98,2% 91,7% 100,3% 109,2% 103,2% 99,3% 105,1%
Kredit UMKM 6.395 6.933 7.308 7.358 7.352 7.897 8.262 9.221 8.527 9.057 9.361
B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali
dinyatakan lain)
Total Aset 535 506 529 576 624 646 660 695 708 733 749
Dana Pihak Ketiga 403 379 399 434 467 485 492 523 522 534 554
Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 368 362 391 416 461 489 512 514 520 546 557
LDR (%) 77,6% 79,8% 77,9% 75,2% 77,6% 77,6% 76,8% 74,3% 75,9% 77,9% 77,1%
C. Grand Total (A+B) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)
1. Total Aset 31.466 32.828 30.856 30.333 31.199 36.294 34.289 33.843 35.586 39.624 37.600
2. Dana Pihak Ketiga 22.348 24.208 22.804 21.900 23.032 25.721 24.644 23.686 25.534 27.399 27.212
3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 19.924 21.208 21.898 22.329 22.615 23.624 24.727 25.797 26.338 27.227 28.568
D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total
1. Total Aset (%) 1,7% 1,5% 1,7% 1,9% 2,0% 1,8% 1,9% 2,1% 2,0% 1,8% 2,0%
2. Dana Pihak Ketiga (%) 1,8% 1,6% 1,7% 2,0% 2,0% 1,9% 2,0% 2,2% 2,0% 1,9% 2,0%
3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%) 1,8% 1,7% 1,8% 1,9% 2,0% 2,1% 2,1% 2,0% 2,0% 2,0% 1,9%
Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018 sebesar 5,14% (yoy), sedikit melambat
dibandingkan triwulan II 2018 yang sebesar 5,19% (yoy) dan sedikit lebih
rendah dibandingkan nasional yang tumbuh 5,17% (yoy).
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan pertumbuhan
Nusa Tenggara Timur pada triwulan III 2018 tercatat ekonomi terutama disebabkan terutama oleh
tumbuh sebesar 5,14% (yoy), sedikit melambat melambatnya LU pertanian, kehutanan dan perikanan
dibandingkan triwulan II 2018 yang tumbuh 5,19% serta LU perdagangan besar dan eceran. Usainya masa
(yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama panen pertanian dan perkebunan serta hasil tangkap
disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan impor luar perikanan yang tidak setinggi periode yang sama tahun
negeri berupa permesinan/peralatan proyek kelistrikan sebelumnya dipengaruhi faktor cuaca menjadi faktor
ditengah defisit neraca ekspor-impor Provinsi NTT dari sisi penyebab melambatnya LU pertanian, kehutanan dan
domestik yang masih juga terjadi seiring tingginya perikanan. Sementara melambatnya LU perdagangan
ketergantungan barang dan jasa dari daerah lain. Di sisi besar dan eceran lebih disebabkan oleh kecenderungan
lain, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah serta masyarakat NTT yang menahan konsumsi barang tahan
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi tumbuh lama pada triwulan laporan seiring prioritas konsumsi lebih
meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebagaimana kepada pemenuhan keperluan pendidikan.
tercermin pula dari peningkatan pertumbuhan lapangan
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT
usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan. Apabila
triwulan III 2018 sebesar 5,14% (yoy) tercatat sedikit
dibandingkan nasional yang tumbuh sebesar 5,17% (yoy),
lebih rendah dibandingkan nasional dan Provinsi
pertumbuhan ekonomi NTT tercatat tumbuh sedikit lebih
Bali. Perekonomian nasional tumbuh sebesar 5,17% (yoy)
rendah.
didukung terutama oleh permintaan domestik.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi secara agregat Permintaan domestik pada triwulan III 2018 tumbuh
menunjukkan peningkatan pertumbuhan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dari
dibandingkan triwulan II 2018 menjadi 2,83% (yoy) 6,35% (yoy) menjadi 6,40% (yoy). Di sisi lain, kinerja
dari sebelumnya sebesar 2,43% (yoy). Komponen ekspor masih melemah di tengah impor yang tumbuh
pembentuk konsumsi seperti konsumsi rumah tangga dan cukup tinggi sebagai dampak pertumbuhan ekonomi
konsumsi pemerintah menunjukkan peningkatan domestik, sehingga kinerja ekspor menjadi faktor penahan
pertumbuhan, sementara konsumsi LNPRT sedikit kenaikan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018
mengalami perlambatan. Konsumsi LNPRT tumbuh dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
melambat sebagai dampak usainya masa Pilkada serentak. sebesar 5,27% (yoy). Permintaan domestik nasional
Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto terutama bersumber dari investasi dan belanja pemerintah.
(PMTB)/investasi tercatat tumbuh sedikit meningkat seiring Investasi tumbuh meningkat sebesar 6,96% (yoy)
realisasi investasi bangunan pemerintah dan swasta yang dibandingkan triwulan sebelumnya 5,86% (yoy),
meningkat pada paruh kedua tahun 2018. Adapun impor sementara belanja pemerintah meningkat 6,28% (yoy)
luar negeri tercatat tumbuh meningkat dan menjadi faktor dan menjadi pertumbuhan tertinggi sejak 2016.
utama penyumbang perlambatan pertumbuhan ekonomi Permintaan domestik yang tetap kuat pada akhirnya
Provinsi NTT seiring peningkatan kebutuhan permesinan mendorong impor tumbuh tetap tinggi. Sementara itu,
dan perlengkapan proyek kelistrikan. Di sisi lain, impor Provinsi Bali mencatatkan akselerasi pertumbuhan
antar daerah yang mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2018 menjadi 6,24% (yoy)
menjadi faktor penahan perlambatan ekonomi Provinsi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,11% (yoy).
NTT. Akselerasi terutama didorong oleh pertumbuhan lapangan
18
16 5,0
3,09 5,11 - 3,47 5,17 5,14 6,24
14 -2,14
25,86
24,35
4,5
12 -13,99
10 4,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI
2014 2015 2016 2017 2018 QTQ YOY
usaha konstruksi sebagai dampak berbagai aktivitas infrastruktur umum diperkirakan menjadi faktor
pembangunan di Bali guna persiapan pelaksanaan IMF-WB pendorong peningkatan pertumbuhan lapangan usaha
Annual Meeting pada 12-14 Oktober 2018, seperti konstruksi. Adapun lapangan usaha perdagangan besar
perluasan area bandara Ngurah Rai (apron dan lapangan dan eceran diperkirakan meningkat didorong oleh
parkir), underpass Ngurah Rai serta pelebaran jalan Imam konsumsi masyarakat pada momen HBKN serta realisasi
Bonjol (Denpasar). Provinsi lain di kawasan Balinusra, yakni konsumsi pemerintah. Sementara itu, secara keseluruhan
Provinsi NTB, di sisi lain mengalami kontraksi pertumbuhan tahun 2018 perekonomian Provinsi NTT diperkirakan
ekonomi sebesar -13,99% (yoy). Faktor penyebab mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya
kontraksi pertumbuhan ekonomi di NTB yakni lapangan dengan kisaran 5,0-5,4% (yoy) didukung tetap kuatnya
usaha pertambangan dan penggalian; pertanian, investasi dan konsumsi rumah tangga yang tercermin pada
kehutanan dan perikanan; konstruksi serta penyediaan peningkatan pembangunan/konstruksi, perdagangan dan
akomodasi dan makan minum sebagai dampak gempa kapasitas produksi yang dapat mengurangi impor
bumi yang terjadi pada triwulan III 2018. antardaerah.
Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV 1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI
2018 diperkirakan mengalami peningkatan dengan PENGELUARAN
kisaran 5,0-5,4% (yoy). Peningkatan diperkirakan Perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT
didorong oleh tibanya Hari Besar Keagamaan Nasional pada triwulan III 2018 terutama disebabkan oleh
(HBKN) yang dapat mendorong konsumsi masyarakat serta tingginya peningkatan impor luar negeri di tengah
didukung pula upaya percepatan realisasi konsumsi masih tingginya pula impor antar daerah. Impor luar
pemerintah dan investasi bangunan. Dari sisi lapangan negeri tumbuh sebesar 280,84% (yoy), jauh meningkat
usaha, pertanian, kehutanan dan perikanan, konstruksi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami
serta perdagangan besar dan eceran diperkirakan kontraksi sebesar -43,22% (yoy). Peningkatan impor luar
mengalami peningkatan pertumbuhan. Pertanian, negeri disumbang oleh impor permesinan dan peralatan
kehutanan dan perikanan diproyeksikan meningkat proyek kelistrikan dari Eropa untuk keperluan kelanjutan
didorong oleh tibanya musim hujan dan operasionalisasi peningkatan pembangkit dan jaringan kelistrikan di
Bendungan Raknamo sehingga produksi pertanian padi, Provinsi NTT. Selain itu, perlambatan juga terjadi pada
hortikultura dan perkebunan meningkat. Percepatan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT)
pembangunan proyek fisik pada akhir tahun seperti seiring usainya masa Pilkada. Di sisi lain, konsumsi secara
pembangkit listrik di Flores, kelanjutan pembangunan agregat tercatat tumbuh meningkat dibandingkan
Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan triwulan sebelumnya. Konsumsi tumbuh sebesar 2,83%
serta hotel, infrastruktur pendukung pariwisata dan (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan
URAIAN BOBOT
III II III QTQ YOY
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 16.647.726 17.249.860 17.314.301 66,94 1,73 2,36
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 747.815 824.553 814.041 3,15 -0,22 7,10
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8.273.120 7.084.987 9.334.297 36,09 32,49 3,43
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.846.171 10.189.843 10.801.323 41,76 5,01 4,78
5. Perubahan Inventori 164.497 233.959 248.821 0,96 6,05 46,20
6. Ekspor Luar Negeri 627.592 547.271 558.539 2,16 -0,43 -20,90
7. Impor Luar Negeri 94.647 228.672 388.884 1,50 65,59 280,84
8. Net Ekspor Antar Daerah (12.481.932) (11.555.750) (12.818.776) -49,56 12,43 -2,32
PDRB 23.730.341 24.346.051 25.863.662 100,00 5,11 5,14
Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)
sebelumnya sebesar 2,43% (yoy). Peningkatan disumbang menjadi penyumbang peningkatan konsumsi secara
oleh konsumsi rumah tangga dan pemerintah seiring keseluruhan, meskipun terdapat perlambatan pada
peningkatan pengeluaran untuk biaya pendidikan pada konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT)
awal tahun ajaran baru serta realisasi belanja pemerintah seiring usainya masa Pilkada.
yang sempat sedikit tertahan pada triwulan sebelumnya
Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat sebesar
terkait adanya Pilkada. Adapun Pembentukan Modal Tetap
2,36% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
Bruto (PMTB)/investasi tercatat meningkat sejalan dengan
sebesar 2,22% (yoy). Peningkatan pertumbuhan
peningkatan realisasi pembangunan fisik pemerintah dan
konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh konsumsi
swasta salah satunya dalam rangka persiapan menyambut
pendidikan serta makanan dan minuman. Konsumsi
perhelatan IMF-WB Annual Meeting tahun 2018.
pendidikan meningkat seiring tibanya masa tahun ajaran
Sementara, impor antar daerah tercatat menurun
baru sekolah dan dimulainya awal periode perkuliahan.
dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan impor
Sementara konsumsi makanan dan minuman turut
antar daerah di tengah peningkatan konsumsi rumah
mengalami peningkatan seiring adanya peningkatan
tangga, konsumsi pemerintah dan PMTB/investasi
permintaan pada momen peringatan Hari Kemerdekaan RI
mengindikasikan bahwa pasokan untuk kebutuhan
disertai Hari Raya Idul Adha/Idul Qurban.
konsumsi dan investasi cukup memadai pada triwulan
laporan serta kecenderungan masyarakat sedikit menahan Pada triwulan III 2018, penyaluran kredit konsumsi
konsumsinya, terutama untuk barang tahan lama tumbuh meningkat. Secara nominal, penyaluran kredit
dikarenakan prioritas konsumsi untuk keperluan biaya konsumsi mencapai Rp 17,70 triliun atau tumbuh sebesar
pendidikan. 16,41% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 12,82% (yoy). Peningkatan
1.2.1 Konsumsi
tersebut terutama disumbang oleh kredit konsumsi untuk
Pada triwulan III 2018, konsumsi tumbuh meningkat.
pemilikan rumah (KPR) tipe di bawah 21, tipe 21 s.d. 70
Konsumsi tumbuh sebesar 2,83% (yoy), sedikit
dan tipe di atas 70, kendaraan roda empat dan multiguna.
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
Peningkatan penyaluran kredit untuk rumah tinggal
sebesar 2,43% (yoy). Peningkatan disumbang oleh
terutama tipe 21 dan tipe 21 s.d. 70 tersebut salah satunya
konsumsi rumah tangga dan pemerintah yang tercatat
didorong oleh adanya pameran perumahan yang
meningkat. Konsumsi rumah tangga meningkat terutama
diselenggarakan pada triwulan laporan dan didukung
didorong oleh pengeluaran masyarakat terkait pendidikan
adanya Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
seiring tibanya tahun ajaran baru sekolah dan dimulainya
perkuliahan serta makanan dan minuman. Peningkatan
realisasi belanja pemerintah pasca Pilkada juga turut
Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.6. Indeks Kegiatan Dunia Usaha
150 60
140 50
130
40
120
110 30
100 20
90 10
80
0
70
60 -10
50 -20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
ITK PENDAPATAN RT PROYEKSI ITK KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA
Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia pada Indeks Tendensi Konsumen Provinsi NTT pada
triwulan III 2018 secara nominal menunjukkan triwulan III 2018 menunjukkan adanya penurunan
adanya peningkatan omzet, meskipun secara yang disebabkan oleh adanya penurunan
pertumbuhan tahunan melambat. Kondisi tersebut pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga
terutama disebabkan oleh penurunan konsumsi barang mengalami penurunan sebagai dampak penurunan
seperti barang elektronik, bahan konstruksi rumah tangga kegiatan usaha pada triwulan laporan, sebagaimana
serta peralatan rumah tangga. Sebaliknya, penjualan tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
makanan, minuman dan tembakau tercatat meningkat. Bank Indonesia pada triwulan III 2018. Berdasarkan hasil
Hal tersebut mengindikasikan kecenderungan masyarakat survei, kegiatan usaha mengalami penurunan disebabkan
menahan konsumsi barang-barang ekonomi sekunder dan sektor pertanian, seiring usainya masa panen perkebunan
tersier pada triwulan laporan, sebagaimana pola historis dan hasil tangkap perikanan laut yang tidak setinggi
tahunan di Provinsi NTT dimana konsumsi barang sekunder periode yang sama tahun sebelumnya karena faktor cuaca.
dan tersier cenderung baru meningkat pada periode akhir Sejalan dengan kegiatan usaha yang menurun, tenaga
tahun. Sejalan dengan kecenderungan masyarakat dalam kerja juga mengalami penurunan terutama pada sektor
menahan konsumsi barang non-primer, hasil Survei pertanian. Di sisi lain, kegiatan usaha perdagangan, hotel
Konsumen Bank Indonesia juga menunjukkan adanya dan restoran serta jasa-jasa mengalami peningkatan pada
sedikit penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), triwulan laporan seiring meningkatnya kegiatan pariwisata
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi di daerah seperti Labuan Bajo dan Pulau Sumba.
Ekonomi Saat Ini (IKE) yang mencerminkan pandangan
Di sisi lain, berdasarkan data Survei Penjualan Eceran Bank
konsumen terhadap kondisi perekonomian pada triwulan
Indonesia, pertumbuhan penjualan bahan bakar
laporan.
kendaraan di Kota Kupang tercatat mengalami
peningkatan sebesar 11,84% (yoy) dibandingkan triwulan
PENJUALAN BBM KOTA KUPANG (RP MILIAR) PERTUMBUHAN (%-YOY) KONSUMSI (RIBU KWH) GROWTH (YOY)
sebelumnya sebesar 10,23% (yoy). Kondisi tersebut 2018 terdapat peningkatan permintaan yang cukup
didorong oleh peningkatan permintaan pelumas signifikan dari pemerintah untuk pembelian alat tulis dan
kendaraan. Namun demikian, penjualan Bahan Bakar perlengkapan kantor.
Minyak (BBM) justru tercatat sedikit melambat. Konsumsi
Berdasarkan perkembangan pada triwulan IV 2018
BBM tumbuh sebesar 11,30% (yoy) atau melambat
sampai dengan bulan November 2018, serta
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,15%
mempertimbangkan adanya faktor musiman,
(yoy). Sejalan dengan konsumsi BBM, konsumsi listrik
tracking pertumbuhan komponen konsumsi pada
rumah tangga juga mencatatkan perlambatan
triwulan IV 2018 diperkirakan mengalami
pertumbuhan.
peningkatan. Pertumbuhan diperkirakan didorong oleh
Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2018 tumbuh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring tibanya Hari
meningkat. Pertumbuhan tercatat sebesar 3,43% (yoy), Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan menjelang tahun
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar baru. Sementara itu, sepanjang tahun 2018 konsumsi
1,93% (yoy). Peningkatan pertumbuhan konsumsi diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan sedikit
pemerintah didorong oleh realisasi konsumsi kolektif melambat disebabkan oleh konsumsi pemerintah yang
pemerintah seperti pembangunan infrastruktur dan melambat seiring adanya momen Pilkada serta konsumsi
pengembangan ekonomi seperti jalan raya, jembatan, rumah tangga yang melambat seiring kecenderungan
saluran air dan penataan lokasi wisata. Selain itu, masyarakat menahan konsumsinya terhadap barang tahan
peningkatan juga didorong oleh peningkatan realisasi lama seperti kendaraan bermotor dan rumah tinggal.
belanja rutin pemerintah seperti alat tulis kantor,
sebagaimana disebutkan oleh pelaku usaha bidang 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
penjualan peralatan sekolah, kantor dan rumah tangga / Investasi
dari hasil liaison Bank Indonesia bahwa pada triwulan III Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi
pada triwulan III 2018 tumbuh meningkat.
Grafik 1.9. Penyaluran Kredit Konsumsi
PMTB/investasi tumbuh sebesar 4,78% (yoy), meningkat
20 RP TRILIUN 17%
18 16% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,61%
16 15%
14
12
14% (yoy). Peningkatan terutama didorong oleh investasi
13%
10
8
12% bangunan terutama pembangunan pembangkit dan
11%
6
4 10% jaringan listrik di Flores, infrastruktur pendukung
2 9%
0 8% pariwisata di Labuan Bajo, pembangunan hotel-hotel di
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 beberapa daerah wisata, penyelesaian pembangunan
KONSUMSI GROWTH (YOY)
Bendungan Rotiklot serta pengerjaan Bendungan Temef di
SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH
Tabel 1.3. Investasi Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Kumulatif Tahun 2018
KABUPATEN KOTA MANGGARAI SABU SUMBA SUMBA TOTAL
JENIS ENDE ALOR KUPANG SIKKA
KUPANG KUPANG BARAT RAIJUA BARAT TIMUR (RP JUTA)
Kabupaten Timor Tengah Selatan. Investasi fisik bintang senilai Rp224,10 miliar di Kabupaten Manggarai
pendukung pariwisata yang menjadi pendorong utama Barat. Selain itu, terdapat pula investasi pembangunan
triwulan laporan yakni penyelesaian proyek jaringan listrik high voltage wilayah Ropa (Kab. Ende)-
pengembangan pembangkit listrik di Labuan Bajo Maumere (Kab. Sikka) sebesar Rp24,91 miliar.
berkapasitas 20 MW senilai Rp 375 miliar, pembangunan
Secara kumulatif spasial, sepanjang tahun 2018 sampai
kawasan marina Labuan Bajo termasuk kawasan komersil
dengan triwulan III realisasi investasi pembangunan fisik
di dalamnya senilai Rp 400 miliar, pembangunan jalan raya
tertinggi ditanamkan di Kabupaten Sikka senilai Rp449,50
Kota Labuan Bajo senilai Rp 49 miliar, pembangunan
miliar dalam rangka pembangunan terminal penyimpanan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) senilai Rp 17 miliar,
BBM di Kota Maumere. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten
peningkatan status Bandara Komodo menjadi bandara
Sumba Timur senilai Rp321,90 miliar terutama dalam
internasional senilai Rp 500 miliar serta pembangunan rest
rangka pembangunan pabrik gula swasta (Rp200 miliar)
area dan souvenir shop senilai Rp 3,4 miliar dalam rangka
dan Pelabuhan Waingapu (Rp120,50 miliar), Kabupaten
menyambut delegasi IMF-WB Annual Meeting 2018.
Manggarai Barat dalam rangka pembangunan setidaknya
Peningkatan pertumbuhan PMTB/investasi pada empat hotel bintang senilai Rp294,10 miliar, serta Kota
triwulan laporan sejalan dengan pertumbuhan Kupang senilai Rp282,09 miliar terutama dalam rangka
realisasi konstruksi hasil investasi pemerintah dan pembangunan tangki LPG oleh Pertamina (Rp215,89
swasta. Berdasarkan data BCI Asia, pada triwulan III 2018 miliar) dan proyek pengembangan Bandara El Tari (Rp50
realisasi konstruksi tercatat tumbuh sebesar 234,98% miliar). Sementara berdasarkan jenis proyek, investasi
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang pembangunan terbanyak untuk pembangunan fasilitas
terkontraksi sebesar -24,39% (yoy). Peningkatan terutama minyak dan gas senilai Rp665,39 miliar, pengembangan
disumbang oleh adanya proyek baru minyak dan gas di jaringan listrik Rp298,03 miliar, pembangunan hotel
Kabupaten Sikka yakni terminal penyimpanan BBM di Rp294,10 miliar dan pembangunan industri senilai
Maumere senilai Rp449,50 miliar dan pembangunan hotel Rp239,19 miliar.
Berdasarkan tracking triwulan IV 2018, pertumbuhan sebesar -64,48% (yoy), lebih dalam dibandingkan
PMTB/investasi secara tahunan diperkirakan tumbuh penurunan triwulan sebelumnya sebesar -50,56% (yoy)
relatif stabil dengan kecenderungan sedikit maupun pertumbuhan volume muat di pelabuhan yang
melambat. Perlambatan terutama disebabkan oleh terkontraksi sebesar -15,84% (yoy). Relatif stabilnya
pelaksanaan proyek infrastruktur pemerintah seperti kebutuhan konsumsi dan konstruksi pada triwulan laporan
Bendungan Rotiklot yang telah selesai pada triwulan III tercermin dari hasil liaison dunia usaha Bank Indonesia
sementara pembangunan Bendungan Temef tahap I atau terutama pada lapangan usaha perdagangan kebutuhan
pekerjaan utama masih relatif terbatas. Selain itu, realisasi pokok seperti beras, daging ayam ras dan telur ayam ras.
pembangunan jaringan kelistrikan baru serta perhotelan Para pedagang besar menyatakan bahwa level persediaan
diperkirakan sedikit berkurang pada akhir tahun sehingga relatif stabil, seperti misalnya beras yang masih mencukupi
turut menyebabkan perlambatan PMTB/investasi. Secara karena telah mendatangkan dalam jumlah besar pada
keseluruhan, PMTB/investasi pada tahun 2018 triwulan sebelumnya seiring panen di daerah produsen
diperkirakan tumbuh relatif stabil dengan kecenderungan seperti Makassar. Begitu pula dengan lapangan usaha
sedikit melambat terutama seiring proyek strategis konstruksi yang menyatakan bahwa persediaan bahan
nasional yang sedang berjalan seperti Bendungan Napun baku proyek yang mayoritas didatangkan dari Surabaya
Gete dan Temef masih dalam tahap realisasi konstruksi masih relatif stabil seiring kebutuhan proyek yang belum
awal, sementara Bendungan Raknamo dan Rotiklot telah meningkat signifikan.
selesai dikerjakan serta proyek-proyek baru lainnya tidak
Pada triwulan IV 2018 net impor antar daerah
sebesar tahun sebelumnya.
diperkirakan meningkat, didorong oleh peningkatan
impor antar daerah terutama dalam rangka
1.2.3. Ekspor – Impor
pemenuhan kebutuhan konsumsi pada Hari Raya
1.2.3.1. Ekspor-Impor Antar Daerah
Natal dan Tahun Baru. Peningkatan persediaan barang
Pertumbuhan net impor antar daerah pada triwulan
III 2018 tercatat menurun sebesar -2,32% (yoy), Grafik 1.12. Aktivitas Bongkar Muat
disebabkan oleh impor antar daerah yang menurun. 150.000 TON 1800%
1600%
100.000 1400%
Penurunan impor antar daerah tercermin dari 1200%
50.000
1000%
pertumbuhan jumlah peti kemas pada triwulan laporan 0 800%
600%
yang juga mengalami kontraksi sebesar -8,62% (yoy), -50.000 400%
-100.000 200%
turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0%
-150.000 -200%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
sebesar 2,70% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan 2014 2015 2016 2017 2018
pertumbuhan volume bongkar di pelabuhan yang turun BONGKAR MUAT NET NET UNLOADING (% YOY)
Kacang Mete 12,289.15 impor luar negeri perlengkapan jaringan kelistrikan senilai
Kendaraan Bermotor & Suku Cadang 3,115.42 total US$9,98 juta terutama dari Tiongkok (US$6,66 juta)
Semen 1,059.65
Ikan Laut 974.18
dan Jerman (US$3,31 juta). Di samping itu, tercatat pula
Furnitur 424.64 impor luar negeri permesinan dan perlengkapan industri
Kopi, Teh dan Kakao 356.62
senilai total US$4,69 juta, terutama berasal dari Afrika
Mutiara 237.41
Minuman dan Rokok 225.44 Selatan (US$3,20 juta) dan Jerman (US$1,11 juta).
Bahan Kimia 170.92
Tingginya impor luar negeri pada triwulan laporan menjadi
Peralatan Logam 162.69
Sumber : Cognos BI, diolah salah satu faktor penyebab utama melambatnya
50
40 20
30
15
20
10
10
0
-10 5
-20
-30 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
EKSPOR IMPOR NET EKSPOR USA AUSTRALIA INDIA JAPAN RRC TIMOR LESTE SINGAPURA VIETNAM
pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan Ekspor dan impor luar negeri pada triwulan IV 2018
laporan. Namun demikian, komoditas impor luar negeri diperkirakan menurun. Turunnya ekspor terutama
pada triwulan III 2018 yang mayoritas berupa kebutuhan disebabkan oleh pengiriman komoditas utama seperti
konstruksi dan investasi tersebut pada gilirannya dapat kacang mete yang tidak setinggi triwulan sebelumnya
berkontribusi positif dalam meningkatkan perekonomian karena usainya masa panen raya perkebunan. Produksi
Provinsi NTT seiring meningkatnya kapasitas sumber daya ikan laut tangkap yang berkurang seiring tibanya musim
listrik dan beroperasinya industri. hujan diperkirakan turut mempengaruhi kinerja ekspor
terutama ikan tuna dan cakalang ke negara-negara Asia.
Secara keseluruhan, Provinsi NTT pada triwulan III
Di sisi lain, permintaan barang tahan lama seperti
2018 mengalami defisit ekspor-impor luar negeri
kendaraan bermotor serta kebutuhan konstruksi seperti
sebesar US$25,16 juta. Lebih tingginya impor luar negeri
semen yang berkurang dari Timor Leste diperkirakan juga
(US$46,82 juta) dibandingkan ekspor luar negeri (US$
menurunkan kinerja ekspor luar negeri Provinsi NTT, seiring
21,66 juta) menyebabkan defisit ekspor-impor luar negeri,
prioritas masyarakat negara tersebut untuk melakukan
t e r u t a m a s e i r i n g t i n g g i n y a k e b u t u h a n p ro y e k
konsumsi terutama barang-barang primer dalam rangka
pembangunan sumber daya listrik dan jaringannya di
merayakan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Adapun secara
Provinsi NTT. Namun demikian, impor luar negeri yang
keseluruhan tahun 2018, ekspor luar negeri diperkirakan
mayoritas bersifat produktif dinilai cukup positif dalam
menurun dibandingkan tahun sebelumnya seiring
rangka meningkatkan perekonomian Provinsi NTT ke
minimnya ekspor bernilai tinggi seperti pesawat terbang
depan.
sebagaimana tahun sebelumnya serta ekspor ke Timor
Leste yang melambat seperti BBM.
Provinsi NTT secara keseluruhan. Usainya masa panen operasionalisasi jaringan pengairan baru pertanian yang
dan produksi pertanian yang kurang optimal seiring musim terbatas menjadi faktor-faktor utama penyebab
melambatnya lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
kemarau serta operasionalisasi jaringan pengairan baru
perikanan terutama dari sub lapangan usaha pertanian.
yang terbatas menjadi faktor penyebab melambatnya
Adanya hama turut menjadi faktor penurunan produksi
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan
sub lapangan usaha pertanian. Hama kutu loncat yang
secara keseluruhan. Panen raya perkebunan serta produksi
menyerang bawang merah triwulan laporan
ikan laut tangkap pada triwulan laporan juga belum
menyebabkan hasil panen menurun dibandingkan periode
mampu mendongkrak kinerja lapangan usaha tersebut
yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi sub lapangan usaha
karena porsi produksi yang masih lebih rendah
peternakan, berkurangnya produksi telur ayam ras dan
dibandingkan pertanian. Di sisi lain, melambatnya
daging ayam ras juga turut menjadi faktor penyumbang
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran terutama perlambatan pertumbuhan lapangan usaha pertanian,
disebabkan oleh melambatnya penjualan barang-barang kehutanan dan perikanan. Penurunan produksi telur ayam
sekunder dan tersier seperti kendaraan bermotor seiring ras disebabkan oleh ternak ayam petelur milik peternak di
kecenderungan masyarakat menahan konsumsi untuk Provinsi NTT belum seluruhnya memasuki usia produktif
jenis barang tersebut. Sementara itu, lapangan usaha pasca langkah peremajaan yang dilakukan pada tahun
konstruksi dan administrasi pemerintahan pada triwulan 2017. Langkah peremajaan/afkir dilakukan karena
laporan tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan produktivitas ternak ayam petelur mulai menurun
sehingga menjadi faktor penahan perlambatan sementara tahap peremajaan membutuhkan waktu 6-7
pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. bulan dari DOC/bibit ayam. Keterbatasan lahan menjadi
ayam secara bertahap tanpa menurunkan produktivitas. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Provinsi NTT,
Selain itu, kelangkaan DOC secara nasional pada triwulan secara umum produktivitas perkebunan sampai dengan
laporan menyebabkan pertumbuhan produksi ternak triwulan III 2018 mengalami peningkatan, terdiri dari
ayam melambat, karena panen hanya dapat dilakukan 2 kelapa, kacang mete, kopi robusta, kopi arabika, kakao
kali yakni pada Juni dan Agustus. dan cengkeh. Kondisi cuaca yang lebih kondusif serta
minimnya hama yang menyerang menjadi faktor yang
Pengiriman ter nak sapi tercatat mengalami
mendorong produksi perkebunan meningkat.
penurunan kinerja pada triwulan III 2018 dan turut
menjadi faktor penyebab perlambatan pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan indikasi yang
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan meningkat pada angka 107,02, didorong oleh
perikanan. Pengiriman ternak sapi melalui kapal tol laut peningkatan pada subsektor perkebunan. Kondisi
dan kargo tercatat turun sebesar -31,90% (yoy), menurun tersebut didukung oleh adanya masa panen raya
lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang perkebunan. Di sisi lain, NTP subsektor lain relatif stabil
terkontraksi sebesar -2,03% (yoy). Adanya Hari Raya Idul terutama subsektor pertanian.
Adha pada triwulan laporan belum cukup mampu
Penyaluran kredit lapangan usaha pertanian pada
mendongkrak permintaan pengiriman ternak sapi dari
triwulan III 2018 tumbuh relatif stabil. Secara nominal,
Pulau Jawa. Selain itu, realisasi pengiriman sapi daerah-
penyaluran kredit pertanian sebesar Rp 461,41 miliar atau
daerah utama di Provinsi NTT seperti Kabupaten Kupang
tumbuh 37,92% (yoy). Penyaluran kredit pertanian
dan Timor Tengah Selatan telah banyak dilakukan pada
terbesar untuk pembibitan dan budidaya sapi potong,
semester pertama tahun 2018.
pembibitan dan budidaya babi, pembibitan dan budidaya
Di sisi lain, produksi perkebunan pada triwulan unggas, perkebunan cengkeh dan pertanian padi.
laporan tercatat tumbuh meningkat sehingga Meskipun tumbuh relatif stabil, indikasi penurunan kinerja
menjadi faktor penahan perlambatan lapangan usaha pertanian tampak dari kualitas kredit yang
usaha pertanian, perkebunan dan perikanan. disalurkan. Pada triwulan III 2018, kredit subsektor
Berdasarkan hasil liaison dunia usaha Bank Indonesia, pembibitan dan budidaya babi mengalami kenaikan rasio
pelaku usaha perkebunan menyatakan bahwa kredit bermasalah menjadi di atas ambang batas 5%. Hal
produktivitas tanaman jambu mete pada tahun 2018 tersebut sebagai dampak adanya wabah kolera babi yang
meningkat dan pelaksanaan panen telah dimulai sejak menyerang pada ternak di beberapa wilayah Provinsi NTT,
bulan Juli pasca serangan hama ulat tahun lalu. sehingga turut menjadi faktor penyebab perlambatan
P ro d u k t i v i t a s d a p a t m e n i n g k a t m e l a l u i u p a y a kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
pemangkasan cabang dan penjarangan pohon. Puncak perikanan.
Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.16. Data Perkembangan Pengiriman Ternak Sapi
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTANIAN (%YOY) KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA
SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH
Perlambatan pertumbuhan lapangan usaha kontak pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
pertanian, kehutanan dan perikanan sejalan dengan menyatakan optimis penjualan meningkat didukung oleh
penurunan kegiatan usaha dan tenaga kerja pada prospek peningkatan permintaan sapi pada akhir tahun,
lapangan usaha tersebut berdasarkan Survei keyakinan peningkatan produksi telur ayam seiring
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia. peningkatan jumlah ternak ayam petelur dengan umur
Turunnya kegiatan usaha dan tenaga kerja disebabkan produktif, momen peningkatan permintaan telur ayam
oleh adanya puncak musim kemarau pada triwulan menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru, serta keyakinan
laporan sehingga aktivitas tanam pertanian menjadi hasil panen kacang mete yang lebih tinggi pada triwulan IV
berkurang. Kegiatan usaha yang berkurang turut 2018. Di sisi lain, pertanian, kehutanan dan perikanan
menyebabkan tenaga kerja pada lapangan usaha sepanjang tahun 2018 diperkirakan sedikit melambat
pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami disebabkan terutama oleh produksi peternakan ayam yang
penurunan. melambat dibandingkan tahun sebelumnya seiring
kelangkaan DOC secara nasional serta penurunan produksi
Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
telur ayam seiring banyaknya ayam petelur yang belum
perikanan pada triwulan IV 2018 diperkirakan
sepenuhnya memasuki usia produktif setelah langkah
tumbuh meningkat. Puncak panen perkebunan utama
peremajaan yang dilakukan pada akhir tahun 2017.
seperti kacang mete yang jatuh pada awal triwulan IV 2018
diperkirakan menjadi salah satu faktor utama akselerasi 1.3.2. Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan,
pertumbuhan. Tibanya musim hujan diperkirakan turut Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
menjadi faktor pendorong seiring produksi tanaman Kinerja lapangan usaha administrasi pemerintahan,
hortikultura yang dapat meningkat serta aktivitas pertahanan dan jaminan sosial wajib pada triwulan III
pertanian padi yang dimulai pada triwulan laporan. 2018 mengalami peningkatan pertumbuhan
Berdasarkan hasil survei liaison dunia usaha, sebagian dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode
yang sama tahun sebelumnya. Lapangan usaha tumbuh
Grafik 1.19. Proyeksi SKDU Pertanian
sebesar 8,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
30
-30
tahun ajaran baru sekolah. Selain itu, belanja barang dan jasa
-40
pemerintah serta belanja hibah yang meningkat dibanding
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2018
periode yang sama tahun sebelumnya turut menjadi
KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA
pendorong akselerasi pertumbuhan. Sejalan dengan hal
SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH
1.000 -50%
53.75% 0.67% 0 -70%
0,00
BELANJA BARANG BANTUAN I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
BELANJA PEGAWAI BELANJA HIBAH
DAN JASA KEUANGAN
2014 2015 2016 2017 2018
SUMBER : DITJEN PERBENDAHARAAN+BIRO KEUANGAN NTT SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH
tersebut, rangkaian proses pergantian pimpinan daerah masyarakat menahan konsumsi untuk jenis barang
juga turut menjadi faktor pendorong pertumbuhan tersebut. Seperti pada pelaku usaha penjualan sepeda
lapangan usaha administrasi pemerintahan. motor, berdasarkan hasil liaison dunia usaha Bank
Indonesia pada triwulan III 2018 menyatakan bahwa
Peningkatan pertumbuhan lapangan usaha sejalan
peningkatan penjualan sedikit tersendat karena
penurunan simpanan pemerintah di perbankan
kecenderungan masyarakat menahan konsumsinya untuk
Provinsi NTT. Simpanan pemerintah di perbankan pada
kendaraan bermotor. Selain itu, tantangan kondisi pasar
triwulan III 2018 turun sebesar -2,10% (yoy). Kondisi
yang memasuki masa jenuh juga turut mempengaruhi
tersebut seiring dengan adanya pencairan dana
melambatnya pertumbuhan penjualan sepeda motor
pemerintah untuk pembayaran gaji ke-13 Aparatur Sipil
dikarenakan mayoritas calon konsumen telah memiliki
Negara serta realisasi program pembangunan pemerintah
sepeda motor baru sementara rata-rata waktu untuk
daerah serta peningkatan belanja rutin pemerintah.
pergantian sepeda motor berkisar 3-4 tahun. Pelaku usaha
Pada triwulan IV 2018, pertumbuhan lapangan usaha penjualan kendaraan bermotor menyatakan bahwa
administrasi pemerintahan diperkirakan melambat. kecenderungan penjualan mengalami peningkatan pada
Perlambatan disebabkan oleh realisasi belanja dan Hary Raya Idul Fitri dan Natal, sementara tingkat penjualan
administrasi proyek pemerintah telah banyak dipercepat terendah terjadi saat memasuki tahun ajaran baru sekolah
pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, proses karena masyarakat cenderung memenuhi kebutuhan anak
administrasi proyek baru pemerintah relatif terbatas pada sekolah terlebih dahulu. Selain itu, pelaku usaha penjualan
akhir tahun. Di samping itu, sepanjang tahun 2018 daging sapi dan sapi hidup di Kupang menyatakan bahwa
lapangan usaha administrasi pemerintahan diperkirakan penjualan sapi hidup yang dikirimkan ke luar wilayah NTT
meningkat didorong terutama oleh adanya realisasi relatif menurun sebagai dampak keuntungan yang tidak
Pilkada, peningkatan dana desa, bansos, serta realisasi sepadan dengan risiko saat pengiriman. Salah satu risiko
pencairan gaji ke-13 dan 14 (Tunjangan Hari Raya). yang kerap dialami pada saat pengiriman adalah
penurunan bobot sapi yang mencapai rata-rata 10-15 kg
1.3.3. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan per ekor. Sementara itu, kontak yang bergerak pada
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor penjualan komoditas beras dan telur ayam turut
Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran pada menyatakan bahwa penjualan relatif turun akibat
triwulan III 2018 tumbuh melambat sebesar 6,56% meningkatnya kondisi persaingan serta adanya
(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang peningkatan harga telur ayam dari supplier di Jawa Timur.
tumbuh 7,19% (yoy). Perlambatan LU disebabkan oleh Kenaikan harga telur secara nasional sebagai akibat dari
melambatnya penjualan barang-barang sekunder dan turunnya produksi telur ayam di beberapa bulan terakhir.
tersier seperti kendaraan bermotor seiring kecenderungan Penurunan produksi telur ayam ditengarai akibat banyak
KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA PERDAGANGAN, BESAR DAN ECERAN PERT(%YOY)
SUMBER : SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA BI, DIOLAH SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH
peternak yang menjual ayam petelurnya sebagai ayam Pada triwulan IV 2018, lapangan usaha perdagangan
potong seiring tingginya permintaan daging ayam pada besar dan eceran diperkirakan mengalami
saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri pada triwulan peningkatan pertumbuhan. Peningkatan sejalan
sebelumnya. Selain itu juga sebagai dampak tingginya konsumsi rumah tangga yang diperkirakan meningkat
harga pakan ayam petelur impor. Sementara penurunan seiring tibanya momen Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
penjualan pada komoditas beras lebih disebabkan kondisi Berdasarkan hasil liaison dunia usaha Bank Indonesia,
persaingan seiring semakin banyaknya distributor beras pelaku usaha perdagangan besar yang bergerak pada
baik lokal maupun langsung dari Makassar. penjualan alat tulis kantor (ATK) dan kertas meyakini
penjualan barang fancy/dekorasi meningkat dengan
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
adanya momen Hari Raya Natal dan Tahun Baru serta
(SKDU) Bank Indonesia, tenaga kerja perdagangan di
penjualan ATK dan kertas menjelang berakhirnya tahun
Provinsi NTT mengalami penurunan. Kondisi tersebut
anggaran. Begitu pula pelaku usaha penjualan kendaraan
salah satunya seiring dengan adanya efisiensi penggunaan
bermotor yang meyakini penjualan dapat meningkat
tenaga kerja pada usaha penjualan kendaraan bermotor,
dibandingkan tahun sebelumnya, didukung pula oleh
sebagaimana hasil liaison dunia usaha Bank Indonesia.
adanya layanan jasa transportasi online di Kota Kupang
Selain itu, kinerja penjualan telur ayam dan ternak hidup
yang diyakini turut mendorong pencapaian tersebut. Dari
yang melambat turut menyebabkan adanya efisiensi
tenaga kerja pada bidang-bidang tersebut. bidang penjualan telur ayam, pelaku usaha meyakini
produksi telur meningkat pada triwulan IV 2018 seiring
Penyaluran kredit lapangan usaha perdagangan peningkatan jumlah ternak ayam petelur dengan umur
relatif tumbuh stabil. Kredit perdagangan tumbuh produktif didukung momen peningkatan permintaan telur
sebesar 10,65% (yoy). Secara nominal, sampai dengan ayam menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Perkiraan
triwulan III 2018 kredit perdagangan mencapai Rp6,92
Grafik 1.24. Proyeksi SKDU Perdagangan
triliun yang sebagian besar ditujukan untuk perdagangan
eceran makanan, minuman dan tembakau (Rp2,94 triliun), 10
8
6
diikuti oleh perdagangan eceran bahan konstruksi 4
2
(Rp501,61 miliar) dan perdagangan eceran tekstil 0
-2
(Rp284,48 miliar). Kondisi tersebut mencerminkan kondisi -4
-6
-8
perekonomian Provinsi NTT yang mayoritas digerakkan -10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
oleh sektor perdagangan eceran, sementara sektor 2014 2015 2016 2017 2018
perdagangan besar umumnya mendapatkan pendanaan KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA
dari bank wilayah lain di Indonesia. SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH
kegiatan usaha dan tenaga kerja perdagangan pada proyek multiyears bendungan Napun Gete di Sikka dan
triwulan IV 2018 yang meningkat. Sementara sepanjang Temef di Timor Tengah Selatan (TTS) yang memasuki tahap
tahun 2018 diperkirakan lapangan usaha perdagangan konstruksi utama. Perkembangan konstruksi Bendungan
besar dan eceran tumbuh meningkat seiring permintaan Temef di TTS saat ini mencapai 4,3% untuk paket I yakni
grosir oleh pemerintah yang meningkat, peningkatan pekerjaan utama bendungan dan 9,7% untuk paket II
penjualan Alat Tulis Kantor dan kertas pada momen tahun yakni pembangunan spillway atau pengendali pelepasan
ajaran baru dan kegiatan perkuliahan mahasiswa baru air. Tabel 1.9 menunjukkan bahwa terdapat beberapa
serta peningkatan penjualan komoditas hortikultura proyek yang ditargetkan selesai pada tahun 2018.
seperti bawang merah dan cabai rawit. Berdasarkan tabel tersebut, terdapat proyek yang
ditargetkan selesai pada triwulan III 2018 seperti
1.3.4. Lapangan Usaha Lainnya
Pelabuhan Ndao di Kab. Rote Ndao, Daerah Irigasi Wae
Lapangan usaha konstruksi pada triwulan III 2018
Paku di Kab. Manggarai Barat, Daerah Irigasi Luwurweton
tumbuh meningkat dibandingkan triwulan
di Kab. Ngada serta pemecah gelombang Pantai
sebelumnya. Kinerja konstruksi tumbuh sebesar 6,23%
Borokondo di Kab. Ende. Proses penyelesaian proyek-
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
proyek tersebut turut menjadi faktor pendorong akselerasi
sebesar 5,31% (yoy), begitu pula dibandingkan periode
pertumbuhan lapangan usaha konstruksi.
yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,85% (yoy).
Akselerasi pertumbuhan konstruksi sejalan dengan Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan
tingginya impor permesinan dan perlengkapan kelistrikan minum tumbuh melambat pada triwulan laporan.
pada triwulan III 2018 senilai masing-masing US$30,89 Pertumbuhan tercatat sebesar 9,60% (yoy), lebih rendah
juta dan US$9,98 juta, seiring kelanjutan pembangunan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
pembangkit listrik dan peningkatan jaringan di Pulau 17,73% (yoy). Melambatnya lapangan usaha penyediaan
Flores. Selain itu, kegiatan proyek pemerintah lain turut akomodasi dan makan minum sejalan dengan
menjadi pendorong lapangan usaha konstruksi, seperti melambatnya pertumbuhan jumlah penumpang bandara
pekerjaan overlay (pengerasan aspal), perluasan dan di Provinsi NTT. Pertumbuhan penumpang bandara
pembangunan runway strip di Bandara El Tari, tercatat tumbuh sebesar 11,82% (yoy), melambat
Ndao Seaport - Wharf 30,524 Feb, 2018 Jul, 2018 Rote Ndao
Temef Dam (Package 1) 899,088 Mar, 2018 Des, 2018 Timor Tengah Selatan
Temef Dam (Package 2) 506,145 Mar, 2018 Des, 2018 Timor Tengah Selatan
Daerah Irigasi Wae Paku 29,000 Mar, 2018 Sep, 2018 Manggarai Barat
Daerah Irigasi Luwurweton 24,000 Mar, 2018 Sep, 2018 Ngada
Tefmo/Manikin Dam 60,005 Apr, 2018 Des, 2018 Kupang
Jembatan Sabuk Merah (Sisi Barat 2) 50,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Belu
Jembatan Sabuk Merah (Sisi Timur 1) 50,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Belu
Jembatan Sabuk Merah (Sisi Timur 2) 45,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Belu
Jembatan Sabuk Merah (Sisi Barat 1) 50,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Belu
Normalisasi Sungai Loworea dan Dondo 41,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Ende
Pemecah Gelombang Pantai Daere 41,050 Apr, 2018 Okt, 2018 Alor
Pemecah Gelombang Pantai Borokondo 33,000 Apr, 2018 Sep, 2018 Ende
Jembatan Korobhera, Tobang dan Koa 16,000 Mei, 2018 Okt, 2018 Sikka
Jembatan Motaain dan Motamasin 40,000 Mei, 2018 Okt, 2018 Belu dan Malaka
Lambo/Mbay Dam 74,292 Jun, 2018 Des, 2018 Nagekeo
Pelabuhan Wuring 20,000 Jun, 2018 Nov, 2018 Sikka
Sumber : BCI Asia, diolah
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 48,16% (yoy) beras dan telur ayam mengalami penurunan dibanding
seiring kunjungan wisatawan yang melambat pada periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan
triwulan laporan dikarenakan usainya masa libur panjang penurunan penjualan akibat kondisi persaingan.
domestik dan libur musim panas negara-negara lain.
Lapangan usaha real estate tumbuh melambat
Namun demikian, kondisi tersebut justru berbanding
sebesar 6,27% (yoy) pada triwulan III 2018,
terbalik dengan adanya peningkatan pertumbuhan tamu
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
hotel yang meningkat menjadi 85,44% (yoy)
7,06% (yoy). Melambatnya lapangan usaha real estate
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 41,50%
dipengaruhi oleh kecenderungan pembelian rumah
(yoy) yang lebih disebabkan oleh adanya beberapa acara
subsidi yang melambat, yang terjadi pula secara nasional.
kedinasan instansi yang berlokasi di NTT baik korporasi
K o n d i s i t e r s e b u t j u g a m e m p e n g a r u h i re a l i s a s i
maupun pemerintahan pada triwulan laporan.
pembangunan perumahan baru yang juga mengalami
Lapangan usaha transportasi dan pergudangan perlambatan, seiring permintaan yang masih belum
mengalami perlambatan pertumbuhan. Transportasi meningkat. Selain realisasi pembelian rumah subsidi,
dan pergudangan tercatat tumbuh sebesar 7,07% (yoy), realisasi pembelian rumah komersil juga cenderung
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar mengalami perlambatan. Secara umum, hal tersebut
8,03% (yoy). Dampak dari kebijakan pengurangan stok di sejalan dengan kecenderungan masyarakat pada triwulan
daerah seiring meningkatnya kemudahan laporan yang sedikit menahan konsumsi selain untuk
pengiriman/transportasi dari pabrik di luar NTT ditengarai pendidikan seiring tibanya tahun ajaran baru sekolah.
masih menjadi salah satu penyebab melambatnya Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh melambat
lapangan usaha transportasi dan pergudangan. Selain itu, sebesar 0,90% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
kondisi tersebut disumbang oleh kebutuhan peralatan yang tumbuh 6,04% (yoy). Berdasarkan hasil survei liaison
kerja untuk proyek yang masih relatif sama, yang dunia usaha Bank Indonesia, pelaku usaha rumput laut
pemenuhannya cenderung menggunakan peralatan yang menyatakan bahwa hasil produksi mengalami sedikit
telah dimiliki. Kinerja penjualan kendaraan bermotor yang penurunan disebabkan permasalahan perolehan bahan
menunjukkan perlambatan juga turut menjadi penyebab baku rumput laut yang berkurang dari sentra seperti
melambatnya lapangan usaha ini seiring kebutuhan untuk Kabupaten Sumba Timur, Pulau Sabu dan Pulau Rote.
penyimpanan barang yang belum meningkat. Begitu pula Kendala produksi dinyatakan sebagai dampak penurunan
pelaku usaha penjualan daging sapi yang menyatakan genetik bibit rumput laut yang selama ini dibudidayakan
bahwa kapasitas utilisasi penyimpanan daging yang masih karena telah lama berproduksi. Selain itu, permasalahan
stabil seiring penjualan yang relatif stabil. Di samping itu, perolehan bahan baku juga akibat adanya persaingan
kapasitas utilisasi gudang serta kendaraan pengiriman pembelian bahan baku dengan pembeli yang datang
Total anggaran belanja Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun peningkatan realisasi pendapatan transfer Dana
2018 sebesar Rp 43,9 triliun, terdiri dari belanja APBD Perimbangan dan PAD.
Provinsi sebesar Rp4,96 triliun (pangsa 11,47%), belanja
Dari sisi belanja, realisasi belanja dari masing-masing pos
APBD kabupaten/kota sebesar Rp22,36 triliun (pangsa
anggaran dapat dinilai cukup baik jika dibandingkan
51,60%) dan belanja APBN sebesar Rp 16,58 triliun
dengan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, realisasi
(pangsa 36,93%). Secara struktur, perubahan pangsa
anggaran belanja daerah mencapai Rp 24,56 triliun atau
pada pagu belanja APBN mengalami peningkatan yang
55,94% dari total anggaran belanja tahun 2018.
signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang
Persentase realisasi belanja triwulan ini tercatat lebih tinggi
sebesar Rp 9,55 triliun. Kabupaten/kota dengan anggaran
dibandingkan realisasi triwulan III 2017 dan triwulan III
belanja APBD tertinggi masih sama dibandingkan dengan
2016 yang sebesar 54,48% dan 51,26%. Pencapaian
tahun 2017 yakni Kabupaten Timor Tengah Selatan yang
tersebut didorong terutama oleh realisasi anggaran
mencapai Rp1,52 triliun, sementara terendah juga masih
belanja APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
ditempati oleh Kabupaten Sumba Tengah sebesar
meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama
Rp588,67 miliar.
pada dua tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp 19,56
Hingga triwulan III 2018, secara keseluruhan realisasi triliun di tahun 2017 dan Rp 18,21 triliun di tahun 2016.
anggaran pendapatan daerah mencapai 75,45% atau Hingga triwulan III tahun 2018, pencapaian realiasi belanja
lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tertinggi utamanya ada pada Pemerintah Provinsi sebesar
tahun 2017 yang sebesar 54,48%. Realisasi APBD Provinsi 67,15%. Di samping itu, realisasi anggaran belanja APBD
Nusa Tenggara Timur mencapai 74,62% , lebih tinggi Kabupaten/Kota mencapai 52,73% dengan realisasi
daripada pencapaian periode yang sama tahun terbesar pada belanja konsumsi yang mencapai 57,70%,
sebelumnya sebesar 70,10%. Tingginya realisasi sementara belanja APBN sampai periode laporan terealisasi
pendapatan terutama disebabkan meningkatnya aktivitas mencapai Rp 9,43 triliun atau 56,90% dari total pagu
ekonomi sehingga mendorong peningkatan Pendapatan belanja APBN tahun 2018 sebesar Rp 16,58 triliun.
Asli Daerah serta didukung peningkatan transfer Dana
Perimbangan oleh pemerintah pada triwulan-III. 2.2. PENDAPATAN DAERAH
Sementara itu, realisasi pendapatan APBD Total pendapatan pemerintah di Provinsi Nusa Tenggara
Kabupaten/Kota sebesar 67,93%, juga lebih tinggi Timur sampai dengan triwulan III 2018 mencapai Rp 20,11
dibandingkan pencapaian triwulan III 2017 yang sebesar triliun atau 75,45% dari rencana pendapatan tahun 2018
67,16%. Peningkatan realisasi pendapatan APBD sebesar Rp 26,66 triliun. Persentase pendapatan tersebut
Kabupaten/Kota utamanya turut disebabkan oleh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2017
Grafik 2.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
9% 14%
18%
TRILIUN RP TRILIUN RP
38%
25 TRILIUN RP 25
43,92 21,49 1% 22,36 38%
81% 51%
20 18% 20 11%
73%
16,59 48%
14,60
26,67 24,57 15 15
11,79
20,12 APBN KAB PROV
10 10 9,44 APBN KAB PROV
SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN DAN BIRO KEUANGAN PROVINSI NTT, DIOLAH
SUMBER: KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT SUMBER: DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT
sebesar Rp 18,77 triliun. Komposisi pendapatan daerah tertinggi pada triwulan III 2018 yaitu 74,26% atau Rp
tersebut terdiri dari pendapatan APBN yang mencapai Rp 832,3 miliar dari target sebesar Rp 1,1 triliun. Pendapatan
1,87 triliun atau 643,92% dari target. Penerimaan dari tertinggi berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dari
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu sumber Pemerintah Pusat sebesar Rp 500 miliar atau 60,13% dari
pendapatan utama APBN di Provinsi NTT. Hal ini tercermin total realisasi pendapatan. Realisasi pendapatan cukup
dari data realisasi pendapatan atas PPh mencapai Rp tinggi (diatas 65%) juga dicapai oleh 16 kabupaten/kota
868,67 miliar atau 46,3% dari total pendapatan. lainnya, sementara 5 kabupaten masih mencatat realisasi
Selanjutnya pendapatan dari Pajak Pertambahan Nilai pendapatan yang cukup baik (diatas 60%), serta 1
(PPN) berada pada urutan kedua dengan realisasi sebesar Kabupaten realisasinya sangat rendah (kurang dari 60%)
Rp 494,3 miliar atau 26,3% dari total penerimaan, diikuti yakni Kabupaten Sabu Raijua dengan 58,15%. Dominasi
dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Rp 471,76 DAU dalam realisasi pendapatan di tiap kabupaten/kota
milyar atau sebesar 25,1%, sedangkan porsi pendapatan pada triwulan laporan masih tinggi dengan rata-rata
atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak Lainnya 64,98%, sedikit menurun dibandingkan triwulan I 2017
masih dibawah 2,5%. yang sebesar 86,09%. Sementara itu, komposisi PAD
tertinggi dipegang oleh Kabupaten Belu sebesar 80,14%,
APBD Provinsi sebesar Rp 3,64 triliun atau 74,62% dari
DAK tertinggi oleh Kabupaten Kupang sebesar 70,94%
total rencana pendapatan sebesar Rp 4,88 triliun.
dan pendapatan lain-lain tertinggi oleh Kabupaten
Pendapatan tertinggi Pemerintah Provinsi berasal dari
Manggarai sebesar 68,50% terutama disumbang oleh
Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 1,52 triliun
dana penyesuaian dan otonomi khusus sebesar Rp 125,63
(80,90%) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp 1,26 miliar
miliar.
(58,95%).
Grafik 2.4. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Komponennya Triwulan III 2018
100% 80%
80% 60%
60% 40%
40% 20%
20% 0%
0% -20%
SUMBA TENGAH
ALOR
BELU
NAGEKEO
TTU
ROTE
FLOTIM
KAB. KUPANG
SUMBA TIMUR
TTS
SBD
MABAR
KOTA KUPANG
MATIM
MANGGARAI
ENDE
LEMBATA
SUMBA BARAT
NGADA
MALAKA
SABU RAIJUA
SIKKA
PENDAPATAN ASLI DAERAH BAGI HASIL DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS PENDAPATAN LAIN-LAIN REALISASI (LINE KANAN)
Belanja daerah pada triwulan III 2018 mencapai Rp 24,56 memerlukan penyesuaian. Dari sisi komponen atau
triliun atau 55,94% dari total pagu belanja tahun 2018 struktur belanja, Kab. Sumba Tengah (81,46%), Kab. Ende
sebesar Rp 43,91 triliun. Pencapaian realisasi belanja (76,53%) dan Kab. Sumba Barat (75,18%) menjadi tiga
tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama daerah dengan realisasi belanja pegawai tertinggi.
tahun 2017 yang sebesar Rp 19,56 triliun atau 54,48% Sementara untuk komponen belanja modal, Kab. Rote
dari total pagu belanja tahun 2017 sebesar Rp 35,91 Ndao (72,66%), Kab. Lembata (50,33%) dan Kab. Sabu
triliun. Berdasarkan kategori pemerintahan, realisasi Raijua (42,27%) menjadi tiga daerah tertinggi sampai
belanja Pemerintah Provinsi masih menjadi yang tertinggi dengan triwulan laporan.
sebesar 67,15%. Sementara menurut realisasi belanja
Hingga triwulan-III, dilihat dari komposisi belanja secara
modal, realisasi APBN menjadi yang tertinggi sebesar
umum, realiasi belanja konsumsi adalah komponen
50,76%, meningkat cukup signifikan dibandingkan
tertinggi di Provinsi NTT dengan total 59,97%, sementara
pencapaian periode yang sama tahun 2017 sebesar
belanja modal baru mencapai 41,32%. Tingginya realisasi
41,23%. Peningkatan realisasi belanja modal pada APBN belanja tersebut turut didukung karena adanya kenaikan
diperkirakan dipengaruhi oleh pengerjaan infrastruktur UMP 8,85% dari Rp 1.525.000,- (2017) menjadi Rp
pemerintah yang sudah mulai berjalan di awal tahun 2018, 1.660.000,- (2018). Hal ini juga terlihat dari realisasi
seperti pembangunan bendungan Rotiklot dan Napun belanja pegawai yang telah mencapai Rp8,88 triliun atau
Gete dengan progress fisik masing-masing yang sudah 36,18 dari pangsa total realisasi belanja pemerintah hingga
mencapai 94% dan 25,2% untuk periode proyek 2017- triwulan-III 2018. Realisasi belanja konsumsi tertinggi
2020. dipegang oleh Pemerintah Provinsi sebesar Rp 3,09 triliun
Secara tahunan, peningkatan realisasi belanja didorong atau 70,18% dari total pagu belanja konsumsi. Jika
oleh realisasi belanja secara keseluruhan baik APBN, ditelusuri lebih dalam, utamanya berasal dari realisasi
belanja hibah 79,92% atau sebesar Rp 1,25 triliun. Hal ini
Provinsi serta Kabupaten/Kota. Pada belanja modal
juga tercermin pada komponen realisasi belanja konsumsi
terdapat peningkatan realisasi pada Provinsi dan
secara keseluruhan baik dari APBN, APBD Provinsi serta
Kabupaten/Kota yang meningkat masing-masing menjadi
Kabupaten/Kota, dengan pencapaian realiasasi tertinggi
42,45% dan 33,54% dibanding triwulan III 2017 yang
dipimpin oleh belanja pegawai sebesar Rp 8,89 triliun atau
sebesar 29,6% dan 30,81%. Sedangkan realisasi belanja
68,95% dari total pagu Rp 17,62 triliun.
APBN melambat menjadi 50,76% dibandingkan dengan
triwulan III 2017 sebesar 57,08%. Melambatnya realisasi Perkembangan realisasi belanja dari masing-masing
belanja modal APBN diperkirakan disebabkan oleh realisasi kewenangan pemerintahan dapat dijabarkan sebagai
anggaran belanja modal (investasi) yang melambat karena berikut :
adanya pemerintahan baru di daerah, sehingga
Grafik 2.5. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah Grafik 2.6. Perkembangan Realisasi Belanja Modal
100 100
67.15
59.90
58.79
80 80
55.94
61.32
54.72
57.08
52.73
51.11
50.76
42.45
60 60
41.23
41.32
33.54
30.81
29.55
40 40
20 20
0 0
I II III IV I II III I II III IV I II III
2017 2018 2017 2018
SUMBER: DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT & DINAS PENDAPATAN DAN ASET SUMBER: DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT & DINAS PENDAPATAN DAN ASET
67,2 70,2
50%
59,3 57,7 60,0
56,9 55,9
40% 50,8 52,7
42,4 41,3
30%
33,5
20%
25.57%
10%
0%
I II III IV I II III IV I II III APBN KAB PROV TOTAL
2016 2017 2018
SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI NTT DAN DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT, DIOLAH
Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
REALISASI
URAIAN RENCANA PANGSA (%)
NOMINAL %
BELANJA DAERAH 43.917,4 24.565,7 56% 100,00
BELANJA MODAL 8.892,2 3.674,3 41% 14,96
BELANJA KONSUMSI 29.393,7 17.627,9 60% 71,76
BELANJA PEGAWAI 13.236,9 8.888,4 67% 36,18
BELANJA BARANG DAN JASA 9.832,6 4.651,9 47% 18,94
BELANJA HIBAH 2.014,9 1.609,3 80% 6,55
BELANJA BANTUAN SOSIAL 116,8 54,5 47% 0,22
BELANJA BAGI HASIL 407,7 237,2 58% 0,97
BANTUAN KEUANGAN 3.569,7 2.087,4 58% 8,50
KONSUMSI LAINNYA 215,1 99,1 46% 0,40
BELANJA LAINNYA 5.631,5 3.263,5 58% 13,28
Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Dinas Pendapatan dan Aset Provinsi NTT, diolah (*Miliar Rp)
%
0 1.94 0
11,39
20,59
11,02
60,12
28,93
72,86
13,39
22,01 23,02
2,07 3.44
BELANJA MODAL BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL BANTUAN KEUANGAN KONSUMSI LAINNYA
SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN DAN DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT, DIOLAH
SUMBER: DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT, DIOLAH
pegawai sebesar Rp 1 triliun dengan pangsa 30,20%. dibandingkan triwulan yang sama tahun 2017, yakni
Belanja hibah meningkat cukup tinggi terutama mencapai Rp 5,84 triliun (65,60%) dari sebelumnya Rp 5,6
dipergunakan untuk penyaluran sarana dan prasarana triliun (50,52%).
dalam rangka meningkatkan produktivitas sektor
S e c a r a s t r u k t u r, re a l i s a s i b e l a n j a P e m e r i n t a h
perikanan dan perkebunan sesuai kebijakan
Kabupaten/Kota terbesar berada pada belanja pegawai,
pemberdayaan masyarakat oleh Pemerintah Provinsi NTT.
diikuti bantuan keuangan sebesar Rp 2,08 triliun (58,46%)
Sementara itu realisasi belanja barang dan jasa pada
dan belanja barang dan jasa sebesar Rp 1,82 triliun
triwulan laporan sebesar Rp 590,3 miliar (61,31%).
(40,19%). Secara spasial, rata-rata realisasi belanja di tiap
2.3.3. Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota mencapai 52,87% dengan rata-rata
Pada triwulan III 2018, realisasi belanja Pemerintah realisasi belanja pegawai sebesar 49,16% dan belanja
Kabupaten/Kota mencapai Rp11,79 triliun atau 52,73% modal sebesar 13,36%. Persentase realisasi belanja
dari total pagu belanja Rp 22,36 triliun. Baik secara tertinggi berada di Kab. Rote yakni sebesar Rp525,2 miliar
persentase maupun nominal, pencapaian tersebut lebih (66,53%), diikuti Kab. Alor sebesar Rp 390,37 miliar
tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun 2017 yang (34,86%) dan Kab. Ende sebesar Rp 693 miliar (60,22%).
tercatat sebesar 51% (Rp22,52 triliun) dari total pagu. Di sisi lain, realisasi belanja terendah terjadi di Kab. Ngada
Pemerintah Kabupaten/Kota dinilai dapat mengimbangi yang baru mencapai Rp 361,14 miliar (45,04%), diikuti
peningkatan realisasi seiring dengan menurunnya pagu oleh Kab. Malaka 394,76 miliar (46,76%) dan Kab. Sumba
anggaran jika dibandingkan dengan pagu anggaran tahun Barat Daya Rp 482,47 miliar (46,94%). Dari kondisi ini,
2017 yang lebih besar yakni Rp22,52 triliun. Realisasi masing-masing pemerintah kabupaten diharapkan untuk
belanja Kabupaten/Kota utamanya didorong oleh realisasi dapat melakukan realisasi anggaran secara optimal agar
belanja pegawai kabupaten/kota yang lebih tinggi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Grafik 2.10. Realisasi Belanja dan Komponennya Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
100% 70%
80%
60%
50%
60% 40%
40% 30%
20%
20%
10%
0% 0%
SUMBA TIMUR
SABU RAIJUA
ALOR
FLOTIM
SIKKA
MABAR
LEMBATA
MANGGARAI
KOTA KUPANG
MALAKA
ROTE
KAB. KUPANG
MATIM
BELU
TTU
NGADA
SUMBA TENGAH
SBD
ENDE
TTS
NAGEKEO
SUMBA BARAT
BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL BELANJA LAINNYA REALISASI (LINI KANAN)
strategis nasional seperti Bendungan Rotiklot telah KOTA 86.00 16.64 99.94 202.58
KABUPATEN 3,049.81 193.35 1,088.89 4,332.04
memasuki penyelesaian serta Bendungan Temef dan
TOTAL 3,961.78 212.85 1,392.62 5,567.25
Napun Gete masih dalam tahap konstruksi awal. Sumber : Bank Indonesia, diolah
Tabel 2.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
APBN/APBD REALISASI
APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL
PENDAPATAN DAERAH 291.355 21.491.713 4.882.078 26.665.146 1.876.096 14.599.012 3.643.044 20.118.152
BELANJA DAERAH 16.585.654 22.362.746 4.968.984 43.917.384 9.436.813 11.791.956 3.336.921 24.565.690
Belanja Modal 3.726.346 4.603.695 562.136 8.892.178 1.891.329 1.544.306 238.624 3.674.259
Belanja Konsumsi 7.220.147 17.759.051 4.414.512 29.393.711 4.281.954 10.247.650 3.098.297 17.627.900
Belanja Pegawai 2.861.039 8.914.176 1.461.722 13.236.936 2.032.710 5.847.887 1.007.818 8.888.416
Belanja Barang dan Jasa 4.337.567 4.532.239 962.784 9.832.590 2.239.988 1.821.627 590.323 4.651.938
Belanja Hibah - 438.424 1.576.490 2.014.914 - 349.420 1.259.888 1.609.309
Belanja Bantuan Sosial 21.542 75.106 20.151 116.799 9.255 36.179 9.116 54.550
Belanja Bagi Hasil - 20.755 386.942 407.698 - 7.423 229.761 237.184
Bantuan Keuangan - 3.568.238 1.423 3.569.662 - 2.086.118 1.265 2.087.382
Konsumsi Lainnya - 210.112 5.000 215.112 - 98.996 125 99.122
Belanja Lainnya 5.639.161 - (7.665) 5.631.496 3.263.531 - - 3.263.531
SURPLUS/DEFISIT (16.294.299) (871.032) (86.906) (17.252.238) (7.560.717) 2.807.056 306.123 (4.447.539)
PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan 1.004.671 86.906 1.091.577 1.421.627 277.208 1.698.836
SILPA Tahun Lalu 921.383 80.150 1.001.533 1.410.884 273.577 1.684.460
Lainnya 83.288 6.756 90.044 10.743 3.632 14.375
Pengeluaran 133.729 - 133.729 53.050 - 53.050
Penyertaan Modal 73.800 - 73.800 49.500 - 49.500
Lainnya 59.929 - 59.929 3.550 - 3.550
PEMBIAYAAN NETTO 870.942 86.906 957.848 1.368.577 277.208 1.645.786
SILPA SEKARANG (91) - (91) 4.175.633 583.331 4.758.964
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Dinas Pendapatan dan Aset Provinsi NTT, diolah
Inflasi Kota Maumere yang sebesar 1,50% (yoy) relatif lebih rendah dibanding inflasi
Kota Kupang sebesar 1,96% (yoy) terutama disebabkan oleh relatif lebih stabilnya
inflasi pada komoditas bahan makanan, makanan jadi, minuman dan tembakau serta
transpor.
KOMODITAS INFLASI DEPOSITO TOTAL DPK KOMODITAS DEFLASI DEPOSITO TOTAL DPK
Inflasi Provinsi NTT pada triwulan III 2018 terjaga berlangsungnya proyek multiyears terkait dengan
rendah dengan nilai inflasi sebesar 1,90% (yoy) lebih pembangunan Bendungan Temef dan proyek elektrifikasi
rendah dibandingkan dengan triwulan III 2017 provinsi NTT turut menyumbang pada inflasi di triwulan III
sebesar 3,46% (yoy), serta lebih rendah dibanding 2018 dengan meningkatnya harga pada komoditas besi
rata-rata inflasi dalam 3 tahun terakhir yang sebesar beton serta seng karena tingginya permintaan.
4,42% (yoy) dan inflasi nasional triwulan III 2018
Secara umum dapat disampaikan bahwa inflasi Provinsi
yang sebesar 2,88% (yoy). Nilai inflasi NTT yang masih
NTT pada triwulan III cenderung terjaga dan mengalami
relatif terjaga ini terutama disebabkan oleh tercukupinya
penurunan secara bulanan. Hal ini di sebabkan karena
pasokan kelompok bahan makanan terutama pada
mulai menurunnya permintaan pasca inflasi di triwulan II
komoditas ikan segar seperti kembung dan tongkol yang
2018 yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Harga
relatif stabil serta hortikultura dan bumbu-bumbuan yang
daging dan telur ayam ras tercatat masih tinggi di awal
pasokannya meningkat di semester 2 2018.
triwulan III 2018 namun berangsur-angsur kembali normal
Berdasarkan pergerakan inflasi, dapat disampaikan bahwa hingga di bulan September 2018. Kelompok komoditas
inflasi bahan pangan masih menjadi penyumbang utama bumbu-bumbuan seperti aneka bawang, aneka cabai dan
di Provinsi NTT. Tingginya harga daging ayam ras secara hortikultura tercatat stabil di seluruh periode triwulan III
nasilonal akibat naiknya harga pakan ayam turut 2018. Tren ini juga diikuti oleh komoditas, beras walaupun
berdampak pada inflasi di Provinsi NTT yang memiliki secara tahunan mengalami inflasi namun secara bulanan
ketergantungan komoditas tersebut dari luar provinsi. relatif stabil.
Selain pengaruh inflasi bahan pangan, masih
3.1.1. Inflasi Tahunan
Grafik 3.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional Secara tahunan, Inflasi Provinsi NTT triwulanan III
8,01
2018 melambat mencapai 1,90% (yoy), lebih rendah
7,01
dibanding inflasi triwulan II 2018 yang sebesar 2,89%
6,01
5,01
(yoy) dan masih melanjutkan tren sebelumnya, serta
4,01 2,88
3,01 lebih rendah dibanding inflasi tahunan nasional
2,01
1,90
1,01 sebesar 2,88% (yoy). Melebarnya kembali gap inflasi
0,01
III IV I II III IV I II III IV I II 7 8 9 dengan nasional disebabkan oleh stabilnya harga
2015 2016 2017 2018
NASIONAL NTT
komoditas di Provinsi NTT pada bulan September 2018
KOMODITAS INFLASI (%) ANDIL (%) KOMODITAS INFLASI (%) ANDIL (%) KOMODITAS INFLASI (%) ANDIL (%)
Daging Ayam Ras 13.50 0.17 Angkutan Udara 8.69 0.25 Pasir 6.39 0.06
Tembang 22.99 0.12 Teri 17.41 0.02 Semangka 41.29 0.04
Cabai Rawit 34.32 0.06 Kelompok Bermain 23.35 0.02 Besi Beton 3.46 0.03
Tarip Pulsa Ponsel 2.64 0.05 Daun Seledri 21.22 0.02 Lengkuas 20.00 0.03
Sekolah Menengah Atas 3.99 0.04 Kakap Merah 3.95 0.01 Merah 57.84 0.03
Telur Ayam Ras 3.76 0.03 Seng 1.22 0.01 Kentang 9.63 0.02
Tongkol/Ambu-ambu 4.74 0.03 Kacang Panjang 24.08 0.01 Kembang Kol 73.93 0.02
Kakap Merah 8.84 0.03 Tahu Mentah 2.23 0.01 Ekor Kuning 8.49 0.01
Bunga Pepaya 19.50 0.02 Besi Beton 0.81 0.01 Apel 10.41 0.01
Kangkung 2.60 0.02 Upah Pembantu RT 0.57 0.01 Seng 1.08 0.01
(tembang, tongkol dan kakap merah) serta sayur-sayuran telur ayam ras sebesar -2,29% (mtm). Ikan segar
(kangkung dan bunga pepaya). Tingginya inflasi daging mengalami deflasi terutama disebabkan oleh pasokan ikan
ayam ras serta telur ayam ras di antaranya disebabkan oleh kembung, tembang dan teri yang meningkat seiring
beberapa faktor seperti: 1) kenaikan harga pakan ternak kondisi gelombang laut yang telah kondusif bagi nelayan
seiring dengan kenaikan harga jagung secara global, 2) untuk melaut. Ikan kembung, tembang dan teri tercatat
permintaan masyarakat yang masih tinggi pasca Hari Besar deflasi sebesar -8,73% (mtm), -5,43% (mtm) dan -25,13%
Keagamaan Nasional, 3) dampak dari turunnya nilai tukar (mtm). Di sisi lain inflasi komoditas transpor, komunikasi
rupiah terhadap dolar sementara komponen produksi dan jasa keuangan disebabkan oleh naiknya tarif angkutan
seperti pakan dan indukan masih banyak diperoleh secara udara seiring permintaan yang meningkat karena adanya
impor, serta 4) kapasitas produksi internal daerah yang momen libur Hari Kemerdekaan, keagamaan serta
belum mencukupi kebutuhan masyarakat. persiapan dimulainya perkuliahan pada perguruan tinggi.
Selain itu, kenaikan harga rokok kretek masih terjadi
Pada bulan Agustus 2018, Provinsi NTT mengalami
sejalan dengan peningkatan cukai rokok pada tahun ini.
deflasi sebesar -0,45% (mtm), melanjutkan tren
bulan sebelumnya yang juga tercatat deflasi sebesar Kondisi harga di bulan September, Provinsi NTT
-0,13% (mtm). Deflasi terutama disebabkan oleh mengalami deflasi sebesar -0,69% (mtm),
kelompok volatile food yakni turunnya harga melanjutkan tren bulan sebelumnya yang juga
komoditas seperti beras, daging ayam ras, ikan segar, tercatat deflasi sebesar -0,45% (mtm). Deflasi
telur ayam ras, sayur-sayuran serta bumbu-bumbuan terutama disebabkan oleh kelompok bahan
seiring pasokan yang terjaga di tengah permintaan makanan sebesar -3,14% (mtm) yakni turunnya
yang relatif stabil. Di sisi lain, kelompok transpor, harga komoditas seperti beras, daging ayam ras, ikan
komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi segar, telur ayam ras, sayur-sayuran serta bumbu-
didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring bumbuan seiring pasokan yang terjaga di tengah
permintaan yang meningkat karena adanya momen permintaan yang relatif stabil. Selain itu deflasi juga
libur Hari Kemerdekaan, keagamaan serta menjelang dialami oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa
dimulainya perkuliahan pada perguruan tinggi. keuangan yakni tarif angkutan udara dengan
Deflasi daging ayam ras serta telur ayam ras terjadi seiring penurunan sebesar -0,82% (mtm). Di sisi lain, inflasi
dengan kembali meningkatnya pasokan. Terjadi surplus didorong oleh kenaikan bahan baku konstruksi
komoditas tersebut di sentra produksi seperti Provinsi Jawa seperti pasir dan besi beton seiring permintaan yang
Timur. Koreksi harga tercermin di level peternak. Deflasi meningkat karena berjalannya proyek-proyek
daging ayam ras mencapai -10,46% (mtm), sementara pemerintahan. Kangkung menjadi penyumbang deflasi
Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi 5 regional di Indonesia Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi di Wilayah Balinusra
1,90
BALI NTB NTT BALI NTB NTT KALIMANTAN SULAMPUA BALINUSRA KALIMANTAN SULAMPUA BALINUSRA
TAHUNAN TRIWULANAN TAHUNAN TRIWULANAN
tertinggi sebesar -0,17% (mtm) dari total sumbangan 3.1.4. Pencapaian Inflasi Balinusra
deflasi volatile food terhadap IHK sebesar -0,84% Pencapaian inflasi Balinusra pada triwulan III 2018
(sumbangan-mtm). Komoditas ikan segar secara umum mencapai 3,18% (yoy) atau mencapai peringkat tertinggi.
masih mengalami penurunan harga seiring pasokan yang Secara triwulanan, pencapaian inflasi Balinusra menduduki
kembali normal didukung gelombang laut yang kondusif. peringkat terendah di kawasan timur Indonesia dengan
Pengaruh angin muson timur mereda & mendukung inflasi mencapai -1,57% (qtq). Perbedaan ini dikarenakan
aktivitas nelayan. Deflasi daging ayam ras mencapai - adanya lonjakan kenaikan harga komoditas di Balinusra
0,79% (mtm), sementara telur ayam ras sebesar -3,77% pada awal tahun 2018.
(mtm). Di sisi lain pasokan cabai rawit meningkat diikuti Di regional Balinusra, Inflasi tahunan Provinsi NTT
dengan mulai stabilnya permintaan. Dengan menduduki posisi terendah dengan capaian sebesar
perkembangan tersebut, secara tahunan deflasi cabai 1,90% (yoy). Sejalan dengan itu, secara triwulanan inflasi
rawit mencapai hingga -34,58% (mtm) serta - di Provinsi NTT menduduki posisi terendah dengan nilai
49,03%(yoy). Ikan segar mengalami deflasi terutama sebesar -1,27% (qtq) atau mengalami kondisi deflasi
disebabkan oleh pasokan ikan tongkol, cakalang dan dibanding Provinsi Bali dan NTB. Membaiknya kondisi
kakap merah yang meningkat seiring kondisi gelombang cuaca dan telah berakhirnya periode bulan Ramadhan dan
laut yang telah kondusif bagi nelayan untuk melaut. Ikan hari raya Idul Fitri di triwulan II 2018 menjadi penyebab
tongkol, cakalang dan kakap merah tercatat deflasi utama menurunnya permintaan terhadap komoditas di
sebesar -15,94% (mtm), -30,27% (mtm) dan -9,67% Provinsi NTT.
(mtm).
KOMODITI
JUL AGS SEP OKT III OKT III OKT
INFLASI UMUM (0.13) (0.45) (0.69) (0.04) 1.90 2.36 (1.27) (1.18)
Bahan Makanan 0.41 (2.56) (3.14) 0.84 2.44 4.84 (5.23) (4.84)
Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau 0.14 (0.01) 0.14 (0.01) 3.47 3.39 0.27 0.12
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.10 (0.26) 0.55 0.21 1.34 1.06 0.38 0.49
Sandang 0.02 (0.15) 0.10 0.10 1.37 0.95 (0.03) 0.04
Kesehatan 0.05 0.05 (0.03) 0.07 1.52 1.12 0.07 0.09
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0.67 0.40 0.08 0.04 1.51 1.55 1.16 0.52
Transportasi, Komunikasi dan Jasa (1.93) 1.39 (0.62) (1.70) 1.26 1.33 (1.18) (0.95)
Sumber : BPS, diolah
presisten. Hal ini juga dikarenakan telah masuknya periode tingginya inflasi kelompok daging terutama disebabkan
tahun ajaran baru di bulan Juli – Agustus. Sedangkan oleh tingginya kenaikan harga daging ayam ras hingga
bahan makanan pada triwulan III 2018 mengalami deflasi 34,02% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada kelompok ikan
yang cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. segar dengan tingginya inflasi pada komoditas ikan
Grafik 3. 4. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub
Triwulanan, Tahunan dan Bulanan Kelompok Komoditas
12,00
BAHAN MAKANAN LAINNYA
10,00 LEMAK DAN MINYAK
8,00 BUMBU - BUMBUAN
6,00 4,84 BUAH - BUAHAN
KACANG - KACANGAN
4,00
SAYUR-SAYURAN
2,00 0,84 TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA
- IKAN DIAWETKAN
(2,00) IKAN SEGAR
(4,00)
-4,84 DAGING DAN HASIL-HASILNYA
PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA
(6,00)
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -15 -10 -5 0 5 10 15
2017 2018
4,00 15
1,45 10
2,00
5
-
-0,82 0
(2,00)
-5
-1,91
(4,00) -10
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2017 2018 2017 2018
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
YOY QTQ MTM
TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN
Tembang sebesar 70,42% (yoy), namun masih dapat Perlu dicatat inflasi pada kelompok komoditas sarana
ditahan oleh ikan kembung dengan deflasi sebesar - penunjang transportasi saat ini masih mengalami inflasi
14,74% (yoy). Adapun adanya deflasi sayur-sayuran dan yang konsisten sebesar 1,72% (yoy). Kenaikan ini masih
bumbu-bumbuan seperti kangkung, sawi putih, tomat lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2017 pada
sayur, bawang merah, cabai merah dan lengkuas lebih triwulan yang sama sebesar 16,73% (yoy). Hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan pasokan seiring merupakan imbas dari kenaikan harga-harga spare part
dengan adanya panen komoditas (bawang merah, cabai kendaraan bermotor yang naik seiring dengan biaya jasa
merah) serta kondisi cuaca yang baik untuk bercocok perbaikan kendaraan bermotor yang terjadi di tahun 2017
tanam. Deflasi tertinggi pada kelompok komoditas ini hingga awal tahun 2018 tidak berlanjut di pertengahan
ditempati oleh cabai rawit sebesar -49,03 % (yoy) dan tahun 2018. Meskipun demikian, inflasi pada kelompok
bawang merah sebesar -24,27% (yoy) disebabkan oleh komoditas ini masih lebih kecil sumbangannya
adanya pemenuhan pasokan dari provinsi NTT sendiri dibandingkan dengan komoditas transportasi angkutan
seperti Kabupaten Malaka. udara.
3.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 3.2.3. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau
Secara tahunan, kelompok komoditas transportasi, Kelompok komoditas makanan jadi, minuman dan
komunikasi dan jasa keuangan menunjukkan inflasi tembakau pada triwulan III 2018 melanjutkan tren
pada triwulan III 2018 setelah deflasi yang terjadi di pertumbuhan inflasi yang cenderung stabil sebesar
triwulan sebelumnya. Peningkatan inflasi tahunan pada 3,47% (yoy) sedikit melambat jika dibandingkan
kelompok komoditas ini menjadi sebesar 1,26% (yoy) pada dengan triwulan II 2018 sebesar 3,82& (yoy).
bulan September 2018 disebabkan oleh terus Tingginya harga rokok akibat kenaikan tarif cukai rokok
meningkatnya biaya tarif angkutan udara secara konsisten masih menjadi penyebab utama tingginya inflasi pada
di triwulan III 2018 pasca berakhirnya periode libur sekolah kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar
dan hari raya Idul Fitri di bulan Juni 2018. Secara umum 6,64% (yoy). Hal in sejalan dengan tingginya inflasi rokok
kenaikan harga tarif angkutan udara dalam periode ini jika kretek filter dan rokok kretek yang masih tercatat dalam
dibandingkan dengan periode yang sama dibandingkan top 10 penyumbang inflasi tahunan di triwulan III 2018
dengan kenaikan masing-masing sebesar 6,13% (yoy) dan
tahun sebelumnya meningkat hingga 4,65% (yoy)
sumbangan 0,12% (yoy) serta 11,07% (yoy) dengan
dikarenakan normalisasi harga di triwulan III 2018 belum
sumbangan 0,09% (yoy). Adapun komoditas lain yang
dapat menutupi lonjakan yang tinggi di triwulan II 2018.
juga menjadi penyumbang inflasi pada kelompok ini
antara lain gulai sebesar 48,02%(yoy) dan sumbangan
inflasi sebesar 0,12% (yoy).
12,00 25 YOY
10,00
20
8,00
15
6,00
3,47 10 6,64
4,00
2,00 5 2,91
0,27
- 0
0,14 0,74
(2,00) -5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2018 2018 2018 2018
3.2.4. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 3.2.5. Komoditas Lainnya
Inflasi kelompok komoditas perumahan, air, listrik, Inflasi pada kelompok komoditas lainnya cenderung
gas dan bahan bakar menunjukkan adanya stabil namun menunjukkan adanya kenaikan pada
perlambatan yang semakin rendah secara tahunan kelompok komoditas. Secara tahunan, inflasi komoditas
mencapai 1,34% (yoy), walaupun secara bulanan kesehatan di triwulan III 2018 menunjukkan adanya inflasi
terdapat fluktuasi di bulan Agustus dan September. sebesar 1,52% (yoy) yang relatif melambat dibandingkan
Sedangkan sub kelompok bahan perlengkapan rumah dengan triwulan sebelumnya, lebih disebabkan oleh
tangga mulai menunjukkan adanya peningkatan harga di adanya peningkatan di sub kelompok komoditas jasa
triwulan III 2018. Inflasi pada triwulan III 2018 utamanya perawatan jasmani. Biaya kesehatan relatif stabil diduga
terjadi pada sub kelompok komoditas perlengkapan disebabkan masih berjalannya program BPJS kesehatan
rumah tangga (3,24%-yoy) yang disebabkan oleh dan semakin bertambah jumlah masyarakat yang
kenaikan upah pembantu rumah tangga maupun mengikuti program tersebut, sehingga biaya kesehatan
menjadi cenderung tetap.
kenaikan harga barang elektronik seperti kulkas, mesin
cuci dan dispenser. Kenaikan ini sejalan juga dengan inflasi Ekspektasi harga konsumen dalam 3 dan 6 bulan
di sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga (3,08%- mendatang menunjukkan adanya lonjakan di bulan
yoy) yang didominasi oleh inflasi bahan-bahan bangunan Desember 2018, kemudian penurunan hingga bulan
karena meningkatnya permintaan bahan bangunan yang Maret 2019 dan berangsur mengalami kenaikan di
tinggi di triwulan III 2018 akibat tingginya kenaikan bahan bulan April 2019. Potensi kenaikan harga lebih
baku konstruksi seperti besi beton karena adanya disebabkan oleh adanya momen hari raya Natal dan Tahun
depresiasi nilai tukar. Baru serta libur sekolah. Sedangkan penurunan ekspektasi
Grafik 3. 10. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Grafik 3.11. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik,
Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas
dan Bulanan
YOY
4,50
8,00
3,50
2,50
1,34 3,00
1,50
0,55
0,50
0,38
(0,50) (2,00)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2018 2018 2017 2018
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA
YOY QTQ MTM
BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA
6
2,50 180,00
4
2
0,50 160,00
0
-2
(1,50) 140,00 -4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2017 2018 2019 2017 2018
INFLASI EKSPEKTASI HARGA 3 BLN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BLN YAD SUM CORE SUM VF SUM AP INF VF INF CORE INF AP INFLASI
inflasi lebih disebabkan oleh perkiraan kondisi permintaan normalisasi lonjakan harga yang terjadi di awal tahun
yang relatif stabil di awal tahun 2019, sedangkan harga 2018. Hal ini menjadikan inflasi hingga bulan September
komoditas diperkirakan akan mulai mengalami kenaikan 2018 sebesar 0,29% (ytd) relatif sedikit lebih rendah
menjelang pertengahan tahun 2019. dibanding rata-rata inflasi nasional yang sebesar 1,94%
(ytd).
3.3. INFLASI NTT BERDASARKAN KOTA
3.3.1. Inflasi Kota Kupang Berdasarkan sub kelompok komuditas, kenaikan
Inflasi Kota Kupang pada triwulan III 2018 secara inflasi tahunan utamanya disebabkan oleh
tahunan mencapai 1,96% (yoy), lebih rendah meningkatnya inflasi sub kelompok daging dan
dibanding Inflasi pada triwulan yang sama di tahun hasil-hasilnya sebesar 12,45% (yoy) terutama
2017 sebesar 3,30% (yoy) serta lebih rendah juga disumbang oleh harga daging ayam dan kenaikan
dibanding rata-rata inflasi Kota Kupang dalam 3 harga sub kelompok komoditas tembakau akibat
tahun terakhir yang sebesar 4,52% (av-yoy). naiknya cukai rokok di tahun 2018. Inflasi beras, daging
Tingginya inflasi bahan makanan, serta kelompok ayam ras dan telur di awal tahun 2018 masih merupakan
makanan jadi di awal tahun 2018 merupakan penyebab utama inflasi pada kelompok ini. Di sisi lain,
penyebab utama inflasi secara tahunan. Dapat turunnya harga komoditas kelompok bumbu-bumbuan
dikatakan secara bulanan kota kupang selalu mengalami disebabkan oleh adanya panen raya pada komoditas
deflasi pada triwulan III 2018 dan deflasi yang terjadi bawang merah dan cabai merah, atau peningkatan
mencapai puncaknya pada bulan September 2018 sebesar pasokan seiring adanya peningkatan produksi. Kondisi
0,83% (yoy). Namun begitu, deflasi yang terjadi pada 3 cuaca darat yang relatif kondusif telah mendorong petani
bulan inI belum cukup dalam untuk dapat melakukan untuk memproduksi dalam jumlah yang lebih banyak.
Inflasi Kota Maumere pada triwulan III 2018 sebesar 3.4. TRACKING INFLASI PROVINSI NTT
1,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan TRIWULAN IV 2018
yang sama di tahun 2017 sebesar 4,57% (yoy), dan Secara triwulanan, diperkirakan inflasi disumbang
masih sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan oleh komoditas bahan makanan dan tarif angkutan
Kota Kupang yang sebesar 1,96% (yoy). Secara udara mendekati pola tahunan menjelang hari raya
tahunan, inflasi Kota Maumere mengalami Natal dan Tahun Baru. Komoditas bahan makanan
perlambatan, dengan kenaikan harga utamanya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar
disebabkan oleh kenaikan inflasi kelompok diperkirakan menjadi pendorong utama inflasi disebabkan
komoditas makanan jadi. Secara bulanan, pada triwulan pasokan yang belum cukup memadai karena tingginya
III 2018, kota Maumere hanya mengalami deflasi di bulan tingkat harga di awal tahun 2018 dan memburuknya
agustus 2018 sebesar -0,15% (mtm) yang disebabkan oleh cuaca. Normalisasi produksi cabai rawit diperkirakan dapat
menurunnya harga komoditas daging ayam ras serta telur menahan inflasi agar tidak melebihi proyeksi.
ayam ras, namun pada 2 bulan lainnya yakni Juli dan
September komoditas daging ayam ras mengalami inflasi. Pada bulan Oktober 2018, Provinsi NTT mengalami deflasi
sebesar -0,04% (mtm), melanjutkan tren bulan
Secara tahunan, sub kelompok komoditas padi-padian
sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -0,69% (mtm).
(4,52%-yoy), komoditas ikan diawetkan 917,55%-yoy),
Deflasi terutama disebabkan oleh kelompok transpor,
serta tembakau dan minuman beralkohol (8,15%-yoy)
yakni turunnya harga tarif angkutan udara seiring tiadanya
menjadi penyumbang utama di kota Maumere. Adapun
hari libur panjang sehingga permintaan masyarakat
sub kelompok komoditas yang terjaga pasokan dan
menurun. Di sisi lain, kelompok bahan makanan
harganya di kota Maumere adalah sub kelompok
mengalami inflasi disebabkan oleh kenaikan harga beras,
komoditas ikan segar. Hal ini ditunjukkan dengan deflasi
ikan segar dan sayur-sayuran seiring permintaan
tahunan di triwulan III 2018 sebesar -5,61% (yoy) seiring
masyarakat yang mulai meningkat menjelang akhir tahun.
dengan membaiknya cuaca di triwulan III 2018.
Begitu pula dengan kelompok perumahan, air, listrik, gas
Grafik 3.14. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Maumere
dan bahan bakar, yang tercatat inflasi pada bulan Oktober
10
yang disebabkan oleh kenaikan biaya tempat tinggal
8
2
tangga.
0
Kredit sektor Rumah Tangga berhasil menunjukkan performa yang baik. Hal tersebut
terlihat dari meningkatnya laju pertumbuhan sampai dengan 18,35% (yoy) dari 16,46% (yoy)
yang diikuti oleh penurunan rasio kredit bermasalah ke angka 1,33% dari sebelumnya 1,46%.
Kredit UMKM tumbuh melambat sebesar 13,31% (yoy) dari sebelumnya 14,69% (yoy).
Kualitas kredit UMKM tercatat membaik sebagaimana turunnya rasio kredit bermasalah
menjadi 3,58% dari sebelumnya 3,97%.
Setelah lonjakan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 54,55% (yoy),
pada triwulan III 2018, kredit sektor korporasi tumbuh melambat sebesar 16,91%. Meski
masih dalam kategori tidak aman, secara umum kualitas kredit korporasi berhasil
meningkat yang terlihat dari turunnya rasio Non-Performing Loan (NPL) menjadi 6,59% dari
sebelumnya 7,42%.
4.1 KONDISI UMUM
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Bank umum di Provinsi NTT pada di triwulan III 2018 korporasi, serapan kredit terbesar tercatat pada sektor
mencatat pertumbuhan aset hingga 9,58% (yoy), lebih Perdagangan Besar & Eceran, Konstruksi dan Listrik, Gas &
tinggi daripada triwulan II 2018 yaitu 9,10% (yoy). Air yang masing-masing menyerap kredit berhasil
Performa baik tersebut juga terlihat dari pertumbuhan mendapat penyaluran terbesar dengan pangsa masing-
positif di penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar masing sebesar 30,61%, 25,88%, 15,99%. Sejalan
10,34% (yoy), lebih tinggi dari sebelumnya yaitu 6,46% dengan penyaluran kredit pada UMKM, sektor
(yoy). Di sisi lain, penyaluran kredit melambat ke 15,44% Pertambangan dan Penggalian di korporasi juga mencatat
(yoy), lebih kecil daripada triwulan II 2018 yaitu 15,79% pertumbuhan signifikan sebesar 744,99% (yoy) jauh lebih
(yoy). tinggi dibanding pertumbuhn pada triwulan sebelumnya
yaitu 144,46% (yoy). Lonjakan penyaluran pada UMKM
Kredit Multiguna dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih
dan korporasi tersebut menguatkan indikasi adanya
mendominasi pangsa penyaluran kredit sektor Rumah
aktivitas ekonomi baru di Provinsi NTT.
Tangga (RT) masing-masing sebesar 78,39% dan 16,43%.
Sektor RT terus mencatat pertumbuhan positif hingga Sektor RT terus mencatat kualitas kredit terbaik dibanding
18,35% (yoy), lebih besar dari periode sebelumnya UMKM dan korporasi dengan rasio kredit bermasalah RT
16,46% (yoy). Selain itu, Kredit Perlengkapan dan hanya 1,33%, menunjukan perbaikan daripada triwulan
Peralatan Rumah Tangga terus melanjutkan lonjakan sebelumnya yaitu 1,46%. Kualitas kredit UMKM juga
pertumbuhan hingga 262,09% (yoy), lebih tinggi daripada menunjukkan peningkatan yang tercermin dari turunnya
pertumbuhan triwulan II 2018 yaitu 151,76% (yoy). rasio NPL ke 3,58% dari sebelumnya 3,97%. Relatif
Tingginya penyaluran Kredit Rumah Tangga masih amannya kredit Rumah Tangga dan UMKM membuka
melanjutkan kesuksesan pelonggaran ketentuan kredit cukup ruang bagi perbankan untuk mengembangkan
kepemilikan rumah yang juga didukung oleh subsidi penyaluran kredit dengan tetap memperhatikan aspek-
kepemilikan rumah untuk masyarakat berpenghasilan aspek terkait agar kualitas kredit terus dalam batas aman.
rendah. Selain itu, diterbitkannya kebijakan baru terkait Meski masih di atas batas aman, kualitas kredit korporasi
kelonggaran kepemilikan rumah yang diterbitkan Bank berangsur-agsur membaik hingga pada triwulan III 2018
Indonesia pada akhir triwulan II 2018 diperkirakan akan mencapai 6,59%, lebih kecil daripada triwulan II 2018
terus menguatkan pertumbuhan KPR pada periode yaitu 7,42%. Pada dasarnya NPL terpusat pada beberapa
berikutnya. Di sisi lain, lonjakan pada kredit Perlengkapan industri seperti Perdagangan Besar & Eceran dan
dan Peralatan Rumah Tangga merupakan hasil dorongan Konstruksi. Mengingat pentingnya korporasi pada
dari kepemilikan rumah yang disambut baik oleh pengembangan ekonomi suatu daerah, pemberian kredit
perbankan. kepada korporasi perlu didasarkan kepada uji kelayakan
mendalam, memperhatikan prospek perkembangan
Sektor Perdagangan Besar & Eceran, Konstruksi, dan
industri kedepannya, serta mempertimbangkan rasio
Pertanian, Perburuan & Kehutanan berhasil menyerap
kredit bermasalah tiap industri dan jenis kredit. Selain itu,
kredit UMKM terbesar dengan porsi masing-masing
perbankan juga tetap perlu melakukan pengawasan
sebesar 66,67%, 7,42% dan 4,79%. Meneruskan tingkat
terhadap kredit yang disalurkan dan tetap membentuk
perumbuhan pada periode sebelumnya, Sektor
CKPN yang cukup.
Pertambangan dan Penggalian kembali mencatat
pertumbuhan signifikan hingga 251,93% (yoy) dari
sebelumnya 231,13 (yoy), jauh lebih tinggi daripada tahun
sebelumnya -56,29% (yoy). Sedangkan untuk kredit
30.000 8% 130
6%
25.000 120
4%
20.000 110
2%
112,0
15.000 0% 100
-2%
10.000 90
-4%
5.000 80
-6%
- -8% 70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
Rumah tangga (RT) adalah salah satu komponen utama menunjukan pertumbuhan positif apabila dibandingkan
dalam sistem keuangan. RT memiliki dua fungsi, yakni dengan triwulan II 2018 yaitu 2,22% (yoy) dan
sebagai penyedia dana (lender) dengan menempatkan perlambatan apabila dibandingkan dengan tahun
kelebihan dananya di institusi keuangan maupun sebagai sebelumnya yaitu 2,71% (yoy).
penerima dana (borrower) dengan meminjam dana dari
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada triwulan III
institusi keuangan apabila memerlukan tambahan dana
2018, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan Indeks
untuk kegiatan konsumsi maupun investasi. Sehingga,
Ekspektasi Konsumen (IEK) sedikit menurun masing-
semakin besar peran RT dalam aktivitas ekonomi dan
masing menjadi 156,2, dan 168,7 dari sebelumnya 156,5,
keuangan suatu daerah, maka semakin penting peran
dan 171,3. Sedangkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
ketahanan sektor rumah tangga dalam menjaga stabilitas
(IKE) meningkat hingga 143,8 dari sebelumnya 141,7.
keuangan daerah tersebut. Adapun faktor-faktor yang
Sedikitnya perubahan pada ketiga indeks yang digunakan
mempengaruhi ketahanan RT di antaranya tingkat
mengindikasikan relatif terjaganya perilaku konsumen
pendapatan, tingkat konsumsi, lapangan kerja dan
terkait kondisi yang akan datang yang pada gilirannya
stabilitas harga.
akan mempengaruhi pengeluaran. Selain itu, optimisme
Pada triwulan kajian, konsumsi provinsi NTT tumbuh masyarakat juga ditunjukkan sebagaimana hasil survei
tumbuh mencapai 2,83% (yoy), lebih tinggi daripada ketersediaan lapangan kerja enam bulan yang akan datang
triwulan II 2018 yaitu 2,43% (yoy) namun lebih rendah meningkat menjadi 166,0 dari sebelumnya 160,8.
daripada triwulan III 2017 yaitu 3,46% (yoy). Adapun
konsumsi RT mengikuti tren yang sama; untuk triwulan III 4.2.2 Eksposur Rumah Tangga di Perbankan
2018, konsumsi RT tumbuh hingga 2,36% (yoy), Total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dari
RT dan Non-RT NTT pada triwulan III 2018 adalah Rp26,25,
Grafik 4.2. IKK, IKE, dan IEK
menurun sedikit dibandingkan dengan periode
170
160 159,2 sebelumnya yaitu Rp26,42. Akibatnya, pada triwulan
150 147,5
140
135,9
tersebut DPK tumbuh melambat di 10,45% (yoy), lebih
130
120 rendah daripada periode sebelumnya yaitu 17,94% (yoy).
110
100 Penurunan tersebut dikarenakan turunnya simpanan Non-
90
80 RT dikarenakan aktivitas ekonomi yang mencapai Rp9,02
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018 triliun dari sebelumnya Rp9,98 triliun dengan tingkat
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)
INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)
pertumbuhan yang secara signifikan melambat ke 6,73%
SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH
100% 40%
12,50%
34,37
30%
80% 10,45%
20%
60% 10%
0%
65,63
40%
-10% 6,73%
20%
-20%
0% -30%
I II III IV I II III IV I II III II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
(yoy) dari sebelumnya 23,94%(yoy). DPK yang diserap dari 3,57%. Adapun pangsa tersebut sejalan dengan tingkat
RT mencapai Rp17,23 triliun, lebih tinggi daripada triwulan pertumbuhan simpanan RT. Tabungan mencatat
II 2018 yaitu Rp16,44 triliun, dengan tingkat pertumbuhan pertumbuhan tertinggi yaitu 14,09% (yoy), lebih tinggi
melambat di 12,50% (yoy) dari sebelumnya 14,57% (yoy). daripada triwulan sebelumnya yaitu 12,51% (yoy).
Peningkatan serapan tersebut juga menguatkan dominasi Deposito dan giro juga mencatat pertumbuhan positif
RT pada DPK yang dihimpun dengan pangsa 65,63% dari masing-masing hingga 9,04% (yoy) dan 6,79% (yoy) dari
sebelumnya 62,21%. Besar nya posisi DPK dan sebelumnya 6,51% (yoy) dan 4,52% (yoy). Pangsa dan
kemampuan RT dalam menghambat perlambatan pertumbuhan yang kecil pada rekening giro RT merupakan
himpunan DPK secara keseluruhan semakin menegaskan hal yang wajar mengingat giro lebih diperuntukan untuk
peran RT dalam menjaga kestabilan sistem keuangan, transaksi kebutuhan bisnis atau korporasi. Untuk
khususnya di Provinsi NTT. Kedepannya, untuk menjaga meningkatkan kehati-hatian dalam likuiditas dan turut
kesehatan perbankan dan stabilitas keuangan daerah, mendukung pendalaman pasar keuangan, perbankan
perbankan perlu semakin memperkuat DPK RT mengingat dapat mengedukasi nasabah yang saat ini masih
DPK Non-RT cenderung fluktuatif dikarenakan besarnya memusatkan dananya di tabungan untuk mulai
pembayaran proyek pemerintah yang biasanya dibayarkan menggunakan instrumen simpanan lainnya seperti
pada akhir tahun. deposito.
Pada triwulan III 2018, popularitas pangsa jenis tabungan Tidak hanya pada penghimpunan dana, besarnya peran RT
yang dipilih RT masih relatif stabil. Tabungan masih dalam aktivitas sistem keuangan di Provinsi NTT juga
menjadi jenis simpanan yang paling diminati dan ditunjukan pada serapan kredit yang berhasil diterima.
menghimpun paling banyak DPK hingga 71,08% dari Pada triwulan III 2018, pangsa penyaluran kepada nasabah
seluruh DPK yang berhasil dihimpun; diikuti oleh Deposito RT, UMKM, korporasi, dan lainnya mengalami sedikit
dan Giro dengan pangsa masing-masing 25,35% dan perubahan namun tetap relatif stabil. Kredit yang
Grafik 4.6. Preferensi DPK Rumah Tangga Grafik 4.7. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga
100% 40%
25,35
80% 30%
14,09%
20% 9,04%
60%
10%
40% 71,08
0%
6,79%
20%
-10%
3,57
0% -20%
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2016 2017 2018
Grafik 4.8. Kredit Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
12.000 50 60
45 50
10.000 40 40
8.000 35 30 23,94%
30
20
6.000 18,35% 25
10
20 17,35%
4.000 15 0
-10 16,38%
10
2.000 1,33% 5 -20
0 0 -30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
RUMAH TINGGAL KKB MULTIGUNA G TOTAL NPL TOTAL G MULTIGUNA G RUMAH TINGGAL G KKB
PANGSA
DAERAH (%)
KPR KKB PERALATAN RT MULTIGUNA LAINNYA TOTAL
Kab. Kupang 268,69 124,70 5,42 423,71 13,66 836,17 7,51
Kab. Timor-Tengah Selatan 44,89 13,80 0,18 605,66 8,22 672,75 6,04
Kab. Timor-Tengah Utara 28,81 7,98 0,62 446,64 2,53 486,58 4,37
Kab. Belu 38,99 17,44 1,32 929,64 36,52 1.023,91 9,20
Kab. Alor 8,82 1,47 0,06 335,06 13,92 359,33 3,23
Kab. Flores Timur 48,16 4,38 0,30 472,85 58,65 584,35 5,25
Kab. Sikka 58,81 50,48 0,79 533,42 1,41 644,91 5,79
Kab. Ende 57,42 32,86 0,47 556,27 0,42 647,44 5,81
Kab. Ngada 137,48 2,71 0,57 328,88 0,84 470,47 4,23
Kab. Manggarai 35,29 9,23 0,49 443,22 32,33 520,57 4,68
Kab. Sumba Timur 53,51 2,31 0,27 472,59 15,07 543,75 4,88
Kab. Sumba Barat 12,45 2,84 0,09 412,63 0,49 428,49 3,85
Kab. Lembata 10,91 1,82 0,05 243,87 0,02 256,66 2,31
Kab. Rote Ndao 85,41 2,11 0,06 58,10 1,45 147,13 1,32
Kab. Manggarai Barat 31,51 3,31 0,16 159,15 0,07 194,21 1,74
Kab. Sumba Tengah 4,08 0,44 0,05 14,33 0,00 18,89 0,17
Kab. Sumba Barat Daya 4,69 0,76 0,16 86,74 0,77 93,12 0,84
Kab. Manggarai Timur 4,51 0,37 0,09 37,93 0,00 42,90 0,39
Kab. Nagekeo 3,87 0,34 0,05 74,51 0,00 78,77 0,71
Kab. Sabu Raijua 1,22 1,26 0,00 35,69 0,00 38,17 0,34
Kab. Malaka 0,54 0,11 0,00 30,03 0,39 31,07 0,28
Kota Kupang 1.036,33 106,18 24,85 2.001,37 277,80 3.446,52 30,95
Provinsi NTT 1.976,38 386,90 36,04 8.702,28 464,56 11.566,14 103,88
sebelumnya 1,70% dan 2,00%. Kredit Perlengkapan dan wajar mengingat infrastruktur perbankan masih terpusat
Peralatan RT yang penyalurannya terus melonjak, di Pulau Timor, sehingga penduduk Pulau Timor lebih
mencatat sedikit peningkatan rasio kredit bermasalah mudah mengakses kredit. Dalam rangka mendukung
menjadi 1,28% dari sebelumnya 1,19%. Menyambung perluasan akses keuangan, diharapkan perbankan dapat
kebijakan kelonggaran kepemilikan rumah yang memperluas jaringannya hingga ke daerah lain di Provinsi
diterbitkan Bank Indonesia pada triwulan II 2018 lalu, NTT.
disinyalir kebutuhan akan KPR akan terus tumbuh. Sejalan
dengan hal tersebut kredit Perlangkapan & Peralatan RT 4.3. PERKEMBANGAN AKSES KEUANGAN
juga akan meningkat. Hal tersebut membuka kesempatan DAN UMKM
bagi lembaga keuangan untuk meningkatkan ekspansi 4.3.1. Kondisi Saat Ini dan Prospek Usaha
kredit kepada RT dengan terus mengedepankan prinsip Posisi penyaluran kredit UMKM di NTT pada triwulan III
kehati-hatian dalam menyalurkan kredit RT meski secara 2018 mencapai Rp9,36 triliun dengan tingkat
umum kualitasnya masih terjaga. pertumbuhan hingga 13,31% (yoy), sedikit melambat dari
periode sebelumnya yaitu 14,69% (yoy), namun lebih
Secara spasial, penyaluran kredit rumah tangga di Provinsi
tinggi daripada triwulan III 2017 yaitu 13,04% (yoy).
NTT masih terkonsentrasi di Kota Kupang yang mencapai
Peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit disinyalir
Rp3,45 triliun, atau 30,95% dari total kredit rumah
kurang merata yang terlihat dari menurunnya indeks akses
tangga, diikuti Kabupaten Belu sebesar Rp1,02 triliun
kredit tiga bulan terakhir Survey Kegiatan Dunia Usaha
(9,20%) dan Kabupaten Kupang sebesar Rp0,84 triliun
(SKDU) yang turun ke angka 12,22 dari sebelumnya 14,67.
(7,51%). Pada triwulan III 2018 penyaluran kredit rumah
Berdasarkan hasil survey, kondisi keuangan UMKM
tangga semakin terpusat di Pulau Timor dengan pangsa
sebagaimana indeks kondisi keuangan tiga bulan terakhir
58,35% dari sebelumnya 55,79%. Hal tersebut dinilai
SBT KEGIATAN USAHA (SKALA KIRI) % PDRB QTQ (SKALA KANAN) % SBT KONDISI KEUANGAN (SKALA KIRI) % NPL (SKALA KANAN) %
yang menurun dari 36,00 menjadi 31,11. Dari sisi kualitas investasi. Penyaluran kredit modal kerja juga didukung
kredit, tercatat perbaikan kualitas kredit sebagaimana dengan kualitas kredit modal kerja untuk UMKM lebih baik
tercermin dari turunnya rasio kualitas kredit bermasalah dan terjaga apabila dibandingkan dengan kualitas kredit
menjadi 3,58% dari sebelumnya 3,97%. investasi.
4.3.2. Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM Berdasarkan skala fasilitas, terdapat perubahan pangsa
Posisi penyaluran kredit UMKM di triwulan III 2018 secara penyaluran kredit UMKM di triwulan III 2018. Kredit
nominal meningkat ke angka Rp9,36 triliun dari triwulan II UMKM skala fasilitas kecil masih medominasi penyaluran
2018 Rp9,06 triliun. Namun demikian, persentase kredit dengan pangsa 39,79% sedikit menurun dari
pertumbuhan tahunan periode kajian melambat menjadi sebelumnya 39,91%. Kredit UMKM mikro dari yang
13,31% (yoy), lebih rendah daripada periode sebelumnya sebelumnya merupakan fasilitas kredit dengan penyaluran
14,69% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut terkecil, naik ke posisi dua dengan jumlah penyaluran
tercatat pada kedua jenis kredit; modal kerja menjadi Rp3,01 triliun, mencatat peningkatan pangsa menjadi
15,07% (yoy) dari sebelumnya 16,36% (yoy), sedangkan 32,13% dari sebelumnya 27,99%. Akibatnya, fasilitas
pertumbuhan kredit investasi turun menjadi 4,04% (yoy) skala menengah menurun ke posisi terakhir dengan
dari sebelumnya 6,19% (yoy). Penyaluran kredit UMKM pangsa 28,08% dari sebelumnya 32,11%. Posisi
masih terkonsentrasi kepada kredit modal kerja dengan penyaluran kredit UMKM skala fasilitas mikro meningkat
jumlah Rp7,99 triliun atau 85,32% dari seluruh penyaluran ke angka Rp3,01 triliun dari sebelumnya Rp2,53 triliun dan
kredit, menunjukan penguatan dari periode sebelumnya menunjukan tingkat pertumbuhan tahunan yang
yaitu 84,87%, sedangkan kredit investasi hanya sebesar signifikan ke angka 36,77% (yoy) dari sebelumnya
Rp1,37 atau 14,68%. Konsentrasi tersebut merupakan hal 18,69% (yoy). Di sisi lain, fasilitas skala kecil dan menengah
yang wajar mengingat skala bisnis UMKM yang cenderung menurun masing-masing menjadi 8,44% (yoy) dan 0,04%
lebih membutuhkan modal operasional dibanding (yoy) dari sebelumnya 9,43% (yoy) dan 18,28% (yoy).
MODAL KERJA INVESTASI GROWTH KREDIT GROWTH MODAL KERJA GROWTH INVESTASI KREDIT UMKM MODAL KERJA INVESTASI BATAS
Peningkatan penyaluran kredit yang signifikan pada skala triwulan dan tahun sebelumnya, masing-masing yaitu
fasilitas mikro mengindikasikan meningkatnya jumlah 10,27% (yoy) dan 9,30% (yoy). Di sisi lain, sektor
kreditur yang mencerminkan meningkatnya akses UMKM konstruksi mencatat pertumbuhan sebesar 6,71% (yoy),
terhadap perbankan. Penurunan eksposur dan penyaluran melambat apabila dibandingkan periode sebelumnya yaitu
kredit pada kredit fasilitas skala menengah ditengarai 27,73% (yoy) meskipun masih lebih tinggi dari tahun
sejalan dengan upaya perbankan dalam memperbaiki sebelumnya yaitu 4,15% (yoy). Sejalan dengan
kualitas kredit jenis tersebut. meningkatnya posisi pangsa kredit, sektor pertanian
menunjukan pertumbuhan positif hingga 41,26% (yoy),
Perdagangan Besar dan Eceran dan Konstruksi masih
lebih tinggi daripada triwunal II 2018 dan triwulan III 2017
mencatat penyerapan kredit UMKM terbanyak yaitu
masing-masing yaitu 39,94% (yoy) dan 34,08% (yoy).
masing-masing sebesar 66,67% dan 7,42%. Kedua sektor
Setelah mengalami pertumbuhan positif sejak triwulan IV
tersebut menyumbang 84,24% dari seluruh pertumbuhan
2016 dan memuncak di triwulan III 2017, pertumbuhan
yang terjadi pada triwulan III 2018. Pertumbuhan pada
sektor Listik Gas & Air berangsur-angsur melambat dan
Sektor Pertanian, Perburan dan Kehutanan berhasil
pada triwulan III 2018 mencatat pertumbuhan negatif -
meningkatkan pangsa kreditnya ke posisi ketiga,
28,12% (yoy) dari sebelumnya 58,33% (yoy) dan tahun
menggeser Sektor Penyediaan Akomodasi, dengan pangsa
sebelumnya 176,16% (yoy). Sektor pertambangan dan
sebesar 4,79% dari seluruh posisi penyaluran kredit
penggalian berhasil mencatat tingkat pertumbuhan
UMKM pada periode kajian. Besarnya pangsa penyaluran
hingga 251,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
kredit ke sektor Perdagangan Besar didukung dengan
dan tahun sebelumnya, masing-masing yaitu 231,13%
terjaganya kualitas kredit sektor tersebut yang paling tidak
(yoy) dan -56,29% (yoy). Pertumbuhan pada Sektor
selama enam tahun terakhir selalu berada dalam kategori
Pertanian dan Pertambangan menandakan adanya
aman, sedangkan rasio kredit bermasalah Konstruksi telah
peningkatan diversifikasi penyaluran kredit untuk UMKM
berada dalam kategori tidak aman. Menyusul peningkatan
di Provinsi NTT. Hal tersebut menunjukan keselarasan
penyaluran pada Sektor Pertanian, tercatat penurunan
perbankan untuk turut memitigasi risiko dalam penyaluran
kualitas kredit pada sektor tersebut dan telah masuk dalam
kredit sehingga tercipta stabilitas dalam sistem keuangan
kategori tidak aman. Meskipun diversifikasi penyaluran
daerah.
kredit merupakan hal yang baik dalam menurunkan risiko,
perbankan perlu mengedepankan kehati-hatian dalam
4.3.3. Perkembangan Risiko Kredit UMKM
melakukan ekspansi seperti melakukan asesmen terhadap
Risiko kredit UMKM secara umum masih dalam kategori
potensi sektor industri.
aman dengan tingkat rasio NPL sebesar 3,58% (dibawah
Sektor Perdagangan berhasil meningkatkan serapan batas 5%). Upaya perbankan dalam meningkatkan
kreditnya hingga 11,76% (yoy), lebih tinggi daripada diversifikasi penyaluran kredit baik secara pangsa sektor,
8,0% 35%
6,82%
6,0% 25%
4,84% 4,02%
4,0% 15% 3,22%
3,22%
5%
2,0% 2,82%
-5%
0,0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018
2014 2015 2016 2017 2018
MIKRO KECIL MENENGAH BATAS KONSTRUKSI LISTRIK, GAS, & AIR BATAS PERDAGANGAN BESAR & ECERAN
besaran fasilitas dan jenis kredit, berhasil menurunkan 2,3% - 3,42%. Kredit macet Sektor Konstruksi yang
persentase kredit bermasalah dari periode sebelumnya memuncak pada triwulan I 2017 lalu telah berangsur-
sebesar 3,97%. Penurunan kredit bermasalah tercatat angsur membaik dan pada triwulan III 2018 mencapai
pada kedua jenis kredit UMKM. Pada triwulan III 2018, NPL 6,82%. Meski masih dalam kategori tidak aman, rasio
kredit modal kerja dan investasi masing-masing adalah kredit macet tersebut menunjukan adanya perbaikan
3,49% dan 4,09%, lebih kecil dibandingkan triwulan kualitas kredit mengingat pada triwulan sebelumnya rasio
sebelumnya yaitu 3,75% dan 5,20%. Dengan adanya kredit macet mencapai 9,64%. Sektor Pertanian yang
perbaikan pada NPL, kredit investasi kembali masuk dalam dalam tiga tahun terakhir tumbuh di rentang 30,05% (yoy)
kategori aman sehingga membuka kesempatan yang - 55,00% (yoy) tiap triwulannya, menunjukkan adanya
relatif lebih aman bagi perbankan dalam melakukan aktivitas ekonomi dan potensi penyerapan kredit.
ekspansi kredit. Sayangnya, sepanjang periode tersebut, kualitas kredit
cenderung memburuk yang tercermin dari meningkatnya
Penurunan eksposur jenis fasilitas kredit menengah diikuti
rasio NPL. Rasio NPL awalnya hanya 1,69% pada triwulan II
perbaikan kualitas kredit yang tercermin dari turunnya
2016, perlahan-lahan naik dan mencapai 4,22% pada
rasio NPL ke batas aman yaitu 3,22% dari sebelumnya
triwulan II 2018 hingga memuncak pada triwulan III 2018
6,00%. Di sisi lain, peningkatan penyaluran kredit pada
di 5,25%. Hal tersebut menegaskan pentingnya
jenis fasilitas mikro menurunkan kualitas kredit ke ambang
perbankan memperhatikan performa Sektor Pertanian dan
batas aman di tingkat rasio NPL 4,84% dari sebelumnya
menguatkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan
3,18%. Sedangkan untuk jenis fasilitas kredit kecil, tercatat
kredit ke sektor tersebut. Sektor pertambangan dan
sedikit penurunan kredit bermasalah menjadi 2,82% dari
Penggalian yang juga mencatat pertumbuhan kredit
sebelumnya 2,89%. Meski secara umum rasio NPL telah
terbesar memiliki kualitas kredit yang baik dengan rasio
turun dan seluruh jenis fasilitas kredit telah masuk dalam
NPL hanya sebesar 0,26% dari sebelumnya 0,23%. Meski
kategori aman, perbankan perlu mengedepankan prinsip
secara umum kualitas kredit UMKM terjaga, perbankan
kehati-hatian dalam penyaluran kredit, khususnya kepada
berhati-hati khususnya terkait risiko sistemik yang
jenis fasilitas kredit mikro, untuk menghindari penurunan
dikarenakan tingginya konsentrasi penyaluran kredit pada
kualitas kredit.
sektor Perdangan Besar, Konstruksi, dan Pertanian.
Di triwulan III 2018, perbankan berhasil menurunkan rasio Sebagai alternatif, perbankan dapat mempertimbangkan
kredit macet Sektor Perdagangan Besar ke angka 3,22% kemudahan penyaluran kredit di sektor lain yang memiliki
dari sebelumnya 3,42%. Meski memiliki pangsa rasio kredit bermasalah kecil seperti Sektor Pertambangan,
penyerapan kredit UMKM hingga 66,67%, rasio NPL Jasa Kemasyarakatan & Hiburan, Jasa kesehatan & Sosial,
Sektor Perdagangan Besar dalam lima tahun terakhir terus serta Transportasi & Pergudangan dengan tetap
berada dalam kategori aman dengan rentang rasio NPL mempertimbangkan potensi sektor dan debitur.
Posisi penyaluran kredit perbankan kepada korporasi di pertumbuhan tahunan di atas 140%, pada periode kajian
triwulan III 2018 naik ke angka Rp2,22 triliun dari kembali menunjukan peningkatan drastis hingga
sebelumnya Rp2,10 triliun. Namun demikian, 744,99% (yoy), jauh lebih tinggi dari pada periode
pertumbuhan di triwulan III 2018 hanya mencapai 16,91% sebelumnya yaitu 144,46% (yoy). Lonjakan penyaluran
(yoy), tumbuh melambat daripada TW II 2018 yaitu kredit pada Sektor Pertambangan untuk UMKM dan
54,55% (yoy). Perlambatan tersebut dikarenakan karena Korporasi sejak awal tahun tersebut, semakin menegaskan
turunnya tingkat pertumbuhan secara signifikan pada perluasan aktivitas ekonomi yang terjadi di Provinsi NTT.
kredit investasi ke 45,98% (yoy) dari sebelumnya 199,60% Pertumbuhan serapan kredit pada Sektor Real Estate juga
(yoy). Perlambatan juga diperburuk dengan turunnya melambung tinggi sejak akhir 2017 sejalan dengan
pertumbuhan penyaluran kredit modal kerja hingga - insentif-insentif kepemilikan rumah yang diberikan
4,55% (yoy) dari triwulan II 2018 0,92% (yoy). Penyaluran sehingga memicu developer perumahan untuk melakukan
kredit pada periode kajian relatif seimbang dengan posisi aktivitas produktif. Di triwulan III 2018, Sektor Real Estate
pangsa kredit investasi dan modal kerja masing-masing mencatat pertumbuhan 288,84% (yoy), melambat apabila
sebesar 53,02% dan 46,98%. Konsentrasi pada kredit dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu 293,64%
investasi merupakan hal yang baik dalam menjaga (yoy), namun jauh lebih tinggi daripada tahun sebelumnya
stabilitas sistem keuangan, mengingat kualitas kredit yaitu -61,54% (yoy).
investasi jauh lebih baik daripada kredit Modal Kerja.
Sejak awal 2018, kualitas kredit Modal Kerja merosot ke
Berdasarkan sektor usaha, tiga penyaluran kredit terbesar angka 15,88% yang mengakibatkan masuknya kredit
diberikan kepada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran korporasi secara umum ke dalam kategori tidak aman,
(30,61%), Sektor Listrik, Gas dan Air (25,88%), dan Sektor namun demikian berangsur-angsur membaik. Rasio kredit
Konstruksi (15,99%). Sedangkan secara pertumbuhan modal kerja secara perlahan turun; tingkat kredit
tahunan, dari tingkat pertumbuhan 16,91% (yoy), Sektor bermasalah pada triwulan II dan III 2018 masing-masing
Listrik, Gas, dan Air, Penyedia Akomodasi dan yaitu 14,15% dan 11,95%. Seiring dengan perbaikan
Pertambangan memiliki bobot dan sumbangan terbesar. pada kredit modal kerja, kualitas kredit korporasi turut
Sumbangan masing-masing sektor tersebut sebesar menunjukan perbaikan sebagaimana tercermin dari
5,39%, 4,72% dan 3,11%. Pertumbuhan Sektor Listrik, turunnya rasio NPL ke tingkat 6,59% dari sebelumnya
Gas dan Air yang memuncak pada triwulan II 2018 di 7,42%. Kualitas kredit investasi sejak satu tahun terakhir
tingkat 660,18% (yoy), pada triwulan III 2018 turun relatif stabil dengan rentang rasio NPL 1% - 2%. Adapun
signifikan ke tingkat 21,70%. Di sisi lain, Sektor pada periode kajian, tercatat sedikit peningkatan rasio
Pertambangan yang sejak awal 2018 mencatat kredit macet menjadi 1,83% dari sebelumnya 1,28%.
Grafik 4.18. Pertumbuhan Tahunan Kredit Korporasi Grafik 4.19. NPL Kredit Sektor Korporasi
40% 14%
12%
1.500 30%
10%
20% 6,59%
8%
1.000 10%
16,91% 6%
0% 4%
500
1.044
-10%
1,82%
2%
0 -20% 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
MODAL KERJA INVESTASI GROWTH KREDIT KREDIT NON UMKM MODAL KERJA INVESTASI BATAS
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III umum di Provinsi NTT pada triwulan III 2018 mencapai
2014 2015 2016 2017 2018
LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN,
Rp26,66 triliun, sedikit menurun daripada triwulan
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN BATAS DAN JASA PERUSAHAAN
sebelumnya yaitu Rp26,86. Adapun apabila dikaji dari
SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH
Kredit 24,43 24,13 25,37 30,07 27,05 27,94 29,29 19,00 11,03 13,35 31,68 10,75 15,79 15,44
Modal Kerja 7,46 7,60 8,03 9,45 8,10 8,69 9,03 21,80 13,53 13,97 32,73 8,55 14,34 12,40
Investasi 2,02 1,66 2,13 3,67 2,38 2,47 2,55 28,58 -2,26 28,12 121,21 18,15 49,01 19,95
Konsumsi 14,95 14,87 15,21 16,95 16,57 16,78 17,70 16,50 11,46 11,23 20,58 10,86 12,82 16,41
tingkat pertumbuhan, penyerapan DPK masih tumbuh sebelumnya yaitu -1,61% (yoy) dan 9,93% (yoy), ataupun
positif. Pertumbuhan DPK pada triwulan kajian mencapai tahun sebelumnya yaitu 2,44% (yoy) dan 9,41% (yoy). Di
10,34% (yoy), lebih besar daripada triwulan dan tahun sisi lain, deposito tumbuh melambat dengan tingkat
sebelumnya, masing-masing yaitu 6,46% (yoy) dan 7,83% pertumbuhan 6,15% (yoy) dari triwulan sebelumnya
(yoy). Berdasarkan jenisnya, tabungan dan deposito 7,87% (yoy) dan tahun sebelumnya 9,41% (yoy).
mencatat peningkatan nominal masing-masing hingga Tabungan masih menjadi pilihan utama nasabah
Rp17,78 triliun dan 7,30 triliun dari sebelumnya Rp13,37 perbankan yang berada di Provinsi NTT dalam menyimpan
triliun dan Rp7,20 triliun. Namun demikian, peningkatan dana sebagaimana tercermin dari besaran pangsa
pada kedua jenis simpanan tersebut tidak dapat menahan tabungan yang mencapai 60,95% dari seluruh DPK yang
penurunan pada simpanan giro yang mencatat penurunan terhimpun pada triwulan III 2018. Adapun deposito dan
posisi simpanan menjadi Rp5,58 triliun dari sebelumnya giro masing-masing menyumbang 23,98% dan 15,08%
Rp6,30 triliun. Volatilitas pada jumlah simpanan rekening dari seluruh penghimpunan dana. Meningkatnya posisi
giro merupakan hal yang wajar mengingat peruntukan kredit yang tersalurkan dan menurunnya DPK yang
rekening giro diutamakan untuk melayani nasabah terhimpun menciptakan ketidakseimbangan tingkat
dengan frekuensi dan nominal transaksi besar, seperti intermediasi. Terkait hal tersebut perbankan perlu berhati-
untuk keperluan komersial/bisnis. Dari sisi pertumbuhan, hati dalam melakukan ekspansi pinjaman khususnya dan
rekening giro dan tabungan berhasil mencatat mempertimbangkan risiko kredit atau meningkatkan
pertumbuhan positif masing-masing hingga 7,61% (yoy) upaya dalam penghimpunan DPK.
dan 13,88% (yoy), lebih besar daripada periode
Grafik 4.21. Pertumbuhan DPK (yoy) dan Kredit (yoy) Grafik 4.22. Perkembangan LDR
29% 30.000
109,86% 120%
9% 10.000 40%
-1% 0 0%
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2016 2017 2018
BOPO (%) ROA (%) BOPO (%) LHS ROA (%) RHS NPL (%) RHS
Pada triwulan III 2018, rasio BOPO bank umum masih 29,75%. CAR menunjukan kecukupan modal BPR dalam
dibawah 100% yaitu 66,66%. Hal tersebut menunjukan memenuhi kewajibannya, besarnya CAR mengindikasikan
bahwa bank umum di NTT berhasil menjaga beban kredibilitas BPR. Laju pertumbuhan beban operasional BPR
operasional tidak melebihi pendapatan operasionalnya. juga sedikit lebih besar daripada pendapatannya yang
Dibandingkan dengan BOPO pada triwulan II 2018 yaitu mengakibatkan adanya peningkatan BOPO ke angka
69,78%, terdapat penurunan rasio BOPO yang 81,83% dari sebelumnya 81,82%.
diakibatkan peningkatan pendapatan operasional yang
lebih tinggi daripada beban operasional. Hal ini
mengindikasikan semakin efisiennya bank umum di NTT
dalam menjalankan aktivitasnya. Sejalan dengan hal
tersebut, ROA juga mengalami peningkatan menjadi
0,83% dari sebelumnya 1,39%.
33
32
31
30
29 29,78
28
27
26
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018
CAR
PANGSA KEPEMILIKAN ASET PANGSA KEPEMILIKAN KEWAJIBAN PANGSA ASET PER INSTRUMENT PANGSA ASET PER INSTRUMENT
51% 51%
44% 9% 37% 37%
8% 8%
56% 91% 3% 3%
2% 2%
FIN. ASSET NON FIN. ASSET DEBT EQUITY CURRENCY AND DEPOSITS LOAN EQUITY DEBT SECURITIES OTHERS
RN RN
NFC NFC
HH HH
ODC ODC
OFC OFC
LG LG
ROI ROI
ROW ROW
0% 20% 40% 60% 80% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
MONETARY GOLD CURRENCY AND DEPOSITS DEBT SECURITIES LOANS MONETARY GOLD CURRENCY AND DEPOSITS DEBT SECURITIES LOANS
EQUITY INSURANCE FINANCIAL DERIVATIVES OTHER AR/AP EQUITY INSURANCE FINANCIAL DERIVATIVES OTHER AR/AP
Neraca Regional
Jika meninjau neraca sektoral, komposisi neraca Korporasi, Risiko likuiditas masih terjaga. Hal ini tercermin dari
Rumah Tangga, dan IKNB relatif tetap, baik dr sisi aset indikator Net Short Term (ST) Position yang masih berada
maupun kewajiban. Sementara itu, neraca Pemda pada posisi net short term asset sebesar Rp6,88T atau
menunjukkan peningkatan Currency & Deposits yang mencapai 7,22% dari PDRB. Pada triwulan II-2018 posisi
signifikan pada sisi aset. Peningkatan Currency & Deposits Net ST Position meningkat didorong oleh naiknya aset
milik Pemda seiring dengan meningkatnya transfer dana likuid Pemda dan Rumah Tangga dalam bentuk simpanan
dari pemerintah pusat pada triwulan I dan triwulan II 2018. masing masing sebesar 39,89% (qtq) dan 7,53% (qtq).
Naiknya simpanan Pemda seiring dengan meningkatnya
transfer dana dari Pusat pada triwulan II-2018.
Grafik Boks 1.4 Profil Risiko
Net Short Term Position (% thd PDRB), Liquidity Risk Net External Position (% thd PDRB), External Risk
8,10%
7,22%
6,85%
6,48%
9,30%
4,55%
-0,45%
-0,47%
-0,45%
3,37%
2,63%
2,04%
-0,73%
-0,76%
1,58%
1,61%
1,20%
0,63%
-3,08%
-3,05%
0,02%
-4,33%
-1,23%
-2,43%
-1,70%
-0,76%
Capital Structure Position(% thd PDRB), Leverage Ratio Net Financial Position (% thd PDRB), Solvency Risk
11,37%
8,04%
6,66%
-0,10%
-0,31%
-0,22%
-0,50%
-0,49%
-0,24%
4,86%
4,48%
4,97%
-5,60%
-6,00%
-4,80%
3,46%
2,04%
2,62%
1,58%
1,30%
1,20%
0,26%
-25,19%
-25,19%
-25,30%
26,96%
28,09%
32,15%
-58,35%
-58,99%
-0,39%
-10,39%
-0,76%
-63,80%
-4,65%
-4,65%
Network Analysis
Network Analysis dilakukan melalui analisis posisi maupun Sementara itu, Pemda juga mengalami transaksi outflow
transaksi antar sektor institusi. Analisis posisi sejalan dengan meningkatnya penempatan Pemda di
menggunakan data gross exposure atau posisi kepemilikan Perbankan dalam bentuk simpanan. Meningkatnya
aset dan kewajiban suatu sektor yang terkoneksi dengan simpanan Rumah Tangga dan Pemda di Perbankan
sektor lain yang bertujuan untuk mengidentifikasi menyebabkan sektor Perbankan di NTT mengalami Net
konsentrasi risiko pada sektor dan instrumen keuangan Borrowing sebesar Rp3,44 T pada tw II-2018, setelah pada
tertentu. Sedangkan analisis transaksi dengan tw sebelumnya juga mengalami Net Borrowing sebesar
menggunakan data neto transaksi bertujuan untuk Rp1,18 T. Sementara itu, korporasi tercatat mengalami Net
mengidentifikasi perubahan pola neto transaksi masing- Lending/Net Outflow seiring meningkatnya simpanan
masing sektor yang akan memicu peningkatan risiko sektor korporasi / swasta di perbankan yang tumbuh
imbalances jika terjadi perubahan secara struktural. sebesar 5,3% (qtq) pada triwulan II 2018.
ROI 8652,9
ROW 2310
LG 10826,5
NFC 9896,4
OFC 3292,9
HH 2491,6
ODC 371,9
Glossary:
Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT pada triwulan jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) pada
III 2018 menunjukkan peningkatan baik tunai maupun triwulan III 2018 mencapai Rp 1,12 triliun atau menurun
nontunai. Transaksi tunai di Provinsi NTT pada triwulan III 11,83% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang
2018 menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 379,54 mencapai Rp 1,27 triliun.
miliar atau meningkat 69,73% (yoy) dibandingkan
triwulan III 2017. Sementara itu, transaksi pembayaran 5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas
Secara keseluruhan, kas titipan di Provinsi NTT pada
nontunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
triwulan III 2018 menunjukkan kondisi net outflow
(SKNBI) di Provinsi NTT mengalami kenaikan baik secara
sebesar Rp 515,88 miliar. Kondisi tersebut meningkat
volume maupun nominal masing-masing sebesar 6,22%
85,92% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang hanya
(yoy) dan 9,79% (yoy) sejalan dengan peningkatan SKNBI
mencapai Rp 277,47 miliar. Aktivitas di delapan kas titipan
secara nasional. Indikator lainnya seperti peningkatan
Provinsi NTT baik setoran maupun penarikan mengalami
jumlah uang tidak layak edar (UTLE) yang dimusnahkan
peningkatan. Setoran bank ke kas titipan (inflow) pada
dan kegiatan layanan kas melalui kas titipan menunjukkan
triwulan III 2018 mengalami kenaikan 40,58% (yoy) atau
adanya perbaikan kualitas uang yang beredar di
mencapai Rp 1,11 triliun. Sementara itu, penarikan dari kas
masyarakat Provinsi NTT. Di samping itu, transaksi
titipan ke bank (outflow) mengalami kenaikan 52,36%
penjualan dan pembelian valuta asing pada triwulan III
(yoy) atau mencapai Rp 1,63 triliun.
2018 di Provinsi NTT mencapai Rp 23,9 miliar, menurun
14,42% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 dengan mata Pada triwulan III 2018, seluruh lokasi kas titipan
uang yang paling banyak ditukarkan adalah USD. mengalami net outflow, kecuali kas titipan
Waingapu. Kas titipan Waingapu mengalami kondisi net
5.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI inflow sebesar Rp 16,45 miliar. Kondisi ini sesuai dengan
5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran pola historisnya, di mana pada triwulan III 2017 kas titipan
Uang Keluar (outflow)
Waingapu juga menunjukkan kondisi net inflow sebesar
Transaksi tunai di Provinsi NTT pada triwulan III 2018
Rp 58,02 miliar. Sementara itu, hanya kas titipan Maumere
menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 379,54
dan Kalabahi yang mengalami peningkatan net outflow
miliar. Kondisi net outflow tersebut meningkat 69,73% dibandingkan triwulan III 2017 masing-masing sebesar
(yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang hanya mencapai 26,88% dan 618,63%. Peningkatan signifikan net
Rp 223,61 miliar. Jumlah uang yang keluar dari Bank outflow kas titipan Kalabahi disebabkan karena pada
Indonesia (outflow) pada triwulan III 2018 adalah Rp 1,5 triwulan III 2017, kas titipan Kalabahi baru dibuka.
triliun atau meningkat 0,40% (yoy) dibandingkan triwulan Peningkatan tersebut menunjukkan aktivitas perbankan di
III 2017 yang mencapai Rp 1,49 triliun. Sementara itu, kas titipan Kalabahi semakin meningkat.
Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai Grafik 5.2 Perkembangan Inflow/Outflow di Povinsi NTT
NET IN/OUT (RP. MILIAR) YOY INFLOW (RP. MILIAR) OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY INFLOW YOY OUTFLOW
2.000 300
1.500 200
1.000 100
500 -
- (100)
(500) (200)
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
(1.000)
(1.500)
I II III IV I II III IV I II III
WAIKA-
2016 2017 2018 ATAMBUA ENDE LEWOLEBA MAUMERE RUTENG WAINGAPU BUBAK ALOR
Grafik 5.5 Perkembangan Distribusi ULE dan Penarikan UTLE Grafik 5.6 Distribusi ULE dan Penarikan UTLE Masing-Masing
di Kas Titipan Provinsi NTT Kas Titipan Per Triwulan III 2018
1.200 MILIAR RP 350 MILIAR RP
1.000 300
250
800
200
600
150
400
100
200 50
0 0
I II III IV I II III IV I II III MAUMERE ATAMBUA WAINGAPU ENDE RUTENG LEWOLEBA WAIKA- ALOR
2016 2017 2018 BUBAK
Keberadaan kas titipan mendukung ketersediaan 5.2.3. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Uang Layak Edar (ULE) di daerah dan membantu Jumlah UTLE yang dimusnahkan pada triwulan III
penyerapan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Pada 2018 mencapai Rp 686,01 miliar atau menurun 6,25%
triwulan III 2018, jumlah ULE yang didistribusikan dari Bank (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Sepanjang
Indonesia ke kas titipan mencapai Rp 1,12 triliun. Jumlah triwulan III 2018, dari seluruh uang yang masuk di Kantor
ini meningkat 14,92% (yoy) dibandingkan triwulan III Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT 61,37%
2017. Sementara itu, jumlah UTLE yang diserap oleh kas merupakan UTLE dan telah dimusnahkan. Persentase ini
titipan adalah Rp 417,85 miliar atau meningkat signifikan lebih besar dibandingkan triwulan III 2017 yang hanya
yakni 77,01% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. mencapai 57,72%.
100 10%
total jumlah UTLE yang diserap seluruh kas titipan di - 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Provinsi NTT. Sementara itu, ULE yang didistribusikan 2015 2016 2017 2018
Grafik 5.8 Perkembangan UPAL di Povinsi NTT Grafik 5.9 Perkembangan Transaksi Kliring
Jumlah UPAL yang ditemukan selama triwulan III mengalami penurunan sebesar 64,81% dibandingkan
2018 sebanyak 96 lembar. Jumlah tersebut mengalami triwulan III 2017. Hal ini disebabkan oleh ketatnya aturan
peningkatan signifikan dibandingkan dengan triwulan III tentang kelengkapan dan syarat melakukan transaksi
2017 yang hanya mencapai 26 lembar. Pada triwulan III menggunakan bilyet giro yang berlaku sejak 1 April 2017.
2018, jumlah UPAL yang ditemukan sebagian besar berasal
5.4. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA
dari permintaan klarifikasi perbankan. Berdasarkan jenis
PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK
pecahannya, temuan UPAL terdiri dari Rp 100.000 (KUPVA BB)
sebanyak 88 lembar dan Rp 50.000 sebanyak 8 lembar. Total transaksi penjualan dan pembelian valuta asing
di penyelenggara KUPVA BB berizin pada triwulan IIII
5.3. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 2018 di Provinsi NTT mencapai Rp 23,9 miliar. Jumlah
(SKNBI) tersebut mengalami penurunan -14,42% (yoy)
Pada triwulan III 2018, transaksi kliring Provinsi NTT dibandingkan triwulan III 2018 yang mencapai Rp 27,93
mengalami kenaikan baik secara volume maupun miliar. Kegiatan penjualan valuta asing pada triwulan III
nominal. Transaksi kliring di Provinsi NTT pada triwulan III 2018 mencapai Rp 11,90 miliar atau menurun -4,06%
2018 mencapai Rp 3,33 triliun atau mengalami kenaikan (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Sementara itu,
9,79% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Peningkatan kegiatan pembelian valuta asing pada triwulan III 2018
tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah kliring mencapai Rp 12 miliar atau turun 22,7% (yoy)
nasional. Pada triwulan III 2018, transaksi kliring nasional dibandingkan triwulan III 2017. Jumlah penyelenggara
mencapai Rp 930,37 triliun atau mengalami kenaikan KUPVA BB berizin yang berkantor pusat di Provinsi NTT
7,02% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Sementara pada triwulan III 2018 adalah tujuh penyelenggara dengan
itu, jumlah warkat kliring di Provinsi NTT pada triwulan III sebaran empat penyelenggara di Kota Kupang, dua
2018 adalah 86.867 warkat atau mengalami kenaikan penyelenggara di Atambua, dan satu penyelenggara di
6,22% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Peningkatan Labuan Bajo.
tersebut sejalan dengan peningkatan volume kliring
Berdasarkan mata uang, transaksi penjualan dan
nasional yang mencapai 6,80% (yoy).
pembelian valuta asing pada triwulan III 2018
Sementara itu, penyerahan Cek/BG kosong di Provinsi NTT didominasi oleh USD dengan pangsa 89,55% atau
pada triwulan III 2018 mengalami penurunan secara senilai Rp 21,4 miliar. Selain berperan sebagai mata uang
volume yakni 52,04% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 internasional, USD mendominasi transaksi valuta asing di
atau sebesar 129 warkat. Dari sisi nominal, Cek/BG kosong Provinsi NTT karena Timor Leste, negara yang berbatasan
pada triwulan III 2018 mencapai Rp 4,37 miliar atau langsung dengan Provinsi NTT menggunakan mata uang
16
25
14
12 20
10
15
8
6 10
4
5
2
0 0
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2016 2017 2018
Gambar Boks 3.1. Perpanjangan Kas Titipan Bank Indonesia di Ende dan Ruteng
1. Kas titipan adalah kegiatan penyediaan uang Rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan menunjuk Bank Umum sebagai pengelola kas titipan untuk melakukan kegiatan: setoran dan
kepada salah satu bank untuk mencukupi persediaan kas bank-bank dalam rangka penarikan bank di wilayah kerjanya, penukaran uang di loket untuk kebutuhan masyarakat,
memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah/daerah tertentu. Bank Indonesia pelaksanaan kas keliling, sortasi uang, serta penyimpanan uang.
Berdasarkan data Agustus 2018, kesejahteraan lebih baik dibanding pengangguran terbuka nasional yang
masyarakat Provinsi NTT yang tercermin dari kondisi sebesar 5,34%. Hanya Provinsi Bali (1,37%) yang memiliki
ketenagakerjaan menunjukkan peningkatan 1 . tingkat pengangguran terbuka lebih rendah dari NTT.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT turun Sulawesi Barat (3,16), Papua (3,20) dan Sulawesi Tengah
sebanyak 3.800 orang menjadi 3,01% dibandingkan (3,26) melengkapi 5 Provinsi dengan tingkat pengangguran
Agustus 2017 yang sebesar 3,27%, sehingga saat ini terendah. Namun demikian, rendahnya angka TPT tersebut
tercatat angka pengangguran sebanyak 74.748 orang. cukup berkontradiksi dengan persentase penduduk miskin
Peningkatan tersebut didorong terutama oleh di Provinsi NTT. Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT per
peningkatan tenaga kerja di sektor Pertambangan dan Maret 2018 adalah 1,14 juta jiwa atau 21,35% dari total
Penggalian; Pengadaaan Listrik, Gas and Air sebanyak penduduk di Provinsi NTT. Jumlah tersebut lebih tinggi
22% atau 7.458 orang seiring dengan penambahan daripada persentase kemiskinan nasional yaitu 9,82%.
lapangan kerja baru pada proyek pembangunan tenaga Provinsi NTT menempati posisi ketiga terbawah nasional
listrik dan bendungan. Sektor terbesar di NTT, yakni persentase angka kemiskinan dan hanya berada di atas
Pertanian, Kehutaan dan Perikanan juga menyumbang Papua Barat (23,01%) dan Papua (27,74%)
penambahan jumlah tenaga kerja 48.358 orang (3,8%). Di
Total penduduk NTT yang bekerja sebesar 2,41 juta orang,
sisi lain, tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang
atau meningkat 91,5 ribu orang dibandingkan Agustus
diindikasikan oleh Nilai Tukar Petani (NTP) juga
2017. Jika menilik Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja (TPAK)
menunjukkan peningkatan menjadi 107,35 dari triwulan III
terdapat peningkatan 1,08% menjadi 70,1% dibanding
2017 yang sebesar 103,8. Hal ini disebabkan peningkatan
Agustus 2017. Sektor terbesar penyerap tenaga kerja NTT
indeks harga diterima lebih tinggi dibandingkan
adalah Pertanian, Kehutaan dan Perikanan dengan tingkat
peningkatan indeks harga dibayar, salah satunya pengaruh
partisipasi tenaga kerja di sektor pertanian yakni sebesar
dari adanya panen produksi perkebunan mete di daerah
54,73% atau 1,32 juta orang. Diikuti sektor Perdagangan
Flores.
Besar dan Eceran sebesar 9,64%. Disisi lain, masih cukup
6.2 PERKEMBANGAN TENAGA KERJA tingginya tenaga kerja yang bersifat pekerja tak dibayar
6.2.1 Perkembangan Tenaga Kerja Umum sebesar 26,5% dari total tenaga kerja di Provinsi NTT atau
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT sebanyak 639.223 orang disinyalir menjadi salah satu
tercatat masih lebih baik dibandingkan nasional dan faktor yang juga berkontribusi terhadap angka kemiskinan
berada di peringkat 2 terendah dari 34 Provinsi di NTT. Pekerja tak dibayar pada umumnya merupakan
Indonesia. Jumlah pengangguran di NTT pada bulan pekerja yang bekerja di sektor pertanian dalam konteks
Agustus 2018 sebesar 3,01% dari total angkatan kerja, membantu keluarga menggarap persawahan.
Grafik 6.1. Perkembangan Tenaga Kerja di NTT Grafik 6.2. Perkembangan Status Pekerja
3.000.000 4,50 2
4,00 1,8
2.500.000
3,50 1,6
2.000.000 3,00 1,4
1,2
2,50
1.500.000 3,01 1
2,00
0,8
1.000.000 1,50
0,6
1,00 0,4
500.000
0,50 0,2
- 0,00 0
FEB AGS FEB AGS FEB AGS FEB AGS FEB AGS FEB AGS AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2018
1. Analisis kesejahteraan pada bab ini akan selalu berbeda penekanan tergantung
ketersediaan data terbaru yang ada pada saat dilakukan analisis.
70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018
6.2.2 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan Grafik 6.11 Perkembangan Tenaga Kerja menurut Lapangan Usaha
Lapangan Pekerjaan Utama
150 1000
sebagai sektor dominan di Provinsi NTT meningkat menjadi 800
100 600
1,32 juta jiwa dari sebelumnya Agustus 2017 sebanyak 400
50
200
1,27 juta jiwa, sehingga porsi tenaga kerja pertanian
0 0
FEB AGS FEB AGS
terhadap total tenaga kerja di Provinsi NTT meningkat
2016 2017
menjadi 54,73%. Namun jika dilihat data 3 tahun terakhir PERTAMBANGAN,LISTRIK GAS dan AIR
PERDAGANGAN DAN REPARASI
INDUSTRI PENGOLAHAN
TRANSPORTASI DAN AKOMODASI
KONSTRUKSI
INFORMASI, KOMUNIKASI, KEUANGAN
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PERTANIAN, KEHUTANAN dan PERIKANAN JASA PENDIDIKAN
tren pertumbuhan tenaga kerja di bidang pertanian JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA LAINNYA
Peningkatan juga terjadi pada sektor Konstruksi menjadi 6.2.3 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan
106.3751 jiwa dari Agustus 2017 sebanyak 97.965 jiwa. Tingkat Pendidikan
Hal ini menunjukkan adanya realisasi pembangunan Berdasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka 2 , pada
infrastuktur di NTT baik oleh pemerintah maupun swasta. Agustus 2018 pengangguran terbanyak berada pada
Sektor Industri pengolahan juga meningkat dari 204.484 tingkat pendidikan Universitas dengan persentase 7,81%
menjadi 216.175 jiwa. Kecenderungan peningkatan diikuti dengan SMA Umum dengan persentase 7,54%.
Persentase TPT semakin kecil pada jenjang pendidikan
Grafik 6.3. Struktur Tenaga Kerja di NTT Bulan Februari 2018
lebih rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor
ekonomi di Provinsi NTT belum cukup mendukung para
PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN
1,60% 54,73%
KONSTRUKSI
sehingga masih kesulitan mencari pekerjaan. Sektor
5,12% 1,70% PERDAGANGAN DAN REPARASI
5,47% 8,96%
1,48% 4,43%
TRANSPORTASI DAN AKOMODASI
ekonomi Provinsi NTT masih didominasi oleh pertanian
1,97% 9,64% INFORMASI, KOMUNIKASI, KEUANGAN
4,91% ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
tradisional dengan porsi terhadap perekonomian per
JASA PENDIDIKAN
23,26
Provinsi NTT, di antaranya menarik investor terutama MINUMAN
15,85
sektor bernilai tambah lebih seperti industri, untuk lebih FURNITUR
31,77
memberdayakan para lulusan jenjang pendidikan lebih BARANG GALIAN BUKAN LOGAM
INFORMAL FORMAL
II 2017 II 2018
AGS-17 AGS-18
INDEKS EKSPEKTASI JUMLAH KARYAWAN INDEKS JUMLAH KARYAWAN MAR 2018 SEP 2018
6.2.6. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) bahwa terjadi kenaikan biaya hidup/ongkos produksi yang
Hasil SKDU Bank Indonesia pada Tw III 2018 di wilayah NTT lebih besar dibanding pendapatan yang diraih. Secara lebih
menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan jumlah rinci, hal tersebut dipengaruhi adanya peningkatan biaya
tenaga kerja pada beberapa sektor. SKDU dilakukan secara konsumsi rumah tangga dan produksi terutama bahan
triwulanan. Kenaikan terbesar terjadi pada sektor makanan, sandang, bibit tanaman dan pupuk. Dilihat dari
Bangunan dengan indeks 1,45 diikuti sektor Perdagangan, sisi sektoral, peningkatan nilai tukar petani terjadi pada
Hotel dan Restoran sebesar 0,68. tanaman padi-palawija, hortikultura dan perikanan. Hal
tersebut didorong oleh adanya musim panen perkebunan
6.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN mete dan hasil tangkapan nelayan pada periode laporan
6.3.1 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) yang cukup melimpah seiring cuaca dan gelombang laut
Secara triwulanan, tingkat kesejahteraan pedesaan yang kondusif.
di Provinsi NTT yang tercermin dari Nilai Tukar Petani
(NTP) menunjukkan peningkatan sesuai dengan 6.3.2. Survei Konsumen dan Indeks Tendensi
siklusnya, namun masih sedikit lebih tinggi Konsumen (ITK)
dibandingkan triwulan II 2018. NTP triwulan III 2018 Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia dan Indeks
tercatat naik menjadi 107,35 dari sebelumnya triwulan II Tendensi Konsumen (ITK) Badan Pusat Statistik (BPS)
2018 sebesar 105,26. Angka NTP yang tercatat berada di menunjukkan adanya peningkatan. Indeks
atas 100 sehingga secara umum masih terjadi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu mengalami
pertumbuhan pendapatan bagi petani. Penurunan NTP sedikit peningkatan dari sebelumnya triwulan sebesar
terjadi disebabkan kenaikan indeks yang dibayar (IB) lebih 134,5 menjadi 154,5 yang mengindikasikan adanya
tinggi daripada indeks yang diterima (IT) yang berarti peningkatan pendapatan dibandingkan triwulan III 2017.
98 115 100
96 110
80
94 105
92 100 60
I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018
NTP-AXIS KANAN IT IB INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PENGHASILAN SAAT INI DIBANDINGKAN 6 BLN YANG LALU
Tekanan harga pada triwulan I 2019 diperkirakan berada pada kisaran inflasi nasional
3,5%±1,0%, yakni rentang 2,30%-2,70% (yoy). Adapun secara keseluruhan tahun 2019, inflasi
diperkirakan berada pada rentang 2,30%-2,70% (yoy). Terjaganya inflasi tersebut seiring
pasokan kelompok komoditas bahan makanan yang diperkirakan terkendali sehingga
cenderung mengalami deflasi pasca inflasi cukup tinggi pada tahun sebelumnya. Di sisi lain,
masih terdapat potensi kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2019.
7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NTT
7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Triwulan I - 2019
Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan I 2019 kelistrikan. Selain itu, LU perdagangan besar dan eceran
diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,90%-5,30% (yoy), diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan
melambat dibandingkan kisaran pertumbuhan triwulan IV seiring permintaan masyarakat untuk barang sekunder
2018 sebesar 5,00%-5,40% (yoy). Perlambatan dan tersier seperti kendaraan bermotor dan peralatan
diperkirakan lebih disebabkan oleh peningkatan konsumsi elektronik yang melambat pasca Hari Raya Natal dan Tahun
rumah tangga yang diikuti dengan peningkatan impor Baru. Adapun LU jasa pendidikan diperkirakan turut
antar daerah yang lebih besar karena selain untuk mengalami perlambatan sebagai dampak peningkatan
memenuhi kebutuhan konsumsi triwulan I 2019 juga layanan pendidikan yang masih belum banyak dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan investasi/Pembentukan pada awal tahun. Meskipun demikian, diperkirakan
Modal Tetap Bruto (PMTB) yang diperkirakan tumbuh pertumbuhan jasa pendidikan masih lebih baik
relatif stabil, seperti mendatangkan permesinan dan bahan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
baku terutama dari Pulau Jawa. Di sisi lain, konsumsi seiring peningkatan animo masyarakat untuk melanjutkan
pemerintah diperkirakan mengalami peningkatan seiring pendidikan di SMK karena keterampilan yang diperoleh
kecenderungan pemerintah daerah mempercepat realisasi dapat langsung digunakan untuk mencari pekerjaan
belanja sejak awal tahun, sehingga menjadi faktor terutama bidang pariwisata seiring permintaan tenaga
penahan perlambatan pertumbuhan ekonomi. kerja di sektor pariwisata yang terus meningkat.
Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I – 2019 Grafik 7.2. Survei Konsumen
5,40% 9% 170,0
160,0
5,20% 7%
150,0
5,00% 5%
140,0
4,80% 3%
4.90-5.30%
5.10-5.50%
130,0
4,60% 1% 120,0
4,40% -1% 110,0
4,20% -3% 100,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* I** I II III IV I II III IV I II III IV I II III OKT
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
PDRB (YOY) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (YOY) KONSTRUKSI (YOY) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)
PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY) PERDAGANGAN BESAR & ECERAN (YOY) JASA PENDIDIKAN (YOY) EKSPEKTASI PENGHASILAN 6 BULAN Y.A.D. KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA 6 BULAN Y.A.D
SUMBER : BPS DAN BANK INDONESIA (DIOLAH) SUMBER :BANK INDONESIA (DIOLAH)
5,00-5,40%
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia sampai
5.10-5.50%
4
4.6
3
4.4
dengan memasuki triwulan IV 2018, terdapat 4.2
2
1
4.0 0
kecenderungan konsumsi yang meningkat. Indeks
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018* 2019**
Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen
PDRB (YOY) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (YOY) KONSTRUKSI (YOY)
PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY) PERDAGANGAN BESAR & ECERAN (YOY) JASA PENDIDIKAN (YOY)
menunjukkan indeks dalam tren meningkat. Kondisi ini
SUMBER : BPS DAN BANK INDONESIA (DIOLAH)
stabil yang didukung oleh peningkatan frekuensi banyak didatangkan dari daerah lain seperti beras dan gula
penerbangan di Provinsi NTT. pasir. Selain itu, frekuensi penerbangan yang terus
meningkat di Provinsi NTT seiring perkembangan
Potensi risiko inflasi yang perlu diwaspadai pada triwulan I
pariwisata turut menjadi penyumbang lebih terjaganya
2019 adalah faktor cuaca seperti curah hujan serta
inflasi tarif angkutan udara. Sementara itu, masih adanya
gelombang tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat
potensi kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2019
menyebabkan produksi ternak terutama ayam dan telur
menjadi faktor risiko yang perlu diwaspadai serta adanya
berkurang seiring ketahanan hewan ternak yang
potensi gangguan cuaca seperti gelombang tinggi pada
berkurang, selain pasokan bibit dari daerah lain yang
periode triwulan I sampai dengan II 2019.
terhambat tinggi gelombang. Di sisi lain, gelombang laut
yang tinggi berpotensi menyebabkan inflasi dari sisi ikan Risiko inflasi yang perlu diwaspadai pada tahun 2019
laut tangkap yang produksinya berkurang seiring adalah masih adanya potensi kenaikan harga minyak dunia
terhambatnya aktivitas melaut nelayan. Selain itu, pasokan yang juga dapat mengerek harga komoditas selain bahan
bahan makanan dari daerah lain juga berpotensi bakar minyak. Adanya Pemilihan Umum Presiden serta
terhambat seiring adanya gelombang tinggi. Oleh karena gangguan cuaca diperkirakan turut menjadi faktor risiko
itu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT, inflasi yang perlu diwaspadai. Upaya yang dilakukan TPID
sejak triwulan IV 2018 sampai dengan triwulan I 2019, untuk mengendalikan inflasi pada tahun 2019 antara lain
salah satu fokus upaya pengendalian inflasi adalah melalui melakukan peningkatan kerja sama antardaerah baik antar
pengaturan bongkar-muat barang di pelabuhan yang kabupaten/kota di NTT maupun dengan provinsi lain.
diprioritaskan kepada barang kebutuhan pokok serta Selain itu, upaya pengendalian inflasi khususnya daging
peningkatan tindakan operasi pasar dan inspeksi ayam ras dilakukan melalui pembangunan breeding farm
mendadak ke pasar-pasar tradisional. oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan swasta.
Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional
BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia
Biaya Operasional terhadap adalah rasio esiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin
Pendapatan Operasional (BOPO) tinggi nilai BOPO maka semakin tidak esien operasi bank.
Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh
bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari
setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.
Cikur Modied adalah Kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan
penukaran uang keliling.
Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar
Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang
sering dibuat menggunakan metodologi yang berbeda.
Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank
Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen,
saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan
Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi
Crisis management protocol Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendenisikan peran
dan tanggung jawab anggota tim itu
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu
dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional.
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah Sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom (Provinsi/Kabupaten/Kota) di
Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada
APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD.
Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif
Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional
Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan
pada kebutuhan, atau non-penting, atau diselamatkan
Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian
Indeks kedalaman kemiskinan Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin
Layanan Keuangan Digital adalah Kegiatan layanan jasa pembayaran dan keuangan yang menggunakan sarana teknologi digital seperti
(LKD) seluler atau web melalui pihak ketiga.
Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama
Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai
Loan To Value (LTV) / adalah rasio nilai kredit yang dapat diberikan bank terhadap nilai agunan di saat awal pemberian kredit.
Financing To Value (FTV)
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana
dari berbagai sumber.
Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan
Margin Selisih
Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan
kelangsungan usahanya
Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari,
minggu, atau bulan) terhadap satu bulan sebelumnya
Net Outow adalah Uang yang beredar lebih banyak daripada setoran di Bank Indonesia
Nilai Tukar Petani (NTP) adalah indikator proxy kesejahteraan petani yang membandingkan antara Indeks harga yg diterima petani (It)
dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib)
Non Performing Loan (NPL) adalah adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasikasi kredit kurang lancar, kredit
diragukan dan kredit macet.
Produk Domestik Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku adalah PDRB yang merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku
pada tahun bersangkutan.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan adalah PDRB yang dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan saat ini
menggunakan tahun 2010.
Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari,
minggu, bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya
Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan
Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio protabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal.
Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain
Sistem Kliring Nasional adalah Suatu sistem transfer dana elektronik, baik menggunakan warkat (cek, Bilyet Giro, atau wesel dll)
Bank Indonesia (SKNBI) maupun transfer dana antar Bank.
sum mtm sumbangan/andil month to month yaitu andil perubahan harga saat ini dibanding bulan sebelumnya
terhadap total inasi
sum yoy sumbangan/andil year to date yaitu andil perubahan harga saat ini dibanding posisi inasi akhir tahun
terhadap total inasi
Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari,
minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd
biasanya untuk mengukur pertumbuhan secara akumulatif.