Anda di halaman 1dari 100

KAJIAN

EKONOMI
DAN KEUANGAN
REGIONAL
PROVINSI
NUSA TENGGARA TIMUR

NOVEMBER 2018
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi


KPW BI Provinsi NTT
Jl. El Tari No. 39 Kupang – NTT
(0380) 832-364 / 827-916 ; fax : [0380] 822-103
www.bi.go.id

ii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Kata Pengantar
Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan
kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI
Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian
daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan
kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan
informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu
Pemda, DPRD, akademisi, masyarakat serta stakeholder lainnya.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup
Ekonomi Makro Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem
Pembayaran, Keuangan Pemerintah, Kesejahteraan serta Prospek Perekonomian Daerah pada
periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank
Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena
itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan
penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan
masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah
terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang.

Kupang, November 2018


Kepala Perwakilan Bank Indonesia
Provinsi Nusa Tenggara Timur

Naek Tigor Sinaga


Deputi Direktur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 iii


Daftar Isi
iv DAFTAR ISI
vii DAFTAR TABEL
vii DAFTAR GAMBAR
viii DAFTAR GRAFIK
xii RINGKASAN EKSEKUTIF
xiv TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH

BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI
MAKRO DAERAH

2 1.1 Kondisi Umum


3 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Pengeluaran
4 1.2.1. Konsumsi
6 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) / Investasi
8 1.2.3. Ekspor-Impor
8 1.2.3.1. Ekspor-Impor Antar Daerah
9 1.2.3.2. Ekspor-Impor Luar Negeri
11 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral
11 1.3.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
13 1.3.2. Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan
Sosial
14 1.3.3. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Motor
16 1.3.4. Sektor-Sektor Lainnya

iv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


BAB II BAB IV
KEUANGAN DAERAH STABILITAS KEUANGAN DAERAH
20 2.1 Kondisi Umum 42 4.1. Kondisi Umum
20 2.2 Pendapatan Daerah 43 4.2. Asesmen Ketahanan Rumah Tangga
22 2.3 Belanja Daerah 43 4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor
23 2.3.1. Belanja APBN Rumah Tangga
23 2.3.2. Belanja Pemerintah Provinsi NTT 43 4.2.2. Eksposur Rumah Tangga di Perbankan
24 2.3.3. Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota 46 4.3. Perkembangan Akses Keuangan dan UMKM
25 2.4 Dana Pemerintah di Perbankan 46 4.3.1. Kondisi Saat Ini dan Prospek Usaha
47 4.3.2. Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM
48 4.3.3. Perkembangan Risiko Kredit UMKM
BAB III 50 4.4. Asesmen Ketahanan Korporasi

PERKEMBANGAN INFLASI 51 4.5. Asesmen Perbankan


51 4.5.1. Kinerja Bank Umum
28 3.1. Kondisi Umum 53 4.5.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat
28 3.1.1. Inflasi Tahunan 54 BOKS 1. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi NTT
29 3.1.2. Inflasi Triwulanan Masih Terjaga
29 3.1.3. Inflasi Bulanan
31 3.1.4. Pencapaian Inflasi Balinusra
32 3.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Komoditas
32 3.2.1. Bahan Makanan
33 3.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
33 3.2.3. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau
34 3.2.4. Perumahan Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar
34 3.2.5. Komoditas Lainnya
35 3.3. Inflasi NTT Berdasarkan Kota
35 3.4.1 Inflasi Kota Kupang
36 3.4.2 Inflasi Kota Maumere
36 3.4. Tracking Inflasi Provinsi NTT Triwulan IV 2018
38 3.5. Aktivitas Pengendalian Inflasi oleh TPID

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 v


BAB V
PENYELENGGARAAN BAB VI
SISTEM PEMBAYARAN DAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
PENGELOLAAN UANG RUPIAH DAN KESEJAHTERAAN

60 5.1. Kondisi Umum 70 6.1. Kondisi Umum


60 5.2. Transaksi Pembayaran Tunai 70 6.2. Perkembangan Tenaga Kerja
60 5.2.1. Aliran Uang Masuk (Inflow) dan Aliran Uang 70 6.2.1. Perkembangan Tenaga Kerja Umum
Keluar (Outflow) 71 6.2.2. Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan
60 5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas Lapangan Pekerjaan Utama
61 5.2.3. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar 71 6.2.3. Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan
62 5.2.4. Perkembangan Uang Palsu (UPAL) Tingkat Pendidikan
62 5.3. Transaksi Pembayaran Non Tunai (SKNBI) 72 6.2.4. Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Status
62 5.4. Perkembangan KUPVA BB Pekerjaan
64 BOKS 2. Kick Off GPN di Provinsi NTT 72 6.2.5. Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri
66 BOKS 3. Layanan Kas Titipan Bank Indonesia di Ende Manufaktur Besar & Sedang
dan Ruteng 73 6.2.6. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
73 6.3. Perkembangan Kesejahteraan
73 6.3.1. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
BAB VII
73 6.3.2. Survei Konsumen dan Indeks Tendensi
PROSPEK
Konsumen (ITK)
PEREKONOMIAN DAERAH

76 7.1 Pertumbuhan Ekonomi provinsi NTT


76 7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT
Triwulan I - 2019
76 7.1.1.1 Pertumbuhan Sisi Penggunaan
77 7.1.1.2 Pertumbuhan Sisi Lapangan Usaha
77 7.1.2 Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2019
77 7.2. Inflasi
77 7.2.1 Inflasi Triwulan I 2019
78 7.2.2 Inflasi Tahun 2019

vi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Daftar Tabel
4 Tabel 1.1 PDRB Provinsi NTT Berdasarkan 46 Tabel 4.1 Komposisi Kredit Rumah Tangga di
Pengeluaran Triwulan III 2018 Provinsi NTT
7 Tabel 1.2 Investasi Pembangunan Fisik 52 Tabel 4.2 Perkembangan Indikator Utama Bank
Berdasarkan Kabupaten Triwulan III Umum di NTT
7 Tabel 1.3 Investasi Berdasarkan Kabupaten/Kota
Tahun 2018
9 Tabel 1.4 Komoditas Ekspor Terbesar Triwulan III
2018 Daftar Gambar
10 Tabel 1.5 Komoditas Ekspor ke 10 Negara Tujuan
Utama 24 Gambar 2.1 Realisasi Belanja Modal
11 Tabel 1.6 PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha Kabupaten/Kota di NTT
Triwulan III 2018 64 Gambar Boks 2.1 Kick Off GPN di Provinsi NTT
16 Tabel 1.7 Proyek Infrastruktur di NTT Tahun 2018 65 Gambar Boks 2.2 Logo GPN
23 Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD 66 Gambar Boks 3.1 Perpanjangan Kas Titipan BI di
Provinsi dan Kabupaten /Kota Ende dan Ruteng
di Provinsi NTT
25 Tabel 2.2 Komposisi DPK Pemerintah di NTT
25 Tabel 2.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan
Belanja Pemerintah Pusat,Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
28 Tabel 3.1 10 Komoditas Utama Penyumbang
Inflasi Tahunan di NTT
30 Tabel 3.2 Komoditas Penyumbang Inflasi Utama
Bulanan di Provinsi NTT
31 Tabel 3.3 Komoditas Penyumbang Deflasi Utama
Bulanan di Provinsi NTT
32 Tabel 3.4 Inflasi di NTT Berdasarkan Kelompok
Komoditas
35 Tabel 3.5 Inflasi di Kota Kupang berdasarkan
Kelompok Komoditas
36 Tabel 3.6 Inflasi di Kota Maumere berdasarkan
Kelompok Komoditas

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 vii


Daftar Grafik
3 Grafik 1.1 PDRB (ADHB) & Pertumbuhan 15 Grafik 1.24 Proyeksi SKDU Perdagangan
dibanding Nasional (%yoy) 17 Grafik 1.25 Perkembangan Tamu Hotel
3 Grafik 1.2 PDRB & Pertumbuhan PDRB NTT, Bali, 17 Grafik 1.26 Perkembangan Penumpang Bandara
NTB & Nasional (% yoy) 20 Grafik 2.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja
5 Grafik 1.3 Survei Konsumen Pemerintah Pusat, Provinsi dan
5 Grafik 1.4 Survei Penjualan Eceran Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
5 Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen 21 Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan
5 Grafik 1.6 Indeksi Kegiatan Dunia Usaha APBN
6 Grafik 1.7 Perkembangan Konsumsi BBM 21 Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan
6 Grafik 1.8 Perkembangan Konsumsi Listrik APBD Provinsi/ Kab-Kota
Rumah Tangga 21 Grafik 2.4 Realisasi Pendapatan Pemerintah
6 Grafik 1.9 Penyaluran Kredit Konsumsi Kabupaten / Kota dan
8 Grafik 1.10 Perkembangan Realisasi Investasi di Komponennya Triwulan-III 2018
Provinsi NTT 22 Grafik 2.5 Perkembangan Realisasi Belanja
8 Grafik 1.11 Perkembangan Peti Kemas Daerah
8 Grafik 1.12 Aktivitas Bongkar Muat 22 Grafik 2.6 Perkembangan Realisasi Belanja
10 Grafik 1.13 Perkembangan Ekspor dan Impor Modal
10 Grafik 1.14 Negara Tujuan Ekspor 23 Grafik 2.7 Pertumbuhan Nominal Realisasi
12 Grafik 1.15 Perkembangan Nilai Tukar Petani Belanja (yoy)
12 Grafik 1.16 Data Perkembangan Pengiriman 23 Grafik 2.8 Realisasi Belanja APBN dan APBD
Ternak Sapi Provinsi dan Kabupaten/Kota di
13 Grafik 1.17 Perkembangan Kredit Pertanian Provinsi NTT
13 Grafik 1.18 Perkembangan SKDU Pertanian 24 Grafik 2.9 Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi
13 Grafik 1.19 Proyeksi SKDU Pertanian APBN Pemerintah & APBD
14 Grafik 1.20 R e a l i s a s i B e l a n j a K o n s u m s i 24 Grafik 2.10 Realisasi Belanja dan Komponennya
Pemerintah Triwulan III 2018 Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
14 Grafik 1.21 Perkembangan Simpanan Pemerintah 25 Grafik 2.11 Dana Pihak Ketiga Pemerintah di
di Perbankan Perbankan NTT
15 Grafik 1.22 Perkembangan SKDU Perdagangan 28 Grafik 3.1 Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan
15 Grafik 1.23 P e r k e m b a n g a n K r e d i t L U Nasional
Perdagangan 31 Grafik 3.2 Perbandingan Inflasi 5 Regional di
Indonesia

viii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


31 Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi di wilayah 35 Grafik 3.13 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota
Balinusra Kupang
32 Grafik 3.4 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan 36 Grafik 3.14 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota
Makanan secara Triwulanan, Tahunan Maumere
dan Bulanan 43 Grafik 4.1 Kontribusi Konsumsi RT terhadap
32 Grafik 3.5 Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Agregat
Makanan Per Sub Kelompok 43 Grafik 4.2 IKK, IKE dan IEK
Komoditas 43 Grafik 4.3 Indeks Pengeluaran Membeli Barang
33 Grafik 3.6 Inflasi Kelompok Komoditas Tahan Lama
Transportasi, Komunikasi dan Jasa 44 Grafik 4.4 Pangsa DPK Rumah Tangga dan Non
Keuangan secara Triwulanan, Tahunan Rumah Tangga
dan Bulanan 44 Grafik 4.5 Pertumbuhan DPK
33 Grafik 3.7 Inflasi Kelompok Komoditas 44 Grafik 4.6 Preferensi DPK Rumah Tangga
Transportasi, Komunikasi dan Jasa 44 Grafik 4.7 Pertumbuhan DPK Rumah Tangga
Ke u a n g a n p e r S u b Ke l o m p o k 45 Grafik 4.8 Kredit Konsumsi Rumah Tangga
Komoditas 45 Grafik 4.9 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga
34 Grafik 3.8 Inflasi Kelompok Komoditas Makanan 47 Grafik 4.10 Perkembangan Dunia Usaha
Jadi,Minuman dan Tembakau secara 47 Grafik 4.11 Kondisi Keuangan
Triwulanan, Tahunan dan Bulanan 47 Grafik 4.12 Pertumbuhan Kredit UMKM
34 Grafik 3.9 Inflasi Kelompok Komoditas Makanan 47 Grafik 4.13 NPL UMKM
Jadi,Minuman dan Tembakau per Sub 48 Grafik 4.14 P e r t u m b u h a n K r e d i t U M K M
Kelompok Komoditas Berdasarkan Jenis Usaha
34 Grafik 3.10 I n f l a s i K e l o m p o k K o m o d i t a s 48 Grafik 4.15 Pertumbuhan Kredit UMKM 6 Sektor
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Ekonomi
Bakar Secara Triwulanan, Tahunan dan 49 Grafik 4.16 NPL UMKM Berdasarkan Jenis Usaha
Bulanan 49 Grafik 4.17 NPL UMKM 3 Sektor
34 Grafik 3.11 Inflasi Kelompok Komoditas 50 Grafik 4.18 Pertumbuhan Tahunan Kredit
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Korporasi
Bakar Per Sub Kelompok Komoditas 50 Grafik 4.19 NPL Kredit Sektor Korporasi
35 Grafik 3.12 Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 51 Grafik 4.20 NPL Kredit 4 Sektor Korporasi
Bulan ke Depan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 ix


52 Grafik 4.21 Pertumbuhan DPK (yoy) dan Kredit 67 Boks3.2. Distribusi ULE dan Penyerapan UTLE
(yoy) Kas Titipan Ruteng
52 Grafik 4.22 Perkembangan LDR 70 Grafik 6.1 Perkembangan Tenaga Kerja di NTT
53 Grafik 4.23 BOPO dan ROA Bank Umum 70 Grafik 6.2 Perkembangan Status Pekerja
53 Grafik 4.24 LDR dan CAR BPR 71 Grafik 6.3 Struktur Tenaga Kerja di NTT Bulan
53 Grafik 4.25 BOPO, ROA, NPL BPR Agustus 2018
54 Boks 1.1 Pangsa Kepemilikan Aset dan 71 Grafik 6.4 Perkembangan Tenaga Kerja Menurut
Kewajiban Lapangan Usaha
54 Boks 1.2 Pangsa Aset dan Kewajiban per 72 Grafik 6.5 Perkembangan Status Pekerjaan
Instrumen Masyarakat
55 Boks 1.3 Neraca Sektoral 72 Grafik 6.6 Persentase Penyerapan Tenaga Kerja
56 Boks 1.4 Profil Risiko Industri Manufaktur
56 Boks 1.5 Net Transaksi Triwulan II 2018 72 Grafik 6.7 Perkembangan Produktivitas Industri
57 Boks 1.6 Net Posisi Triwulan II 2018 Manufaktur
60 Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai 68 Grafik 6.8 Perkembangan Indeks Tenaga Kerja
60 Grafik 5.2 Perkembangan Inflow/Outflow di SKDU
Provinsi NTT 68 Grafik 6.9 Perkembangan Nilai Tukar Petani
61 Grafik 5.3 Perkembangan Inflow dan Outflow Kas 68 Grafik 6.10 Nilai Tukar Petani Per Sektor
Titipan Provinsi NTT 68 Grafik 6.11 Perkembangan Survei Konsumen-BI
61 Grafik 5.4 Perkembangan Kas Titipan dan ITK-BPS
Berdasarkan Kabupaten 76 Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT
61 Grafik 5.5 Perkembangan Distribusi ULE dan Triwulan I 2019
Penarikan UTLE di Kas Titipan 76 Grafik 7.2 Survei Konsumen
61 Grafik 5.6 Distribusi ULE dan Penarikan UTLE 76 Grafik 7.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT
Kas Titipan Triwulan I 2018 Tahun 2019
61 Grafik 5.7 Perkembangan Pemusnahan UTLE 78 Grafik 7.4 Prediksi Inflasi Triwulan IV 2019 dan I
62 Grafik 5.8 Perkembangan UPAL di Provinsi NTT 2019
62 Grafik 5.9 Perkembangan Transaksi Kliring
63 Grafik 5.10 Perkembangan Transaksi KUPVA BB
63 Grafik 5.11 Perkembangan Pangsa Valuta Asing
KUPVA BB
67 Boks3.1. Distribusi ULE dan Penyerapan UTLE
Kas Titipan Ende

x KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Ringkasan Eksekutif
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Nusa 3 tahun terakhir yang sebesar 4,42% (yoy) dan inflasi
Tenggara Timur pada triwulan III 2018 tercatat tumbuh nasional triwulan III 2018 yang sebesar 2,88% (yoy). Nilai
sebesar 5,14% (yoy), sedikit melambat dibandingkan inflasi NTT yang masih relatif terjaga ini terutama disebabkan
triwulan II 2018 yang tumbuh 5,19% (yoy). Perlambatan oleh tercukupinya pasokan kelompok bahan makanan
pertumbuhan ekonomi terutama disebabkan oleh terutama pada komoditas ikan segar seperti kembung dan
meningkatnya pertumbuhan impor luar negeri berupa tongkol yang relatif stabil serta hortikultura dan bumbu-
permesinan/peralatan proyek kelistrikan ditengah defisit bumbuan yang pasokannya meningkat di semester 2 2018.
neraca ekspor-impor Provinsi NTT dari sisi domestik yang Berdasarkan pergerakan inflasi, bahan pangan masih
masih juga terjadi seiring tingginya ketergantungan menjadi penyumbang utama inflasi di Provinsi NTT. Tingginya
barang dan jasa dari daerah lain. Dari sisi lapangan usaha harga daging ayam ras secara nasilonal akibat naiknya harga
(LU), perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama pakan ayam turut berdampak pada inflasi di Provinsi NTT
disebabkan oleh melambatnya LU pertanian, kehutanan yang memiliki ketergantungan komoditas tersebut dari luar
dan perikanan serta LU perdagangan besar dan eceran. provinsi.

KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH PERKEMBANGAN STABILITAS KEUANGAN


Hingga triwulan III 2018, secara keseluruhan realisasi Stabilitas keuangan Provinsi NTT secara umum masih relatif
anggaran pendapatan daerah mencapai 75,45% atau stabil. Kualitas penyaluran kredit tercatat meningkat yang
lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama terlihat dari turunnya rasio kredit bermasalah di seluruh
tahun 2017 yang sebesar 54,48%. Tingginya realisasi sektor. Bank Umum di NTT juga berhasil meningkatkan
pendapatan terutama disebabkan meningkatnya aktivitas pertumbuhan aset dan penghimpunan dana pihak ketiga
ekonomi sehingga mendorong peningkatan Pendapatan menjdi 9,58% (yoy) dan 10,34% (yoy) dari sebelumnya
Asli Daerah serta didukung peningkatan transfer Dana 9,10% (yoy) dan 6,46% (yoy). Kredit sektor Rumah Tangga
Perimbangan oleh pemerintah pada triwulan-III. Dari sisi berhasil menunjukkan performa yang baik. Hal tersebut
belanja, realisasi anggaran belanja daerah sampai triwulan terlihat dari meningkatnya laju pertumbuhan sampai dengan
III 2018 mencapai Rp 24,56 triliun atau 55,94% dari total 18,35% (yoy) dari 16,46% (yoy) yang diikuti oleh penurunan
anggaran belanja tahun 2018. Persentase realisasi belanja rasio kredit bermasalah ke angka 1,33% dari sebelumnya

triwulan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan realisasi 1,46%. Kredit UMKM tumbuh melambat sebesar 13,31%

triwulan III 2017 dan triwulan III 2016 yang sebesar (yoy) dari sebelumnya 14,69% (yoy). Kualitas kredit UMKM

54,48% dan 51,26%. tercatat membaik sebagaimana turunnya rasio kredit


bermasalah menjadi 3,58% dari sebelumnya 3,97%.
PERKEMBANGAN INFLASI Sementara itu, kredit sektor korporasi tumbuh melambat
Inflasi Provinsi NTT pada triwulan III 2018 terjaga rendah sebesar 16,91%. Meski masih dalam kategori tidak aman,
dengan nilai inflasi sebesar 1,90% (yoy) lebih rendah secara umum kualitas kredit korporasi berhasil meningkat
dibandingkan dengan triwulan III 2017 sebesar 3,46% yang terlihat dari turunnya rasio Non-Performing Loan (NPL)
(yoy), serta lebih rendah dibanding rata-rata inflasi dalam menjadi 6,59% dari sebelumnya 7,42%.

xii KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT pada triwulan diindikasikan oleh Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan
III 2018 menunjukkan peningkatan baik tunai maupun peningkatan menjadi 107,35 dari triwulan III 2017 yang
nontunai. Transaksi tunai di Provinsi NTT pada triwulan III sebesar 103,8, salah satunya pengaruh dari adanya panen
2018 menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 379,54 produksi perkebunan mete di daerah Flores.
miliar atau meningkat 69,73% (yoy) dibandingkan
triwulan III 2017. Sementara itu, transaksi pembayaran PROSPEK PEREKONOMIAN
nontunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan I 2019
(SKNBI) di Provinsi NTT mengalami kenaikan baik secara diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,90%-5,30% (yoy).
volume maupun nominal masing-masing sebesar 6,22% Adapun secara keseluruhan tahun 2019 ekonomi
(yoy) dan 9,79% (yoy) sejalan dengan peningkatan SKNBI diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,10%-5,50% (yoy), atau
secara nasional. Indikator lainnya seperti peningkatan meningkat dibandingkan proyeksi pertumbuhan tahun 2017
jumlah uang tidak layak edar (UTLE) yang dimusnahkan sebesar 5,00%-5,40% (yoy). Dari sisi pengeluaran,
dan kegiatan layanan kas melalui kas titipan menunjukkan perekonomian Provinsi NTT pada triwulan I 2019
adanya perbaikan kualitas uang yang beredar di diperkirakan didorong terutama oleh konsumsi rumah
masyarakat Provinsi NTT. Di samping itu, transaksi tangga dan pemerintah, sedangkan Pembentukan Modal
penjualan dan pembelian valuta asing pada triwulan III Tetap Bruto (PMTB)/investasi diperkirakan tumbuh relatif
2018 di Provinsi NTT mencapai Rp 23,9 miliar, menurun stabil. Sementara dari sisi lapangan usaha (LU),
14,42% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017, dengan perekonomian didorong terutama oleh LU pertanian,
mata uang yang paling banyak ditukarkan adalah USD. kehutanan dan perikanan. Terdapat beberapa faktor risiko
makroekonomi yang perlu diwaspadai terutama dari sisi
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN domestik, yakni hasil produksi pertanian, kehutanan dan
KESEJAHTERAAN perikanan yang berpotensi terganggu kondisi cuaca pada
Berdasarkan data Agustus 2018, kesejahteraan awal tahun seiring tingginya curah hujan serta penurunan
masyarakat Provinsi NTT yang tercermin dari kondisi kegiatan usaha pada tahun 2019 karena berkurangnya
ketenagakerjaan menunjukkan peningkatan. Tingkat proyek pemerintah akibat adanya event Pemilihan Presiden
Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT turun sebanyak yang berpotensi menguras waktu dan anggaran pemerintah.
3.800 orang menjadi 3,01% dibandingkan Agustus 2017 Di sisi lain, tekanan harga pada triwulan I 2019 diperkirakan
yang sebesar 3,27%, sehingga saat ini tercatat angka berada pada kisaran inflasi nasional 3,5%±1,0%, yakni
pengangguran sebanyak 74.748 orang. Peningkatan rentang 2,30%-2,70% (yoy). Adapun secara keseluruhan
tersebut didorong terutama oleh peningkatan tenaga kerja tahun 2019, inflasi diperkirakan berada pada rentang
di sektor Pertambangan dan Penggalian; Pengadaaan 2,30%-2,70% (yoy). Terjaganya inflasi tersebut seiring
Listrik, Gas and Air sebanyak 22% atau 7.458 orang seiring pasokan kelompok komoditas bahan makanan yang
dengan penambahan lapangan kerja baru pada proyek diperkirakan terkendali didorong peningkatan kapasitas
pembangunan tenaga listrik dan bendungan. Di sisi lain, produksi bahan makanan di Provinsi NTT serta pengiriman
tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang yang makin lancar dari daerah produsen.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 xiii


Tabel Indikator Ekonomi Terpilih
I. EKONOMI MAKRO REGIONAL
2017 2018
INDIKATOR 2016 2017 % qtq**) %yoy***)
%yoy*) II I II III
Berdasarkan Sektor/ Lapangan Usaha (Harga Berlaku)
Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku) 83.947,8 91.159,7 5,16 22.282,3 23.012,8 24.346,1 25.863,7 5,11 5,14
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 24.316,9 26.183,6 4,88 6.558,2 6.621,2 7.147,6 7.407,0 1,83 2,33
Pertambangan dan Penggalian 1.166,8 1.186,1 2,07 286,7 288,1 292,1 305,6 4,14 1,05
Industri Pengolahan 1.034,3 1.147,2 7,36 277,4 298,9 305,3 311,7 0,92 0,90
Pengadaan Listrik dan Gas 59,4 66,4 0,70 15,8 17,3 17,9 18,8 4,64 8,06
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 49,0 50,5 1,43 12,5 13,1 13,3 13,4 0,71 2,75
Konstruksi 8.994,9 9.787,0 6,12 2.363,3 2.412,3 2.574,9 2.836,2 8,78 6,23
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9.321,8 10.071,6 4,45 2.431,9 2.557,0 2.701,1 2.881,9 5,93 6,56
Transportasi dan Pergudangan 4.528,3 4.942,9 7,66 1.205,3 1.240,5 1.332,2 1.415,2 6,09 7,07
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 586,1 675,9 13,59 159,8 177,0 191,2 198,1 3,37 9,60
Informasi dan Komunikasi 5.878,5 6.194,5 5,10 1.508,4 1.548,9 1.571,8 1.707,2 6,89 6,81
Jasa Keuangan dan Asuransi 3.357,4 3.726,4 5,81 918,3 980,2 997,2 1.030,4 1,96 3,64
Real Estate 2.209,5 2.347,7 4,96 573,5 595,8 626,3 652,7 3,76 6,27
Jasa Perusahaan 257,2 279,1 1,43 67,0 69,5 72,1 75,1 5,51 2,36
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 10.665,0 11.697,0 2,96 2.858,7 2.971,4 3.201,6 3.441,7 6,88 8,02
Jasa Pendidikan 7.983,3 8.917,4 6,24 2.103,2 2.209,3 2.262,4 2.491,0 8,42 4,78
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.768,0 1.941,0 7,36 470,1 506,6 522,1 546,2 4,55 7,28
Jasa lainnya 1.771,4 1.945,4 6,99 472,3 505,8 516,9 531,5 4,16 5,08
Berdasarkan Permintaan / Penggunaan (Harga Berlaku)
Produk Domestik Regional Bruto (Harga Berlaku) 83.947,8 91.159,7 5,16 22.282,3 23.012,8 24.346,1 25.863,7 5,11 5,14
1. Konsumsi Rumah Tangga 61.506,3 66.707,5 4,72 16.442,1 16.829,8 17.249,9 17.314,3 1,73 2,36
2. Konsumsi Lembaga Non Profit (LNPRT) 2.636,9 2.920,5 6,86 720,0 802,1 824,6 814,0 -0,22 7,10
3. Konsumsi Pemerintah 24.346,4 27.194,5 5,24 6.615,8 4.556,5 7.085,0 9.334,3 32,49 3,43
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 35.725,0 38.685,6 6,05 9.336,1 8.983,3 10.189,8 10.801,3 5,01 4,78
5. Perubahan Inventori 458,3 571,0 19,64 148,7 158,7 234,0 248,8 6,05 46,20
6. Ekspor Luar Negeri 1.776,7 2.282,9 24,67 564,5 490,0 553,5 558,5 -0,43 -20,90
7. Impor Luar Negeri 274,8 1.101,7 314,99 369,9 198,2 323,2 388,9 65,59 280,84
8. Net Ekspor Antar Daerah (Impor) -42.227,1 -46.100,6 4,39 -11.175,0 -8.609,3 -11.467,5 -12.818,8 12,43 -2,32
Data Ekspor Impor di Provinsi NTT
Ekspor
Nilai Ekspor Nonmigas (ribu USD) 44.957 65.047 44,69 7.659 9.841 5.729 21.658 278,01 41,23
Volume Ekspor Nonmigas (ton) 112.785 110.613 -1,93 26.484 18.146 19.171 27.898 45,52 -5,47
Impor
Nilai Impor Nonmigas (ribu USD) 12.367 37.851 206,06 9.516 4.760 4.720 46.821 891,95 192.413,14
Volume Impor Nonmigas (ton) 22.401 847 -96,22 20 10.005 389 4.385 1.027,29 130.491,23
Ket: Dalam Rp Miliar (ADHB)
*) Total Pertumbuhan 2015 dibandingkan 2014
**) Pertumbuhan Q3 2016 dibandingkan Q2 2016
***) Pertumbuhan Q3 2016 dibandingkan Q3 2015
****) Untuk mengukur pertumbuhan digunakan PDRB Harga Konstan

xiv KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


II. INFLASI
2015 2016 2017 2018
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Indeks Harga Konsumen
NTT 118,59 120,07 120,78 125,02 124,56 126,10 124,48 128,12 128,24 129,19 128,79 130,68 131,14 132,93 131,24
- Kota Kupang 119,47 121,09 121,54 126,15 125,64 127,42 125,41 129,07 129,19 130,2 129,55 131,71 132,02 134,11 132,09
- Maumere 112,81 113,42 115,77 117,60 117,50 117,47 118,41 121,86 122,01 122,57 123,82 123,93 125,22 125,17 125,68
Laju Inflasi Tahunan (yoy %)
NTT 5,39 6,01 6,74 4,92 5,04 5,02 3,07 2,48 2,95 2,45 3,46 2,00 2,26 2,89 1,90
- Kota Kupang 5,81 6,57 7,08 5,07 5,16 5,23 3,18 2,31 2,83 2,18 3,30 2,05 2,19 3,00 1,96
- Maumere 2,55 2,24 4,44 3,89 4,16 3,57 2,28 3,62 3,84 4,34 4,57 1,70 2,63 2,12 1,50

III. PERBANKAN
2016 2017 2018
INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III
A. Bank Umum Konvensional dan Syariah (dalam Rp. Miliar
kecuali dinyatakan lain)
1. Total Aset 30.931 32.321 30.327 29.757 30.575 35.648 33.629 33.147 34.878 38.891 36.851
2. DPK 21.945 23.829 22.405 21.466 22.565 25.236 24.152 23.163 25.012 26.865 26.658
- Giro 5.604 6.429 5.059 3.722 5.330 6.400 5.183 3.492 5.468 6.297 5.577
- Tabungan 10.449 11.150 11.063 12.819 11.311 12.162 12.095 14.117 12.617 13.369 13.784
- Deposito 5.893 6.250 6.283 4.924 5.924 6.675 6.875 5.554 6.928 7.200 7.297
3. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 20.525 21.731 22.383 22.837 23.092 24.127 25.370 30.072 27.058 27.936 29.286
- Modal Kerja 6.127 6.693 7.050 7.121 6.981 7.599 8.035 9.452 8.107 8.688 9.031
- Investasi 1.567 1.696 1.661 1.659 1.716 1.658 2.128 3.670 2.381 2.470 2.553
- Konsumsi 12.830 13.342 13.672 14.057 14.395 14.871 15.207 16.950 16.570 16.778 17.702
4. Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 19.556 20.845 21.508 21.913 22.153 23.134 24.215 25.284 25.817 26.681 28.011
- Modal Kerja 5.748 6.409 6.764 6.813 6.694 7.348 7.637 7.946 7.815 8.410 8.739
- Investasi 1.317 1.442 1.472 1.474 1.531 1.413 1.870 1.951 1.991 2.077 2.172
- Konsumsi 12.491 12.995 13.272 13.627 13.929 14.373 14.708 15.387 16.011 16.194 17.101
LDR (%) 89,1% 87,5% 96,0% 102,1% 98,2% 91,7% 100,3% 109,2% 103,2% 99,3% 105,1%
Kredit UMKM 6.395 6.933 7.308 7.358 7.352 7.897 8.262 9.221 8.527 9.057 9.361
B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) (dalam Rp. Miliar kecuali
dinyatakan lain)
Total Aset 535 506 529 576 624 646 660 695 708 733 749
Dana Pihak Ketiga 403 379 399 434 467 485 492 523 522 534 554
Kredit Berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 368 362 391 416 461 489 512 514 520 546 557
LDR (%) 77,6% 79,8% 77,9% 75,2% 77,6% 77,6% 76,8% 74,3% 75,9% 77,9% 77,1%
C. Grand Total (A+B) (dalam Rp. Miliar kecuali dinyatakan lain)
1. Total Aset 31.466 32.828 30.856 30.333 31.199 36.294 34.289 33.843 35.586 39.624 37.600
2. Dana Pihak Ketiga 22.348 24.208 22.804 21.900 23.032 25.721 24.644 23.686 25.534 27.399 27.212
3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang 19.924 21.208 21.898 22.329 22.615 23.624 24.727 25.797 26.338 27.227 28.568
D. Pangsa BPR Terhadap Grand Total
1. Total Aset (%) 1,7% 1,5% 1,7% 1,9% 2,0% 1,8% 1,9% 2,1% 2,0% 1,8% 2,0%
2. Dana Pihak Ketiga (%) 1,8% 1,6% 1,7% 2,0% 2,0% 1,9% 2,0% 2,2% 2,0% 1,9% 2,0%
3. Pembiayaan berdasarkan Lokasi Kantor Cabang (%) 1,8% 1,7% 1,8% 1,9% 2,0% 2,1% 2,1% 2,0% 2,0% 2,0% 1,9%

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 xv


IV. SISTEM PEMBAYARAN
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

2016 2017 2018


INDIKATOR
I II III IV I II III IV I II III
Transaksi Tunai
Inflow (Rp. Triliun) 1,8 0,7 0,9 0,7 2,1 0,8 1,3 1,6 2,4 1,4 1,1
Outflow (Rp. Triliun) 0,3 1,7 1,3 2,3 0,4 2,2 1,5 3,9 0,8 2,6 1,5
Uang Palsu (lembar) 25 89 38 26 403 16 7 0 27 165 84
Transaksi Non Tunai
BI-RTGS To NTT
Nominal Transaksi BI-RTGS (Rp. Triliun) 8,69 6,76 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Volume Transaksi BI-RTGS (lembar warkat) 323 335 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Kliring
Nominal Kliring Penyerahan (Rp. Triliun) 3,11 3,36 2,81 3,38 2,43 2,33 3,03 3,30 2,64 2,60 3,33
Volume Perputaran Kliring Penyerahan (lembar warkat) 67.315 75.723 73.560 86.316 67.677 69.272 81.780 88.830 74.839 74.068 86.867
Cek/BG Kosong 229 247 244 300 189 313 269 212 151 219 129

xvi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Bab I.
Ekonomi Makro
Regional
Pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada triwulan III
2018 sedikit melambat dibandingkan triwulan II 2018. Perlambatan terutama
disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan impor barang dan jasa terutama
dari luar negeri berupa mesin/peralatan proyek kelistrikan, selain juga masih
tetap tingginya impor barang dan jasa konsumsi masyarakat NTT dari daerah
lain di Indonesia. Dari sisi lapangan usaha (LU), melambatnya pertumbuhan LU
pertanian, kehutanan dan perikanan serta perdagangan besar dan eceran
menjadi penyebab utama perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT.

Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018 sebesar 5,14% (yoy), sedikit melambat
dibandingkan triwulan II 2018 yang sebesar 5,19% (yoy) dan sedikit lebih
rendah dibandingkan nasional yang tumbuh 5,17% (yoy).

Ke depan, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV-2018


diperkirakan mengalami akselerasi seiring tibanya Hari Besar Keagamaan
Nasional (HBKN) yang dapat mendorong konsumsi masyarakat didukung
pula oleh upaya percepatan realisasi konsumsi pemerintah serta investasi
terutama bangunan.
1.1 KONDISI UMUM
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Dari sisi lapangan usaha (LU), perlambatan pertumbuhan
Nusa Tenggara Timur pada triwulan III 2018 tercatat ekonomi terutama disebabkan terutama oleh
tumbuh sebesar 5,14% (yoy), sedikit melambat melambatnya LU pertanian, kehutanan dan perikanan
dibandingkan triwulan II 2018 yang tumbuh 5,19% serta LU perdagangan besar dan eceran. Usainya masa
(yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama panen pertanian dan perkebunan serta hasil tangkap
disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan impor luar perikanan yang tidak setinggi periode yang sama tahun
negeri berupa permesinan/peralatan proyek kelistrikan sebelumnya dipengaruhi faktor cuaca menjadi faktor
ditengah defisit neraca ekspor-impor Provinsi NTT dari sisi penyebab melambatnya LU pertanian, kehutanan dan
domestik yang masih juga terjadi seiring tingginya perikanan. Sementara melambatnya LU perdagangan
ketergantungan barang dan jasa dari daerah lain. Di sisi besar dan eceran lebih disebabkan oleh kecenderungan
lain, konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah serta masyarakat NTT yang menahan konsumsi barang tahan
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi tumbuh lama pada triwulan laporan seiring prioritas konsumsi lebih
meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebagaimana kepada pemenuhan keperluan pendidikan.
tercermin pula dari peningkatan pertumbuhan lapangan
Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT
usaha konstruksi dan administrasi pemerintahan. Apabila
triwulan III 2018 sebesar 5,14% (yoy) tercatat sedikit
dibandingkan nasional yang tumbuh sebesar 5,17% (yoy),
lebih rendah dibandingkan nasional dan Provinsi
pertumbuhan ekonomi NTT tercatat tumbuh sedikit lebih
Bali. Perekonomian nasional tumbuh sebesar 5,17% (yoy)
rendah.
didukung terutama oleh permintaan domestik.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi secara agregat Permintaan domestik pada triwulan III 2018 tumbuh
menunjukkan peningkatan pertumbuhan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dari
dibandingkan triwulan II 2018 menjadi 2,83% (yoy) 6,35% (yoy) menjadi 6,40% (yoy). Di sisi lain, kinerja
dari sebelumnya sebesar 2,43% (yoy). Komponen ekspor masih melemah di tengah impor yang tumbuh
pembentuk konsumsi seperti konsumsi rumah tangga dan cukup tinggi sebagai dampak pertumbuhan ekonomi
konsumsi pemerintah menunjukkan peningkatan domestik, sehingga kinerja ekspor menjadi faktor penahan
pertumbuhan, sementara konsumsi LNPRT sedikit kenaikan pertumbuhan ekonomi triwulan III 2018
mengalami perlambatan. Konsumsi LNPRT tumbuh dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
melambat sebagai dampak usainya masa Pilkada serentak. sebesar 5,27% (yoy). Permintaan domestik nasional
Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto terutama bersumber dari investasi dan belanja pemerintah.
(PMTB)/investasi tercatat tumbuh sedikit meningkat seiring Investasi tumbuh meningkat sebesar 6,96% (yoy)
realisasi investasi bangunan pemerintah dan swasta yang dibandingkan triwulan sebelumnya 5,86% (yoy),
meningkat pada paruh kedua tahun 2018. Adapun impor sementara belanja pemerintah meningkat 6,28% (yoy)
luar negeri tercatat tumbuh meningkat dan menjadi faktor dan menjadi pertumbuhan tertinggi sejak 2016.
utama penyumbang perlambatan pertumbuhan ekonomi Permintaan domestik yang tetap kuat pada akhirnya
Provinsi NTT seiring peningkatan kebutuhan permesinan mendorong impor tumbuh tetap tinggi. Sementara itu,
dan perlengkapan proyek kelistrikan. Di sisi lain, impor Provinsi Bali mencatatkan akselerasi pertumbuhan
antar daerah yang mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2018 menjadi 6,24% (yoy)
menjadi faktor penahan perlambatan ekonomi Provinsi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,11% (yoy).
NTT. Akselerasi terutama didorong oleh pertumbuhan lapangan

2 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 1.1. PDRB (ADHB) dan Pertumbuhan PDRB Provinsi NTT Grafik 1.2. PDRB dan Pertumbuhan PDRB NTT, Bali, NTB dan
dibanding Nasional (%yoy) Nasional (% yoy)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
PDRB ADHB (TRILIUN) 3881.54
26 TRILIUN RP 6,5
60.91
24 31.17
5,17 6,0 25.86
22
20 5,14 5,5 NTT NTB BALI NAS

18
16 5,0
3,09 5,11 - 3,47 5,17 5,14 6,24
14 -2,14

25,86
24,35
4,5
12 -13,99
10 4,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III NAS NTT NTB BALI NAS NTT NTB BALI
2014 2015 2016 2017 2018 QTQ YOY

PDRB NTT (TRILIUN RP) NTT (%YOY) NAS (%YOY)

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS; DIOLAH

usaha konstruksi sebagai dampak berbagai aktivitas infrastruktur umum diperkirakan menjadi faktor
pembangunan di Bali guna persiapan pelaksanaan IMF-WB pendorong peningkatan pertumbuhan lapangan usaha
Annual Meeting pada 12-14 Oktober 2018, seperti konstruksi. Adapun lapangan usaha perdagangan besar
perluasan area bandara Ngurah Rai (apron dan lapangan dan eceran diperkirakan meningkat didorong oleh
parkir), underpass Ngurah Rai serta pelebaran jalan Imam konsumsi masyarakat pada momen HBKN serta realisasi
Bonjol (Denpasar). Provinsi lain di kawasan Balinusra, yakni konsumsi pemerintah. Sementara itu, secara keseluruhan
Provinsi NTB, di sisi lain mengalami kontraksi pertumbuhan tahun 2018 perekonomian Provinsi NTT diperkirakan
ekonomi sebesar -13,99% (yoy). Faktor penyebab mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya
kontraksi pertumbuhan ekonomi di NTB yakni lapangan dengan kisaran 5,0-5,4% (yoy) didukung tetap kuatnya
usaha pertambangan dan penggalian; pertanian, investasi dan konsumsi rumah tangga yang tercermin pada
kehutanan dan perikanan; konstruksi serta penyediaan peningkatan pembangunan/konstruksi, perdagangan dan
akomodasi dan makan minum sebagai dampak gempa kapasitas produksi yang dapat mengurangi impor
bumi yang terjadi pada triwulan III 2018. antardaerah.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan IV 1.2 PERKEMBANGAN EKONOMI SISI
2018 diperkirakan mengalami peningkatan dengan PENGELUARAN
kisaran 5,0-5,4% (yoy). Peningkatan diperkirakan Perlambatan pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT
didorong oleh tibanya Hari Besar Keagamaan Nasional pada triwulan III 2018 terutama disebabkan oleh
(HBKN) yang dapat mendorong konsumsi masyarakat serta tingginya peningkatan impor luar negeri di tengah
didukung pula upaya percepatan realisasi konsumsi masih tingginya pula impor antar daerah. Impor luar
pemerintah dan investasi bangunan. Dari sisi lapangan negeri tumbuh sebesar 280,84% (yoy), jauh meningkat
usaha, pertanian, kehutanan dan perikanan, konstruksi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami
serta perdagangan besar dan eceran diperkirakan kontraksi sebesar -43,22% (yoy). Peningkatan impor luar
mengalami peningkatan pertumbuhan. Pertanian, negeri disumbang oleh impor permesinan dan peralatan
kehutanan dan perikanan diproyeksikan meningkat proyek kelistrikan dari Eropa untuk keperluan kelanjutan
didorong oleh tibanya musim hujan dan operasionalisasi peningkatan pembangkit dan jaringan kelistrikan di
Bendungan Raknamo sehingga produksi pertanian padi, Provinsi NTT. Selain itu, perlambatan juga terjadi pada
hortikultura dan perkebunan meningkat. Percepatan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT)
pembangunan proyek fisik pada akhir tahun seperti seiring usainya masa Pilkada. Di sisi lain, konsumsi secara
pembangkit listrik di Flores, kelanjutan pembangunan agregat tercatat tumbuh meningkat dibandingkan
Bendungan Temef di Kabupaten Timor Tengah Selatan triwulan sebelumnya. Konsumsi tumbuh sebesar 2,83%
serta hotel, infrastruktur pendukung pariwisata dan (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 3


Tabel 1.1. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Pengeluaran Triwulan III 2018
2017 2018 Triwulan III 2018
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

URAIAN BOBOT
III II III QTQ YOY
1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 16.647.726 17.249.860 17.314.301 66,94 1,73 2,36
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 747.815 824.553 814.041 3,15 -0,22 7,10
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8.273.120 7.084.987 9.334.297 36,09 32,49 3,43
4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 9.846.171 10.189.843 10.801.323 41,76 5,01 4,78
5. Perubahan Inventori 164.497 233.959 248.821 0,96 6,05 46,20
6. Ekspor Luar Negeri 627.592 547.271 558.539 2,16 -0,43 -20,90
7. Impor Luar Negeri 94.647 228.672 388.884 1,50 65,59 280,84
8. Net Ekspor Antar Daerah (12.481.932) (11.555.750) (12.818.776) -49,56 12,43 -2,32
PDRB 23.730.341 24.346.051 25.863.662 100,00 5,11 5,14
Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah)

sebelumnya sebesar 2,43% (yoy). Peningkatan disumbang menjadi penyumbang peningkatan konsumsi secara
oleh konsumsi rumah tangga dan pemerintah seiring keseluruhan, meskipun terdapat perlambatan pada
peningkatan pengeluaran untuk biaya pendidikan pada konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT)
awal tahun ajaran baru serta realisasi belanja pemerintah seiring usainya masa Pilkada.
yang sempat sedikit tertahan pada triwulan sebelumnya
Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat sebesar
terkait adanya Pilkada. Adapun Pembentukan Modal Tetap
2,36% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
Bruto (PMTB)/investasi tercatat meningkat sejalan dengan
sebesar 2,22% (yoy). Peningkatan pertumbuhan
peningkatan realisasi pembangunan fisik pemerintah dan
konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh konsumsi
swasta salah satunya dalam rangka persiapan menyambut
pendidikan serta makanan dan minuman. Konsumsi
perhelatan IMF-WB Annual Meeting tahun 2018.
pendidikan meningkat seiring tibanya masa tahun ajaran
Sementara, impor antar daerah tercatat menurun
baru sekolah dan dimulainya awal periode perkuliahan.
dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan impor
Sementara konsumsi makanan dan minuman turut
antar daerah di tengah peningkatan konsumsi rumah
mengalami peningkatan seiring adanya peningkatan
tangga, konsumsi pemerintah dan PMTB/investasi
permintaan pada momen peringatan Hari Kemerdekaan RI
mengindikasikan bahwa pasokan untuk kebutuhan
disertai Hari Raya Idul Adha/Idul Qurban.
konsumsi dan investasi cukup memadai pada triwulan
laporan serta kecenderungan masyarakat sedikit menahan Pada triwulan III 2018, penyaluran kredit konsumsi
konsumsinya, terutama untuk barang tahan lama tumbuh meningkat. Secara nominal, penyaluran kredit
dikarenakan prioritas konsumsi untuk keperluan biaya konsumsi mencapai Rp 17,70 triliun atau tumbuh sebesar
pendidikan. 16,41% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tumbuh 12,82% (yoy). Peningkatan
1.2.1 Konsumsi
tersebut terutama disumbang oleh kredit konsumsi untuk
Pada triwulan III 2018, konsumsi tumbuh meningkat.
pemilikan rumah (KPR) tipe di bawah 21, tipe 21 s.d. 70
Konsumsi tumbuh sebesar 2,83% (yoy), sedikit
dan tipe di atas 70, kendaraan roda empat dan multiguna.
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
Peningkatan penyaluran kredit untuk rumah tinggal
sebesar 2,43% (yoy). Peningkatan disumbang oleh
terutama tipe 21 dan tipe 21 s.d. 70 tersebut salah satunya
konsumsi rumah tangga dan pemerintah yang tercatat
didorong oleh adanya pameran perumahan yang
meningkat. Konsumsi rumah tangga meningkat terutama
diselenggarakan pada triwulan laporan dan didukung
didorong oleh pengeluaran masyarakat terkait pendidikan
adanya Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
seiring tibanya tahun ajaran baru sekolah dan dimulainya
perkuliahan serta makanan dan minuman. Peningkatan
realisasi belanja pemerintah pasca Pilkada juga turut

4 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 1.4. Survei Penjualan Eceran
Grafik 1.3. Survei Konsumen

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
70.000 35%
180
60.000 30%
170
25%
160 50.000
150 20%
140 40.000 15%
130 30.000 10%
120 5%
110 20.000
0%
100 10.000 -5%
90
0 -10%
80
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018
2014 2015 2016 2017 2018
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE) SURVEI PENJUALAN ECERAN (RP JUTA) PERTUMBUHAN (%YOY)

INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)


SUMBER : BANK INDONESIA
SUMBER : BANK INDONESIA

Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 1.6. Indeks Kegiatan Dunia Usaha

150 60
140 50
130
40
120
110 30
100 20
90 10
80
0
70
60 -10
50 -20
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

ITK PENDAPATAN RT PROYEKSI ITK KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

SUMBER : BPS; DIOLAH SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

Survei Penjualan Eceran (SPE) Bank Indonesia pada Indeks Tendensi Konsumen Provinsi NTT pada
triwulan III 2018 secara nominal menunjukkan triwulan III 2018 menunjukkan adanya penurunan
adanya peningkatan omzet, meskipun secara yang disebabkan oleh adanya penurunan
pertumbuhan tahunan melambat. Kondisi tersebut pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga
terutama disebabkan oleh penurunan konsumsi barang mengalami penurunan sebagai dampak penurunan
seperti barang elektronik, bahan konstruksi rumah tangga kegiatan usaha pada triwulan laporan, sebagaimana
serta peralatan rumah tangga. Sebaliknya, penjualan tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
makanan, minuman dan tembakau tercatat meningkat. Bank Indonesia pada triwulan III 2018. Berdasarkan hasil
Hal tersebut mengindikasikan kecenderungan masyarakat survei, kegiatan usaha mengalami penurunan disebabkan
menahan konsumsi barang-barang ekonomi sekunder dan sektor pertanian, seiring usainya masa panen perkebunan
tersier pada triwulan laporan, sebagaimana pola historis dan hasil tangkap perikanan laut yang tidak setinggi
tahunan di Provinsi NTT dimana konsumsi barang sekunder periode yang sama tahun sebelumnya karena faktor cuaca.
dan tersier cenderung baru meningkat pada periode akhir Sejalan dengan kegiatan usaha yang menurun, tenaga
tahun. Sejalan dengan kecenderungan masyarakat dalam kerja juga mengalami penurunan terutama pada sektor
menahan konsumsi barang non-primer, hasil Survei pertanian. Di sisi lain, kegiatan usaha perdagangan, hotel
Konsumen Bank Indonesia juga menunjukkan adanya dan restoran serta jasa-jasa mengalami peningkatan pada
sedikit penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), triwulan laporan seiring meningkatnya kegiatan pariwisata
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Kondisi di daerah seperti Labuan Bajo dan Pulau Sumba.
Ekonomi Saat Ini (IKE) yang mencerminkan pandangan
Di sisi lain, berdasarkan data Survei Penjualan Eceran Bank
konsumen terhadap kondisi perekonomian pada triwulan
Indonesia, pertumbuhan penjualan bahan bakar
laporan.
kendaraan di Kota Kupang tercatat mengalami
peningkatan sebesar 11,84% (yoy) dibandingkan triwulan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 5


Grafik 1.7. Perkembangan Konsumsi BBM Grafik 1.8. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

50 40% 160.000 30%


45 140.000
30% 25%
40
120.000
35 20%
20%
30 100.000
10%
25 80.000 15%
20 0%
60.000
15 10%
-10%
40.000
10 5%
-20% 20.000
5
0 -30% 0 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

PENJUALAN BBM KOTA KUPANG (RP MILIAR) PERTUMBUHAN (%-YOY) KONSUMSI (RIBU KWH) GROWTH (YOY)

SUMBER : SPE BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER : PT PLN, DIOLAH

sebelumnya sebesar 10,23% (yoy). Kondisi tersebut 2018 terdapat peningkatan permintaan yang cukup
didorong oleh peningkatan permintaan pelumas signifikan dari pemerintah untuk pembelian alat tulis dan
kendaraan. Namun demikian, penjualan Bahan Bakar perlengkapan kantor.
Minyak (BBM) justru tercatat sedikit melambat. Konsumsi
Berdasarkan perkembangan pada triwulan IV 2018
BBM tumbuh sebesar 11,30% (yoy) atau melambat
sampai dengan bulan November 2018, serta
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,15%
mempertimbangkan adanya faktor musiman,
(yoy). Sejalan dengan konsumsi BBM, konsumsi listrik
tracking pertumbuhan komponen konsumsi pada
rumah tangga juga mencatatkan perlambatan
triwulan IV 2018 diperkirakan mengalami
pertumbuhan.
peningkatan. Pertumbuhan diperkirakan didorong oleh
Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2018 tumbuh peningkatan konsumsi rumah tangga seiring tibanya Hari
meningkat. Pertumbuhan tercatat sebesar 3,43% (yoy), Besar Keagamaan Nasional (HBKN) dan menjelang tahun
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar baru. Sementara itu, sepanjang tahun 2018 konsumsi
1,93% (yoy). Peningkatan pertumbuhan konsumsi diperkirakan relatif stabil dengan kecenderungan sedikit
pemerintah didorong oleh realisasi konsumsi kolektif melambat disebabkan oleh konsumsi pemerintah yang
pemerintah seperti pembangunan infrastruktur dan melambat seiring adanya momen Pilkada serta konsumsi
pengembangan ekonomi seperti jalan raya, jembatan, rumah tangga yang melambat seiring kecenderungan
saluran air dan penataan lokasi wisata. Selain itu, masyarakat menahan konsumsinya terhadap barang tahan
peningkatan juga didorong oleh peningkatan realisasi lama seperti kendaraan bermotor dan rumah tinggal.
belanja rutin pemerintah seperti alat tulis kantor,
sebagaimana disebutkan oleh pelaku usaha bidang 1.2.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
penjualan peralatan sekolah, kantor dan rumah tangga / Investasi
dari hasil liaison Bank Indonesia bahwa pada triwulan III Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi
pada triwulan III 2018 tumbuh meningkat.
Grafik 1.9. Penyaluran Kredit Konsumsi
PMTB/investasi tumbuh sebesar 4,78% (yoy), meningkat
20 RP TRILIUN 17%
18 16% dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,61%
16 15%
14
12
14% (yoy). Peningkatan terutama didorong oleh investasi
13%
10
8
12% bangunan terutama pembangunan pembangkit dan
11%
6
4 10% jaringan listrik di Flores, infrastruktur pendukung
2 9%
0 8% pariwisata di Labuan Bajo, pembangunan hotel-hotel di
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018 beberapa daerah wisata, penyelesaian pembangunan
KONSUMSI GROWTH (YOY)
Bendungan Rotiklot serta pengerjaan Bendungan Temef di
SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

6 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Tabel 1.2. Investasi Pembangunan Fisik Berdasarkan Kabupaten di Provinsi NTT Triwulan III 2018

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
MANGGARAI
JENIS ENDE KOTA KUPANG KUPANG SIKKA SUMBA TIMUR TOTAL (RP JUTA)
BARAT

Hotel 224,100 224,100


Industri 15,000 1,400 16,400
Minyak dan Gas 449,500 449,500
Rumah Tinggal 12,000 12,000
Jaringan Listrik 24,910 24,910
Total (Rp Juta) 24,910 15,000 12,000 224,100 449,500 1,400 726,910
Sumber: BCI Asia (diolah)

Tabel 1.3. Investasi Berdasarkan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT Kumulatif Tahun 2018
KABUPATEN KOTA MANGGARAI SABU SUMBA SUMBA TOTAL
JENIS ENDE ALOR KUPANG SIKKA
KUPANG KUPANG BARAT RAIJUA BARAT TIMUR (RP JUTA)

Hotel 294,100 294,100


Industri 1,200 11,735 15,000 1,241 8,612 201,400 239,188
Infrastruktur 63,372 120,500 183,872
Kantor 1,200 1,200
Minyak dan Gas 215,886 449,500 665,386
Rumah Tinggal 27,000 27,000
Ritel 13,380 13,380
Transportasi 50,000 50,000
Jaringan Listrik 24,910 100,000 73,124 100,000 298,034
Total (Rp Juta) 26,110 11,735 100,000 282,086 178,117 294,100 8,612 449,500 100,000 321,900 1,772,160
Sumber: BKPM (diolah)

Kabupaten Timor Tengah Selatan. Investasi fisik bintang senilai Rp224,10 miliar di Kabupaten Manggarai
pendukung pariwisata yang menjadi pendorong utama Barat. Selain itu, terdapat pula investasi pembangunan
triwulan laporan yakni penyelesaian proyek jaringan listrik high voltage wilayah Ropa (Kab. Ende)-
pengembangan pembangkit listrik di Labuan Bajo Maumere (Kab. Sikka) sebesar Rp24,91 miliar.
berkapasitas 20 MW senilai Rp 375 miliar, pembangunan
Secara kumulatif spasial, sepanjang tahun 2018 sampai
kawasan marina Labuan Bajo termasuk kawasan komersil
dengan triwulan III realisasi investasi pembangunan fisik
di dalamnya senilai Rp 400 miliar, pembangunan jalan raya
tertinggi ditanamkan di Kabupaten Sikka senilai Rp449,50
Kota Labuan Bajo senilai Rp 49 miliar, pembangunan
miliar dalam rangka pembangunan terminal penyimpanan
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) senilai Rp 17 miliar,
BBM di Kota Maumere. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten
peningkatan status Bandara Komodo menjadi bandara
Sumba Timur senilai Rp321,90 miliar terutama dalam
internasional senilai Rp 500 miliar serta pembangunan rest
rangka pembangunan pabrik gula swasta (Rp200 miliar)
area dan souvenir shop senilai Rp 3,4 miliar dalam rangka
dan Pelabuhan Waingapu (Rp120,50 miliar), Kabupaten
menyambut delegasi IMF-WB Annual Meeting 2018.
Manggarai Barat dalam rangka pembangunan setidaknya
Peningkatan pertumbuhan PMTB/investasi pada empat hotel bintang senilai Rp294,10 miliar, serta Kota
triwulan laporan sejalan dengan pertumbuhan Kupang senilai Rp282,09 miliar terutama dalam rangka
realisasi konstruksi hasil investasi pemerintah dan pembangunan tangki LPG oleh Pertamina (Rp215,89
swasta. Berdasarkan data BCI Asia, pada triwulan III 2018 miliar) dan proyek pengembangan Bandara El Tari (Rp50
realisasi konstruksi tercatat tumbuh sebesar 234,98% miliar). Sementara berdasarkan jenis proyek, investasi
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang pembangunan terbanyak untuk pembangunan fasilitas
terkontraksi sebesar -24,39% (yoy). Peningkatan terutama minyak dan gas senilai Rp665,39 miliar, pengembangan
disumbang oleh adanya proyek baru minyak dan gas di jaringan listrik Rp298,03 miliar, pembangunan hotel
Kabupaten Sikka yakni terminal penyimpanan BBM di Rp294,10 miliar dan pembangunan industri senilai
Maumere senilai Rp449,50 miliar dan pembangunan hotel Rp239,19 miliar.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 7


Grafik 1.10. Perkembangan Realisasi Investasi di Provinsi NTT Grafik 1.11. Perkembangan Peti Kemas
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

2500 RP MILIAR 45.000 TEUS 70%


2.101 40.000 60%
2000 1.742 35.000 50%
1.546 30.000
1.444 40%
1500 25.000
30%
1.007 906 20.000
1000 1.137 20%
840 15.000
501 819 10%
500 445 10.000
5.000 0%
232 253 391
0 0 -10%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018

2015 2016 2017 2018 TEUS PERTUMBUHAN (% YOY)

SUMBER : BKPMD NTT, DIOLAH SUMBER : PELINDO III, DIOLAH

Berdasarkan tracking triwulan IV 2018, pertumbuhan sebesar -64,48% (yoy), lebih dalam dibandingkan
PMTB/investasi secara tahunan diperkirakan tumbuh penurunan triwulan sebelumnya sebesar -50,56% (yoy)
relatif stabil dengan kecenderungan sedikit maupun pertumbuhan volume muat di pelabuhan yang
melambat. Perlambatan terutama disebabkan oleh terkontraksi sebesar -15,84% (yoy). Relatif stabilnya
pelaksanaan proyek infrastruktur pemerintah seperti kebutuhan konsumsi dan konstruksi pada triwulan laporan
Bendungan Rotiklot yang telah selesai pada triwulan III tercermin dari hasil liaison dunia usaha Bank Indonesia
sementara pembangunan Bendungan Temef tahap I atau terutama pada lapangan usaha perdagangan kebutuhan
pekerjaan utama masih relatif terbatas. Selain itu, realisasi pokok seperti beras, daging ayam ras dan telur ayam ras.
pembangunan jaringan kelistrikan baru serta perhotelan Para pedagang besar menyatakan bahwa level persediaan
diperkirakan sedikit berkurang pada akhir tahun sehingga relatif stabil, seperti misalnya beras yang masih mencukupi
turut menyebabkan perlambatan PMTB/investasi. Secara karena telah mendatangkan dalam jumlah besar pada
keseluruhan, PMTB/investasi pada tahun 2018 triwulan sebelumnya seiring panen di daerah produsen
diperkirakan tumbuh relatif stabil dengan kecenderungan seperti Makassar. Begitu pula dengan lapangan usaha
sedikit melambat terutama seiring proyek strategis konstruksi yang menyatakan bahwa persediaan bahan
nasional yang sedang berjalan seperti Bendungan Napun baku proyek yang mayoritas didatangkan dari Surabaya
Gete dan Temef masih dalam tahap realisasi konstruksi masih relatif stabil seiring kebutuhan proyek yang belum
awal, sementara Bendungan Raknamo dan Rotiklot telah meningkat signifikan.
selesai dikerjakan serta proyek-proyek baru lainnya tidak
Pada triwulan IV 2018 net impor antar daerah
sebesar tahun sebelumnya.
diperkirakan meningkat, didorong oleh peningkatan
impor antar daerah terutama dalam rangka
1.2.3. Ekspor – Impor
pemenuhan kebutuhan konsumsi pada Hari Raya
1.2.3.1. Ekspor-Impor Antar Daerah
Natal dan Tahun Baru. Peningkatan persediaan barang
Pertumbuhan net impor antar daerah pada triwulan
III 2018 tercatat menurun sebesar -2,32% (yoy), Grafik 1.12. Aktivitas Bongkar Muat

disebabkan oleh impor antar daerah yang menurun. 150.000 TON 1800%
1600%
100.000 1400%
Penurunan impor antar daerah tercermin dari 1200%
50.000
1000%
pertumbuhan jumlah peti kemas pada triwulan laporan 0 800%
600%
yang juga mengalami kontraksi sebesar -8,62% (yoy), -50.000 400%
-100.000 200%
turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0%
-150.000 -200%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
sebesar 2,70% (yoy). Kondisi tersebut sejalan dengan 2014 2015 2016 2017 2018

pertumbuhan volume bongkar di pelabuhan yang turun BONGKAR MUAT NET NET UNLOADING (% YOY)

SUMBER : PELINDO III, DIOLAH

8 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


konsumsi masyarakat menjelang Hari Raya Natal dan sebesar 56,74% dari total ekspor non-migas Provinsi NTT

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
Tahun Baru diperkirakan dilakukan oleh para pedagang pada triwulan III 2018 yang senilai US$21,66 juta. Panen
besar guna memenuhi permintaan yang meningkat sesuai raya perkebunan di beberapa wilayah Provinsi NTT seperti
pola tahunan di Provinsi NTT, seperti untuk barang Pulau Flores dan Sumba yang terjadi pada triwulan laporan
kebutuhan pokok, makanan jadi maupun sandang. Di sisi menjadi faktor pendukung tingginya ekspor komoditas
lain, pengiriman ekspor antar daerah diperkirakan kacang mete. Selain kacang mete, komoditas terbesar
melambat seiring permintaan pengiriman sapi yang tidak ekspor Provinsi NTT pada triwulan III 2018 adalah
setinggi periode sebagaimana Hari Raya Idul Adha. kendaraan bermotor dan suku cadangnya (US$3,12 juta),
Sementara itu, secara keseluruhan tahun 2018 net impor semen (US$1,06 juta) serta ikan laut (US$974 ribu). Juga
antar daerah diperkirakan melambat disebabkan oleh terdapat komoditas ekspor lain seperti furnitur, minuman
impor antar daerah yang melambat seiring kapasitas dan rokok, bahan kimia dan peralatan logam. Namun
penyimpanan di Provinsi NTT yang meningkat sehingga demikian, banyak dari komoditas ekspor Provinsi NTT
frekuensi kedatangan barang dan jasa dari daerah lain tersebut yang tidak diproduksi di dalam daerah NTT, seperti
tidak seintensif tahun sebelumnya. kendaraan bermotor dan suku cadangnya, semen,
furnitur, minuman dan rokok, bahan kimia serta peralatan
1.2.3.2. Ekspor-Impor Luar Negeri logam, sehingga kurang ber nilai tambah bagi
Ekspor luar negeri pada triwulan III 2018 tercatat perekonomian Provinsi NTT. Barang-barang tersebut
mengalami penurunan, melanjutkan tren triwulan mayoritas diproduksi di Pulau Jawa untuk dijual ke Timor
sebelumnya. Ekspor luar negeri tercatat mengalami Leste melalui Provinsi NTT.
kontraksi sebesar -20,90% (yoy), lebih dalam
Di sisi lain, impor luar negeri mencatatkan
dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar -
pertumbuhan siginifikan pada triwulan laporan.
12,55% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai sebagai dampak
Impor luar negeri tumbuh sebesar 280,84% (yoy), jauh
penurunan pengiriman ekspor BBM ke Timor Leste.
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan
Berbanding terbalik dengan kinerja ekspor migas, kinerja
sebelumnya yang tercatat kontraksi sebesar -43,22%
ekspor non migas justru mencatatkan peningkatan kinerja
(yoy). Impor meningkat signifikan disebabkan oleh
pada triwulan laporan. Ekspor non migas tumbuh
tingginya kebutuhan proyek pembangunan sumber daya
meningkat sebesar 41,23% (yoy), jauh meningkat
listrik terutama Pulau Flores, kelanjutan proyek
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi
peningkatan jaringan kelistrikan di seluruh wilayah Provinsi
sebesar -25,20% (yoy). Peningkatan tersebut terutama
NTT serta persiapan pembangunan industri. Berdasarkan
didorong oleh pengiriman ekspor komoditas kacang mete
data impor, tercatat terdapat impor luar negeri mesin dan
ke Vietnam dan India yang mencapai US$12,29 juta atau
perlengkapan pembangkit listrik dari Eropa (US$30,89
Tabel 1.4. Komoditas Ekspor Terbesar Triwulan III 2018 juta), yakni Jerman dan Finlandia masing-masing senilai
NILAI US$15,66 juta dan US$15,23 juta. Selanjutnya, terdapat
KOMODITAS (RIBU USD)

Kacang Mete 12,289.15 impor luar negeri perlengkapan jaringan kelistrikan senilai
Kendaraan Bermotor & Suku Cadang 3,115.42 total US$9,98 juta terutama dari Tiongkok (US$6,66 juta)
Semen 1,059.65
Ikan Laut 974.18
dan Jerman (US$3,31 juta). Di samping itu, tercatat pula
Furnitur 424.64 impor luar negeri permesinan dan perlengkapan industri
Kopi, Teh dan Kakao 356.62
senilai total US$4,69 juta, terutama berasal dari Afrika
Mutiara 237.41
Minuman dan Rokok 225.44 Selatan (US$3,20 juta) dan Jerman (US$1,11 juta).
Bahan Kimia 170.92
Tingginya impor luar negeri pada triwulan laporan menjadi
Peralatan Logam 162.69
Sumber : Cognos BI, diolah salah satu faktor penyebab utama melambatnya

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 9


Grafik 1.13.Perkembangan Ekspor dan Impor Grafik 1.14. Negara Tujuan Ekspor
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

60 JUTA USD 25 JUTA USD

50
40 20

30
15
20
10
10
0
-10 5
-20
-30 0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

EKSPOR IMPOR NET EKSPOR USA AUSTRALIA INDIA JAPAN RRC TIMOR LESTE SINGAPURA VIETNAM

SUMBER : COGNOS BI, DIOLAH SUMBER : COGNOS BI, DIOLAH

Tabel 1.5. Komoditas Ekspor ke 10 Negara Tujuan Utama

NEGARA TUJUAN NILAI EKSPOR (RIBU USD) KOMODITAS UTAMA

Vietnam 11,844.57 kacang mete (100%)


Timor Leste 4,032.49 kendaraan (21%), semen (14%), furnitur (11%), aspal (5%), air kemasan (5%), pakaian (4%)
Filipina 2,232.98 pesawat terbang (90%), kendaraan (10%)
Korea Selatan 665.17 rumput laut (95%), kelapa (4%), batu alam (1%)
India 664.15 kacang mete (67%), rempah (29%), bibit (3%)
Jepang 546.23 daging ikan beku (51%), tuna (46%)
Hongkong 347.24 mutiara (68%), ikan hidup (31%)
Pakistan 303.72 buah (82%), pakan ternak (18%)
Singapura 258.75 ikan segar (91%)
Perancis 166.34 batu alam (100%)
Sumber : Cognos BI, diolah

pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT pada triwulan Ekspor dan impor luar negeri pada triwulan IV 2018
laporan. Namun demikian, komoditas impor luar negeri diperkirakan menurun. Turunnya ekspor terutama
pada triwulan III 2018 yang mayoritas berupa kebutuhan disebabkan oleh pengiriman komoditas utama seperti
konstruksi dan investasi tersebut pada gilirannya dapat kacang mete yang tidak setinggi triwulan sebelumnya
berkontribusi positif dalam meningkatkan perekonomian karena usainya masa panen raya perkebunan. Produksi
Provinsi NTT seiring meningkatnya kapasitas sumber daya ikan laut tangkap yang berkurang seiring tibanya musim
listrik dan beroperasinya industri. hujan diperkirakan turut mempengaruhi kinerja ekspor
terutama ikan tuna dan cakalang ke negara-negara Asia.
Secara keseluruhan, Provinsi NTT pada triwulan III
Di sisi lain, permintaan barang tahan lama seperti
2018 mengalami defisit ekspor-impor luar negeri
kendaraan bermotor serta kebutuhan konstruksi seperti
sebesar US$25,16 juta. Lebih tingginya impor luar negeri
semen yang berkurang dari Timor Leste diperkirakan juga
(US$46,82 juta) dibandingkan ekspor luar negeri (US$
menurunkan kinerja ekspor luar negeri Provinsi NTT, seiring
21,66 juta) menyebabkan defisit ekspor-impor luar negeri,
prioritas masyarakat negara tersebut untuk melakukan
t e r u t a m a s e i r i n g t i n g g i n y a k e b u t u h a n p ro y e k
konsumsi terutama barang-barang primer dalam rangka
pembangunan sumber daya listrik dan jaringannya di
merayakan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Adapun secara
Provinsi NTT. Namun demikian, impor luar negeri yang
keseluruhan tahun 2018, ekspor luar negeri diperkirakan
mayoritas bersifat produktif dinilai cukup positif dalam
menurun dibandingkan tahun sebelumnya seiring
rangka meningkatkan perekonomian Provinsi NTT ke
minimnya ekspor bernilai tinggi seperti pesawat terbang
depan.
sebagaimana tahun sebelumnya serta ekspor ke Timor
Leste yang melambat seperti BBM.

10 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Tabel 1.6. PDRB Provinsi NTT Berdasarkan Lapangan Usaha Ekonomi Triwulan III 2018
2017 2018 Triwulan III 2018

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
KATEGORI URAIAN BOBOT
III II III QTQ YOY
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6,902,730 7,147,646 7,407,009 28.64 1.83 2.33
B Pertambangan dan Penggalian 300,584 292,071 305,555 1.18 4.14 1.05
C Industri Pengolahan 296,079 305,298 311,678 1.21 0.92 0.90
D Pengadaan Listrik dan Gas 16,861 17,910 18,773 0.07 4.64 8.06
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 12,947 13,289 13,384 0.05 0.71 2.75
F Konstruksi 2,565,727 2,574,925 2,836,187 10.97 8.78 6.23
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,617,777 2,701,138 2,881,898 11.14 5.93 6.56
H Transportasi dan Pergudangan 1,290,516 1,332,199 1,415,162 5.47 6.09 7.07
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 177,691 191,152 198,112 0.77 3.37 9.60
J Informasi dan Komunikasi 1,562,478 1,571,798 1,707,212 6.60 6.89 6.81
K Jasa Keuangan dan Asuransi 945,158 997,210 1,030,389 3.98 1.96 3.64
L Real Estate 602,721 626,348 652,742 2.52 3.76 6.27
M,N Jasa Perusahaan 72,739 72,104 75,113 0.29 5.51 2.36
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3,064,968 3,201,630 3,441,705 13.31 6.88 8.02
P Jasa Pendidikan 2,303,011 2,262,379 2,490,989 9.63 8.42 4.78
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 494,812 522,087 546,231 2.11 4.55 7.28
R,S,T,U Jasa lainnya 503,544 516,867 531,523 2.06 4.16 5.08
PDRB 23,730,341 24,346,051 25,863,662 100.00 5.11 5.14
Sumber: BPS Provinsi NTT (diolah) *Dalam Juta Rp

1.3. PERKEMBANGAN EKONOMI 1.3.1. Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan


SISI LAPANGAN USAHA Perikanan
Perlambatan pertumbuhan lapangan usaha seperti Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
pertanian, kehutanan dan perikanan serta perikanan pada triwulan III tumbuh melambat
perdagangan besar dan eceran menjadi faktor utama dibandingkan triwulan II 2018. Usainya masa panen
penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi serta kurangnya pasokan air seiring musim kemarau dan

Provinsi NTT secara keseluruhan. Usainya masa panen operasionalisasi jaringan pengairan baru pertanian yang

dan produksi pertanian yang kurang optimal seiring musim terbatas menjadi faktor-faktor utama penyebab
melambatnya lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
kemarau serta operasionalisasi jaringan pengairan baru
perikanan terutama dari sub lapangan usaha pertanian.
yang terbatas menjadi faktor penyebab melambatnya
Adanya hama turut menjadi faktor penurunan produksi
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan
sub lapangan usaha pertanian. Hama kutu loncat yang
secara keseluruhan. Panen raya perkebunan serta produksi
menyerang bawang merah triwulan laporan
ikan laut tangkap pada triwulan laporan juga belum
menyebabkan hasil panen menurun dibandingkan periode
mampu mendongkrak kinerja lapangan usaha tersebut
yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi sub lapangan usaha
karena porsi produksi yang masih lebih rendah
peternakan, berkurangnya produksi telur ayam ras dan
dibandingkan pertanian. Di sisi lain, melambatnya
daging ayam ras juga turut menjadi faktor penyumbang
lapangan usaha perdagangan besar dan eceran terutama perlambatan pertumbuhan lapangan usaha pertanian,
disebabkan oleh melambatnya penjualan barang-barang kehutanan dan perikanan. Penurunan produksi telur ayam
sekunder dan tersier seperti kendaraan bermotor seiring ras disebabkan oleh ternak ayam petelur milik peternak di
kecenderungan masyarakat menahan konsumsi untuk Provinsi NTT belum seluruhnya memasuki usia produktif
jenis barang tersebut. Sementara itu, lapangan usaha pasca langkah peremajaan yang dilakukan pada tahun
konstruksi dan administrasi pemerintahan pada triwulan 2017. Langkah peremajaan/afkir dilakukan karena
laporan tercatat mengalami peningkatan pertumbuhan produktivitas ternak ayam petelur mulai menurun
sehingga menjadi faktor penahan perlambatan sementara tahap peremajaan membutuhkan waktu 6-7
pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT. bulan dari DOC/bibit ayam. Keterbatasan lahan menjadi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 11


salah satu hambatan dalam melakukan peremajaan ternak panen terjadi pada bulan September s.d. Oktober 2018.
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

ayam secara bertahap tanpa menurunkan produktivitas. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian Provinsi NTT,
Selain itu, kelangkaan DOC secara nasional pada triwulan secara umum produktivitas perkebunan sampai dengan
laporan menyebabkan pertumbuhan produksi ternak triwulan III 2018 mengalami peningkatan, terdiri dari
ayam melambat, karena panen hanya dapat dilakukan 2 kelapa, kacang mete, kopi robusta, kopi arabika, kakao
kali yakni pada Juni dan Agustus. dan cengkeh. Kondisi cuaca yang lebih kondusif serta
minimnya hama yang menyerang menjadi faktor yang
Pengiriman ter nak sapi tercatat mengalami
mendorong produksi perkebunan meningkat.
penurunan kinerja pada triwulan III 2018 dan turut
menjadi faktor penyebab perlambatan pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan indikasi yang
lapangan usaha pertanian, kehutanan dan meningkat pada angka 107,02, didorong oleh
perikanan. Pengiriman ternak sapi melalui kapal tol laut peningkatan pada subsektor perkebunan. Kondisi
dan kargo tercatat turun sebesar -31,90% (yoy), menurun tersebut didukung oleh adanya masa panen raya
lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang perkebunan. Di sisi lain, NTP subsektor lain relatif stabil
terkontraksi sebesar -2,03% (yoy). Adanya Hari Raya Idul terutama subsektor pertanian.
Adha pada triwulan laporan belum cukup mampu
Penyaluran kredit lapangan usaha pertanian pada
mendongkrak permintaan pengiriman ternak sapi dari
triwulan III 2018 tumbuh relatif stabil. Secara nominal,
Pulau Jawa. Selain itu, realisasi pengiriman sapi daerah-
penyaluran kredit pertanian sebesar Rp 461,41 miliar atau
daerah utama di Provinsi NTT seperti Kabupaten Kupang
tumbuh 37,92% (yoy). Penyaluran kredit pertanian
dan Timor Tengah Selatan telah banyak dilakukan pada
terbesar untuk pembibitan dan budidaya sapi potong,
semester pertama tahun 2018.
pembibitan dan budidaya babi, pembibitan dan budidaya
Di sisi lain, produksi perkebunan pada triwulan unggas, perkebunan cengkeh dan pertanian padi.
laporan tercatat tumbuh meningkat sehingga Meskipun tumbuh relatif stabil, indikasi penurunan kinerja
menjadi faktor penahan perlambatan lapangan usaha pertanian tampak dari kualitas kredit yang
usaha pertanian, perkebunan dan perikanan. disalurkan. Pada triwulan III 2018, kredit subsektor
Berdasarkan hasil liaison dunia usaha Bank Indonesia, pembibitan dan budidaya babi mengalami kenaikan rasio
pelaku usaha perkebunan menyatakan bahwa kredit bermasalah menjadi di atas ambang batas 5%. Hal
produktivitas tanaman jambu mete pada tahun 2018 tersebut sebagai dampak adanya wabah kolera babi yang
meningkat dan pelaksanaan panen telah dimulai sejak menyerang pada ternak di beberapa wilayah Provinsi NTT,
bulan Juli pasca serangan hama ulat tahun lalu. sehingga turut menjadi faktor penyebab perlambatan
P ro d u k t i v i t a s d a p a t m e n i n g k a t m e l a l u i u p a y a kinerja lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
pemangkasan cabang dan penjarangan pohon. Puncak perikanan.

Grafik 1.15. Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 1.16. Data Perkembangan Pengiriman Ternak Sapi

160 108 25.000 100%


140 106 80%
20.000
120 104
60%
100 102 15.000
80 100 40%
60 98 10.000
20%
40 96
5.000 0%
20 94
0 92 0 -20%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2016 2017 2018

IT IB NTP-AXIS KANAN JUMLAH SAPI PERTUMBUHAN (%YOY)

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : PELINDO 3, DIOLAH

12 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 1.17. Perkembangan Kredit Pertanian Grafik 1.18. Perkembangan SKDU Pertanian

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
500 RP MILIAR 200% 30
450 20
150%
400
350 10
100%
300 0
250 50%
-10
200
0%
150 -20
100 -50% -30
50
0 -100% -40
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTANIAN (%YOY) KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

Perlambatan pertumbuhan lapangan usaha kontak pada sektor pertanian, kehutanan dan perikanan
pertanian, kehutanan dan perikanan sejalan dengan menyatakan optimis penjualan meningkat didukung oleh
penurunan kegiatan usaha dan tenaga kerja pada prospek peningkatan permintaan sapi pada akhir tahun,
lapangan usaha tersebut berdasarkan Survei keyakinan peningkatan produksi telur ayam seiring
Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia. peningkatan jumlah ternak ayam petelur dengan umur
Turunnya kegiatan usaha dan tenaga kerja disebabkan produktif, momen peningkatan permintaan telur ayam
oleh adanya puncak musim kemarau pada triwulan menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru, serta keyakinan
laporan sehingga aktivitas tanam pertanian menjadi hasil panen kacang mete yang lebih tinggi pada triwulan IV
berkurang. Kegiatan usaha yang berkurang turut 2018. Di sisi lain, pertanian, kehutanan dan perikanan
menyebabkan tenaga kerja pada lapangan usaha sepanjang tahun 2018 diperkirakan sedikit melambat
pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami disebabkan terutama oleh produksi peternakan ayam yang
penurunan. melambat dibandingkan tahun sebelumnya seiring
kelangkaan DOC secara nasional serta penurunan produksi
Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan
telur ayam seiring banyaknya ayam petelur yang belum
perikanan pada triwulan IV 2018 diperkirakan
sepenuhnya memasuki usia produktif setelah langkah
tumbuh meningkat. Puncak panen perkebunan utama
peremajaan yang dilakukan pada akhir tahun 2017.
seperti kacang mete yang jatuh pada awal triwulan IV 2018
diperkirakan menjadi salah satu faktor utama akselerasi 1.3.2. Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan,
pertumbuhan. Tibanya musim hujan diperkirakan turut Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
menjadi faktor pendorong seiring produksi tanaman Kinerja lapangan usaha administrasi pemerintahan,
hortikultura yang dapat meningkat serta aktivitas pertahanan dan jaminan sosial wajib pada triwulan III
pertanian padi yang dimulai pada triwulan laporan. 2018 mengalami peningkatan pertumbuhan
Berdasarkan hasil survei liaison dunia usaha, sebagian dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode
yang sama tahun sebelumnya. Lapangan usaha tumbuh
Grafik 1.19. Proyeksi SKDU Pertanian
sebesar 8,02% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
30

20 sebelumnya yang tumbuh 7,46% (yoy). Akselerasi kinerja


10
didorong oleh adanya pencairan gaji ke-13 Aparatur Sipil
0

-10 Negara pada triwulan laporan dalam rangka menghadapi


-20

-30
tahun ajaran baru sekolah. Selain itu, belanja barang dan jasa
-40
pemerintah serta belanja hibah yang meningkat dibanding
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2015 2016 2017 2018
periode yang sama tahun sebelumnya turut menjadi
KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA
pendorong akselerasi pertumbuhan. Sejalan dengan hal
SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 13


Grafik 1.20. Realisasi Belanja Konsumsi Pemerintah Triwulan Grafik 1.21. Perkembangan Simpanan Pemerintah di Perbankan
III 2018
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

10,00 *RP TRILIUN 8.000


8,89 110%
8,43 7.000 90%
8,00
6.000 70%
5.000 50%
6,00
4,65 4.000 30%
4,00
5.39% 3,88 10%
3.000
20.01% -10%
2,10 2,09 2.000
2,00 1,61 -30%
1,05
-

1.000 -50%
53.75% 0.67% 0 -70%
0,00
BELANJA BARANG BANTUAN I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
BELANJA PEGAWAI BELANJA HIBAH
DAN JASA KEUANGAN
2014 2015 2016 2017 2018

TW III-2017 TW III-2018 SIMPANAN (RP MILIAR) PERT (%YOY)

SUMBER : DITJEN PERBENDAHARAAN+BIRO KEUANGAN NTT SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

tersebut, rangkaian proses pergantian pimpinan daerah masyarakat menahan konsumsi untuk jenis barang
juga turut menjadi faktor pendorong pertumbuhan tersebut. Seperti pada pelaku usaha penjualan sepeda
lapangan usaha administrasi pemerintahan. motor, berdasarkan hasil liaison dunia usaha Bank
Indonesia pada triwulan III 2018 menyatakan bahwa
Peningkatan pertumbuhan lapangan usaha sejalan
peningkatan penjualan sedikit tersendat karena
penurunan simpanan pemerintah di perbankan
kecenderungan masyarakat menahan konsumsinya untuk
Provinsi NTT. Simpanan pemerintah di perbankan pada
kendaraan bermotor. Selain itu, tantangan kondisi pasar
triwulan III 2018 turun sebesar -2,10% (yoy). Kondisi
yang memasuki masa jenuh juga turut mempengaruhi
tersebut seiring dengan adanya pencairan dana
melambatnya pertumbuhan penjualan sepeda motor
pemerintah untuk pembayaran gaji ke-13 Aparatur Sipil
dikarenakan mayoritas calon konsumen telah memiliki
Negara serta realisasi program pembangunan pemerintah
sepeda motor baru sementara rata-rata waktu untuk
daerah serta peningkatan belanja rutin pemerintah.
pergantian sepeda motor berkisar 3-4 tahun. Pelaku usaha
Pada triwulan IV 2018, pertumbuhan lapangan usaha penjualan kendaraan bermotor menyatakan bahwa
administrasi pemerintahan diperkirakan melambat. kecenderungan penjualan mengalami peningkatan pada
Perlambatan disebabkan oleh realisasi belanja dan Hary Raya Idul Fitri dan Natal, sementara tingkat penjualan
administrasi proyek pemerintah telah banyak dipercepat terendah terjadi saat memasuki tahun ajaran baru sekolah
pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, proses karena masyarakat cenderung memenuhi kebutuhan anak
administrasi proyek baru pemerintah relatif terbatas pada sekolah terlebih dahulu. Selain itu, pelaku usaha penjualan
akhir tahun. Di samping itu, sepanjang tahun 2018 daging sapi dan sapi hidup di Kupang menyatakan bahwa
lapangan usaha administrasi pemerintahan diperkirakan penjualan sapi hidup yang dikirimkan ke luar wilayah NTT
meningkat didorong terutama oleh adanya realisasi relatif menurun sebagai dampak keuntungan yang tidak
Pilkada, peningkatan dana desa, bansos, serta realisasi sepadan dengan risiko saat pengiriman. Salah satu risiko
pencairan gaji ke-13 dan 14 (Tunjangan Hari Raya). yang kerap dialami pada saat pengiriman adalah
penurunan bobot sapi yang mencapai rata-rata 10-15 kg
1.3.3. Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan per ekor. Sementara itu, kontak yang bergerak pada
Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor penjualan komoditas beras dan telur ayam turut
Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran pada menyatakan bahwa penjualan relatif turun akibat
triwulan III 2018 tumbuh melambat sebesar 6,56% meningkatnya kondisi persaingan serta adanya
(yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang peningkatan harga telur ayam dari supplier di Jawa Timur.
tumbuh 7,19% (yoy). Perlambatan LU disebabkan oleh Kenaikan harga telur secara nasional sebagai akibat dari
melambatnya penjualan barang-barang sekunder dan turunnya produksi telur ayam di beberapa bulan terakhir.
tersier seperti kendaraan bermotor seiring kecenderungan Penurunan produksi telur ayam ditengarai akibat banyak

14 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 1.22. Perkembangan SKDU Perdagangan Grafik 1.23. Perkembangan Kredit LU Perdagangan

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
10 8,0 TRILIUN 45%
8 7,0 40%
6 6,0 35%
4 30%
5,0
2 25%
0 4,0
20%
-2 3,0
15%
-4
2,0 10%
-6
-8 1,0 5%
-10 0,0 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA PERDAGANGAN, BESAR DAN ECERAN PERT(%YOY)

SUMBER : SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA BI, DIOLAH SUMBER : COGNOS BANK INDONESIA, DIOLAH

peternak yang menjual ayam petelurnya sebagai ayam Pada triwulan IV 2018, lapangan usaha perdagangan
potong seiring tingginya permintaan daging ayam pada besar dan eceran diperkirakan mengalami
saat bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri pada triwulan peningkatan pertumbuhan. Peningkatan sejalan
sebelumnya. Selain itu juga sebagai dampak tingginya konsumsi rumah tangga yang diperkirakan meningkat
harga pakan ayam petelur impor. Sementara penurunan seiring tibanya momen Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
penjualan pada komoditas beras lebih disebabkan kondisi Berdasarkan hasil liaison dunia usaha Bank Indonesia,
persaingan seiring semakin banyaknya distributor beras pelaku usaha perdagangan besar yang bergerak pada
baik lokal maupun langsung dari Makassar. penjualan alat tulis kantor (ATK) dan kertas meyakini
penjualan barang fancy/dekorasi meningkat dengan
Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha
adanya momen Hari Raya Natal dan Tahun Baru serta
(SKDU) Bank Indonesia, tenaga kerja perdagangan di
penjualan ATK dan kertas menjelang berakhirnya tahun
Provinsi NTT mengalami penurunan. Kondisi tersebut
anggaran. Begitu pula pelaku usaha penjualan kendaraan
salah satunya seiring dengan adanya efisiensi penggunaan
bermotor yang meyakini penjualan dapat meningkat
tenaga kerja pada usaha penjualan kendaraan bermotor,
dibandingkan tahun sebelumnya, didukung pula oleh
sebagaimana hasil liaison dunia usaha Bank Indonesia.
adanya layanan jasa transportasi online di Kota Kupang
Selain itu, kinerja penjualan telur ayam dan ternak hidup
yang diyakini turut mendorong pencapaian tersebut. Dari
yang melambat turut menyebabkan adanya efisiensi
tenaga kerja pada bidang-bidang tersebut. bidang penjualan telur ayam, pelaku usaha meyakini
produksi telur meningkat pada triwulan IV 2018 seiring
Penyaluran kredit lapangan usaha perdagangan peningkatan jumlah ternak ayam petelur dengan umur
relatif tumbuh stabil. Kredit perdagangan tumbuh produktif didukung momen peningkatan permintaan telur
sebesar 10,65% (yoy). Secara nominal, sampai dengan ayam menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Perkiraan
triwulan III 2018 kredit perdagangan mencapai Rp6,92
Grafik 1.24. Proyeksi SKDU Perdagangan
triliun yang sebagian besar ditujukan untuk perdagangan
eceran makanan, minuman dan tembakau (Rp2,94 triliun), 10
8
6
diikuti oleh perdagangan eceran bahan konstruksi 4
2
(Rp501,61 miliar) dan perdagangan eceran tekstil 0
-2
(Rp284,48 miliar). Kondisi tersebut mencerminkan kondisi -4
-6
-8
perekonomian Provinsi NTT yang mayoritas digerakkan -10
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV*
oleh sektor perdagangan eceran, sementara sektor 2014 2015 2016 2017 2018

perdagangan besar umumnya mendapatkan pendanaan KEGIATAN USAHA HARGA JUAL TENAGA KERJA

dari bank wilayah lain di Indonesia. SUMBER : SKDU BANK INDONESIA, DIOLAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 15


para pelaku usaha tersebut sejalan dengan proyeksi SKDU pembangunan jalan hot mix serta kelanjutan pekerjaan
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

kegiatan usaha dan tenaga kerja perdagangan pada proyek multiyears bendungan Napun Gete di Sikka dan
triwulan IV 2018 yang meningkat. Sementara sepanjang Temef di Timor Tengah Selatan (TTS) yang memasuki tahap
tahun 2018 diperkirakan lapangan usaha perdagangan konstruksi utama. Perkembangan konstruksi Bendungan
besar dan eceran tumbuh meningkat seiring permintaan Temef di TTS saat ini mencapai 4,3% untuk paket I yakni
grosir oleh pemerintah yang meningkat, peningkatan pekerjaan utama bendungan dan 9,7% untuk paket II
penjualan Alat Tulis Kantor dan kertas pada momen tahun yakni pembangunan spillway atau pengendali pelepasan
ajaran baru dan kegiatan perkuliahan mahasiswa baru air. Tabel 1.9 menunjukkan bahwa terdapat beberapa
serta peningkatan penjualan komoditas hortikultura proyek yang ditargetkan selesai pada tahun 2018.
seperti bawang merah dan cabai rawit. Berdasarkan tabel tersebut, terdapat proyek yang
ditargetkan selesai pada triwulan III 2018 seperti
1.3.4. Lapangan Usaha Lainnya
Pelabuhan Ndao di Kab. Rote Ndao, Daerah Irigasi Wae
Lapangan usaha konstruksi pada triwulan III 2018
Paku di Kab. Manggarai Barat, Daerah Irigasi Luwurweton
tumbuh meningkat dibandingkan triwulan
di Kab. Ngada serta pemecah gelombang Pantai
sebelumnya. Kinerja konstruksi tumbuh sebesar 6,23%
Borokondo di Kab. Ende. Proses penyelesaian proyek-
(yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
proyek tersebut turut menjadi faktor pendorong akselerasi
sebesar 5,31% (yoy), begitu pula dibandingkan periode
pertumbuhan lapangan usaha konstruksi.
yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,85% (yoy).
Akselerasi pertumbuhan konstruksi sejalan dengan Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan
tingginya impor permesinan dan perlengkapan kelistrikan minum tumbuh melambat pada triwulan laporan.
pada triwulan III 2018 senilai masing-masing US$30,89 Pertumbuhan tercatat sebesar 9,60% (yoy), lebih rendah
juta dan US$9,98 juta, seiring kelanjutan pembangunan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
pembangkit listrik dan peningkatan jaringan di Pulau 17,73% (yoy). Melambatnya lapangan usaha penyediaan
Flores. Selain itu, kegiatan proyek pemerintah lain turut akomodasi dan makan minum sejalan dengan
menjadi pendorong lapangan usaha konstruksi, seperti melambatnya pertumbuhan jumlah penumpang bandara
pekerjaan overlay (pengerasan aspal), perluasan dan di Provinsi NTT. Pertumbuhan penumpang bandara
pembangunan runway strip di Bandara El Tari, tercatat tumbuh sebesar 11,82% (yoy), melambat

Tabel 1.7. Proyek Infrastruktur di NTT Tahun 2018


TANGGAL SELESAI
NAMA PROYEK NILAI PROYEK (RP JUTA) TANGGAL MULAI LOKASI PROYEK
(PROYEKSI)

Ndao Seaport - Wharf 30,524 Feb, 2018 Jul, 2018 Rote Ndao
Temef Dam (Package 1) 899,088 Mar, 2018 Des, 2018 Timor Tengah Selatan
Temef Dam (Package 2) 506,145 Mar, 2018 Des, 2018 Timor Tengah Selatan
Daerah Irigasi Wae Paku 29,000 Mar, 2018 Sep, 2018 Manggarai Barat
Daerah Irigasi Luwurweton 24,000 Mar, 2018 Sep, 2018 Ngada
Tefmo/Manikin Dam 60,005 Apr, 2018 Des, 2018 Kupang
Jembatan Sabuk Merah (Sisi Barat 2) 50,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Belu
Jembatan Sabuk Merah (Sisi Timur 1) 50,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Belu
Jembatan Sabuk Merah (Sisi Timur 2) 45,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Belu
Jembatan Sabuk Merah (Sisi Barat 1) 50,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Belu
Normalisasi Sungai Loworea dan Dondo 41,000 Apr, 2018 Okt, 2018 Ende
Pemecah Gelombang Pantai Daere 41,050 Apr, 2018 Okt, 2018 Alor
Pemecah Gelombang Pantai Borokondo 33,000 Apr, 2018 Sep, 2018 Ende
Jembatan Korobhera, Tobang dan Koa 16,000 Mei, 2018 Okt, 2018 Sikka
Jembatan Motaain dan Motamasin 40,000 Mei, 2018 Okt, 2018 Belu dan Malaka
Lambo/Mbay Dam 74,292 Jun, 2018 Des, 2018 Nagekeo
Pelabuhan Wuring 20,000 Jun, 2018 Nov, 2018 Sikka
Sumber : BCI Asia, diolah

16 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 1.25. Perkembangan Tamu Hotel Grafik 1.26. Perkembangan Penumpang Bandara

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
140 RIBU ORANG 90% 1.200 RIBU ORANG 60%
80%
120 50%
85,44% 70% 1.000
100 40%
60%
800
50% 30%
80
40% 600 20%
60 30% 10%
20% 400
40 11,82% 0%
10% 200
20 -10%
0%
0 -10% 0 -20%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

TAMU HOTEL PERT(%YOY) PENUMPANG PERT(%YOY)

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 48,16% (yoy) beras dan telur ayam mengalami penurunan dibanding
seiring kunjungan wisatawan yang melambat pada periode yang sama tahun sebelumnya disebabkan
triwulan laporan dikarenakan usainya masa libur panjang penurunan penjualan akibat kondisi persaingan.
domestik dan libur musim panas negara-negara lain.
Lapangan usaha real estate tumbuh melambat
Namun demikian, kondisi tersebut justru berbanding
sebesar 6,27% (yoy) pada triwulan III 2018,
terbalik dengan adanya peningkatan pertumbuhan tamu
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
hotel yang meningkat menjadi 85,44% (yoy)
7,06% (yoy). Melambatnya lapangan usaha real estate
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 41,50%
dipengaruhi oleh kecenderungan pembelian rumah
(yoy) yang lebih disebabkan oleh adanya beberapa acara
subsidi yang melambat, yang terjadi pula secara nasional.
kedinasan instansi yang berlokasi di NTT baik korporasi
K o n d i s i t e r s e b u t j u g a m e m p e n g a r u h i re a l i s a s i
maupun pemerintahan pada triwulan laporan.
pembangunan perumahan baru yang juga mengalami
Lapangan usaha transportasi dan pergudangan perlambatan, seiring permintaan yang masih belum
mengalami perlambatan pertumbuhan. Transportasi meningkat. Selain realisasi pembelian rumah subsidi,
dan pergudangan tercatat tumbuh sebesar 7,07% (yoy), realisasi pembelian rumah komersil juga cenderung
lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar mengalami perlambatan. Secara umum, hal tersebut
8,03% (yoy). Dampak dari kebijakan pengurangan stok di sejalan dengan kecenderungan masyarakat pada triwulan
daerah seiring meningkatnya kemudahan laporan yang sedikit menahan konsumsi selain untuk
pengiriman/transportasi dari pabrik di luar NTT ditengarai pendidikan seiring tibanya tahun ajaran baru sekolah.
masih menjadi salah satu penyebab melambatnya Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh melambat
lapangan usaha transportasi dan pergudangan. Selain itu, sebesar 0,90% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya
kondisi tersebut disumbang oleh kebutuhan peralatan yang tumbuh 6,04% (yoy). Berdasarkan hasil survei liaison
kerja untuk proyek yang masih relatif sama, yang dunia usaha Bank Indonesia, pelaku usaha rumput laut
pemenuhannya cenderung menggunakan peralatan yang menyatakan bahwa hasil produksi mengalami sedikit
telah dimiliki. Kinerja penjualan kendaraan bermotor yang penurunan disebabkan permasalahan perolehan bahan
menunjukkan perlambatan juga turut menjadi penyebab baku rumput laut yang berkurang dari sentra seperti
melambatnya lapangan usaha ini seiring kebutuhan untuk Kabupaten Sumba Timur, Pulau Sabu dan Pulau Rote.
penyimpanan barang yang belum meningkat. Begitu pula Kendala produksi dinyatakan sebagai dampak penurunan
pelaku usaha penjualan daging sapi yang menyatakan genetik bibit rumput laut yang selama ini dibudidayakan
bahwa kapasitas utilisasi penyimpanan daging yang masih karena telah lama berproduksi. Selain itu, permasalahan
stabil seiring penjualan yang relatif stabil. Di samping itu, perolehan bahan baku juga akibat adanya persaingan
kapasitas utilisasi gudang serta kendaraan pengiriman pembelian bahan baku dengan pembeli yang datang

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 17


langsung dari Surabaya dan Makasar. Selain itu,
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

perlambatan lapangan usaha industri pengolahan juga


dipengaruhi oleh menurunnya permintaan terhadap
semen hasil produksi Provinsi NTT pasca selesainya proyek
pembangunan Bendungan Raknamo pada triwulan III
2018. Di sisi lain, pembangunan Bendungan Temef di
Kabupaten Timor Tengah Selatan diperkirakan baru dapat
meningkatkan permintaan semen pada tahun depan.

Lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh


meningkat pada triwulan III 2018 sebesar 6,81%
(yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar
3,53% (yoy). Akselerasi pertumbuhan terjadi seiring
upaya penyedia telekomunikasi memperkuat jaringan
terutama di destinasi wisata utama seperti Labuan Bajo
dalam rangka menyambut penyelenggaraan IMF-WB
Annual Meeting 2018. Proyek peningkatan jangkauan
jaringan yang dilakukan pada triwulan laporan seperti
aktivasi titik-titik menara tower terutama di daerah yang
berbatasan langsung dengan negara Timor Leste, seperti
Kabupaten Kupang yang mendapatkan 9 titik
pembangunan menara tower juga menjadi faktor
pendorong meningkatnya lapangan usaha informasi dan
komunikasi. Selain itu, pertumbuhan juga didorong oleh
telah terpasangnya pemancar jaringan telekomunikasi 4G
sebanyak 50% dari total pemancar di Provinsi NTT, yang
telah mencakup seluruh 22 kota/kabupaten, selain upaya
perbaikan kualitas jaringan yang dilakukan di Kota Kupang
sehingga meningkatkan nilai tambah lapangan usaha
informasi dan komunikasi.

18 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Bab II.
Keuangan Daerah
Berdasarkan data per 30 September 2018, realisasi pendapatan
pemerintah di Provinsi NTT secara keseluruhan pada triwulan III-2018
tercatat sebesar Rp 20,11 triliun atau 75,45 % dari total rencana
pendapatan tahun 2018. Secara nominal dan persentase, capaian
tersebut mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan
III 2017 yang sebesar Rp5,18,98 triliun atau 74,11%.

Berbeda dengan realisasi pendapatan, realisasi belanja pemerintah


mencapai Rp 24,56 triliun atau 55,94 % dibandingkan pagu belanja
tahun 2018 sebesar Rp 43,9 triliun, meningkat dibandingkan triwulan III
2017 yang sebesar 54,48%.
2.1. KONDISI UMUM
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Total anggaran belanja Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun peningkatan realisasi pendapatan transfer Dana
2018 sebesar Rp 43,9 triliun, terdiri dari belanja APBD Perimbangan dan PAD.
Provinsi sebesar Rp4,96 triliun (pangsa 11,47%), belanja
Dari sisi belanja, realisasi belanja dari masing-masing pos
APBD kabupaten/kota sebesar Rp22,36 triliun (pangsa
anggaran dapat dinilai cukup baik jika dibandingkan
51,60%) dan belanja APBN sebesar Rp 16,58 triliun
dengan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, realisasi
(pangsa 36,93%). Secara struktur, perubahan pangsa
anggaran belanja daerah mencapai Rp 24,56 triliun atau
pada pagu belanja APBN mengalami peningkatan yang
55,94% dari total anggaran belanja tahun 2018.
signifikan jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang
Persentase realisasi belanja triwulan ini tercatat lebih tinggi
sebesar Rp 9,55 triliun. Kabupaten/kota dengan anggaran
dibandingkan realisasi triwulan III 2017 dan triwulan III
belanja APBD tertinggi masih sama dibandingkan dengan
2016 yang sebesar 54,48% dan 51,26%. Pencapaian
tahun 2017 yakni Kabupaten Timor Tengah Selatan yang
tersebut didorong terutama oleh realisasi anggaran
mencapai Rp1,52 triliun, sementara terendah juga masih
belanja APBD Provinsi Nusa Tenggara Timur yang
ditempati oleh Kabupaten Sumba Tengah sebesar
meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama
Rp588,67 miliar.
pada dua tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp 19,56
Hingga triwulan III 2018, secara keseluruhan realisasi triliun di tahun 2017 dan Rp 18,21 triliun di tahun 2016.
anggaran pendapatan daerah mencapai 75,45% atau Hingga triwulan III tahun 2018, pencapaian realiasi belanja
lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tertinggi utamanya ada pada Pemerintah Provinsi sebesar
tahun 2017 yang sebesar 54,48%. Realisasi APBD Provinsi 67,15%. Di samping itu, realisasi anggaran belanja APBD
Nusa Tenggara Timur mencapai 74,62% , lebih tinggi Kabupaten/Kota mencapai 52,73% dengan realisasi
daripada pencapaian periode yang sama tahun terbesar pada belanja konsumsi yang mencapai 57,70%,
sebelumnya sebesar 70,10%. Tingginya realisasi sementara belanja APBN sampai periode laporan terealisasi
pendapatan terutama disebabkan meningkatnya aktivitas mencapai Rp 9,43 triliun atau 56,90% dari total pagu
ekonomi sehingga mendorong peningkatan Pendapatan belanja APBN tahun 2018 sebesar Rp 16,58 triliun.
Asli Daerah serta didukung peningkatan transfer Dana
Perimbangan oleh pemerintah pada triwulan-III. 2.2. PENDAPATAN DAERAH
Sementara itu, realisasi pendapatan APBD Total pendapatan pemerintah di Provinsi Nusa Tenggara
Kabupaten/Kota sebesar 67,93%, juga lebih tinggi Timur sampai dengan triwulan III 2018 mencapai Rp 20,11
dibandingkan pencapaian triwulan III 2017 yang sebesar triliun atau 75,45% dari rencana pendapatan tahun 2018
67,16%. Peningkatan realisasi pendapatan APBD sebesar Rp 26,66 triliun. Persentase pendapatan tersebut
Kabupaten/Kota utamanya turut disebabkan oleh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2017

Grafik 2.1. Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur

9% 14%
18%
TRILIUN RP TRILIUN RP
38%
25 TRILIUN RP 25
43,92 21,49 1% 22,36 38%
81% 51%
20 18% 20 11%
73%
16,59 48%
14,60
26,67 24,57 15 15
11,79
20,12 APBN KAB PROV
10 10 9,44 APBN KAB PROV

4,88 3,64 4,97


5 5 3,34
1,88
0,29
- -
PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH APBN KAB PROV APBN KAB PROV
PENDAPATAN BELANJA

ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI ANGGARAN REALISASI

SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN DAN BIRO KEUANGAN PROVINSI NTT, DIOLAH

20 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 2.2 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBN Grafik 2.3 Pangsa Realisasi Sumber Pendapatan APBD Provinsi/
Kab-Kota

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
46,3%
PENDAPATAN PAJAK PENGHASILAN 5,4% 21,9%
26,3%
PENDAPATAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 64,3% 41,8%
PENDAPATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
0,2% 16,5% 34,8%
0,2% PENDAPATAN CUKAI
1,5% PENDAPATAN PAJAK LAINNYA 10,8% 0,0%
0,3% PENDAPATAN BEA MASUK 2,9% 1,5%
25,1% PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

KAB / KOTA PROVINSI


PAD DAU DAK OTSUS LAINNYA

SUMBER: KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT SUMBER: DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT

sebesar Rp 18,77 triliun. Komposisi pendapatan daerah tertinggi pada triwulan III 2018 yaitu 74,26% atau Rp
tersebut terdiri dari pendapatan APBN yang mencapai Rp 832,3 miliar dari target sebesar Rp 1,1 triliun. Pendapatan
1,87 triliun atau 643,92% dari target. Penerimaan dari tertinggi berasal dari Dana Alokasi Umum (DAU) dari
Pajak Penghasilan (PPh) merupakan salah satu sumber Pemerintah Pusat sebesar Rp 500 miliar atau 60,13% dari
pendapatan utama APBN di Provinsi NTT. Hal ini tercermin total realisasi pendapatan. Realisasi pendapatan cukup
dari data realisasi pendapatan atas PPh mencapai Rp tinggi (diatas 65%) juga dicapai oleh 16 kabupaten/kota
868,67 miliar atau 46,3% dari total pendapatan. lainnya, sementara 5 kabupaten masih mencatat realisasi
Selanjutnya pendapatan dari Pajak Pertambahan Nilai pendapatan yang cukup baik (diatas 60%), serta 1
(PPN) berada pada urutan kedua dengan realisasi sebesar Kabupaten realisasinya sangat rendah (kurang dari 60%)
Rp 494,3 miliar atau 26,3% dari total penerimaan, diikuti yakni Kabupaten Sabu Raijua dengan 58,15%. Dominasi
dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Rp 471,76 DAU dalam realisasi pendapatan di tiap kabupaten/kota
milyar atau sebesar 25,1%, sedangkan porsi pendapatan pada triwulan laporan masih tinggi dengan rata-rata
atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Pajak Lainnya 64,98%, sedikit menurun dibandingkan triwulan I 2017
masih dibawah 2,5%. yang sebesar 86,09%. Sementara itu, komposisi PAD
tertinggi dipegang oleh Kabupaten Belu sebesar 80,14%,
APBD Provinsi sebesar Rp 3,64 triliun atau 74,62% dari
DAK tertinggi oleh Kabupaten Kupang sebesar 70,94%
total rencana pendapatan sebesar Rp 4,88 triliun.
dan pendapatan lain-lain tertinggi oleh Kabupaten
Pendapatan tertinggi Pemerintah Provinsi berasal dari
Manggarai sebesar 68,50% terutama disumbang oleh
Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp 1,52 triliun
dana penyesuaian dan otonomi khusus sebesar Rp 125,63
(80,90%) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) Rp 1,26 miliar
miliar.
(58,95%).

Dilihat dari data spasial, Kabupaten Alor menjadi


kabupaten/kota dengan pencapaian realisasi pendapatan

Grafik 2.4. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten/Kota dan Komponennya Triwulan III 2018

100% 80%
80% 60%
60% 40%
40% 20%
20% 0%
0% -20%
SUMBA TENGAH
ALOR

BELU

NAGEKEO

TTU

ROTE

FLOTIM

KAB. KUPANG

SUMBA TIMUR

TTS

SBD

MABAR

KOTA KUPANG

MATIM

MANGGARAI

ENDE

LEMBATA

SUMBA BARAT

NGADA

MALAKA

SABU RAIJUA
SIKKA

PENDAPATAN ASLI DAERAH BAGI HASIL DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS PENDAPATAN LAIN-LAIN REALISASI (LINE KANAN)

SUMBER: DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT, DIOLAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 21


2.3. BELANJA DAERAH
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Belanja daerah pada triwulan III 2018 mencapai Rp 24,56 memerlukan penyesuaian. Dari sisi komponen atau
triliun atau 55,94% dari total pagu belanja tahun 2018 struktur belanja, Kab. Sumba Tengah (81,46%), Kab. Ende
sebesar Rp 43,91 triliun. Pencapaian realisasi belanja (76,53%) dan Kab. Sumba Barat (75,18%) menjadi tiga
tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama daerah dengan realisasi belanja pegawai tertinggi.
tahun 2017 yang sebesar Rp 19,56 triliun atau 54,48% Sementara untuk komponen belanja modal, Kab. Rote
dari total pagu belanja tahun 2017 sebesar Rp 35,91 Ndao (72,66%), Kab. Lembata (50,33%) dan Kab. Sabu
triliun. Berdasarkan kategori pemerintahan, realisasi Raijua (42,27%) menjadi tiga daerah tertinggi sampai
belanja Pemerintah Provinsi masih menjadi yang tertinggi dengan triwulan laporan.
sebesar 67,15%. Sementara menurut realisasi belanja
Hingga triwulan-III, dilihat dari komposisi belanja secara
modal, realisasi APBN menjadi yang tertinggi sebesar
umum, realiasi belanja konsumsi adalah komponen
50,76%, meningkat cukup signifikan dibandingkan
tertinggi di Provinsi NTT dengan total 59,97%, sementara
pencapaian periode yang sama tahun 2017 sebesar
belanja modal baru mencapai 41,32%. Tingginya realisasi
41,23%. Peningkatan realisasi belanja modal pada APBN belanja tersebut turut didukung karena adanya kenaikan
diperkirakan dipengaruhi oleh pengerjaan infrastruktur UMP 8,85% dari Rp 1.525.000,- (2017) menjadi Rp
pemerintah yang sudah mulai berjalan di awal tahun 2018, 1.660.000,- (2018). Hal ini juga terlihat dari realisasi
seperti pembangunan bendungan Rotiklot dan Napun belanja pegawai yang telah mencapai Rp8,88 triliun atau
Gete dengan progress fisik masing-masing yang sudah 36,18 dari pangsa total realisasi belanja pemerintah hingga
mencapai 94% dan 25,2% untuk periode proyek 2017- triwulan-III 2018. Realisasi belanja konsumsi tertinggi
2020. dipegang oleh Pemerintah Provinsi sebesar Rp 3,09 triliun

Secara tahunan, peningkatan realisasi belanja didorong atau 70,18% dari total pagu belanja konsumsi. Jika

oleh realisasi belanja secara keseluruhan baik APBN, ditelusuri lebih dalam, utamanya berasal dari realisasi
belanja hibah 79,92% atau sebesar Rp 1,25 triliun. Hal ini
Provinsi serta Kabupaten/Kota. Pada belanja modal
juga tercermin pada komponen realisasi belanja konsumsi
terdapat peningkatan realisasi pada Provinsi dan
secara keseluruhan baik dari APBN, APBD Provinsi serta
Kabupaten/Kota yang meningkat masing-masing menjadi
Kabupaten/Kota, dengan pencapaian realiasasi tertinggi
42,45% dan 33,54% dibanding triwulan III 2017 yang
dipimpin oleh belanja pegawai sebesar Rp 8,89 triliun atau
sebesar 29,6% dan 30,81%. Sedangkan realisasi belanja
68,95% dari total pagu Rp 17,62 triliun.
APBN melambat menjadi 50,76% dibandingkan dengan
triwulan III 2017 sebesar 57,08%. Melambatnya realisasi Perkembangan realisasi belanja dari masing-masing
belanja modal APBN diperkirakan disebabkan oleh realisasi kewenangan pemerintahan dapat dijabarkan sebagai
anggaran belanja modal (investasi) yang melambat karena berikut :
adanya pemerintahan baru di daerah, sehingga

Grafik 2.5. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah Grafik 2.6. Perkembangan Realisasi Belanja Modal

100 100
67.15
59.90
58.79

80 80
55.94
61.32
54.72

57.08
52.73
51.11

50.76

42.45

60 60
41.23

41.32
33.54
30.81
29.55

40 40

20 20

0 0
I II III IV I II III I II III IV I II III
2017 2018 2017 2018

APBN KAB/KOTA PROVINSI TOTAL APBN KAB/KOTA PROVINSI TOTAL

SUMBER: DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT & DINAS PENDAPATAN DAN ASET SUMBER: DITJEN PERBENDAHARAAN PROV. NTT & DINAS PENDAPATAN DAN ASET

22 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 2.7. Pertumbuhan nominal Realisasi Belanja (yoy) Grafik 2.8. Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan
Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
60% %

67,2 70,2
50%
59,3 57,7 60,0
56,9 55,9
40% 50,8 52,7
42,4 41,3
30%
33,5
20%
25.57%
10%

0%
I II III IV I II III IV I II III APBN KAB PROV TOTAL
2016 2017 2018

BELANJA DAERAH BELANJA MODAL BELANJA KONSUMSI

SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN PROVINSI NTT DAN DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT, DIOLAH

Tabel 2.1 Realisasi Belanja APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT
REALISASI
URAIAN RENCANA PANGSA (%)
NOMINAL %
BELANJA DAERAH 43.917,4 24.565,7 56% 100,00
BELANJA MODAL 8.892,2 3.674,3 41% 14,96
BELANJA KONSUMSI 29.393,7 17.627,9 60% 71,76
BELANJA PEGAWAI 13.236,9 8.888,4 67% 36,18
BELANJA BARANG DAN JASA 9.832,6 4.651,9 47% 18,94
BELANJA HIBAH 2.014,9 1.609,3 80% 6,55
BELANJA BANTUAN SOSIAL 116,8 54,5 47% 0,22
BELANJA BAGI HASIL 407,7 237,2 58% 0,97
BANTUAN KEUANGAN 3.569,7 2.087,4 58% 8,50
KONSUMSI LAINNYA 215,1 99,1 46% 0,40
BELANJA LAINNYA 5.631,5 3.263,5 58% 13,28
Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi NTT dan Dinas Pendapatan dan Aset Provinsi NTT, diolah (*Miliar Rp)

2.3.1. Belanja APBN


Hingga triwulan III 2018, realisasi belanja APBN tercatat misalnya dengan mendorong percepatan realisasi
baru mencapai Rp 9,43 triliun (56,90%) dari total pagu pembangunan Proyek Strategis Nasional, dan infrastruktur
sebesar Rp 16,58 triliun. Nominal realisasi dan pencapaian utama seperti saluran irigasi dan jalan raya.
tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun 2017 sebesar Rp 5,61 triliun atau 58,79%, 2.3.2. Belanja Pemerintah Provinsi NTT
utamanya didorong oleh masih berjalannya proses Sampai dengan triwulan III 2018 realisasi belanja
pengerjaan proyek multiyears seperti percepatan Pemerintah Provinsi NTT tercatat sebesar Rp 3,3 triliun atau
penyelesaian pembangunan bendungan Rotiklot serta mencapai 67,15% dari total pagu anggaran sebesar Rp
bendungan Napun Gete serta prospek dimulainya 4,96 triliun. Pencapaian tersebut mengalami peningkatan
pembangunan Bendungan Temef. Pangsa realisasi belanja dibandingkan periode yang sama tahun 2017 yakni
APBN tertinggi pada triwulan III 2018 dipegang oleh sebesar Rp 2,69 triliun atau mencapai 66%. Hal tersebut
belanja barang dan jasa sebesar Rp 2,23 triliun (23,74%) dipengaruhi oleh tingginya realisasi anggaran belanja
diikuti belanja pegawai sebesar Rp 2,03 triliun (21,54%). hibah yang hingga triwulan III telah terealisasi sekitar
Sementara belanja modal berada sedikit di bawah pegawai 79,92%, yang diperkirakan disebabkan oleh
yakni sebesar Rp 1,89 triliun (20,04%). Pangsa realisasi bertambahnya penerima bansos Program Keluarga
belanja modal yang sudah cukup baik ini perlu Harapan (PKH). Secara komposisi atau struktur realisasi,
dipertahankan dan terus ditingkatkan agar dampak pangsa realisasi belanja Pemerintah Provinsi pada triwulan
produktif terhadap perekonomian Provinsi NTT dapat terus III 2018 paling besar disumbang oleh belanja hibah sebesar
berjalan sesuai dengan perencanaan pemerintah pusat, Rp 1,25 triliun dengan pangsa 37,76% dan belanja

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 23


Grafik 2.9. Pangsa Realisasi Belanja Konsumsi APBN Pemerintah Gambar 2.1. Realisasi Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi
dan APBD Nusa Tenggara Timur
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

%
0 1.94 0
11,39
20,59
11,02
60,12

28,93
72,86
13,39

22,01 23,02
2,07 3.44

APBN KAB PROV

BELANJA MODAL BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA HIBAH
BELANJA BANTUAN SOSIAL BELANJA BAGI HASIL BANTUAN KEUANGAN KONSUMSI LAINNYA

SUMBER : KANWIL DITJEN PERBENDAHARAAN DAN DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT, DIOLAH
SUMBER: DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT, DIOLAH

pegawai sebesar Rp 1 triliun dengan pangsa 30,20%. dibandingkan triwulan yang sama tahun 2017, yakni
Belanja hibah meningkat cukup tinggi terutama mencapai Rp 5,84 triliun (65,60%) dari sebelumnya Rp 5,6
dipergunakan untuk penyaluran sarana dan prasarana triliun (50,52%).
dalam rangka meningkatkan produktivitas sektor
S e c a r a s t r u k t u r, re a l i s a s i b e l a n j a P e m e r i n t a h
perikanan dan perkebunan sesuai kebijakan
Kabupaten/Kota terbesar berada pada belanja pegawai,
pemberdayaan masyarakat oleh Pemerintah Provinsi NTT.
diikuti bantuan keuangan sebesar Rp 2,08 triliun (58,46%)
Sementara itu realisasi belanja barang dan jasa pada
dan belanja barang dan jasa sebesar Rp 1,82 triliun
triwulan laporan sebesar Rp 590,3 miliar (61,31%).
(40,19%). Secara spasial, rata-rata realisasi belanja di tiap
2.3.3. Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota mencapai 52,87% dengan rata-rata
Pada triwulan III 2018, realisasi belanja Pemerintah realisasi belanja pegawai sebesar 49,16% dan belanja
Kabupaten/Kota mencapai Rp11,79 triliun atau 52,73% modal sebesar 13,36%. Persentase realisasi belanja
dari total pagu belanja Rp 22,36 triliun. Baik secara tertinggi berada di Kab. Rote yakni sebesar Rp525,2 miliar
persentase maupun nominal, pencapaian tersebut lebih (66,53%), diikuti Kab. Alor sebesar Rp 390,37 miliar
tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun 2017 yang (34,86%) dan Kab. Ende sebesar Rp 693 miliar (60,22%).
tercatat sebesar 51% (Rp22,52 triliun) dari total pagu. Di sisi lain, realisasi belanja terendah terjadi di Kab. Ngada
Pemerintah Kabupaten/Kota dinilai dapat mengimbangi yang baru mencapai Rp 361,14 miliar (45,04%), diikuti
peningkatan realisasi seiring dengan menurunnya pagu oleh Kab. Malaka 394,76 miliar (46,76%) dan Kab. Sumba
anggaran jika dibandingkan dengan pagu anggaran tahun Barat Daya Rp 482,47 miliar (46,94%). Dari kondisi ini,
2017 yang lebih besar yakni Rp22,52 triliun. Realisasi masing-masing pemerintah kabupaten diharapkan untuk
belanja Kabupaten/Kota utamanya didorong oleh realisasi dapat melakukan realisasi anggaran secara optimal agar
belanja pegawai kabupaten/kota yang lebih tinggi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.

Grafik 2.10. Realisasi Belanja dan Komponennya Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
100% 70%
80%
60%
50%
60% 40%
40% 30%
20%
20%
10%
0% 0%
SUMBA TIMUR

SABU RAIJUA
ALOR

FLOTIM

SIKKA

MABAR

LEMBATA

MANGGARAI

KOTA KUPANG

MALAKA

ROTE

KAB. KUPANG

MATIM

BELU

TTU

NGADA

SUMBA TENGAH
SBD

ENDE

TTS

NAGEKEO

SUMBA BARAT

BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG DAN JASA BELANJA MODAL BELANJA LAINNYA REALISASI (LINI KANAN)

SUMBER: DINAS PENDAPATAN DAN ASET PROVINSI NTT, DIOLAH

24 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


2.4. DANA PEMERINTAH DI PERBANKAN

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
Pada triwulan III 2018, dana milik pemerintah yang Sementara itu, realisasi dana Pemerintah Provinsi di bank
disimpan di perbankan tercatat sebesar Rp5,57 triliun. pada triwulan laporan tercatat justru meningkat salah
Jumlah tersebut turun -1,30% (yoy) dibandingkan triwulan satunya sebagai pengaruh penyesuaian organisasi pasca
III 2017 yang sebesar Rp 5,64 triliun, serta melanjutkan tren Pilkada. Berdasarkan jenis simpanan, giro masih
triwulan sebelumnya yang juga menurun -9,49% (yoy). mendominasi porsi dana pemerintah sebesar 71% terhadap
Penurunan tersebut sejalan dengan pertumbuhan total DPK pemerintah dan diikuti oleh deposito sebesar 25%.
konstruksi pada triwulan III 2018 yang tumbuh meningkat,
Grafik 2.11. Dana Pihak Ketiga Pemerintah di Perbankan NTT
artinya dana pemerintah yang berada di bank telah banyak
8 RP TRILIUN

dicairkan guna merealisasikan proyek-proyek pemerintah 7 5,57


6
sehingga penyerapan anggaran belanja modal pun 5
4
meningkat, selain juga didukung oleh peningkatan belanja 3
2
konsumsi. Penurunan DPK terutama terjadi di Pemerintah 1
0
Kota sebesar -7,63% (yoy) dan Pemerintah Kabupaten II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018
sebesar -3,97% (yoy) sementara DPK Pusat dan Provinsi
PUSAT PROVINSI PEMKOT PEMKAB TOTAL

justru tercatat meningkat 16,08% (yoy) dan 12,40% (yoy).


SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Kondisi tersebut mencerminkan realisasi dana pemerintah


Tabel 2.2. Komposisi DPK Pemerintah di NTT
di bank untuk proyek banyak dilakukan oleh Pemerintah
PEMERINTAH GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL DPK
Kota dan Kabupaten. Di sisi lain, realisasi dana pemerintah
PUSAT 228.30 0.47 58.00 286.77
pusat sedikit tertahan seiring pembangunan proyek PROVINSI 597.68 2.39 145.79 745.86

strategis nasional seperti Bendungan Rotiklot telah KOTA 86.00 16.64 99.94 202.58
KABUPATEN 3,049.81 193.35 1,088.89 4,332.04
memasuki penyelesaian serta Bendungan Temef dan
TOTAL 3,961.78 212.85 1,392.62 5,567.25
Napun Gete masih dalam tahap konstruksi awal. Sumber : Bank Indonesia, diolah

Tabel 2.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur
APBN/APBD REALISASI
APBN KAB PROV TOTAL APBN KAB PROV TOTAL
PENDAPATAN DAERAH 291.355 21.491.713 4.882.078 26.665.146 1.876.096 14.599.012 3.643.044 20.118.152
BELANJA DAERAH 16.585.654 22.362.746 4.968.984 43.917.384 9.436.813 11.791.956 3.336.921 24.565.690
Belanja Modal 3.726.346 4.603.695 562.136 8.892.178 1.891.329 1.544.306 238.624 3.674.259
Belanja Konsumsi 7.220.147 17.759.051 4.414.512 29.393.711 4.281.954 10.247.650 3.098.297 17.627.900
Belanja Pegawai 2.861.039 8.914.176 1.461.722 13.236.936 2.032.710 5.847.887 1.007.818 8.888.416
Belanja Barang dan Jasa 4.337.567 4.532.239 962.784 9.832.590 2.239.988 1.821.627 590.323 4.651.938
Belanja Hibah - 438.424 1.576.490 2.014.914 - 349.420 1.259.888 1.609.309
Belanja Bantuan Sosial 21.542 75.106 20.151 116.799 9.255 36.179 9.116 54.550
Belanja Bagi Hasil - 20.755 386.942 407.698 - 7.423 229.761 237.184
Bantuan Keuangan - 3.568.238 1.423 3.569.662 - 2.086.118 1.265 2.087.382
Konsumsi Lainnya - 210.112 5.000 215.112 - 98.996 125 99.122
Belanja Lainnya 5.639.161 - (7.665) 5.631.496 3.263.531 - - 3.263.531
SURPLUS/DEFISIT (16.294.299) (871.032) (86.906) (17.252.238) (7.560.717) 2.807.056 306.123 (4.447.539)
PEMBIAYAAN DAERAH
Penerimaan 1.004.671 86.906 1.091.577 1.421.627 277.208 1.698.836
SILPA Tahun Lalu 921.383 80.150 1.001.533 1.410.884 273.577 1.684.460
Lainnya 83.288 6.756 90.044 10.743 3.632 14.375
Pengeluaran 133.729 - 133.729 53.050 - 53.050
Penyertaan Modal 73.800 - 73.800 49.500 - 49.500
Lainnya 59.929 - 59.929 3.550 - 3.550
PEMBIAYAAN NETTO 870.942 86.906 957.848 1.368.577 277.208 1.645.786
SILPA SEKARANG (91) - (91) 4.175.633 583.331 4.758.964
Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan dan Dinas Pendapatan dan Aset Provinsi NTT, diolah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 25


Bab III.
Perkembangan Inflasi
Inflasi di Triwulan III 2018 cukup terkendali terutama lebih disebabkan oleh melambatnya
inflasi kelompok komoditas bahan makanan seiring dengan berakhirnya bulan Ramadhan
serta adanya normalisasi kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras nasional di
awal tahun 2018. Meningkatnya pasokan ikan segar pasca membaiknya cuaca di bulan Juli
hingga September juga turut menjadi penyebab utama melambatnya inflasi tahunan di
Provinsi NTT. Adapun inflasi kelompok transportasi terutama angkutan udara serta
kelompok lain relatif terjaga.

Berdasarkan komoditas, kelompok bahan makanan dan kelompok makanan jadi


menjadi penyumbang inflasi utama terutama disebabkan oleh masih tingginya
harga bahan makanan pasca tingginya harga daging ayam ras di triwulan I dan II
2018 serta naiknya harga rokok dan tembakau walaupun mulai mengalami
perlambatan.

Inflasi Kota Maumere yang sebesar 1,50% (yoy) relatif lebih rendah dibanding inflasi
Kota Kupang sebesar 1,96% (yoy) terutama disebabkan oleh relatif lebih stabilnya
inflasi pada komoditas bahan makanan, makanan jadi, minuman dan tembakau serta
transpor.

Inflasi pada triwulan IV 2018 diperkirakan mengalami peningkatan yang bersifat


musiman, utamanya disebabkan dengan meningkatnya kebutuhan akan komoditas
bahan makanan dan angkutan udara menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru.
3.1. KONDISI UMUM
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tabel 3.1. 10 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Tahunan di Provinsi NTT

KOMODITAS INFLASI DEPOSITO TOTAL DPK KOMODITAS DEFLASI DEPOSITO TOTAL DPK

Daging Ayam Ras 34,02 0,45 Kembung (14,73) (0,15)


Tembang 70,42 0,42 Tongkol/Ambu-ambu (14,99) (0,09)
Beras 3,71 0,24 Tahu Mentah (14,80) (0,07)
Angkutan Udara 4,65 0,14 Cabai Rawit (49,03) (0,07)
Gulai 48,02 0,14 Kangkung (8,53) (0,07)
Rokok Kretek Filter 6,13 0,12 Pasir (5,66) (0,06)
Rokok Kretek 11,07 0,09 Bawang Merah (24,27) (0,05)
Seng 7,51 0,08 Cakalang/Sisik (25,44) (0,04)
Wortel 55,22 0,08 Telepon Seluler (8,50) (0,03)
Besi Beton 8,13 0,07 Pisang (7,04) (0,03)
Sumber : BPS, diolah

Inflasi Provinsi NTT pada triwulan III 2018 terjaga berlangsungnya proyek multiyears terkait dengan
rendah dengan nilai inflasi sebesar 1,90% (yoy) lebih pembangunan Bendungan Temef dan proyek elektrifikasi
rendah dibandingkan dengan triwulan III 2017 provinsi NTT turut menyumbang pada inflasi di triwulan III
sebesar 3,46% (yoy), serta lebih rendah dibanding 2018 dengan meningkatnya harga pada komoditas besi
rata-rata inflasi dalam 3 tahun terakhir yang sebesar beton serta seng karena tingginya permintaan.
4,42% (yoy) dan inflasi nasional triwulan III 2018
Secara umum dapat disampaikan bahwa inflasi Provinsi
yang sebesar 2,88% (yoy). Nilai inflasi NTT yang masih
NTT pada triwulan III cenderung terjaga dan mengalami
relatif terjaga ini terutama disebabkan oleh tercukupinya
penurunan secara bulanan. Hal ini di sebabkan karena
pasokan kelompok bahan makanan terutama pada
mulai menurunnya permintaan pasca inflasi di triwulan II
komoditas ikan segar seperti kembung dan tongkol yang
2018 yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Harga
relatif stabil serta hortikultura dan bumbu-bumbuan yang
daging dan telur ayam ras tercatat masih tinggi di awal
pasokannya meningkat di semester 2 2018.
triwulan III 2018 namun berangsur-angsur kembali normal
Berdasarkan pergerakan inflasi, dapat disampaikan bahwa hingga di bulan September 2018. Kelompok komoditas
inflasi bahan pangan masih menjadi penyumbang utama bumbu-bumbuan seperti aneka bawang, aneka cabai dan
di Provinsi NTT. Tingginya harga daging ayam ras secara hortikultura tercatat stabil di seluruh periode triwulan III
nasilonal akibat naiknya harga pakan ayam turut 2018. Tren ini juga diikuti oleh komoditas, beras walaupun
berdampak pada inflasi di Provinsi NTT yang memiliki secara tahunan mengalami inflasi namun secara bulanan
ketergantungan komoditas tersebut dari luar provinsi. relatif stabil.
Selain pengaruh inflasi bahan pangan, masih
3.1.1. Inflasi Tahunan
Grafik 3.1. Inflasi Tahunan Provinsi NTT dan Nasional Secara tahunan, Inflasi Provinsi NTT triwulanan III

8,01
2018 melambat mencapai 1,90% (yoy), lebih rendah
7,01
dibanding inflasi triwulan II 2018 yang sebesar 2,89%
6,01
5,01
(yoy) dan masih melanjutkan tren sebelumnya, serta
4,01 2,88
3,01 lebih rendah dibanding inflasi tahunan nasional
2,01
1,90
1,01 sebesar 2,88% (yoy). Melebarnya kembali gap inflasi
0,01
III IV I II III IV I II III IV I II 7 8 9 dengan nasional disebabkan oleh stabilnya harga
2015 2016 2017 2018

NASIONAL NTT
komoditas di Provinsi NTT pada bulan September 2018

SUMBER : BPS, DIOLAH


yang menyebabkan inflasi di Provinsi NTT lebih mengalami

28 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


perlambatan dibandingkan dengan nasional. Walaupun di beberapa kabupaten NTT mampu melanjutkan tren

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
begitu, tingkat harga daging ayam ras dan beras masih penurunan harga beras sebesar -0,36% (qtq) yang
tercatat tinggi sebagai akibat dari kelangkaan dan lonjakan sebelumnya juga telah mengalami penurunan di Triwulan II
harga di awal tahun 2018. Tingkat harga yang tinggi ini 2018 sebesar -1,12% (qtq). Cuaca yang kondusif juga
belum pernah mengalami penurunan hingga tingkat turut berdampak pada meningkatnya produktivitas
harga yang sama di tahun 2017, sehingga jika dilihat pada nelayan yang tercermin dengan terjadinya deflasi pada
tabel 3.1.1 kenaikannya cukup signifikan jika komoditas ikan segar sebesar -8,22% (qtq). Selain itu
dibandingkan secara tahunan untuk triwulan III 2018. panen aneka cabai dan bawang di beberapa daerah di
Dilihat dari kelompok komoditasnya, penyumbang utama provinsi NTT seperti kabupaten Malaka juga
inflasi di triwulan III 2018 cukup beragam baik dari bahan mempengaruhi deflasi pada komoditas bumbu-bumbuan
makanan, makanan jadi, minuman dan tembakau, hingga sebesar -14,91% (qtq). Di sisi lain deflasi pada
transportasi, hingga penyelenggaraan perumahan. Jika kelompok bahan makanan masih belum optimal karena
dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun ditahan oleh adanya kenaikan harga harga daging ayam
2017, besi beton dan seng sama-sama menjadi komoditas ras, walaupun laju inflasinya sudah mulai melambat di
penyumbang inflasi di triwulan III. Hal ini menunjukkan triwulan III 2018 sebesar 0,83% (qtq) dibandingkan
pola tingginya aktivitas di sektor konstruksi dan realisasi triwulan sebelumnya sebesar 36,86% (qtq).
proyek pembangunan pemerintah baik di tahun 2017 dan
di tahun 2018. Selain itu kenaikan cukai rokok juga masih 3.1.3. Inflasi Bulanan
memberikan dampak kenaikan harga di triwulan III baik Secara bulanan, Provinsi NTT mengalami tren deflasi
pada tahun 2018 maupun pada tahun sebelumnya. dari bulan Juli hingga September 2018 berturut-turut
Sebaliknya pada kelompok komoditas bumbu-bumbuan, sebesar -0,13% (mtm), -0,45% (mtm) dan -0,69%
implementasi program gerakan tanam cabai mulai (mtm) serta deflasi yang terjadi juga semakin dalam
memberi dampak di tahun 2018. Komoditas cabai rawit hingga akhir Triwulan III 2018. Deflasi yang terjadi
pada triwulan III tahun 2018 mengalami deflasi tahunan pada 3 bulan tersebut didominasi oleh kelompok
yang cukup signifkian sebesar -49,03% (yoy) jika komoditas bahan pangan dan hortikultura.
dibandingkan triwulan yang sama pada tahun 2017 yang Sedangkan angkutan udara masih bersifat fluktuatif
mengalami inflasi sebesar 144,44% (yoy). karena meskipun di akhir triwulan III memiliki tarif
yang cenderung rendah, namun di bulan Agustus
3.1.2. Inflasi Triwulanan
sempat mengalami inflasi cukup tinggi. Pada bulan Juli
Secara triwulanan, Provinsi NTT pada triwulan III
2018 Provinsi NTT mengalami deflasi sebesar -0,13%
2018 mengalami deflasi sebesar -1,18% (qtq), jauh
(mtm). Deflasi ini disebabkan turunnya tarif angkutan
lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan
udara seiring permintaan masyarakat yang melambat
sebelumnya yang sebesar 1,38% (qtq). Adanya pasca libur panjang Hari Raya Idul Fitri, sekolah dan Pilkada.
deflasi di triwulan III 2018 ini lebih dipengaruhi oleh Deflasi tersebut lebih rendah dibandingkan historis deflasi
dalamnya deflasi pad kelompok komoditas bahan tiga tahun terakhir, disebabkan oleh lebih dalamnya deflasi
makanan. Telah berakhirnya periode libur sekolah dan angkutan udara dibandingkan data historis. Angkutan
hari raya Idul Fitri yang terjadi di triwulan II juga membuat udara tercatat mengalami deflasi sebesar -12,25% (mtm).
penggunaan angkutan udara mengalami penurunan Di sisi lain, kelompok bahan makanan mengalami inflasi
sehingga terjadi deflasi pada tarif angkutan udara di bulan dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi
September 2018. Membaiknya kondisi cuaca serta adanya bahan makanan terutama bersumber dari komoditas
panen padi pada bulan Agustus dan September daging ayam ras, telur ayam ras, cabai rawit, ikan segar

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 29


Tabel 3.2. Komoditas Penyumbang Inflasi Utama Bulanan di Provinsi NTT
JULI AGUSTUS SEPTEMBER
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KOMODITAS INFLASI (%) ANDIL (%) KOMODITAS INFLASI (%) ANDIL (%) KOMODITAS INFLASI (%) ANDIL (%)
Daging Ayam Ras 13.50 0.17 Angkutan Udara 8.69 0.25 Pasir 6.39 0.06
Tembang 22.99 0.12 Teri 17.41 0.02 Semangka 41.29 0.04
Cabai Rawit 34.32 0.06 Kelompok Bermain 23.35 0.02 Besi Beton 3.46 0.03
Tarip Pulsa Ponsel 2.64 0.05 Daun Seledri 21.22 0.02 Lengkuas 20.00 0.03
Sekolah Menengah Atas 3.99 0.04 Kakap Merah 3.95 0.01 Merah 57.84 0.03
Telur Ayam Ras 3.76 0.03 Seng 1.22 0.01 Kentang 9.63 0.02
Tongkol/Ambu-ambu 4.74 0.03 Kacang Panjang 24.08 0.01 Kembang Kol 73.93 0.02
Kakap Merah 8.84 0.03 Tahu Mentah 2.23 0.01 Ekor Kuning 8.49 0.01
Bunga Pepaya 19.50 0.02 Besi Beton 0.81 0.01 Apel 10.41 0.01
Kangkung 2.60 0.02 Upah Pembantu RT 0.57 0.01 Seng 1.08 0.01

Sumber : BPS, diolah

(tembang, tongkol dan kakap merah) serta sayur-sayuran telur ayam ras sebesar -2,29% (mtm). Ikan segar
(kangkung dan bunga pepaya). Tingginya inflasi daging mengalami deflasi terutama disebabkan oleh pasokan ikan
ayam ras serta telur ayam ras di antaranya disebabkan oleh kembung, tembang dan teri yang meningkat seiring
beberapa faktor seperti: 1) kenaikan harga pakan ternak kondisi gelombang laut yang telah kondusif bagi nelayan
seiring dengan kenaikan harga jagung secara global, 2) untuk melaut. Ikan kembung, tembang dan teri tercatat
permintaan masyarakat yang masih tinggi pasca Hari Besar deflasi sebesar -8,73% (mtm), -5,43% (mtm) dan -25,13%
Keagamaan Nasional, 3) dampak dari turunnya nilai tukar (mtm). Di sisi lain inflasi komoditas transpor, komunikasi
rupiah terhadap dolar sementara komponen produksi dan jasa keuangan disebabkan oleh naiknya tarif angkutan
seperti pakan dan indukan masih banyak diperoleh secara udara seiring permintaan yang meningkat karena adanya
impor, serta 4) kapasitas produksi internal daerah yang momen libur Hari Kemerdekaan, keagamaan serta
belum mencukupi kebutuhan masyarakat. persiapan dimulainya perkuliahan pada perguruan tinggi.
Selain itu, kenaikan harga rokok kretek masih terjadi
Pada bulan Agustus 2018, Provinsi NTT mengalami
sejalan dengan peningkatan cukai rokok pada tahun ini.
deflasi sebesar -0,45% (mtm), melanjutkan tren
bulan sebelumnya yang juga tercatat deflasi sebesar Kondisi harga di bulan September, Provinsi NTT
-0,13% (mtm). Deflasi terutama disebabkan oleh mengalami deflasi sebesar -0,69% (mtm),
kelompok volatile food yakni turunnya harga melanjutkan tren bulan sebelumnya yang juga
komoditas seperti beras, daging ayam ras, ikan segar, tercatat deflasi sebesar -0,45% (mtm). Deflasi
telur ayam ras, sayur-sayuran serta bumbu-bumbuan terutama disebabkan oleh kelompok bahan
seiring pasokan yang terjaga di tengah permintaan makanan sebesar -3,14% (mtm) yakni turunnya
yang relatif stabil. Di sisi lain, kelompok transpor, harga komoditas seperti beras, daging ayam ras, ikan
komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi segar, telur ayam ras, sayur-sayuran serta bumbu-
didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara seiring bumbuan seiring pasokan yang terjaga di tengah
permintaan yang meningkat karena adanya momen permintaan yang relatif stabil. Selain itu deflasi juga
libur Hari Kemerdekaan, keagamaan serta menjelang dialami oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa
dimulainya perkuliahan pada perguruan tinggi. keuangan yakni tarif angkutan udara dengan
Deflasi daging ayam ras serta telur ayam ras terjadi seiring penurunan sebesar -0,82% (mtm). Di sisi lain, inflasi
dengan kembali meningkatnya pasokan. Terjadi surplus didorong oleh kenaikan bahan baku konstruksi
komoditas tersebut di sentra produksi seperti Provinsi Jawa seperti pasir dan besi beton seiring permintaan yang
Timur. Koreksi harga tercermin di level peternak. Deflasi meningkat karena berjalannya proyek-proyek
daging ayam ras mencapai -10,46% (mtm), sementara pemerintahan. Kangkung menjadi penyumbang deflasi

30 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Tabel 3.3. Komoditas Penyumbang Deflasi Utama Bulanan di Provinsi NTT
JULI AGUSTUS SEPTEMBER

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
KOMODITAS DEFLASI (%) ANDIL (%) KOMODITAS DEFLASI (%) ANDIL (%) KOMODITAS DEFLASI (%) ANDIL (%)
Angkutan Udara (12.25) (0.40) Daging Ayam Ras (10.46) (0.15) Kangkung (22.73) (0.17)
Sawi Putih (21.21) (0.13) Kangkung (13.43) (0.12) Angkutan Udara (3.73) (0.12)
Bawang Merah (26.71) (0.09) Cabai Rawit (41.84) (0.10) Tongkol/Ambu-ambu (15.94) (0.10)
Tomat Sayur (28.79) (0.08) Pasir (8.74) (0.10) Tahu Mentah (17.64) (0.09)
Kembung/Gembung/
Cabai Merah (11.72) (0.03) (8.73) (0.10) Sawi Putih (15.80) (0.07)
Banyar/Gembolo/Aso-Aso
Daun Seledri (24.03) (0.02) Sawi Putih (7.83) (0.04) Cabai Rawit (34.58) (0.05)
Teri (18.40) (0.02) Tembang (5.43) (0.03) Cakalang/Sisik (30.27) (0.05)
Kol Putih/Kubis (18.94) (0.01) Teri (25.13) (0.02) Bayam (15.46) (0.04)
Kembang Kol (24.58) (0.01) Bawang Merah (9.29) (0.02) Kakap Merah (9.67) (0.03)
Bawang Putih (3.43) (0.01) Telur Ayam Ras (2.29) (0.02) Telur Ayam Ras (3.77) (0.03)
Sumber : BPS, diolah

Grafik 3.2. Perbandingan Inflasi 5 regional di Indonesia Grafik 3.3. Perbandingan Inflasi di Wilayah Balinusra

3,60 3,09 3,18


3,09 2,58

1,90

0,15 -0,85 -1,57


0,14 0,27 -1,27

BALI NTB NTT BALI NTB NTT KALIMANTAN SULAMPUA BALINUSRA KALIMANTAN SULAMPUA BALINUSRA
TAHUNAN TRIWULANAN TAHUNAN TRIWULANAN

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

tertinggi sebesar -0,17% (mtm) dari total sumbangan 3.1.4. Pencapaian Inflasi Balinusra
deflasi volatile food terhadap IHK sebesar -0,84% Pencapaian inflasi Balinusra pada triwulan III 2018
(sumbangan-mtm). Komoditas ikan segar secara umum mencapai 3,18% (yoy) atau mencapai peringkat tertinggi.
masih mengalami penurunan harga seiring pasokan yang Secara triwulanan, pencapaian inflasi Balinusra menduduki
kembali normal didukung gelombang laut yang kondusif. peringkat terendah di kawasan timur Indonesia dengan
Pengaruh angin muson timur mereda & mendukung inflasi mencapai -1,57% (qtq). Perbedaan ini dikarenakan
aktivitas nelayan. Deflasi daging ayam ras mencapai - adanya lonjakan kenaikan harga komoditas di Balinusra
0,79% (mtm), sementara telur ayam ras sebesar -3,77% pada awal tahun 2018.
(mtm). Di sisi lain pasokan cabai rawit meningkat diikuti Di regional Balinusra, Inflasi tahunan Provinsi NTT
dengan mulai stabilnya permintaan. Dengan menduduki posisi terendah dengan capaian sebesar
perkembangan tersebut, secara tahunan deflasi cabai 1,90% (yoy). Sejalan dengan itu, secara triwulanan inflasi
rawit mencapai hingga -34,58% (mtm) serta - di Provinsi NTT menduduki posisi terendah dengan nilai
49,03%(yoy). Ikan segar mengalami deflasi terutama sebesar -1,27% (qtq) atau mengalami kondisi deflasi
disebabkan oleh pasokan ikan tongkol, cakalang dan dibanding Provinsi Bali dan NTB. Membaiknya kondisi
kakap merah yang meningkat seiring kondisi gelombang cuaca dan telah berakhirnya periode bulan Ramadhan dan
laut yang telah kondusif bagi nelayan untuk melaut. Ikan hari raya Idul Fitri di triwulan II 2018 menjadi penyebab
tongkol, cakalang dan kakap merah tercatat deflasi utama menurunnya permintaan terhadap komoditas di
sebesar -15,94% (mtm), -30,27% (mtm) dan -9,67% Provinsi NTT.
(mtm).

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 31


Tabel 3.4. Inflasi di Provinsi NTT berdasarkan Kelompok Komoditas
2018 YOY QTQ
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KOMODITI
JUL AGS SEP OKT III OKT III OKT
INFLASI UMUM (0.13) (0.45) (0.69) (0.04) 1.90 2.36 (1.27) (1.18)
Bahan Makanan 0.41 (2.56) (3.14) 0.84 2.44 4.84 (5.23) (4.84)
Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau 0.14 (0.01) 0.14 (0.01) 3.47 3.39 0.27 0.12
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0.10 (0.26) 0.55 0.21 1.34 1.06 0.38 0.49
Sandang 0.02 (0.15) 0.10 0.10 1.37 0.95 (0.03) 0.04
Kesehatan 0.05 0.05 (0.03) 0.07 1.52 1.12 0.07 0.09
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0.67 0.40 0.08 0.04 1.51 1.55 1.16 0.52
Transportasi, Komunikasi dan Jasa (1.93) 1.39 (0.62) (1.70) 1.26 1.33 (1.18) (0.95)
Sumber : BPS, diolah

3.2. INFLASI BERDASARKAN KELOMPOK


KOMODITAS 3.2.1. Bahan Makanan
Berdasarkan kelompok komoditas, secara tahunan 7 Inflasi bahan makanan pada triwulan III 2018
(tujuh) kelompok komoditas berdasarkan survei BPS mengalami perlambatan sebesar 5,72% (yoy) jika
mengalami inflasi di triwulan III 2018, namun dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun
angkaini sedikit melambat dibandingkan dengan 2017 dengan angka deflasi 6,70% (yoy). Angka ini
triwulan yang sama di tahun 2017. Kelompok menunjukkan bahwa tren kenaikan harga di tahun 2018
komoditas Makanan Jadi menjadi pendorong utama masih terjadi namun sudah mulai mereda karena adanya
inflasi di Provinsi NTT pada triwulan III 2018. Di sisi pergeseran periode Hari Raya Idul Fitri. Inflasi pada
lain jika dilihat secara triwulanan, maka 4 (empat) kelompok bahan makanan di triwulan III 2018 lebih
kelompok komoditas mengalami deflasi disebabkan oleh naiknya harga kelompok komoditas
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi daging serta hasil-hasilnya sebesar 9,60% (yoy). Kondisi
kelompok komoditas transportasi menunjukkan fluktuasi cuaca yang membaik pada triwulan III 2018 mampu
di triwulan III disebabkan oleh momen libur Hari berkontribusi pada peningkatan produktivitas nelayan
Kemerdekaan, keagamaan serta persiapan dimulainya sehingga terjadi deflasi pada komoditas ikan segar sebesar
perkuliahan pada perguruan tinggi. Secara triwulanan -1,46% (yoy).
kenaikan inflasi cukup tinggi juga terlihat pada pendidikan,
dan tercatat secara bulanan peningkatannya cenderung Berdasarkan rincian komoditas dapat diketahui bahwa

presisten. Hal ini juga dikarenakan telah masuknya periode tingginya inflasi kelompok daging terutama disebabkan

tahun ajaran baru di bulan Juli – Agustus. Sedangkan oleh tingginya kenaikan harga daging ayam ras hingga
bahan makanan pada triwulan III 2018 mengalami deflasi 34,02% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada kelompok ikan
yang cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya. segar dengan tingginya inflasi pada komoditas ikan

Grafik 3. 4. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan secara Grafik 3.5. Inflasi Kelompok Komoditas Bahan Makanan per Sub
Triwulanan, Tahunan dan Bulanan Kelompok Komoditas
12,00
BAHAN MAKANAN LAINNYA
10,00 LEMAK DAN MINYAK
8,00 BUMBU - BUMBUAN
6,00 4,84 BUAH - BUAHAN
KACANG - KACANGAN
4,00
SAYUR-SAYURAN
2,00 0,84 TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA
- IKAN DIAWETKAN
(2,00) IKAN SEGAR

(4,00)
-4,84 DAGING DAN HASIL-HASILNYA
PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN DAN HASILNYA
(6,00)
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 -15 -10 -5 0 5 10 15
2017 2018

YOY QTQ MTM YOY QTQ

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

32 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 3.6. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi dan Grafik 3.7. Inflasi Kelompok Komoditas Transportasi, Komunikasi
Jasa Keuangan secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan dan Jasa Keuangan per Sub Kelompok Komoditas

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
6,00 20

4,00 15

1,45 10
2,00
5
-
-0,82 0
(2,00)
-5
-1,91
(4,00) -10
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2017 2018 2017 2018
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
YOY QTQ MTM
TRANSPOR KOMUNIKASI DAN PENGIRIMAN SARANA DAN PENUNJANG TRANSPOR JASA KEUANGAN

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

Tembang sebesar 70,42% (yoy), namun masih dapat Perlu dicatat inflasi pada kelompok komoditas sarana
ditahan oleh ikan kembung dengan deflasi sebesar - penunjang transportasi saat ini masih mengalami inflasi
14,74% (yoy). Adapun adanya deflasi sayur-sayuran dan yang konsisten sebesar 1,72% (yoy). Kenaikan ini masih
bumbu-bumbuan seperti kangkung, sawi putih, tomat lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2017 pada
sayur, bawang merah, cabai merah dan lengkuas lebih triwulan yang sama sebesar 16,73% (yoy). Hal ini
disebabkan oleh adanya peningkatan pasokan seiring merupakan imbas dari kenaikan harga-harga spare part
dengan adanya panen komoditas (bawang merah, cabai kendaraan bermotor yang naik seiring dengan biaya jasa
merah) serta kondisi cuaca yang baik untuk bercocok perbaikan kendaraan bermotor yang terjadi di tahun 2017
tanam. Deflasi tertinggi pada kelompok komoditas ini hingga awal tahun 2018 tidak berlanjut di pertengahan
ditempati oleh cabai rawit sebesar -49,03 % (yoy) dan tahun 2018. Meskipun demikian, inflasi pada kelompok
bawang merah sebesar -24,27% (yoy) disebabkan oleh komoditas ini masih lebih kecil sumbangannya
adanya pemenuhan pasokan dari provinsi NTT sendiri dibandingkan dengan komoditas transportasi angkutan
seperti Kabupaten Malaka. udara.

3.2.2. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan 3.2.3. Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau
Secara tahunan, kelompok komoditas transportasi, Kelompok komoditas makanan jadi, minuman dan
komunikasi dan jasa keuangan menunjukkan inflasi tembakau pada triwulan III 2018 melanjutkan tren
pada triwulan III 2018 setelah deflasi yang terjadi di pertumbuhan inflasi yang cenderung stabil sebesar
triwulan sebelumnya. Peningkatan inflasi tahunan pada 3,47% (yoy) sedikit melambat jika dibandingkan
kelompok komoditas ini menjadi sebesar 1,26% (yoy) pada dengan triwulan II 2018 sebesar 3,82& (yoy).
bulan September 2018 disebabkan oleh terus Tingginya harga rokok akibat kenaikan tarif cukai rokok
meningkatnya biaya tarif angkutan udara secara konsisten masih menjadi penyebab utama tingginya inflasi pada
di triwulan III 2018 pasca berakhirnya periode libur sekolah kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar

dan hari raya Idul Fitri di bulan Juni 2018. Secara umum 6,64% (yoy). Hal in sejalan dengan tingginya inflasi rokok

kenaikan harga tarif angkutan udara dalam periode ini jika kretek filter dan rokok kretek yang masih tercatat dalam

dibandingkan dengan periode yang sama dibandingkan top 10 penyumbang inflasi tahunan di triwulan III 2018
dengan kenaikan masing-masing sebesar 6,13% (yoy) dan
tahun sebelumnya meningkat hingga 4,65% (yoy)
sumbangan 0,12% (yoy) serta 11,07% (yoy) dengan
dikarenakan normalisasi harga di triwulan III 2018 belum
sumbangan 0,09% (yoy). Adapun komoditas lain yang
dapat menutupi lonjakan yang tinggi di triwulan II 2018.
juga menjadi penyumbang inflasi pada kelompok ini
antara lain gulai sebesar 48,02%(yoy) dan sumbangan
inflasi sebesar 0,12% (yoy).

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 33


Grafik 3. 8. Inflasi Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman dan Grafik 3.9. Inflasi Kelompok Komoditas Makanan Jadi, Minuman
Tembakau secara Triwulanan, Tahunan dan Bulanan dan Tembakau per Sub Kelompok Komoditas
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

12,00 25 YOY

10,00
20
8,00
15
6,00
3,47 10 6,64
4,00

2,00 5 2,91
0,27
- 0
0,14 0,74
(2,00) -5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2018 2018 2018 2018

QTQ MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU


YOY MTM
MINUMAN YANG TIDAK BERALKOHOL TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL MAKANAN JADI

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

3.2.4. Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 3.2.5. Komoditas Lainnya
Inflasi kelompok komoditas perumahan, air, listrik, Inflasi pada kelompok komoditas lainnya cenderung
gas dan bahan bakar menunjukkan adanya stabil namun menunjukkan adanya kenaikan pada
perlambatan yang semakin rendah secara tahunan kelompok komoditas. Secara tahunan, inflasi komoditas
mencapai 1,34% (yoy), walaupun secara bulanan kesehatan di triwulan III 2018 menunjukkan adanya inflasi
terdapat fluktuasi di bulan Agustus dan September. sebesar 1,52% (yoy) yang relatif melambat dibandingkan
Sedangkan sub kelompok bahan perlengkapan rumah dengan triwulan sebelumnya, lebih disebabkan oleh
tangga mulai menunjukkan adanya peningkatan harga di adanya peningkatan di sub kelompok komoditas jasa

triwulan III 2018. Inflasi pada triwulan III 2018 utamanya perawatan jasmani. Biaya kesehatan relatif stabil diduga

terjadi pada sub kelompok komoditas perlengkapan disebabkan masih berjalannya program BPJS kesehatan

rumah tangga (3,24%-yoy) yang disebabkan oleh dan semakin bertambah jumlah masyarakat yang

kenaikan upah pembantu rumah tangga maupun mengikuti program tersebut, sehingga biaya kesehatan
menjadi cenderung tetap.
kenaikan harga barang elektronik seperti kulkas, mesin
cuci dan dispenser. Kenaikan ini sejalan juga dengan inflasi Ekspektasi harga konsumen dalam 3 dan 6 bulan
di sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga (3,08%- mendatang menunjukkan adanya lonjakan di bulan
yoy) yang didominasi oleh inflasi bahan-bahan bangunan Desember 2018, kemudian penurunan hingga bulan
karena meningkatnya permintaan bahan bangunan yang Maret 2019 dan berangsur mengalami kenaikan di
tinggi di triwulan III 2018 akibat tingginya kenaikan bahan bulan April 2019. Potensi kenaikan harga lebih
baku konstruksi seperti besi beton karena adanya disebabkan oleh adanya momen hari raya Natal dan Tahun
depresiasi nilai tukar. Baru serta libur sekolah. Sedangkan penurunan ekspektasi

Grafik 3. 10. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik, Grafik 3.11. Inflasi Kelompok Komoditas Perumahan, Air, Listrik,
Gas dan Bahan Bakar secara Triwulanan, Tahunan Gas dan Bahan Bakar per Sub Kelompok Komoditas
dan Bulanan
YOY
4,50

8,00
3,50

2,50

1,34 3,00
1,50
0,55
0,50

0,38
(0,50) (2,00)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2018 2018 2017 2018
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA
YOY QTQ MTM
BIAYA TEMPAT TINGGAL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

34 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 3.12. Ekspektasi Harga Konsumen 3 dan 6 bulan ke Depan Grafik 3.13. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Kupang

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
4,50 200,00 10

6
2,50 180,00
4

2
0,50 160,00
0

-2
(1,50) 140,00 -4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2017 2018 2019 2017 2018

INFLASI EKSPEKTASI HARGA 3 BLN YAD EKSPEKTASI HARGA 6 BLN YAD SUM CORE SUM VF SUM AP INF VF INF CORE INF AP INFLASI

SUMBER : BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

inflasi lebih disebabkan oleh perkiraan kondisi permintaan normalisasi lonjakan harga yang terjadi di awal tahun
yang relatif stabil di awal tahun 2019, sedangkan harga 2018. Hal ini menjadikan inflasi hingga bulan September
komoditas diperkirakan akan mulai mengalami kenaikan 2018 sebesar 0,29% (ytd) relatif sedikit lebih rendah
menjelang pertengahan tahun 2019. dibanding rata-rata inflasi nasional yang sebesar 1,94%
(ytd).
3.3. INFLASI NTT BERDASARKAN KOTA
3.3.1. Inflasi Kota Kupang Berdasarkan sub kelompok komuditas, kenaikan

Inflasi Kota Kupang pada triwulan III 2018 secara inflasi tahunan utamanya disebabkan oleh

tahunan mencapai 1,96% (yoy), lebih rendah meningkatnya inflasi sub kelompok daging dan

dibanding Inflasi pada triwulan yang sama di tahun hasil-hasilnya sebesar 12,45% (yoy) terutama

2017 sebesar 3,30% (yoy) serta lebih rendah juga disumbang oleh harga daging ayam dan kenaikan
dibanding rata-rata inflasi Kota Kupang dalam 3 harga sub kelompok komoditas tembakau akibat
tahun terakhir yang sebesar 4,52% (av-yoy). naiknya cukai rokok di tahun 2018. Inflasi beras, daging
Tingginya inflasi bahan makanan, serta kelompok ayam ras dan telur di awal tahun 2018 masih merupakan
makanan jadi di awal tahun 2018 merupakan penyebab utama inflasi pada kelompok ini. Di sisi lain,
penyebab utama inflasi secara tahunan. Dapat turunnya harga komoditas kelompok bumbu-bumbuan
dikatakan secara bulanan kota kupang selalu mengalami disebabkan oleh adanya panen raya pada komoditas
deflasi pada triwulan III 2018 dan deflasi yang terjadi bawang merah dan cabai merah, atau peningkatan
mencapai puncaknya pada bulan September 2018 sebesar pasokan seiring adanya peningkatan produksi. Kondisi
0,83% (yoy). Namun begitu, deflasi yang terjadi pada 3 cuaca darat yang relatif kondusif telah mendorong petani
bulan inI belum cukup dalam untuk dapat melakukan untuk memproduksi dalam jumlah yang lebih banyak.

Tabel 3.5. Inflasi di Kota Kupang berdasarkan Kelompok Komoditas


2018 YOY QTQ
KOMODITI
JUL AGS SEP OKT III OKT III OKT
INFLASI UMUM (0,19) (0,49) (0,83) (0,05) 1,96 2,43 (1,51) (1,36)
Bahan Makanan 0,39 (2,74) (3,64) 1,03 2,80 5,44 (5,92) (5,32)
Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau 0,09 (0,01) 0,11 (0,05) 3,44 3,34 0,19 0,05
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,08 (0,32) 0,62 0,17 1,28 0,89 0,37 0,46
Sandang 0,02 (0,16) 0,08 0,08 1,30 0,80 (0,06) -
Kesehatan 0,04 0,02 (0,07) 0,03 1,37 0,84 (0,01) (0,03)
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga 0,78 0,39 0,02 0,05 1,50 1,54 1,19 0,45
Transportasi, Komunikasi dan Jasa (2,14) 1,44 (0,66) (1,84) 1,24 1,34 (1,39) (1,09)
Sumber : BPS, diolah

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 35


3.4.2. Inflasi Kota Maumere
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Tabel 3.6. Inflasi Inflasi di Kota Maumere berdasarkan Kelompok Komoditas


2018 YOY QTQ
KOMODITI
JUL AGS SEP OKT III OKT III OKT
INFLASI UMUM 0,29 (0,15) 0,27 (0,04) 1,50 1,86 0,41 0,08
Bahan Makanan 0,61 (1,18) 0,57 (0,53) (0,10) 0,65 - (1,14)
Makanan Jadi, Minuman dan Tembakau 0,42 - 0,34 0,29 3,70 3,67 0,76 0,63
Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar 0,24 0,13 0,09 0,47 1,72 2,23 0,46 0,69
Sandang 0,02 (0,07) 0,21 0,23 1,88 2,06 0,16 0,36
Kesehatan 0,07 0,29 0,20 0,33 2,44 2,91 0,56 0,82
Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga - 0,50 0,48 - 1,60 1,60 0,98 0,98
Transportasi, Komunikasi dan Jasa (0,29) 1,08 (0,33) (0,61) 1,46 1,24 0,46 0,13
Sumber : BPS, diolah

Inflasi Kota Maumere pada triwulan III 2018 sebesar 3.4. TRACKING INFLASI PROVINSI NTT
1,86% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan TRIWULAN IV 2018
yang sama di tahun 2017 sebesar 4,57% (yoy), dan Secara triwulanan, diperkirakan inflasi disumbang
masih sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan oleh komoditas bahan makanan dan tarif angkutan
Kota Kupang yang sebesar 1,96% (yoy). Secara udara mendekati pola tahunan menjelang hari raya
tahunan, inflasi Kota Maumere mengalami Natal dan Tahun Baru. Komoditas bahan makanan
perlambatan, dengan kenaikan harga utamanya seperti daging ayam ras, telur ayam ras, ikan segar
disebabkan oleh kenaikan inflasi kelompok diperkirakan menjadi pendorong utama inflasi disebabkan
komoditas makanan jadi. Secara bulanan, pada triwulan pasokan yang belum cukup memadai karena tingginya
III 2018, kota Maumere hanya mengalami deflasi di bulan tingkat harga di awal tahun 2018 dan memburuknya
agustus 2018 sebesar -0,15% (mtm) yang disebabkan oleh cuaca. Normalisasi produksi cabai rawit diperkirakan dapat
menurunnya harga komoditas daging ayam ras serta telur menahan inflasi agar tidak melebihi proyeksi.
ayam ras, namun pada 2 bulan lainnya yakni Juli dan
September komoditas daging ayam ras mengalami inflasi. Pada bulan Oktober 2018, Provinsi NTT mengalami deflasi
sebesar -0,04% (mtm), melanjutkan tren bulan
Secara tahunan, sub kelompok komoditas padi-padian
sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -0,69% (mtm).
(4,52%-yoy), komoditas ikan diawetkan 917,55%-yoy),
Deflasi terutama disebabkan oleh kelompok transpor,
serta tembakau dan minuman beralkohol (8,15%-yoy)
yakni turunnya harga tarif angkutan udara seiring tiadanya
menjadi penyumbang utama di kota Maumere. Adapun
hari libur panjang sehingga permintaan masyarakat
sub kelompok komoditas yang terjaga pasokan dan
menurun. Di sisi lain, kelompok bahan makanan
harganya di kota Maumere adalah sub kelompok
mengalami inflasi disebabkan oleh kenaikan harga beras,
komoditas ikan segar. Hal ini ditunjukkan dengan deflasi
ikan segar dan sayur-sayuran seiring permintaan
tahunan di triwulan III 2018 sebesar -5,61% (yoy) seiring
masyarakat yang mulai meningkat menjelang akhir tahun.
dengan membaiknya cuaca di triwulan III 2018.
Begitu pula dengan kelompok perumahan, air, listrik, gas
Grafik 3.14. Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Maumere
dan bahan bakar, yang tercatat inflasi pada bulan Oktober
10
yang disebabkan oleh kenaikan biaya tempat tinggal
8

6 beserta harga perlengkapan dan penyelenggaraan rumah


4

2
tangga.
0

-2 Kelompok komoditas volatile food (VF) pada bulan


-4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Oktober 2018 mengalami inflasi sebesar 0,55% (mtm),
2017 2018
lebih tinggi dibandingkan rata-rata 3 tahun terakhir
SUM VF SUM CORE SUM AP INF VF INF CORE INF AP INFLASI

SUMBER : BPS, DIOLAH

36 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


sebesar -0,11% (average-mtm). Inflasi terutama rendah dibandingkan rata-rata inflasi tiga tahun terakhir

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
disebabkan oleh kenaikan padi-padian, ikan segar dan yang sebesar 0,16% (average-mtm). Inflasi disumbang
sayur-sayuran. Komoditas padi-padian yakni beras oleh naiknya harga biaya tempat tinggal seperti besi beton,
mengalami kenaikan harga seiring permintaan masyarakat seng dan kayu lapis yang dipengaruhi oleh pergerakan
yang mulai meningkat menjelang akhir tahun. Meskipun harga komoditas. Selain itu, harga perlengkapan dan
demikian, pasokan beras di Provinsi NTT dinilai masih penyelenggaraan rumah tangga juga meningkat seperti
mencukupi dengan total stok mencapai 26 ribu ton atau peralatan elektronik dan barang rumah tangga. Tren
cukup hingga bulan April 2019, didukung pula dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar menjadi salah
operasi pasar yang rutin dilakukan Bulog sehingga inflasi satu faktor yang mendorong kenaikan harga kelompok
beras hingga akhir tahun diperkirakan masih dapat komoditas inti.
terkendali. Komoditas ikan segar yang mengalami
Inflasi pada bulan November diperkirakan berada pada
kenaikan harga diantaranya adalah ikan kembung, ekor
kisaran 0,40% s.d. 0,80% (mtm), terutama disebabkan
kuning, teri, layang dan tongkol. Inflasi ikan segar lebih
oleh meningkatnya pemintaan masyarakat menjelang
disebabkan oleh permintaan masyarakat yang meningkat
akhir tahun. Inflasi diperkirakan lebih disebabkan oleh
di tengah pasokan yang relatif stabil. Adapun komoditas
kelompok volatile food seperti beras, daging ayam ras, ikan
sayur-sayuran yang mengalami peningkatan harga
segar, bumbu-bumbuan serta sayur-sayuran seiring
diantaranya kangkung, sawi putih, buncis, sawi hijau dan
kebutuhan masyarakat yang meningkat. Pasokan bahan
labu siam. Kondisi tersebut disebabkan oleh berkurangnya
makanan dari daerah lain juga berpotensi sedikit
pasokan air di beberapa daerah produsen sayuran Provinsi
terganggu dengan mulai tibanya musim hujan yang
NTT seiring puncak musim kemarau sehingga hasil
ditandai dengan angin kencang di laut dan darat. Di sisi
produksi menurun di tengah permintaan masyarakat yang
lain, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan
stabil. Di sisi lain, komoditas daging ayam ras, cabai merah,
diperkirakan juga turut mengalami inflasi seiring
bawang merah dan bawang putih mengalami deflasi dan
permintaan tiket angkutan udara yang mulai meningkat
menjadi faktor penahan inflasi seiring pasokan dari daerah
jelang periode akhir tahun.
produsen luar NTT yang lancar serta didukung pula adanya
panen bawang merah di NTT sehingga masih mencukupi Prospek inflasi pada tahun 2018 diperkirakan berada pada
kebutuhan masyarakat. kisaran 2,50 – 2,90% (yoy), atau meningkat dibandingkan
capaian tahun 2017 sebesar 2,00% (yoy). Meningkatnya
Kelompok komoditas administered prices (AP) pada
inflasi disebabkan oleh adanya kenaikan harga kelompok
Oktober 2018 mengalami deflasi sebesar -1,60% (mtm).
bahan makanan pada tahun 2018. Rendahnya harga
Deflasi komoditas administered price disebabkan oleh
terutama komoditas bahan makanan pada tahun 2017
turunnya tarif angkutan udara seiring permintaan oleh
berpotensi menimbulkan base effect berupa peningkatan
masyarakat NTT maupun wisatawan domestik dan
harga terutama sayur-sayuran dan bumbu-bumbuan.
mancanegara yang melambat seiring usainya masa libur
Permasalahan fundamental keterbatasan kapasitas
panjang dan belum adanya libur keagamaan. Sementara
produksi komoditas bahan makanan seperti daging ayam
itu, bahan bakar rumah tangga juga tercatat mengalami
ras, beras dan ikan segar tetap menjadi penyumbang inflasi
deflasi seiring pasokan dan permintaan yang stabil
pada tahun 2018. Kenaikan cukai rokok juga masih
sehingga turut menyumbang deflasi kelompok
menjadi penyumbang inflasi utama di tahun 2018,
administered price.
sedangkan komoditas sandang, kesehatan dan pendidikan
Kelompok komoditas inti tercatat pada Oktober 2018 diperkirakan tetap stabil seiring dengan adanya
mengalami inflasi sebesar 0,11% (mtm), masih lebih penambahan pusat perbelanjaan.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 37


3.5. AKTIVITAS PENGENDALIAN INFLASI • Jangka Menengah:
OLEH TPID
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

1) Gerakan 1juta polybag untuk rumah


Dalam rangka pengendalian inflasi di daerah, TPID tangga oleh PKK, Bhayangkari, Dharmawanita
telah melaksanakan dua kali rapat HLM TPID dan 1 dan Persit
kali rapat teknis TPID dengan ringkasan hasil sebagai 2) Gerakan Tanam Cabai di Pekarangan
berikut: Sekolah.
1. Dalam rangka program pengendalian inflasi, TPID • Jangka Panjang:
Provinsi NTT sepanjang bulan Juli 2018 telah melakukan 1) Perluasan 360ha pengembangan cabai
beberapa kegiatan antara lain video conference Rapat dengan produksi 8 ton/ha.
TPID Provinsi NTT dengan Tim Penilai TPID dari Jakarta Dampak: Harga cabai di bulan Juni dan Juli
yang dipimpin oleh Ketua TPID Provinsi NTT (Gubernur 2017 berada di kisaran Rp 15.000/kg.
NTT), serta melakukan koordinasi persiapan Rakornas • Pengendalian Harga Pangan oleh Satgas
TPID yang diselenggarakan pada 26 Juli 2018 di Jakarta. Pangan Terpadu pada bulan Juni menjelang
Pada rapat video conference TPID Provinsi NTT dengan Hari Raya Idul Fitri dan Desember menjelang
Tim Penilai TPID dari Jakarta, Gubernur NTT Hari Raya Natal
menyampaikan upaya-upaya dan strategi yang telah
dilakukan TPID Provinsi NTT sepanjang tahun 2017 2. TPID Provinsi NTT pada tanggal 8 Agustus 2018 telah
untuk mewujudkan inflasi yang rendah dan stabil melakukan kegiatan High Level Meeting TPID Provinsi
sehingga tercatat sebesar 2,00% (yoy). Hal-hal yang NTT guna membahas langkah strategis dalam
disampaikan antara lain: menghadapi potensi inflasi akhir tahun 2018. Rapat
dipimpin oleh Asisten II Provinsi NTT, didampingi oleh
a. Strategi Pengendalian Inflasi NTT 7 P yaitu:
Kepala Perwakilan BI Provinsi NTT selaku Wakil Ketua
• Pengembangan Infrastruktur
TPID dan dihadiri oleh seluruh Anggota TPID Provinsi
• Peningkatan Kelembagaan
NTT dan TPID Kab/Kota di NTT. Hal-hal yang dibahas
• Peningkatan Koordinasi
dan didiskusikan antara lain:
• Penyediaan Informasi
a. Perkembangan inflasi NTT s.d. Juli 2018 terutama
• Pengendalian Harga (Jangka Pendek)
pendalaman pada kelompok bahan makanan
• P ro g r a m K e t a h a n a n P a n g a n ( J a n g k a
seperti daging ayam ras, telur ayam ras, cabai
Menengah dan Panjang)
rawit dan ikan segar.
• Pengelolaan ekspektasi
b. Penyampaian success story pengendalian inflasi di
b. Harga cabai meningkat tajam, sehingga perlu Kabupaten Manggarai Timur yang berhasil
direspon dengan strategi jangka pendek, memperoleh penghargaan TPID Berprestasi.
menengah dan panjang: c. Tantangan pada tahun 2018 yang perlu
• Jangka Pendek: Pembentukan Satgas diperhatikan antara lain potensi inflasi di akhir
Pengendalian Cabai Rawit yang didukung tahun yang dipengaruhi oleh adanya Momen Hari
APBD Provinsi senilai Rp100jt. Dana tersebut Besar Keagamaan serta libur sekolah dan akhir
digunakan untuk mendatangkan cabai dari tahun. Komoditas bahan makanan yang perlu
Sumba (klaster binaan Bank Indonesia), Timor menjadi fokus perhatian TPID yakni Daging Ayam
dan Flores (Kab. Ngada) sebanyak 1 Ton untuk Ras, Ikan Kembung, Telur Ayam Ras, Bayam, Sawi
operasi pasar, dijual Rp 60.000/kg (harga Putih, Tomat, Bawang Merah, Cabai merah dan
pasar di NTT/Kota Kupang Rp 120.000/kg). Cabai Rawit. Selain itu, perlu juga perhatian

38 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


terhadap tarif angkatan udara yang secara hortikultura untuk memenuhi kebutuhan rumah

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
musiman mengalami kenaikan pada akhir tahun. tangga. Hadirnya hortikultura pada level rumah
d. Dalam rangka menindaklanjuti tantangan tangga diharapkan dapat menjadi buffer stock
tersebut, terdapat beberapa rekomendasi yang hortikultura ketika di pasaran mengalami
diusulkan sebagai berikut: kekurangan, sehingga harga komoditas tersebut
• pembentukan Satgas Waspada Inflasi dapat terkendali.
Pangan akhir tahun, b. Selain itu, TPID Kota Kupang sepakat untuk
• penjajakan penambahan Kerjasama Antar melakukan penjajagan Kerjasama Antar Daerah
Daerah, dengan beberapa Kabupaten di NTT, antara lain
• menggalakkan Kegiatan Operasi Pasar dan Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Sumba
Pasar Murah yang didukung pengalokasian Barat Daya guna memastikan pasokan komoditas
a n g g a r a n A P B D - P, s e r t a m e l a k u k a n utama, seperti cabai ke Kota Kupang.
pengaturan jadwal tanam (Manajemen Pola
Tanam) untuk komoditas hortikultura.

3. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kota Kupang


menyelenggarakan High Level Meeting (HLM), pada
hari Selasa, 4 September 2018 guna membahas
perkembangan inflasi dan strategi pengendalian inflasi
akhir tahun 2018. Rapat dipimpin oleh Sekda Kota
Kupang, didampingi oleh Deputi Kepala Perwakilan
Bank Indonesia Provinsi NTT selaku Wakil Ketua TPID
Kota Kupang dan dihadiri oleh seluruh Anggota TPID
Kota Kupang. Rapat ini merupakan tindak lanjut dari
Rakornas TPID pada tanggal 26 Juli 2018 di Jakarta dan
HLM TPID Provinsi yang dilaksanakan pada tanggal 8
Agustus 2018. Hal-hal penting yang dibahas dan
didiskusikan dalam HLM TPID tersebut antara lain:

a. Sebagai langkah nyata pengendalian inflasi di


Kota Kupang, disepakati program Kupang Green
and Clean : Kelurahan Adipura Sadar Inflasi yang
dicanangkan dalam HLM TPID Kota Kupang pada
3 Mei 2018 dan telah di launching oleh Walikota
Kupang tanggal 17 Agustus 2018 sebagai
program unggulan TPID Kota Kupang, dalam
upaya pengendalian inflasi terutama komoditas
hortikultura sekaligus mendukung Pemerintah
Kota Kupang dalam upaya mendapatkan piala
ADIPURA tahun 2018. Program ini akan
melibatkan rumah tangga untuk dapat lebih
mengenal inflasi dengan menanam tanaman

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 39


Bab IV.
Stabilitas
Keuangan Daerah
Stabilitas keuangan Provinsi NTT secara umum masih relatif stabil tercermin dari tidak
adanya gejolak yang signifikan dalam sistem keuangan daerah. Pangsa penyaluran kredit
untuk tiap sektor masih relatif sama yaitu 37,91% untuk Rumah Tangga, 31,96% untuk UMKM
dan 7,59% untuk Korporasi. Besarnya peranan sektor Rumah Tangga di Provinsi NTT juga
terlihat dari sisi penghimpunan dana yang mencapai 65,63% dari seluruh dana pihak ketiga
yang berhasil diserap perbankan. Kedua hal tersebut menegaskan pentingnya sektor Rumah
Tangga dalam mendukung terwujudnya stabilitas sistem keuangan di Provinsi NTT. Sistem
keuangan di NTT berhasil memperbaiki posisi kualitas kredit yang terlihat dari turunnya rasio
kredit bermasalah di seluruh sektor. Bank Umum di NTT juga berhasil meningkatkan
pertumbuhan aset dan penghimpunan dana pihak ketiga menjdi 9,58% (yoy) dan 10,34%
(yoy) dari sebelumnya 9,10% (yoy) dan 6,46% (yoy).

Kredit sektor Rumah Tangga berhasil menunjukkan performa yang baik. Hal tersebut
terlihat dari meningkatnya laju pertumbuhan sampai dengan 18,35% (yoy) dari 16,46% (yoy)
yang diikuti oleh penurunan rasio kredit bermasalah ke angka 1,33% dari sebelumnya 1,46%.

Kredit UMKM tumbuh melambat sebesar 13,31% (yoy) dari sebelumnya 14,69% (yoy).
Kualitas kredit UMKM tercatat membaik sebagaimana turunnya rasio kredit bermasalah
menjadi 3,58% dari sebelumnya 3,97%.

Setelah lonjakan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 54,55% (yoy),
pada triwulan III 2018, kredit sektor korporasi tumbuh melambat sebesar 16,91%. Meski
masih dalam kategori tidak aman, secara umum kualitas kredit korporasi berhasil
meningkat yang terlihat dari turunnya rasio Non-Performing Loan (NPL) menjadi 6,59% dari
sebelumnya 7,42%.
4.1 KONDISI UMUM
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Bank umum di Provinsi NTT pada di triwulan III 2018 korporasi, serapan kredit terbesar tercatat pada sektor
mencatat pertumbuhan aset hingga 9,58% (yoy), lebih Perdagangan Besar & Eceran, Konstruksi dan Listrik, Gas &
tinggi daripada triwulan II 2018 yaitu 9,10% (yoy). Air yang masing-masing menyerap kredit berhasil
Performa baik tersebut juga terlihat dari pertumbuhan mendapat penyaluran terbesar dengan pangsa masing-
positif di penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar masing sebesar 30,61%, 25,88%, 15,99%. Sejalan
10,34% (yoy), lebih tinggi dari sebelumnya yaitu 6,46% dengan penyaluran kredit pada UMKM, sektor
(yoy). Di sisi lain, penyaluran kredit melambat ke 15,44% Pertambangan dan Penggalian di korporasi juga mencatat
(yoy), lebih kecil daripada triwulan II 2018 yaitu 15,79% pertumbuhan signifikan sebesar 744,99% (yoy) jauh lebih
(yoy). tinggi dibanding pertumbuhn pada triwulan sebelumnya
yaitu 144,46% (yoy). Lonjakan penyaluran pada UMKM
Kredit Multiguna dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) masih
dan korporasi tersebut menguatkan indikasi adanya
mendominasi pangsa penyaluran kredit sektor Rumah
aktivitas ekonomi baru di Provinsi NTT.
Tangga (RT) masing-masing sebesar 78,39% dan 16,43%.
Sektor RT terus mencatat pertumbuhan positif hingga Sektor RT terus mencatat kualitas kredit terbaik dibanding
18,35% (yoy), lebih besar dari periode sebelumnya UMKM dan korporasi dengan rasio kredit bermasalah RT
16,46% (yoy). Selain itu, Kredit Perlengkapan dan hanya 1,33%, menunjukan perbaikan daripada triwulan
Peralatan Rumah Tangga terus melanjutkan lonjakan sebelumnya yaitu 1,46%. Kualitas kredit UMKM juga
pertumbuhan hingga 262,09% (yoy), lebih tinggi daripada menunjukkan peningkatan yang tercermin dari turunnya
pertumbuhan triwulan II 2018 yaitu 151,76% (yoy). rasio NPL ke 3,58% dari sebelumnya 3,97%. Relatif
Tingginya penyaluran Kredit Rumah Tangga masih amannya kredit Rumah Tangga dan UMKM membuka
melanjutkan kesuksesan pelonggaran ketentuan kredit cukup ruang bagi perbankan untuk mengembangkan
kepemilikan rumah yang juga didukung oleh subsidi penyaluran kredit dengan tetap memperhatikan aspek-
kepemilikan rumah untuk masyarakat berpenghasilan aspek terkait agar kualitas kredit terus dalam batas aman.
rendah. Selain itu, diterbitkannya kebijakan baru terkait Meski masih di atas batas aman, kualitas kredit korporasi
kelonggaran kepemilikan rumah yang diterbitkan Bank berangsur-agsur membaik hingga pada triwulan III 2018
Indonesia pada akhir triwulan II 2018 diperkirakan akan mencapai 6,59%, lebih kecil daripada triwulan II 2018
terus menguatkan pertumbuhan KPR pada periode yaitu 7,42%. Pada dasarnya NPL terpusat pada beberapa
berikutnya. Di sisi lain, lonjakan pada kredit Perlengkapan industri seperti Perdagangan Besar & Eceran dan
dan Peralatan Rumah Tangga merupakan hasil dorongan Konstruksi. Mengingat pentingnya korporasi pada
dari kepemilikan rumah yang disambut baik oleh pengembangan ekonomi suatu daerah, pemberian kredit
perbankan. kepada korporasi perlu didasarkan kepada uji kelayakan
mendalam, memperhatikan prospek perkembangan
Sektor Perdagangan Besar & Eceran, Konstruksi, dan
industri kedepannya, serta mempertimbangkan rasio
Pertanian, Perburuan & Kehutanan berhasil menyerap
kredit bermasalah tiap industri dan jenis kredit. Selain itu,
kredit UMKM terbesar dengan porsi masing-masing
perbankan juga tetap perlu melakukan pengawasan
sebesar 66,67%, 7,42% dan 4,79%. Meneruskan tingkat
terhadap kredit yang disalurkan dan tetap membentuk
perumbuhan pada periode sebelumnya, Sektor
CKPN yang cukup.
Pertambangan dan Penggalian kembali mencatat
pertumbuhan signifikan hingga 251,93% (yoy) dari
sebelumnya 231,13 (yoy), jauh lebih tinggi daripada tahun
sebelumnya -56,29% (yoy). Sedangkan untuk kredit

42 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


4.2. ASESMEN KETAHANAN RUMAH TANGGA

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
4.2.1. Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga
Grafik 4.1. Kontribusi Konsumsi RT Terhadap Konsumsi Agregat Grafik 4.3. Indeks Pengeluaran Membeli Barang Tahan Lama

30.000 8% 130
6%
25.000 120
4%
20.000 110
2%
112,0
15.000 0% 100
-2%
10.000 90
-4%
5.000 80
-6%
- -8% 70
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

RT LNPRT PEMERINTAH G RT (YOY) G RT (QTQ)

SUMBER: BADAN PUSAT STATISTIK, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Rumah tangga (RT) adalah salah satu komponen utama menunjukan pertumbuhan positif apabila dibandingkan
dalam sistem keuangan. RT memiliki dua fungsi, yakni dengan triwulan II 2018 yaitu 2,22% (yoy) dan
sebagai penyedia dana (lender) dengan menempatkan perlambatan apabila dibandingkan dengan tahun
kelebihan dananya di institusi keuangan maupun sebagai sebelumnya yaitu 2,71% (yoy).
penerima dana (borrower) dengan meminjam dana dari
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada triwulan III
institusi keuangan apabila memerlukan tambahan dana
2018, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), dan Indeks
untuk kegiatan konsumsi maupun investasi. Sehingga,
Ekspektasi Konsumen (IEK) sedikit menurun masing-
semakin besar peran RT dalam aktivitas ekonomi dan
masing menjadi 156,2, dan 168,7 dari sebelumnya 156,5,
keuangan suatu daerah, maka semakin penting peran
dan 171,3. Sedangkan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini
ketahanan sektor rumah tangga dalam menjaga stabilitas
(IKE) meningkat hingga 143,8 dari sebelumnya 141,7.
keuangan daerah tersebut. Adapun faktor-faktor yang
Sedikitnya perubahan pada ketiga indeks yang digunakan
mempengaruhi ketahanan RT di antaranya tingkat
mengindikasikan relatif terjaganya perilaku konsumen
pendapatan, tingkat konsumsi, lapangan kerja dan
terkait kondisi yang akan datang yang pada gilirannya
stabilitas harga.
akan mempengaruhi pengeluaran. Selain itu, optimisme
Pada triwulan kajian, konsumsi provinsi NTT tumbuh masyarakat juga ditunjukkan sebagaimana hasil survei
tumbuh mencapai 2,83% (yoy), lebih tinggi daripada ketersediaan lapangan kerja enam bulan yang akan datang
triwulan II 2018 yaitu 2,43% (yoy) namun lebih rendah meningkat menjadi 166,0 dari sebelumnya 160,8.
daripada triwulan III 2017 yaitu 3,46% (yoy). Adapun
konsumsi RT mengikuti tren yang sama; untuk triwulan III 4.2.2 Eksposur Rumah Tangga di Perbankan
2018, konsumsi RT tumbuh hingga 2,36% (yoy), Total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dari
RT dan Non-RT NTT pada triwulan III 2018 adalah Rp26,25,
Grafik 4.2. IKK, IKE, dan IEK
menurun sedikit dibandingkan dengan periode
170
160 159,2 sebelumnya yaitu Rp26,42. Akibatnya, pada triwulan
150 147,5
140
135,9
tersebut DPK tumbuh melambat di 10,45% (yoy), lebih
130
120 rendah daripada periode sebelumnya yaitu 17,94% (yoy).
110
100 Penurunan tersebut dikarenakan turunnya simpanan Non-
90
80 RT dikarenakan aktivitas ekonomi yang mencapai Rp9,02
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018 triliun dari sebelumnya Rp9,98 triliun dengan tingkat
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI (IKE)
INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)
pertumbuhan yang secara signifikan melambat ke 6,73%
SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 43


Grafik 4.4. Pangsa DPK Rumah Tangga dan Non Rumah Tangga Grafik 4.5. Pertumbuhan DPK
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

100% 40%
12,50%

34,37
30%
80% 10,45%
20%
60% 10%

0%

65,63
40%
-10% 6,73%
20%
-20%

0% -30%
I II III IV I II III IV I II III II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

RT/ PERSEORANGAN NON RT RT/ PERSEORANGAN NON RT TOTAL DPK

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

(yoy) dari sebelumnya 23,94%(yoy). DPK yang diserap dari 3,57%. Adapun pangsa tersebut sejalan dengan tingkat
RT mencapai Rp17,23 triliun, lebih tinggi daripada triwulan pertumbuhan simpanan RT. Tabungan mencatat
II 2018 yaitu Rp16,44 triliun, dengan tingkat pertumbuhan pertumbuhan tertinggi yaitu 14,09% (yoy), lebih tinggi
melambat di 12,50% (yoy) dari sebelumnya 14,57% (yoy). daripada triwulan sebelumnya yaitu 12,51% (yoy).
Peningkatan serapan tersebut juga menguatkan dominasi Deposito dan giro juga mencatat pertumbuhan positif
RT pada DPK yang dihimpun dengan pangsa 65,63% dari masing-masing hingga 9,04% (yoy) dan 6,79% (yoy) dari
sebelumnya 62,21%. Besar nya posisi DPK dan sebelumnya 6,51% (yoy) dan 4,52% (yoy). Pangsa dan
kemampuan RT dalam menghambat perlambatan pertumbuhan yang kecil pada rekening giro RT merupakan
himpunan DPK secara keseluruhan semakin menegaskan hal yang wajar mengingat giro lebih diperuntukan untuk
peran RT dalam menjaga kestabilan sistem keuangan, transaksi kebutuhan bisnis atau korporasi. Untuk
khususnya di Provinsi NTT. Kedepannya, untuk menjaga meningkatkan kehati-hatian dalam likuiditas dan turut
kesehatan perbankan dan stabilitas keuangan daerah, mendukung pendalaman pasar keuangan, perbankan
perbankan perlu semakin memperkuat DPK RT mengingat dapat mengedukasi nasabah yang saat ini masih
DPK Non-RT cenderung fluktuatif dikarenakan besarnya memusatkan dananya di tabungan untuk mulai
pembayaran proyek pemerintah yang biasanya dibayarkan menggunakan instrumen simpanan lainnya seperti
pada akhir tahun. deposito.

Pada triwulan III 2018, popularitas pangsa jenis tabungan Tidak hanya pada penghimpunan dana, besarnya peran RT
yang dipilih RT masih relatif stabil. Tabungan masih dalam aktivitas sistem keuangan di Provinsi NTT juga
menjadi jenis simpanan yang paling diminati dan ditunjukan pada serapan kredit yang berhasil diterima.
menghimpun paling banyak DPK hingga 71,08% dari Pada triwulan III 2018, pangsa penyaluran kepada nasabah
seluruh DPK yang berhasil dihimpun; diikuti oleh Deposito RT, UMKM, korporasi, dan lainnya mengalami sedikit
dan Giro dengan pangsa masing-masing 25,35% dan perubahan namun tetap relatif stabil. Kredit yang

Grafik 4.6. Preferensi DPK Rumah Tangga Grafik 4.7. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga

100% 40%
25,35
80% 30%
14,09%
20% 9,04%
60%
10%
40% 71,08
0%
6,79%
20%
-10%
3,57
0% -20%
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2016 2017 2018

GIRO TABUNGAN DEPOSITO GIRO TABUNGAN DEPOSITO

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

44 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


disalurkan ke RT mencapai Rp11,10 triliun atau 37,91% laporan, kredit tersebut tumbuh hingga 262,09% (yoy)

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
dari seluruh kredit yang diserap Provinsi NTT, lebih besar jauh lebih besar daripada triwulan dan tahun sebelumnya
daripada UMKM (31,96%), korporasi (7,59%), dan sektor yaitu masing-masing sebesar 151,76% (yoy) dan -1,10%
lainnya (22,54%). Pada periode sebelumnya, kredit yang (yoy). Terus meningkatnya pertumbuhan pada jenis kredit
diterima RT hanya Rp10,68 triliun atau 38,24% dari tersebut menguatkan indikasi adanya kebutuhan akan
seluruh kredit yang diterima provinsi NTT, lebih besar peralatan RT melanjutkan kepemilikan rumah setelah KPR
daripada UMKM (32,42%), korporasi (7,52%), dan lainnya tumbuh di 2017. Kredit Multiguna terus tumbuh positif
(21,82%). Mengingat seluruh sektor mencatat sebesar 17,35% (yoy) lebih besar daripada periode dan
peningkatan serapan kredit, dapat diindikasikan bahwa tahun sebelumnya masing-masing sebesar 16,52% (yoy)
peningkatan aktivitas ekonomi pada korporasi dan lainnya dan 10,93% (yoy). Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)
lebih tinggi daripada R T dan UMKM. Adapun tumbuh lebih dari dua kali lipat, yaitu sebesar 16,38% (yoy)
pertumbuhan kredit RT di triwulan III 2018 tercatat sebesar dari sebelumnya 7,89% (yoy), dan lebih besar dari triwulan
18,35% (yoy) lebih tinggi daripada periode dan tahun III 2017 yaitu 4,12% (yoy). Walaupun penyaluran kredit
sebelumnya masing-masing yaitu 16,46% (yoy) dan kepada sektor RT pada umumnya didukung dengan nilai
13,25% (yoy). Kredit multiguna masih menguasai pangsa NPL yang rendah, lembaga keuangan perlu senantiasa
penyaluran kredit rumah tangga sebesar 78,39% mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam memberikan
(Rp8,702 triliun) dan diikuti oleh Kredit Pemilikan Rumah kredit RT mengingat kredit tersebut bersifat konsumtif
(KPR) sebesar 16,40% (Rp1,83 triliun), serta kredit serta terus memperhatikan kredit yang cenderung
kepemilikan kendaraan bermotor sebesar 3,49% (Rp0,39 memiliki risiko kolateral seperti multiguna.
triliun).
Kualitas kredit RT di Provinsi NTT masih tetap berada di
Di triwulan III 2018, KPR tumbuh hingga 23,94% (yoy) dalam batas aman dan didukung dengan penurunan rasio
lebih tinggi daripada periode sebelumnya yaitu 19,12% kredit bermasalah ke tingkat 1,33% dari sebelumnya
(yoy) namun lebih rendah daripada triwulan III 2017 yaitu 1,46%. Perbankan perlu memberikan perhatian khusus
28,90% (yoy) yang merupakan masa transmisi kebijakan terkait kinerja jenis kredit Ruko dan Kantor mengingat
kelonggaran ketentuan loan to value sebagaimana rasio kredit bermasalah telah melampaui batas aman dan
terakhir diatur melalui PBI No.18/16/PBI/2016. Adapun mencapai 7,19%. Selain itu, rasio NPL kredit Flat dan
penguatan pertumbuhan di triwulan kajian merupakan Apartemen juga meningkat drastis hingga 5,16% dan
dampak dari kebijakan baru terkait kelonggaran telah berada dalam kategori tidak aman. KPR dan KKB
kepemilikan rumah yang diterbitkan Bank Indonesia pada yang memiliki pangsa terbesar kedua, mencatat perbaikan
akhir triwulan II 2018. Kredit Perlengkapan dan Peralatan kualitas kredit yang tercermin dari turunnya rasio NPL
kembali mencatat lonjakan pertumbuhan. Pada periode masing-masing ke posisi 1,49% dan 1,53% dari

Grafik 4.8. Kredit Konsumsi Rumah Tangga Grafik 4.9. Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

12.000 50 60
45 50
10.000 40 40
8.000 35 30 23,94%
30
20
6.000 18,35% 25
10
20 17,35%
4.000 15 0
-10 16,38%
10
2.000 1,33% 5 -20
0 0 -30
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

RUMAH TINGGAL KKB MULTIGUNA G TOTAL NPL TOTAL G MULTIGUNA G RUMAH TINGGAL G KKB

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 45


Tabel 4.1 Komposisi Kredit Rumah Tangga di Provinsi NTT
NOMINAL KREDIT (RP MILIAR)
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PANGSA
DAERAH (%)
KPR KKB PERALATAN RT MULTIGUNA LAINNYA TOTAL
Kab. Kupang 268,69 124,70 5,42 423,71 13,66 836,17 7,51
Kab. Timor-Tengah Selatan 44,89 13,80 0,18 605,66 8,22 672,75 6,04
Kab. Timor-Tengah Utara 28,81 7,98 0,62 446,64 2,53 486,58 4,37
Kab. Belu 38,99 17,44 1,32 929,64 36,52 1.023,91 9,20
Kab. Alor 8,82 1,47 0,06 335,06 13,92 359,33 3,23
Kab. Flores Timur 48,16 4,38 0,30 472,85 58,65 584,35 5,25
Kab. Sikka 58,81 50,48 0,79 533,42 1,41 644,91 5,79
Kab. Ende 57,42 32,86 0,47 556,27 0,42 647,44 5,81
Kab. Ngada 137,48 2,71 0,57 328,88 0,84 470,47 4,23
Kab. Manggarai 35,29 9,23 0,49 443,22 32,33 520,57 4,68
Kab. Sumba Timur 53,51 2,31 0,27 472,59 15,07 543,75 4,88
Kab. Sumba Barat 12,45 2,84 0,09 412,63 0,49 428,49 3,85
Kab. Lembata 10,91 1,82 0,05 243,87 0,02 256,66 2,31
Kab. Rote Ndao 85,41 2,11 0,06 58,10 1,45 147,13 1,32
Kab. Manggarai Barat 31,51 3,31 0,16 159,15 0,07 194,21 1,74
Kab. Sumba Tengah 4,08 0,44 0,05 14,33 0,00 18,89 0,17
Kab. Sumba Barat Daya 4,69 0,76 0,16 86,74 0,77 93,12 0,84
Kab. Manggarai Timur 4,51 0,37 0,09 37,93 0,00 42,90 0,39
Kab. Nagekeo 3,87 0,34 0,05 74,51 0,00 78,77 0,71
Kab. Sabu Raijua 1,22 1,26 0,00 35,69 0,00 38,17 0,34
Kab. Malaka 0,54 0,11 0,00 30,03 0,39 31,07 0,28
Kota Kupang 1.036,33 106,18 24,85 2.001,37 277,80 3.446,52 30,95
Provinsi NTT 1.976,38 386,90 36,04 8.702,28 464,56 11.566,14 103,88

Sumber: Bank Indonesia, diolah

sebelumnya 1,70% dan 2,00%. Kredit Perlengkapan dan wajar mengingat infrastruktur perbankan masih terpusat
Peralatan RT yang penyalurannya terus melonjak, di Pulau Timor, sehingga penduduk Pulau Timor lebih
mencatat sedikit peningkatan rasio kredit bermasalah mudah mengakses kredit. Dalam rangka mendukung
menjadi 1,28% dari sebelumnya 1,19%. Menyambung perluasan akses keuangan, diharapkan perbankan dapat
kebijakan kelonggaran kepemilikan rumah yang memperluas jaringannya hingga ke daerah lain di Provinsi
diterbitkan Bank Indonesia pada triwulan II 2018 lalu, NTT.
disinyalir kebutuhan akan KPR akan terus tumbuh. Sejalan
dengan hal tersebut kredit Perlangkapan & Peralatan RT 4.3. PERKEMBANGAN AKSES KEUANGAN
juga akan meningkat. Hal tersebut membuka kesempatan DAN UMKM
bagi lembaga keuangan untuk meningkatkan ekspansi 4.3.1. Kondisi Saat Ini dan Prospek Usaha
kredit kepada RT dengan terus mengedepankan prinsip Posisi penyaluran kredit UMKM di NTT pada triwulan III
kehati-hatian dalam menyalurkan kredit RT meski secara 2018 mencapai Rp9,36 triliun dengan tingkat
umum kualitasnya masih terjaga. pertumbuhan hingga 13,31% (yoy), sedikit melambat dari
periode sebelumnya yaitu 14,69% (yoy), namun lebih
Secara spasial, penyaluran kredit rumah tangga di Provinsi
tinggi daripada triwulan III 2017 yaitu 13,04% (yoy).
NTT masih terkonsentrasi di Kota Kupang yang mencapai
Peningkatan pertumbuhan penyaluran kredit disinyalir
Rp3,45 triliun, atau 30,95% dari total kredit rumah
kurang merata yang terlihat dari menurunnya indeks akses
tangga, diikuti Kabupaten Belu sebesar Rp1,02 triliun
kredit tiga bulan terakhir Survey Kegiatan Dunia Usaha
(9,20%) dan Kabupaten Kupang sebesar Rp0,84 triliun
(SKDU) yang turun ke angka 12,22 dari sebelumnya 14,67.
(7,51%). Pada triwulan III 2018 penyaluran kredit rumah
Berdasarkan hasil survey, kondisi keuangan UMKM
tangga semakin terpusat di Pulau Timor dengan pangsa
sebagaimana indeks kondisi keuangan tiga bulan terakhir
58,35% dari sebelumnya 55,79%. Hal tersebut dinilai

46 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 4.10. Perkembangan Dunia Usaha Grafik 4.11. Kondisi Keuangan

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
60 8 70 4,5
3,58
50 36,23 6 60 4,0
40 4 3,5
50
30 3,0
2 31,11
20 40 2,5
0
10 1,73 30 2,0
-2
0 1,5
20
-10 -4 1,0
-20 -6 10 0,5
-30 -8 0 0,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

SBT KEGIATAN USAHA (SKALA KIRI) % PDRB QTQ (SKALA KANAN) % SBT KONDISI KEUANGAN (SKALA KIRI) % NPL (SKALA KANAN) %

SUMBER: BANK INDONESIA SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

yang menurun dari 36,00 menjadi 31,11. Dari sisi kualitas investasi. Penyaluran kredit modal kerja juga didukung
kredit, tercatat perbaikan kualitas kredit sebagaimana dengan kualitas kredit modal kerja untuk UMKM lebih baik
tercermin dari turunnya rasio kualitas kredit bermasalah dan terjaga apabila dibandingkan dengan kualitas kredit
menjadi 3,58% dari sebelumnya 3,97%. investasi.

4.3.2. Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM Berdasarkan skala fasilitas, terdapat perubahan pangsa

Posisi penyaluran kredit UMKM di triwulan III 2018 secara penyaluran kredit UMKM di triwulan III 2018. Kredit

nominal meningkat ke angka Rp9,36 triliun dari triwulan II UMKM skala fasilitas kecil masih medominasi penyaluran

2018 Rp9,06 triliun. Namun demikian, persentase kredit dengan pangsa 39,79% sedikit menurun dari

pertumbuhan tahunan periode kajian melambat menjadi sebelumnya 39,91%. Kredit UMKM mikro dari yang

13,31% (yoy), lebih rendah daripada periode sebelumnya sebelumnya merupakan fasilitas kredit dengan penyaluran
14,69% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut terkecil, naik ke posisi dua dengan jumlah penyaluran
tercatat pada kedua jenis kredit; modal kerja menjadi Rp3,01 triliun, mencatat peningkatan pangsa menjadi
15,07% (yoy) dari sebelumnya 16,36% (yoy), sedangkan 32,13% dari sebelumnya 27,99%. Akibatnya, fasilitas
pertumbuhan kredit investasi turun menjadi 4,04% (yoy) skala menengah menurun ke posisi terakhir dengan
dari sebelumnya 6,19% (yoy). Penyaluran kredit UMKM pangsa 28,08% dari sebelumnya 32,11%. Posisi
masih terkonsentrasi kepada kredit modal kerja dengan penyaluran kredit UMKM skala fasilitas mikro meningkat
jumlah Rp7,99 triliun atau 85,32% dari seluruh penyaluran ke angka Rp3,01 triliun dari sebelumnya Rp2,53 triliun dan
kredit, menunjukan penguatan dari periode sebelumnya menunjukan tingkat pertumbuhan tahunan yang
yaitu 84,87%, sedangkan kredit investasi hanya sebesar signifikan ke angka 36,77% (yoy) dari sebelumnya
Rp1,37 atau 14,68%. Konsentrasi tersebut merupakan hal 18,69% (yoy). Di sisi lain, fasilitas skala kecil dan menengah
yang wajar mengingat skala bisnis UMKM yang cenderung menurun masing-masing menjadi 8,44% (yoy) dan 0,04%
lebih membutuhkan modal operasional dibanding (yoy) dari sebelumnya 9,43% (yoy) dan 18,28% (yoy).

Grafik 4.12. Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 4.13. NPL UMKM

10.000 RPMILIAR %, YOY 60% 7,0%

50% 6,0% 4,09%


8.000
15,07% 40% 5,0%
6.000 30% 4,0%
13,31%
20% 3,0%
4.000 3,58%
10% 2,0% 3,49%
2.000
0% 1,0%
4,04%
0 -10% 0,0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

MODAL KERJA INVESTASI GROWTH KREDIT GROWTH MODAL KERJA GROWTH INVESTASI KREDIT UMKM MODAL KERJA INVESTASI BATAS

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 47


Grafik 4.14. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Usaha Grafik 4.15. Pertumbuhan Kredit UMKM 6 Sektor Ekonomi
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

10.000 RPMILIAR %, YOY 70% 300% 251,93%


250%
60%
8.000 200% 41,26%
50% 21,76%
150%
6.000 40% 11,76%
100%
6,71%
4.000 30% 50%
20% 0%
2.000
10% -50%
-28,12%
0 0% -100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
LISTRIK, GAS & AIR PERTAMBANGAN & PENGGALIAN TRANSPORTASI
MIKRO KECIL MENENGAH GROWTH MENENGAH GROWTH KECIL GROWTH MIKRO
PERDAGANGAN PERTANIAN KONSTRUKSI

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Peningkatan penyaluran kredit yang signifikan pada skala triwulan dan tahun sebelumnya, masing-masing yaitu
fasilitas mikro mengindikasikan meningkatnya jumlah 10,27% (yoy) dan 9,30% (yoy). Di sisi lain, sektor
kreditur yang mencerminkan meningkatnya akses UMKM konstruksi mencatat pertumbuhan sebesar 6,71% (yoy),
terhadap perbankan. Penurunan eksposur dan penyaluran melambat apabila dibandingkan periode sebelumnya yaitu
kredit pada kredit fasilitas skala menengah ditengarai 27,73% (yoy) meskipun masih lebih tinggi dari tahun
sejalan dengan upaya perbankan dalam memperbaiki sebelumnya yaitu 4,15% (yoy). Sejalan dengan
kualitas kredit jenis tersebut. meningkatnya posisi pangsa kredit, sektor pertanian
menunjukan pertumbuhan positif hingga 41,26% (yoy),
Perdagangan Besar dan Eceran dan Konstruksi masih
lebih tinggi daripada triwunal II 2018 dan triwulan III 2017
mencatat penyerapan kredit UMKM terbanyak yaitu
masing-masing yaitu 39,94% (yoy) dan 34,08% (yoy).
masing-masing sebesar 66,67% dan 7,42%. Kedua sektor
Setelah mengalami pertumbuhan positif sejak triwulan IV
tersebut menyumbang 84,24% dari seluruh pertumbuhan
2016 dan memuncak di triwulan III 2017, pertumbuhan
yang terjadi pada triwulan III 2018. Pertumbuhan pada
sektor Listik Gas & Air berangsur-angsur melambat dan
Sektor Pertanian, Perburan dan Kehutanan berhasil
pada triwulan III 2018 mencatat pertumbuhan negatif -
meningkatkan pangsa kreditnya ke posisi ketiga,
28,12% (yoy) dari sebelumnya 58,33% (yoy) dan tahun
menggeser Sektor Penyediaan Akomodasi, dengan pangsa
sebelumnya 176,16% (yoy). Sektor pertambangan dan
sebesar 4,79% dari seluruh posisi penyaluran kredit
penggalian berhasil mencatat tingkat pertumbuhan
UMKM pada periode kajian. Besarnya pangsa penyaluran
hingga 251,93% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan
kredit ke sektor Perdagangan Besar didukung dengan
dan tahun sebelumnya, masing-masing yaitu 231,13%
terjaganya kualitas kredit sektor tersebut yang paling tidak
(yoy) dan -56,29% (yoy). Pertumbuhan pada Sektor
selama enam tahun terakhir selalu berada dalam kategori
Pertanian dan Pertambangan menandakan adanya
aman, sedangkan rasio kredit bermasalah Konstruksi telah
peningkatan diversifikasi penyaluran kredit untuk UMKM
berada dalam kategori tidak aman. Menyusul peningkatan
di Provinsi NTT. Hal tersebut menunjukan keselarasan
penyaluran pada Sektor Pertanian, tercatat penurunan
perbankan untuk turut memitigasi risiko dalam penyaluran
kualitas kredit pada sektor tersebut dan telah masuk dalam
kredit sehingga tercipta stabilitas dalam sistem keuangan
kategori tidak aman. Meskipun diversifikasi penyaluran
daerah.
kredit merupakan hal yang baik dalam menurunkan risiko,
perbankan perlu mengedepankan kehati-hatian dalam
4.3.3. Perkembangan Risiko Kredit UMKM
melakukan ekspansi seperti melakukan asesmen terhadap
Risiko kredit UMKM secara umum masih dalam kategori
potensi sektor industri.
aman dengan tingkat rasio NPL sebesar 3,58% (dibawah
Sektor Perdagangan berhasil meningkatkan serapan batas 5%). Upaya perbankan dalam meningkatkan
kreditnya hingga 11,76% (yoy), lebih tinggi daripada diversifikasi penyaluran kredit baik secara pangsa sektor,

48 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 4.16. NPL UMKM Berdasarkan Jenis Usaha Grafik 4.17. NPL UMKM 3 Sektor

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
10,0% 45%

8,0% 35%
6,82%
6,0% 25%
4,84% 4,02%
4,0% 15% 3,22%
3,22%
5%
2,0% 2,82%
-5%
0,0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018
2014 2015 2016 2017 2018

MIKRO KECIL MENENGAH BATAS KONSTRUKSI LISTRIK, GAS, & AIR BATAS PERDAGANGAN BESAR & ECERAN

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

besaran fasilitas dan jenis kredit, berhasil menurunkan 2,3% - 3,42%. Kredit macet Sektor Konstruksi yang
persentase kredit bermasalah dari periode sebelumnya memuncak pada triwulan I 2017 lalu telah berangsur-
sebesar 3,97%. Penurunan kredit bermasalah tercatat angsur membaik dan pada triwulan III 2018 mencapai
pada kedua jenis kredit UMKM. Pada triwulan III 2018, NPL 6,82%. Meski masih dalam kategori tidak aman, rasio
kredit modal kerja dan investasi masing-masing adalah kredit macet tersebut menunjukan adanya perbaikan
3,49% dan 4,09%, lebih kecil dibandingkan triwulan kualitas kredit mengingat pada triwulan sebelumnya rasio
sebelumnya yaitu 3,75% dan 5,20%. Dengan adanya kredit macet mencapai 9,64%. Sektor Pertanian yang
perbaikan pada NPL, kredit investasi kembali masuk dalam dalam tiga tahun terakhir tumbuh di rentang 30,05% (yoy)
kategori aman sehingga membuka kesempatan yang - 55,00% (yoy) tiap triwulannya, menunjukkan adanya
relatif lebih aman bagi perbankan dalam melakukan aktivitas ekonomi dan potensi penyerapan kredit.
ekspansi kredit. Sayangnya, sepanjang periode tersebut, kualitas kredit
cenderung memburuk yang tercermin dari meningkatnya
Penurunan eksposur jenis fasilitas kredit menengah diikuti
rasio NPL. Rasio NPL awalnya hanya 1,69% pada triwulan II
perbaikan kualitas kredit yang tercermin dari turunnya
2016, perlahan-lahan naik dan mencapai 4,22% pada
rasio NPL ke batas aman yaitu 3,22% dari sebelumnya
triwulan II 2018 hingga memuncak pada triwulan III 2018
6,00%. Di sisi lain, peningkatan penyaluran kredit pada
di 5,25%. Hal tersebut menegaskan pentingnya
jenis fasilitas mikro menurunkan kualitas kredit ke ambang
perbankan memperhatikan performa Sektor Pertanian dan
batas aman di tingkat rasio NPL 4,84% dari sebelumnya
menguatkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan
3,18%. Sedangkan untuk jenis fasilitas kredit kecil, tercatat
kredit ke sektor tersebut. Sektor pertambangan dan
sedikit penurunan kredit bermasalah menjadi 2,82% dari
Penggalian yang juga mencatat pertumbuhan kredit
sebelumnya 2,89%. Meski secara umum rasio NPL telah
terbesar memiliki kualitas kredit yang baik dengan rasio
turun dan seluruh jenis fasilitas kredit telah masuk dalam
NPL hanya sebesar 0,26% dari sebelumnya 0,23%. Meski
kategori aman, perbankan perlu mengedepankan prinsip
secara umum kualitas kredit UMKM terjaga, perbankan
kehati-hatian dalam penyaluran kredit, khususnya kepada
berhati-hati khususnya terkait risiko sistemik yang
jenis fasilitas kredit mikro, untuk menghindari penurunan
dikarenakan tingginya konsentrasi penyaluran kredit pada
kualitas kredit.
sektor Perdangan Besar, Konstruksi, dan Pertanian.
Di triwulan III 2018, perbankan berhasil menurunkan rasio Sebagai alternatif, perbankan dapat mempertimbangkan
kredit macet Sektor Perdagangan Besar ke angka 3,22% kemudahan penyaluran kredit di sektor lain yang memiliki
dari sebelumnya 3,42%. Meski memiliki pangsa rasio kredit bermasalah kecil seperti Sektor Pertambangan,
penyerapan kredit UMKM hingga 66,67%, rasio NPL Jasa Kemasyarakatan & Hiburan, Jasa kesehatan & Sosial,
Sektor Perdagangan Besar dalam lima tahun terakhir terus serta Transportasi & Pergudangan dengan tetap
berada dalam kategori aman dengan rentang rasio NPL mempertimbangkan potensi sektor dan debitur.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 49


4.4. ASESMEN KETAHANAN KORPORASI
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Posisi penyaluran kredit perbankan kepada korporasi di pertumbuhan tahunan di atas 140%, pada periode kajian
triwulan III 2018 naik ke angka Rp2,22 triliun dari kembali menunjukan peningkatan drastis hingga
sebelumnya Rp2,10 triliun. Namun demikian, 744,99% (yoy), jauh lebih tinggi dari pada periode
pertumbuhan di triwulan III 2018 hanya mencapai 16,91% sebelumnya yaitu 144,46% (yoy). Lonjakan penyaluran
(yoy), tumbuh melambat daripada TW II 2018 yaitu kredit pada Sektor Pertambangan untuk UMKM dan
54,55% (yoy). Perlambatan tersebut dikarenakan karena Korporasi sejak awal tahun tersebut, semakin menegaskan
turunnya tingkat pertumbuhan secara signifikan pada perluasan aktivitas ekonomi yang terjadi di Provinsi NTT.
kredit investasi ke 45,98% (yoy) dari sebelumnya 199,60% Pertumbuhan serapan kredit pada Sektor Real Estate juga
(yoy). Perlambatan juga diperburuk dengan turunnya melambung tinggi sejak akhir 2017 sejalan dengan
pertumbuhan penyaluran kredit modal kerja hingga - insentif-insentif kepemilikan rumah yang diberikan
4,55% (yoy) dari triwulan II 2018 0,92% (yoy). Penyaluran sehingga memicu developer perumahan untuk melakukan
kredit pada periode kajian relatif seimbang dengan posisi aktivitas produktif. Di triwulan III 2018, Sektor Real Estate
pangsa kredit investasi dan modal kerja masing-masing mencatat pertumbuhan 288,84% (yoy), melambat apabila
sebesar 53,02% dan 46,98%. Konsentrasi pada kredit dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu 293,64%
investasi merupakan hal yang baik dalam menjaga (yoy), namun jauh lebih tinggi daripada tahun sebelumnya
stabilitas sistem keuangan, mengingat kualitas kredit yaitu -61,54% (yoy).
investasi jauh lebih baik daripada kredit Modal Kerja.
Sejak awal 2018, kualitas kredit Modal Kerja merosot ke
Berdasarkan sektor usaha, tiga penyaluran kredit terbesar angka 15,88% yang mengakibatkan masuknya kredit
diberikan kepada Sektor Perdagangan Besar dan Eceran korporasi secara umum ke dalam kategori tidak aman,
(30,61%), Sektor Listrik, Gas dan Air (25,88%), dan Sektor namun demikian berangsur-angsur membaik. Rasio kredit
Konstruksi (15,99%). Sedangkan secara pertumbuhan modal kerja secara perlahan turun; tingkat kredit
tahunan, dari tingkat pertumbuhan 16,91% (yoy), Sektor bermasalah pada triwulan II dan III 2018 masing-masing
Listrik, Gas, dan Air, Penyedia Akomodasi dan yaitu 14,15% dan 11,95%. Seiring dengan perbaikan
Pertambangan memiliki bobot dan sumbangan terbesar. pada kredit modal kerja, kualitas kredit korporasi turut
Sumbangan masing-masing sektor tersebut sebesar menunjukan perbaikan sebagaimana tercermin dari
5,39%, 4,72% dan 3,11%. Pertumbuhan Sektor Listrik, turunnya rasio NPL ke tingkat 6,59% dari sebelumnya
Gas dan Air yang memuncak pada triwulan II 2018 di 7,42%. Kualitas kredit investasi sejak satu tahun terakhir
tingkat 660,18% (yoy), pada triwulan III 2018 turun relatif stabil dengan rentang rasio NPL 1% - 2%. Adapun
signifikan ke tingkat 21,70%. Di sisi lain, Sektor pada periode kajian, tercatat sedikit peningkatan rasio
Pertambangan yang sejak awal 2018 mencatat kredit macet menjadi 1,83% dari sebelumnya 1,28%.

Grafik 4.18. Pertumbuhan Tahunan Kredit Korporasi Grafik 4.19. NPL Kredit Sektor Korporasi

2.500 RPMILIAR %, YOY 60% 18%


50% 16%
11,92%
2.000
1.179

40% 14%
12%
1.500 30%
10%
20% 6,59%
8%
1.000 10%
16,91% 6%
0% 4%
500
1.044

-10%
1,82%
2%
0 -20% 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

MODAL KERJA INVESTASI GROWTH KREDIT KREDIT NON UMKM MODAL KERJA INVESTASI BATAS

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

50 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Meski penyaluran kepada kedua jenis kredit telah relatif memperbaiki kualitas kreditnya. Meski masih dalam

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
seimbang, kualitas kredit investasi belum dapat kategori tidak aman namun pada triwulan III 2018 rasio
mendorong kualitas kredit korporasi secara umum masuk kredit bermasalah telah turun ke angka 6,97% dari
dalam kategori aman. Untuk mencapai hal tersebut, perlu sebelumnya 9,79%.
dilakukan perbaikan kualitas kredit modal kerja;
Terdapat ruang bagi perbankan untuk menyalurkan
perbankan perlu mengedepankan prinsip kehati-hatian
kreditnya kepada sektor-sektor industri yang memiliki
antara lain dengan cara melakukan uji kelayakan yang
tingkat rasio kredit bermasalah rendah selain Sektor Listrik,
mendalam terhadap calon debitur ataupun
Gas dan Air, seperti Sektor Transportasi, Pergudangan, &
mempertimbangkan sektor usaha dengan rasio kredit
Komunikasi (0,02%) dan Sektor Pertambangan dan
bermasalah dalam kategori aman.
Penggalian (0,02%). Lonjakan pertumbuhan pada Sektor
Dari ketiga sektor korporasi dengan penyerapan kredit Pertambangan dan Penggalian baik dari skala UMKM dan
terbesar, hanya Sektor Listrik, Air dan Gas yang kualitas Korporasi mengindikasikan perkembangan sektor baru
kreditnya masuk dalam kategori aman, bahkan sejak akhir yang pada gilirannya akan memberikan sumbangan positif
2017, rasio NPL sektor tersebut stabil berada di angka terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi NTT secara
0,00%. Meski kualitas kredit Sektor Konstruksi sejak awal keseluruhan.
tahun terus membaik, namun demikan rasio kredit macet
masih dalam kategori tidak aman. Pada triwulan III 2018, 4.5. ASESMEN PERBANKAN
rasio kredit Sektor Konstruksi mencapai 7,91%, turun 4.5.1.Kinerja Bank Umum
hampir setengahnya apabila dibandingkan dengan Aset perbankan di Provinsi NT pada triwulan III 2018
periode sebelumnya yaitu 14,41%. Sektor perdagangan menurun hingga Rp36,85. dari sebelumnya Rp38,89
besar dengan pangsa kredit korporasi terbesar masih triliun. Meski demikian, pertumbuhan aset tahunan pada
memerlukan perhatian khusus dikarenakan kualitas kredit periode kajian mencapai 9,58% (yoy), lebih tinggi daripada
yang sejak akhir 2016 lalu telah berada dalam kategori tingkat pertumbuhan aset triwulan II 2018 yaitu 9,10%
tidak aman. Pada periode laporan, Rasio NPL Sektor (yoy). Peningkatan posisi penyaluran kredit hingga
Perdagangan Besar sedikit meningkat mencapai 15,71% Rp29,29 triliun dari sebelumnya Rp27,94 triliun, belum
dari sebelumnya 15,14%. Mengingat sektor tersebut dapat menopang penurunan nominal pada aset
memiliki rasio kredit bermasalah terbesar, perbankan perlu perbankan di triwulan III 2018. Adapun tingkat
meningkatkan kehati-hatian dan memantau pertumbuhan posisi penyaluran kredit pada triwulan III
perkembangan serta prospek Sektor Perdagangan. Sektor 2018 lebih rendah daripada triwulan II 2018 masing-
Real Estate yang terus mencatat pertumbuhan penyerapan masing yaitu 15,44% (yoy) dan 15,71% (yoy). Meski posisi
kredit dengan tingkat tinggi, berhasil secara perlahan penyaluran kredit meningkat, perbankan di Provinsi NTT
berhasil menahan rasio kredit bermasalah di tingkat
Grafik 4.20. NPL Kredit 4 Sektor Korporasi
2,40%, sama dengan periode sebelumnya. Hal tersebut
60%
menunjukan dukungan perbankan di Provinsi NTT untuk
50%
40% dapat mendukung kegiatan ekonomi dengan tetap
30%
20%
menjaga kestabilan sistem keuangan.
10%
0% Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh bank
-10%

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III umum di Provinsi NTT pada triwulan III 2018 mencapai
2014 2015 2016 2017 2018
LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN,
Rp26,66 triliun, sedikit menurun daripada triwulan
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN BATAS DAN JASA PERUSAHAAN
sebelumnya yaitu Rp26,86. Adapun apabila dikaji dari
SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 51


Tabel 4.2 Perkembangan Indikator Utama Bank Umum di NTT
NOMINAL (DALAM RP TRILIUN) PERTUMBUHAN (% YOY)
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

INDIKATOR 2017 2018 2017 2018


I II III IV I II III I II III IV I II III
Aset 30,57 35,65 33,63 33,15 34,88 38,89 36,85 -1,15 10,29 10,89 11,39 14,07 9,10 9,58
DPK 22,56 25,24 24,16 23,16 25,01 26,87 26,66 2,82 5,91 7,83 7,90 10,84 6,46 10,34
Giro 5,33 6,40 5,18 3,49 5,47 6,30 5,58 -4,88 -0,46 2,44 -6,18 2,58 -1,61 7,61
Tabungan 11,31 12,16 12,10 14,12 12,62 13,37 13,78 8,25 9,08 9,41 10,12 11,55 9,93 13,88
Deposito 5,92 6,68 6,87 5,55 6,93 7,20 7,30 0,53 6,80 9,41 12,78 16,94 7,87 6,15

Kredit 24,43 24,13 25,37 30,07 27,05 27,94 29,29 19,00 11,03 13,35 31,68 10,75 15,79 15,44
Modal Kerja 7,46 7,60 8,03 9,45 8,10 8,69 9,03 21,80 13,53 13,97 32,73 8,55 14,34 12,40
Investasi 2,02 1,66 2,13 3,67 2,38 2,47 2,55 28,58 -2,26 28,12 121,21 18,15 49,01 19,95
Konsumsi 14,95 14,87 15,21 16,95 16,57 16,78 17,70 16,50 11,46 11,23 20,58 10,86 12,82 16,41

% NPL (Gross) 2,16 2,29 2,23 1,96 2,32 2,40 2,40


Sumber: Bank Indonesia, diolah

tingkat pertumbuhan, penyerapan DPK masih tumbuh sebelumnya yaitu -1,61% (yoy) dan 9,93% (yoy), ataupun
positif. Pertumbuhan DPK pada triwulan kajian mencapai tahun sebelumnya yaitu 2,44% (yoy) dan 9,41% (yoy). Di
10,34% (yoy), lebih besar daripada triwulan dan tahun sisi lain, deposito tumbuh melambat dengan tingkat
sebelumnya, masing-masing yaitu 6,46% (yoy) dan 7,83% pertumbuhan 6,15% (yoy) dari triwulan sebelumnya
(yoy). Berdasarkan jenisnya, tabungan dan deposito 7,87% (yoy) dan tahun sebelumnya 9,41% (yoy).
mencatat peningkatan nominal masing-masing hingga Tabungan masih menjadi pilihan utama nasabah
Rp17,78 triliun dan 7,30 triliun dari sebelumnya Rp13,37 perbankan yang berada di Provinsi NTT dalam menyimpan
triliun dan Rp7,20 triliun. Namun demikian, peningkatan dana sebagaimana tercermin dari besaran pangsa
pada kedua jenis simpanan tersebut tidak dapat menahan tabungan yang mencapai 60,95% dari seluruh DPK yang
penurunan pada simpanan giro yang mencatat penurunan terhimpun pada triwulan III 2018. Adapun deposito dan
posisi simpanan menjadi Rp5,58 triliun dari sebelumnya giro masing-masing menyumbang 23,98% dan 15,08%
Rp6,30 triliun. Volatilitas pada jumlah simpanan rekening dari seluruh penghimpunan dana. Meningkatnya posisi
giro merupakan hal yang wajar mengingat peruntukan kredit yang tersalurkan dan menurunnya DPK yang
rekening giro diutamakan untuk melayani nasabah terhimpun menciptakan ketidakseimbangan tingkat
dengan frekuensi dan nominal transaksi besar, seperti intermediasi. Terkait hal tersebut perbankan perlu berhati-
untuk keperluan komersial/bisnis. Dari sisi pertumbuhan, hati dalam melakukan ekspansi pinjaman khususnya dan
rekening giro dan tabungan berhasil mencatat mempertimbangkan risiko kredit atau meningkatkan
pertumbuhan positif masing-masing hingga 7,61% (yoy) upaya dalam penghimpunan DPK.
dan 13,88% (yoy), lebih besar daripada periode

Grafik 4.21. Pertumbuhan DPK (yoy) dan Kredit (yoy) Grafik 4.22. Perkembangan LDR

34% 35.000 140%

29% 30.000
109,86% 120%

24% 25.000 100%


15,44%
19% 20.000 80%

14% 15.000 60%

9% 10.000 40%

4% 10,37% 5.000 20%

-1% 0 0%
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2016 2017 2018

DPK KREDIT DPK KREDIT LDR

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

52 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 4.23. BOPO dan ROA Bank Umum Grafik 4.25. BOPO, ROA, NPL BPR

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
90 4,5 83 8
7,17
80 66,66 4,0 82 7
70 3,5 81
6
60 80
3,0
79 5
50 2,5 81,30
78 4
40 2,0
77 3
30 1,5 76
2
20 1,0 75 2,49
1,39
10 0,5 74 1
0 0,0 73 0
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

BOPO (%) ROA (%) BOPO (%) LHS ROA (%) RHS NPL (%) RHS

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

Pada triwulan III 2018, rasio BOPO bank umum masih 29,75%. CAR menunjukan kecukupan modal BPR dalam
dibawah 100% yaitu 66,66%. Hal tersebut menunjukan memenuhi kewajibannya, besarnya CAR mengindikasikan
bahwa bank umum di NTT berhasil menjaga beban kredibilitas BPR. Laju pertumbuhan beban operasional BPR
operasional tidak melebihi pendapatan operasionalnya. juga sedikit lebih besar daripada pendapatannya yang
Dibandingkan dengan BOPO pada triwulan II 2018 yaitu mengakibatkan adanya peningkatan BOPO ke angka
69,78%, terdapat penurunan rasio BOPO yang 81,83% dari sebelumnya 81,82%.
diakibatkan peningkatan pendapatan operasional yang
lebih tinggi daripada beban operasional. Hal ini
mengindikasikan semakin efisiennya bank umum di NTT
dalam menjalankan aktivitasnya. Sejalan dengan hal
tersebut, ROA juga mengalami peningkatan menjadi
0,83% dari sebelumnya 1,39%.

4.5.2. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat


Dibandingkan dengan triwulan II 2018, kinerja Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi NTT secara umum
relatif stabil sebagaimana tercermin dari kecilnya
perubahan pada rasio ataupun indeks pengukuran yang
digunakan. Kualitas kredit BPR di NTT masih dalam
kategori tidak aman dengan dengan rasio kredit
bermasalah stabil di 7,17%. Capital Adequacy Ratio (CAR)
BPR mengalami meningkat ke 29,78% dari sebelumnya

Grafik 4.24. LDR dan CAR BPR

33
32
31
30
29 29,78
28
27
26
25
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018

CAR

SUMBER: BANK INDONESIA, DIOLAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 53


Boks 1. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi NTT Masih Terjaga1
Untuk mendukung kajian dan sebagai alat untuk Aset masih meningkat 6% (qtq), menyebabkan NTT masih
memantau stabilitas sistem keuangan di daerah, Kantor mengalami net kekayaan sebesar Rp64,38T, sedikit
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur menurun 2% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Terhadap
telah menyusun statistik Regional Financial Account and daerah lain di luar NTT (ROI), NTT masih mengalami net
Balance Sheet (RFABS). RFABS ini juga sebagai dasar aset sebesar Rp8,7T dengan penempatan ke luar NTT yang
penyusunan National Balance Sheet (NBS) yang meningkat dan kewajiban yang relatif menurun.
merupakan neraca terintegrasi dalam menggambarkan Sementara terhadap luar negeri, NTT mengalami Net
aktivitas finansial antarsektor perekonomian. Selain Kewajiban (berupa utang Luar negeri) sebesar Rp2,42T,
sebagai kajian juga digunakan untuk asesmen pada bidang meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya.
makroprudensial di tingkat regional, khususnya yang
Secara regional, kepemilikan aset finansial dan non
berkaitan dengan dimensi cross-section antar sektor dan
finansial NTT relatif berimbang, dengan aset
antar regional.
finansial didominasi oleh instrumen Currency &
Neraca Regional Deposits (51,4%) dan Loans (36,7%). Pangsa Currency
Peningkatan aset finansial yang lebih besar & Deposits pada triwulan II 2018 meningkat seiring dengan
dibandingkan kewajiban menyebabkan NTT masih meningkatnya kepemilikan Currency & Deposits oleh
mengalami net aset finansial pada triwulan II 2018. Pemda dan Rumah Tangga yang masing-masing tumbuh
Peningkatan aset finansial yang lebih tinggi dibandingkan sebesar 78,9% (qtq) dan 7,8% (qtq). Sementara pangsa
kewajiban menyebabkan NTT masih mengalami net aset Loans relatif menurun dari triwulan sebelumnya yang
finansial sebesar Rp6,34T, meningkat sebesar 17% (qtq). sebesar 41,6%, meskipun kepemilikan Loans pada neraca
Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya Currency and NTT masih tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan
Deposits milik Rumah Tangga dan Pemda. Hal ini juga sebelumnya. Dari sisi kewajiban, kewajiban NTT terutama
sejalan dengan adanya peningkatan DPK Perbankan dalam bentuk Utang (Debt) dengan pangsa relatif stabil
golongan nasabah Perorangan dan Pemerintah yang sepanjang triwulan IV 2017 hingga triwulan II 2018.
masing-masing meningkat 7% (qtq) dan 5% (qtq). Namun Kewajiban NTT juga didominasi oleh instrumen Currency &
demikian, Aset non Finansial pada periode ini menurun Deposits (44,8%) dan Loans (41,9%).
-6% (qtq). Walaupun mengalami penurunan, secara Total

Grafik Boks 1.1 Pangsa Kepemilikan Aset dan Kewajiban

PANGSA KEPEMILIKAN ASET PANGSA KEPEMILIKAN KEWAJIBAN PANGSA ASET PER INSTRUMENT PANGSA ASET PER INSTRUMENT

51% 51%
44% 9% 37% 37%
8% 8%
56% 91% 3% 3%
2% 2%

FIN. ASSET NON FIN. ASSET DEBT EQUITY CURRENCY AND DEPOSITS LOAN EQUITY DEBT SECURITIES OTHERS

SUMBER : RFABS BANK INDONESIA SUMBER : RFABS BANK INDONESIA

1. Menggunakan data sementara RFABS triwulan I dan triwulan II 2018

54 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik Boks 1.3 Neraca Sektoral

KOMPOSISI ASET KEUANGAN PER SEKTOR KOMPOSISI LIABILITAS PER SEKTOR

RN RN
NFC NFC
HH HH
ODC ODC
OFC OFC
LG LG
ROI ROI
ROW ROW

0% 20% 40% 60% 80% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100%

MONETARY GOLD CURRENCY AND DEPOSITS DEBT SECURITIES LOANS MONETARY GOLD CURRENCY AND DEPOSITS DEBT SECURITIES LOANS
EQUITY INSURANCE FINANCIAL DERIVATIVES OTHER AR/AP EQUITY INSURANCE FINANCIAL DERIVATIVES OTHER AR/AP

SUMBER : RFABS BANK INDONESIA SUMBER : RFABS BANK INDONESIA

Neraca Regional
Jika meninjau neraca sektoral, komposisi neraca Korporasi, Risiko likuiditas masih terjaga. Hal ini tercermin dari
Rumah Tangga, dan IKNB relatif tetap, baik dr sisi aset indikator Net Short Term (ST) Position yang masih berada
maupun kewajiban. Sementara itu, neraca Pemda pada posisi net short term asset sebesar Rp6,88T atau
menunjukkan peningkatan Currency & Deposits yang mencapai 7,22% dari PDRB. Pada triwulan II-2018 posisi
signifikan pada sisi aset. Peningkatan Currency & Deposits Net ST Position meningkat didorong oleh naiknya aset
milik Pemda seiring dengan meningkatnya transfer dana likuid Pemda dan Rumah Tangga dalam bentuk simpanan
dari pemerintah pusat pada triwulan I dan triwulan II 2018. masing masing sebesar 39,89% (qtq) dan 7,53% (qtq).
Naiknya simpanan Pemda seiring dengan meningkatnya
transfer dana dari Pusat pada triwulan II-2018.
Grafik Boks 1.4 Profil Risiko
Net Short Term Position (% thd PDRB), Liquidity Risk Net External Position (% thd PDRB), External Risk
8,10%

7,22%
6,85%

6,48%
9,30%
4,55%

-0,45%

-0,47%

-0,45%
3,37%
2,63%
2,04%

-0,73%
-0,76%
1,58%
1,61%
1,20%
0,63%
-3,08%
-3,05%

0,02%
-4,33%

-1,23%

-2,43%

-1,70%
-0,76%

REGIONAL NFC HH ODC OFC LG REGIONAL NFC HH ODC OFC LG

TW4-2017 TW1-2018 TW2-2018 TW4-2017 TW1-2018 TW2-2018

Capital Structure Position(% thd PDRB), Leverage Ratio Net Financial Position (% thd PDRB), Solvency Risk
11,37%
8,04%
6,66%
-0,10%
-0,31%
-0,22%

-0,50%
-0,49%
-0,24%

4,86%
4,48%

4,97%
-5,60%

-6,00%
-4,80%

3,46%
2,04%

2,62%

1,58%
1,30%

1,20%
0,26%
-25,19%

-25,19%
-25,30%

26,96%

28,09%
32,15%
-58,35%
-58,99%

-0,39%
-10,39%

-0,76%
-63,80%

-4,65%
-4,65%

REGIONAL NFC HH ODC OFC LG REGIONAL NFC HH ODC OFC LG

TW4-2017 TW1-2018 TW2-2018 TW4-2017 TW1-2018 TW2-2018

SUMBER : RFABS BANK INDONESIA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 55


Pada triwulan II 2018, NTT masih mengalami net aset Grafik Boks 1.5 Net Transaksi Triwulan II 2018

finansial, dengan nilai yg meningkat dibandingkan HH 1177,2


OFC 10,3
triwulan sebelumnya (6,66% terhadap PDRB). Hal ini ROW 231,9

didorong oleh pertumbuhan aset finansial yang lebih


tinggi dibandingkan kewajiban finansial, terutama dengan
ODC 3436,5
meningkatnya simpanan Pemda dan Rumah Tangga.
Sejalan dengan itu, net kekayaan (net wealth) NTT juga ROI 2581,8

LG 5022,2 NFC 40,7


mengalami peningkatan dengan nilai mencapai 67,61%
NET LENDING/NET OUTFLOW NET BORROW/NET INFLOW
terhadap PDRB.
SUMBER : RFABS BANK INDONESIA

Network Analysis
Network Analysis dilakukan melalui analisis posisi maupun Sementara itu, Pemda juga mengalami transaksi outflow
transaksi antar sektor institusi. Analisis posisi sejalan dengan meningkatnya penempatan Pemda di
menggunakan data gross exposure atau posisi kepemilikan Perbankan dalam bentuk simpanan. Meningkatnya
aset dan kewajiban suatu sektor yang terkoneksi dengan simpanan Rumah Tangga dan Pemda di Perbankan
sektor lain yang bertujuan untuk mengidentifikasi menyebabkan sektor Perbankan di NTT mengalami Net
konsentrasi risiko pada sektor dan instrumen keuangan Borrowing sebesar Rp3,44 T pada tw II-2018, setelah pada
tertentu. Sedangkan analisis transaksi dengan tw sebelumnya juga mengalami Net Borrowing sebesar
menggunakan data neto transaksi bertujuan untuk Rp1,18 T. Sementara itu, korporasi tercatat mengalami Net
mengidentifikasi perubahan pola neto transaksi masing- Lending/Net Outflow seiring meningkatnya simpanan
masing sektor yang akan memicu peningkatan risiko sektor korporasi / swasta di perbankan yang tumbuh
imbalances jika terjadi perubahan secara struktural. sebesar 5,3% (qtq) pada triwulan II 2018.

Network Net Transaksi Network Net Posisi


Pada triwulan II 2018, NTT mengalami Net Outflow Interkoneksi tertinggi terdapat pada sektor RT dan
sebesar Rp2,8 T setelah pada triwulan sebelumnya Perbankan, serta sektor korporasi dengan domestik (RT,
mengalami Net Inflow sebesar Rp0,95 T. Net Outflow bank, dan region luar NTT). Posisi Balance Sheet
NTT terutama berasal Net Outflow yang terjadi pada sektor menunjukkan bahwa korporasi dan perbankan di NTT
Pemda dan Rumah Tangga. Net Outflow Rumah Tangga mengalami net kewajiban finansial, sementara sektor
sebagian besar ditujukan kepada sektor perbankan dan lainnya (Rumah Tangga, IKNB, dan Pemda) mengalami net
sektor lain di luar NTT (bank sentral) seiring dengan aset finansial. Interkoneksi tertinggi terjadi pada Sektor RT
peningkatan simpanan dan kepemilikan uang kartal dan Perbankan, dimana perbankan memiliki aset terhadap
Rumah Tangga pasca Lebaran. Kondisi ini berbeda dengan sektor RT dalam bentuk kredit, sementara itu RT juga
triwulan I 2018 dimana Rumah Tangga lebih banyak menempatkan asetnya dalam bentuk simpanan ke
menarik simpanannya di perbankan sehingga perbankan. Sektor RT juga memiliki interkoneksi yang
menyebabkan RT mengalami Net Inflow. tinggi dengan korporasi sehingga RT memiliki risiko capital
.

56 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik Boks 1.6 Net Posisi Triwulan II 2018

ROI 8652,9
ROW 2310
LG 10826,5

NFC 9896,4

OFC 3292,9

HH 2491,6

ODC 371,9

NET FINANCIAL ASSET NET FINANCIAL LIABILITIES

SUMBER : RFABS BANK INDONESIA

loss dan likuiditas atas pembiayaan ekuitas yang diberikan


kepada korporasi. Korporasi juga memiliki interkoneksi
yang kuat dengan Perbankan, RT, sektor lain di luar NTT
sehingga penurunan kinerja korporasi dapat menular
kepada sektor lainnya

Glossary:

NFC (Non Financial Corporation) : korporasi


ODC (Other Deposit Taking Corporations/Banking) : perbankan
OFC (Other Financial Corporations) : IKNB
LG (Local Government ) : Pemerintah daerah
HH (Households) : Rumah tangga
ROI (Rest of Indonesia) : Provinsi lain di luar Nusa Tenggara Timur
ROW (Rest of The World) :Luar Negeri

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 57


Bab V.
Penyelenggaraan Sistem
Pembayaran dan
Pengelolaan Uang Rupiah
Pada triwulan III 2018, indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT mengalami
peningkatan.

Transaksi tunai di Provinsi NTT pada triwulan III 2018 menunjukkan


kondisi net outflow sebesar Rp 379,54 miliar atau meningkat 69,73%
(yoy) dibandingkan triwulan III 2017.

Transaksi kliring di Provinsi NTT mengalami kenaikan baik secara


volume maupun nominal masing-masing sebesar 6,22% (yoy) dan
9,79% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017.
5.1. KONDISI UMUM
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Indikator sistem pembayaran di Provinsi NTT pada triwulan jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) pada
III 2018 menunjukkan peningkatan baik tunai maupun triwulan III 2018 mencapai Rp 1,12 triliun atau menurun
nontunai. Transaksi tunai di Provinsi NTT pada triwulan III 11,83% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang
2018 menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 379,54 mencapai Rp 1,27 triliun.
miliar atau meningkat 69,73% (yoy) dibandingkan
triwulan III 2017. Sementara itu, transaksi pembayaran 5.2.2. Perkembangan Kegiatan Layanan Kas
Secara keseluruhan, kas titipan di Provinsi NTT pada
nontunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia
triwulan III 2018 menunjukkan kondisi net outflow
(SKNBI) di Provinsi NTT mengalami kenaikan baik secara
sebesar Rp 515,88 miliar. Kondisi tersebut meningkat
volume maupun nominal masing-masing sebesar 6,22%
85,92% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang hanya
(yoy) dan 9,79% (yoy) sejalan dengan peningkatan SKNBI
mencapai Rp 277,47 miliar. Aktivitas di delapan kas titipan
secara nasional. Indikator lainnya seperti peningkatan
Provinsi NTT baik setoran maupun penarikan mengalami
jumlah uang tidak layak edar (UTLE) yang dimusnahkan
peningkatan. Setoran bank ke kas titipan (inflow) pada
dan kegiatan layanan kas melalui kas titipan menunjukkan
triwulan III 2018 mengalami kenaikan 40,58% (yoy) atau
adanya perbaikan kualitas uang yang beredar di
mencapai Rp 1,11 triliun. Sementara itu, penarikan dari kas
masyarakat Provinsi NTT. Di samping itu, transaksi
titipan ke bank (outflow) mengalami kenaikan 52,36%
penjualan dan pembelian valuta asing pada triwulan III
(yoy) atau mencapai Rp 1,63 triliun.
2018 di Provinsi NTT mencapai Rp 23,9 miliar, menurun
14,42% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 dengan mata Pada triwulan III 2018, seluruh lokasi kas titipan
uang yang paling banyak ditukarkan adalah USD. mengalami net outflow, kecuali kas titipan
Waingapu. Kas titipan Waingapu mengalami kondisi net
5.2. TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI inflow sebesar Rp 16,45 miliar. Kondisi ini sesuai dengan
5.2.1. Aliran Uang Masuk (inflow) dan Aliran pola historisnya, di mana pada triwulan III 2017 kas titipan
Uang Keluar (outflow)
Waingapu juga menunjukkan kondisi net inflow sebesar
Transaksi tunai di Provinsi NTT pada triwulan III 2018
Rp 58,02 miliar. Sementara itu, hanya kas titipan Maumere
menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp 379,54
dan Kalabahi yang mengalami peningkatan net outflow
miliar. Kondisi net outflow tersebut meningkat 69,73% dibandingkan triwulan III 2017 masing-masing sebesar
(yoy) dibandingkan triwulan III 2017 yang hanya mencapai 26,88% dan 618,63%. Peningkatan signifikan net
Rp 223,61 miliar. Jumlah uang yang keluar dari Bank outflow kas titipan Kalabahi disebabkan karena pada
Indonesia (outflow) pada triwulan III 2018 adalah Rp 1,5 triwulan III 2017, kas titipan Kalabahi baru dibuka.
triliun atau meningkat 0,40% (yoy) dibandingkan triwulan Peningkatan tersebut menunjukkan aktivitas perbankan di
III 2017 yang mencapai Rp 1,49 triliun. Sementara itu, kas titipan Kalabahi semakin meningkat.

Grafik 5.1 Perkembangan Transaksi Tunai Grafik 5.2 Perkembangan Inflow/Outflow di Povinsi NTT

2.500 500% 4.000 160%


2.000
3.500
1.500 400%
1.000 3.000
500 300% 80%
2.500
0
200% 2.000
-500
-1.000 1.500
100% 0%
-1.500 1.000
-2.000 0%
-2.500 500
-3.000 -100% 0 -80%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018

NET IN/OUT (RP. MILIAR) YOY INFLOW (RP. MILIAR) OUTFLOW (RP. MILIAR) YOY INFLOW YOY OUTFLOW

60 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 5.3 Perkembangan Inflow dan Outflow Kas Titipan Grafik 5.4 Perkembangan Kas Titipan Berdasarkan Kabupaten
Provinsi NTT di Provinsi NTT

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
2.500 MILIAR RP 400 MILIAR RP

2.000 300
1.500 200
1.000 100
500 -
- (100)
(500) (200)

INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
INFLOW
OUTFLOW
NETFLOW
(1.000)
(1.500)
I II III IV I II III IV I II III
WAIKA-
2016 2017 2018 ATAMBUA ENDE LEWOLEBA MAUMERE RUTENG WAINGAPU BUBAK ALOR

INFLOW OUTFLOW NETFLOW

Grafik 5.5 Perkembangan Distribusi ULE dan Penarikan UTLE Grafik 5.6 Distribusi ULE dan Penarikan UTLE Masing-Masing
di Kas Titipan Provinsi NTT Kas Titipan Per Triwulan III 2018
1.200 MILIAR RP 350 MILIAR RP

1.000 300

250
800
200
600
150
400
100
200 50
0 0
I II III IV I II III IV I II III MAUMERE ATAMBUA WAINGAPU ENDE RUTENG LEWOLEBA WAIKA- ALOR
2016 2017 2018 BUBAK

ULE UTLE UTLE ULE

Keberadaan kas titipan mendukung ketersediaan 5.2.3. Perkembangan Uang Tidak Layak Edar (UTLE)
Uang Layak Edar (ULE) di daerah dan membantu Jumlah UTLE yang dimusnahkan pada triwulan III
penyerapan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Pada 2018 mencapai Rp 686,01 miliar atau menurun 6,25%
triwulan III 2018, jumlah ULE yang didistribusikan dari Bank (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Sepanjang
Indonesia ke kas titipan mencapai Rp 1,12 triliun. Jumlah triwulan III 2018, dari seluruh uang yang masuk di Kantor
ini meningkat 14,92% (yoy) dibandingkan triwulan III Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT 61,37%
2017. Sementara itu, jumlah UTLE yang diserap oleh kas merupakan UTLE dan telah dimusnahkan. Persentase ini
titipan adalah Rp 417,85 miliar atau meningkat signifikan lebih besar dibandingkan triwulan III 2017 yang hanya
yakni 77,01% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. mencapai 57,72%.

Berdasarkan lokasi kas titipan, Waingapu menempati


Grafik 5.7 Perkembangan Pemusnahan UTLE
posisi pertama kas titipan dengan penyerapan UTLE
1.000 MILIAR RP 80%
terbesar dan Atambua menempati posisi pertama 900 70%
800
60%
kas titipan dengan distribusi ULE terbesar. Pada 700
50%
600
500 40%
triwulan III 2018, jumlah UTLE yang diserap oleh kas titipan 400 30%
300
Waingapu mencapai Rp 117,22 miliar atau 28,05% dari 200
20%

100 10%
total jumlah UTLE yang diserap seluruh kas titipan di - 0%
I II III IV I II III IV I II III IV I II III
Provinsi NTT. Sementara itu, ULE yang didistribusikan 2015 2016 2017 2018

PEMUSNAHAN UTLE %PEMUSNAHAN/INFLOW


melalui kas titipan Atambua mencapai Rp 304,09 miliar
atau 27,12% dari total jumlah ULE yang didistribusikan
kepada kas titipan di Provinsi NTT.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 61


5.2.4. Perkembangan Uang Palsu (UPAL)
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Grafik 5.8 Perkembangan UPAL di Povinsi NTT Grafik 5.9 Perkembangan Transaksi Kliring

450 100.000 100%


400 90.000
80%
350 80.000
70.000 60%
300
60.000 40%
250
50.000
200 20%
40.000
150 96 30.000 0%
100 20.000
50 -20%
10.000
0 0 -40%
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III
-50%
2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
VOLUME KLIRING - LHS
LEMBAR UPAL GROWTH VOLUME KLIRING - RHS GROWTH CEK/BG KOSONG - RHS RATIO CEK/BG KOSONG - RHS

Jumlah UPAL yang ditemukan selama triwulan III mengalami penurunan sebesar 64,81% dibandingkan
2018 sebanyak 96 lembar. Jumlah tersebut mengalami triwulan III 2017. Hal ini disebabkan oleh ketatnya aturan
peningkatan signifikan dibandingkan dengan triwulan III tentang kelengkapan dan syarat melakukan transaksi
2017 yang hanya mencapai 26 lembar. Pada triwulan III menggunakan bilyet giro yang berlaku sejak 1 April 2017.
2018, jumlah UPAL yang ditemukan sebagian besar berasal
5.4. PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA
dari permintaan klarifikasi perbankan. Berdasarkan jenis
PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK
pecahannya, temuan UPAL terdiri dari Rp 100.000 (KUPVA BB)
sebanyak 88 lembar dan Rp 50.000 sebanyak 8 lembar. Total transaksi penjualan dan pembelian valuta asing
di penyelenggara KUPVA BB berizin pada triwulan IIII
5.3. TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI 2018 di Provinsi NTT mencapai Rp 23,9 miliar. Jumlah
(SKNBI) tersebut mengalami penurunan -14,42% (yoy)
Pada triwulan III 2018, transaksi kliring Provinsi NTT dibandingkan triwulan III 2018 yang mencapai Rp 27,93
mengalami kenaikan baik secara volume maupun miliar. Kegiatan penjualan valuta asing pada triwulan III
nominal. Transaksi kliring di Provinsi NTT pada triwulan III 2018 mencapai Rp 11,90 miliar atau menurun -4,06%
2018 mencapai Rp 3,33 triliun atau mengalami kenaikan (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Sementara itu,
9,79% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Peningkatan kegiatan pembelian valuta asing pada triwulan III 2018
tersebut sejalan dengan peningkatan jumlah kliring mencapai Rp 12 miliar atau turun 22,7% (yoy)
nasional. Pada triwulan III 2018, transaksi kliring nasional dibandingkan triwulan III 2017. Jumlah penyelenggara
mencapai Rp 930,37 triliun atau mengalami kenaikan KUPVA BB berizin yang berkantor pusat di Provinsi NTT
7,02% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Sementara pada triwulan III 2018 adalah tujuh penyelenggara dengan
itu, jumlah warkat kliring di Provinsi NTT pada triwulan III sebaran empat penyelenggara di Kota Kupang, dua
2018 adalah 86.867 warkat atau mengalami kenaikan penyelenggara di Atambua, dan satu penyelenggara di
6,22% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017. Peningkatan Labuan Bajo.
tersebut sejalan dengan peningkatan volume kliring
Berdasarkan mata uang, transaksi penjualan dan
nasional yang mencapai 6,80% (yoy).
pembelian valuta asing pada triwulan III 2018
Sementara itu, penyerahan Cek/BG kosong di Provinsi NTT didominasi oleh USD dengan pangsa 89,55% atau
pada triwulan III 2018 mengalami penurunan secara senilai Rp 21,4 miliar. Selain berperan sebagai mata uang
volume yakni 52,04% (yoy) dibandingkan triwulan III 2017 internasional, USD mendominasi transaksi valuta asing di
atau sebesar 129 warkat. Dari sisi nominal, Cek/BG kosong Provinsi NTT karena Timor Leste, negara yang berbatasan
pada triwulan III 2018 mencapai Rp 4,37 miliar atau langsung dengan Provinsi NTT menggunakan mata uang

62 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 5.10 Perkembangan Transaksi KUPVA BB Provinsi NTT Grafik 5.11 Perkembangan Pangsa Valuta Asing KUPVA BB di
Provinsi NTT

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
18 MILIAR RP 30 MILIAR RP

16
25
14
12 20
10
15
8
6 10
4
5
2
0 0
I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2016 2017 2018

PENJUALAN PEMBELIAN USD EUR LAINNYA

USD dalam aktivitas ekonomi sehari-hari. Mata uang EUR


mempunyai pangsa 6,51% atau senilai Rp 1,56 miliar.
Sementara itu, mata uang lainnya yang terdiri dari JPY,
CNY, SGD, dan lain-lain mempunyai pangsa 3,93% atau
senilai Rp 958,47 juta.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 63


Boks 2. Kick Off GPN di Provinsi NTT
Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kelancaran sistem pembayaran. Sistem pembayaran tidak
pemahaman (awareness) masyarakat serta mengakselerasi lepas dari setiap aktivitas ekonomi masyarakat. Sistem
akseptasi (acceptance) masyarakat terhadap pembayaran dapat diilustrasikan seperti saluran darah
keberlangsungan kebijakan GPN Bank Indonesia, Kantor dalam tubuh manusia. Apabila saluran darah terhambat,
Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT bersama 21 bank tubuh manusia tidak dapat beraktivitas dengan normal.
umum di Kota Kupang melaksanakan kick off Gerbang Demikian juga sistem pembayaran, permasalahan dalam
Pembayaran Nasional (GPN). Kegiatan kick off GPN sistem pembayaran akan memberi dampak terhambatnya
dilaksanakan pada tanggal 22 September 2018 di Alun- aktivitas ekonomi suatu negara. Dalam rangka
Alun Rumah Jabatan Gubernur Provinsi NTT, Kupang.
melaksanakan amanat Undang-Undang, Bank Indonesia
Kegiatan dimulai pukul 06.00 WITA dengan funwalk
senantiasa berupaya mewujudkan sistem pembayaran
mengelilingi Jalan El Tari. Kick off GPN di Provinsi NTT
yang efisien, lancar, aman, dan handal.
ditandai dengan penyerahan secara simbolis kartu GPN
dari Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT Di era digital saat ini, perkembangan sistem pembayaran
kepada Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi NTT. nontunai semakin pesat seiring dengan kebutuhan
masyarakat akan alat pembayaran yang praktis, cepat, dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 sebagaimana
aman. Di tengah pesatnya kebutuhan tersebut,
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
masyarakat justru menghadapi permasalahan. Pertama,
Tahun 2009 tentang Bank Indonesia menjelaskan bahwa
banyak platform atau penyelenggara jasa sistem
tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga
pembayaran yang cenderung bersifat eksklusif. Platform
Gambar Boks 2.1. Kick Off GPN di Provinsi NTT

SUMBER : BPS, DIOLAH

64 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


atau penyelenggara jasa sistem pembayaran tersebut
belum saling terhubung atau interconnected satu sama
lain, sehingga belum mampu menyediakan ekosistem
layanan yang dapat saling melayani (interoperable).
Kedua, biaya transaksi pembayaran nontunai yang disebut
merchant discount rate (MDR) masih relatif mahal yakni
2% – 3%. Biaya transaksi ini jauh lebih tinggi
dibandingkan negara tetangga yang hanya di kisaran Gambar Boks 2.2. Logo GPN
0,2% - 1%. Ketiga, pemrosesan transaksi ritel nontunai
domestik dilakukan di luar negeri oleh penyelenggara
nasional untuk transaksi pembayaran nontunai domestik
switching di luar negeri. Hal ini memiliki risiko keamanan
yang dapat diterima di seluruh mesin ATM dan mesin EDC.
data nasabah dan kemandirian pemrosesan transaksi
Bank Indonesia telah menetapkan logo nasional GPN
nontunai domestik.
berupa desain berbentuk burung garuda dan tulisan GPN
Berdasakan kondisi tersebut, Bank Indonesia meluncurkan yang dilekatkan dan tidak terpisah satu sama lain.
Gerbang Pembayaran Nasional (GPN). GPN merupakan Pemilihan desain berbentuk burung garuda dan GPN
sistem yang dibangun melalui seperangkat aturan dan mengandung filosofi bahwa burung garuda yang terbang
mekanisme untuk mengintegrasikan berbagai instrumen di atas gerbang melanglang nusantara, melambangkan
dan kanal pembayaran secara nasional. Implementasi GPN sistem pembayaran ritel Indonesia yang siap tumbuh,
di Indonesia diatur dalam Peraturan Bank Indonesia berkembang, dan siap berdaya saing dalam layanan
No.19/8/PBI/2017 tanggal 21 Juni 2017 dan Peraturan transaksi elektronik nasional. Penerapan logo nasional juga
Anggota Dewan Gubernur No.19/10/PADG/2017 tanggal merupakan identitas kedaulatan nasional di bidang sistem
20 September 2017 tentang Gerbang Pembayaran pembayaran ritel.
Nasional. Melalui peraturan tersebut, Bank Indonesia
Untuk meningkatkan penggunaan kartu GPN di Provinsi
mendorong terjadinya sharing infrastruktur (mesin ATM
NTT, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT
dan mesin EDC) sehingga bank-bank dapat mengalihkan
bersama seluruh bank di Kota Kupang juga melaksanakan
biaya investasi infrastruktur untuk kegiatan pembiayaan
penukaran kartu GPN kepada masyarakat. Penukaran
pinjaman yang pada akhirnya akan berdampak positif
kartu GPN bukan hanya dilaksanakan di dalam kantor
terhadap pertumbuhan ekonomi. Di samping itu, GPN
bank, melainkan di luar kantor bank sesuai lokasi yang
akan meningkatkan kenyamanan masyarakat dalam
ditentukan oleh masing-masing bank. Sampai saat ini,
bertransaksi nontunai karena masyarakat dapat
9.6571 kartu GPN telah ditukarkan oleh masyarakat di Kota
bertransaksi dari bank manapun dengan menggunakan
Kupang. Penukaran kartu GPN tidak dipungut biaya.
instrumen dan kanal pembayaran apapun.
Masyarakat hanya perlu membawa kartu ATM/debit lama
Sebagai langkah awal implementasi GPN, masyarakat dan kartu identitas untuk melakukan penukaran kartu
diperkenalkan dengan kartu ATM/debit dengan logo ATM/debit di masing-masing bank.

1. Data sampai dengan 28 September 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 65


Boks 3. Layanan Kas Titipan Bank Indonesia di Ende dan Ruteng
Pada tanggal 8 Oktober 2018, Kantor Perwakilan Bank Kas titipan Bank Indonesia di Ende dan Ruteng selama dua
Indonesia Provinsi NTT memperpanjang layanan kas tahun penyelenggaraannya telah meningkatkan kualitas
1
titipan Bank Indonesia di Ende (Kabupaten Ende) dan uang yang beredar di masyarakat. Sejak dibuka, kas titipan
Ruteng (Kabupaten Manggarai). Perpanjangan kedua kas Ende berhasil menyerap uang tidak layak edar (UTLE)
titipan tersebut ditandai dengan penandatanganan sebesar Rp 578,73 miliar. Sementara itu, (UTLE) yang
perjanjian kerjasama antara Kantor Perwakilan Bank berhasil diserap kas titipan Ruteng sebesar Rp 608,04
Indonesia Provinsi NTT dengan Bank Pembangunan miliar. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT juga
Daerah (BPD) NTT Kantor Cabang Ende dan Ruteng selaku terus melaksanakan distribusi ULE melalui kas titipan untuk
bank pengelola kas titipan Bank Indonesia di Ende dan menggantikan UTLE yang diserap kas titipan. Distribusi ULE
Ruteng. Kas titipan Bank Indonesia di Ende dan Ruteng ke kas titipan Ende dan Ruteng selama dua tahun
yang mulanya beroperasi sejak tanggal 14 Oktober 2016 beroperasi masing-masing adalah Rp 535,92 miliar dan Rp
sampai dengan 13 Oktober 2018, diperpanjang jangka 1,16 triliun.
waktu penyelenggaraannya sampai dengan 30 Juni 2020.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
Selama ini, keberadaan kas titipan Bank Indonesia di Ende memberikan amanat kepada Bank Indonesia sebagai satu-
dan Ruteng telah memberikan manfaat bagi masyarakat satunya lembaga yang berwenang untuk mengedarkan
dan perbankan. Masyarakat mendapatkan uang Rupiah uang Rupiah di seluruh wilayah Indonesia. Bank Indonesia
dengan kondisi layak edar untuk mendukung aktivitas senantiasa berupaya memenuhi kebutuhan uang Rupiah
ekonominya. Sementara itu, bank umum juga mendapat masyarakat dalam jumlah nominal yang cukup, jenis
kemudahan karena tidak perlu melaksanakan pengiriman pecahan yang sesuai, tepat waktu, dan kondisi layak edar.
uang dari kantor pusat ke kantor cabang di Ende dan Mengingat luasnya wilayah Indonesia, Bank Indonesia
Ruteng karena dapat langsung memenuhi kebutuhan menetapkan titik-titik strategis untuk menjangkau seluruh
uang layak edar (ULE) di kas titipan. Hal tersebut wilayah Indonesia. Selanjutnya, Bank Indonesia
menurunkan risiko pengiriman uang dan menghemat bekerjasama dengan perbankan untuk mengedarkan ULE
biaya operasional bank. di titik-titik strategis tersebut melalui kas titipan. Total kas

Gambar Boks 3.1. Perpanjangan Kas Titipan Bank Indonesia di Ende dan Ruteng

1. Kas titipan adalah kegiatan penyediaan uang Rupiah milik Bank Indonesia yang dititipkan menunjuk Bank Umum sebagai pengelola kas titipan untuk melakukan kegiatan: setoran dan
kepada salah satu bank untuk mencukupi persediaan kas bank-bank dalam rangka penarikan bank di wilayah kerjanya, penukaran uang di loket untuk kebutuhan masyarakat,
memenuhi kebutuhan masyarakat di suatu wilayah/daerah tertentu. Bank Indonesia pelaksanaan kas keliling, sortasi uang, serta penyimpanan uang.

66 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik Boks 3.1 Distribusi ULE dan Penyerapan UTLE Kas Titipan Grafik Boks 3.2 Distribusi ULE dan Penyerapan UTLE Kas Titipan
Ende (dalam miliar Rp) Ruteng (dalam miliar Rp)
200 200
180 180
160 160
140 140
120 120
100 100
80 80
60 60
40 40
20 20
0 0
IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2016 2017 2018 2016 2017 2018

DISTRIBUSI UTLE PENYERAPAN UTLE DISTRIBUSI UTLE PENYERAPAN UTLE

titipan di seluruh Indonesia sampai saat ini adalah 113 titik.


Dari jumlah tersebut, delapan kas titipan terletak di Provinsi
NTT sehingga menempatkan Provinsi NTT sebagai provinsi
dengan kas titipan terbanyak di Indonesia. Selain kas
titipan Ende dan Ruteng, kas titipan di Provinsi NTT juga
terletak di Maumere, Atambua, Waingapu, Lewoleba,
Waikabubak, dan Kalabahi.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 67


Bab VI.
Ketenagakerjaan
dan Kesejahteraan
Perkembangan sektor ketenagakerjaan dan kesejahteraan pada
TW III 2018 menunjukkan adanya penguatan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT tercatat berada di


bawah nasional dan berada di peringkat 2 terendah dari 34 Provinsi di
Indonesia

Persentase pengangguran 3,01% atau 74,7 ribu orang dari total


angkatan kerja 2,49 juta orang

Nilai tukar petani mengalami kenaikan menjadi 107,28 dibandingkan


triwulan II 2018 sebesar 105,26. NTP menunjukkan kemampuan/daya
beli petani di pedesaan
6.1. KONDISI UMUM
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Berdasarkan data Agustus 2018, kesejahteraan lebih baik dibanding pengangguran terbuka nasional yang
masyarakat Provinsi NTT yang tercermin dari kondisi sebesar 5,34%. Hanya Provinsi Bali (1,37%) yang memiliki
ketenagakerjaan menunjukkan peningkatan 1 . tingkat pengangguran terbuka lebih rendah dari NTT.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT turun Sulawesi Barat (3,16), Papua (3,20) dan Sulawesi Tengah
sebanyak 3.800 orang menjadi 3,01% dibandingkan (3,26) melengkapi 5 Provinsi dengan tingkat pengangguran
Agustus 2017 yang sebesar 3,27%, sehingga saat ini terendah. Namun demikian, rendahnya angka TPT tersebut
tercatat angka pengangguran sebanyak 74.748 orang. cukup berkontradiksi dengan persentase penduduk miskin
Peningkatan tersebut didorong terutama oleh di Provinsi NTT. Jumlah penduduk miskin di Provinsi NTT per
peningkatan tenaga kerja di sektor Pertambangan dan Maret 2018 adalah 1,14 juta jiwa atau 21,35% dari total
Penggalian; Pengadaaan Listrik, Gas and Air sebanyak penduduk di Provinsi NTT. Jumlah tersebut lebih tinggi
22% atau 7.458 orang seiring dengan penambahan daripada persentase kemiskinan nasional yaitu 9,82%.
lapangan kerja baru pada proyek pembangunan tenaga Provinsi NTT menempati posisi ketiga terbawah nasional
listrik dan bendungan. Sektor terbesar di NTT, yakni persentase angka kemiskinan dan hanya berada di atas
Pertanian, Kehutaan dan Perikanan juga menyumbang Papua Barat (23,01%) dan Papua (27,74%)
penambahan jumlah tenaga kerja 48.358 orang (3,8%). Di
Total penduduk NTT yang bekerja sebesar 2,41 juta orang,
sisi lain, tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang
atau meningkat 91,5 ribu orang dibandingkan Agustus
diindikasikan oleh Nilai Tukar Petani (NTP) juga
2017. Jika menilik Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja (TPAK)
menunjukkan peningkatan menjadi 107,35 dari triwulan III
terdapat peningkatan 1,08% menjadi 70,1% dibanding
2017 yang sebesar 103,8. Hal ini disebabkan peningkatan
Agustus 2017. Sektor terbesar penyerap tenaga kerja NTT
indeks harga diterima lebih tinggi dibandingkan
adalah Pertanian, Kehutaan dan Perikanan dengan tingkat
peningkatan indeks harga dibayar, salah satunya pengaruh
partisipasi tenaga kerja di sektor pertanian yakni sebesar
dari adanya panen produksi perkebunan mete di daerah
54,73% atau 1,32 juta orang. Diikuti sektor Perdagangan
Flores.
Besar dan Eceran sebesar 9,64%. Disisi lain, masih cukup
6.2 PERKEMBANGAN TENAGA KERJA tingginya tenaga kerja yang bersifat pekerja tak dibayar
6.2.1 Perkembangan Tenaga Kerja Umum sebesar 26,5% dari total tenaga kerja di Provinsi NTT atau
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi NTT sebanyak 639.223 orang disinyalir menjadi salah satu
tercatat masih lebih baik dibandingkan nasional dan faktor yang juga berkontribusi terhadap angka kemiskinan
berada di peringkat 2 terendah dari 34 Provinsi di NTT. Pekerja tak dibayar pada umumnya merupakan
Indonesia. Jumlah pengangguran di NTT pada bulan pekerja yang bekerja di sektor pertanian dalam konteks
Agustus 2018 sebesar 3,01% dari total angkatan kerja, membantu keluarga menggarap persawahan.

Grafik 6.1. Perkembangan Tenaga Kerja di NTT Grafik 6.2. Perkembangan Status Pekerja

3.000.000 4,50 2
4,00 1,8
2.500.000
3,50 1,6
2.000.000 3,00 1,4
1,2
2,50
1.500.000 3,01 1
2,00
0,8
1.000.000 1,50
0,6
1,00 0,4
500.000
0,50 0,2
- 0,00 0
FEB AGS FEB AGS FEB AGS FEB AGS FEB AGS FEB AGS AGUSTUS 2017 AGUSTUS 2018

2013 2014 2015 2016 2017 2018

ANGKATAN KERJA KERJA TPT (%) FORMAL INFORMAL

SUMBER : BPS, DIOLAH

1. Analisis kesejahteraan pada bab ini akan selalu berbeda penekanan tergantung
ketersediaan data terbaru yang ada pada saat dilakukan analisis.
70 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018
6.2.2 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan Grafik 6.11 Perkembangan Tenaga Kerja menurut Lapangan Usaha
Lapangan Pekerjaan Utama

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
250 RIBU ORANG 1600
1400
200
Pada Agustus 2018, tenaga kerja di sektor pertanian 1200

150 1000
sebagai sektor dominan di Provinsi NTT meningkat menjadi 800
100 600
1,32 juta jiwa dari sebelumnya Agustus 2017 sebanyak 400
50
200
1,27 juta jiwa, sehingga porsi tenaga kerja pertanian
0 0
FEB AGS FEB AGS
terhadap total tenaga kerja di Provinsi NTT meningkat
2016 2017

menjadi 54,73%. Namun jika dilihat data 3 tahun terakhir PERTAMBANGAN,LISTRIK GAS dan AIR
PERDAGANGAN DAN REPARASI
INDUSTRI PENGOLAHAN
TRANSPORTASI DAN AKOMODASI
KONSTRUKSI
INFORMASI, KOMUNIKASI, KEUANGAN
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN PERTANIAN, KEHUTANAN dan PERIKANAN JASA PENDIDIKAN

tren pertumbuhan tenaga kerja di bidang pertanian JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA LAINNYA

SUMBER : BPS, DIOLAH


menunjukkan adanya sedikit penurunan, dengan
kecenderungan mulai adanya pergeseran tenaga kerja dari tenaga kerja sektor industri telah terjadi setidaknya sejak
sektor pertanian ke sektor lain yakni industri dan jasa-jasa. tahun lalu seiring mulai bergeliatnya sektor industri di
Sementara peningkatan tenaga kerja yang terjadi pada Provinsi NTT.
Agustus 2018 diperkirakan sebagai dampak panen besar
Berdasarkan data, tingginya ketergantungan pada sektor
perkebunan kacang mete di Flores.
pertanian terlihat dari komposisi tenaga kerja di sektor
Peningkatan terbesar terjadi pada sektor Pertambangan pertanian yang masih dominan sebesar 54,7%, relatif
dan Penggalian; Pengadaaan Listrik, Gas and Air sebanyak stabil dibandingkan Agustus 2017 sebesar 54,8%.
22% atau 7.458 orang seiring dengan penambahan Sementara itu apabila dilakukan analisis perbandingan
lapangan kerja baru pada proyek pembangunan tenaga sektor formal dan informal, pada Agustus 2018 pekerja
listrik dan bendungan. Proyek pembangunan listrik formal di NTT hanya sebesar 0,58 juta atau 23,96%
terfokus di Pulau Flores, yakni di Maumere dan Labuan berbanding 1,83 juta atau 76,04% untuk pekerja informal
Bajo dengan kapasitas 40 MegaWatt, sedangkan proyek di NTT yang disebabkan belum tersedianya opsi lapangan
bendungan yang masih berjalan adalalah pembangunan kerja dan industry yang sesuai dengan kualifikasi
bendungan Rotiklot di Pulau Timor. pendidikan penduduk NTT.

Peningkatan juga terjadi pada sektor Konstruksi menjadi 6.2.3 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan
106.3751 jiwa dari Agustus 2017 sebanyak 97.965 jiwa. Tingkat Pendidikan
Hal ini menunjukkan adanya realisasi pembangunan Berdasarkan Tingkat Pengangguran Terbuka 2 , pada
infrastuktur di NTT baik oleh pemerintah maupun swasta. Agustus 2018 pengangguran terbanyak berada pada
Sektor Industri pengolahan juga meningkat dari 204.484 tingkat pendidikan Universitas dengan persentase 7,81%
menjadi 216.175 jiwa. Kecenderungan peningkatan diikuti dengan SMA Umum dengan persentase 7,54%.
Persentase TPT semakin kecil pada jenjang pendidikan
Grafik 6.3. Struktur Tenaga Kerja di NTT Bulan Februari 2018
lebih rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor
ekonomi di Provinsi NTT belum cukup mendukung para
PERTANIAN, KEHUTANAN DAN PERIKANAN

PERTAMBANGAN,LISTRIK GAS DAN AIR


lulusan pendidikan dengan jenjang pendidikan lebih tinggi
INDUSTRI PENGOLAHAN

1,60% 54,73%
KONSTRUKSI
sehingga masih kesulitan mencari pekerjaan. Sektor
5,12% 1,70% PERDAGANGAN DAN REPARASI
5,47% 8,96%
1,48% 4,43%
TRANSPORTASI DAN AKOMODASI
ekonomi Provinsi NTT masih didominasi oleh pertanian
1,97% 9,64% INFORMASI, KOMUNIKASI, KEUANGAN
4,91% ADMINISTRASI PEMERINTAHAN
tradisional dengan porsi terhadap perekonomian per
JASA PENDIDIKAN

JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL


triwulan III 2018 sebesar 28,64%, sementara sektor-sektor
JASA LAINNYA

yang memerlukan pengetahuan/keterampilan di NTT


jumlahnya masih cukup terbatas, tercermin dari porsi yang
SUMBER : BPS, DIOLAH

2. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT): Jumlah Pengangguran dibagi Jumlah Angkatan


Kerja
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 71
masih rendah terhadap perekonomian seperti misalnya Grafik 6.6. Persentase Penyerapan Tenaga Kerja Industri
Manufaktur Sedang dan Besar
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

industri pengolahan (1,21%), informasi dan komunikasi


(6,60%) dan jasa keuangan dan asuransi (3,98%). Dengan
29,12
demikian diperlukan upaya perluasan lapangan kerja di MAKANAN

23,26
Provinsi NTT, di antaranya menarik investor terutama MINUMAN

15,85
sektor bernilai tambah lebih seperti industri, untuk lebih FURNITUR

31,77
memberdayakan para lulusan jenjang pendidikan lebih BARANG GALIAN BUKAN LOGAM

tinggi sekaligus menyerap tenaga kerja lebih banyak.

SUMBER : BPS, DATA DIOLAH


6.2.4 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Status
Pekerjaan 6.2.5. Kondisi Tenaga Kerja Sektor Industri
Struktur tenaga kerja menurut status pekerjaan di Provinsi Manufaktur Besar dan Sedang
NTT setidaknya dalam selang waktu Agustus 2017 ke Berdasarkan data Industri Manufaktur dan sedang (IBS),
Agustus 2018 tidak banyak mengalami perubahan dan porsi penyerapan tenaga kerja untuk industri barang galian
masih didominasi oleh pekerja di sektor informal dengan bukan logam masih dominan dengan porsi sebesar
porsi 76,04%, meningkat dari Agustus 2017 yang sebesar 31,77% fan kontibusi produksi sebesar 65.90%. Hal ini
75,86%. Pekerja tidak dibayar menjadi pekerja di sektor diperkirakan karena didorong kebutuhan barang galian
informal yang terbesar yakni dengan porsi 26,51% dari sebagai bahan dasar proyek-proyek pemerintah yang
total tenaga kerja NTT atau sebanyak 639.223 jiwa. masih tinggi. Produktivitas juga meningkat menjadi Rp
Peningkatan tersebut diperkirakan terjadi seiring adanya 40,29 juta dibanding triwulan II 2018 yang sebesar Rp
program pemerintah provinsi dalam bentuk revolusi hijau 27,53 juta. Di sisi lain, secara produktivitas industri
yang bertujuan mengoptimalkan lahan-lahan yang ada di minuman menunjukkan pertumbuhan menjadi Rp 10,49
NTT untuk kesejahteraan masyarakat. Sementara pekerja juta per tenaga kerja dari sebelumnya triwulan II 2018
di sektor informal yang berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar Rp 9,45 juta per tenaga kerja. Hal tersebut
sedikit mengalami kenaikan menjadi 643.982 dari ditengarai disebabkan oleh meningkatnya kegiatan
sebelumnya 675.681 diikuti peningkatan porsi pekerja kunjungan dalam rangka Meeting, Incentive, Convention,
buruh/karyawan menjadi 530.134 dari sebelumnya and Exhibition (MICE) di NTT yang mendorong permintaan
511.558 jiwa. minuman. Industri Furnitur juga mengalami sedikit
peningkatan dari Rp8,33 juta per tenaga kerja menjadi
Rp8,38 juta.

Grafik 6.7. Perkembangan Produktivitas Industri Manufaktur Besar


Grafik 6.5 Perkembangan Status Pekerjaan Masyarakat dan Sedang
800.000 JIWA 45
675.681
700.000 643.982 639.223 40
584.090 35
600.000
30
500.000 442.892 420.265
25
400.000
20
300.000
15
200.000 10
88.931 98.659
100.000 48.608 47.571 5
0 0
BERUSAHA BERUSAHA
BERUSAHA PEKERJA TAK BARANG GALIAN
DIBANTU BURUH PEKERJA BEBAS DIBANTU BURUH MAKANAN MINUMAN FURNITUR
SENDIRI
TETAP
DIBAYAR
TIDAK TETAP BUKAN LOGAM

INFORMAL FORMAL
II 2017 II 2018
AGS-17 AGS-18

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

72 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Grafik 6.8 Perkembangan Indeks Tenaga Kerja SKDU Grafik 6.10. Nilai Tukar Petani Per Sektor

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
35 INDEKS 112
30 110
25 108
20
106
15
104
10
102
5
0 100
-5 98
-10 96
-15 94
TANAMAN
I II III IV I II III IV I II III IV I II III TANAMAN
HORTIKULTURA PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN
PADI-PADIAN RAKYAT
2015 2016 2017 2018

INDEKS EKSPEKTASI JUMLAH KARYAWAN INDEKS JUMLAH KARYAWAN MAR 2018 SEP 2018

*PERKIRAAN SUMBER : BPS, DIOLAH


SUMBER : BI, DIOLAH

6.2.6. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) bahwa terjadi kenaikan biaya hidup/ongkos produksi yang
Hasil SKDU Bank Indonesia pada Tw III 2018 di wilayah NTT lebih besar dibanding pendapatan yang diraih. Secara lebih
menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan jumlah rinci, hal tersebut dipengaruhi adanya peningkatan biaya
tenaga kerja pada beberapa sektor. SKDU dilakukan secara konsumsi rumah tangga dan produksi terutama bahan
triwulanan. Kenaikan terbesar terjadi pada sektor makanan, sandang, bibit tanaman dan pupuk. Dilihat dari
Bangunan dengan indeks 1,45 diikuti sektor Perdagangan, sisi sektoral, peningkatan nilai tukar petani terjadi pada
Hotel dan Restoran sebesar 0,68. tanaman padi-palawija, hortikultura dan perikanan. Hal
tersebut didorong oleh adanya musim panen perkebunan
6.3 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN mete dan hasil tangkapan nelayan pada periode laporan
6.3.1 Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) yang cukup melimpah seiring cuaca dan gelombang laut
Secara triwulanan, tingkat kesejahteraan pedesaan yang kondusif.
di Provinsi NTT yang tercermin dari Nilai Tukar Petani
(NTP) menunjukkan peningkatan sesuai dengan 6.3.2. Survei Konsumen dan Indeks Tendensi
siklusnya, namun masih sedikit lebih tinggi Konsumen (ITK)
dibandingkan triwulan II 2018. NTP triwulan III 2018 Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia dan Indeks
tercatat naik menjadi 107,35 dari sebelumnya triwulan II Tendensi Konsumen (ITK) Badan Pusat Statistik (BPS)
2018 sebesar 105,26. Angka NTP yang tercatat berada di menunjukkan adanya peningkatan. Indeks
atas 100 sehingga secara umum masih terjadi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu mengalami
pertumbuhan pendapatan bagi petani. Penurunan NTP sedikit peningkatan dari sebelumnya triwulan sebesar
terjadi disebabkan kenaikan indeks yang dibayar (IB) lebih 134,5 menjadi 154,5 yang mengindikasikan adanya
tinggi daripada indeks yang diterima (IT) yang berarti peningkatan pendapatan dibandingkan triwulan III 2017.

Grafik 6.11 Perkembangan Survei Konsumen-BI dan Indeks


Grafik 6.9. Perkembangan Nilai Tukar Petani Tendensi Konsumen-BPS
110 145 180
108 140
160
106 135
104 130 140
102 125
120
100 120
104.48
101.20

98 115 100
96 110
80
94 105
92 100 60
I II III IV I II III IV I II III IV I II I II III I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
2014 2015 2016 2017 2018 2014 2015 2016 2017 2018

NTP-AXIS KANAN IT IB INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PENGHASILAN SAAT INI DIBANDINGKAN 6 BLN YANG LALU

SUMBER : BPS, DIOLAH SUMBER : BPS, DIOLAH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 73


Peningkatan pendapatan ini sejalan dengan turunnya
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

angka pengangguran di NTT. Sejalan dengan peningkatan


Survei Konsumen, ITK pada triwulan III 2018 meningkat
menjadi 113,64 dibandingkan triwulan III 2017 yang
sebesar 113,40 Nilai ITK yang meningkat menunjukkan
kondisi ekonomi dan optimisme konsumen yang
meningkat.

74 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Bab VII.
Prospek
Perekonomian Daerah
Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan I 2019 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,90%-
5,30% (yoy). Adapun secara keseluruhan tahun 2019 ekonomi diperkirakan tumbuh pada
kisaran 5,10%-5,50% (yoy), atau meningkat dibandingkan proyeksi pertumbuhan tahun 2017
sebesar 5,00%-5,40% (yoy). Dari sisi pengeluaran, perekonomian Provinsi NTT pada
triwulan I 2019 diperkirakan didorong terutama oleh konsumsi rumah tangga dan
pemerintah, sedangkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi diperkirakan
tumbuh relatif stabil. Sementara dari sisi lapangan usaha, perekonomian didorong terutama
oleh lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan, sementara lapangan usaha
konstruksi, perdagangan besar dan eceran, administrasi pemerintahan serta jasa pendidikan
diperkirakan tumbuh sedikit melambat. Terdapat beberapa faktor risiko makroekonomi
yang perlu diwaspadai terutama dari sisi domestik, yakni hasil produksi pertanian,
kehutanan dan perikanan yang berpotensi terganggu kondisi cuaca pada awal tahun seiring
tingginya curah hujan serta penurunan kegiatan usaha pada tahun 2019 karena
berkurangnya proyek pemerintah akibat adanya event Pemilihan Presiden yang berpotensi
menguras waktu dan anggaran pemerintah.

Tekanan harga pada triwulan I 2019 diperkirakan berada pada kisaran inflasi nasional
3,5%±1,0%, yakni rentang 2,30%-2,70% (yoy). Adapun secara keseluruhan tahun 2019, inflasi
diperkirakan berada pada rentang 2,30%-2,70% (yoy). Terjaganya inflasi tersebut seiring
pasokan kelompok komoditas bahan makanan yang diperkirakan terkendali sehingga
cenderung mengalami deflasi pasca inflasi cukup tinggi pada tahun sebelumnya. Di sisi lain,
masih terdapat potensi kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2019.
7.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NTT
7.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Triwulan I - 2019
Perekonomian Provinsi NTT pada triwulan I 2019 kelistrikan. Selain itu, LU perdagangan besar dan eceran
diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,90%-5,30% (yoy), diperkirakan mengalami perlambatan pertumbuhan
melambat dibandingkan kisaran pertumbuhan triwulan IV seiring permintaan masyarakat untuk barang sekunder
2018 sebesar 5,00%-5,40% (yoy). Perlambatan dan tersier seperti kendaraan bermotor dan peralatan
diperkirakan lebih disebabkan oleh peningkatan konsumsi elektronik yang melambat pasca Hari Raya Natal dan Tahun
rumah tangga yang diikuti dengan peningkatan impor Baru. Adapun LU jasa pendidikan diperkirakan turut
antar daerah yang lebih besar karena selain untuk mengalami perlambatan sebagai dampak peningkatan
memenuhi kebutuhan konsumsi triwulan I 2019 juga layanan pendidikan yang masih belum banyak dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan investasi/Pembentukan pada awal tahun. Meskipun demikian, diperkirakan
Modal Tetap Bruto (PMTB) yang diperkirakan tumbuh pertumbuhan jasa pendidikan masih lebih baik
relatif stabil, seperti mendatangkan permesinan dan bahan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
baku terutama dari Pulau Jawa. Di sisi lain, konsumsi seiring peningkatan animo masyarakat untuk melanjutkan
pemerintah diperkirakan mengalami peningkatan seiring pendidikan di SMK karena keterampilan yang diperoleh
kecenderungan pemerintah daerah mempercepat realisasi dapat langsung digunakan untuk mencari pekerjaan
belanja sejak awal tahun, sehingga menjadi faktor terutama bidang pariwisata seiring permintaan tenaga
penahan perlambatan pertumbuhan ekonomi. kerja di sektor pariwisata yang terus meningkat.

Berdasarkan lapangan usaha (LU), perlambatan 7.1.1.1. Pertumbuhan Sisi Penggunaan


pertumbuhan diperkirakan disumbang oleh lapangan Perlambatan ekonomi pada triwulan I 2019 dari sisi
usaha konstruksi, perdagangan besar dan eceran serta jasa penggunaan diperkirakan disumbangkan oleh
pendidikan. LU konstruksi diperkirakan melambat meningkatnya impor antar daerah dalam rangka
disebabkan oleh realisasi pembangunan pada awal tahun pemenuhan kebutuhan konsumsi dan investasi di
yang masih belum optimal karena menunggu tender tengah menguatnya konsumsi rumah tangga dan
pemerintah. Namun demikian, pertumbuhan pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)/investasi.
triwulan I 2019 diperkirakan masih lebih baik Impor antar daerah diperkirakan tumbuh lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya didukung kecenderungan penyediaan stok kebutuhan
didukung oleh kelanjutan proyek pembangunan multiyear pada awal tahun yang besar untuk memenuhi permintaan
Bendungan Temef dan Napun Gete serta percepatan sampai dengan triwulan II 2019. Di sisi lain, ekspor luar
proyek pembangunan pembangkit dan jaringan negeri diperkirakan menunjukkan peningkatan seiring

Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Triwulan I – 2019 Grafik 7.2. Survei Konsumen

5,60% 11% 180,0

5,40% 9% 170,0
160,0
5,20% 7%
150,0
5,00% 5%
140,0
4,80% 3%
4.90-5.30%
5.10-5.50%

130,0
4,60% 1% 120,0
4,40% -1% 110,0
4,20% -3% 100,0
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* I** I II III IV I II III IV I II III IV I II III OKT
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
PDRB (YOY) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (YOY) KONSTRUKSI (YOY) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN (IEK)
PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY) PERDAGANGAN BESAR & ECERAN (YOY) JASA PENDIDIKAN (YOY) EKSPEKTASI PENGHASILAN 6 BULAN Y.A.D. KETERSEDIAAN LAPANGAN KERJA 6 BULAN Y.A.D

SUMBER : BPS DAN BANK INDONESIA (DIOLAH) SUMBER :BANK INDONESIA (DIOLAH)

76 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


pengiriman ekspor stok ikan laut dan kacang mete hasil Grafik 7.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Tahun 2019

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA


NUSA TENGGARA TIMUR
produksi tahun 2017 yang masih tersedia sampai dengan 5.4
9
8
5.2
triwulan I 2019. 7
5.0 6
4.8 5

5,00-5,40%
Berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia sampai

5.10-5.50%
4
4.6
3
4.4
dengan memasuki triwulan IV 2018, terdapat 4.2
2
1
4.0 0
kecenderungan konsumsi yang meningkat. Indeks
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018* 2019**
Keyakinan Konsumen dan Indeks Ekspektasi Konsumen
PDRB (YOY) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN (YOY) KONSTRUKSI (YOY)
PERTANIAN, KEHUTANAN & PRKN (YOY) PERDAGANGAN BESAR & ECERAN (YOY) JASA PENDIDIKAN (YOY)
menunjukkan indeks dalam tren meningkat. Kondisi ini
SUMBER : BPS DAN BANK INDONESIA (DIOLAH)

mendukung prospek ekonomi ke depan yang masih


terjaga kuat meskipun terdapat potensi sedikit melambat. meningkatnya pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB)/investasi seiring meningkatnya realisasi
7.1.1.2. Pertumbuhan Sisi Lapangan Usaha investasi pada bidang pertanian, perkebunan, perikanan
Berdasarkan lapangan usaha, perlambatan dan pengolahannya dengan dukungan pemerintah
pertumbuhan ekonomi triwulan I 2019 diperkirakan daerah, yang pada gilirannya juga berkontribusi terhadap
disumbang oleh lapangan usaha konstruksi, peningkatan pertumbuhan ekspor luar negeri. Sejalan
perdagangan besar dan eceran, administrasi dengan hal tersebut, berdasarkan lapangan usaha, LU
pemerintahan serta jasa pendidikan. LU konstruksi pertanian, kehutanan dan perikanan diperkirakan
diperkirakan melambat sebagai dampak adanya persiapan meningkat, seiring investasi yang meningkat serta potensi
Pilpres. Sebagaimana disebutkan pelaku usaha menurut adanya operasionalisasi Bendungan Raknamo dan
hasil liaison Bank Indonesia, para pelaku usaha konstruksi Rotiklot. Industri pengolahan juga diperkirakan mulai
memiliki kekhawatiran penurunan kegiatan usaha pada menunjukkan geliat peningkatan pertumbuhan pada
tahun 2019 dikarenakan berkurangnya proyek pemerintah tahun 2019 seiring komitmen investasi yang terus
akibat adanya event Pemilihan Presiden yang berpotensi ditindaklanjuti seperti garam, semen, gula dan perikanan.
menguras waktu dan anggaran pemerintah. Sementara Selain itu, sektor administrasi pemerintahan juga turut
itu, LU perdagangan besar dan eceran diperkirakan diperkirakan meningkat seiring adanya masa Pemilu
melambat disebabkan oleh penjualan eceran makanan, Presiden pada tahun 2019. Peningkatan layanan
minuman dan tembakau yang tidak setinggi periode akhir pendidikan yang terus dilakukan pemerintah daerah juga
tahun sebelumnya seiring permintaan masyarakat yang menjadi faktor yang mampu mendorong pertumbuhan
melambat. Di sisi lain, LU administrasi pemerintahan ekonomi NTT lebih tinggi dibandingkan tahun
melambat seiring adanya tahap penyesuaian struktur sebelumnya.
organisasi perangkat daerah baru hasil arahan pimpinan
daerah. Adapun LU jasa pendidikan diperkirakan tumbuh 7.2. INFLASI
sedikit melambat seiring realiasi peningkatan layanan 7.2.1. Inflasi Triwulan I 2019
pendidikan yang terbatas pada awal tahun. Tekanan harga pada triwulan I 2019 diperkirakan
berada pada kisaran inflasi nasional 3,5%±1,0%,
7.1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi NTT Tahun 2019 yakni rentang 2,30%-2,70% (yoy). Terjaganya inflasi
Pada tahun 2018 pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT triwulan I 2019 diperkirakan terjadi seiring turunnya harga
diperkirakan meningkat pada kisaran 5,10%-5,50% (yoy). kelompok komoditas bahan makanan pasca kenaikan
Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2019 cukup tinggi akhir tahun sebelumnya terutama daging
antara lain konsumsi rumah tangga yang tumbuh menguat ayam ras, telur ayam ras, ikan segar, bumbu-bumbuan
seiring peningkatan daya beli masyarakat serta serta sayur-sayuran. Di sisi lain, tarif angkutan udara

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 77


diperkirakan mengalami inflasi meskipun masih relatif yang semakin lancar untuk komoditas-komoditas yang
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

stabil yang didukung oleh peningkatan frekuensi banyak didatangkan dari daerah lain seperti beras dan gula
penerbangan di Provinsi NTT. pasir. Selain itu, frekuensi penerbangan yang terus
meningkat di Provinsi NTT seiring perkembangan
Potensi risiko inflasi yang perlu diwaspadai pada triwulan I
pariwisata turut menjadi penyumbang lebih terjaganya
2019 adalah faktor cuaca seperti curah hujan serta
inflasi tarif angkutan udara. Sementara itu, masih adanya
gelombang tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat
potensi kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2019
menyebabkan produksi ternak terutama ayam dan telur
menjadi faktor risiko yang perlu diwaspadai serta adanya
berkurang seiring ketahanan hewan ternak yang
potensi gangguan cuaca seperti gelombang tinggi pada
berkurang, selain pasokan bibit dari daerah lain yang
periode triwulan I sampai dengan II 2019.
terhambat tinggi gelombang. Di sisi lain, gelombang laut
yang tinggi berpotensi menyebabkan inflasi dari sisi ikan Risiko inflasi yang perlu diwaspadai pada tahun 2019
laut tangkap yang produksinya berkurang seiring adalah masih adanya potensi kenaikan harga minyak dunia
terhambatnya aktivitas melaut nelayan. Selain itu, pasokan yang juga dapat mengerek harga komoditas selain bahan
bahan makanan dari daerah lain juga berpotensi bakar minyak. Adanya Pemilihan Umum Presiden serta
terhambat seiring adanya gelombang tinggi. Oleh karena gangguan cuaca diperkirakan turut menjadi faktor risiko
itu, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi NTT, inflasi yang perlu diwaspadai. Upaya yang dilakukan TPID
sejak triwulan IV 2018 sampai dengan triwulan I 2019, untuk mengendalikan inflasi pada tahun 2019 antara lain
salah satu fokus upaya pengendalian inflasi adalah melalui melakukan peningkatan kerja sama antardaerah baik antar
pengaturan bongkar-muat barang di pelabuhan yang kabupaten/kota di NTT maupun dengan provinsi lain.
diprioritaskan kepada barang kebutuhan pokok serta Selain itu, upaya pengendalian inflasi khususnya daging
peningkatan tindakan operasi pasar dan inspeksi ayam ras dilakukan melalui pembangunan breeding farm
mendadak ke pasar-pasar tradisional. oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan swasta.

7.2.2. Inflasi Tahun 2019


Grafik 7.4. Prediksi Inflasi Triwulan IV 2018 dan I 2019
Secara tahunan, inflasi pada akhir tahun 2019
9%

diperkirakan pada kisaran 2,30-2,70% (yoy). Inflasi 8%


7%

tersebut diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun 6%


2.30-270%
5%
4%
2018 yang diproyeksikan pada angka 2,50%-2,90% (yoy). 2.50-2.90%
3%
2%
Capaian inflasi yang lebih rendah dibandingkan tahun
1% 1.90%
0%
2018 diperkirakan disebabkan oleh peningkatan kapasitas I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV* I**
2015 2016 2017 2018
produksi di daerah untuk komoditas daging ayam ras, telur
ayam ras, bawang merah dan cabai merah serta pasokan
SUMBER: BPS & BANK INDONESIA (DIOLAH)

78 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Daftar Istilah
Administered prices Komponen inasi berupa harga-harga barang dan jasa yang diatur pemerintah.

Barrel Satuan pengukur volume yang biasa digunakan dalam perdagangan minyak internasional

BI rate Suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia

Biaya Operasional terhadap adalah rasio esiensi bank yang mengukur beban operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin
Pendapatan Operasional (BOPO) tinggi nilai BOPO maka semakin tidak esien operasi bank.

Branchless banking Strategi pemberian pelayanan jasa keuangan perbankan tanpa bergantung pada keberadaan kantor cabang

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh
bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko dari
setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.

Cikur Modied adalah Kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan
penukaran uang keliling.

Clean money policy Kebijakan penggantian uang rusak dengan uang layak edar

Consensus forecast Prediksi masa depan yang dibuat dengan menggabungkan bersama beberapa perkiraan terpisah yang
sering dibuat menggunakan metodologi yang berbeda.

Core-deposit Sumber dana andalan bank yang bersifat stabil sebagai basis pinjaman bank

Cost of capital Biaya riil yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memperoleh dana baik hutang, saham preferen,
saham biasa, maupun laba ditahan untuk mendanai suatu investasi perusahaan

Cost push ination Inasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya

Credit Limit Batas kredit

Credit rating Sebuah penaksiran kelayakan kredit dari individu atau korporasi

Crisis management protocol Prosedur manajemen krisis ini menetapkan protokol penggelaran tim manajemen dan mendenisikan peran
dan tanggung jawab anggota tim itu

Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu
dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai
dengan prioritas nasional.

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah Sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom (Provinsi/Kabupaten/Kota) di
Indonesia setiap tahunnya sebagai dana pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada
APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD.

Debt ceiling Pagu hutang

Deasi Penurunan harga-harga barang dan jasa secara umum

Dependency ratio Rasio ketergantungan penduduk usia nonproduktif terhadap penduduk yang produktif

80 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Deposit facility Fasilitas deposit untuk membuat deposito overnight dengan bank sentral
Deposito Produk bank sejenis jasa tabungan yang memiliki jangka waktu penarikan, berdasarkan kesepakatan antara
bank dengan nasabah
Deposit rate Tingkat suku bunga simpanan

Depresiasi rupiah Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing

Devisa Semua barang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran internasional
Disposable income Jumlah pendapatan pribadi individu memiliki setelah pajak dan biaya pemerintah, yang dapat dihabiskan
pada kebutuhan, atau non-penting, atau diselamatkan
Down payment Pembayaran awal sebelum melunasi pembelian

E-money Uang elektronik


Giro Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau surat
perintah pembayaran lain atau dengan pemindahbukuan

Gerpultas adalah Gerakan sapu uang lusuh di perbatasan.

Idle money Uang yang tidak terpakai

Imported ination Inasi yang disebabkan kenaikan harga barang-barang impor

Indeks kedalaman kemiskinan Ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin

Indeks keparahan kemiskinan Ukuran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin

Inasi Kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum


Inasi inti Komponen inasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan
inasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, nilai tukar, harga
komoditas internasional, inasi mitra dagang dan ekspektasi Inasi

Inow adalah Setoran uang tunai di Bank Indonesia

Kas Keliling adalah Kegiatan penukaran uang keliling.

Layanan Keuangan Digital adalah Kegiatan layanan jasa pembayaran dan keuangan yang menggunakan sarana teknologi digital seperti
(LKD) seluler atau web melalui pihak ketiga.

Lending facility Sebuah mekanisme yang digunakan saat bank sentral meminjamkan dana kepada dealer utama

Less cash society Masyarakat yang terbiasa memakai alat pembayaran nontunai

Loan To Value (LTV) / adalah rasio nilai kredit yang dapat diberikan bank terhadap nilai agunan di saat awal pemberian kredit.
Financing To Value (FTV)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana
dari berbagai sumber.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 81


M1 Uang dalam arti sempit (uang kartal dan giral)

M2 Uang dalam arti luas (uang kartal, giral, dan deposito)

Makroprudensial Pendekatan regulasi keuangan yang bertujuan memitigasi risiko sistem keuangan secara keseluruhan

Margin Selisih
Mikroprudensial Kehati-hatian yang terkait dengan pengelolaan lembaga keuangan secara individu agar tidak membahayakan
kelangsungan usahanya
Mtm Month-to-month growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari,
minggu, atau bulan) terhadap satu bulan sebelumnya
Net Outow adalah Uang yang beredar lebih banyak daripada setoran di Bank Indonesia

Nilai Tukar Petani (NTP) adalah indikator proxy kesejahteraan petani yang membandingkan antara Indeks harga yg diterima petani (It)
dengan Indeks harga yg dibayar petani (Ib)

Non Performing Loan (NPL) adalah adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasikasi kredit kurang lancar, kredit
diragukan dan kredit macet.

Outow adalah Uang yang beredar di perbankan maupun masyarakat

Produk Domestik Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku adalah PDRB yang merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku
pada tahun bersangkutan.

PDRB Atas Dasar Harga Konstan adalah PDRB yang dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan saat ini
menggunakan tahun 2010.
Qtq Quarter-to-quarter growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari,
minggu, bulan, atau kuartal) terhadap titik waktu yang sama tiga bulan (1 kuartal) sebelumnya
Rasio gini Suatu ukuran yang biasa digunakan untuk memperlihatkan tingkat ketimpangan pendapatan

Return On Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio protabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal.

Sistem pembayaran Sistem yang berkaitan dengan pemindahan sejumlah nilai uang dari satu pihak ke pihak lain

Sistem Kliring Nasional adalah Suatu sistem transfer dana elektronik, baik menggunakan warkat (cek, Bilyet Giro, atau wesel dll)
Bank Indonesia (SKNBI) maupun transfer dana antar Bank.

sum mtm sumbangan/andil month to month yaitu andil perubahan harga saat ini dibanding bulan sebelumnya
terhadap total inasi
sum yoy sumbangan/andil year to date yaitu andil perubahan harga saat ini dibanding posisi inasi akhir tahun
terhadap total inasi

82 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018


Trump Effect adalah Dampak ekonomi yang dapat dihasilkan akibat kebijakan-kebijakan Donald Trump sebagai Presiden
Amerika Serikat.

TUKAB Transaksi Uang Kartal Antar Bank


Unbanked Orang-orang atau bisnis yang tidak memiliki akses terhadap layanan keuangan utama biasanya ditawarkan
oleh bank-bank ritel
Volatile food Inasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen,
gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan
harga komoditas pangan internasional
Yoy Year-on-year growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari,
minggu, bulan, triwulan, semester, atau tahun) terhadap titik waktu yang sama satu tahun sebelumnya

Ytd Year-to-date growth: perubahan atau pertumbuhan suatu besaran pada suatu titik waktu tertentu (hari,
minggu, bulan, triwulan, semester) terhadap titik waktu terakhir pada tahun sebelumnya (31 Desember). Ytd
biasanya untuk mengukur pertumbuhan secara akumulatif.

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL . NOVEMBER 2018 83

Anda mungkin juga menyukai