Anda di halaman 1dari 402

pengenCOVER

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo terus berupaya untuk mewujudkan pembangunan

yang inklusif, menyentuh semua lapisan masyarakat, dan dapat berjalan secara

berkelanjutan (sustainable).

Pada saat ini adalah masa transisi, di mana pelaksanaan pembangunan sebagaimana

tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) tahun

2005-2025 akan segera berakhir. Evaluasi terhadap capaian kinerja pembangunan jangka

panjang daerah periode tersebut telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil penilaian kinerja

pembangunan 20 tahunan itu, Kabupaten Kulon Progo berhasil meraih predikat “BAIK”,

sebagaimana telah diukur berdasarkan Surat Edaran Mendagri No. 600.2.1/1570/SJ

tentang Penyusunan Evaluasi terhadap Hasil Pelaksanaan RPJPD tahun 2005-20025.

Hal tersebut menandakan bahwa kinerja sektor pemerintah sampai dengan masyarakat di

Kabupaten Kulon Progo telah berjalan secara optimal. Namun demikian, masih terdapat

hal-hal krusial yang memerlukan perbaikan dan pengembangan secara berkelanjutan,

agar kualitas dan kuantitas pembangunan dapat terus ditingkatkan. Semangat inilah yang

mendasari penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Tahun (RPJPD)

periode 2025-2045.

Upaya untuk merumuskan kebijakan pembangunan jangka panjang ini didasari atas arah

kebijakan pembangunan nasional menuju Indonesia Emas 2045. Dalam arah kebijakan

RPJPN tahun 2025-2045 terdapat berbagai upaya transformasi yang harus dilakukan,

agar cita-cita Indonesia Emas 2045 dapat terwujud. Di samping itu, mandat lain juga

tertuang dalam arah kebijakan RPJPD Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2025-

2045, yang di dalamnya menekankan aspek pemerataan pembangunan di seluruh

iii
wilayah DIY menjadi keniscayaan. Oleh karena itu, dalam penyusunan Ranwal RPJPD

Kabupaten Kulon Progo tahun 2025-2045 ini selalu mempertimbangkan mandat

pembangunan nasional maupun regional DIY.

Proses penyusunan dokumen Ranwal RPJPD Kabupaten Kulon Progo tahun 2025-2045

ini mengacu pada ketentuan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 86 tahun 2017

tentang Tata Cara Perencanaan, Pengendalian, dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata

Cara Evaluasi RPJPD dan RPJMD, serta Tata Cara Perubahan RPJPD, RPJMD, dan RKPD.

Keselasaran arah kebijakan pembangunan, baik nasional maupun daerah, dapat

diwujudkan melalui pemetaan sasaran pembangunan yang jelas dan terukur. Oleh karena

itu, proses penyusunan arah kebijakan dan sasaran pembangunan telah dilaksanakan

pada masing-masing isu strategis. Selanjutnya, isu-isu strategis tersebut diturunkan ke

dalam indikator pembangunan di setiap sasaran strategis.

Seluruhan arah kebijakan sampai dengan sasaran dan indikator kinerja pembangunan

dapat dilihat dalam dokumen Rancangan Awal (Ranwal) RPJPD Kabupaten Kulon Progo

tahun 2025-2045 ini. Dokumen ini bukan hanya dimiliki oleh kalangan internal Pemkab

Kulon Progo, tetapi terbuka untuk semua pemangku kepentingan. Oleh karena itu,

keterlibatan multipihak (masyarakat, dunia usaha, akademisi, media massa, LSM, dan

pihak lain yang berkepentingan) sangat diperlukan. Dengan demikian, arah pembangunan

Kabupaten Kulon Progo selama 20 tahun ke depan dapat berjalan secara inklusif dan

berkelanjutan antarperiode kepemimpinan.

Demikian kata pengantar ini disampaikan untuk memberikan gambaran akan pentingnya

dokumen Ranwal RPJPD Kabupaten Kulon Progo tahun 2025-2045. Kritik dan saran

konstruktif dari semua pihak sangat kami harapkan, agar dapat mewujudkan dokumen

perencanaan pembangunan yang mampu mengakomodasikan kepentingan semua pihak.

Dokumen Ranwal RPJPD tahun 2025-2045 ini akan segara ditindaklanjuti dengan

beberapa pembahasan multistakeholders yang nantinya akan menghasilkan dokumen

Rancangan Akhir RPJPD tahun 2025-2045. Selanjutnya, bersama dengan pihak DPRD

iv
akan dilakukan proses legislasi berupa pembahasan Raperda RPJPD Kabupaten Kulon

Progo tahun 2025-2045. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Kulon Progo, 21 September 2023


Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Kulon Progo

Ir. Muh Aris Nugroho, M.M.A.


Pembina Utama Muda-IV/C
NIP. 196904161993031006

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii


DAFTAR ISI vi
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Dasar Hukum Penyusunan 4
1.3. Hubungan Antar Dokumen 5
1.3.1. Keterkaitan dengan RPJPD Provinsi DIY 6
1.3.2. Keterkaitan dengan RPJMD 6
1.3.3. Keterkaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon
Progo 7
1.4. Maksud dan Tujuan 7
1.5. Sistematika Penulisan 7
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 10
2.1. Aspek Geografi dan Demografi 10
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 11
2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah 32
2.1.3. Wilayah Rawan Bencana 39
2.1.4. Demografi 47
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 51
2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 52
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial 67
2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga 81
2.3. Aspek Pelayanan Umum 86
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib yang Berkaitan dengan Pelayanan Dasar
88

vi
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Wajib yang Tidak Berkaitan dengan Pelayanan
Dasar 156
2.3.3. Fokus Layanan Urusan Pemerintahan Pilihan 224
2.3.4. Fokus Layanan Fungsi Penunjang dan Administrasi Pemerintahan 253
2.3.5. Fokus Keistimewaan 276
2.4. Aspek Daya Saing Daerah 299
2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah 300
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur 303
2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi 309
2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia 311
BAB III PROYEKSI DEMOGRAFI & KEBUTUHAN SARANAPRASARANA 313
3.1. Demografi 313
3.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Dasar 318
BAB IV INDIKASI KINERJA RTRW & RENCANA SEKTORAL DALAM DOKRENDA
321
4.1. Indikasi Kinerja RTRW 321
4.2. Indikasi Kinerja Rencana Sektoral Lainnya 332
4.2.1. Dokumen Rencana Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2023-2025 332
4.2.2. Dokumen Analisis Smart City Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun
2018-2028 338
BAB V PERMASALAHAN & ISU STRATEGIS 341
5.1 Modal Dasar 341
5.1.1. Kependudukan 341
5.1.2. Ekonomi Sosial Budaya 342
5.1.3. Kekayaan Alam 344
5.2. Tantangan Pembangunan 345
5.2.1. Bidang Sosial 345
5.2.2. Bidang Ekonomi 351
5.2.3. Bidang Tata Kelola 355

vii
5.2.4. Bidang Supermasi Hukum, Stabilitas, dan kepemimpinan Indonesia 357
5.2.5. Bidang Ketahanan Sosial Budaya dan Ekologi 358
BAB VI VISI & MISI DAERAH 365
6.1. Visi Pembangunan 365
6.2. Misi Pembangunan 367
BAB VII ARAH KEBIJAKAN & SASARAN POKOK 373
BAB VIII PENUTUP 389

viii
DAFTAR GAMBAR

ix
DAFTAR TABEL

x
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang

menyebutkan bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah

daerah berkewajiban menyusun perencanaan pembangunan daerah sebagai satu

kesatuan sistem perencanaan pembangunan nasional. Adanya norma tersebut

menegaskan secara eksplisit, bahwa dokumen pentahapan perencanaan

pembangunan daerah diwajibkan adanya keseragaman dengan pentahapan

dokumen perencanaan pembangunan nasional.

Selanjutnya, dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Nasional Tahun 2005-2025 pada Pasal 1 angka 2

dinyatakan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun

2005-2025 adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20

(dua puluh) tahun terhitung sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2025. RPJPD

merupakan dokumen perencanaan pembangunan Daerah yang berfungsi sebagai

dokumen perencanaan makro berwawasan dua puluh tahun dan memuat visi, misi,
dan arah pembangunan jangka panjang Daerah, yang kemudian akan digunakan

sebagai acuan oleh Kepala Daerah dalam menyusun visi, misi dan program yang

dituangkan dalam penyusunan RPJMD periode 5 (lima) tahunan. RPJMD kemudian

digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah

(RKPD) yang disusun setiap tahun. Dokumen RKPD akan menjadi pedoman dalam

penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara (PPAS) yang disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dan disepakati.

Dokumen KUA dan PPAS digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan

Rancangan Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (Perubahan

APBD) Kabupaten Kulon Progo yang menjadi dasar bagi Pemerintah Kabupaten

untuk melaksanakan dan membiayai rencana kerja yang telah disusun sesuai dengan

target yang ditetapkan.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara

Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi

Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, serta Tata Cara

Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah menyebutkan

bahwa kurun waktu RPJPD sesuai dengan kurun waktu RPJPD serta periodisasi

RPJPD 2025 akan berakhir pada Tahun 2025. Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kulon Progo 2005-2025 telah mendekati akhir

periode. Permendagri Nomor 86 Tahun 2017 mengamanatkan Bappeda

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan evaluasi terhadap hasil RPJPD

Kabupaten/Kota. Hal tersebut dipertegas dengan terbitnya Surat Edaran Menteri

Dalam Negeri Nomor 600.2.1/1570/SJ Tanggal 15 Maret 2023 tentang Penyusunan

Evaluasi Terhadap Hasil Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah Tahun 2005-2025.

2
Bappeda Kabupaten Kulon Progo telah menindaklanjuti Surat Edaran

tersebut dengan menyusun dokumen Evaluasi Hasil Pelaksanaan RPJPD Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2005-2025. Kesimpulan secara umum RPJPD Tahun 2005-2025

telah dilaksanakan dengan baik yang ditandai dengan rata-rata capaian kinerja

RPJMD pada 4 (empat) tahap pelaksanaan RPJPD sebesar 86,16% dengan predikat

kinerja tinggi. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1. Capaian Kinerja Per Tahapan RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun

2005-2025

No. Tahapan RPJPD Capaian Kinerja Predikat Kinerja


1 RPJMD Tahun 2006-2011 82,44 Tinggi
2 RPJMD Tahun 2011-2016 83,49 Tinggi
3 RPJMD Tahun 2017-2022 81,54 Tinggi
4 RPD Tahun 2023-2026 97,15 Sangat Tinggi
Rata-rata 86,16 Tinggi
Sumber: Laporan Evaluasi terhadap Hasil RPJPD Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2005-2025, Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2023.

Namun demikian terdapat masih terdapat beberapa indikator yang perlu

lebih diperhatikan, diantaranya masih tingginya angka kemiskinan dan pendapatan

per kapita yang masih rendah. Di sisi lain, pembangunan di Kulon Progo sudah

menunjukkan tanda-tanda untuk menjadi kabupaten yang maju dan mandiri.

Program-program strategis seperti BIY, kereta bandara, JJLS, dan KSPN Borobudur

dan yang masih dalam proses perencanaan seperti rencana perwujudan kawasan

aerotropolis, pembangunan jalan tol, pembangunan asrama haji serta

pengembangan kawasan perkotaan Wates diharapkan dapat membawa multiplier

effect pembangunan di Kulon Progo. Di sisi lain, kontrak karya penambangan pasir

besi oleh PT. JMI serta pembangunan pelabuhan Tanjung Adikarto dan Kawasan

Peruntukan Industri Sentolo belum dapat terwujud seperti yang diharapkan. Oleh

karena itu dalam penyusunan dokumen perencanaan jangka panjang tahap

berikutnya yaitu periode 2025-2045 perlu memperhatikan isu strategis diantaranya

3
seperti telah disebutkan di atas, kemudian langkah berikutnya merumuskan visi dan

misi, serta menurunkan visi dan misi ke dalam perumusan arah kebijakan serta

sasaran pokok daerah dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan daerah pada

periode berikutnya. Sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor

86 Tahun 2017 pada Pasal 18, bahwa penyusunan dokumen rancangan awal RPJPD

dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum RPJPD periode sebelumnya

berakhir, oleh karena itu Bappeda Kabupaten Kulon Progo melaksanakan pekerjaan

Penyusunan Dokumen Rancangan Awal RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2025-

2045.

1.2. Dasar Hukum Penyusunan

1) Undang – Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah –

Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta, yang

kemudian diubah dalam Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1951 tentang

Perubahan Undang – Undang Nomor 15 Tahun 1950 Republik Indonesia

untuk Penggabungan Daerah – Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Adikarto

dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta Menjadi Satu Kabupaten yang

Berhak Mengatur dan Mengurus Rumah Tangganya Sendiri dengan Nama

Kabupaten Kulon Progo

2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun

2020 tentang Cipta Kerja;

3) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021;

4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tentang Tata

Cara Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata

Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

4
Daerah, Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah;

5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 81 Tahun 2022 tentang Pedoman

Penyusunan RKPD Tahun 2023;

6) Surat Edaran Mendagri No. 600.2.1/1570/SJ Tanggal 15 Maret 2023 tentang

Penyusunan Evaluasi terhadap Hasil Pelaksanaan Rencana Jangka Panjang

Daerah Tahun 2005-2025.

7) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Peraturan Daerah Kabupaten Kulon

Progo Nomor 14 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Perencanaan

Pembangunan Daerah dan Penganggaran Terpadu;

8) Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 9 Tahun 2022 tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023;

9) Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 31 Tahun 2022 tentang Standarisasi

Harga Barang dan Jasa Tahun 2023 sebagaimana telah beberapa kali diubah

dengan Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 15 Tahun 2023;

10) Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 60 Tahun 2022 tentang Penjabaran

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2023;

11) Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor:

DPA/A.1/5.01.5.05.0.00.02.0000/001/2023.

1.3. Hubungan Antar Dokumen

Hubungan RPJPD dengan dokumen perencanaan lainnya terlihat dalam alur

perencanaan dan penganggaran berikut.

5
Gambar Alur Perencanaan dan Penganggaran

1.3.1. Keterkaitan dengan RPJPD Provinsi DIY

Pembuatan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

Kabupaten Kulon Progo mengikuti panduan visi, misi, tujuan, target, dan arah

kebijakan yang telah ditetapkan dalam RPJP Nasional dan RPJPD DIY, termasuk juga

penentuan periode waktu dan langkah-langkah pembangunan dalam interval lima

tahun.

1.3.2. Keterkaitan dengan RPJMD

RPJPD Kabupaten Kulon Progo berfungsi sebagai landasan untuk

merumuskan visi, misi, dan program bagi calon Kepala Daerah. Selain itu, dokumen

ini juga menjadi panduan bagi Kepala Daerah yang terpilih dalam merancang strategi,

kebijakan, program, dan kegiatan dalam RPJMD. RPJPD Kabupaten Kulon Progo juga

menjadi pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan masyarakat di Kabupaten Kulon Progo, yang melibatkan berbagai pihak

seperti pemerintah, sektor swasta, dan seluruh warga masyarakat. Tujuannya adalah

6
untuk mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah yang konkret, dinamis, sejalan, dan

bertanggung jawab.

1.3.3. Keterkaitan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo

RPJPD Kabupaten Kulon Progo berisi panduan mengenai arah kebijakan

pembangunan yang akan dijalankan di wilayah administrasi Kabupaten Kulon Progo,

dengan memperhitungkan penggunaan seluruh wilayah daratan, lautan, dan udara.

Di sisi lain, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo mencakup

perencanaan tentang tata letak, pemanfaatan, dan pengendalian ruang wilayah yang

sesuai dengan arah kebijakan yang telah ditetapkan dalam RPJPD Kabupaten Kulon

Progo. Oleh karena itu, RPJPD Kabupaten Kulon Progo dan RTRW Kabupaten Kulon

Progo tidak dapat dipisahkan, karena keduanya saling terkait.

1.4. Maksud dan Tujuan

a) Maksud:

Penyusunan Rancangan Awal RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2005-

2025 bermaksud untuk menyiapkan dokumen RPJPD Kabupaten Kulon Progo

periode 2025-2045 yang menjabarkan visi, misi, arah kebijakan, dan sasaran pokok

pembangunan daerah jangka panjang untuk 20 (dua puluh) tahun dengan

berpedoman pada RPJPN dan RTRW.

b) Tujuan:

Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun Rencana Awal RPJPD Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2025-2045.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan RPJPD 2025-20245 Kabupaten Kulon Progo

didasarkan pada Rancangan Pedoman Penyusunan RPJMD 2025-2045 yang

tersusun dari 8 Bab utama yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

7
Menjelaskan gambaran umum penyusunan RPJPD, termasuk latar belakang, dasar

hukum penyusunan, keterkaitanya dengan dokumen perencanaan lainnya, maksud

dan tujuan, serta sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Menguraikan kondisi eksisting pembangunan daerah dengan pendekatan beberapa

aspek sesuai hasil evaluasi RPJPD 2005-2025 sebagai bahan acuan perencanaan.

BAB III PROYEKSI DEMOGRAFI DAN KEBUTUHAN SARANA PRASANA

Merinci proyeksi dinamika demografi dan kebutuhan sarana prasarana per lima tahun

sampai dengan Tahun 2045 untuk memastikan bahwa pembangunan daerah

berjalan sesuai dengan perkembangan penduduk dan kebutuhan masyarakat.

BAB IV INDIKASI KINERJA RTRW & RENCANA SEKTORAL DALAM DOKRENDA

Melakukan Internalisasi Indikasi Kinerja RTRW dan Rencana Sektoral Lainnya

kedalam Dokrenda. Bab Ini menguraikan rencana aksi yang lebih rinci, indikator

kinerja, dan cara mengukur keberhasilan dalam mewujudkan visi dan misi

pembangunan daerah sesuai dengan RTRW dan rencana sektoral yang telah

ditetapkan.

BAB V PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS

Menjelaskan masalah dan isu strategis di Kabupaten Kulon Progo berdasarkan hasil

analisis data. . Analisis permasalahan dan identifikasi isu-isu strategis ini menjadi

dasar bagi pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo untuk merumuskan kebijakan

dan program pembangunan yang relevan dan efektif sesuai dengan konteks

daerahnya.

BAB VI VISI & MISI DAERAH

Menjelaskan visi dan misi Kabupaten Kulon Progo selama 20 tahun kedepan

BAB VII ARAH KEBIJAKAN DAN SASARAN POKOK

8
Merinci arah kebijakan berupa tahapan pembangunan per lima tahun dalam rangka

mewujudkan visi Kabupaten Kulon Progo sampai dengan Tahun 2045.

BAB VIII PENUTUP

9
BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Daerah

Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian Barat DIY. Kabupaten Kulon Progo tidak

bersinggungan langsung dengan Kota Yogyakarta dan harus menempuh jarak kurang

lebih 25 km untuk mencapainya. Kabupaten Kulon Progo terdiri atas 12 kapanewon,

di mana setiap kapanewon memiliki kondisi fisik maupun non fisik yang berbeda-

beda. Berdasarkan karakteristik topografinya, wilayah Kabupaten Kulon Progo dapat

dibagi menjadi 3 zona yakni wilayah Utara, Tengah dan Selatan. Dengan karakteristik

topografi demikian menyebabkan perbedaan karakteristik kegiatan ekonomi yang

berbeda di setiap zona. Uraian kondisi umum kondisi daerah akan lebih rinci

dijelaskan dalam sub-sub bab selanjutnya.

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Analisis geografi dan demografi memberikan gambaran dan hasil evaluasi

tentang kondisi geografis suatu daerah, termasuk karakteristik fisik dan potensi

perkembangan wilayah, tingkat kerentanan terhadap bencana, serta luas wilayah

sesuai batas administrasi pemerintahan. Kedua aspek ini menyajikan informasi dasar

yang esensial untuk mengenali potensi sumber daya alam dan manusia, guna

merencanakan pengembangan wilayah yang mendukung kemajuan pembangunan

daerah.
10
2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Daerah

Istimewa Yogyakarta yang terletak di bagian barat dengan ibukota Kabupaten di Kota

Wates. Terdiri dari 12 Kapanewon, 87 Kalurahan, 1 kelurahan, 918 pedukuhan, 1.825

Rukun Warga dan 4.469 Rukun Tetangga. Luas wilayah sebesar 586,28 km2 (BPS

Kulon Progo, 2023). Berdasarkan Kepmendagri 100.1.1-6117 Tahun 2022 tentang

Pemberian dan Pemutakhiran Kode Data Wilayah Administrasi Pemerintahan luas

keseluruhan wilayah Kulon Progo adalah 577,22 km2. Jumlah luasan berdasarkan

kepemendagri tersebut belum dirinci untuk setiap kecamatan. Perbedaan luasan ini

kemudian akan menjadi bahan yang akan disinkronkan dalam penyusunan revisi

Rencana Tata Ruang Wilayah Kulon Progo yang masih berproses. Secara rinci nama

Kapanewon dan luas wilayahnya dapat dilihat pada Tabel berikut ini:

Luas Wilayah dan Persentase menurut Kapanewon Kabupaten Kulon Progo

No Kapanewon Luas Wilayah (km) Persentase (%)


1 Temon 36,30 6,19
2 Wates 32,00 5,46
3 Panjatan 44,59 7,61
4 Galur 32,91 5,61
5 Lendah 35,59 6,07
6 Sentolo 52,65 8,98
7 Pengasih 61,66 10,52
8 Kokap 73,80 12,59
9 Girimulyo 54,90 9,36
10 Nanggulan 39,61 6,76
11 Kalibawang 52,96 9,03
12 Samigaluh 69,29 11,82
Kabupaten Kulon Progo 586,28 100,00
Sumber data : Badan Pusat Statistik Kab. Kulon Progo, 2023

Batas-batas administrasi Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai berikut:

- Di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah.

- Di bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman.

- Di bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia.

11
- Di bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah.

Lebih jelasnya mengenai batas administrasi Kabupaten Kulon Progo, dapat

dilihat pada gambar berikut ini:

12
Peta Administrasi Kabupaten Kulon Progo

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis

Secara astronomis, Kabupaten Kulon Progo terletak di antara 7°38'30" -

7°58'3" lintang selatan dan 110°1'37" - 110°16'26" bujur timur. Lokasi geografis

Kabupaten Kulon Progo memberikan posisi yang strategis dan menguntungkan.

Terletak di bagian barat Daerah Istimewa Yogyakarta, kabupaten ini berbatasan

langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, yakni Kabupaten Purworejo dan Kabupaten

Magelang. Hal ini menjadikan Kabupaten Kulon Progo sebagai gerbang masuk yang

menghubungkan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan pusat-pusat ekonomi dan

pemerintahan di bagian barat Pulau Jawa, seperti Kabupaten Purworejo, dan di

bagian utara, seperti KSPN Borobudur di Kabupaten Magelang.

Selain itu, lokasinya yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia

memberikan potensi untuk menghubungkan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan

negara tetangga yang terletak di bagian selatan Indonesia, seperti Australia. Posisi

geostrategis Kabupaten Kulon Progo memangkas jarak dan memungkinkan

aksesibilitas yang lebih baik dalam perdagangan dan hubungan antarwilayah.

Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) yang dibangun di Kapanewon Temon

dan telah ditetapkannya KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) Borobudur,

tentunya akan banyak wisatawan yang akan menggunakan bandara baru tersebut.

Jalur wisata dari bandara baru menuju Borobudur akan menjadi suatu koridor

pertumbuhan ekonomi baru di Kulon Progo. Keberadaan BIY dapat memberikan nilai

tambah/global value chain bagi Kabupaten Kulon Progo dalam hal penyediaan

transportasi dan akomodasi.

Posisi geostrategis Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada gambar

berikut ini:

13
Posisi Geostrategic Kabupaten Kulon Progo

Adanya Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang mengikuti sepanjang pantai di

Kabupaten Kulon Progo membuka jalur baru bagi distribusi barang dan jasa, terutama

untuk wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Fasilitas ini memberikan aksesibilitas yang

lebih baik dan mendukung perkembangan wilayah Kabupaten Kulon Progo serta

Daerah Istimewa Yogyakarta secara keseluruhan.

Kondisi fisik wilayah Kabupaten Kulon Progo dapat dibagi menjadi tiga kawasan,

yaitu:

a. Kawasan pesisir:

Wilayah dataran rendah dengan ketinggian 0–100 meter di atas permukaan

air laut. Ini mencakup Kapanewon Temon, Kapanewon Wates, Kapanewon Panjatan,

Kapanewon Galur, Kapanewon Lendah, sebagian Kapanewon Sentolo, dan sebagian

Kapanewon Pengasih. Kawasan ini memiliki kemiringan lahan yang relatif rendah,

yaitu 0–2 persen, dan terdiri dari wilayah pantai dengan garis pantai sepanjang

sekitar 24,8 km.

14
b. Kawasan dataran:

Wilayah perbukitan dengan ketinggian antara 100–500 meter di atas

permukaan air laut. Ini meliputi Kapanewon Nanggulan, sebagian Kapanewon

Sentolo, Kapanewon Pengasih, dan sebagian Kapanewon Kalibawang. Wilayah ini

memiliki kemiringan lahan antara 2–15 persen dan termasuk dalam jenis peralihan

dataran rendah dan perbukitan yang berombak dan bergelombang.

c. Kawasan pegunungan:

Wilayah dataran tinggi atau perbukitan Menoreh dengan ketinggian antara

500–1000 meter di atas permukaan air laut. Ini mencakup wilayah Kapanewon

Girimulyo, Kapanewon Kokap, Kapanewon Samigaluh, dan Kapanewon Kalibawang.

Wilayah ini memiliki ketinggian tertinggi dan termasuk dalam dataran tinggi atau

perbukitan Menoreh.

Pembagian kawasan berdasarkan karakteristik fisik wilayah memungkinkan

pengembangan berbagai potensi dan strategi pembangunan yang sesuai dengan

kondisi geografis setiap kawasan di Kabupaten Kulon Progo.

2.1.1.3. Topografi Wilayah

a. Kemiringan Lahan

Sebagian besar wilayah Kabupaten Kulon Progo masuk dalam wilayah

dengan kemiringan lereng <20 (40,11%) dan 18,73% wilayah dengan kemiringan

>40%. Untuk lebih jelasnya, wilayah Kabupaten Kulon Progo menurut kemiringan

lerengnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Luas Wilayah berdasarkan Kemiringan Lereng Kabupaten Kulon Progo

No Kemiringan Lereng Persentase (%)


1 < 20 40,11
2 30-150 18,70
3 160-400 22,46
4 >400 18,73
Kabupaten Kulon Progo 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Kulon Progo, 2020, diolah

15
Dalam skala kapanewon, wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 400

terletak di bagian barat Kabupaten Kulon Progo. Wilayah ini meliputi Kapanewon

Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, dan sebagian Nanggulan. Di sisi lain,

Kapanewon yang tidak memiliki wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 400

adalah Kapanewon Wates, Kapanewon Panjatan, Kapanewon Galur, Kapanewon

Lendah, dan Kapanewon Sentolo. Kelima Kapanewon tersebut terletak di daerah

dataran rendah dan tidak memiliki karakteristik topografi pegunungan.

Kapanewon yang memiliki wilayah dengan kemiringan lereng kurang dari 20

memiliki luas wilayah terluas di Kapanewon Panjatan. Sedangkan Kapanewon

Samigaluh hampir tidak memiliki wilayah dengan karakteristik dataran rendah.

Kondisi topografi seperti ini memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan

wilayah, aktivitas ekonomi, dan konektivitas antar daerah.

Penting untuk memahami perbedaan karakteristik topografi di berbagai

kapanewon dalam Kabupaten Kulon Progo karena faktor ini akan memengaruhi

berbagai aspek pembangunan, seperti potensi pertanian, pariwisata, infrastruktur,

serta adaptasi terhadap risiko bencana alam. Dengan memahami kondisi topografi

ini, pemerintah dan masyarakat dapat merencanakan pengembangan wilayah secara

lebih efektif dan berkelanjutan.

b. Ketinggian Lahan

Berdasarkan perbandingan ketinggian lahan terhadap permukaan air laut,

Kabupaten Kulon Progo dapat diuraikan sebagai berikut

1. Wilayah Rendah (<7 meter di atas permukaan laut):

4. Luas tanah: 17,58% dari total wilayah Kabupaten Kulon Progo.

5. Wilayah ini terletak pada ketinggian kurang dari 7 meter di atas

permukaan laut (dpal).

6. Karakteristik topografi ini umumnya terdapat di sepanjang garis pantai

dan memiliki potensi untuk pertanian pesisir dan pariwisata.

2. Wilayah Menengah (8-25 meter dpal):

16
7. Luas tanah: 15,20% dari total wilayah.

8. Wilayah ini memiliki ketinggian antara 8 hingga 25 meter di atas

permukaan laut.

9. Terdapat potensi pertanian dan perkembangan pemukiman di wilayah

ini

3. Wilayah Perbukitan (26-100 meter dpal):

- Luas tanah: 22,84% dari total wilayah.

- Wilayah ini memiliki ketinggian antara 26 hingga 100 meter di atas permukaan

laut.

- Dapat berpotensi untuk pertanian dan kegiatan lain seperti pariwisata atau

hutan.

4. Wilayah Perbukitan Tinggi (101-500 meter dpal):

- Luas tanah: 33,0% dari total wilayah.

- Wilayah ini mencakup ketinggian antara 101 hingga 500 meter di atas

permukaan laut.

- Kondisi perbukitan ini memiliki potensi hutan dan sumber daya alam lainnya.

5. Wilayah Pegunungan (>500 meter dpal):

- Luas tanah: 11,37% dari total wilayah.

- Wilayah ini memiliki ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut.

- Merupakan wilayah pegunungan yang umumnya memiliki sumber daya alam

yang beragam dan potensi konservasi.

Pemahaman tentang perbedaan ketinggian lahan ini penting untuk perencanaan

pembangunan yang berkelanjutan, termasuk pertanian, pariwisata, pengelolaan

sumber daya alam, dan mitigasi risiko bencana alam di Kabupaten Kulon Progo.

17
Pembagian Wilayah Berdasar Ketinggian Lahan Kabupaten Kulon Progo

Ketinggian
No Cakupan Kapanewon
Lahan
1 500-1000 Kapanewon Girimulyo, Kapanewon Kokap, Kapanewon Samigaluh,
m dpal Kapanewon Kalibawang
2 100-500 Kapanewon Sentolo, Kapanewon Pengasih, Kapanewon Nanggulan dan
m dpal Kapanewon Kokap

3 0-100 m Kapanewon Temon, Kapanewon Wates, Kapanewon Panjatan,


dpal Kapanewon Galur, dan Kapanewon Lendah

Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Kulon Progo, 2020 diolah

2.1.1.4. Geologi

A. Struktur dan Karakteristik

1. Karakteristik dan Struktur

Karakteristik geologi Kabupaten Kulon Progo dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Struktur Geologi Perlipatan Batuan (Fold): Ini adalah deformasi lapisan

batuan yang terjadi akibat gaya tegasan, mengakibatkan batuan bergerak

dari posisi semula dan membentuk lengkungan. Perlipatan ini dapat

ditemukan di bagian perbukitan Formasi Sentolo di daerah Pengasih,

Sentolo, Panjatan, Lendah, dan Galur.

b. Struktur Geologi Patahan/Sesar (Fault): Struktur ini terjadi ketika

bagian-bagian batuan saling bergerak di sepanjang zona patahan. Di

wilayah Kulon Progo, ada dua jenis patahan:

- Patahan Regional: Merupakan bagian dari patahan Yogyakarta, yang

dikenal sebagai Patahan Graben Yogyakarta. Patahan ini termasuk

Patahan Opak dan Patahan Progo. Patahan Opak bergerak barat daya

- timur laut, sementara patahan Progo bergerak utara - selatan.

Patahan ini mempengaruhi wilayah Kalibawang, Nanggulan, Sentolo,

Panjatan, Galur, dan Lendah.

18
- Patahan Lokal: Ini terjadi di Kulon Progo saja. Patahan ini cenderung

mengikuti pola radial dan terdapat di wilayah pegunungan atau kubah

di bagian barat laut Kulon Progo, termasuk wilayah Kapanewon

Kokap, Temon bagian utara, Pengasih, dan Nanggulan bagian barat.

c. Struktur Kekar (Joint): Struktur ini adalah pecahan batuan yang tidak

melibatkan pergerakan. Struktur kekar ini banyak terjadi di formasi

batuan andesit dan formasi andesit tua.

Pemahaman tentang struktur geologi ini penting dalam pengelolaan

sumber daya alam, penentuan lokasi pembangunan, serta pemahaman

tentang potensi risiko geologi seperti gempa bumi dan bencana lainnya

dalam wilayah Kabupaten Kulon Progo.

2. Formasi Batuan

Formasi batuan dan sebarannya dibedakan menjadi endapan gunung

api (40,37%), batuan sedimen (47,81%), batuan gunung api (7,48%) dan

batuan terobosan (4,43%). Lebih detail dapat dilihat pada tabel sebagai

berikut.

Pengelompokan Batuan Berdasarkan Jenis Batuan Kabupaten Kulon Progo


Luas Satuan Batuan (Ha)
Kapanewon Endapan Gunung Batuan Batuan Gunung Batuan
Jumlah
Api Sedimen Api Instrusi
Temon 3.688 3.688
Wates 3.063 138 3.197
Panjatan 3.872 588 4.454
Galur 2.229 1.063 3.288
Lendah 2.009 1.075 475 3.555
Sentolo 3.165 1.175 925 5.259
Pengasih 4.342 1.825 6.161
Kokap 550 4.23 2.6 7.372
Girimulyo 125 5.366 5.485
Nanggulan 250 2.736 975 3.957
Kalibawang 375 3.971 950 5.29
Samigaluh 6.929 6.922
TOTAL 23.667 28.032 4.388 2.6 58.628
Persentase 40,37% 47,81% 7,48% 4,43% 100%
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2007

19
Kabupaten Kulon Progo memiliki stratigrafi yang dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Formasi Nanggulan: Ini adalah formasi tertua di daerah Pegunungan Kulon Progo.

Batuan dari Formasi Nanggulan terdiri dari batupasir dengan lignit, napal pasiran,

batulempung dengan konkresi limonit, sisipan napal dan batugamping, batupasir

dan tuff yang kaya akan fosil foraminifera dan moluska. Diperkirakan tebal formasi

ini sekitar 300 meter.

b. Formasi Andesit Tua: Terdiri dari breksi andesit, tuff, tufflapili, aglomerat, dan

aliran lava andesit. Formasi ini membentuk gunung api tua di daerah ini, seperti

Gunung Gajah, Gunung Ijo, dan Gunung Menoreh. Umur formasi ini diperkirakan

Oligosen Atas sampai Meiosen Bawah.

c. Formasi Kaligesing: Terdiri dari breksi laharik dengan sisipan lava andesit,

batupasir tufaan. Berumur Oligosen, formasi ini menumpang di atas Formasi

Nanggulan.

d. Formasi Dukuh: Terdiri dari breksi, batupasir kerikil, batugamping, dan batu

lempung. Formasi ini berumur Oligo-Miosen dan terdapat di daerah Dukuh

Kapanewon Samigaluh.

e. Formasi Jonggrangan: Terdiri dari konglomerat, napal tufan, batupasir gampingan

dengan sisipan lignit. Berumur Miosen Tengah, formasi ini terletak di atas Formasi

Andesit Tua.

f. Formasi Sentolo: Batuannya terdiri dari aglomerat, napal, dan batugamping

berlapis. Umur formasi ini sekitar Miosen Tengah. Formasi Sentolo memiliki

ketebalan sekitar 950 meter.

g. Endapan Vulkanik Kuarter: Merupakan endapan Gunung Merapi, terdiri dari breksi

sisipan lava dan endapan lahar. Berumur Pliosen-Pleistosen.

h. Endapan Aluvial: Merupakan endapan kerikil, pasir, lanau, lempung, dan bongkah

sepanjang sungai dan dataran pantai.

20
Pemahaman mengenai stratigrafi ini penting untuk penelitian geologi,

pemahaman mengenai sejarah pembentukan daerah, serta potensi sumber daya

alam yang dapat ditemukan di setiap formasi batuan.

Stratigrafi Formasi Geologi Kabupaten Kulon Progo


Ketebalan
Umur Formasi Deskripsi Litologi
(m)
Kerikil, pasir, lanau dan lempung
Kuarter Aluvium sepanjang sungai dan dataran 100
pantai.
Pliosen- Endapan Vulkanik breksi sisipan lava dan endapan
20
Pleistosen Kuarter lahar
Bagian atas batu gamping berlapis
baik kaya foraminifera Bagian
Miosen Bawah Sentolo bawah konglomerat alas diatasnya 950
napal tufaan bersalangan dengan
vitriks tuf
Bagian atas batu gamping berlaps
ke arah atas menjadi batu gamping
koral Bagian bawah konglomerat
Miosen Bawah Jonggrangan 250
diatasnya napal tufaan dan bapsir
gampingan berselang-seling
dengan lignit
Perselangselingan antara breksi,
Oligo—Miosen Dukuh batupasir kerikilan, batugamping 660
dan batulempung
breksi laharik dengan sisipan lava
Oligosen Kaligesing 600
andesit, batupasir tufaan
Breksi andesit, tuf, lapilli tuf,
aglomerat dan berselingan dengan
Oligo-Miosen Andesit Tua 660
lava andesit_ Terdapat fragmen
batuan lebih tua.
Batu pasir seling-seling dengan
lignit, napal pasiran, batu lempung
gampingan struktur konkresi,
Eosen Atas
Nanggulan selang-seling napal dan batu 300
Oligosen
gamping, batu pasir dan tuf, kaya
foraminifera dan moluska
foraminifera dan moluska
Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2012

B. Potensi

1. Potensi Air Tanah

Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi air tanah dalam bentuk Cekungan

Air Tanah (CAT) yang terdiri dari CAT Wates dan sedang dalam tahap pengkajian

21
CAT Menoreh. Pemanfaatan air tanah dari CAT tersebut meliputi berbagai

kebutuhan, seperti domestik, pertanian, industri, dan layanan non-industri seperti

pendidikan, kesehatan, dan perkantoran.

- CAT Wates: Telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber

Daya Mineral (ESDM) Nomor 2 Tahun 2017. Dalam penelitian oleh Hendrayana

(2020), potensi air tanah bebas di CAT Wates diperkirakan sekitar 34.650.385

m3/tahun. Pemanfaatan air tanah dari CAT Wates pada tahun 2021

diproyeksikan mencapai 7.721.376 m3.

- CAT Menoreh: Sedang dalam tahap pengkajian. Potensi air tanah bebas di CAT

Menoreh diperkirakan sekitar 56.889.340 m3/tahun.

Selain CAT, Kabupaten Kulon Progo juga memiliki sumber mata air lainnya

yang digunakan untuk berbagai keperluan. Informasi mengenai sumber mata air ini

dapat dilihat dalam tabel terkait. Pemanfaatan sumber-sumber mata air ini memiliki

peran penting dalam memenuhi kebutuhan air bagi berbagai sektor di Kabupaten

Kulon Progo.

Sumber Mata Air di Kabupaten Kulon Progo dan Cekungan Air Tanah Wates
Debit
No Sumber Lokasi (Kapanewon) Pemanfaatan
(Liter/Detik)
1 Mata air Clereng Pengasih 125 Sudah/PDAM
2 Tuk Mudal Girimulyo 5-15 Sudah
3 Tuk Gua Kiskendo Girimulyo 24 - 60 Sudah
4 Tuk Grembul Kalibawang 5-10 Sudah/PDAM
5 Tuk Gua Upas Samigaluh 1,5 - 3 5 Sudah/PDAM
Mata air Sekepyar -
6 Samigaluh Belum
dan Kayangan
7 Tuk Mudal Anjir pengasih 3— 11 MCK
Cekungan Air Tanah Pengasih, Girimulyo, Kalibawang, 34,6 juta
8 Sudah
Wates Samigaluh, Nanggulan m3/th
Sumber : - Bappeda, DPU, Disperindag ESDM, PDAM Kab. Kulon Progo, 2018 - *) Hendrayana, Heru.dkk. 2020. Neraca
Airtanah Cekungan Airtanah (CAT) Menoreh dan Wates Kabupaten Kulo Progo. Geomedia Vol.18 No.2 Tahun 2020.Hal 10-
29

22
2. Potensi Energi Baru dan Terbarukan (EBT)

Selain potensi geologi serta potensi air tanah, Kabupaten Kulon Progo juga

mempunyai potensi Energi Baru dan Terbarukan yang tersebar di beberapa

Kapanewon. Untuk lebih lengkapnya sebaran potensi energi alternatif di Kabupaten

Kulon Progo diperlihatkan di Tabel sebagai berikut.

Potensi Energi Baru dan Terbarukan Kabupaten Kulon Progo

No Kluster Bahan Lokasi Pemanfaatan


Biofuel, Ketela rambat,
1 Biokerosene, jarak pagar, Seluruh Kapanewon na
Bioethanol nyamplung
122 unit usaha tahu,
Limbah tahu, 51405 populasi ternak Memenuhi kebutuhan
2 Biogas
limbah temak bisa dikembangkan rumah tangga
biogas 15 ribu
3 Briket Limbah kayu Seluruh Kapanewon na
Energi Tenaga
4 Sinar matahari Seluruh Kapanewon na
Surya
Semawung, Semawung (kapasitas 600
5 Mikrohidro Air Kedungrong, kWh) dikelola oleh PT.
Kalisangga, Sermo Energy Puntama
Energi Tenaga Sepanjang pantai dan
6 Angin na
Angin pegunungan
Energi Limbah
7 Limbah sampah TPA Sampah 70-75 m na
Sampah
Sumber : Bappeda Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022, diolah.

2.1.1.5. Hidrologi

A. Daerah Aliran Sungai

Menurut data dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak

Progo, sebagian besar wilayah Kabupaten Kulon Progo masuk dalam DAS Progo,

DAS Serang dan sebagian kecil yang masuk dalam DAS Bogowonto. Sedangkan

menurut Direktorat Bina Penatagunaan Sumberdaya Air, Kabupaten Kulon Progo

masuk dalam Wilayah Sungai Serang-Bogowonto, dan Wilayah Sungai Progo-

Opak-Serang. Adapun nama DAS dan sub DAS tersebut beserta luasannya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Nama DAS, Sub DAS dan Luasan Kabupaten Kulon Progo

23
No. DAS Luas DAS (ha) Sub DAS
1 Bogowonto 2.509,931 Dekso
Gesing
Keduren
Kodil
Ngasinan
Plamping
Semanggung
2 Serang 23.532,85 Nagung
Ngrancah
Serang Hilir
Serang Sekiyep
Sidatan
Sumitro
3 Progo 30.141,92 Batang
Bedog
Blongkeng
Diro
Gandri
Jenes
Kedung-Gong
Konteng
Krasak
Krawang
Mlinting Putih
Penter
Progo Hilir
Sileng
Sindon Salak
Sudu
Tangsi
Tinalah
Sumber data: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Serayu Opak Progo, 2017

Daerah Aliran Sungai Progo dengan sungai utama Kali Progo memiliki daerah

pengaliran seluas 8.894 hektare, dengan debit maksimum 381,90 m³/detik dan debit

minimum 13,00 m³/detik. Daerah Aliran Sungai Serang dengan sungai utama Kali

Serang dengan anak–anak sungainya, memiliki daerah pengaliran seluas 3.635,75

hektare, dengan debit maksimum 153,6 m³/detik dan debit minimum 0,03 m³/detik.

Kedua sungai tersebut telah dimanfaatkan untuk irigasi persawahan seluas 9.351 ha.

Kabupaten Kulon Progo memiliki danau buatan yaitu Waduk Sermo yang terletak di

24
Kapanewon Kokap dengan luas genangan waduk sebesar 157 Ha. Waduk ini dibuat

dengan membendung Kali Menguri dan anak-anak cabangnya, Kali Pantaran, Kali

Kembang, Kali Papon dan sungai-sungai kecil yang bermuara di Kali Ngrancah.

Waduk Sermo berfungsi sebagai suplisi irigasi sawah yang berada di Kapanewon

Temon, Wates dan Pengasih dan sebagian suplisi kebutuhan air minum

B. Sungai

Sungai-sungai yang melewati wilayah Kabupaten Kulon Progo memiliki dampak

yang signifikan terhadap pengembangan wilayah. Ini dikarenakan sungai-sungai ini

memiliki potensi besar dalam menyediakan air untuk berbagai keperluan, seperti

domestik, perkotaan, industri, dan irigasi pertanian. Dua sungai utama yang ada di

Kabupaten Kulon Progo adalah Sungai Progo dan Sungai Serang.

Sungai Progo memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi kebutuhan

air bagi masyarakat. Sungai Progo menjadi sumber air bersih yang dikelola oleh

PDAM Kulon Progo untuk pemenuhan kebutuhan domestik dan industri terutama di

kawasan perkotaan. Selain itu, Sungai Progo juga menjadi sumber air irigasi untuk

lahan pertanian di Daerah Irigasi Kalibawang dan Daerah Irigasi Sapon. Debit

maksimum dan minimum Sungai Progo tercatat dalam Rencana Pengelolaan Sumber

Daya Air (RPSDA) Wilayah Sungai Progo Opak Serang 2015-2035.

Sungai Serang mencakup daerah tangkapan air seluas 280 kilometer persegi.

Sungai ini memiliki debit rerata bulanan yang bervariasi. Sungai Serang memiliki anak

sungai bernama Sungai Ngrancah, yang dibendung untuk mengoperasikan Waduk

Sermo. Waduk Sermo digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum dan

mendukung irigasi di Daerah Irigasi Kalibawang.

Kondisi morfologi sungai di Kabupaten Kulon Progo juga mencerminkan variasi,

dan informasi lebih lanjut mengenai inventarisasi sungai-sungai di wilayah ini dapat

ditemukan dalam tabel yang disajikan dalam dokumen tersebut. Dengan demikian,

sungai-sungai ini memiliki peran yang krusial dalam penyediaan air untuk berbagai

kebutuhan dan pengembangan wilayah di Kabupaten Kulon Progo.

25
Inventarisasi Sungai di Kabupaten Kulon Progo

No. Nama Sungai Panjang (km) Lebar Permukaan (m) Kedalaman (m)
1 Progo 56,70 650 6
2 Serang 23,16 60 8
3 Ngrancah 9,12 50 10
4 Gede 11,17 50 10
5 Nagung 10,97 20 8
6 Seling 7,75 15 4
7 Pening 7,63 15 6
8 Sidatan 3,86 8 2
9 Sari 3,31 6 3
10 Bogem 2,60 6 3
11 Kopat 1,69 8 3
12 Papah 21,94 30 5
13 Tinalah 6,70 50 15
14 Kamal/Sudu 11,60 20 12
15 Salak 5,64 10 6
16 Dunggong 5,45 10 7
17 Klegung 6,48 15 6
18 Rowo 8,30 12 3
Jembangan
19 Banyu Meneng 5,03 8 5
Sumber data: Neraca Sumber Daya Alam Daerah, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2018

2.1.1.6. Klimatologi

A. Iklim

Kabupaten Kulon Progo, sebagai bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta,

terletak di wilayah yang dipengaruhi oleh tiga jenis iklim utama: iklim muson, iklim

tropis, dan iklim laut. Iklim muson sangat tergantung pada perubahan angin

musiman yang berlangsung dalam periode tertentu. Biasanya, setiap periode

perubahan angin berlangsung selama 6 bulan. Iklim muson terdiri dari dua jenis:

angin musim barat daya (Muson Barat) dan angin musim timur laut (Muson Timur).

Angin musim barat daya berhembus sekitar bulan Oktober hingga April,

membawa hujan yang menyebabkan musim hujan. Sebaliknya, angin musim timur

laut berhembus sekitar bulan April hingga Oktober, cenderung kering dan

mengakibatkan musim kemarau.

26
Karena berada dalam wilayah tropis, Kabupaten Kulon Progo mengalami

iklim panas dan curah hujan yang tinggi. Faktor lain yang memengaruhi kondisi

iklim adalah kedekatan dengan Samudera Indonesia, yang mengakibatkan

penguapan air laut dan udara lembab, sehingga curah hujan juga meningkat.

Klasifikasi iklim dalam konteks ini menggunakan deskripsi tipe iklim yang

dikembangkan oleh F.H. Schmidt dan J.H.A. Ferguson. Klasifikasi ini berdasarkan

nisbah antara jumlah bulan kering dan basah dalam setahun. Terdapat delapan

kelompok iklim dalam klasifikasi ini, dari sangat basah hingga sangat kering.

Berdasarkan data curah hujan yang tercatat selama lima tahun (2015-

2019), Kabupaten Kulon Progo memiliki rata-rata bulan kering sebanyak 3,83 dan

rata-rata bulan basah sebanyak 7,17. Hal ini menghasilkan nilai nisbah Q sebesar

53,49%. Dengan demikian, menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, Kabupaten

Kulon Progo termasuk dalam tipe iklim C, yang merupakan kategori daerah agak

basah.

B. Curah Hujan

Kabupaten Kulon Progo termasuk dalam sub DAS (Daerah Aliran Sungai)

Progo Hilir dan memiliki tipe iklim Am (muson tropis) dan Aw (muson tropis kering)

berdasarkan klasifikasi iklim Köppen. Curah hujan dan hari hujan diukur melalui

lima stasiun hujan yaitu Gejagan, Singkung, Gembongan, Beji, dan Brosot. Curah

hujan rata-rata per tahun selama periode 2013-2018 berkisar antara 153 mm/hari

hingga 271 mm/tahun, dan rata-rata hari hujan per bulan berkisar antara 8 hingga

14 hari.

Secara umum, curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Kulon Progo

mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, dengan pola naik turun yang dapat

diamati setiap tahun. Curah hujan dan jumlah hari hujan yang lebih tinggi biasanya

terjadi pada bulan-bulan Januari hingga April dan November hingga Desember,

yang merupakan periode musim penghujan. Kondisi ini sesuai dengan karakteristik

daerah yang memiliki muson tropis.

27
Rincian lebih lanjut mengenai curah hujan dan jumlah hari hujan pada tiap

bulan, serta rata-rata curah hujan dan hari hujan selama tahun 2016-2020 dapat

ditemukan dalam tabel dan gambar yang tidak dilampirkan dalam teks Anda. Jika

Anda ingin membahas data ini lebih lanjut atau memiliki pertanyaan lebih lanjut,

silakan berikan informasi atau pertanyaan spesifiknya.

Curah Hujan dan Hari Hujan Per Bulan di Kabupaten Kulon Progo Tahun

2016-2020
2016 2017 2018 2019 2020
No Bulan
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
1 Januari 199 12 492 24 310 21 392,67 22,92 349,25 18,75
2 Februari 408 16 352 19 381 21 28417 16,58 354,56 17,75
3 Maret 292 17 289 16 329 18 532,58 20,58 500,19 19,50
4 April 180 12 82 9 344 19 75,92 6,5 177,31 10,31
5 Mei 129 11 9 2 95 18 17,17 1,75 147,50 11,94
6 Juni 318 9 2 1 25 3 1,33 0,67 28,81 3,94
7 Juli 114 9 0 0 17 4 0,08 0,67 2,69 0,88
8 Agustus 37 6 3 2 3 2 0,58 0,58 1 1,75 2,56
9 September 301 14 12 2 86 6 - - 44,63 6,75
10 Oktober 357 16 2 2 239 14 - - 176,38 14,06
11 Nopember 552 20 305 17 716 11 54 7 278,88 16,44
12 Desember 270 12 290 19 171 11 246,42 18,17 477,69 20,94
Jumlah 3.157 154 1.838 113 2.716 148 1.605 95 2.55 144
Rata-rata 263 13 153 9 226 12 134 8 212 12
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2022

2.1.1.7. Penggunaan Lahan

Pada tahun 2021, penggunaan lahan di Kabupaten Kulon Progo dapat

dikategorikan ke dalam dua kategori utama, yaitu lahan pertanian dan lahan non-

pertanian. Penggunaan lahan ini memberikan gambaran mengenai bagaimana

masyarakat Kabupaten Kulon Progo memanfaatkan wilayahnya untuk berbagai

kegiatan.

Dalam kategori lahan pertanian, terdapat beberapa jenis penggunaan lahan

yang mencakup kebun dan sawah irigasi. Kebun mencakup area yang digunakan

untuk bercocok tanam berbagai jenis tanaman, baik skala besar maupun kecil. Pada

tahun 2021, luas lahan kebun mencapai 42,96% dari total luas penggunaan lahan

Kabupaten Kulon Progo. Sedangkan sawah irigasi adalah area pertanian yang

28
ditanami dengan padi dan diirigasi secara buatan. Luas sawah irigasi pada tahun

tersebut mencapai 16,82% dari total luas penggunaan lahan.

Di sisi lain, dalam kategori lahan non-pertanian, lahan permukiman

mendominasi dengan mencapai 17,81% dari total luas penggunaan lahan Kabupaten

Kulon Progo. Lahan permukiman ini mencakup area yang digunakan untuk hunian

penduduk, serta berbagai fasilitas dan infrastruktur perkotaan. Lahan non-pertanian

juga melibatkan sektor-sektor seperti perdagangan, industri, transportasi, dan lain-

lain.

Penting untuk dicatat bahwa metode pengukuran penggunaan lahan

mengalami perubahan dari tahun 2019 ke tahun 2020, yang menghasilkan klasifikasi

yang lebih detail dengan peningkatan dari 12 kelas penggunaan lahan pada tahun

2019 menjadi 41 kelas pada tahun 2020. Hal Ini berarti analisis penggunaan lahan

menjadi lebih rinci dan akurat, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang

bagaimana lahan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Adapun data penggunaan

lahan Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada Tabel berikut

Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017-2019


2018 2019
No Penggunaan Lahan
Luas (Ha) % Luas (Ha) %
1 Kebun 10.582,27 18,05 18.278,71 31,18
2 Rumput/Tanah Kosong 205,20 0,35 1.339,45 2,28
3 Sungai 668,35 1,14 668,35 1,14
4 Permukiman 20.273,39 34,58 22.968,79 39,18
5 Sawah Irigasi 10.588,13 18,06 11.200,77 19,10
6 Sawah Tadah Hujan 6.595,59 11,25 1.500,91 2,56
7 Tegalan/Ladang 7.346,03 12,53 7,49 0,01
8 Tambak 316,59 0,54 316,99 0,54
9 Semak belukar 809,06 1,38 1.103,63 1,88
10 Hutan 1.037,71 1,77 1.037,71 1,77
11 Dermaga 52,76 0,09 52,28 0,09
12 Waduk 152,43 0,26 152,43 0,26
Total 58.627,51 100 58.627,51 100
Sumber data : Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kundha NIti Mandhala lan Niti Sasana) Kabupaten Kulon Progo, 2023 (diolah)

29
Penggunaan Lahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2020-2022
2020 2021 2022
No Penggunaan Lahan
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
1 Bandara 531,91 0,91 531,91 0,91 595.29 1.02
2 Bangunan Industri 37,67 0,06 37,67 0,06 37.67 0.06
3 Bendungan 4,88 0,01 4,88 0,01 4.88 0.01
4 Danau/Embung 5,68 0,01 5,68 0,01 5.68 0.01
5 Gardu Induk Listrik 1,88 0,00 1,88 0,00 1.88 0
6 Gedung 3,22 0,01 3,22 0,01 3.22 0.01
7 Hamparan Pasir Pantai 201,32 0,34 201,32 0,34 262.86 0.45
8 Hamparan Pasir Sungai 8,48 0,01 8,48 0,01 8.12 0.01
9 Hutan Lahan Kering Primer 1.069,91 1,82 1.069,91 1,82 1049.06 1.79
10 Hutan Mangrove 1,84 0,00 1,84 0,00 2.71 0
11 Kebun 25.177,8 42,95 25.177,8 42,95 25,155.6 42.91
12 Kompleks Sat Radar Congot 2,32 0,00 2,32 0,00 2.95 0.01
13 Ladang 5.321,18 9,08 5.321,18 9,08 5,244.21 8.94
14 Laguna 16,99 0,03 16,99 0,03 17.23 0.03
15 Lahan Terbuka 252,23 0,43 252,23 0,43 235.67 0.4
16 Lahan Terbuka Hijau 3,38 0,01 3,38 0,01 4.89 0.01
17 Padang Rumput 502,79 0,86 502,79 0,86 503.21 0.86
18 Pasar 15,53 0,03 15,53 0,03 15.53 0.03
19 Pelabuhan Laut 13,83 0,02 13,83 0,02 13.83 0.02
20 Pembagi Irigasi 5,12 0,01 5,12 0,01 5.12 0.01
21 Pendidikan 155,11 0,26 155,11 0,26 156.51 0.27
22 Perdagangan dan Jasa 101,89 0,17 101,89 0,17 108.23 0.18
23 Perkantoran Pemerintah 101,83 0,17 101,83 0,17 102.43 0.17
24 Perkebunan 347,16 0,59 347,16 0,59 363.78 0.62
25 Permukiman 10.440,9 17,81 10.440,9 17,81 10,416.4 17.77
26 Pertambangan 51,09 0,09 51,09 0,09 51.09 0.09
27 Rumah Sakit 12,28 0,02 12,28 0,02 12.28 0.02
28 Sawah Irigasi 9.863,73 16,82 9.863,73 16,82 9,880.66 16.85
29 Sawah Tadah Hujan 1.321,78 2,25 1.321,78 2,25 1,319.87 2.25
30 Semak 8,73 0,01 8,73 0,01 64.21 0.11
31 Semak Belukar 728,48 1,24 728,48 1,24 736.18 1.26
32 Stasiun Kereta Api 6,20 0,01 6,20 0,01 6.2 0.01
33 Sungai 943,18 1,61 943,18 1,61 943.56 1.61
34 Tambak Ikan 5,04 0,01 5,04 0,01 5.04 0.01
35 Tambak Udang 274,40 0,47 274,40 0,47 203.73 0.35
36 Tanaman Campuran 6,61 0,01 6,61 0,01 6.61 0.01
Tempat Penimbunan
37 2,12 0,00 2,12 0,00 2.12 0
Sampah/Deposit
38 Terminal Bus 1,22 0,00 1,22 0,00 1.22 0
39 Waduk 158,16 0,27 158,16 0,27 158.16 0.27
40 Kesehatan 0,00 0,00 10,43 0,018 10,43 0,018

30
2020 2021 2022
No Penggunaan Lahan
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) %
41 Penggunaan Iain 919,52 1,57 909,09 1,55 909,09 1,55
Total Luas 58.627,5 100,0 58.627,5 100,0 58.627,5 100,0
Sumber data : Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kundha NIti Mandhala lan Niti Sasana) Kabupaten Kulon Progo, 2023
(diolah).

Jika dibandingkan data mengenai penggunaan lahan dari tahun 2017 hingga

2019 dengan data pada periode 2020 hingga 2022, terlihat perbedaan yang cukup

signifikan dalam penggunaan lahan untuk kebun dan permukiman. Pada tahun 2017

hingga 2019, penggunaan lahan untuk permukiman mendominasi, sedangkan pada

tahun 2020 hingga 2022, penggunaan lahan untuk kebun menjadi yang paling

dominan. Perubahan ini dapat dijelaskan oleh beberapa faktor.

Pada tahun 2020 hingga 2022, pendetailan lebih lanjut dilakukan dalam

pengukuran penggunaan lahan, mengakibatkan lahan kebun yang sebelumnya

berada dalam hamparan permukiman dihitung dan dimasukkan dalam kategori lahan

kebun. Fenomena ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan kebun dalam

hamparan permukiman cukup luas, mencerminkan dominasi tipe permukiman

perdesaan di Kabupaten Kulon Progo. Selain itu, perubahan fokus masyarakat dari

sektor permukiman ke sektor pertanian juga bisa memengaruhi perubahan ini.

Pentingnya pendetailan tersebut juga tercermin dalam penurunan luas lahan tambak

udang pada tahun 2022. Penurunan ini terjadi karena dilakukan penertiban terhadap

tambak udang yang tidak sesuai dengan peruntukan pemanfaatan ruang yang diatur

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo.

Selain itu, terdapat penambahan kelas penggunaan lahan kesehatan pada tahun

2021, yang diakibatkan oleh pendetailan lebih lanjut terkait fasilitas kesehatan di

seluruh wilayah Kabupaten Kulon Progo. Penggunaan lahan kesehatan mencakup

berbagai jenis fasilitas layanan, seperti puskesmas, rumah sakit, klinik, dan apotek,

baik yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta.

Selain perubahan tersebut, terlihat bahwa lahan pertanian sawah beririgasi

mengalami peningkatan tiap tahun meskipun dalam tingkat pertumbuhan yang

relatif lambat. Peningkatan ini merupakan upaya pemerintah daerah untuk

31
mempertahankan dan meningkatkan aktivitas pertanian melalui program cetak

sawah. Sampai dengan tahun 2021, luas lahan yang dicetak untuk sawah beririgasi

mencapai 305 hektar, dengan target mencapai 355 hektar pada tahun 2022.

Pemberian izin terkait alih fungsi lahan sawah beririgasi diatur dengan selektif dan

ketat untuk menjaga integritas jaringan irigasi yang aktif serta menjaga luas Kawasan

Lindung Pertanian Berkelanjutan (LP2B), terutama zona cadangan.

Sumber: Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kundha NIti Mandhala lan Niti Sasana) Kab.Kulon Progo, 2022
Penggunaan Lahan Kabupaten Kulon Progo

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Fungsi kawasan berdasarkan pola ruang dalam RTRW dibagi menjadi dua

yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Dalam mengembangkan wilayah,

akan memanfaatkan kawasan budidaya untuk mendukung pembangunan.

Pemanfaatan kawasan budidaya disesuaikan dengan perhitungan skor kesesuaian

lahan dan melakukan identifikasi faktor-faktor fisik kawasan untuk kesesuan fungsi

kegiatan tertentu. Kabupaten Kulon Progo memiliki bentang alam berupa areal

32
dataran, pegunungan dengan lereng beragam mulai dari 0% hingga 70%, dan

perbukitan. Berikut adalah jenis kawasan yang masuk dalam kawasan budidaya di

Kabupaten Kulon Progo :

1) Kawasan peruntukan hutan prduksi

Kawasan peruntukan hutan produksi di Kabupatenn Kulon Progo merupakan

hutan produksi terbatas. Kawasan hutan produksi terbatas yaitu kawasan hutan

yang digunakan untuk kegiatan budidaya hasil hutan secara terbatas dengan

tetap memperhatikan fungsinya sebagai hutan yang digunakan peindung

kawasan dibawahnya. Kawasan peruntukan hutan produksi terletak di Kalurahan

Kalirejo, Hargomulyo dan Hargorejo, Kapanewon Kokap serta di Kalurahan

Kaligintung Kapanewon Temon dengan luas kurang lebih 605 Ha. Sedangkan

hutan produksi terbatas seluas kurang lebih 4 hektar berada di Kapanewon

Girimulyo.

2) Kawasan peruntukan hutan rakyat

Kawasan peruntukan hutan raktar merupakan hutan yang dikelola oleh

masyarakat dan bertempat di lahan milik masyarakat. Berdasarkan pertimbangan

tersebut maka ditetapkan sebagai sentra bagi pengembangan hutan rakyat yang

di konversi. Lokasi dari kawasan tersebut adalah Kalurahan Kalirejo, Hargomulyo

dan Hargorejo, Kapanewon Kokap serta di Kalurahan Kaligintung Kapanewon

Temon dengan luas kurang lebih 605 Ha. Sedangkan hutan produksi terbatas

seluas kurang lebih 4 hektar berada di Kapanewon Girimulyo.

3) Kawasan peruntukan pertanian

Kawasan peruntukan pertanian terdiri sebagai berikut :

a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan

Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan merupakan pertanian lahan

basah dan pertanian lahan kering. Kawasan pertanian lahan basah

merupakan kawasan pertanian yang memiliki ketersediaan air sepanjang

tahun dan cocok untuk digunakan pada komoditas tanaman padi dengan ciri

33
pengolahan sawah. Persebaran pertanian lahan basah di Kabupaten Kulon

Progo sebagai berikut Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Lendah,

Sentolo, Pengasih, Girimulyo, Nanggulan, Kalibawang, dan Samigaluh seluas

kurang lebih 10.622 Ha. Kawasan peruntukan pertanian lahan kering seluas

kurang lebih 29.328 (dua puluh sembilan ribu tiga ratus dua puluh delapan)

hektare tersebar di seluruh Kapanewon.

b. Kawasan peruntukan pertanian holtikultura

Kawasan peruntukan pertanian holtikultura diguakan untuk kegiatan

pertanian lahan kering dalam meningkatkan proskdi pangan dengan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan. Lokasi kawasan tersebut tersebar di

seluruh kecamatan di Kabupaten Kulon Progo

c. Kawasan peruntukan perkebunan

Kawasan peruntukan perkebunan merupakan kawasan pertanian yang

sesuai untuk jenis komoditas tanaman tahunan dengan memperhatikan asas

konservasi sehingga pemanfaatan potensi lahan sesuai dengan kegiatan

perkebunan dalam meningkatkan produksi perkebunan dan tetap

memperhatikan kelestarian lingkungan. Kawasan tersebut tersebar di

seluruh wilayah Kabupaten Kulon Progo dan tidak diatur berdasarkan

komoditi tertentu, namun tetap disesuaikan dengan potensi/kesesuaian

lahan. Jenis komoditas yang di tanam adalah kakao, kopi, kelapa, cengkeh,

tembakau, nilam, lada, the, gebang, dan jambu mete. Selain itu, terdapat

kawasan agropolitan yang meliputi kawasan agropolitan Kalibawang dengan

DPP di Desa Banjararum dan pengembangan kawasan agropolitan Temon

dengan DPP di Kalurahan Jangkaran

d. Kawasan peternakan

Kawasan peternakan merupakan kawasan yangg tiperuntukkan bagi

peternak besar kecil dan unggas. Kawasan ini berupa kawasan padang

rumput atau semak belukar yang cukup luas (minimum dua hektare) yang

34
digynakan untuk melepaskan dan sekaligus memeilihara ternak. Lokasi

kawasan tersebut diutamakan pada tanah yang tidak produktif dan terpisah

dari lahan pertanian penduduk sekitar. Lokasi kawasan pertenakan tersebar

di seluruh kawanewon di Kabupaten Kulon Progo berupa ternak besar

(komoditas sapi, kuda, dan kerbau), ternak kecil (komoditas kambing, domba,

babi, dan kelinci) dan unggas (komoditas ayam, itik, dan burung puyuh).

4) Kawasan peruntukan perikanan

Kawasan peruntukan perikanan merupakan kawasan yang difungsikan untuk

kegiatan perikanan baik darat maupun laut dan segala kegiatan penunjangnya

yang bertujuan untuk memanfaatkan potensi lahan untuk perikanan dalam

meningkatkan produksi perikanan namun tetap memperhatikan kelestarian

lingkungan. Berikut merupakan lokasi kawasan perikanan :

a. Kawasan peruntukan perikanan tangkap

Kawasan peruntukan perikanan tangkap (laut) di meliputi Kapanewon

Temon, Kapanewon Wates, Kapanewon Panjatan dan Kapanewon Galur

seluas kurang lebih 10 hektar.

b. Kawasan peruntukan perikanan budidaya

Kawasan peruntukan perikanan budidaya Kawasan perikanan budidaya

seluas kurang lebih 144 hektar tersebar di seluruh kapanewon dan budidaya

perikanan air payau (tambak) di Kecamatan Galur, dan Temon.

c. Kawasn peruntukan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan

o Industri pengolahan tepung ikan di Desa Glagah Kecamatan Temon;

o Tempat Pelelangan Ikan (TPI) meliputi:

- TPI di Desa Karangwuni Kecamatan Wates;

- TPI Congot di Desa Jangkaran Kecamatan Temon

- TPI Bugel di Kecamatan Panjatan; dan

- TPI Trisik di Kecamatan Galur.

35
o Pasar induk perikanan di sekitar Kompleks Perdagangan Gawok

Kecamatan Wates.

o Dermaga pelabuhan ikan di Desa Karangwuni Kecamatan Wates dan

sebagian Desa Glagah Kecamatan Temon dengan luas 83 Ha

Berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia Nomor: 32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan maka

Kabupaten Kulon Progo ditetapkan sebagai salah satu kabupaten sebagai

Kawasan Minapolitan seluas kurang lebih 7.160 hektar, dengan lokasi di

Kecamatan Wates dan Kecamatan Nanggulan.

5) Kawasan peruntukan pertambangan

Kawasan peruntukan pertambangan di Kabupaten Kulon Progo termasuk dalam

pertambangan mineral dan batubara yang terdiri atas kawasan peruntukan

pertambangan mineral (logam dan non logam) dan batubara, serta kawasan

peruntukan pertambangan panas bumi, minyak dan gas bumi. Arahan

pengembangan kawasan peruntukan pertambangan terutama bahan galian pasir

besi berada di sepanjang pantai Kabupaten Kulon Progo. Kawasan lahan pesisir

pantai selatan Kulon Progo yang dibatasi Sungai Serang hingga Sungai Progo

merupakan kawasan potensial pasir besi. Kawasan tersebut telah ditetapkan

menjadi kawasan kontrak karya yang pengelolaannya dilakukan oleh PT. Jogja

Magasa Iron (PT.JMI).

6) Kawasan peruntukan industri

Kawasan peruntukan industri merupakan kawasan yang diutamakan untuk

menampung kegiatan industri dengan pematangan tanah dan penyediaan sarana

sepenuhnya dilakukan oleh pengusaha kawasan industri.

a. Industri besar, tersebuar di lokasi

1. Kapanewon Sentolo dengan luas kurang lebih 4.796 Ha di Kapanewon

Sentolo dan Kapanewon Lendah.

36
2. Kapanewon Temon berupa industri bahari dengan luas kurang lebih 500

Ha.

3. Kapanewon Nanggulan dengan luas 700 Ha

b. Industri kecil dan mikro, tersebar di seluruh kapanewon di Kabupaten Kulon

Progo

7) Kawasan peruntukan pariwisata

Pengembangan kawasan pariwisata melipuri

a. Pariwisata alam

1. Puncak Suroloyo berada di Kapanewon Samigaluh;

2. Goa Kiskendo berada di Kapanewon Girimulyo;

3. Gunung Kuncir berada di Kapanewon Samigaluh;

4. Gunung Kelir berada di Kapanewon Girimulyo;

5. Goa Sumitro berada di Kapanewon Girimulyo;

6. Goa Sriti berada di Kapanewon Samigaluh;

7. Goa Lanang Wedok berada di Kapanewon Pengasih;

8. Goa Kebon berada di Kapanewon Panjatan;

9. Gunung Lanang berada di Kapanewon Temon;

10. Goa Banyu Sumurup di Kapanewon Samigaluh; dan

11. Arung Jeram di Sungai Progo

b. Peruntukan pariwisata budaya

1. Makam Nyi Ageng Serang berada di Kapanewon Kalibawang;

2. Goa Maria Sendangsono berada di Kapanewon Kalibawang;

3. Monumen Nyi Ageng Serang berada di Kapanewon Wates;

4. Makam Keluarga Pakualaman Girigondo berada di Kapanewon Temon;

5. Petilasan Linggo Manik berada di Kapanewon Samigaluh;

6. Petilasan Ki Jaragil berada di Kapanewon Samigaluh

7. Makam Pangeran Aris Langu berada di Kapanewon Kalibawang;

8. Makam Kyai Krapyak berada di Kapanewon Kalibawang;

37
9. Petilasan Demang Abang berada di Kapanewon Kalibawang; dan

10. Makam Kyai Paku Jati berada di Kapanewon Pengasih

c. Kawasan peruntukan pariwisata buatan

1. Waduk Sermo berada di Kapanewon Kokap;

2. Pemandian Clereng berada di Kapanewon Pengasih;

3. Taman Wisata Ancol berada di Kapanewon Kalibawang;

4. Jembatan Bantar berada di Kapanewon Sentolo;

5. Jembatan Duwet berada di Kapanewon Kalibawang;

6. Wisata agro meliputi: Kapanewon Temon; Kapanewon Galur;

Kapanewon Panjatan; Kapanewon Kokap; Kapanewon Kalibawang; dan

Kapanewon Samigaluh.

7. Wisata desa kerajinan Kawasan pengembangan pariwisata desa

kerajinan dan budaya adalah kawasan yang diperuntukkan bagi

pengembangan pariwisata desa kerajinan dan budaya dengan

mendayagunakan kerajinan dan budaya berdasarkan sosio kultural

masyarakat. Lokasi kawasan tersebut meliputi: Kapanewon Galur;

KapanewonLendah; Kapanewon Nanggulan; Kapanewon Kalibawang;

dan Kapanewon Sentolo.

8) Kawasan peruntukan permukiman

a. Permukiman perkotaan meliputi : Perkotaan Temon, Perkotaan Panjatan,

Perkotaan Brosot, Perkotaan Lendah, Perkotaan Sentolo, Perkotaan Kokap,

Perkotaan Nanggulan, Perkotaan Girimulyo, Perkotaan Kalibawang,

Perkotaan Dekso dan Perkotaan Samigaluh.

b. Permukiman perdesaan meliputi: Desa Glagah Kapanewon Temon, Desa

Panjatan Kapanewon Panjatan, Desa Brosot dan Desa Tirtorahayu berada

di Kapanewon Galur, Desa Sentolo Kapanewon Sentolo, Desa

Hargomulyo Kapanewon Kokap, Desa Jatisarono Kapanewon Nanggulan,

38
Desa Jatimulyo Kapanewon Girimulyo, Desa Banjaroyo Kapanewon

Kalibawang; dan Desa Pagerharjo Kapanewon Samigaluh.

c. Pemanfaatan kawasan peruntukan permukiman berada di seluruh

kapanewon, terdiri atas: pengembangan permukiman swadaya, kawasan

permukiman siap bangun; dan permukiman baru.

9) Kawasan peruntukan lainnya, berupa kawasan peruntukan perdagangan dan jasa

yang terletak di Kapanewon Temon, Wates dan Sentolo, serta kawasan

pertahanan dan keamanan.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Kabupaten Kulon Progo memiliki 10 ancama bencana dengan tingkat

acanaman benacan yang bervariasi. Jenis bencana yang terdapat di Kabupaten Kulon

Progo antara lain acanaman tanah longsir; ancaman banjir dan banjir bandang;

ancaman tsunami; ancamana cuaca ekstrem (angin kencang, abrasi, perubahan iklim);

ancaman kekeringan; ancaman gempa bumi; ancaman epidemi/wabah penyakit;

ancamana kebakaran pemukiman, hutan, dan lahan; anacaman letusan gunung

berapi; dan ancaman kegagalan teknologi.

Kawasan Pegunungan Menoreh yang terdiri dari Kapanewon Kokap;

Girimulyo; Samigaluh; Kalibawang; dan sebagian Kapanewon Pengasih dengan

topografi berlereng dan berbukit mengakibatkan munculnya ancaman tanah longsor

dan banjir bandang di musim penghujan; kekeringan di musim kemarau; di musim

pancaroba seringkali terjadi bencana cuaca ekstrim.

Topografi dataran rendah dengan ketinggian antara 100 – 500 meter dari

permukaan air laut yang meliputi Kapanewon Nanggulan; Sentolo; sebagian

Pengasih; Lendah; sebagian besar Wates dengan ketinggian 2–15%, yang

merupakan peralihan dataran rendah dan perbukitan memiliki ancaman bencana

yang relatif kecil. Ancaman bencana yang mengancam adalah kebakaran pemukiman;

banjir; cuaca ekstrim; kekeringan; gempa bumi dengan ancaman yang kecil.

39
Wilayah Pesisir yang berbatasan dengan Samudera Hindia merupakan

dataran rendah dengan ketinggian 0–100 meter dari permukaan air laut, meliputi

Kapanewon Temon, Kapanewon Wates, Kapanewon Panjatan, Kapanewon Galur,

dan sebagian Kapanewon Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0–

2%, merupakan wilayah pantai dengan garis pantai sepanjang kurang lebih 24,8 km,

kawasan ini memiliki ancaman bencana banjir; tsunami; cuaca ekstrim. Selain

ancaman bencana kawasan terdapat ancaman bencana yang bisa terjadi tanpa

mengenal kawasan seperti kebakaran pemukiman, hutan dan lahan, gempa bumi,

wabah penyakit, cuaca ekstrim dan letusan gunung berapi. Walaupun Kabupaten

Kulon Progo tidak memiliki gunung berapi, tetapi apabila Gunung Merapi yang

berada di wilayah Kabupaten Sleman meletus dapat menyebabkan gangguan

penghidupan dan kehidupan masyarakat di wilayah Kabupaten Kulon Progo.

Berdasarkan kondisi topografi dan geografi, hampir dipastikan tidak ada

daerah yang benar-benar aman dari ancaman bencana, sehingga kejadian bencana

di Kulon Progo hampir dipastikan selalu terjadi tiap tahun. Hal itu disebabkan

banyaknya penduduk Kulon Progo yang tinggal di daerah rawan bencana. Ada

kawasan yang memiliki satu ancaman bencana, namun lebih banyak daerah yang

memiliki multi ancaman bencana. Untuk informasi lebih detail dapat dilihat pada

tabel berikut :

Penduduk Yang Tinggal Di Wilayah Ancaman Bencana


Jumlah Epidemi Letusan
No Kapanewon
Penduduk Cuaca Gelombang
Longsor Banjir Kekeringan Gempa Tsunami Kebakaran Gelombang Gunung
Ekstrim Ekstrim
Wabah Api
1 Temon 29.125 - 17.47 - 23.293 7.144 14.461 24.528 - 816 -

2 W ates 48.948 - 30.13 - 41.607 2.447 19.579 44.206 13.665 282 -

3 Panjatan 38.784 - 21.778 1.937 30.996 12.238 23.205 33.636 - 774 -

4 Galur 32.749 - 19.645 - 26.193 18.008 21.154 29.094 11.687 646 -

5 Lendah 41.108 - 5.862 - 34.92 - 22.516 36.607 - - -

6 Sentolo 50.042 2.498 2.498 7.616 42.466 - 22.384 44.817 5.053 - -

7 Pengasih 52.529 13.614 18.36 10.343 44.589 - 16.354 45.542 - - -

8 Kokap 36.115 21.728 1.811 8.31 30.782 - 9.008 30.93 10.368 - -

9 Girimulyo 24.621 17.283 740 11.445 20.986 - 9.848 21.737 - - -

10 Nanggulan 30.883 1.544 6.175 4.632 24.699 - 21.479 26.624 - - -

40
Penduduk Yang Tinggal Di Wilayah Ancaman Bencana
Jumlah
No Kapanewon Epidemi Letusan
Penduduk Cuaca Gelombang
Longsor Banjir Kekeringan Gempa Tsunami Kebakaran Gelombang Gunung
Ekstrim Ekstrim
Wabah Api
11 Samigaluh 28.093 20.25 2.967 14.907 22.514 - 7.5 24.562 - - -

12 Kalibawang 29.877 19.521 4.505 14.886 24.026 - 13.902 26.521 - - 7.485

Total 442.874 96.438 131.94 74.076 367.07 39.837 201.39 388.804 40.773 2.518 7.485

Bencana yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2022 lebih

banyak didominasi oleh bencana hidrometerologi daripada bencana geologi. Bencana

hidrometerologi yang dimaksud seperti tanah longsor disusul cuaca ekstrim/angin

kencang; banjir; gelombang ekstrim; kebakaran hutan dan lahan; kekeringan.

Sedangkan kelompok bencana geologi adalah gempa bumi terjadi dengan

probabilitas yang cukup rendah. Untuk informasi kejadian bencana di Kabupaten

Kulon Progo dapat dilihat pada tabel berikut.

Kejadian Bencana Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022


Jenis Bencana Kebakaran

Jumlah Kejadian
Kegagalan Teknologi
Cuaca Ekstrim/Angin
Gelombang Ekstrim

Wabah Penyakit
Letusan Gunung
Tanah Longsor

Lain-lain
Konflik Sosial
Gempa Bumi

Permukiman
Kekeringan
& Abrasi

Kencang
Tsunami

No Kapanewon
Gedung
Berapi

Hutan
Lahan
Banjir

1 Galur - - - - - 1 125 - - - - - - - 1 1 128

2 Girimulyo - - - 103 - - 13 - - - - - - - 4 - 121

3 Kalibawang - - - 124 - - 28 - - - - - - - 2 - 154

4 Kokap - - 21 229 - - 13 - - - - - - - 3 - 266

5 Lendah - - 8 1 - - 70 - - - - - - - 2 - 81

6 Nanggulan - - 2 5 - - 31 - - - - - - - 1 2 41

7 Panjatan - - 4 - - - 22 - - - - - 1 - - 1 28

8 Pengasih - - 3 23 - - 12 - - - - 1 1 - 2 3 45

9 Samigaluh - - - 115 - - 1 - - - - - - - - - 116

10 Sentolo - - 2 4 - - 19 - - - - - - - 2 4 31

11 Temon - - 46 10 - - 7 - - - - - - - 1 - 64

12 Wateş - - 5 8 - - 16 - - - - - 2 - 3 1 35
111
JUMLAH 91 622 0 1 357 0 0 0 0 1 4 - 21 12
0

Berdasarkan informasi dari Bidang Sumberdaya Air Dinas Pekerjaan Umum,

Penataan Ruang, dan Cipta Karya (DPUPKP) Kabupaten Kulon Progo, luas area

41
genangan banjir mengalami variasi dari tahun ke tahun sesuai dengan intensitas

hujan dan faktor lain yang mempengaruhi. Pada tahun 2020, total luas area

genangan banjir mencapai 53,4 hektar, yang meliputi wilayah seperti Bulak Temon

Kulon, Kalidengen, Glagah, Kebonrejo, Palihan, Plumbon, dan Demen. Pada tahun

2021, luas area genangan banjir meningkat menjadi 87 hektar dan terjadi di wilayah

Kalidengen, Kebonrejo, Palihan, Temon Wetan, dan Triharjo. Tahun 2022

menyaksikan peningkatan lebih lanjut dalam luas area genangan banjir, mencapai

100 hektar dan terjadi di wilayah Karangpatehan, Demangrejo, dan Carikan Bumirejo.

Genangan umumnya terjadi di wilayah selatan yang memiliki topografi relatif rendah,

dengan lama genangan sekitar 1-2 hari.Penanganan banjir dan genangan dilakukan

melalui kerjasama dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.

Pendekatan penanganan mencakup upaya konservatif seperti memperlambat aliran

air dengan tumbuhan vegetasi, serta pendekatan teknis seperti rehabilitasi dan

normalisasi saluran air, dan pembangunan berbagai struktur teknis sipil. Saat ini,

sedang berlangsung proyek pengendalian banjir multi-tahun di sekitar kawasan

Bandara Internasional Yogyakarta. Proyek ini dilaksanakan oleh Balai Besar Wilayah

Sungai Serayu Opak yang merupakan bagian dari Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat (PUPR), dan bertujuan untuk mengurangi dampak banjir di sekitar

wilayah bandara.

Bencana longsor merupakan bencana dengan tingkat intensitas yang sangat

tinggi. Ancaman longsor utama terdapat di wilayah Perbukitan Menoreh yang

meliputi wilayah administratif Kapanewon Samigaluh, Girimulyo, Kokap, Kalibawang,

serta sebagian wilayah Kapanewon Pengasih. Dalam rangka mengurangi risiko

bencana longsor, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah melaksanakan langkah-

langkah mitigasi baik yang bersifat struktural maupun non struktural. Mitigasi

struktural untuk mengatasi risiko bencana longsor melibatkan tindakan intervensi

dalam pembangunan infrastruktur yang bertujuan mengurangi risiko bencana. Ini

42
termasuk pemasangan sistem peringatan dini (Early Warning Systems/EWS) serta

langkah-langkah lainnya. Mitigasi non struktural dilakukan dengan meningkatkan

kapasitas masyarakat untuk menghadapi risiko bencana. Upaya ini melibatkan

peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat, penyusunan kajian-kajian

terkait bencana, pengaturan regulasi di tingkat tingkat desa (Kalurahan), pembuatan

Standar Operasional Prosedur (SOP), dan pelaksanaan simulasi atau latihan gladi.

Salah satu upaya terkait mitigasi non struktural ini dikenal dengan istilah “Desa

Tangguh Bencana”. Ini adalah sebuah program atau kegiatan yang mengintegrasikan

berbagai usaha untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan daya tanggap masyarakat

terhadap potensi bencana. Program ini mencakup aspek edukasi, pelatihan,

perencanaan darurat, serta pengembangan langkah-langkah konkret yang dapat

membantu masyarakat dalam menghadapi situasi bencana dengan lebih baik.

Perbukitan Menoreh juga memiliki ancaman kekeringan, namun jumlah

kejadian kekeringan dari tahun ke tahun mengalami penurunan karena sudah ada

beberapa tindakan pengurangan risiko bencana dari berbagai pihak yang cukup

komperhensif. Tindakan tersebut berupa upaya (edukasi) pelestarian sumber mata

air yang digagas oleh masyarakt, PAMSIMAS, PAM Kalurahan, PAM Mandiri

Masyarakat; penambahan jaringan air bersih oleh PDAM Tirta Binangun Kulon Progo;

namun untuk mengantisipadi kemungkinan terburuk dilakukan droping air bersih

untuk warga yang membutuhkan air bersih dan belum terjangkau pelayanan air

bersih.

Wilayah dataran rendah-pantai yang meliputi Kapanewon Galur, Panjatan,

Wates, dan Kapanewon Temon merupakan area yang rentan terhadap ancaman

banjir serta memiliki potensi risiko tsunami yang menjadi masalah yang hampir terjadi

setiap kali musim penghujan tiba dan mengakibatkan dampak kerugian di berbagai

sektor, terutama sektor jasa, pertanian, dan perikanan. Banjir terjadi karena air hujan

yang melimpah dan berada pada wilayah topografi yang cenderung rendah, sehingga

air tidak dapat mengalir dengan lancar menuju ke pantai akibat drainase dan sungai

43
yang tidak berfungsi secara optimal. Untuk mengurangi risiko bencana ini, telah

dilakukan upaya-upaya seperti normalisasi sistem drainase dan sungai; peningkatan

pengetahuan dan pemahaman masyarakat untuk hidup harmoni dengan alam

Peta rawan bencana tsunami

Tsunami merupakan ancaman bencana dengan potensi relatif rendah tetapi

berdampak sangat tinggi terhadap penghidupan dan kehidupan masayarakat.

Tsunami di Kulon Progo oleh BMKG (2017) diproyeksikan tinggi delapan meter

dengan prakiraan waktu kedatangan 35 menit setelah gempa. Daerah yang terlanda

tsunami adalah daerah pantai sepanjang Banaran – Jangkaran yang merupakan

kawasan strategis bagi pengembangan dan pembangunan Kulon Progo bagian

selatan. Untuk meminimalkan risiko tsunami, di wilayah selatan sudah menginisiasi

pembentukan Desa Tangguh Bencana yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan dan pemahaman masyarakat. Pemerintah Kabupaten Kulon Progo

bekerja dan berbagai pihak bekerja sama untuk menyediakan layanan peringatan dini

tsunami sejumlah 8 unit yang selalu diuji coba setiap jam 10.00 WIB pada tanggal

26 setiap bulannya dan berupaya ditambah jumlahnya. Pemerintah juga sudah

menyusun dan mensosialisasikan SOP dan jalur evakuasi menuju tempat evakuasi

tingkat kabupaten untuk kemudian di breakdown di level Kalurahan; pemerintah juga

sudah menyusun rencana kontigensi yang diuji dengan simulasi tsunami yang

melibatkan berbagai pihak.

Kabupaten Kulon Progo memiliki berbagai pembangunan proyek

strategisnya, jika apabila tidak dikelola dengan baik akan meningkatkan risiko

bencana di kemudian hari. Terdapat ancaman bencana kebakaran; cuaca ekstrim;

epidemi; kegagalan teknologi; banjir bandang; dan dampak letusan gunung berapi

yang harus dikurangi risikonya dengan mengintegrasikan pengurangan risiko

bencana dalam perencanaan pembangunan agar hasil pembangunan tangguh

terhadap bencana.

44
Bencana cuaca ekstrem yang terjadi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta,

termasuk di wilayah Kabupaten Kulon Progo, antara lain : fenomena cuaca panas,

hujan lebat dan angin kencang. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya banjir

dan tanah longsor terutama di wilayah perbukitan yang mempunyai potensi hujan

lebat. Hujan disertai angin juga dapat disertai dengan kilat/petir bisa menyebabkan

pohon maupun baliho tumbang/roboh selain itu dapat meningkatkan tinggi

gelombang air laut. Penyebab terjadinya cuaca ekstrem ini antara lain akibat

peningkatan aliran udara basah dari Asia menuju wilayah Jawa. Selain itu juga faktor

siklon tropis Savannah, yang berdampak pada ketersediaan uap air melimpah dalam

pembentukan awan hujan di wilayah Jawa.

Kegagalan teknologi adalah semua bencana yang diakibatkan oleh kesalahan

desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam penggunaan

teknologi dan/atau industri. Kegagalan teknologi dapat disebabkan karena:

kegagalan/kesalahan desain keselamatan pabrik teknologi, kesalahan prosedur

pengoperasian pabrik/teknologi, kerusakan komponen dan kebocoran reaktor.

Kejadian tersebut dapat menimbulkan dampak berupa kebakaran, pencemaran

bahan kimia berbahaya atau bahan radioaktif, kecelakaan industri atau kecelakaan

transportasi yang menimbulkan korban tewas serta kerugian harta benda.

Di wilayah Kulon Progo terdapat beberapa potensi terjadinya bencana karena

kegagalan teknologi antara lain: potensi banjir bandang akibat jebolnya tanggul

Waduk Sermo yang bisa mengancam Wilayah Perkotaan Wates. Antisipasi ancaman

bencana tersebut, dapat dilakukan dengan mitigasi dan upaya pengurangan risiko

bencana, antara lain peningkatan fungsi sistem deteksi dan peringatan dini,

perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan kemampuan penanganan bencana,

tanggap darurat dan evakuasi bagi pegawai serta penduduk di sekitar, sosialisasikan

rencana penyelamatan kepada pegawai dan masyarakat sekitarnya bekerjasama

dengan instansi terkait, peningkatan standar keselamatan di bangunan dan Desa

45
peralatan, antisipasi kemungkinan bahaya dalam desain bangunan, pembuatan

prosedur operasi penyelamatan jika terjadi kecelakaan teknologi.

Kejadian Bencana Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

Jumlah Kalurahan/ Jumlah Desa Rawan Jumlah Desa Rincian Desa Tangguh
No Kapanewon
Kelurahan Bencana Tangguh Utama Madya Pratama
1 Galur 7 7 7 5 2 -
2 Girimulyo 4 4 4 2 2 -
3 Kalibawang 4 4 4 2 2 -
4 Kokap 5 5 5 5 - -
5 Nanggulan 6 2 2 - - 2
6 Lendah 6 4 4 - - 4
7 Panjatan 11 10 10 4 4 2
8 pengasih 7 5 5 1 1 3
9 Samigaluh 7 7 7 5 2 -
10 Sentolo 8 4 4 - - 4
11 Temon 15 15 15 4 1 10
12 Wates 8 8 8 5 - 3
Total 88 75 75 33 14 28

Salah satu stakeholder yang berperan dalam membangun kesiapsiagaan

menghadapi bencana adalah institusi pendidikan, dalam hal ini adalah sekolah.

Sekolah sebagai institusi yang setiap harinya didatangi oleh para siswa menjadi

potensi dalam menanamkan nilai-nilai kesiapsiagaan menghadapi bencana dalam

skala besar. Banyaknya siswa yang datang ke sekolah menjadi institusi yang dapat

menanamkan nilai-nilai siaga dalam menghadapi bencana lewat kurikulum yang ada.

Data sebaran Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) di Kabupaten Kulon Progo

sebagaimana dalam tabel berikut.

Data Satuan Pendidikan Aman Bencana Kabupaten Kulon Progo Tahun 2013-

2022
Tahun
No
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
SDN SDN
SMKN SMAN SDN Niten SMAN 1
1 Trisik, Darat, SMAN Galur
Temon Nanggulan Girimulyo Temon
Galur Wates
SMAN SMIKN SMAN SDN 1 Giripurwo, SMKN 1
2
Kokap Girimulyo Wates Girimulyo Kokap
SMAN SMAN SMAN 1 SDN 2 Giripurwo,
3 SLB Dekso
Samigaluh Kalibawang Sentolo Girimulyo

46
Tahun
No
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

SMIKN SDN Kepundung, MTsN 4


4
Panjatan Girimulyo Girimulyo
SMKN SDN Ngesong, SMPN 1
5
Pengasih Girimulyo Kokap
SDN Wadas, SMPN 2
6
Girimulyo Kokap
SDN Pringtali, SMPN 3
7
Girimulyo Kokap
SDN 1
SDN Gunung
8 Jonggrangan
Agung
Girimulyo
SDN 2
9 Jonggrangan
Girimulyo
SDN 1 Sokomoyo,
10
Girimulyo

SDN 2 Sokomoyo,
11
Girimulyo
Jumlah 1 1 3 5 3 11 8

Pada tahun 2021, kegiatan pembentukan SPAB yang bersumber dari APBD

Kabupaten Kulon Progo ditunda karena anggaran tersebut menjadi bagian yang di-

refocusing dan dialihkan untuk fokus penanganan pandemi Covid-19 serta

pemulihannya. Sementara itu, LSM Gerakan Swadaya Masyarakat bekerjasama

dengan Child Fund memfasilitasi pembentukan SPAB di 11 sekolah sehingga upaya

membangun edukasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana masih tetap bisa

dilaksanakan ditengah keterbatasan anggaran selama masa Pandemi Covid-19.

2.1.4. Demografi

Pada tahun 2022, jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo mencapai

443.591 jiwa, terdiri dari 219.776 laki-laki dan 223.815 perempuan, dengan total

keluarga sebanyak 155.219. Dalam kurun lima tahun terakhir, pertumbuhan

penduduk Kabupaten Kulon Progo mengalami penurunan, meskipun pada tahun

2018 terjadi kenaikan sebesar 0,47% dibandingkan tahun 2017. Penurunan populasi

yang paling signifikan tercatat pada tahun 2020, yaitu sebesar -0,95% dibandingkan

tahun 2019. Demikian pula, jumlah keluarga mengalami fluktuasi, dengan

peningkatan pada beberapa tahun dan penurunan pada tahun lainnya. Pertumbuhan

penduduk ini dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk.

47
Selain itu, berdasarkan Undang-undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang

Administrasi Kependudukan, penyajian data kependudukan tingkat kabupaten/kota

berasal dari data yang telah dikonsolidasikan dan disaring oleh kementerian yang

memiliki kewenangan dalam urusan pemerintahan dalam negeri. Hal ini berpotensi

menyebabkan adanya data ganda. Kematian yang belum terlaporkan dan anomali

lainnya dapatberkontribusi terhadap perluasan data. Oleh karena itu, dilakukan

pembersihan data di tingkat nasional yang mengakibatkan penurunan angka

populasi dari tahun ke tahun.

Tahun Jumlah Laki-laki Perempuan Pertumbuhan Jumlah Kepala


Penduduk Keluarga
2015 436123 216651 219472 4,67 145152
2016 445293 221220 224073 2,10 148879
2017 446028 221380 224648 0,17 149265
2018 448114 222014 226100 0,47 150954
2019 447246 221299 225947 -0,19 151911
2020 443003 219505 223498 -0,95 152251
2021 442,874 219,347 223,527 -0,03 152,251
2022 443591 219776 223815 0,16 155219

2.1.4.1. Komposisi dan Jumlah Penduduk

Menurut komposisi umur diketahui pada tahun 2022 jumlah penduduk

berusia 0-4 tahun mengalami penurunan dibandingkan tahun 2021 dari sejumlah

25.506 menjadi 19.970. Jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) pada tahun

2021 sejumlah 300.743 dan pada tahun 2022 mengalami kenaikan menjadi

303.633. Secara rinci jumlah penduduk menurut kelompok umur ditampilkan pada

tabel berikut.

Kelompok
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Umur

0-4 28.073 27.980 27.003 27.247 26.941 26.372 25.506 19.970

5-9 32.165 31.885 32.075 31.473 30.770 30.322 29.933 29.111

48
10-14 31.048 30.558 31.350 31.978 31.783 32.377 32.561 31.616

15-19 32.468 32.339 32.266 32.343 31.931 31.299 31.065 31.574

20-24 30.263 31.887 32.129 32.007 32.179 32.480 32.196 31.822

25-29 27.282 27.890 28.525 29.447 29.946 30.860 31.666 31.574

30-34 31.465 31.129 29.741 28.653 27.870 27.403 27.656 29.312

35-39 31.354 32.368 32.666 32.250 31.790 31.787 30.829 28.578

40-44 30.573 31.429 30.894 31.051 31.593 31.412 31.665 32.065

45-49 32.182 32.440 32.123 31.234 29.961 30.280 30.589 30.703

50-54 29.164 30.270 30.934 31.703 32.365 31.457 31.153 30.533

55-59 26.389 27.230 27.789 28.403 27.975 28.167 28.725 30.553

60-64 20.212 21.461 21.945 23.109 24.008 24.949 25.199 26.919

65-69 15.501 16.299 16.948 17.265 18.094 18.366 19.049 21.088

70-74 13.953 14.314 13.387 13.568 13.561 12.984 13.261 14.780

75+ 24.031 25.814 26.253 26.383 26.479 22.488 21.821 23.516

Total 436.123 445.293 446.028 448.114 447.246 443.003 442.874 443.591

Pada tahun 2022, data jumlah penduduk dikelompokkan berdasarkan usia dan jenis

kelamin, yang direpresentasikan dalam piramida penduduk seperti terlihat pada

gambar berikut. Piramida ini mencerminkan pertumbuhan penduduk yang relatif

rendah. Dalam piramida penduduk kategori dewasa, angka kelahiran (natalitas) dan

49
angka kematian (mortalitas) cenderung seimbang, menghasilkan keseimbangan

antara jumlah penduduk muda dan tua.

Gambar Piramida Penduduk

Berdasarkan komposisi jenis kelamin penduduk, pada tahun 2022 terdapat

lebih banyak penduduk perempuan di Kabupaten Kulon Progo, yaitu sebesar 50,46%,

sedangkan penduduk laki-laki sebesar 49,54%. Proporsi ini mengalami sedikit

perubahan dibandingkan tahun 2021. Pada semester pertama tahun 2021, rasio jenis

kelamin (sex ratio) mencapai 98,19, yang artinya terdapat sekitar 98 penduduk laki-

laki dalam setiap 100 penduduk perempuan. Rincian jumlah penduduk berdasarkan

sex ratio dapat dilihat pada tabel berikut:

Tahun Laki-laki Perempuan Sex Ratio


2015 216651 219472 98,71
2016 221220 224073 98,73
2017 221380 224648 98,55
2018 222014 226100 98,19
2019 221299 225947 97,94
2020 219505 223498 98,21
2021 219,347 223,527 98,13
2022 219776 223815 98,19

2.1.4.2. Distribusi dan Kepadatan Penduduk

Apabila memerhatikan distribusi penduduk, wilayah-wilayah dengan jumlah

penduduk tertinggi terletak di Kapanewon Pengasih, Sentolo, dan Wates. Pada tahun

2022, kepadatan penduduk kabupaten mencapai 756,64 jiwa per kilometer persegi.

Khususnya di Kapanewon Wates, kepadatan penduduk mencapai puncak tertinggi

dengan angka 1.533,97 jiwa per kilometer persegi, yang merupakan 3,77 kali lebih

padat dibandingkan Kapanewon Samigaluh yang memiliki kepadatan terendah, yaitu

405,44 jiwa per kilometer persegi. Fenomena ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa

Kapanewon Wates berperan sebagai pusat aktivitas dan pelayanan, meskipun

50
memiliki wilayah yang lebih kecil jika dibandingkan dengan wilayah lain di Kabupaten

Kulon Progo. Kapanewon Lendah dan Galur, meskipun jumlah penduduknya tidak

sebanyak Kapanewon Sentolo dan Pengasih, memiliki kepadatan penduduk yang

lebih tinggi. Oleh karena itu, sejak tahun 2018 hingga 2022, Kapanewon Wates,

Lendah, dan Galur telah menunjukkan kepadatan penduduk yang tinggi di Kabupaten

Kulon Progo.

Kepadatan Penduduk Per Kapanewon di Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2015-2022
Luas
Kapanewo
Wilayah 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
n
(km^2)
Temon 36,3 785,43 799,81 801,68 809,97 811,21 802,09 802,34 802,98
1537,0 1.537,9 1.529, 1.529,
32 1488,13 1.541,43 1539.85 1.534
Wates 0 4 66 63
Panjatan 44,59 854,68 874,70 873,96 879,59 876,79 868,92 869,79 873,27
1000,6 1.001,8 1.004,8
32,91 986,24 1.009,05 994,9 995,11 995,17
Galur 1 5 8
1157,0 1.160,5 1.166,8 1.154, 1.155, 1.158,
35,59 1136,86 1.167,79
Lendah 7 8 9 34 04 78
Sentolo 52,65 927,94 953,92 953,79 960,2 959,03 948,89 950,47 952,52
Pengasih 61,66 814,99 834,58 835,16 845,81 849,81 850,75 851,91 856,05
Kokap 73,8 486,67 495,11 495,68 497,47 497,16 490,7 489,36 488,02
Girimulyo 54,9 450,38 459,31 459,13 459,71 457,31 449,71 448,47 448,94
Nanggulan 39,61 762,18 775,21 776,04 782,1 782,44 779,45 779,68 783,74
Samigaluh 69,29 419,58 414,79 415,85 415,61 410,99 406,16 405,44 403,51
Kalibawan
52,96 577,32 586,80 586,12 584,57 578,74 567,07 564,14 563,14
g
Jumlah 586,26 743,91 759,55 760,17 764,36 762,85 755,64 755,42 756,65
Sumber data: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo, 2023 (diolah)

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat, aspek yang perlu

diperhatikan serta dianalisis dalam konteks pembangunan meliputi pemerataan

dalam aspek ekonomi dan juga dalam aspek sosial budaya. Dalam sektor

perkembangan ekonomi, terdapat beberapa indikator penting yang dapat digunakan

untuk mengevaluasi keadaan ekonomi, seperti penilaian terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), laju pertumbuhan ekonomi, serta tingkat kemiskinan.

Sementara itu, dalam hal aspek sosial budaya, terdapat beberapa indikator yang

relevan, termasuk angka melek huruf, rata-rata lama pendidikan, harapan masa

51
pendidikan, jumlah kelompok seni, dan fasilitas olahraga. Rincian yang lebih

mendalam terkait bagaimana aspek kesejahteraan masyarakat ini dapat terwujud

akan dijelaskan lebih lanjut dalam sub bab berikut ini.

2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan total nilai tambah dari

seluruh barang dan jasa yang dihasilkan di suatu wilayah domestik dalam periode

tertentu, hasil dari aktivitas ekonomi, tanpa memperhatikan apakah faktor produksi

tersebut berasal dari penduduk setempat atau dari luar wilayah (BPS 2016). Dengan

kata lain, PDRB dapat mencerminkan kapabilitas suatu daerah dalam mengelola dan

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan barang dan jasa.

Besarnya nilai PDRB terkait erat dengan penggunaan potensi faktor-faktor produksi

seperti sumber daya alam, tenaga kerja, modal, teknologi, dan semangat

berwirausaha masyarakat dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu,

perkembangan kegiatan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo tercermin dalam PDRB,

baik dalam nilai konstan maupun dalam nilai aktual. Analisis ekonomi suatu wilayah

melibatkan beberapa faktor, seperti PDRB dalam nilai konstan (riil) yang

menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, PDRB dalam

nilai aktual (nominal) yang mencerminkan kemampuan ekonomi wilayah dalam

menghasilkan sumber daya, distribusi PDRB yang mengindikasikan struktur

perekonomian atau peran berbagai kategori ekonomi di wilayah tersebut.

Secara umum, nilai PDRB ADHB Kabupaten Kulon Progo dapat dinyatakan

terus mengalami kenaikan, kecuali dari tahun 2019 hingga ke tahun 2020. Kondisi

tersebut diakibatkan oleh Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak akhir

Triwulan I 2020. Meskipun demikian, penurunan tersebut memiliki persentase yang

tidak begitu besar dan berhasil meningkat kembali pada tahun 2021 dan 2022.

Peningkatan yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun tersebut pun cukup tinggi,

yaitu menjadi 12,6 trilyun rupiah di tahun 2021 dan 14,3 trilyun rupiah pada tahun
52
2022. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh adaptasi kenormalan baru yang didukung

dengan kembali hidupnya seluruh sektor lapangan usaha pasca pandemic Covid-19.

Pada tahun 2022, diketahui seluruh sektor mengalami kenaikan nilai PDRB tanpa

terkecuali. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa seluruh sektor lapangan usaha

di Kabupaten Kulon Progo telah mencapai efektivitas pemanfaatan sumber daya

dalam menghasilkan barang dan jasa.

PDRB Kabupaten Kulon Progo Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan

Usaha Tahun 2018-2022 (dalam Milyar Rupiah)

Kategori Uraian 2018 2019 2020 2021* 2022**


Pertanian, Kehutanan, dan
A 1.817,87 1.906,26 1.959,67 2.041,72 2.227,68
Perikanan
Pertambangan dan
B 168,49 177,13 163,61 167,39 179,37
Penggalian
C Industri Pengolahan 1.240,50 1.321,33 1.299,02 1.371,30 1.478,34
D Pengadaan Listrik dan Gas 9,02 10,02 9,83 10,08 11,08
Pengadaan Air, Pengelolaan
E Sampah, Limbah dan Daur 12,74 13,92 14,31 15,46 16,56
Ulang
F Konstruksi 1.376,34 2.388,77 1.957,14 2.090,20 2.226,42
Perdagangan Besar dan
G Eceran; Reparasi Mobil dan 1.389,39 1.483,24 1.485,15 1.545,22 1.761,13
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 773,04 906,19 1.004,96 1.133,15 1.742,60
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
I 377,88 413,19 393,2 453,73 544,72
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 488,91 514,09 600,12 748,34 808,11
K Jasa Keuangan dan Asuransi 317,06 348,7 329,36 352,05 406,47
L Real Estate 330,86 362,48 386,42 397,32 423,06
M, N Jasa Perusahaan 27,29 30,25 31,49 34,73 38,71
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 907,12 959,94 949,83 964,12 1.031,93
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 571,36 612,04 632,96 678,67 714,68
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q 142,36 154,74 189,18 203,07 221,36
Sosial
R, S, T, U Jasa Lainnya 362,28 393,49 331,85 393,27 471,31
PDRB ADHB 10.312,52 11.995,77 11.738,12 12.599,82 14.303,54
Sumber data : BPS Kulon Progo, 2023
Keterangan : *) angka sementara
**) angka sangat sementara

PDRB berdasarkan harga konstan dengan perhitungan tahun dasar 2010

menunjukkan dinamika yang sejalan dengan PDRB ADHB. Data tersebut

53
memperlihatkan kenaikan nominal dari tahun 2018 sampai 2019 menjadi 8,77 trilyun

rupiah. Kemudian, terjadi sedikit penurunan pada tahun 2020 dengan total 8,41

trilyun rupiah akibat Pandemi Covid-19. Selanjutnya, kenaikan capaian PDRB

meningkat pada tahun 2021 menjadi 8,83 trilyun rupiah sebagai bentuk

implementasi era kenormalan baru. Peningkatan ideal akhirnya dapat dicapai kembali

saat memasuki tahun 2022, yakni menjadi 9,41 trilyun rupiah.

PDRB Kabupaten Kulon Progo Atas Dasar Harga Konstan (=2010) Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2018-2022 (dalam Milyar Rupiah)


Kategori Uraian 2018 2019 2020 2021* 2022**
Pertanian, Kehutanan, dan
A 1196,63 1217,36 1224,9 1244,66 1267,83
Perikanan
Pertambangan dan
B 134,56 138,95 127,05 124,14 125,78
Penggalian
C Industri Pengolahan 963,53 1014,22 978,8 988,12 1009,2
D Pengadaan Listrik dan Gas 7,68 8,3 8,2 8,4 8,95
Pengadaan Air, Pengelolaan
E Sampah, Limbah dan Daur 9,62 10,47 10,69 11,35 11,84
Ulang
F Konstruksi 1010,66 1704,37 1390,05 1446,02 1491,35
Perdagangan Besar dan
G Eceran; Reparasi Mobil dan 1045,25 1099,46 1081,96 1098,63 1169,54
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 603,97 668,05 704,85 772,84 1018,3
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
I 274,28 296,82 281,61 311,06 350,67
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 489,53 516,72 605,44 710,78 747,07
K Jasa Keuangan dan Asuransi 213 230,09 218,87 221,9 233,95
L Real Estate 268,08 284,16 297,39 298,98 307,75
M, N Jasa Perusahaan 24,01 25,87 26,54 28,64 30,63
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 596,14 616,53 596,45 584,77 601,66
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 473,84 495,44 501,58 523,43 529,63
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q 115,83 122,34 144,68 150,79 157,67
Sosial
R, S, T, U Jasa Lainnya 301,79 321,59 269,25 313,53 357,25
PDRB ADHK 7728,41 8770,75 8468,29 8838,03 9419,1
Sumber data : BPS Kulon Progo, 2023
Keterangan : *) angka sementara
**) angka sangat sementara

54
2.2.1.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merujuk pada proses jangka panjang yang

mengembangkan kemampuan suatu wilayah dalam memproduksi dan menyediakan

beragam barang dan layanan ekonomi kepada warganya. Secara umum,

perkembangan ekonomi dapat diukur melalui laju pertumbuhan Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) dalam nilai konstan. Artinya, suatu daerah dikatakan

mengalami pertumbuhan ekonomi ketika nilai PDRB-nya melebihi angka pada tahun

sebelumnya.

Pada tahun 2019, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulon Progo

beranjak dari 10,83% menjadi 13,49%. Kenaikan ini tergolong sangat tinggi jika

dilihat melalui standar angka pertumbuhan nasional. Sumbangsi terbesar laju

pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut diberikan oleh sektor konstruksi dengan

angka 68,64%. Kondisi ini dipengaruhi oleh berjalannya penyelesaian pembangunan

bandara YIA serta underpass JJLS. Sayangnya, capaian pertumbuhan ekonomi yang

baik tidak dapat dipertahankan selama Pandemi Covid-19 melanda di tahun 2020.

Penurunan laju pertumbuhan Kabupaten Kulon Progo saat itu bergerak tajam hingga

menyentuh angka -4,06%. Hampir seluruh sektor mengalami penurunan sampai di

titik negatif, bahkan sektor konstruksi yang selama ini berperan sebagai penopang

pertumbuhan ekonomi daerah. Pada kondisi tersebut, ditemukan dua sektor yang

justru mengalami pertumbuhan, yaitu informasi dan komunikasi serta jasa kesehatan

dan kegiatan sosial. Kedua sektor tersebut disinyalir sebagai sektor yang paling

dibutuhkan dan banyak berkembang selama Pandemi Covid-19. Sektor informasi dan

komunikasi digandrungi sebab anjuran Work From Home dan segala pembatasan

kegiatan yang ditetapkan oleh pemerintah. Di sisi lain, sektor jasa kesehatan dan

kegiatan sosial berperan penting sebagai akibat dari kebutuhan penduduk terhadap

pelayanan penyembuhan serta penularan Covid-19.

Meskipun sempat mengalami penurunan yang signifikan, pada tahun 2021

Kabupaten Kulon Progo memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang mulai


55
membaik. Hal ini ditandai dengan sebagian besar sektor yang kembali meraih

persentase bernilai positif. Meskipun sektor pertambangan dan penggalian serta

administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib belum kembali

pulih, tetapi sektor-sektor lain yang melambung jatuh secara perlahan sudah mulai

tumbuh. Pertumbuhan pesat dapat dilihat melalui sektor konstruksi yang bergerak

dari angka -18,44% menjadi 4,03% dan sektor penyediaan akomodasi dan makan

minum yang beralih dari -5,13% menjadi 10,46%. Hal ini dipengaruhi oleh kegiatan

finalisasi pembangunan bandara dan pembangunan underpass JJLS yang diiringi

dengan pemberlakuannya secara operasional. Pemanfaatan hasil konstruksi tersebut

dilanjutkan dengan peningkatan sektor transportasi dan pergudangan menjadi

31,76% di tahun 2022. Kondisi tersebut mengindikasikan stabilitas pengadaan

prasarana hingga tahap penggunaanya secara komersial. Secara umum, pada tahun

2022, angka laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kulon Progo sudah kembali pulih

yang ditandai dengan keseragaman capaian nilai positif di seluruh sektor lapangan

usaha.

Laju Pertumbuhan PDRB ADHK (=2010) Menurut Lapangan Usaha

Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2022 (persen)


Kategori Uraian 2018 2019 2020 2021* 2022**
Pertanian, Kehutanan, dan
A 1,56 1,73 0,62 1,61 1,86
Perikanan
Pertambangan dan
B 26,64 3,26 -8,56 -2,29 1,33
Penggalian
C Industri Pengolahan 7,90 5,26 -3,49 0,95 2,13
D Pengadaan Listrik dan Gas 3,90 8,06 -1,27 2,46 6,61
Pengadaan Air, Pengelolaan
E Sampah, Limbah dan Daur 5,84 8,88 2,07 6,23 4,32
Ulang
F Konstruksi 59,73 68,64 -18,44 4,03 3,13
Perdagangan Besar dan
G Eceran; Reparasi Mobil dan 6,92 5,19 -1,59 1,54 6,45
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 6,97 10,61 5,51 9,65 31,76
Pergudangan

56
Penyediaan Akomodasi dan
I 6,87 8,22 -5,13 10,46 12,73
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 7,33 5,56 17,17 17,4 5,11
K Jasa Keuangan dan Asuransi 6,44 8,02 -4,88 1,38 5,43
L Real Estate 5,51 6 4,65 0,53 2,93
M, N Jasa Perusahaan 5,87 7,75 2,58 7,9 6,97
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 4,35 3,42 -3,26 -1,96 2,89
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 5,49 4,56 1,24 4,36 1,18
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q 5,67 5,61 18,27 4,22 4,56
Sosial
R, S, T, U Jasa Lainnya 5,98 6,56 -16,28 16,45 13,94
PDRB ADHK 10,83 13,49 -3,45 4,37 6,57
Sumber data : BPS Kulon Progo, 2023
Keterangan : *) angka sementara
**) angka sangat sementara

2.2.1.3. Distribusi Persentase PDRB

Informasi mengenai distribusi persentase PDRB berdasarkan lapangan

usaha dalam PDRB dapat memberikan gambaran tentang komposisi ekonomi

wilayah dengan menghitung proporsi masing-masing bagian terhadap total

keseluruhan PDRB. Struktur ekonomi suatu daerah akan terus mengalami perubahan

seiring berubahnya kontribusi masing-masing sektor terhadap Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). Analisis distribusi persentase PDRB digunakan untuk

mengukur sejauh mana perubahan peran sektor-sektor ekonomi melalui perhitungan

persentase PDRB dari masing-masing sektor ekonomi di Kabupaten Kulon Progo.

Berdasarkan PDRB ADHB, sebagian besar sektor lapangan usaha di

Kabupaten Kulon Progo mencapai angka kontribusi yang bersifat fluktuatif. Hal ini

dicerminkan oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang mengalami

penurunan persentase menuju tahun 2019, kemudian kembali meningkat di tahun

2020. Selanjutnya, dalam jangka waktu 2020-2022, diketahui besaran kontribusi

sektor ini cenderung menurun. Dinamika persentase sektor utama perekonomian

masyarakat Kabupaten Kulon Progo ini seringkali bersaing dengan sektor konstruksi

yang juga mulai marak ditekuni. Besaran persentase sektor tersebut turut bergerak

fluktuatif dari tahun 2018 hingga menyamai nominal sektor pertanian, kehutanan,

57
dan perikanan pada tahun 2022 dengan nilai 15,57%. Berikut rincian persentase

PDRB ADHB yang menggambarkan rangkaian pergeseran struktur ekonomi

Kabupaten Kulon Progo.

Distribusi Persentase Kabupaten Kulon Progo Seri 2010 Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut lapangan Usaha Tahun 2018-2022 (persen)


Kategori Uraian 2018 2019 2020 2021* 2022**
Pertanian, Kehutanan, dan
A 17,63 15,89 16,69 16,2 15,57
Perikanan
Pertambangan dan
B 1,63 1,48 1,39 1,33 1,25
Penggalian
C Industri Pengolahan 12,03 11,01 11,07 10,88 10,34
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,09 0,08 0,08 0,08 0,08
Pengadaan Air, Pengelolaan
E Sampah, Limbah dan Daur 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12
Ulang
F Konstruksi 13,35 19,91 16,67 16,59 15,57
Perdagangan Besar dan
G Eceran; Reparasi Mobil dan 13,47 12,36 12,65 12,26 12,31
Sepeda Motor
Transportasi dan
H 7,5 7,55 8,56 8,99 12,18
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
I 3,66 3,44 3,35 3,6 3,81
Makan Minum
J Informasi dan Komunikasi 4,74 4,29 5,11 5,94 5,65
K Jasa Keuangan dan Asuransi 3,07 2,91 2,81 2,79 2,84
L Real Estate 3,21 3,02 3,29 3,15 2,96
M, N Jasa Perusahaan 0,26 0,25 0,27 0,28 0,27
Administrasi Pemerintahan,
O Pertahanan dan Jaminan 8,8 8 8,09 7,65 7,21
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 5,54 5,1 5,39 5,39 5
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q 1,38 1,29 1,61 1,61 1,55
Sosial
R, S, T, U Jasa Lainnya 3,51 3,28 2,83 3,12 3,3
PDRB 100 100 100 100 100
Sumber data : BPS Kulon Progo, 2023
Keterangan : *) angka sementara
**) angka sangat sementara

2.2.1.4. PDRB Per Kapita

Pendapatan per individu atau juga dikenal sebagai Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) per kapita dihitung dengan membagi nilai PDRB berdasarkan

harga berlaku pada tahun yang sama dengan jumlah penduduk pada periode

tersebut. Pendapatan per kapita mencerminkan estimasi pendapatan yang


58
seharusnya diterima setiap penduduk di suatu wilayah. Angka PDRB per kapita dapat

digunakan sebagai ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan penduduk di

Kabupaten Kulon Progo. Semakin besar angka PDRB per kapita, diharapkan semakin

meningkat pula kesejahteraan penduduknya.

Guna mengukur kesejahteraan penduduk di Kabupaten Kulon Progo dalam

skala yang lebih luas, penyajian data PDRB per kapita dapat dilakukan beriringan

dengan skala provinsi dan nasional. Berdasarkan grafik perbedaan ketiga nilai PDRB

per kapita yang mewakili, diketahui bahwa Kabupaten Kulon Progo memiliki nilai

cukup rendah, yakni dalam rentang 24,22 hingga 31,69 juta rupiah. Dengan begitu,

diperlukan optimalisasi sumber daya dan potensi daerah agar setiap sektor lapangan

usaha dapat meningkatkan hasil produksi barang dan jasa. Kondisi tersebut secara

langsung akan membantu proses ekskalasi nilai PDRB Per Kapita daerah.

PDRB Per Kapita ADHB Kulon Progo, DIY, dan Nasional


Tahun 2018-2022 (Juta Rupiah)
160
71,03
140
62,26
120 59,32 57,29
55,99
100

80
44,04
36,46 37,69 40,24
60 34,14
40
27,76 26,97 28,42 31,69
20 24,22

0
2018 2019 2020 2021* 2022**

Kulon Progo DIY Nasional

Sumber data : BPS Kulon Progo, Prov. DIY, Nasional, 2023


Keterangan : *) Angka sementara
**) angka sangat sementara

59
2.2.1.5. Laju Inflasi

Dalam garis besar, inflasi dapat dijelaskan sebagai penurunan nilai umum

mata uang dalam kaitannya dengan nilai berbagai barang dan layanan. Tingkat inflasi

akan meningkat apabila terjadi kenaikan harga barang atau layanan di suatu wilayah.

Kenaikan harga ini mengakibatkan nilai mata uang menjadi lebih rendah. Inflasi

memiliki hubungan yang erat dengan ketersediaan, permintaan, serta harga barang

dan layanan yang diminta oleh penduduk di wilayah tertentu. Dampak langsung dari

inflasi adalah pengaruhnya pada daya beli masyarakat. Perubahan naik dan turunnya

inflasi dikenal sebagai laju inflasi.

Perhitungan inflasi di Kabupaten Kulon Progo masih menggunakan acuan

nilai dari Kota Yogyakarta dikarenakan BPS belum menetapkan Kota Wates sebagai

salah satu lokasi dalam mengidentifikasi inflasi. Laju inflasi year on year (Desember

2022 terhadap Desember 2021) sebesar 6,49%. Besaran nilai inflasi ini dipengaruhi

karena pertumbuhan ekonomi secara global yang mengalami kontraksi akibat adanya

Pandemi Covid-19 dan mulai tahun 2021 seiring dengan program pemulihan

ekonomi nasional secara bertahap pertumbuhan ekonomi mulai meningkat. Untuk

mengendalikan laju inflasi telah dibentuk Tim Pengendali Inflasi Daerah dengan

program antara lain: operasi pasar, monev harga pasar terutama pada momentum

menjelang hari raya keagamaan, tahun baru, dan libur panjang. Selain itu, Kabupaten

Kulon Progo telah mengembangkan sistem informasi terkait harga pangan yaitu

SIKEPOKU (sistem informasi kebutuhan pokok Kabupaten Kulon Progo) dimana

harga pokok dipantau setiap hari pada 6 pasar (Pasar Wates, Bendungan, Sentolo,

Temon, Galur, Nanggulan).

60
Tingkat Inflasi DIY
Tahun 2015-2022 (Persen)
7

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021* 2022**

Laju Inflasi

Sumber data : BPS DIY, 2023


Keterangan : *) Angka sementara
**) angka sangat sementara

2.2.1.6. Kemiskinan

Penduduk dikategorikan menjadi penduduk miskin jika pendapatannya tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Kemiskinan akan semakin meluas

jika perbedaan pendapatan antara kelompok penduduk kaya dan miskin semakin

melebar. Orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memerangi kemiskinan.

Pengukuran kemiskinan dilakukan dengan cara menetapkan nilai standar kebutuhan

minimum (makanan dan non makanan) yang harus dipenuhi seseorang untuk dapat

hidup secara layak. Nilai standar kebutuhan minimum tersebut dinamakan sebagai

garis kemiskinan.

Kemiskinan merupakan salah satu indikator kesejahteraan kunci yang

dihitung melalui konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Kemiskinan

dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan

dasar makanan. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan dua komponen dalam

menghitung garis kemiskinan, yaitu garis kemiskinan makanan, dan garis kemiskinan

61
non makanan, sehingga pendataan penduduk miskin dilakukan terhadap penduduk

yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah garis kemiskinan.

Perkembangan garis kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan

garis kemiskinan tahun 2021 sebesar Rp360.202,- naik dari Tahun 2020 yang

sebesar Rp350.807,-,. Garis kemiskinan sebesar Rp360.202,- artinya bahwa setiap

penduduk Kabupaten Kulon Progo dengan nilai pengeluaran di bawah Rp360.202,-,

selama sebulan termasuk dalam kategori penduduk miskin. Perkembangan garis

kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo pada periode Tahun 2017-2021 menunjukkan

bahwa, garis kemiskinan Kabupaten Kulon Prorgo terus meningkat dari tahun ke

tahun. Walaupun demikian, garis kemiskinan Kabupaten Kulon Progo selalu dibawah

Provinsi D.I Yogyakarta dan Nasional.

Garis kemiskinan Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2021 sebesar

Rp360.202,- per kapita per bulan. Jika dibandingkan Tahun 2020 dengan garis

kemiskinan sebesar Rp353.807,- per kapita per bulan, maka terjadi kenaikan sebesar

1,81 persen. Pada waktu yang sama, kenaikan ini lebih rendah dibandingkan Provinsi

D.I Yogyakarta yang mencapai 4,18 persen dan nasional mengalamai kenaikan

sebesar 3,93 persen. Pada tahun 2017-2019 terjadi penurunan jumlah penduduk

miskin di Kabupaten Kulon Progo, namun pada tahun 2020 jumlah penduduk miskin

mengalami kenaikan. Meskipun demikian, secara persentase penduduk miskin di

Kabupaten Kulon Progo menduduki peringkat kedua dibandingkan dengan

kabupaten/kota lain di Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditunjukkan dengan tabel

berikut.

62
Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di D.I. Yogyakarta Tahun 2015-2022
Penduduk Miskin
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribu) Persentase Penduduk Miskin (%)

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Kulon Progo
273.436 297.353 312.403 323.105 333.781 353.807 360.2 381.7 84,34 84,17 77,72 74,62 78,06 81,14 73,21 20,30 20,03 18,30 17,39 18,01 18,38 16,39
Bantul
312.514 332.057 347.476 369.48 381.538 405.613 418.3 445.5 142,76 139,67 134,84 131,15 138,66 146,98 130,13 14,55 14,07 13,43 12,92 13,50 14,04 12,27
Gunungkidul 250.63 264.637 277.261 288.748 301.125 319.851 325.9 350.7 139,15 135,74 125,76 123,08 127,61 135,33 122,82 19,34 18,65 17,12 16,61 17,07 17,69 15,86
Sleman
318.312 334.406 351.331 370.127 382.868 411.61 422.9 450.8 96,63 96,75 92,04 90,17 99,78 108,93 98,92 8,21 8,13 7,65 7,41 8,12 8,64 7,74
Kota Yogyakarta
383.966 401.193 423.815 467061 495.562 533.423 556.7 601.9 32,06 32,20 29,74 29,45 31,62 34,07 29,68 7,70 7,64 6,98 6,84 7,27 7,69 6,62
D.I.Yogyakarta
335.886 354.084 374.009 409.744 432.026 404.861 482.9 521.7 494,94 488,53 460,10 448,47 475,73 506,45 454,76 13,34 13,02 12,13 11,70 12,28 12,80 11,34

Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2023

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

di D.I. Yogyakarta Tahun 2016-2022


Indeks Kedalaman Kemiskinan (PI) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Kabupaten/Kota
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Kulon Progo 3,55 2,79 2,47 2,72 3,32 3,01 2,32 1,00 0,64 0,56 0,61 0,86 0,75 0,56
Bantul 2,02 2,21 2,17 1,87 1,85 2,24 2,11 0,41 0,56 0,46 0,43 0,43 0,54 0,50
Gunungkidul 4,16 3,36 3,84 2,58 2,68 2,98 2,63 1,30 0,79 1,16 0,53 0,63 0,76 0,67
Sleman 1,36 1,23 0,98 1,13 1,37 1,26 0,80 0,34 0,28 0,20 0,23 0,33 0,32 0,27
Kota 1,05 1,58 0,98 0,85 1,19 1,07 1,18 0,19 0,48 0,34 0,20 0,20 0,21 0,13
Yogyakarta
D.l.Yogyakarta 2,30 2,19 2,09 1,74 1,94 2,42 2,01 0,59 0,55 0,50 0,38 0,46 0,65 0,50
Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo, 2023

63
Persentase penduduk miskin Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2016

sampai dengan tahun 2019 secara umum semakin kecil, namun kembali mengalami

kenaikan pada tahun 2020 menjadi 18,01% dan kembali meningkat menjadi 18,38%

pada Tahun 2021. Hal ini terjadi karena adanya Pandemi Covid-19 yang berdampak

pada penurunan pertumbuhan ekonomi.

Tingkat kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017-2020 selalu

berada di atas DIY, dan masih menjadi kantong kemiskinan di wilayah DIY. Jika dilihat

dari penyebabnya, kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo bervariasi dapat berupa

pendapatan rendah karena keterbatasan skill (ketrampilan) dan pendidikan yang

tidak memenuhi kualifikasi pasar kerja. Untuk mengukur rata-rata kesenjangan

pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan digunakan

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1). Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-

rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan

Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2017-2021 mengalami penurunan kesenjangan

rata-rata pengeluaran penduduk miskin dan mengalami peningkatan cukup drastis

pada Tahun 2021. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan informasi

mengenai gambaran penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin. Semakin

tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran di antara penduduk

miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2017-

2021 mengalami penurunan namun pada tahun 2020 dan 2021 mengalami lonjakan

yang cukup tinggi. Hal ini tentu terkait dengan pademi global serta adanya tekanan

terhadap perekonmian masyarakat secara luas khususnya masyarakat miskin.

2.2.1.7. Rasio Gini

Pertumbuhan ekonomi merupakan prasyarat penting untuk mempercepat

kemajuan keseluruhan sektor ekonomi. Inti dari keberhasilan pembangunan terletak

pada pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan stabilitas sosial yang dinamis, yang

mana perlu didukung oleh peningkatan investasi guna mendorong pertumbuhan

ekonomi. Semua aspek ini akan berdampak pada skala makro dalam ekonomi.

64
Investasi adalah salah satu elemen yang berkontribusi pada Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB), sehingga peningkatan dalam investasi akan mengangkat

nilai PDRB. Investasi juga berkorelasi positif dengan kemampuan konsumen untuk

berbelanja. Dengan pertumbuhan investasi, akumulasi produksi juga meningkat.

Upaya meningkatkan produksi membutuhkan peningkatan tenaga kerja, yang

berpotensi mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pertumbuhan

ekonomi yang tinggi harus diimbangi dengan kesetaraan pembangunan. Fokus yang

hanya pada pertumbuhan ekonomi tinggi dapat memunculkan dua masalah krusial,

yaitu ketidaksetaraan ekonomi dan kemiskinan. Ketidaksetaraan ekonomi merujuk

pada disparitas dalam distribusi pendapatan. Ketidaksetaraan ini bermula dari

ketidakmerataan distribusi pendapatan yang mengakibatkan adanya disparitas

pendapatan akibat perbedaan tingkat kesejahteraan di antara kelompok masyarakat.

Ketidaksetaraan ekonomi dapat semakin memburuk apabila kelompok

masyarakat berpendapatan rendah terus mengalami pertumbuhan yang lambat atau

bahkan menurun, sementara kelompok berpendapatan tinggi mengalami

pertumbuhan yang cepat. Jika masalah ini dibiarkan tanpa tindakan, dampaknya bisa

berujung pada ketidakpuasan sosial dan politik yang berpotensi merugikan.

Sebagai inti dari semuanya, kesenjangan ekonomi antara kelompok

berpendapatan tinggi dan rendah, serta tingkat kemiskinan, menjadi dua masalah

yang signifikan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Meskipun

ketidaksetaraan akan selalu hadir dalam tahap awal pembangunan, penting untuk

mengendalikan agar tidak meluas. Ketidaksetaraan yang semakin membesar bisa

menghasilkan ketidakpuasan, yang jika terus terakumulasi dapat menciptakan

keresahan dan akhirnya berpotensi memicu berbagai konflik. Salah satu indikator

yang sering digunakan untuk mengukur kesetaraan distribusi pendapatan adalah

Rasio Gini.

65
Indeks rasio gini di Kabupaten Kulon Progo pada kurun waktu 2015-2022

menunjukkan variasi nilai yang cenderung fluktuatif, yakni menurun pada tahun 2016,

2019, dan 2021. Kemudian, terdapat pelebaran nilai rasio mulai tahun 2017, 2018,

2020, dan 2022. Meskipun nilai akhir rasio gini di wilayah ini menunjukkan

peningkatan, nominal tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan skala

Provinsi DIY dan nasional. Dengan rata-rata indeks yang mencapai 0,40 di DIY dan

0,38 di tingkat nasional menunjukkan bahwa besaran ketimpangan di Kabupaten

Kulon Progo lebih kecil daipada skala wilayah di atasnya. Oleh karena itu, peluang

untuk terus memperkecil angka tersebut dapat dilakukan pemerintah sebagai upaya

pemerataan pendapatan masyarakat.

Rasio Gini Kulon Progo, DIY, Nasional


Tahun 2015-2022
0,5
0,45
0,4
0,35
0,3
0,25
0,2
0,15
0,1
0,05
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021* 2022**
Kulon Progo 0,37 0,37 0,39 0,37 0,36 0,38 0,37 0,38
DIY 0,43 0,42 0,44 0,44 0,42 0,43 0,44 0,44
Nasional 0,4 0,4 0,39 0,39 0,38 0,38 0,38 0,38

Kulon Progo DIY Nasional

Sumber data : BPS Kulon Progo, Prov. DIY, Nasional, 2023


Keterangan : *) Angka sementara
**) angka sangat sementara

66
2.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

2.2.2.1. Kemampuan Literasi dan Numerasi

Literasi dan numerasi adalah kecakapan untuk menggunakan berbagai angka

dan simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah

praktis dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.

Analisis kondisi literasi di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan

perkembangan yang positif dalam kemampuan literasi pada tahun 2021 dan 2022,

khususnya di tingkat SD dan SMP. Pada tahun 2021, tingkat kemampuan literasi

siswa SD di Kabupaten Kulon Progo adalah sebesar 56,67. Angka tersebut

mencerminkan tingkat literasi yang masih perlu perhatian lebih lanjut di tingkat

sekolah dasar. Namun, terdapat peningkatan yang signifikan dalam kemampuan

literasi pada tahun 2022, di mana tingkat literasi mencapai 61,06. Ini adalah tanda

positif bahwa program dan upaya peningkatan literasi di tingkat SD telah

memberikan hasil yang baik. Peningkatan literasi di tingkat SD dapat disebabkan oleh

berbagai faktor, termasuk peningkatan kualitas pengajaran, penggunaan metode

pembelajaran yang lebih efektif, serta peran aktif orang tua dalam membantu anak-

anak mereka membaca dan menulis. Sementara itu, tingkat kemampuan literasi siswa

SMP di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2021 adalah sebesar 67,69. Ini

menunjukkan bahwa siswa SMP memiliki tingkat literasi yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa SD, tetapi masih ada ruang untuk perbaikan. Pada tahun

2022, tingkat kemampuan literasi siswa SMP meningkat menjadi 71,64,

menunjukkan peningkatan yang positif.

Analisis kondisi numerasi di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2021 dan

2022 menunjukkan perbaikan yang positif dalam kemampuan numerasi, baik di

tingkat SD maupun SMP. Pada tahun 2021, tingkat kemampuan numerasi siswa SD

di Kabupaten Kulon Progo adalah sebesar 37,55. Angka ini mencerminkan bahwa

sejumlah siswa memiliki tantangan dalam memahami dan menguasai konsep-

konsep matematika dasar. Namun, terdapat peningkatan yang signifikan pada tahun

67
2022, di mana tingkat kemampuan numerasi meningkat menjadi 44,22. Sedangkan

pada tahun 2021, tingkat kemampuan numerasi siswa SMP di Kabupaten Kulon

Progo adalah sebesar 56,2 dan pada tahun 2022, terjadi peningkatan, di mana

tingkat kemampuan numerasi siswa SMP meningkat menjadi 58,69.

Peningkatan kemampuan literasi dan numerasi di Kabupaten Kulon Progo

merupakan indikator positif dalam pembangunan pendidikan di Kulon Progo. Hal Ini

menunjukkan bahwa upaya-upaya pendidikan telah memberikan dampak positif

dalam meningkatkan kualitas pendidikan dasar dan menengah.

Tabel 2. 1 Kondisi Literasi dan Numerasi di Kabupaten Kulon Progo


No Indikator 2021 2022
1 Rata-rata kemampuan Literasi SD berdasarkan asesmen
56,67 61,06
nasional
2 Rata-rata kompetensi Literasi SMP berdasarkan Asesmen
67,69 71,64
Nasional
3 Rata-rata kemampuan Numerasi SD berdasarkan asesmen
37,55 44,24
nasional
4 Rata-rata kompetensi Numerasi SMP berdasarkan Asesmen
56,2 58,69
Nasional

2.1.1.2. Angka Melek Huruf

Angka melek huruf (tidak buta aksara) yaitu jumlah penduduk usia 15 tahun

ke atas yang dapat membaca dan menulis dari tahun 2015 sampai dengan tahun

2017 mengalami kenaikan, akan tetapi dari tahun 2017 sampai dengan 2019 secara

mengalami penurunan. Penurunan ini disebabkan karena adanya anak yang

berkebutuhan khusus (ABK) yang hingga usia lebih dari 15 tahun belum dapat

membaca, dan/atau belum terbaharuinya data kependudukan yang menyebutkan

masih pelajar, belum bersekolah atau PAUD, sehingga dianggap belum dapat

membaca. Selanjutnya untuk tahun 2020-2022 mulai naik kembali. Mendasar pada

data statistik terkait angka melek huruf yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik

(BPS) DIY angka melek huruf pada tahun 2022 sebesar 95,89%, angka melek huruf

dari tahun 2015-2022 ditunjukkan pada grafik di bawah ini.

68
An gk a M elek Huruf
K a bupa ten K ulo n Pro go 2015 -2022
96,5
95,89
96
95,37
95,5 95,17
95,06
95 94,78 94,7
94,56
94,4
94,5

94

93,5
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Sumber data: BPS DIY, 2023

Angka Melek Huruf di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

2.1.1.3. Rata-rata Lama Sekolah

Rata-rata lama sekolah didefinisikan sebagai rata-rata jumlah tahun yang

telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh seluruh

jenjang pendidikan formal yang dijalani dari masuk sekolah dasar sampai dengan

tingkat pendidikan terakhir. Rata-rata lama sekolah menunjukkan tren peningkatan

dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2022. Hal ini dapat dimaknai bahwa penduduk

Kulon Progo semakin sadar akan pentingnya pendidikan dalam rangka peningkatan

kualitas sumber daya manusia.

Angka Rata-rata lama sekolah penduduk Kulon Progo terus meningkat dari

Tahun 2015 sebesar 8,4 tahun hingga pada Tahun 2022 meningkat menjadi 9,17

tahun. Angka 9,17 menunjukkan bahwa penduduk usia lebih dari 15 tahun memiliki

rata-rata lama sekolah 9,17 tahun atau sudah menyelesaikan sekolahnya sampai

dengan tingkat SMP, baik melalui satuan pendidikan formal maupun non formal.

Secara lebih detail dapat dilihat pada grafik berikut.

69
R a ta R a ta La m a Sek o la h ( Ta h un )
K a bupa ten K ulo n Pro go 2015 -2022
9,4
9,17
9,2
9,02
9
8,86

8,8
8,64 8,65 8,66

8,6 8,5
8,4
8,4

8,2

8
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Sumber data: Badan Pusat Statistik Kulon Progo, 2023


Angka Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015 – 2022
(tahun)

2.1.1.4. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah merupakan indikator dasar yang digunakan untuk

melihat akses penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi

penduduk usia sekolah. Angka Partisipasi Sekolah dibedakan menjadi dua

yaitu Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK).

APM mengukur proporsi anak usia sekolah yang bersekolah tepat waktu

sedangkan APK menunjukkan partisipasi penduduk yang sedang

mengenyam pendidikan sesuai dengan jenjang pendidikannya. APM jenjang

SD/MI pada Tahun 2015 sebesar 92,32 dan pada Tahun 2017 naik sebesar

97,65 namun pada tahun 2018 turun cukup tajam menjadi 92,77 dan

perlahan meningkat hingga tahun 2022 mencapai 94,33%. APM jenjang

SD/MI di bawah 100% artinya (1) belum semua warga masyarakat

menyadari perlunya pendidikan anak sesuai kelompok usianya, seperti

masih adanya siswa usia jenjang SD/MI dan sederajatnya yang masih

70
berusia kurang dari 7 Tahun (masih usia PAUD dan/atau atas

kondisi/kebutuhan/karakteristik khusus seperti anak berkebutuhan khusus),

sehingga berdampak pada usia yang semestinya masih mengikuti

pendidikan di SD/MI dan sederajatnya, ataupun adanya anak kelompok usia

kurang dari sudah mengikuti pendidikan di SMP/MTs dan sederajatnya, (2)

masih terdapat sebagian warga masyarakat mengirimkan anak-anaknya

untuk sekolah di luar kabupaten, karena alasan tertentu misalnya: mengikuti

kerja orang tuanya, mencari sekolah yang favorit, mendekati tempat tinggal

(daerah perbatasan), menyesuaikan alat transportasi umum yang ada,

maupun alasan tertentu lainnya. Nilai APK dan APM Kabupaten Kulon

Progo selengkapnya tercantum pada Tabel berikut.

Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

Tahun
No Uraian
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Angka Partisipasi
Murni (%)
1. SD/MI (%) 97.32 97.65 97.97 92.77 92.79 93.76 93.73 94.33
2. SMP/MTs(%) 77.25 89.35 89.22 93.46 93.71 95.01 95.22 95.49
Angka Partisipasi
Kasar (%)
1. SD/MI(%) 103.53 105.82 104.12 94.09 94.97 95.08 95.11 95.16
2. SLTP/MTs(%) 106.56 95.93 95.84 95.92 98.05 98.46 98.53 98.56
Angka partisipasi
sekolah (%)
1. SD/MI(%) - 100 91.55 90.71 90.71 93.94 93.98 94
2. SLTP/MTs(%) - 102.86 101.07 99.68 99.68 97.02 97.04 97.06
Sumber data: Badan Pusat Statistik Kulon Progo, 2023

2.1.1.5. Angka Kelulusan

Angka Kelulusan di Kabupaten Kulon Progo mengalami fluktuasi. Hal ini

disebabkan oleh capaian prestasi siswa secara akademik sesuai dengan standar

kelulusan yang telah ditentukan sistem pendidikan yang diterapkan, kurikulum yang

diberlakukan dan kualitas pendidik yang baik dalam mengantarkan siswa mengikuti

ujian. Upaya untuk memperbaiki hal ini adalah adanya pengawasan kepada seluruh

71
siswa menjelang, saat, dan pasca ujian, dan adanya kerjasama antara sekolah dan

orang tua dalam proses pendidikan, hingga pelaksanaan ujian kelulusan

berlangsung. Capaian angka kelulusan siswa SD dan SMP dalam kurun waktu 2015-

2022 di Kabupaten Kulon Progo mayoritas telah mencapai 100% kecuali pada tahun

2018 dan 2019 yang berada pada angka 99%, selengkapnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Angka Kelulusan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

No Indikator Capaian Kinerja


2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Angka Kelulusan 100 100 100 99.98 100 100 100 100
(AL) SD/MI (%)
2 Angka Kelulusan 100 100 100 99.87 99.93 100 100 100
(AL) SMP/MTS (%)
Sumber data: Badan Pusat Statistik Kulon Progo, 2023

2.1.1.6. Angka Harapan Lama Sekolah

Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) diartikan lamanya sekolah (dalam

tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa

mendatang. Diasumsikan bahwa peluang anak tersebut akan tetap bersekolah pada

umur-umur berikutnya sama dengan peluang penduduk yang bersekolah per jumlah

penduduk untuk umur yang sama saat ini. Angka Harapan Lama Sekolah dihitung

untuk penduduk berusia 7 tahun ke atas. Angka HLS dapat digunakan untuk

mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang yang

ditunjukkan dalam bentuk lamanya pendidikan (dalam tahun) yang diharapkan dapat

dicapai oleh setiap anak. Berdasarkan grafik dibawah diketahui terjadi peningkatan

signifikan dari tahun 2015 sebesar 13,55 menjadu 14,23 pada tahun 2017, kemudian

dari rentang waktu 2017-2022 angka tersebut terus meningkat meskipun tidak

terlalu signifikan hingga mencapai 14.38 pada tahun 2022.

72
Angka harapan lama sekolah
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022
14,6
14,38
14,4 14,24 14,25 14,26 14,27
14,23
14,2
13,97
14

13,8
13,55
13,6

13,4

13,2

13
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2015-

2022

2.1.1.7. Standar Kompetensi Pendidik

Kompetensi diakui sebagai faktor yang memegang faktor penting dalam

keberhasilan seseorang dalam pekerjaannya. Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa Pendidik wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya

Mendiknas RI melalui Permen Nomor 16 Tahun 2007 menetapkan Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru. Identifikasi kompetensi guru yang tepat dianggap

memiliki nilai prediksi yang valid untuk keberhasilan guru dalam pekerjaannya.

Capaian standar kompetensi pendidik di Kabupaten Kulon Progo fluktuatif dari tahun

ke tahun. Standar kompetensi pendidik fluktuatif karena adanya pendidik yang

pensiun ataupun mutasi. Sebelumnya, terhadap kekurangan pendidik dipenuhi

dengan GTT akan tetapi sebagian GTT masih belum memenuhi kualifikasi S1/DIV

sebagaimana yang dipersyaratkan. Pada Tahun 2015-2016 jumlah guru yang

memenuhi kualifikasi S1/DIV dan guru yang bersertifikat pendidik terus mengalami

kenaikan yang cukup signifikan, namun pda tahun 2018 kedua indikator tersebut
73
mengalami penurunan hingga akhirnya pada tahun 2019 ada penambahan guru dari

rekrutmen CPNS/ P3K sehingga kondisi tenaga pendidik kembali mengalami

kenaikan daripada tahun 2018. Namun demikian capaian dari secara umum dari

tahun 2019 sampai 2022 menunjukkan peningkatan, selengkapnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Persentase Standar Kompetensi Pendidik di Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2015-2022

Capaian Kinerja (%)


No. Indikator Kinerja
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Guru yang memenuhi 81.27 86.29 87.82 84.52 86.98 89.4 89.45 89.61
kualifikasi S1/DIV
2 Guru yang telah 56.91 65.2 69.59 61.4 75.85 76.71 76.73 76.81
bersertifikat pendidik
Sumber data: Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga Kabupaten Kulon Progo, 2023
2.1.1.8. Usia Harapan Hidup

76
75,12 75,2 75,24 75,27 75,28
75 75,03 75,06
75

74

73

72

71

70

69

68
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Kabupaten Kulon Progo Provinsi DIY Nasional

Angka Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata usia yang mungkin dicapai

oleh seorang bayi yang baru lahir dan mencerminkan harapan lama hidup penduduk

suatu wilayah. AHH cenderung meningkat dari tahun ke tahun. AHH Kabupaten

74
Kulon Progo selalu berada di atas angka harapan hidup Provinsi DIY dan rata – rata

nasional. AHH di Kulon Progo bahkan tertinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota

lain di Provinsi DIY. Pada tahun 2015, AHH adalah 75 tahun dan meningkat hingga

75,28 tahun pada tahun 2022. Angka harapan hidup Kabupaten Kulon Progo adalah

termasuk tinggi dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di tingkat nasional. Hal ini

dicapai melalui upaya pemerintah dalam meningkatkan layanan kesehatan dasar,

termasuk sarana prasarana kesehatan, tenaga kesehatan, dan kualitas layanan

kesehatan, serta dukungan stabilitas sosial politik dan keamanan.

2.1.1.9. Indeks Pembangunan Manusia

Selama periode 2015-2022 angka IPM Kabupaten Kulon Progo menunjukan

tren meningkat. Berikut ini perkembangan indikator komponen IPM di Kabupaten

Kulon Progo pada Tahun 2015-2022.

Indikator Komponen IPM Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

No. Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Usia Harapan
1 75,00 75,03 75,06 75,12 75,20 75,24 75,27 75,28
Hidup (tahun)
Harapan Lama
2 13,55 13,97 14,23 14,24 14,25 14,26 14,27 14,38
Sekolah (tahun)
Rata-rata Lama
3 8,40 8,50 8,64 8,65 8,66 8,86 9,02 9,17
Sekolah (tahun)
Konsumsi Riil per
4 8,688 8,938 9,277 9,698 10,28 10,04 10,069 10,511
kapita (000 RP.)
5 IPM 71,52 72,38 73,23 73,76 74,44 74,46 74,71 75,46
Sumber data : BPS Kabupaten Kulon Progo, 2023

Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut setiap Kapanewon

di Kabupaten Kulon Progo menunjukkan variasi nilai yang mencerminkan tingkat

kesejahteraan dan pembangunan di setiap wilayah. Dalam hal ini, Kapanewon Wates

memiliki IPM tertinggi pada Tahun 2013 dan 2018, dengan nilai 72,79 dan 77,89

masing-masing. Sedangkan Kapanewon Kokap memiliki IPM terendah di Kabupaten

Kulon Progo, dengan nilai 67,03 pada Tahun 2013 dan 69,18 pada Tahun 2018.
75
Angka Harapan Hidup dan pengeluaran per kapita masyarakat di Kapanewon

Kokap pada Tahun 2018 adalah yang terendah di Kabupaten Kulon Progo. Angka

Harapan Hidup mencapai 72,03 tahun, dan pengeluaran per kapita masyarakat

sebesar 8,6 juta rupiah. Kedua indikator ini memberikan gambaran tentang kualitas

hidup dan daya beli masyarakat di wilayah tersebut.

Sementara untuk indikator pendidikan, Kapanewon Pengasih dan Panjatan

mencapai angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah tertinggi. Di sisi

lain, Kapanewon Samigaluh dan Girimulyo memiliki angka terendah dalam hal angka

harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah. Ini mengindikasikan tingkat

pendidikan dan akses pendidikan di berbagai wilayah.

Penting untuk memahami bahwa nilai-nilai ini mencerminkan kondisi

pembangunan dan kesejahteraan di masing-masing wilayah. Perbedaan ini bisa

disebabkan oleh berbagai faktor seperti aksesibilitas, infrastruktur, program

pembangunan, ekonomi, dan lain sebagainya. Tabel yang lebih rinci dapat

memberikan wawasan lebih mendalam tentang perbandingan nilai IPM dan indikator

lainnya di berbagai Kapanewon di Kabupaten Kulon Progo.

IPM dan Komponen Tertinggi dan Terendah Tingkat Kapanewon di Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2013

Tertinggi Terendah
Indikator
Kapanewon Nilai Kapanewon Nilai
IPM Wates 72,69 Kokap 67,03
Angka harapan Hidup (tahun) Nanggulan 75,99 Kokap 71,43
Harapan Lama Sekolah (tahun) Galur 13,88 Girimulyo 12,19
Rata-Rata Lama Sekolah
Wates 9,5 Lendah 7,12
(tahun)
Pengeluaran per Kapita
Lendah 8.478 Samigaluh 8.458
Masyarakat (RpOOO)
Sumber data : Bappeda DIY, 2019
IPM dan Komponen Tertinggi dan Terendah Tingkat Kapanewon di Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2018

Tertinggi Terendah
Indikator
Kapanewon Nilai Kapanewon Nilai
IPM Wates 77,89 Kokap 69,18

76
Angka harapan Hidup (tahun) Nanggulan 76,54 Kokap 72,03
Harapan Lama Sekolah (tahun) Pengasih 14,99 Samigaluh 12,65
Rata-Rata Lama Sekolah (tahun) Panjatan 9,94 Girimulyo 7,28
Pengeluaran per Kapita
Wates 12.862 Kokap 8.606
Masyarakat (RpOOO)
Sumber data : Bappeda DIY, 2019

Keterbandingan Komponen IPM dan IPM di Provinsi DIY Tahun 2022

Rata-rata Rata-rata
Usia Harapan Harapan Lama Lama Pengeluaran
Kab/Kota IPM
Hidup (tahun) Sekolah (tahun) Sekolah riil per
(tahun) kapita
Kulon Progo 75,28 14,38 9,17 10.511 75,46
Bantul 73,90 15,48 9,59 16,002 80,69
Gunungkidul 74,23 13,33 7,31 9.874 70,96
Sleman 75,00 16,76 10,94 16.638 84,31
Yogyakarta 74,83 17,61 11,89 19.319 87,69
DIY 75,08 15,65 9,75 14.482 80,64
Sumber data : BPS Kulon Progo, 2023

250
69,55 70,18 70,81 71,39 71,92 71,94 72,79 72,91

200

77,59 78,38 78,89 73,76 74,44 74,46 74,71 75,46


150

100
71,52 72,38 73,23 73,76 74,44 74,46 74,71 75,46

50

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Kulon Proho DIY Nasional

Sumber data : BPS Kulon Progo, 2022

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia

Kabupaten Kulon Progo, DIY dan Nasional Tahun 2018-2022


77
Gambar di atas menunjukkan perbandingan perkembangan IPM Kulon Progo,

DIY dan Nasional kurun waktu 2015-2022. Dalam grafik tersebut terlihat IPM Kulon

Progo mempunyai pola yang searah dengan IPM DIY maupun IPM Nasional. Secara

umum perkembangan IPM Kulon Progo dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2022

selalu mengalami pembentukan pola yang semakin meningkat atau semakin baik,

dengan nilai yang kategori tinggi yaitu 75,46 pada tahun 2022 dibandingkan angka

IPM pada tahun 2015 yang sebesar 71,52.

2.1.1.10. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah matriks yang mengukur

proporsi populasi usia kerja yang terlibat secara aktif dalam sektor tenaga kerja,

termasuk yang sedang bekerja atau mencari pekerjaan. Tingkat Partisipasi Angkatan

Kerja (TPAK) dapat dihitung dengan membagi jumlah angkatan kerja dengan jumlah

penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. Perhitungan TPAK dilakukan untuk

mengukur proporsi penduduk yang sedang bekerja atau sedang aktif mencari

pekerjaan dalam kelompok usia kerja. Semakin tinggi nilai TPAK, semakin banyak

angkatan kerja yang ada di suatu wilayah dibandingkan dengan jumlah penduduk

usia kerjanya. Parameter ini menggambarkan ukuran relatif penawaran tenaga kerja

yang terlibat dalam produksi barang dan jasa. TPAK di Kabupaten Kulon Progo,

Provinsi DIY, dan Indonesia selama periode 2015–2022 disajikan dalam tabel berikut.

78
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kabupaten
Kulon Progo, Provinsi DIY, dan Indonesia
Tahun 2017-2022
120,00

100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Kab. Kulon Progo 74,61 76,36 76,54 77,88 76,72 78,83
DIY 71,52 96,55 96,56 71,12 96,62 72,60
Indonesia 66,67 67,31 67,53 67,77 67,80 68,63

Kab. Kulon Progo DIY Indonesia

Berdasarkan informasi di atas, menurut data dari BPS Kabupaten Kulon

Progo dalam rentang waktu 2017 hingga 2022, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK) Kabupaten Kulon Progo selalu lebih tinggi jika dibandingkan dengan TPAK

nasional meskipun nilainya hanya mampu mengungguli nilai TPAK Provinsi DIY pada

tahun 2017, 2020, dan 2022 saja. Salah satu faktor pendorong tiingginya nilai TPAK

di Kabupaten Kulon Progo ini adalah statusnya sebagai daerah agraris, sehingga

banyak penduduk di wilayah ini terlibat secara aktif dalam kegiatan ekonomi untuk

menghasilkan barang dan jasa di bidang pertanian, Meskipun demikian, Kabupaten

Kulon Progo juga merupakan wilayah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi dengan

pendapatan yang relatif terbatas.

2.1.1.11. Tingkat Pengangguran Terbuka

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) mencerminkan perbandingan antara

jumlah pengangguran dengan total angkatan kerja. Dalam rentang waktu 2017

hingga 2022, TPT di Kabupaten Kulon Progo selalu berada di bawah nilai rata-rata

TPT D.I Yogyakarta dan TPT nasional. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa TPT
79
Kabupaten Kulon Progo jauh lebih rendah daripada angka TPT nasional, bahkan

hampir setengahnya. Namun, pada tahun 2020, terjadi kenaikan yang signifikan pada

nilai TPT Kabupaten Kulon Progo, yaitu naik dari 1,80 persen dari tahun sebelumnya

menjadi 3,71 persen. Kondisi yang sama juga terjadi pada tingkat Provinsi DIY dan

Nasional akibat dari adanya Pandemi Covid-19. Pada Tahun 2022, TPT Kabupaten

Kulon Progo kembali mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yaitu menurun

sebesar 0,89 persen menjadi 2,80 persen.

No. Kab/ Kota 2017 2018 2019 2020 2021 2022


1 Kab. Kulon 1,99 1,51 1,80 3,71 3,69 2,80
Progo
2 Kab. Bantul 3,12 2,76 3,07 4,06 4,04 3,97
3 Kab. 1,65 2,11 1,96 2,16 2,20 2,08
Gunungkidul
4 Kab. Sleman 3,51 4,41 3,98 5,09 5,17 4,78
5 Kota Yogyakarta 5,08 6,24 4,95 9,16 9,13 7,18
DIY 3,02 3,37 3,18 4,57 4,56 4,06
Indonesia 5,50 5,30 5,23 7,07 6,49 5,86
Sumber: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2023

2.1.1.12. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) merupakan sasaran

pembangunan yang disepakati oleh negara-negara anggota PBB pada tahun 2015.

SDGs bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendorong

perkembangan ekonomi, serta menjaga kualitas lingkungan hidup. SDGs memiliki

tujuan khusus dan indikator yang mengarahkan pencapaian. Terdapat 17 tujuan

dalam SDGs yang meliputi:

1. Mengatasi berbagai bentuk kemiskinan.

2. Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan, dan meningkatkan gizi, serta

mendukung pertanian berkelanjutan.

3. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi semua usia.

4. Menjamin pendidikan yang inklusif, adil, dan kesempatan belajar sepanjang

hayat.

80
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan.

6. Memastikan akses air bersih dan sanitasi yang berkelanjutan.

7. Menyediakan energi yang terjangkau, andal, dan berkelanjutan.

8. Mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif, pekerjaan yang layak, dan

kesempatan kerja.

9. Membangun infrastruktur tangguh, industri berkelanjutan, dan inovasi.

10. Mengurangi ketidaksetaraan di dalam dan antara negara.

11. Membangun kota dan permukiman yang inklusif, aman, dan berkelanjutan.

12. Mendorong pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.

13. Mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.

14. Konservasi dan pemanfaatan laut dan sumberdaya kelautan.

15. Pemulihan ekosistem darat dan pengelolaan hutan berkelanjutan.

16. Mendorong masyarakat yang damai, inklusif, dan institusi efektif.

17. Merevitalisasi kemitraan global untuk pembangunan berkelanjutan.

2.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

2.2.3.1. Seni dan Budaya

Pembangunan bidang seni budaya sangat terkait erat dengan kualitas hidup

manusia dan masyarakat, yaitu untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang

berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab. Pembangunan

keolahragaan diupayakan dapat meningkatkan dinamika kegiatan olahraga yang

dilakukan oleh masyarakat. Berbagai kegiatan keolahragaan yang telah dilaksanakan

baik di tingkat kabupaten ataupun pengiriman atlet di tingkat provinsi, regional,

maupun nasional.

Pembangunan bidang seni budaya melingkupi semua jenis seni budaya yang

ada di Kabupaten Kulon Progo cukup beragam yaitu kelompok seni tari, musik, kriya,

rupa, Majelis Luhur Kebudayaan (MLK), upacara adat, desa budaya, penyelenggaraan

lomba budaya dan juga sarana prasarana seni budaya. Perkembangan Seni Budaya

di Kabupaten Kulon Progo disajikan pada Tabel berikut:

81
Tabel Perkembangan Seni dan Budaya

Kondisi Tahun
No Perkembangan Satuan
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Kebudayaan
1 Jenis Seni
1. Seni Tari
a. Tradisional 102 201 352 352 357 366 366 366 Buah
b. Kreasi baru 26 26 30 30 30 31 31 31 Buah
2. Seni Musik
a. Diatonis 94 101 101 101 101 104 104 104 Buah
b. Pentatonis 125 144 144 144 145 171 171 171 Buah
3. Seni Rupa
a. Lukis 8 9 9 9 Buah
b. Pahat Buah
4. Seni Theater
a. Tradisional 127 155 152 152 153 153 153 153 Buah
b. Modern 6 6 6 6 7 7 7 7 Buah
Jumlah 480 633 631 631 801 841 841 841 Buah
2 Jumlah Grup Kesenian 1211 1269 1269 1269 1305 1279 1320 1365 Grup
3 Penyelenggaraan
Lomba Unit
a. Banyaknya 10 6 7 12 12 19 24 16 Kali
Lomba/Festival
b. Jenis Lornba 4 3 2 2 10 13 5 5 Jenis
Festival
4 Upacara Adat 35 35 35 40 85 93 75 80 Kel
5 Himpunan Penghayat 17 18 18 18 18 18 18 20 Kel
Kepercayaan terhadap
Tuhan YME
6 Jumlah gedung 1 1 2 2 2 2 2 2 Unit
kesenian
7 Kesenian khas Kab. 13 13 13 13 13 13 13 13 Buah
Kulon Progo
8 Desa Budaya 10 15 15 15 15 15 16 16 Kalurahan
Kelompok/grup kesenian yang ada di masyarakat memiliki peran penting

dalam mewadahi pelaku pelaku seni untuk melaksanakan kegiatan pelestarian

budaya agar tetap terpelihara sehingga tercipta masyarakat yang berbudaya serta

mendukung berkembangnya desa budaya. Berdasarkan data di atas terlihat bahwa

Kabupaten Kulon Progo memiliki grup kesenian yang jumlahnya cukup banyak.

Hal ini ditunjukkan pada Tahun 2015 sebanyak 1.211 grup, Tahun 2016,

2017 dan 2018 sebanyak 1.269, Tahun 2019 sebanyak 1305 pada tahun 2020

sebagai dampak Pandemi Covid-19 jumlah grup kesenian menurun menjadi 1.279
82
grup, namun pada tahun 2021 jumlah grup kesenian bertambah lagi menjadi 1.320

grup dan meningkat lagi menjadi 1.365 di tahun 2022. Namun demikian, jika

dibandingkan dengan jumlah grup yang aktif dengan jumlah grup yang ada

jumlahnya masih relatif sedikit.

Di Kabupaten Kulon Progo, ada 13 ragam seni yang telah dikembangkan dan

menjadi seni unggulan seperti Seni Angguk Putri yang menjadi salah satu jenis seni

unggulan di Kabupaten Kulon Progo. Adapun seni unggulan lainnya meliputi

Ketoprak, Jathilan, Incling, Keroncong, Reog, Oglek, Hadrah/Sholawatan, Lengger

Tapen, Wayang Tapeng, Panjidor, Krumpyung, dan Jabur. Selain itu budaya tradisi

berupa upacara adat juga sudah dikemas dengan cukup baik sehingga memiliki daya

tarik wisata daerah.

Pemerintah daerah terus meningkatkan pengembangan seni lainnya seperti

sendratari dengan mengangkat tema lokal dan seni musik krumpyung.

Perkembangan kegiatan seni dan budaya di Kabupaten Kulon Progo semakin

meningkat dengan adanya dukungan Dana Keistimewaan DIY. Semakin banyak

kegiatan atau festival seni budaya yang diselenggarakan pemerintah maka akan

mendukung peningkatan pelestarian nilai budaya. Kabupaten Kulon Progo memiliki

potensi warisan budaya fisik dan nilai budaya dari masa lalu berupa benda-benda

cagar budaya yang tetap terjaga baik kondisi maupun keamanannya.

Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi warisan budaya fisik (tangible) dan

nilai budaya dari masa lalu (intangible) berupa benda-benda cagar budaya yang tetap

terjaga baik kondisi maupun keamanannya. Warisan budaya fisik (tangible heritage)

sering diklasifikasikan menjadi warisan budaya tidak bergerak (immovable heritage)

dan warisan budaya bergerak (movable heritage). Warisan budaya tidak bergerak

biasanya berada di tempat terbuka dan terdiri dari atas: situs, tempat- tempat

bersejarah, bentang alam darat maupun air, bangunan kuno dan/atau bersejarah,

patung- patung pahlawan. Warisan budaya bergerak biasanya berada di dalam

83
ruangan dan terdiri dari: benda warisan budaya, karya seni, arsip, dokumen, dan foto,

karya tulis cetak, audiovisual berupa kaset, video, dan film.

Perkembangan Peninggalan Sejarah Purbakala dan Permuseuman

Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

Peninggalan Sejarah Tahun


No
Purbakala dan 201 201 201 201 201 202 202 202
.
Permuseuman 5 6 7 8 9 0 1 2
Peninggalan Sejarah
1 202 304 304 345 373 345 364 316
dan Purbakala
a. Masa Prasejarah 2 4 4 4 17 11 11 4
b. Masa Hindu-Budha 154 119 119 119 122 159 166 119
c. Masa Islam 23 50 50 50 85 81 83 51
d. Masa
18 18 121 121 123 77 86 127
Kolonial/Perjuangan
e. Tradisional 5 10 10 10 26 16 18 15
2 Museum - - - - - - - -
Sumber data: Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo, 2023

Rintisan Kelurahan Budaya adalah kelurahan yang memiliki keterikatan

bersama untuk mempertahankan kelestarian budaya setempat. Kelurahan yang telah

ditetapkan sebagai Rintisan Kelurahan Budaya harus melestarikan, memberdayakan,

mengaktualisasikan, mengembangkan, dan menggali potensi kekayaan budaya yang

dimiliki. Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2022 diketahui memiliki 7 kalurahan

mandiri budaya, 9 kalurahan budaya, 35 kalurahan berkembang, dan 37 kalurahan

budaya kategori tumbuh.

Jumlah rintisan Kelurahan Budaya

Jumlah rintisan kelurahan budaya 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Desa/ kalurahan mandiri budaya 0 0 0 2 7 7
Desa/ kalurahan budaya 15 15 15 13 9 9
Rintisan desa/ kalurahan budaya
11 16 21 26 30 35
kategori berkembang
Rintisan desa/ kalurahan budaya
62 57 52 47 42 37
kategori tumbuh

84
2.2.3.2. Olah Raga

Jumlah organisasi olahraga di Kabupaten Kulon Progo tahun 2015 ke tahun

2019 mengalami perubahan yaitu sebanyak 8 organisasi dari yang semula hanya 34

organisasi menjadi 42 organisasi dan jumlah klub olahraga meningkat menjadi 280.

Pada tahun 2022 jumlah organisasi olahraga meningkat dibanding 2 tahun

sebelumnya yaitu menjadi 45 organisasi, sedangkan jumlah klub olahraga menurun

menjadi 148 akibat faktor pandemi yang menurunkan aktivitas olahraga dan

pembiayaan klub olahraga. Data tersebut menunjukkan ada peningkatan minat

masyarakat pada olahraga. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Jumlah Klub Olahraga Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

Tahun
No Uraian
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Jumlah Organisasi
34 34 34 40 42 42 45 45
Olahraga
2 Jumlah Klub Olahraga 250 250 250 226 280 280 280 148
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo, 2023

Terwujudnya peningkatan prestasi olahraga selain melalui pembinaan klub

dan atlet olahraga juga harus didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana

olahraga yang baik. Kondisi sarana dan prasarana yang tersedia saat ini sudah cukup

memadai dan memenuhi kebutuhan masyarakat namun perlu peningkatan dari segi

kualitasnya. Sampai dengan tahun 2022 telah tersedia gedung olahraga sebanyak

92 unit meningkat dua gedung olahraga dibandingkan tahun 2015, dan lapangan

olahraga sebanyak 1.185 unit dari 13 cabang olahraga berprestasi yang diminati

masyarakat dan tersebar di Kabupaten Kulon Progo. Data selengkapnya dapat dilihat

sesuai pada tabel berikut.

Jumlah Sarana Olahraga Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

Cabang Olahraga

Dayung
No Kapanewon
Sepak Bulu Tenis Tenis Panjat Sepak Voli Basket
Voli Renang Tinju Basket Futsal Jumlah
Bola Tangkis Meja Lapangan Tebing Takraw Pantai Futsal
Jumlah

1 Temon 8 33 28 34 0 2 0 0 0 2 2 111

85
2 Wates 10 54 32 47 5 0 15 0 4 3 173

3 Panj atan 10 34 24 33 0 0 0 0 0 0 0 0 102

4 Galur 6 16 10 10 2 0 0 0 2 0 0 0 0 46

5 Lendah 7 20 12 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 71

6 Sentolo 12 44 48 41 2 0 0 0 0 0 2 151

7 Pengasih 15 32 28 17 2 0 0 2 0 0 4 102

8 Kokap 3 17 23 43 0 0 0 0 0 0 2 0 89

9 Girimulyo 2 34 14 36 0 0 0 0 0 0 0 4 0 90

10 Nanggulan 4 10 22 11 0 0 0 0 0 0 0 3 0 50

11 Samigaluh 6 21 45 38 0 3 0 0 0 0 6 0 120

12 Kalibawang 4 20 26 27 0 0 0 0 0 0 80

JUMLAH 87 335 312 369 11 8 2 2 20 2 3 28 6 1,185

Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo, 2023

Tabel Jumlah Gedung Olahraga Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

Tahun
Uraian
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Gedung Olahraga 90 90 90 90 91 92 92 92
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo, 2023

2.3. Aspek Pelayanan Umum

Aspek pelayanan umum menggambarkan ketersediaan layanan yang

berkaitan dengan urusan wajib dan urusan pilihan yang disediakan oleh Perangkat

Daerah Kabupaten Kulon Progo. Standar pelaksanaan pelayanan publik telah diatur

oleh Peraturan Bupati Nomor 55 Tahun 2014 tentang Panduan Penyusunan Standar

Pelayanan. Evaluasi terhadap kebijakan ini telah dilakukan pada tahun 2016 melalui

Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2016 tentang Evaluasi Pelayanan Publik, sesuai

dengan panduan yang diuraikan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012

tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik.

Dalam kerangka ini, semua unit pelayanan publik diwajibkan untuk

merumuskan Standar Pelayanan sebagai landasan pedoman penyelenggaraan

pelayanan dan penilaian kualitas pelayanan sebagai bentuk komitmen dan tanggung

jawab penyelenggara terhadap masyarakat. Standar Pelayanan ini bertujuan untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.


86
Evaluasi kepuasan masyarakat terhadap kinerja pelayanan dilakukan melalui Survei

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) di seluruh unit pelayanan publik, termasuk Dinas

Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu, Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil, UPTD Pengujian Kendaraan Bermotor, 21 UPTD Puskesmas, 12 Kapanewon,

Kelurahan Wates, Badan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD), RSUD Wates, RSUD

Nyi Ageng Serang, dan Dinas Perpustakaan dan Arsip.

Hasil survei IKM diukur berdasarkan skala nilai interval, dimana interval

25,00-64,99 menunjukkan kinerja "Tidak Baik", interval 65,00-76,60 menunjukkan

kinerja "Kurang Baik", interval 76,61-88,30 menunjukkan kinerja "Baik", dan interval

88,31-100 menunjukkan kinerja "Sangat Baik". Berdasarkan hasil survei, dapat

disimpulkan bahwa pelayanan publik yang diberikan oleh pemerintah secara

keseluruhan telah berjalan dengan baik. Indeks Kepuasan Masyarakat pada tahun

2022 mencapai 83,27, mengalami peningkatan dari pencapaian tahun sebelumnya

yang mencapai 82,49 dengan kategori "Baik".

86

84 84,11
83 83,27
82,52 82,49
82 81,86
81,53

80

78
77,15
76

74

72
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

87
2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib yang Berkaitan dengan Pelayanan Dasar

2.3.1.1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu tiang utama dalam meningkatkan mutu

individu. Pengembangan di ranah pendidikan harus memastikan kesetaraan dan

perluasan jangkauan pendidikan, peningkatan kualitas, relevansi, dan daya saing

hasil pendidikan, serta penguatan manajemen, akuntabilitas, dan citra pendidikan.

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah berupaya sepenuhnya untuk meningkatkan

sektor pendidikan dengan mengelola potensi yang ada, mulai dari mengurus

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan pendidikan non-formal/kesetaraan, hingga

manajemen pendidikan dasar dan menengah.

Data mengenai pendidikan merupakan salah satu komponen yang sangat

penting untuk melihat kualitas penduduk. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan di

suatu daerah dikaitkan oleh beberapa indikator pendidikan sebagai berikut:

Kondisi Pendidikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

Indikator Capaian Kinerja


No. Satuan
Kinerja 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Angka Melek
1 % 94,19 94,30 96,90 94,70 94,4 94,56 95,37 95,89
Huruf
Rata-rata Lama
2 Tahun 8,40 8,50 8,64 8,65 8,66 8,86 9,02 9,17
Sekolah
Angka
3 Partisipasi
Murni
APM SD % 99,76 99,44 97,45 92,77 92,79 93,76 93,73 94,33
APM SMP % 97,90 98,15 92,44 93,46 93,71 95,01 95,22 95,49
Angka
4 Partisipasi
Kasar
APK SD % 101.41 101.59 105.73 94,09 94,97 95,08 95,11 95,16
APK SMP % 97.15 98.72 94.89 95,92 98,05 98,46 98,53 98,56
Angka
5 Partisipasi
Sekolah
APS SD % 100.00 101.59 91.55 90,71 90,71 93,94 93,98 94,00
APS SMP % 99.04 102.86 101.07 99,68 99,68 97,02 97,04 97.1
Angka
6 99,99 99,99 100
Kelulusan

88
Indikator Capaian Kinerja
No. Satuan
Kinerja 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Angka
% 100 100 100 99,98 100 100 100 100
kelulusan SD
Angka
% 100 100 100 99,87 99,93 100 100 100
kelulusan SMP
Angka
7
melanjutkan
Angka
melanjutkan SD % 100 100 100 100 100 100 100 100
ke SMP
Angka
melanjutkan % 97,94 100 100 100 100 100 100 100
SMP ke SMA
Angka Putus
8
Sekolah
SD Orang 41 6 8 6 15 10 6
SMP Orang 25 20 10 8 16 17 6 34
Angka Harapan
9 Tahun 13,55 13,97 14,23 14,24 14,25 14,26 14,27 14,38
Lama Sekolah
Standar
10 Kompetensi
Pendidik
Guru yang
memenuhi % 81,27 86,29 87,82 84,52 86,98 89,40 89,45 89,61
Kualifikasi Sl/D4
Guru yang telah
bersertifikat % 56,91 65,20 69,59 61,4 75,85 76,71 76,73 76,81
pendidik
Kemahiran membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar yang

diperlukan oleh penduduk agar dapat meraih kesejahteraan. Kemampuan ini

tercermin dalam persentase melek huruf, yaitu jumlah penduduk usia 15 tahun ke

atas yang mampu membaca dan menulis dalam huruf Latin atau lainnya. Tingkat

melek huruf umumnya mengalami peningkatan dari 94,19% pada tahun 2015

menjadi 95,89% pada tahun 2022.

Rata-rata lama sekolah adalah jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk

dalam pendidikan formal, dengan fokus pada penduduk usia 25 tahun ke atas. Rata-

rata lama sekolah juga mengalami peningkatan dari 8,40 tahun pada tahun 2015

menjadi 9,17 tahun pada tahun 2022, menunjukkan perbaikan yang berkelanjutan.

Faktor-faktor yang berkontribusi pada kenaikan ini meliputi kesadaran masyarakat

untuk memberikan pendidikan yang lebih tinggi kepada anak-anaknya, dukungan

89
administratif yang lebih baik dalam pembaruan data pendidikan, serta dorongan

untuk melanjutkan pendidikan seumur hidup, baik secara formal maupun nonformal.

Angka Partisipasi Murni (APM) mengukur persentase penduduk pada

kelompok usia sekolah yang sedang menempuh pendidikan sesuai jenjang usia

mereka. APM jenjang SD/MI menunjukkan tren fluktuasi, turun dari 99,76% pada

tahun 2015 menjadi 92,77% pada tahun 2028, dan terus kemudian meningkat

menjadi 93,73% pada tahun 2021, hingga menjadi 94,33% pada tahun 2022. APM

di bawah 100% menunjukkan beberapa hal, seperti kesadaran yang belum

sepenuhnya terbentuk di masyarakat terkait pentingnya pendidikan pada usia

tertentu, serta kecenderungan beberapa orang tua mengirimkan anak-anak mereka

ke sekolah di luar kabupaten karena berbagai alasan seperti pekerjaan orang tua atau

pertimbangan tertentu terkait pendidikan.

Angka kelulusan cenderung tetap stabil, fluktuasinya tidak melebihi 1% atau

berkisar antara 99-100%. Dari tahun 2015 hingga 2022, tingkat kelulusan di tingkat

SD dan SMP mencapai 100%. Tingkat kelulusan ini umumnya dipengaruhi oleh

perubahan kurikulum dan pendekatan pembelajaran yang berbeda. Sekarang, SD/MI

menerapkan pendekatan tematik, sementara SMP/MTs menggunakan pendekatan

mata pelajaran. Bobot soal ujian di tingkat daerah dan nasional juga berubah sesuai

kebijakan yang berlaku, demi menyesuaikan dengan tuntutan dan karakteristik

peserta didik di setiap wilayah.

Capaian Angka Harapan Lama Sekolah (AHLS) juga mengalami perbaikan,

dengan peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2015, AHLS mencapai 13,55 dan

pada tahun 2017 naik menjadi 14,23 tahun. Kemudian angka tersebut terus

mangalami kenaikan hingga tahun 2022 menjadi 14,38 tahun. Peningkatan ini terjadi

berkat dukungan dari berbagai pihak, baik dalam lingkup pendidikan formal maupun

non formal.

Dalam periode 2015 hingga 2022, pelaksanaan urusan pendidikan di

Kabupaten Kulon Progo dilihat dari aspek tenaga pendidik yang memenuhi standar

90
kompetensi. Persentase guru yang memiliki kualifikasi S1/D4 mencapai 81,27% pada

tahun 2015, naik menjadi 89,61% pada tahun 2022. Sementara itu, guru yang telah

memiliki sertifikat pendidik pada tahun 2015 berjumlah 56,91%, lalu naik menjadi

69,59% pada tahun 2017. Pada taahun 2018 sempat mengalami penurunan menjadi

61,4% namun mulai rentang 2019-2022 angka tersebut terus meningkat hingga

mencapai 76,81% di tahun 2022.

Kendala yang dihadapi adalah kurangnya jumlah guru PNS di setiap satuan

pendidikan. Hampir setiap tahun terjadi pensiun sekitar 200-300 guru, namun tidak

diimbangi dengan penambahan guru PNS baru. Upaya untuk mengatasi kekurangan

tersebut dilakukan oleh Guru Tidak Tetap (GTT) dan Pegawai Pemerintah dengan

Perjanjian Kerja (PPPK), walaupun sebagian GTT belum memiliki kualifikasi S1/DIV

yang dibutuhkan. Selain itu, sebagian guru PNS yang usianya di atas 50 tahun belum

dapat mengikuti pendidikan lanjutan setelah ijazah terakhirnya (misalnya DII-PGSD),

karena alasan usia atau motivasi. Pada tahun 2019, adanya rekrutmen CPNS telah

menambah jumlah guru dan memberikan kenaikan dalam jumlah tenaga pendidik.

Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di sektor Pendidikan Dasar

mengacu pada peraturan yang ditetapkan, yakni Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 59 tahun 2021 tentang Implementasi Standar Pelayanan Minimal, serta

Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 32 tahun

2022 tentang Pedoman Teknis Standar Pelayanan Minimal untuk Pendidikan.

SPM di bidang pendidikan mencakup tiga aspek, yaitu pendidikan anak usia

dini, pendidikan dasar, dan pendidikan kesetaraan. Untuk menerima layanan dasar

menurut SPM Pendidikan, peserta didik pada pendidikan anak usia dini adalah

mereka yang berusia antara 5 hingga 6 tahun. Penerima layanan dasar menurut SPM

Pendidikan pada pendidikan dasar adalah peserta didik yang berusia antara 7 hingga

15 tahun. Sedangkan penerima layanan dasar menurut SPM Pendidikan pada

pendidikan kesetaraan adalah peserta didik yang berusia antara 7 hingga 18 tahun.

91
Rincian capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang pendidikan

untuk tahun 2021 dapat dilihat lebih lengkap dalam tabel berikut ini.

Tabel Capaian Standar Pelayanan Minimal Bidang Pendidikan Tahun

2022

Jumlah Sasaran
Jenis Total
Total Target Realisasi
Pelayanan Indikator Pencapaian yang
yang (%) (%)
Dasar harus
terlayani
dilayani
Pendidikan Jumlah Warga Negara Usia 5- 6
Anak Usia Tahun yang berpartisipasi 11.646 11.646 100 100
Dini dalam pendidikan PAUD
Pendidikan Jumlah Warga Negara Usia 7-
Dasar 15 Tahun yang berpartisipasi
57.004 57.004 100 100
dalam pendidikan dasar (SD/MI,
SMP/MTs)
Pendidikan Jumlah Warga Negara Usia 7—
Kesetaraan 18 Tahun yang belum
menyelesaikan pendidikan
1.304 1.304 100 100
dasar dan atau menengah yang
berpartisipasi dalam pendidikan
kesetaraan.
Dengan memperhatikan pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)

dalam sektor Pendidikan, semua jenis pelayanan telah mencapai tujuan yang

ditetapkan. Penerapan SPM Pendidikan di Kabupaten Kulon Progo telah mencapai

tingkat optimal berkat kontribusi yang aktif dari seluruh lembaga pendidikan yang

beroperasi di wilayah tersebut. Dalam pelaksanaannya, implementasi SPM

Pendidikan baik di tingkat Kabupaten maupun di setiap satuan pendidikan telah

berjalan dengan lancar dan efektif.

Tabel Rasio Guru terhadap Murid Tahun 2015–2022


Capaian kinerja
No Indikator
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah pendidik
1.1 4,74 3,51 3,51 5,17 3,48 3,36 4 3,38
SD/MI/ sederajat
Jumlah murid 35,5
1.2 36,27 36,27 35,18 36,58 36,56 32,68 35,06
SD/Ml/sederajat 2

92
Rasio guru
1 terhadap murid 12 10 10 10 10 9 11 10
SD/MI
Jumlah pendidik
2.1 1,59 1,55 1,55 1,69 1,55 1,53 1,47 1,42
SMP/MTs
Jumlah murid 17,9
2.2 17,95 17,95 18,03 17,57 18,26 15,41 19
SMP/MTs 5
Rasio guru
2 terhadap murid 16 12 12 9 9 8 10 8
SMP/MTs
Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo, 2023

Rasio antara jumlah guru dan murid, baik di tingkat SD/MI maupun SMP/MTs,

sangat dipengaruhi oleh jumlah guru yang tersedia di satuan pendidikan dan

pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut. Di Kabupaten Kulon Progo, kebijakan

Penerimaan Peserta Didik Baru memiliki pengaruh signifikan terhadap kenaikan atau

penurunan rasio tersebut, yang sebagian besar disebabkan oleh minat masyarakat

untuk memperoleh pendidikan di daerah tersebut. Pada tahun 2015 rasio guru

terhadap murid mencapai 11,50 untuk SD/MI dan 15,57 untuk SMP/MTs. Rasio guru

terhadap murid SD/MI tersebut terus mengalami kenaikan hingga tahun 2018

sebesar 10,40 dan mengalami penurunan hingga tahun 2020 sebesar 9,2. Angka

tersebut sempat meningkat pada tahun 2021 namun kembali menurun pada tahun

2022. Sementara itu, rasio guru terhadap murid SMP/MTs sejak tahun 2015 hingga

tahun 2022 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun 2022, rasio guru terhadap

murid mencapai 9,65 untuk SD/MI dan 7,67 untuk SMP/MTs. Angka ini mencerminkan

bagaimana beban kerja guru dalam mengajar, di mana setiap rombongan belajar atau

kelas memiliki rata-rata 10 siswa per satu guru di tingkat SD/MI dan 8 siswa per satu

guru di tingkat SMP/MTs.

Situasi ini berbeda dengan kondisi di daerah perkotaan, di mana setiap kelas

memiliki jumlah peserta didik yang lebih optimal. Namun, Kabupaten Kulon Progo

memiliki wilayah pegunungan dan perbukitan yang sulit dijangkau, di mana jumlah

siswa masih terbatas karena pertumbuhan penduduk yang rendah. Di sisi lain, minat

93
masyarakat untuk bersekolah cenderung tertuju ke daerah perkotaan, sehingga

menyebabkan rasio guru terhadap murid relatif lebih rendah di wilayah tersebut.

2.3.1.2. Kesehatan

Kesehatan adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap individu.

Kondisi kesehatan yang baik menjadi dasar untuk menjalani kehidupan yang layak.

Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menyediakan pelayanan kesehatan

berkualitas sesuai kebutuhan setiap warga negara. Meskipun pemenuhan kebutuhan

kesehatan merupakan tanggung jawab individu, karakteristik kesehatan yang

kompleks mengharuskan peran pemerintah dalam menjamin: 1) ketersediaan

layanan kesehatan sesuai kebutuhan, dan 2) pelayanan kesehatan bagi warga yang

kurang mampu. Karena pentingnya kesehatan dan kompleksitas layanan kesehatan,

pemerintah harus memiliki peran yang terstandarisasi dalam memastikan

pemenuhan kebutuhan kesehatan warga negara.

Pemerintah telah mengatur pengadaan layanan Kesehatan oleh pemerintah

daeran melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar

Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang

Kesehatan yang menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah wajib memenuhi mutu

pelayanan setiap jenis pelayanan dasar pada SPM bidang Kesehatan. Melalui,

Keputusan Bupati Kulon Progo Nomor 30/A/2020 tentang Pembentukan Tim

Penerapan Standar Pelayanan Minimal, Kabupaten Kulon Progo telah memulai

komitmennya untuk memenuhi standar layanan Kesehatan bagi masyarakat.

3. Tabel 2. 2
Capaian Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Tahun 2020–2021
No Aspek Uraian Satuan Capaian (Jumlah)
2019 2020 2021
1 Pelayanan Setiap ibu hamil mendapatkan Orang 4713 4713 4400
Kesehatan Ibu pelayanan antenatal sesuai standar
Hamil
2 Pelayanan Setiap ibu bersalin mendapatkan Orang 4853 4734 4475
Kesehatan Ibu pelayanan persalinan sesuai standar
Bersalin

94
3 Pelayanan Setiap bayi baru lahir mendapatkan Bayi 4492 4021 3875
Kesehatan Bayi pelayanan kesehatan sesuai standar
Baru Lahir
4 Pelayanan Setiap balita mendapatkan Orang 23800 13963 18369
Kesehatan Balita pelayanan kesehatan balita sesuai
standar
5 Pelayanan Setiap anak Orang 12659 31227 27517
Kesehatan pada pada pendidikan dasar mendapatkan
Usia Pendidikan skrining kesehatan sesuai standar
Dasar
6 Pelayanan Setiap warga negara Indonesia usia Orang 35525 34227 31885
Kesehatan pada 15 s.d 59 tahun mendapatkan
Usia Produktif skrining kesehatan sesuai standar
7 Pelayanan Setiap warga negara Indonesia 60 Orang 24820 21262 36682
Kesehatan pada tahun keatas mendapatkan skrining
Usia Lanjut kesehatan sesuai standar
8 Pelayanan Setiap penderita hipertensi Orang 2327 2977 4771
Kesehatan mendapatkan pelayanan kesehatan
Penderita sesuai standar
Hipertensi
9 Pelayanan Setiap penderita Diabetes Militus Orang 1334 1796 2489
Kesehatan mendapatkan pelayanan kesehatan
Penderita sesuai standar
Diabetes Militus
10 Pelayanan Setiap orang dengan gangguan jiwa Orang 592 1315 1207
Kesehatan (ODGJ) berat mendapatkan
Orang dengan pelayanan kesehatan sesuai standar
Gangguan Jiwa
Berat
11 Pelayanan Setiap orang dengan TB Orang 3826 2803 3251
Kesehatan orang mendapatkan pelayanan TB sesuai
dengan TB standar,
12 Pelayanan Setiap orang beresiko terinfeksi Orang 5088 3008 3620
Kesehatan HIV (ibu hamil, pasien TB, pasien
Orang dengan IMS, waria/ transgender,
Risiko pengguna napza,dan warga
Terinfeksi HIV binaan lembaga pemasyarakat an
(LP) mendapatkan pemeriksaan
HIV sesuai standar
Sumber: Profil Kesehatan Provinsi 2018-2021

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod

tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis

nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis

aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla

95
pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia

deserunt mollit anim id est laborum.

No. Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Usia Harapan
1 75 75,03 75,06 75,12 75,20 75,24 75,27 75,28
Hidup (tahun)
Angka Kematian
2 Ibu (per 100.000 194,69
kelahiran) 38,23 133,79 59,9 58,99 102,97 63,8 222,17
Kasus Kematian
8
Ibu 3 3 5 3 10
Jumlah Kelahiran
Hidup 5008 5086 4855 4716 4501 4901
Angka Kematian
3 Bayi (per 1.000
kelahiran) 9,17 9,59 8,39 8,45 9,67 10,09 11,99 10,71
Kasus Kematian
Bayi 42 43 47 38 45 44
Jumlah Kelahiran
Hidup 5008 5086 4855 4716 4501 4901
Angka Kematian
4 Balita (per 1.000
kelahiran) 11,85 11,35 10,18 9,44 2,67 10,6 15

Grafik AKI

96
250

222,17

200
194,69

150
133,79

100 102,97

59,9 58,99 63,8


50
38,23

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Angka Kematian Ibu (AKI) mencerminkan risiko yang dihadapi ibu selama

kehamilan hingga pasca persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah ukuran jumlah

kematian wanita yang terjadi selama kehamilan, saat melahirkan, atau dalam 42 hari

setelah melahirkan, yang disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan

kehamilan atau diperburuk oleh proses kehamilan tersebut atau penanganannya. AKI

bukan termasuk kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan. AKI juga

merupakan salah satu target dalam Sustainable Development Goals (SDGs) nomor

tiga, yaitu Kehidupan Sehat dan Sejahtera, dengan tujuan mengurangi angka

kematian ibu menjadi kurang dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030,

sebagaimana yang diusung oleh Program Indonesia Sehat. AKI dapat dipengaruhi

oleh status gizi, situasi sosial ekonomi, kesehatan sebelum kehamilan, komplikasi

kehamilan, dan layanan kesehatan. Tinggi atau rendahnya AKI dapat

mengindikasikan kondisi sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan; juga

mencerminkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Upaya mengurangi

AKI melibatkan akses pelayanan kesehatan berkualitas, perawatan kehamilan,

persalinan oleh tenaga terlatih, perawatan pasca persalinan, penanganan komplikasi,

97
dan layanan keluarga berencana pasca persalinan. AKI dihitung dengan cara

menghitung jumlah kasus kematian ibu yang terjadi setiap 100.000 kelahiran hidup.

Angka Kematian Ibu di Kabupaten Kulon Progo bersifat fluktuatif dengan

kecenderungan meningkat pada tahun 2022 jika dibandingkan dengan tahun 2015

namun jumlah kasus kematian ibu yang terjadi cukup rendah. Namun AKI Kabupaten

Kulon Progo masih belum mencapai angka yang diharapkan oleh Program Indonesia

Sehat. Pada tahun 2022, terjadi 8 kasus kematian ibu. Hal ini tentu memerlukan

penanganan lebih lanjut dan melibatkan Puskesmas dan Rumah Sakit.

Grafik AKB

11
10,71
10,5

10 10
9,59 9,67
9,5
9,17
9 9,06

8,5 8,45
8,39
8

7,5

6,5

6
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Salah satu tanda kesejahteraan masyarakat suatu wilayah adalah melalui

indikator Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Bayi (AKB) mengukur jumlah

kematian bayi (usia 0-11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun. AKB

mencerminkan isu-isu kesehatan masyarakat terkait penyebab kematian bayi,

kualitas pelayanan prenatal, gizi ibu hamil, efektivitas program KIA dan KB, serta

lingkungan dan ekonomi sosial. Jika AKB tinggi di suatu wilayah, itu menandakan

tingkat kesehatan yang rendah di wilayah tersebut.

98
Kematian bayi masih menjadi isu di Kulon Progo, dengan 44 kasus pada

tahun 2022 dan tidak menunjukkan penurunan yang signifikan dibandingkan tahun

sebelumnya yaitu di angka 45 kasus. Kasus kematian bayi sering kali disebabkan oleh

Berat Bayi Lahir Rendah, kelainan kongenital, atau kesulitan bernafas.

Dalam rangka menghadapi tantangan terkait kematian ibu dan bayi, Jejaring

Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (Rindu KIA) telah terbentuk sejak tahun 2017. Rindu

KIA merupakan inovasi pelayanan kesehatan ibu dan anak yang efektif melalui

komunikasi dan penyampaian informasi yang cepat. Keberhasilannya tercermin

dalam penghargaan yang diraih, serta peningkatan pada aplikasi Bumilku yang turut

berkontribusi dalam peningkatan pelayanan bagi ibu hamil. Upaya peningkatan

kualitas layanan tidak berhenti di situ, dengan berbagai inovasi lain seperti

pemanfaatan teknologi SMS Gateway, deteksi dini penyakit malaria, dan pemantauan

ibu hamil berisiko tinggi, yang terus dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu

dan bayi.

Namun, angka kematian ibu tetap menjadi parameter yang sulit dicapai.

Usaha untuk mereduksi angka ini melibatkan peningkatan kemampuan fasilitas

kesehatan dasar, peningkatan kesadaran ibu hamil, serta peningkatan kualitas Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Pentingnya diseminasi informasi

tentang kesehatan kehamilan sebagai bagian dari strategi ini bertujuan agar ibu hamil

dapat dengan efektif memantau kesehatan diri dan kesehatan janin yang dikandung.

Pada tahun 2019, aplikasi Bumilku telah diperbarui dengan memungkinkan

penyediaan informasi kesehatan ibu hamil dan lokasinya kepada pihak kesehatan dan

pejabat yang berwenang. Keberhasilan konsep ini diakui dengan pemberian

penghargaan oleh Badan Informasi Geospasial atas pemanfaatan teknologi GPS

dalam mendukung layanan ibu hamil. Selain itu, peningkatan fasilitas kesehatan dan

peningkatan kesadaran ibu hamil tentang kesehatan pribadi dan janin menjadi faktor

penting dalam upaya ini.

99
Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan peningkatan penyakit tidak menular,

termasuk kanker, hipertensi, diabetes, dan stroke di Provinsi DIY dan Kulon Progo

dengan tingkat diabetes dan kanker lebih tinggi dari rata-rata nasional. Meskipun

Yogyakarta memiliki AKI dan AKB rendah, populasi lansia menjadi fokus kesehatan.

Namun, persepsi sakit berbeda antara pihak kesehatan dan masyarakat. Masyarakat

menganggap "sakit" saat aktivitas terganggu dan butuh pelayanan Kesehatan,

sehingga waktu penanganan menjadi tertunda.

Keterlambatan dalam penanganan penyakit tidak menular dapat terjadi

karena penyakit ini bersifat kronis dan gejalanya muncul setelah waktu yang lama.

Diagnosis dan pengobatan memerlukan peralatan medis canggih serta waktu yang

lama, sehingga seringkali dianggap "mahal". Walaupun perubahan perilaku dan gaya

hidup dapat mencegah penyakit ini, sulit diterapkan oleh masyarakat modern saat ini.

Diperlukan usaha keras dari stakeholder untuk meningkatkan pemahaman

masyarakat dan mendorong deteksi dini melalui inovasi yang diterima oleh

masyarakat. Strategi efektif dan kebijakan yang tepat juga perlu disusun untuk

pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular.

Di Kabupaten Kulon Progo, desa-desa yang sebelumnya terkena malaria telah

berhasil dieliminasi. Indikator eliminasi daerah adalah ketika tidak ada desa dengan

kasus malaria lebih dari 1‰ penduduk dan tidak ada penularan setempat

(indigenous) selama 3 tahun berturut-turut, serta dilengkapi dengan pengawasan

yang baik.

100
24%
33%

43%

Akreditasi Dasar Akreditasi Madya Akreditasi Utama

Perlu ada perbaikan dalam kondisi fasilitas pelayanan kesehatan dasar di

Kabupaten Kulon Progo. Dari 21 Puskesmas yang telah disurvei untuk akreditasi,

puskesmas yang sudah mendapatkan akreditasi dengan status dasar adalah

sebanyak 7 puskesmas, status madya sebanyak 9 puskesmas, dan status utama 5

puskesmas. Namun, belum ada puskesmas yang mendapatkan akreditasi paripurna.

Capaian
No Uraian Satuan 2019 2020 2021
1 Jumlah balita Bawah garis merah Balita 199 192 173
Jumlah balita Bawah garis merah Balita 199 192 173
yang ditangani
Persentase balita bawah garis merah % 100 100 100
yang ditangani
2 jumlah balita yang ditimbang Balita 21.936 19.263 19.366
3 Jumlah balita stunting Balita 2.921 2.535 2.119
4 Jumlah ibu hamil dengan anemia Orang 614 718 846
5 Jumlah ibu haml orang 4.811 4.529 4.400
6 Jumlah bayi dengan BBLR Bayi 316 313 327
7 Jumlah bayi Bayi 4.129 4.716 3.875
8 Jumlah bayi mendapat ASI ekskusif Bayi 2.956 4.445 3.855
9 Jumlah balita kurus Balita 1.039 1.209 1.019
10 Jumlah desa siaga yang sudah aktif Desa 38 34 38
(mandiri)

101
11 Jumlah desa Desa 88 88 88
12 Jumlah kecamatan sehat Kec. 12 12 12
13 Jumlah desa STBM semua pilar desa 20 20 25
Sumber data: Dinas Kesehatan
Kabupaten Kulon Progo, 2021
Sumber data: Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, 2021

Terjadi peningkatan status gizi masyarakat, ditunjukkan oleh penurunan

jumlah balita stunting dan balita di bawah garis merah, serta peningkatan bayi yang

menerima ASI eksklusif. Terjadi peningkatan jumlah balita kurus dan ibu hamil

dengan anemia. Upaya mengurangi angka stunting meliputi:

• Intervensi gizi langsung pada balita stunting

• Optimalisasi Posyandu dan PAUD

• Peningkatan cakupan air bersih

• Penyediaan sanitasi yang memadai,

• dan promosi perilaku hidup bersih dan sehat.

Langkah untuk mengurangi anemia pada ibu hamil dan meningkatkan ASI eksklusif

perlu pemantauan minum tablet Fe (zat besi) oleh ibu hamil serta inovasi untuk

meningkatkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi.

Desa siaga adalah konsep yang mengindikasikan bahwa warga di suatu daerah

memiliki kesiapan dalam hal sumber daya, kemampuan, dan niat untuk secara

mandiri mencegah serta mengatasi isu-isu kesehatan, bencana, dan keadaan darurat

kesehatan. Ini sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006. Syarat-syarat menjadi desa siaga termasuk

adanya satu bidan tetap di desa, setidaknya dua kader desa, dan setidaknya satu pos

kesehatan desa (poskesdes) dengan perlengkapan yang memadai.

Desa siaga aktif memiliki empat tahapan (strata), yaitu pratama, madya,

purnama, serta mandiri. Klasifikasi tahapan tersebut berdasarkan pada indikator

desa/kelurahan siaga aktif dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.

102
Tabel 2. 3
Tahapan Desa Siaga Aktif
Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri
Forum Ada, tetapi Berjalan, Berjalan Berjalan
desa/kelurahan belum tetapi belum setiap setiap bulan
berjalan rutin setiap triwulan
triwulan
KPM/Kader Sudah ada sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
Kesehatan minimal 2 orang orang orang atau
orang lebih
Kemudahan Ya Ya Ya Ya
akses
pelayanan
kesehatan
Posyandu dan Posyandu ya, Posyandu dan Posyandu dan Posyandu
UKBM lainnya UKBM lainnya 2 UKBM 3 UKBM dan 4 UKBM
aktif tidak aktif lainnya aktif lainnya aktif lainnya aktif
Dukungan dana Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada
untuk kegiatan dana dari dana dari dana dari dana dari
kesehatan di pemerintah pemerintah pemerintah pemerintah
desa/kelurahan desa/keluraha desa/keluraha desa/keluraha desa
n serta belum n serta 1 n serta 2 /kelurahan 2
ada sumber sumber dana sumber dana sumber dana
dana lainnya lainnya lainnya lainnya
Peran serta Ada peran Ada peran Ada peran Ada peran
masyarakat dan aktif aktif aktif aktif
organisasi masyarakat masyarakat masyarakat masyarakat
kemasyarakata dan tidak ada dan peran dan peran dan peran
n peran aktif aktif 1 ormas aktif 2 ormas aktif lebih
ormas dari 2 ormas
Peraturan Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
kepala desa direalisasikan direalisasikan direalisasika
atau peraturan n
bupati/walikota
Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
PHBS di rumah PHBS kurang PHBS minimal PHBS minimal PHBS
tangga dari 20% 20% rumah 40% rumah minimal
rumah tangga tangga yang tangga yang 70% rumah
yang ada ada ada tangga yang
ada
Sumber: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1529/MENKES/SK/X/2010

103
Kabupaten Kulon Progo memiliki 38 desa siaga aktif mandiri namun beberapa desa

belum memenuhi kriteria desa siaga aktif karena kurangnya aktivitas forum desa

siaga dan dokumentasi data yang baik, sehingga pemantauan dan evaluasi perlu

ditingkatkan. Seluruh kecamatan di Kabupaten Kulon Progo sudah termasuk dalam

kategori Kecamatan Sehat. Terdapat 25 desa yang memenuhi kriteria Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM).

Tingkat capaian kinerja Pencegahan dan Pengendalian Penyakit adalah sebagai

berikut:

Indikator Jumlah
No. Satuan
Outcome 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Angka Per 18,833 6,248 2,907 1,117 3,613
1 kejadian 100.000
malaria penduduk
Angka Kasus 84 28 13 5 16
2 kasus
malaria
Jumlah Jiwa 446.028 448.114 447.246 447.506 442.838
3
Penduduk
Prevalensi % 0,00673 0,0118 0,0065 0,0058 0,00248
4
HIV/AIDS
Jumlah Kasus 30 53 29 26 11
5 pasien
HIV/AIDS
Jumlah Kasus 79 86 194 316 213
Penderita
6 Demam
Berdarah
Dengue
Jumlah Kasus 9.101 7.203 7.914 4.768 2028
7 Penderita
Diare
Jumlah Kasus 148 254 311 247 205
8 Penderita
TB
Jumlah Kasus 1.310 1.708 858 22,351 12,354
Penderita
Infeksi
9
Saluran
Pernafasan
Akut

104
2.3.2.3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1. Pekerjaan Umum

A. Jalan dan Jembatan

Kewenangan penyelenggaraan jalan oleh pemerintah diamanatkan

melalui UU Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan. Kewenangan pemerintah

kabupaten dalam penyelenggaraan jalan berdasarkan Undang-Undang

tersebut yaitu penyelenggaraan jalan kabupaten. Dalam rangka

menindaklanjuti kewenangan penyelenggaraan jalan kabupaten tersebut,

pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah menerbitkan Surat Keputusan

Bupati Nomor : 331/A/2015 tentang Ruas Jalan yang Menjadi Kewenangan

Kabupaten yang telah dirubah dengan Surat Keputusan Bupati Nomor:

408/A/2017. Ruas jalan yang menjadi kewenangan Kabupaten adalah ruas

jalan yang berfungsi sebagai Jalan Lokal Primer, dimana Jalan Lokal Primer

tersebut terbagi dalam 2 (dua) bagian yaitu Jalan Lokal Primer I dan Jalan Lokal

Primer II. Jalan Lokal Primer I merupakan jalan yang menghubungkan ibukota

kabupaten dengan ibukota kapanewon, ibukota kabupaten dengan pusat

kalurahan, antar ibukota kapanewon, dan ibukota kapanewon dengan

kalurahan, sedangkan Jalan Lokal Primer II merupakan jalan yang

menghubungkan antar kalurahan. Berdasarkan Keputusan Bupati Nomor :

408/A/2017 tentang Penetapan Status Ruas Jalan Kewenangan Kabupaten,

panjang total jalan Lokal Primer I di Kabupaten Kulon Progo adalah 636,025

km, sedangkan panjang total Jalan Lokal Primer II adalah 672,620 km. Dengan

perubahan Keputusan Bupati dari Keputusan Bupati Nomor 331/A/2015

menjadi Keputusan Bupati Nomor 408/A/2017 maka panjang Jalan Kabupaten

berkurang. Berkurangnya panjang jalan tersebut dikarenakan beberapa ruas

jalan yang semula merupakan Jalan Kabupaten turun kelas menjadi Jalan

Lingkungan. Realisasi penyelenggaraan jalan oleh Pemerintah Kabupaten

Kulon Progo pada tahun 2016 – 2020 berdasarkan Keputusan Bupati Nomor :

105
408/A/2017 tentang Penetapan Status Ruas Jalan Kewenangan Kabupaten

adalah sebagai berikut :

Kondisi Jalan Kabupaten di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

Kondisi
No Status Jalan Rusak Rusak Total
Baik Sedang
Ringan Berat
Km 495,67 70,91 67,23 13,99 647,8
LK I
% 76,52 10,95 10,37 2,16 100
Tahun Km 895,5 357,6 68,42 33,46 1354,98
1 LK II
2015 % 66,09 26,39 5,05 2,47 100,00
Total LK I Km 1391,17 428,51 135,65 47,45 2002,78
dan LK II % 71,305 18,67 7,71 2,315 100
Km 518,23 63,39 59,71 6,47 647,8
LK I
% 80 9,78 9,22 1 100
Tahun Km 901,25 360,6 62,67 30,46 1354,98
2 LK II
2016 % 66,51 26,16 5,07 2,25 99,99
Total LK I Km 1419,48 423,99 122,38 36,93 2002,78
dan LK II % 73255 17,97 7145 1625 100
Km 460,94 43,63 111,34 31,9 647,8
LK I
% 71,15 6,74 17,19 4,92 100
Tahun Km 1058,9 235,3 40,9 19,88 1354,98
3 LK II
2017 % 78,15 17,37 3,02 1,47 100
Total LK I Km 1519,84 278,93 152,24 51,77 2002,78
dan LK II % 74,65 12,05 ιο, ιο 3,19 100
Km 312,91 138815 100,46 83,79 636025
LK I
% 49,2 21,8 15,79 13,17 100
Tahun Km 206,48 216,08 101,13 148,93 672,62
4 LK II
2018 % 30,7 32,13 15,04 22,14 100
Total LK I Km 519,39 354895 201,58 232,72 1308645
dan LK II % 39,68 27,11 15,40 17,78 100
Km 345,05 136,11 85,635 69,23 636,025
LK I
% 54,25 21,4 13,46 10,88 100
Tahun Km 242,215 208,85 90,05 131,525 672,62
5 LK II
2019 % 36,01 31,05 13,39 19,55 100
Total LK I Km 587,265 344,94 175,685 200,755 1,308,645
dan LK II % 44,88 26,36 13,42 15,34 100
Km 297,312 147,522 102,378 88,813 636,025
LK I
% 46,75 23,19 16,1 13,96 100
Tahun Km 216,907 243,068 78,681 133,964 672,62
6 LK II
2020 % 32,25 36,14 11,7 19,92 100
Total LK I Km 514,219 390,59 181,059 222,777 1,308,645
dan LK II % 39,294 29,847 13,836 17,023 100
7 LK I Km 300,012 152,022 101,178 82,813 636,025

106
Kondisi
No Status Jalan Rusak Rusak Total
Baik Sedang
Ringan Berat
% 47,17 23,90 15,91 13,02 100
Km 240,907 249,368 60,101 122,244 672,62
Tahun LK II
% 35,82 37,07 8,94 18,17 100
2021
Total LK I Km 540,919 401,39 161,,279 205,057 1,308,645
dan LK II % 41,33 30,67 12,32 15,67 100
Km 302,642 150,331 100,235 82,818 636,025
LK I
% 47,58 23,64 15,76 13,02 100
Tahun Km 248,497 249,898 69,765 104,461 672,62
8 LK II
2022 % 36,94 37,15 10,37 15,53 100
Total LK I Km 551,139 400,229 170 187,279 1,308,645
dan LK II % 42,12 30,58 12,99 14,31 100

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa dari tahun 2016

sampai dengan Tahun 2017 terjadi peningkatan kondisi jalan dalam keadaan

mantap (kondisi baik dan sedang) di jalan kabupaten total lokal primer I dan II.

Lalu terjadi penurunan pada tahun 2018 dan peningkatan pada tahun 2019.

Pada Tahun 2020, terjadi penurunan kualitas jalan yang cukup signifikan

dikarenakan adanya refokusing kegiatan untuk penganggulangan Pandemi

Covid-19. Penurunan ini terjadi khususnya pada jalan Lokal Primer I yang

mengalami penurunan lebih besar daripada jalan Lokal Primer II. Tahun 2021

seiring dengan peningkatan alokasi untuk pemeliharaan jalan, kondisi jalan

kabupaten terjadi peningkatan kualitas. Peningkatan kualitas jalan di

Kabupaten Kulon Progo disebabkan beberapa faktor, antara lain : Efektifitas

dari program dan kegiatan pada Bidang Bina Marga DPUPKP sehingga dengan

dukungan anggaran yang ada baik yang bersumber dari APBD maupun non

APBD dapat meningkatkan kondisi jalan di Kabupaten Kulon Progo. Melihat

faktor-faktor tersebut di atas dapat dikatakan bahwa ada laju peningkatan

kualitas jalan kabupaten di Kulon Progo.

Dalam rangka pencapaian prioritas dan sasaran pembangunan daerah

terkait pengembangan wilayah maka untuk peningkatan dan pemeliharaan

107
berkala jalan kabupaten berupaya meraih dana dari APBD DIY, Dana

Keistimewaan dan APBN (Anggaran Dana Alokasi Khusus). Selain Jalan Lokal

Primer I dan Lokal Primer II, di Kabupaten Kulon Progo juga terbentang Jalan

Nasional sepanjang 28,32 km dengan kondisi baik 15,79 (86,31%) dan kondisi

sedang 11,6 km (8,12%). Jalan Provinsi sepanjang 175,140 km kondisi baik

104,95 km (59,92%), kondisi sedang 34,25 km (19,55%). Kondisi jalan

berdasarkan status jalan dapat dilihat di Tabel berikut ini.

Kondisi Jalan Nasional dan Jalan Provinsi di Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2022

Kondisi
No Status Jalan Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
Total Jalan
km % km % Km % Km %
1 Nasional 16,38 57,84 11,54 40,75 6,4 1,41 - - 28,32
2 Provinsi 81,89 46,76 37,27 21,28 38,23 21,83 17,75 10,13 175,14

Kondisi jalan negara maupun jalan provinsi yang ada di Kabupaten

Kulon Progo juga mengalami peningkatan kualitas pada Tahun 2020. Terjadi

peningkatan kualitas Jalan Negara kondisi menjadi 100% pada Tahun 2020.

Untuk Jalan Provinsi : dari 73.63% pada Tahun 2018 menjadi 77.33% pada

Tahun 2019 dan meningkat menjadi 79,47 pada Tahun 2020. Jalan kondisi

mantap merupakan penjumlahan dari kondisi baik dan kondisi sedang. Jumlah

jembatan pada tahun 2019 sebanyak 442 buah, meliputi 21 buah Jembatan

Nasional, 77 buah Jembatan Provinsi dan Jembatan Kabupaten sebanyak 362

buah. Rincian kondisi jembatan secara detail berdasarkan status jembatan

diperlihatkan pada tabel berikut

Kondisi Jembatan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

108
Kondisi
Status
No Satuan
Jembatan Rusak Rusak Rusak Total
Baik
Ringan sedang berat Jembatan
1 Nasional unit 7 - - - 7
2 Provinsi unit 49 20 - 8 77
3 Kabupaten unit 30 105 21 - 156

Pengembangan akses jalan dan jembatan merupakan dukungan untuk

pengembangan wilayah dan mendorong tumbuh kembangnya perekonomian

wilayah. Kondisi jalan dan jembatan di Kabupaten Kulon Progo masih perlu

untuk terus ditingkatkan terutama untuk akses pada pusat pusat pertumbuhan

seperti di sekitar Bandara YIA, pada kawasan peruntukan industri, kawasan

dengan potensi pariwisata, dan juga perlu untuk memperbaiki akses jalan di

wilayah pedesaan maupun pegunungan.

B. Sarana Irigasi

Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan

pertanian. Upaya tersebut terutama menyangkut pembuatan sarana dan

prasarana untuk membagi-bagikan air ke sawah-sawah secara teratur dan

membuang air kelebihan yang tidak diperlukan lagi untuk memenuhi tujuan

pertanian. Untuk mencapai irigasi yang baik diperlukan sarana dan prasarana

penunjang seperti jaringan irigasi berupa saluran, bangunan utama, dan

bangunan pelengkap merupakan satu kesatuan yang berfungsi sebagai

penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan dan pembuangannya

termasuk kegiatan membuka pintu bangunan irigasi, menyusun rencana tata

tanam, menyusun sistem golongan, menyusun rencana, melaksanakan

kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau, dan mengevaluasi.

Prasarana sumberdaya air adalah bangunan air beserta bangunan lain yang

menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun

tidak langsung. Salah satu dari prasarana tersebut didalamnya termasuk

109
bangunan irigasi. Secara garis besar jaringan irigasi mencakup 5 macam

bangunan irigasi yaitu : (i) Bangunan pengambilan (intake), (ii) Bangunan

pembawa (saluran), (iii) Bangunan bagi dan sadap, (iv) Bangunan pengaturan

dan pengukuran debit, (v) Bangunan pelindung dan pelengkap.

Sarana irigasi di Kabupaten Kulon Progo merupakan infrastruktur yang

vital dalam menopang pertumbuhan dan perekonomian wilayah. Sebab,

dalam struktur perekonomian wilayah, pertanian secara umum masih

merupakan sektor dominan yang dilakukan masyarakat secara luas.

Infrastruktur irigasi di Kabupaten Kulon Progo terbagi dalam 3 daerah irigasi

berdasar kewenangan yaitu pusat, provinsi dan kabupaten. Sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, maka

kewenangan Pemerintah Kabupaten adalah Daerah Irigasi yang luas

oncorannya di bawah 1.000 ha (DI Kecil). Hal ini telah diatur dalam Kepmen

PU No. 293/KPTS/M/2014 Tentang Penetapan Status Daerah Irigasi Yang

Pengelolaannya Menjadi Wewenang Dan Tanggung Jawab Pemerintah,

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota dengan kondisi sebagai berikut:

Kondisi Jaringan Irigasi menurut Daerah Irigasi dan Kewenangan di

Kabupaten Kulon Progo Tahun

110
No. Nama Daerah Luas Kewenangan
Irigasi (D.I) (Ha)

2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022 2020 2021 2022

% meter % meter % meter % meter % meter % meter % meter % meter % meter % meter % meter % meter

I. D.l. 7152 70 51624 70 51624 70 51,624 20 14750 20 1475 20 14750 1 7375 10 7375 10 7375 0 0 0 0 0 Pusat
KALIBAWANG 0 0

SYSTEM

II. D.l. SAPON 19000 80 52523 80 52523 80 52523 5 3283 5 3283 5 3283 1 6565 10 6565 10 6565 5,0 3283 5 3283 5 3283 Provinsi
0
III. D.l. KECIL

1 Balong V 7 47 627 47 627 47 627 20 267 20 267 20 267 1 134 10 134 10 134 23, 309 23 309 23 309 Kabupaten
0

2 Banaran 3 62 800 62 800 71 927 22 285 22 285 14 185 1 140 11 140 12 158 5,77 75 6 75 2 30 Kabupaten
1

3 Banjaran 17 72 2365 72 2365 78 2564 10 330 10 330 10 330 5 165 5 165 5 165 13,3 440 13 440 7 241 Kabupaten

4 Belik 11 4 70 420 70 420 70 420 15 90 15 90 15 90 7 42 7 42 7 42 8,00 48 8 48 8 48 Kabupaten

5 B090r 15 66 1869 66 1869 45 1284 25 711 25 711 27 761 3 85 3 85 11 302 6,23 177 6 177 17 495 Kabupaten

6 Borongaren 8 65 1712 68 1787 68 1787 15 395 13 355 13 355 1 263 9 243 9 243 9,99 263 9 248 9 248 Kabupaten
0

7 Brangkalan 21 79 1928 79 1928 45 1103 3 73 3 73 12 298 3 73 3 73 15 363 ,00 366 15 366 28 676 Kabupaten

8 ikli 36 93 3597 93 3597 93 3597 4 155 4 155 4 155 3 117 3 117 3 117 ,44 17 0 17 0 17 Kabupaten

9 langkring 4 65 1568 65 1568 65 1568 10 240 10 240 10 240 1 240 10 240 10 240 14,5 349 15 349 15 349 Kabupaten
0

10 Clumprit 5 97 1455 97 1455 97 1455 2 30 2 30 2 30 2 15 2 15 2 15 - 0 0 0 0 0 Kabupaten

111
11 Dasnganten 30 55 550 55 550 55 550 10 100 10 100 10 100 1 150 15 150 15 150 20,0 200 20 200 20 200 Kabupaten
5

12 Dukuh 8 71 1060 71 1060 71 1060 10 150 10 150 10 150 5 75 5 75 5 75 4,33 215 14 215 14 215 Kabupaten

13 Dungdekem 8 63 1098 63 1098 63 1098 15 263 15 263 15 263 1 175 10 175 10 175 12,2 215 12 215 12 215 Kabupaten
0

14 Duren/Mudal 26 69 1480 69 1480 35 755 11 227 11 227 15 317 8 172 8 17.2 8 38.2 1,95 255 12 255 32 680 Kabupaten

15 Gegunung 7 79 1269 75 1195 75 1195 9 150 9 140 9 140 9 145 9 180 9 180 2,25 36 5 85 5 85 Kabupaten

16 Gemalang 11 61 819 61 819 61 819 20 267 20 267 20 267 5 67 5 67 5 67 13,7 184 14 184 14 184 Kabupaten

17 Grembul 6 75 1569 75 1569 34 699 13 279 13 279 21 429 4 83 4 83 4 283 7,21 150 7 150 32 670 Kabupaten

18 Jambeaji 30 67 1047 67 1047 67 1047 10 156 10 156 10 156 1 156 10 156 10 156 12,8 201 13 201 13 201 Kabupaten
0

19 Jati 6 71 1610 71 1610 71 1610 15 338 15 338 15 338 5 113 5 113 5 113 8,48 191 8 191 8 191 Kabupaten

20 Jetis 8 73 1320 73 1320 73 1320 10 180 10 180 10 180 5 90 5 90 5 90 11,6 210 12 210 12 210 Kabupaten

21 Jurug 59 70 3861 70 3861 62 3386 10 548 10 548 10 573 7 374 7 374 7 424 12,7 698 13 698 20 1098 Kabupaten

22 Kanjangan 37 52 3783 52 3830 54 3992 33 2384 33 2404 28 2059 6 466 6 441 7 486 ,46 693 9 651 11 789 Kabupaten

23 Karang/Togor 12 68 1564 68 1564 68 1564 10 230 10 230 10 230 2 46 2 46 2 46 20 460 20 460 20 460 Kabupaten

24 Kayangan 198 66 3454 66 3454 44 3399 0 0 2 154 0 0 33 2551 34 1746 34 1746 22 1702 Kabupaten

25 Kebonharjo 24 58 1129 59 1139 59 1139 12 234 12 239 12 239 2 39 4 69 4 69 28 545 26 500 26 500 Kabupaten

112
26 Kedung Bathang 5 39 546 39 546 39 546 6 84 6 84 6 84 5 70 5 70 5 70 50 700 50 700 50 700 Kabupaten

27 Kedung Bisu 5 60 540 60 540 60 540 4 36 4 36 4 36 6 54 6 54 6 54 30 270 30 270 30 270 Kabupaten

28 Kedung Kobong 5 66 726 66 726 66 726 2 22 2 22 2 22 2 22 2 22 2 22 30 330 30 330 30 330 Kabupaten

29 Kedung Mojing 4 60 600 60 600 60 600 3 30 3 30 3 30 7 70 7 70 7 70 30 300 30 300 30 300 Kabupaten

30 Kembangmalang 4 62 679 62 679 62 679 9 96 9 96 9 96 1 110 10 110 10 110 20 215 20 215 20 215 Kabupaten
0

31 Klampok 3 75 1850 75 1850 75 1850 10 247 10 247 10 247 5 123 5 123 5 123 10 247 10 247 10 247 Kabupaten

32 Kluwihan 8 75 1372 75 1372 75 1372 20 368 20 368 20 368 5 92 5 92 5 92 0 9 0 9 0 9 Kabupaten

33 Mejing 6 60 720 60 725 46 550 20 240 20 240 17 205 1 120 12 140 11 135 10 120 8 95 26 310 Kabupaten
0

34 Melar 30 69 1599 69 1599 50 1149 4 93 4 93 9 208 4 93 4 93 14 328 23 533 23 533 27 633 Kabupaten

35 Ngobarab (3bd) 30 49 1184 59 1429 59 1429 16 386 16 396 16 396 8 194 9 209 9 209 27 641 15 371 15 371 Kabupaten

36 Niten 125 88 3717 88 3717 88 3717 4 176 4 176 4 176 6 273 6 273 6 273 1 47 1 47 1 47 Kabupaten

37 Nyemani 15 75 2017 75 2017 75 2017 10 269 10 269 10 269 5 134 5 134 5 134 10 269 10 269 10 269 Kabupaten

38 Pandan 7 46 578 46 578 36 453 24 300 24 300 25 315 1 135 11 135 11 140 19 238 19 238 27 343 Kabupaten
1

39 Penggung 32 67 3025 67 3025 67 3025 5 225 5 225 5 225 5 225 5 225 5 225 23 1025 23 1025 23 1025 Kabupaten

40 Pengkol 34 61 1735 61 1735 68 1945 10 285 10 285 11 320 5 142 5 142 6 157 24 684 24 684 15 424 Kabupaten

113
41 Pereng 7 70 2652 70 2652 70 2652 10 379 10 379 10 379 5 189 5 189 5 189 15 568 15 568 15 568 Kabupaten

42 Pleien 74 60 4219 65 4573 68 4763 20 1406 17 1206 16 1156 1 703 10 728 10 703 10 704 7 525 6 410 Kabupaten
0

43 Promasan 5 80 1635 80 1635 73 1500 5 103 5 103 5 105 5 103 5 103 6 113 10 210 10 210 16 333 Kabupaten

44 arigono 30 65 2594 65 2594 65 2594 2 80 2 80 2 80 2 80 2 80 2 80 31 1237 31 1237 31 1237 Kabupaten

45 arimulyo 4 45 1064 45 1064 45 1064 4 95 4 95 4 95 8 179 8 179 8 179 44 1038 44 1038 44 1038 Kabupaten

46 ecang/Ngancar 9 54 863 54 863 54 863 2 32 2 32 2 32 3 48 3 48 3 48 41 642 41 642 41 642 Kabupaten

47 eprati 6 78 1940 78 1940 78 1940 5 125 5 125 5 125 5 125 5 125 5 125 12 310 12 310 12 310 Kabupaten

48 iliran 8 95 265 95 265 95 265 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 15 5 15 5 15 Kabupaten

49 Singogoweng 25 73 3042 73 3042 77 3222 10 419 10 419 10 433 7 289 7 289 6 264 10 438 10 438 6 269 Kabupaten

50 Soka 8 60 716 60 716 76 905 20 239 20 239 7 89 1 119 10 119 4 49 10 119 10 119 13 150 Kabupaten
0

51 Sumitro 98 62 4995 62 4995 62 4995 9 758 9 758 9 758 1 808 10 808 10 808 19 1521 19 1521 19 1521 Kabupaten
0

52 Tulangan 15 51 1900 51 1900 39 1475 11 413 11 413 13 488 6 225 6 225 11 415 32 1213 32 1213 37 1373 Kabupaten

53 Wadas 20 70 2064 70 2064 70 2064 10 295 10 295 10 295 5 147 5 147 5 147 15 442 15 442 15 442 Kabupaten

54 Balong 11 35 560 35 560 54 860 10 160 10 160 10 160 5 80 5 80 5 80 50 800 50 800 31 500 Kabupaten

55 Bancik 6 69 550 69 550 69 550 10 80 10 80 10 80 5 40 5 40 5 40 16 130 16 130 16 130 Kabupaten

114
56 Belik 7 61 621 61 621 61 621 10 103 10 103 10 103 1 154 15 154 15 154 14 148 14 148 14 148 Kabupaten
5

57 Besole 6 86 690 86 690 86 690 4 30 4 30 4 30 1 80 10 80 10 80 0 0 0 0 0 0 Kabupaten


0

58 Bimo 5 83 660 83 660 83 660 10 80 10 80 10 80 5 40 5 40 5 40 3 20 3 20 3 20 Kabupaten

59 Blekok 8 40 477 40 477 40 477 25 295 25 295 25 295 5 60 5 60 5 60 31 368 31 368 31 368 Kabupaten

60 Blimbing 4 41 245 41 245 41 245 15 90 15 90 15 90 1 60 10 60 10 60 34 205 34 205 34 205 Kabupaten


0

61 Cikal 5 63 505 63 505 63 505 15 120 15 120 15 120 5 40 5 40 5 40 17 135 17 135 17 135 Kabupaten

62 D. Cengkek 4 30 225 38 285 38 285 25 188 25 188 25 188 1 113 20 148 20 148 30 225 17 130 17 130 Kabupaten
5

63 Dersono 5 77 845 77 845 77 845 10 105 10 105 10 105 1 105 10 105 10 105 4 45 4 45 4 45 Kabupaten
0

64 Dhung Winong 10 65 845 65 845 65 845 10 130 10 130 10 130 1 130 10 130 10 130 15 195 15 195 15 195 Kabupaten
0

65 Dlimas 5 71 570 76 610 81 645 5 40 5 40 6 50 1 80 11 90 12 95 14 110 8 60 1 10 Kabupaten


0

66 Dung Biru 10 63 1008 63 1008 63 1008 10 160 10 160 10 160 1 160 10 160 10 160 17 272 17 272 17 272 Kabupaten
0

67 Dung Bulu 8 56 645 56 645 79 910 10 115 10 115 3 40 1 165 14 165 10 115 20 225 20 225 7 85 Kabupaten
4

68 Dung Cin kok 21 40 1080 40 1080 58 1555 20 540 20 540 21 560 5 135 5 135 5 140 35 945 35 945 16 445 Kabupaten

69 Dung Wutah 7 48 529 48 529 48 529 18 195 18 195 18 195 1 110 10 110 10 110 24 266 24 266 24 266 Kabupaten
0

70 Dungpucung 10 55 770 55 770 55 770 5 70 5 70 5 70 1 210 15 210 15 210 25 350 25 350 25 350 Kabupaten
5

115
71 Dungsalak 5 61 485 61 485 72 575 10 80 10 80 16 125 5 40 5 40 9 70 24 195 24 195 4 30 Kabupaten

72 Dungsono 10 34 509 34 509 34 509 24 355 24 355 24 355 1 225 15 225 15 225 27 411 27 411 27 411 Kabupaten
5

73 Gimong 8 30 360 30 360 30 360 25 300 25 300 25 300 5 60 5 60 5 60 40 480 40 480 40 480 Kabupaten

74 Jangkang 5 59 563 59 563 59 563 13 124 13 124 13 124 5 48 5 48 5 48 23 217 23 217 23 217 Kabupaten

75 Jarakan 270 52 470 52 470 52 135 15 135 15 135 15 5 45 5 45 5 45 27,78 250 28 250 28 250 Kabupaten

76 Kali Ngiw o 21 1365 65 1365 65 1365 65 315 15 315 15 315 15 1 210 10 210 10 210 10,00 210 10 210 10 210 Kabupaten
0

77 Kembang 10 480 40 480 40 480 40 180 15 180 15 180 15 5 60 5 60 5 60 40,00 480 40 480 40 480 Kabupaten

78 Kembang 8 360 40 360 40 360 40 180 20 180 20 180 20 5 45 5 45 5 45 35,00 315 35 315 35 315 Kabupaten

79 Kleben 6 820 55 990 55 990 65 310 17 310 17 310 13 8 140 8 140 9 165 20,00 360 20 360 13 237 Kabupaten

80 Ngroto 17 564 30 564 30 564 30 475 25 475 25 475 25 1 190 10 190 10 190 35,32 671 35 671 35 671 Kabupaten
0

81 Pengason 12 660 44 660 44 660 44 300 20 300 20 300 20 5 75 5 75 5 75 31,00 465 31 465 31 465 Kabupaten

82 Sebalong 5 150 20 150 20 150 20 150 20 150 20 150 20 1 75 10 75 10 75 50,00 375 50 375 50 375 Kabupaten
0

83 Sendat 5 570 52 495 52 495 52 95 10 95 10 95 10 1 143 15 143 15 143 22,92 218 23 218 23 218 Kabupaten
5

84 Separang 15 720 40 720 40 720 40 270 15 270 15 270 15 1 180 10 180 10 180 35,00 630 35 630 35 630 Kabupaten
0

85 Sinogo 25 941 61 791 61 791 61 156 12 156 12 156 12 1 130 10 130 10 130 17,15 223 17 223 17 223 Kabupaten
0

116
86 Sriten 5 256 37 256 37 256 37 55 8 55 8 55 8 1 120 17 120 17 120 38,43 269 38 269 38 269 Kabupaten
7

87 Tlogo 5 135 19 135 19 135 19 140 20 140 20 140 20 1 120 17 120 17 120 43,57 305 44 305 44 305 Kabupaten
7

88 Wareng 7 565 51 565 51 565 51 240 22 240 22 240 22 8 85 8 85 8 85 19,09 210 19 210 19 210 Kabupaten

89 Watu Payung 11 525 35 525 35 525 48 300 20 300 20 300 20 5 75 5 75 5 75 40,00 600 40 600 27 400 Kabupaten

90 Wiyu Banyu 4 630 70 630 70 630 70 90 10 90 10 90 10 1 90 10 90 10 90 10,00 90 10 90 10 90 Kabupaten


0

91 A un /Tawan 10 100 4569 100 4569 100 4,569 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kabupaten

92 Kamal Kiri 45 75 1575 75 1575 100 640 5 105 5 105 4 205 2 420 20 420 4 220 0 0 0 1 55 Kabupaten
0

93 Kamal Kanan 25 100 1030 100 2923 91 4,543 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Kabupaten

Jumlah D.I Kecil 1.928 61 119863 61 122518 60,7 121,153 12 22139 12 2192 12,03 22,219 7 12635 7 1276 8,23 16,48 20 3354 19 32869 19,03 33,459
2 4 0 6 1

Kab + Prov +Pus 10.98 63 224010 63 226665 62,4 225300 12 40172 12 3995 12,21 40,252 8 26575 8 2670 8,43 30,42 20 3682 19 36152 19,04 36,742
8 7 0 6 4

117
Kondisi saluran irigasi di bawah kewenangan Pusat kurun waktu

2016-2020 sebagian besar dalam kondisi baik dengan kondisi pada tahun

2020 sebesar 70% dalam kondisi baik sejak tahun 2016 dan tidak terdapat

kondisi rusak berat. Sedangkan pada daerah irigasi kewenangan kabupaten

pada tahun 2020 sebanyak 61,08% dalam kondisi baik. Kondisi baik

cenderung meningkat pada periode 2016-2020. Penurunan kondisi rusak

sedang hanya terjadi pada kisaran angka 1% sedangkan kondisi rusak ringan

relatif tetap pada angka 7%. Kondisi saluran irigasi di bawah kewenangan

pemerintah provinsi kondisinya relatif baik pada angka 80% dengan kondisi

baik. Dalam kurun tahufn 2016-2020 kondisi rusak sedang 5%, rusak ringan

10% dan rusak berat 5% berlangsung sama.

Salah satu unsur penting dalam pengelolaan irigasi adalah

pengelolaan yang dilakukan secara kontinyu. Pengelolaan secara kontinyu

merupakan opersai dan pemeliharaan (O&P) jaringan irigasi agar fungsi irigasi

dapat berlangsung dengan baik. Salah satu upaya ddalam mengoptimalkan

kegiatan O & P dengan penunjangan infrastruktur irigasi yang mencukupi.

Namun demikian pada kenyataannya masih terdapat permasalah dalam hal

infrastruktur irigasi antara lain:

1. Data jaringan irigasi pada saat ini kurang up to date dan belum mencakup

seluruh wilayah daerah irigasi berdasar kewenangan.

2. Penyebaran penyimpanan data pada umumnya tidak tersimpan dalam

satu kesatuan sehingga menyulitkan dalam akses dan updating.

3. Satuan ukuran data baik data kualitatif maupun data peta umumnya

berbeda sehingga perlu upaya standarisasi atau pembakuan.

4. Ketersediaan SDM dan dana untuk pengelolaan irigasi yang masih

terbatas.

118
Dengan adanya empat keterbatasan tersebut, penyebabkan

pengelolaan irigasi dapat menjadi kurang optimal. Selain infrastruktur irigasi

yang banyak mengalami kerusakan di Kabupaten Kulon Progo masih banyak

potensi air baku yang belum dimanfaatkan secara optimal. Selain Waduk

Sermo tercatat sebanyak 22 (dua puluh dua) embung yang dibangun di

Kabupaten Kulon Progo yang dimanfaatkan sebagai air baku, irigasi dan

konservasi sebagaimana tabel berikut

Data Embung di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

Pemeliharaan/pera
Sumber Sumber
Pemanfaatan watan/penanggungj
mata air Pendanaan
Nama Kapasit (pengairan, awaban/penanggun
No Lokasi (sungai, Pembangunan Keterangan
Embung as (m3) konservasi, gjawab (ada
mata air, air (APBN, APBD
wisata) tenagaTHL/Kalurah
hujan) DIY, APBD KP)
an/ warga)
Konservasi,
Dusun Girinyono,
perikanan,
Embung Kalurahan APBD DIY Th
1 18.655 Sungai irigasi, Kalurahan
Błubuk Sendangsari, 2015
pariwisata an
Kap. Pengasih
air baku
Dusum
Girinyono, Konservasi,
Embung APBD KP Th
2 Kalurahan 6 Sungai Irigasi dan air THL
Bogor 2015
Sendangsari, baku
Kap. Pengasih
Konservasi,
Dusun Batur,
perikanan,
Kalurahan
3 Embung Batur 8.9 Sungai APBD DIY 2016 irigasi, THL
Sendangsari,
pariwisata an
Kap. Pengasih
air baku
Kalurahan
Embung APBD DIY Th Konservasi
4 Kalirejo, Kap. 6.17 Sungai P3A
Kalibuko 2015 dan air baku
Kokap
Dusun Paingan,
Embung Kalurahan Konservasi
5 6 Sungai P3A
Kayangan Sendangsari, Kap dan air baku
Pengasih
Kalurahan
Embung
6 Giripurwo, Kap. 3.5 Sungai APBN Th 2008 Konservasi Kalurahan
Kedungromo
Girimulyo
Kalurahan
Embung
7 Hargorejo, Kap. 4 Air Hujan APBN Th 2013 Konservasi Kalurahan
Penggung
Kokap
Kalurahan
Embung
8 Hargomulyo, 35 Air Hujan APBN Th 2004 Konservasi Kalurahan
Tangkisan 1
Kap. Kokap
Kalurahan
Embung
9 Hargomulyo, 7.5 Air Hujan APBN Th 2004 Konservasi Kalurahan
Tangkisan 11
Kap. Kokap
Kalurahan
Embung APBD DIY Th
10 Kalirejo, Kap. 1.5 Air Hujan Konservasi Kalurahan
Plampang 2015
Kokap

119
Dalam jangka pendek, keberadaan embung digunakan sebagai

sumber air baku baik irigasi maupun air minum, pada jangka panjang embung

dgunakan untuk menunjang keberlangsingan potensi air tanah di kawasan

sekitar emung dan bagian hilirnya. Selain itu, dapat meminimalisir potensi

erosi, banjir, dan tanah longsor dengan berkurangnya laju limpasan

permukaan (run off) air hujan. Secara ekonomi, emung juga dapat

memberikan peliang bagi masyarakat untuk membuat kegaiatan wisata,

bercocok tanam, dna budaya perikanan.

C. Rasio Jaringan Irigasi

Angka rasio dalam konteks jaringan irigasi berguna untuk

mendapatkan gambaran sektor irigasi di suatu daerah. Rasio jaringan irigasi

menggambarkan perbandingan antara total seluruh panjang saluran irigasi

di suatu kabupaten, yang mencakup wewenang dari tingkat pusat, provinsi,

kabupaten maupun kewenangan petani, terhadap luas daerah irigasi. Ada

penambahan Nama Daerah Irigasi baru dan luasnya, tapi belum masuk di

Permen, sudah diusulkan untuk perubahannya, untuk kewenangan

Kabupaten ada penambahan panjang jaringan Irigasi Daerah Irigasi kecil

sepanjang 640m di Tahun 2022, sehingga menjadi 193.316,5 m dan panjang

Jaringan keseluruhan menjadi 457.728,5 m

Panjang dan Luas Daerah Irigasi berdasar kewenangan Tahun 2022

No Kewenangan Irigasi Panjang saluran (m) Luas area (Ha)


1 Pusat 73,749 7,152
2 Provinsi 65,654 1,9
3 Kabupaten 193.316,50 1,961
4 p3A 125,009 0
Total 457.728,50 11,013

Sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, wewenang Pemerintah

120
Kabupaten merujuk pada Daerah Irigasi yang memiliki luas oncor kurang dari

1.000 Hektar (DI Kecil). Selain itu, hal ini diatur dalam Keputusan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor 293/KPTS/M/2014 tentang Penetapan Status

Daerah Irigasi yang Pengelolaannya Menjadi Wewenang dan Tanggung

Jawab Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kab/Kota. Tabel

yang diberikan mencerminkan kondisi dari area irigasi serta saluran yang

melayani wilayah tersebut. Berdasarkan aturan tersebut, wilayah irigasi

secara luas terbagi menjadi tiga kewenangan berbeda, yaitu pemerintah

pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten, sehingga wilayah-

wilayah yang dikelola oleh P3A tidak termasuk dalam pengaturan tersebut.

Seedangkan terkait saluran irigasi, acuan yang digunakan adalah Peraturan

Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi, yang menyerahkan

tanggung jawab pengelolaan jaringan saluran irigasi tingkat tiga kepada

P3A.

D. Sarana Air Bersih

Pelayanan air bersih untuk penduduk perkotaan utamanya dilakukan

oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Binangun. Sumber air yang

digunakan berasal dari beberapa sumber seperti Waduk Sermo, Clereng, Tuk

Mudal, dan Sungai Progo. Fungsi PDAM tidak hanya memenuhi kebutuhan

air bagi rumah tangga, tetapi juga melayani permintaan dari lembaga

pemerintahan, bisnis, dan sektor industri di wilayah tersebut. Setiap tahun,

jumlah pelanggan yang dilayani oleh PDAM terus meningkat, mengalami

peningkatan dari tahun 2020 yang mencapai 32.932 pelanggan. Grafik di

bawah ini menggambarkan tren pertumbuhan jumlah pelanggan yang

dilayani oleh PDAM.

Jumlah Pelanggan Air Bersih yang Dilayani oleh PDAM Tahun

2015-2022

121
350000
314316

300000

250000

200000

150000

100000

32931 35711 37576


50000 20986 22818 24649 27753

0
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

Untuk memenuhi keperluan air minum serta air bersih dalam rumah

tangga, masyarakat memanfaatkan beragam sumber air. Beberapa contoh

sumber air baku termasuk Sumur Gali, Mata Air, Waduk, dan Sungai.

Kebutuhan akan sumber air baku ini bervariasi sesuai dengan karakteristik

masyarakat yang memanfaatkannya dari berbagai sumber tersebut.

Berdasarkan jumlah keluarga yang memiliki akses terhadap pasokan air

minum, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel pemanfaatan sumber air baku

Jumlah KK
No Akses Air Baku
2018 2019 2020 2021 2022
A Perpipaan
1 Jumlah KK yang terkoneksi dengan PDAM 27753 31436 32931 35711 37576
2 Jumlah KK yang terkoneksi dengan non PDAM 8049 18797 22925 22175 24921
B Non Perpipaan Terlindungi
Jumlah KK dengan akses air minum ke Sumur
3 74110 56515 92835 84297 7487
Gali Layak
Jumlah KK dengan akses air minum
4 n.a n.a 21579 19486 17307
terlindungi Iainnya
5 Jumlah KK dengn akses air minum Isi Ulang 32 n.a n.a n.a n.a
C Non Perpipaan Tidak Terlindungi
Jumlah KK dengan akses air minum ke Sumur
6 20766 1881 n.a n.a n.a
Gali Tidak Terlindungi

122
Sebagian besar masyrakat di bagian selatan wilayah ini memperoleh

akses terhadap pasokan air bersih melalui sistem perpipaan yang disediakan

oleh PDAM dan Pamsimas. Di sisi lain, di wilayah utara, mayoritas penduduk

mendapatkan layanan pasokan air melalui sistem Spamdes yang dikelola

oleh Pamaskarta. Salah satu hambatan yang dihadapi dalam daerah ini

adalah bahwa jaringan perpipaan PDAM belum mencakup daerah-daerah di

bagian utara. Hal ini terjadi akibat topografi daerah tersebut yang berupa

dataran tinggi, sehingga biaya teknis dan operasional untuk membangun

infrastruktur jaringan perpipaan menjadi relatif tinggi. Sampai saat ini, PDAM

mengelola enam Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) sebagai berikut:

1. SPAM Clereng, yang melayani sebagian besar wilayah Wates kota dan

Temon, serta sebagian wilayah Kapanewon Panjatan, Pengasih, dan

Kokap.

2. SPAM Kalibawang, melayani Kalurahan Banjaroya dan Banjararum,

Kapanewon Kalibawang, dan Kalurahan Kembang Kapanewon

Nanggulan.

3. SPAM Lendah, melayani seluruh wilayah Kapanewon Galur dan Lendah,

mayoritas Kapanewon Panjatan, serta beberapa bagian Kapanewon

Pengasih, Sentolo, Temon, Wates, Kokap, dan Nanggulan.

4. SPAM Salamrejo, melayani Kalurahan Salamrejo, Sentolo, Sukoreno, dan

Tuksono di Kapanewon Sentolo.

5. SPAM Sentolo, melayani seluruh wilayah Kapanewon Nanggulan,

sebagian besar Kapanewon Girimulyo, Pengasih, dan Sentolo.

6. SPAM Sermo, melayani seluruh wilayah Kapanewon Kokap, sebagian

besar Kapanewon Temon, serta sebagian wilayah Kapanewon Pengasih,

Wates, Sentolo, dan Panjatan.

Pada tahun 2019, terjadi perubahan dalam cara mengumpulkan

data mengenai akses air bersih masyarakat yaitu tidak lagi menggunakan
123
baseline data KK namun menggunakan baseline data jumlah penduduk

(jiwa). Oleh karena itu, data yang tercantum dalam tabel di atas dihasilkan

melalui konversi jumlah penduduk menjadi jumlah KK, dengan asumsi

bahwa satu KK setara dengan 4 jiwa. Selain itu, pendataan pemanfaatan

sumber air baku difokuskan pada akses melalui perpipaan dan non

perpipaan. Akses melalui perpipaan dikelompokkan dalam dua kategori:

yang dilayani oleh PDAM dan yang dilayani oleh sumber perpipaan non-

PDAM, seperti jaringan Pamsimas dan Spamdes yang dikelola oleh

Pamaskarta. Sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM berasal dari

Sungai Progo, Waduk Sermo, dan mata air Clereng. Di sisi lain, sumber air

baku yang digunakan oleh jaringan perpipaan Pamsimas dan Spamdes

berasal dari berbagai mata air yang tersebar di berbagai wilayah. Pada

tahun 2019, juga dilakukan pembaruan data, sehingga data sebelum dan

setelah tahun tersebut tidak dapat dibandingkan secara linier. Meskipun

demikian, pada tahun 2020, pengumpulan data kembali dilakukan

berdasarkan jumlah KK, bukan per penduduk seperti yang dilakukan pada

tahun 2019.

Berdasarkan informasi dalam tabel di atas, pada tahun 2022

mayoritas penduduk di Kulon Progo masih memperoleh akses air bersih

melalui jaringan non perpipaan, yaitu sebesar 59,59%. Angka ini mengalami

penurunan dari angka pada tahun 2021, yang mencapai 64,83%.

Sebaliknya, akses air bersih melalui jaringan perpipaan pada tahun 2022

mencapai 40,40%, mengalami peningkatan dari angka pada tahun 2021

yang sebesar 36,16%. Hal ini menunjuukan bawha adanya peningkatan

akses melalui perpipaan dari tahun ke tahun, yang dapat diartikan sebagai

indikasi perbaikan dalam keamanan dan kualitas air. Peningkatan signifikan

dalam akses perpipaan ini secara besar-besaran berkat upaya dari PDAM

Tirta Binangun. Akses air bersih melalui jaringan perpipaan, terutama di

124
wilayah perkotaan, meningkat menjadi 24,29% pada tahun 2022,

dibandingkan dengan tahun 2021 yang mencapai 22,3%. Masyarakat juga

memperoleh akses air melalui paguyuban Pamaskarta. Pada tahun 2022,

akses ini meningkat menjadi 16,11% dibandingkan dengan tahun 2021

yang mencapai 13,85%. Angka yang tertera dalam Tabel 2.69 yang

melebihi data jumlah Kepala Keluarga mengindikasikan bahwa beberapa

rumah tangga memiliki lebih dari satu sumber air bersih. Hal ini dapat

dimengerti karena beberapa sumber air yang ada belum mampu

menyediakan pasokan air yang memadai sepanjang tahun.

Selain itu, pada tahun 2022, wilayah Kabupaten Kulon Progo telah

berhasil mencapai cakupan akses air bersih yang memadai dan

berkelanjutan sebesar 94,92%. Namun, masih terdapat 12 Kapanewon

yang belum mencapai akses air bersih yang memadai dan berkelanjutan,

yang ditandai dengan persentase di bawah 100%. Persentase terendah

tercatat di Kapanewon Samigaluh, sementara persentase tertinggi terdapat

di Kapanewon Wates. Seiring dengan perkembangan kawasan Samigaluh,

diperlukan prioritas dalam pengembangan akses air bersih yang memadai

dan berkelanjutan di wilayah tersebut.

Cakupan Akses Air Bersih di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

Layanan Sarana Air Bersih KK yang Memiliki Akses Air Minum Layak
Jumlah Perpipaan (KK) Dan Berkelanjutan
No Kapanewon Non Perpipaan
KK
(KK) Non
PDAM Jumlah %
PDAM
1 TEMON 10389 732 1014 2055 954 91,83
2 WATES 16925 9584 6254 1087 16698 98,66
3 PANJATAN 13695 6797 474 2158 13265 96,86
4 GALUR 11707 10225 1278 204 11461 97,90
5 LENDAH 14425 11315 2816 294 14232 98,66
6 SENTOLO 16857 9352 5232 2273 1636 97,05
7 PENGASIH 17985 9283 731 1392 16984 94,43
8 KOKAP 12745 7921 3263 1561 11938 93,67
9 GIRIMULYO 8742 5042 286 3414 7937 90,79
10 NANGGULAN 10628 5494 2587 2547 10219 96,15

125
Layanan Sarana Air Bersih KK yang Memiliki Akses Air Minum Layak
Jumlah Perpipaan (KK) Dan Berkelanjutan
No Kapanewon Non Perpipaan
KK
(KK) Non
PDAM Jumlah %
PDAM
11 KALIBAWANG 1064 558 2796 2264 9639 90,59
12 SAMIGALUH 9936 4264 0 5672 8538 85,93
JUMLAH 154674 92177 37576 24921 146811 94,92

Kebutuhan akan pasokan air bersih di wilayah perkotaan utamanya

dipenuhi oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Binangun.

Pelayanan PDAM tidak hanya terbatas pada pelanggan rumah tangga,

melainkan juga mencakup instansi pemerintahan, bisnis, dan sektor industri.

Untuk memenuhi permintaan akan air minum dalam kemasan, sejak Tahun

2013, PDAM Tirta Binangun telah meluaskan bisnisnya melalui produksi

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang diberi nama “Air-Ku". Inisiatif ini

merupakan gagasan dari Bupati Kabupaten Kulon Progo, Bapak Hasto

Wardoyo, Sp.OG(K), dengan semangat "Bela Beli Kulon Progo". Pada

awalnya, PDAM Tirta Binangun memulai dengan menghasilkan AMDK

dalam kemasan gelas/cup berukuran 240 ml pada tahun 2013. Kemudian,

diversifikasi produk dilakukan pada tahun 2015 dengan penambahan

produksi Air-Ku dalam kemasan botol berukuran 600 ml. Pada tahun 2016,

diproduksi Air-Ku dalam kemasan galon berukuran 19 liter, sementara pada

tahun 2018, ditambahkan produksi Air-Ku dalam kemasan gelas/cup

berukuran 120 ml. Pada tahun 2019, diperkenalkan produk Air-Ku dalam

kemasan botol berukuran 330 ml. Setiap tahun, produksi Air-Ku terus

meningkat sesuai dengan permintaan pasar. Permintaan ini, antara lain,

dipengaruhi oleh Surat Edaran Bupati yang mengharuskan semua kegiatan

dinas untuk menggunakan Air-Ku.

Realisasi Penjualan AMDK AirKu 2022 (dalam ribuan Rupiah)

126
300000 284388

250000

200000

150000

90240 94355
100000
51442
40535
50000
16583 20750

0
Cup 240 ml Cup 120 ml Botol 600 ml Botol 330 ml Galon 191 Galon Harga Galon Baru
Khusus

Pada tahun 2020, penjualan AMDK Airku-Ku jenis cup 240 ml

mencapai setengah dari total penjualan AMDK Air-Ku, hal ini dikarenakan

mulai meningkatnya aktivitas masyaraka dan telah diselenggarakan

pertemuan pada instansi pemerintah walau secara terbatas.

E. Gedung Kantor

Kemampuan untuk menyediakan fasilitas dan infrastruktur yang

memadai di dalam gedung kantor dapat berkontribusi pada peningkatan

kinerja para pegawai pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah

Kabupaten Kulon Progo telah melaksanakan Program Peningkatan Sarana

dan Prasarana Gedung Kantor. Tujuan dari program ini adalah untuk

memenuhi kebutuhan aparatur pemerintah Kabupaten Kulon Progo akan

fasilitas bangunan seperti gedung kantor, gedung administratif, dan

bangunan umum lainnya. Kegiatan rehabilitasi yang dilakukan terhadap

gedung kantor yang dalam kondisi sedang atau berat memiliki tujuan untuk

memastikan ketersediaan sarana dan prasarana gedung kantor pemerintah

tetap berada dalam kondisi yang baik. Hingga tahun 2022, dari total 104

gedung pemerintah yang ada, sebanyak 91 unit gedung kantor dinyatakan

127
dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan fungsi, sementara 10 unit

mengalami kerusakan ringan, dan 3 unit mengalami kerusakan sedang.

Data Kondisi Gedung Kantor Pemerintah Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2018-2022

No. Kondisi Gedung Satuan 2018 2019 2020 2021 2022


1 Baik (Layak Fungsi) unit 39 40 85 88 91
2 Rusak Ringan unit 51 50 19 14 10
3 Rusak Sedang unit 10 10 - 2 3
4 Rusak Berat unit 1 1 - - -
TOTAL Unit 101 101 104 104 104

Data Kondisi Gedung Kantor Tahun 2022

N NAMA GEDUNG NAMA INSTANSI LUAS LANTAI JUMLAH LUAS LANTAI KONDISI
O DASAR (ml) LANTAI (m2)
1 BINANGUN + Setda, Bagian Umum 756 2 1512 Baik
Bupati
2 BINANGUN II BKAD 324 2 648 Baik

3 BINANGUN III Bagian Adm Pemerintahan, Bagian Hukum, 384 2 768 Baik
Bagian Organisasi
4 BINANGUN IV BPBJ, Dinas Kominfo, Bagian Pembangunan. 252 2 504 Baik

5 BAPPEDA BAPEDA 300 2 600 Baik

6 BKPP BKPP 328 1 328 Baik

7 GEDUNG KACA R Pertemuan Adikarto, BKAD 594 1 594 Baik

8 Bale AGUNG Setda 224 1 224 Baik

9 Gedung Gedung Administrasi Pengujian Kendaraan 696 1 696 Baik


Administrasi
Pengujian
Kendaraan
10 KPU KPU 405 1 405 Baik

11 BIPP/BPP BIPP/BPP 240 1 240 Baik

12 Rumah Dinas Rumah Dinas Wakil Bupati 216 1 216 Baik


Wakil Bupati
13 Rumah Dinas Rumah Dinas Setda 120 1 120 Baik
Sekda
14 Perpustakaan dan Dinas Perpustakaan dan Arsip 200 1 200 Baik
Arsip
15 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Sentolo 369 1 369 Baik
Sentolo
16 Irda Irda 222 1 222 Baik

17 Dinas Pariwisata Dinas Pariwisata 243 1 243 Baik

18 Kesbanglinmas Kesbanglinmas 180 1 180 Baik

19 Dinas Koperasi & Dinas Koperasi & UMKM 160 1 160 Baik
UMKM
20 Dinas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup 210 1 210 Baik
Hidup
21 Ruang Rapat Ruang Rapat BPMPPKB & Arsip Dinas Dukcapil 180 2 360 Baik
BPMPPKB & Arsip
Dis Dukcapil
22 Gedung Bursa Gedung Bursa Kerja 56 1 56 Baik
Kerja
23 Dinas Pertanian & Dinas Pertanian 120 1 120 Baik
Kehutanan Unit 11
24 Gudang Logistik Gudang Logistik 120 1 120 Baik

128
25 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Kokap 400 1 400 Baik
Kokap
26 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Samigaluh 400 1 400 Baik

27 Kantor Dinas Kantor Dinas Kesehatan baru 672 2 1344 Baik


Kesehatan
28 Dishubkominfo Dishubkominfo baru 365 2 710 Baik
baru
29 Perpustakaan Baru Perpustakaan Baru 504 2 504 Baik

30 Satpol PP Baru Satpol PP Baru 396 1 396 Baik

31 Kec Wates Baru Kec Wates Baru 1085 Baik

Gedung A Kec Wates 151 1 151

Gedung B Kec Wates 350 1 350

Gedung C Kec Wates 350 1 350

Gedung D Kec Wates 123 1 123


(Pendopo)
Gedung E (Rumah Kec Wates 86 1 86
Dinas)
Gedung F Kec Wates 25 1 25
(Musholla)
32 UPTD Paud Dikdas UPTD Paud Dikdas Kec Wates Baru 320 1 320 Baik
Kec Wates Baru
33 BPBD BPBD 417 1 417 Baik

34 Aula BKPP/ Aula BKPP/ Bappeda 81 2 162 Baik


Bappeda
35 Garasi Pemadam Garasi Pemadam Kebakaran 144 2 150 Baik
Kebakaran
36 eks Gedung eks Gedung Pengamat Pengairan Kecamatan 96 1 96 Baik
Pengamat Galur
Pengairan
Kecamatan Galur
37 Musholla Istiqomah Sekda 144 1 144 Baik

38 Dinas Pendidikan I Dinas Pendidikan Baik


1419 1 dan 2 1419
39 Dinas Perdagangan Dinas Perdagangan 680 1 680 Rusak
sedang
40 Kantor Sat Polisi Kantor Sat Polisi PP 341 1 341 Baik
PP
41 Kantor BKPMD Kantor BKPMD 234 1 234 Baik

42 Gedung Kesenian Gedung Kesenian 600 1 600 Baik

43 SKB SKB 360 1 360 Baik

44 Media Centre Media Centre 120 1 120 Baik

45 Dinas Penanaman Mal Pelayanan Publik 408 2 800 Baik


Modal dan
Pelayanan Terpadu
46 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Wates Lama 531 1 531 Rusak
Wates Lama Ringan
47 Rumah Dinas Ketua Rumah Dinas Ketua DPRD 1 1 210 1 210 Baik
DPRD 11
48 BLK BIK 336 1 336 Baik

49 Kantor KONI Kantor KONI 80 1 80 Baik

50 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Temon 460 1 460 Baik


Temon
51 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 120 1 120 Baik
Pertanian dan Kecamatan Temon
Kelautan
Kecamatan Temon
52 Eks Cabang Dinas Eks Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Temon 168 1 168 Baik
Pendidikan
Kecamatan Temon
53 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Panjatan 450 1 450 Baik
Panjatan
54 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 168 1 168 Baik
Pertanian dan Kecamatan Panjatan
Kelautan
Kecamatan
Panjatan
55 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Panjatan 168 1 168 Baik
Pendidikan
Kecamatan
Panjatan

129
56 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Galur 420 1 420 Baik
Galur Rusak
57 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 120 1 120 Ringan
Pertanian dan Kecamatan Galur Rusak
Kelautan
Kecamatan Galur
58 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Galur 120 1 120 Ringan
Pendidikan
Kecamatan Galur
59 Eks Kantor Eks Kantor Pembantu Bupati 180 1 180 Rusak
Pembantu Bupati
60 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 105 1 105 Baik
Pertanian dan Kecamatan Sentolo
Kelautan
Kecamatan Sentolo
61 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Sentolo 147 1 147 Baik
Pendidikan
Kecamatan Sentolo
62 Sekretariat DPRD 1 Sekretariat DPRD 11 864 2 1728 Baik
1
63 Dinas Pertanian Dinas Pertanian dan Kehutanan 246 1 246 Baik
dan Kehutanan
64 Dinas Tenaga Kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi 720 1 720 Baik
dan Transmigrasi
65 Badan Dinas Pemberdayaan Masy Pem Des Perempuan 360 1 360 Baik
Pemberdayaan dan KB
Masy Pem Des
Perempuan dan KB
66 Dinas Pekerjaan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan 651 2 1188 Baik
Umum Perumahan Kawasan Permukiman
dan Kawasan
Permukiman
67 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 98 1 98 Baik
Pertanian dan Kecamatan Pengasih
Kelautan
Kecamatan
Pengasih
68 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Pengasih 105 1 105 Baik
Pendidikan
Kecamatan
Pengasih
69 Sub Dinas Keluarga Sub Dinas Keluarga Berencana 150 1 150 Baik
Berencana
70 Rumah Dinas Rumah Dinas Pemda 550 1 550 Baik
Pemda
71 Dinas Kepenak Dinas Kepenak 550 1 550 Baik

72 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Lendah 350 1 350 Rusak


Lendah Sedang
73 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 98 1 98 Baik
Pertanian dan Kecamatan Lendah
Kelautan
Kecamatan Lendah
74 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Lendah 105 1 105 Rusak
Pendidikan Ringan
Kecamatan Lendah
75 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 105 1 105 Baik
Pertanian dan Kecamatan Kokap
Kelautan
Kecamatan Kokap
76 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Kokap 105 1 105 Rusak
Pendidikan Ringan
Kecamatan Kokap
77 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Nanggulan 350 1 350 Baik
Nanggulan
78 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan 98 1 98 Rusak
Pertanian dan Ringan
Kelautan
Kecamatan
Nanggulan
79 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Nanggulan 120 1 120 Baik
Pendidikan
Kecamatan
Nanggulan
80 Eks Kantor Eks Kantor PEMBANTU BUPATI wilayah Utara 202 1 202 Rusak
PEMBANTU Ringan
BUPATI wilayah
Utara
81 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Kalibawang 400 1 400 Baik
Kalibawang
82 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 105 1 105 Rusak
Pertanian dan Kecamatan Kalibawang Ringan
Kelautan

130
Kecamatan
Kalibawang
83 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan 120 1 120 Baik
Pendidikan Kalibawang
Kecamatan
Kalibawang
84 UPTD BENIH BIT UPTD BENIH BIT 210 1 210 Baik

85 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 98 1 98 Baik


Pertanian dan Kecamatan Samigaluh
Kelautan
Kecamatan
Samigaluh
86 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Samigaluh 180 1 180 Rusak
Pendidikan Ringan
Kecamatan
Samigaluh
87 Kantor Kecamatan Kantor Kecamatan Girimulyo 360 1 360 Baik
Girimulyo
88 Cabang Dinas Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 105 1 105 Baik
Pertanian dan Kecamatan
Kelautan
Kecamatan
Girimulyo
89 Cabang Dinas Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Girimulyo 198 1 198 Baik
Pendidikan
Kecamatan
Girimulyo
90 GEDUNG Bagian Adm Pembangunan, Bagian Kesra, 372 2 744 Baik
KESRA/ULP Komunikasi & Informasi
91 Dinas Pertanahan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang 352 1 705 Baik
dan Tata Ruang
92 Kantor Kelurahan Kantor Kelurahan Wates 210 1 420 Baik
Wates
93 Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan 260 1 260 Baik

94 Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan Unit 11 192 1 192 Baik


Unit 1 1
95 Perpustakaan Perpustakaan lama/Dis bud 192 1 192 Baik
lama/Dis bud
96 UPTD Balai Lab & UPTD Balai Lab & Peralatan DPU 936 1 936 Rusak
Peralatan DPU Sedang
97 UPTD Balai UPTD Balai Kebersihan DPU 144 1 144 Baik
Kebersihan DPU
98 Kantor Cabang Kantor Cabang Dinas Pertanian dan Kelautan 120 1 120 Baik
Dinas Pertanian Kecamatan Wates
dan Kelautan
Kecamatan Wates
99 Kantor Cabang Kantor Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan 120 1 120 Baik
Dinas Pendidikan Wates
Kecamatan Wates
10 Rumah Dinas Rumah Dinas Bupati 285 1 285 Baik
0 Bupati
10 Dinas Dinas Kependudukan Catatan Sipil 285 1 285 Baik
1 Kependudukan
Catatan Sipil
10 Kantor Kec. Kantor Kec. Pengasih 891 1 891 Baik
2 Pengasih
10 Gedung bekas Gedung bekas Dinas Pertanahan dan Tata 120 1 120 Baik
3 Dinas Pertanahan Ruang
dan Tata Ruang
10 Bidang Pengairan Bidang Pengairan & UPTD Kebersihan DPU 168 1 168 Baik
4 & UPTD
Kebersihan DPU

2. Penataan Ruang

Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor

21 Tahun 2021 tentang enyelenggaraan Penataan Ruang, aspek-aspek

Penyelenggaraan Penataan Ruang meliputi perencanaan tata ruang, pemanfaatan

ruang, pengendalian pemanfaatan ruang, pengawasan penataan ruang, pembinaan

131
penataan ruang dan kelembagaan penataan ruang. Dari enam aspek

penyelenggaraan penataan ruang ini, hasilnya dapat dikelompokkan menjadi dua

kategori, yakni terkait dengan dokumen perencanaan dan terkait dengan perwujudan

rencana tata ruang atau pemanfaatan ruang.

Dokumen perencanaan tata ruang meliputi: rencana umum tata ruang dan

rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang secara hierarkis terdiri dari 1)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 2) Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi; 3)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; dan 4) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

Sedangkan rencana rinci tata ruang terdiri dari 1) RTR Pulau/Kepulauan, RTR KSN,

RZ KSNT, RZ KAW, dan RDTR KPN sebagai rencana rinci dari Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional; 2) RDTR Kabupaten sebagai rencana rinci dari Rencana Tata

Ruang Wilayah Kabupaten; dan 3) RDTR Kota sebagai rencana rinci dari Rencana

Tata Ruang Wilayah Kota.

Terdapat perbedaan yang cukup substansial dalam perencanaan tata ruang

yang diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 dibandingkan dengan

peraturan sebelumnya, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010. Dengan

mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021, pengaturan untuk

kawasan strategis Kabupaten dalam Rencana Rinci Tata Ruang telah dihilangkan. Hal

ini juga merupakan salah satu dinamika perubahan regulasi yang harus diadaptasi

oleh Kabupaten saat meninjau kembali proses penyusunan dokumen tata ruang.

Tambahan pula, lamanya proses penetapan dokumen rencana tata ruang menjadi

kendala utama hingga saat ini, baik dalam hal Reviu RTRW maupun RDTR Kabupaten

Kulon Progo yang belum mengalami penetapan. Sampai awal tahun 2023, RTRW

Kulon Progo masih berada pada tahap pra-loket dan proses sinkronisasi terkait

luasan lahan pertanian (LSD dan LP2B), serta audit tata ruang. RDTR untuk Kawasan

Sekitar Bandara telah ditetapkan melalui Peraturan Bupati Nomor 47 Tahun 2023.

Progress dalam penyusunan dokumen tata ruang Kabupaten Kulon Progo dapat

dilihat pada tabel berikut ini


132
Capaian Penyusunan Dokumen Rencana Tata Ruang hingga Tahun 2022

No Dokumen Capaian pada Tahun


Rencana
Tata
Ruang
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

RTRW Peninjauan Penyusunan Validasi KLHS Review PK RTRW Konsultasi 3 Review PK RTRW Klinik Pra Loket
kembali (PK) Reviu terbit menyesuaikan keTKPRD DIY G4 dan substansi Persetujuan
RTRW RTRW Permen ATR/BPN RTRW Substansi
Kabupaten No.6 Tahun 2017 menyesuaikan
Kulon Progo RTRW
Tahun menyesuaikan
20122032 Permen ATR/BPN
No. 11 Tahun
2021 dan Permen
ATR/BPN No. 14
Tahun 2021
Konsultasi 1 Rekomendasi BIG Rekomendasi Proses Pra Loket Verifikasi Lapangan
keTKPRD DIY terbit Gubernur terbit Persetujuan terkait
Substansi penyelesaian
substansi Lahan
Sawah yang
Dilindungi sesuai
Kepmen ATR/BPN
No. 1589/SK-
HK.02.01/Xll/2021
Konsultasi 2 ke Pengajuan surat Verifikasi Lapangan
TKPRD DIY Pra Loket Pra terkait
Loket Persetujuan penyelesaian Audit
Substansi ke Tata Ruang
Kementerian (Indikasi
ATR/BPN Pelanggaran Tata
Ruang di
Kabupaten Kulon
Progo)
RDTR Proses Penyusunan Penyusunan Proses sinkronisasi Rekomendasi BIG Reviu substansi Penyusunan
Persetujuan Dokumen Dokumen delineasi dan terbit atas peta RDTR Kawasan Dokumen RDTR
Substansi RDTR RDTR substansi RRTR dasar RDTR Sekitar BANDARA Kawasan Bandara
RDTR Kawasan Perkotaan Kawasan Strategis Kawasan Sekitar INTERNASIONAL beserta
Dekso Bandara Kokap dan Kabupaten Sekitar BANDARA YOGYAKARTA, KLHS[1]nya
beserta Kalibawang BANDARA INTERNASIONAL RDTR Perkotaan
KLHSnya beserta KLHS- INTERNASIONAL YOGYAKARTA Kokap dan
nya YOGYAKARTA Kalibawang
dengan DIY dan menyesuaikan
Kementerian Permen ATR/BPN
ATR/BPN No. 11 Tahun
2021 dan Permen
ATR/BPN No. 14
Tahun 2021
Penyusunan Reviu dokumen Penyusunan Pra-validasi KLHS Rekomendasi BIG Proses penyiapan
Dokumen RDTR dokumen RDTR untuk RDTR terbit atas peta pra[1]validasi
RDTR Perkotaan Kawasan Sekitar Perkotaan Kokap dasar RDTR KLHS, pengajuan
Perkotaan Wates, BOP Borobudur dan Kalibawang Kawasan Sekitar pleno rekomendasi
Samigaluh Panjatan, (difasilitasi oleh BANDARA BIG dan
dan Lendah, Galur, Kemen. ATR/BPN INTERNASIONAL persetujuan
Girimulyo Sentolo, tapi delineasi YOGYAKARTA substansi untuk
Girimulyo, kawasan masih reviu RDTR
Nanggulan dan menjadi satu Perkotaan Wates
Samigaluh dengan Kabupaten
menyesuaikan Purworejo dan
Permen Magelang)
ATR/BPN
No.16 Tahun
2018
Penetapan Proses pengajuan
Delineasi/Batas validasi KLHS
Wilayah RDTR RDTR Kawasan
Kawasan Sekitar Sekitar BANDARA
BANDARA INTERNASIONAL
INTERNASIONAL YOGYAKARTA dan
YOGYAKARTA persiapan
(SK Bupati No. pembahasan lintas
422/A/2020) sektor di Kemen
ATR/BPN
Proses penyusunan
reviu RDTR
Kawasan Sekitar
BOP Borobudur
beserta KLHS-nya
(pendetailan
delineasi khusus

133
wilayah Kabupaten
Kulon Progo)

Sebagai upaya untuk meningkatkan kecepatan proses, rencana awal yang

melibatkan penyusunan 16 dokumen Rencana Rinci Tata Ruang (RDTR) untuk

Kawasan Perkotaan dan Kawasan Strategis Kabupaten telah diubah melalui

pendekatan klasterisasi yang berdasarkan pada topografi dan karakteristik wilayah.

Hasil dari pendekatan ini mengakibatkan penggabungan menjadi 8 dokumen RDTR.

Perubahan dalam penyusunan dokumen RDTR dapat ditemukan dalam tabel berikut

ini:

Perubahan Penyusunan Dokumen Rencana Rinci Tata Ruang Kabupaten

Kulon Progo

No Semula Menjadi Keterangan

Tetap karena sedang berproses penyiapan pra


1 RDTR Perkotaan Wates RDTR Perkotaan Wates validasi KLHS, pengajuan pleno rekomendasi
BIG dan persetujuan substansi di tahun 2022

Tetap karena sudah mendapatkan


2 RDTR Perkotaan Kokap RDTR Perkotaan Kokap Rekomendasi BIG dan berproses untuk Pra-
validasi KLHS

Tetap karena sudah mendapatkan


3 RDTR Perkotaan Kalibawang RDTR Perkotaan Kalibawang Rekomendasi BIG dan berproses untuk Pra-
validasi KLHS

4 RDTR Dekso
Meliputi Kapanewon Kalibawang, Samigaluh,
RDTR Kawasan Agropolitan
5 Girimulyo (tidak termasuk delineasi RDTR
Kalibawang RDTR Kulon Progo Utara
BOP Borobudur dan RDTR Perkotaan
6 RDTR Perkotaan Samigaluh Kalibawang)
7 RDTR Perkotaan Girimulyo

Meliputi Kapanewon Kokap, Pengasih,


8 RDTR Perkotaan Nanggulan
Nanggulan (tidak termasuk delineasi RDTR
RDTR Kulon Progo Tengah
RDTR Kawasan Minapolitan Perkotaan Kokap dan RDTR Perkotaan
9 Kalibawang)
Nanggulan

10 RDTR Perkotaan Sentolo

11 RDTR Perkotaan Lendah Meliputi Kapanewon Sentolo, Lendah, Galur


RDTR Kulon Progo Selatan
12 RDTR Perkotaan Panjatan dan Panjatan

13 RDTR Perkotaan Galur


14 RDTR Brosot

134
No Semula Menjadi Keterangan

RRTR Kawasan Strategis RDTR Kawasan Strategis Tetap karena sudah mendapatkan
Sekitar BANDARA Sekitar BANDARA rekomendasi BIG atas peta dasar, proses pra-
15
INTERNASIONAL INTERNASIONAL validasi KLHS dan persiapan pembahasan
YOGYAKARTA YOGYAKARTA lintas sektor di Kemen ATR/BPN

Tetap karena sudah disusun oleh Kemen.


RDTR Kawasan Sekitar BOP RDTR Kawasan Sekitar BOP
16 ATR/BPN pada tahun 2019 dan proses reviu
Borobudur Borobudur
pada tahun 2022

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kulon Progo, rendana pola tata ruang dibagi

menjadi dua kawasan utama, yakni kawasan budidaya dan kawasan lindung.

Mayoritas kawasan lindung terletak di Pegunungan Menoreh, sementara beberapa

lainnya terletak di sepanjang sungai dan pantai. Kawasan budidaya mencakup

wilayah dataran dan pesisir. Berdasarkan analisis terhadap peta eksisting kawasan

budidaya dari RTRW Kabupaten Kulon Progo, sebagian besar jenis penggunaan

lahan di kawasan budidaya adalah pertanian lahan kering, yang mencakup luas area

12.542,38 hektar atau sekitar 33,28%. Apabila dibandingkan dengan peta rencana

potensi pengembangan wilayah untuk kawasan pertanian lahan kering yang

mencapai luas 29.328 hektar, maka arah pembangunan kawasan pertanian telah

sesuai dengan rencana, tetapi implementasinya masih memerlukan dukungan lebih

lanjut. Ini mencerminkan gambaran awal dalam mewujudkan tujuan penataan ruang

Kabupaten Kulon Progo sebagai basis utama untuk komoditas pertanian. Informasi

lebih detail mengenai jenis penggunaan lahan dalam kawasan budidaya dapat

ditemukan dalam Tabel berikut ini:

Kawasan Budidaya Kabupaten Kulon Progo

No Jenis Peruntukan Luas (ha) %


1 Hutan Produksi 683,62 1,81
2 Hutan Rakyat 1882,97 5,00
3 Industri 3565,81 9,46
4 Perdagangan 346,13 0,92
5 Perikanan Darat 831,27 2,21

135
No Jenis Peruntukan Luas (ha) %
6 Permukiman Perdesaan 7560,92 20,06
7 Permukiman Perkotaan 1778,96 4,72
8 Pertanian Lahan Basah 8493,17 22,54
9 Pertanian Lahan Kering 12542,38 33,28
Total 37685,23 100,00

Apabila melihat pada jenis peruntukannya, kondisi kawasan lindung

menunjukkan bahwa luas peruntukan terbesar di dalam kawasan lindung adalah

resapan air, yang mencakup area seluas 16.770,32 hektar atau sekitar 79,35% dari

total luas wilayah Kawasan Lindung. Sementara itu, jenis peruntukan dengan luasan

terkecil di dalam kawasan lindung adalah suaka alam, yang hanya memiliki luas

109,13 hektar atau sekitar 0,52%. Untuk informasi lebih rinci mengenai luas tiap jenis

penggunaan lahan dalam kawasan lindung, dapat ditemukan dalam Tabel berikut ini:

Kawasan Lindung Kabupaten Kulon Progo

Luas
No Jenis Peruntukan %
(Ha)
1 Hutan Lindung 278,58 1,32
Kawasan Sempadan
2 341,84 1,62
Waduk
3 Pelestarian Alam 919,42 4,35
4 Resapan Air 16770,32 79,35
5 Sempadan Pantai 579,54 2,74
6 Sempadan Sungai 2136,51 10,11
7 Suaka Alam 109,13 0,52
Total 21135,34 100,00

Audit tata ruang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengevaluasi

sejauh mana realisasi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang

telah ditetapkan, baik itu dalam hal pola maupun struktur ruang. Pelaksanaan

program-program sektoral oleh pemerintah daerah akan dianalisis secara bersamaan

dengan rencana pola dan struktur ruang untuk menentukan tingkat kesesuaian antara

keduanya. Kesesuaian pemanfaatan ruang ini diukur dalam bentuk persentase, di

136
mana implementasi praktik penggunaan lahan yang dijalankan oleh pemerintah akan

dibandingkan dengan rencana tata ruang yang telah diatur. Penilaian kesesuaian ini

didasarkan pada evaluasi terhadap rata-rata struktur dan pola ruang yang telah

ditetapkan. Tabel berikut memberikan informasi mengenai pencapaian tingkat

kesesuaian pemanfaatan ruang dari tahun 2015 hingga 2022.

Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Tahun 2015–2022

No Jenis rencana Kesesuaian tata ruang (%)


tata ruang Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Struktur ruang 68,73 68.73 75,00 86,3 87,50 86,38 87,00 87,22
2 Pola ruang 82,35 82.56 99,50 88,8 89,83 89,67 89,58 89,88
3 Rata-rata struktur 75,54 75,65 87,25 87,55 88,67 88,03 88,29 88,55
ruang dan pola
ruang

Merujuk data di atas, implementasi struktur ruang dan pola ruang mengalami

peningkatan. Salah satu kontribusi utama dalam implementasi struktur ruang adalah

penerapan rencana pusat pelayanan kegiatan. Mayoritas pusat kegiatan telah

berhasil mencapai peran dan fungsi sesuai dengan panduan rencana tata ruang. Di

sisi lain, pelaksanaan rencana sarana prasarana seperti jaringan transportasi, jaringan

telekomunikasi, jaringan sumber daya air, dan infrastruktur lainnya masih berada

pada tingkat moderat. Perihal implementasi pola ruang, kontribusi paling berarti

terlihat pada penerapan rencana peruntukan kawasan lindung. Sebaliknya, untuk

kawasan budidaya, beberapa peruntukan masih menghadapi tantangan dalam

mencapai penerapan yang optimal. Misalnya, kawasan peruntukan industri hingga

saat ini masih mengalami tingkat perwujudan yang rendah.

Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, ruang terbuka hijau merujuk kepada area yang

membentang atau berkelompok dan cenderung memiliki karakter terbuka, di mana

tempat ini digunakan untuk pertumbuhan tanaman, baik secara alami maupun yang

ditanam secara sengaja. Ruang terbuka hijau terdiri dari dua jenis, yaitu ruang terbuka
137
hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Ruang terbuka hijau publik merujuk pada

area terbuka yang dimiliki serta diurus oleh Pemerintah Daerah atau Kota, dan

digunakan untuk kepentingan masyarakat umum. Ruang terbuka hijau publik meliputi

taman kota, taman pemakaman umum, koridor hijau di sepanjang jalan, serta area

sungai dan pantai. Di sisi lain, ruang terbuka hijau privat mencakup area seperti kebun

atau halaman yang dimiliki oleh masyarakat atau sektor swasta, dan di dalamnya

terdapat tanaman yang ditanam. Dalam wilayah perkotaan, persentase ruang

terbuka hijau diatur dengan ketentuan minimal 30 persen dari total luas wilayah

perkotaan. Dari angka tersebut, setidaknya 20 persen diantaranya harus diwujudkan

sebagai ruang terbuka hijau publik, sementara sisanya, yaitu 10 persen, dapat

menjadi proporsi ruang terbuka hijau privat.

Pada tahun 2022, persentase luas ruang terbuka hijau (RTH) publik yang

telah terwujud adalah sebesar 9,612 persen. Hal ini terinci dalam komponen luas

RTH publik yang telah tersedia, mencapai 247,81 hektar, serta luas RTH publik yang

seharusnya ada dalam wilayah perkotaan, yakni 2.578,20 hektar. Pada tahun 2019,

dimulai kegiatan pengadaan tanah tahap pertama untuk RTH dengan lokasi

perencanaan di Teteg Kulon, Kelurahan Wates. Kelanjutannya terjadi pada tahun

2020 dengan tahap kedua pengadaan tanah. Meskipun rencananya pada tahun

tersebut terdapat rencana pembangunan fisik RTH, namun rencana ini ditunda

(direfokus) akibat dampak dari Pandemi Covid-19 yang mengganggu alokasi

anggaran. Sebagai hasilnya, pencapaian luas RTH publik dari tahun 2018 hingga

tahun 2022 tetap dalam kondisi yang sama. Rincian luas RTH publik di kawasan

perkotaan tercantum dalam tabel di bawah ini. Dengan hasil yang telah dicapai,

pemerintah kabupaten masih terus berkomitmen untuk mewujudkan penyediaan

RTH publik melalui upaya penataan bangunan dan lingkungan di wilayah perkotaan.

No. Uraian 2018 2019 2020 2021 2022


1 Luasan RTH publik yang 247,81 247,81 247,81 247,81 247.81
tersedia

138
No. Uraian 2018 2019 2020 2021 2022
2 Luasan RTH publik yang 2.578,20 2.578,20 2.578,20 2.578,20 2,578.20
seharusnya tersedia di
wilayah kota/kawasan
perkotaan (Ha)
3 Luasan RTH publik (%) 9,612 9,612 9,612 9,612 9,612

Pemanfaatan ruang untuk pembangunan gedung harus mematuhi kriteria

administratif dan teknis yang cocok dengan tujuan dan jenis gedung serta peruntukan

lahan yang telah diatur dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail

Tata Ruang (RDTR), dan/atau Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Salah

satu persyaratan administratif yang wajib dipenuhi oleh individu atau perusahaan

dalam pendirian gedung adalah perolehan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Untuk

menegakkan ketertiban pembangunan dan pemanfaatan lahan, Pemerintah

Kabupaten secara rutin mengawasi dan mengendalikan penerbitan IMB untuk

gedung-gedung yang dibangun. Dalam periode tahun 2018 hingga 2022, proporsi

gedung dengan IMB di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan,

sebagaimana dapat dilihat dalam gambar di bawah ini.

Rasio Bangunan Ber-IMB di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018 – 2022

58,8
58,66

58,6

58,4 58,29
58,18
58,2
58,04
58 57,91

57,8

57,6

57,4
2018 2019 2020 2021 2022

139
Peningkatan rata-rata dalam rasio bangunan yang memiliki Izin Mendirikan

Bangunan (IMB) dari tahun ke tahun cenderung lambat, hanya sekitar 0,19% saja.

Pada tahun 2022, proporsi bangunan dengan IMB di Kabupaten Kulon Progo

mencapai 58,66%. Hal ini menggambarkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap

pentingnya memiliki IMB masih rendah. Pengawasan dan pengendalian terhadap

IMB umumnya lebih mudah dilakukan pada bangunan yang baru dibangun daripada

bangunan yang telah lama berdiri. Bagi bangunan yang belum memiliki IMB,

Pemerintah Kabupaten memberikan sanksi administratif berupa Surat Peringatan.

Terdapat tiga tahapan pemberian Surat Peringatan, yakni pertama, kedua, dan ketiga.

Jika sampai tahap Surat Peringatan ketiga telah diberikan namun tidak ada tindak

lanjut yang dilakukan oleh pihak terkait, tanggung jawab penegakan hukum akan

dialihkan kepada Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) untuk mengambil tindakan

lebih tegas.

Rasio Bangunan Ber-IMB di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

Jumlah Bangunan Jumlah Seluruh


No. Kapanewon Rasio
IMB Bangunan
1 Temon 5.962 8.298 71,85
2 Wates 9.866 13.347 73,92
3 Panjatan 7.743 9.951 77,81
4 Galur 3.938 9.327 42,22
5 Lendah 7.965 11.061 72,01
6 Sentolo 8.001 12.976 61,66
7 Pengasih 8.411 13.372 62,90
8 Kokap 2.68 10.164 26,37
9 Girimulyo 2.45 7.667 31,96
10 Nanggulan 5.697 8.525 66,83
11 Kalibawang 3.962 9.021 43,92
12 Samigaluh 4.527 7.678 58,96
Kab. Kulon
71.202 121.387 58,66
Progo

Rasio bangunan ber-IMB di Kabupaten Kulon Progo terutama di perdesaan

yang terletak di wilayah perbukitan seperti di Kapanewon Kokap, Girimulyo,

140
Kalibawang dan Samigaluh relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan yang

terletak di wilayah dataran rendah yang sebagian besar merupakan wilayah

perkotaan. Dengan demikian, maka perlu peningkatan sosialisasi dan upaya

penertiban terhadap IMB di wilayah-wilayah tersebut.

2.3.2.4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Rumah yang tidak layak huni ditentukan oleh beberapa kriteria indikator,

yaitu: 1) jenis lantai bangunan tempat tinggal terluas (lebih dari 60 persen) terbuat

dari bahan seperti tanah, bambu, atau kayu berkualitas rendah, dan 2) jenis dinding

bangunan tempat tinggal terluas (lebih dari 60 persen) terbuat dari bambu atau kayu

berkualitas rendah. Pada tahun 2022, jumlah rumah yang tidak layak huni mencapai

8.108 unit, seperti tergambar dalam tabel di bawah ini.

Rumah Tidak Layak Huni Menurut Kapanewon Tahun 2017-2020

Jumlah Rumah
NO Kapanewon
2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Galur 501 193 132 130 125 420
2 Girimulyo 1.468 1.109 885 848 838 610
3 Kalibawang 984 783 756 684 683 525
4 Kokap 2.748 1.942 1.421 1.379 1285 1155
5 Lendah 1.162 856 600 565 557 586
6 Nanggulan 848 722 683 325 306 527
7 Panjatan 879 795 754 740 729 349
8 Pengasih 1.741 1.153 991 657 621 1062
9 Samigaluh 1.513 1.225 786 724 658 1223
10 Sentolo 1.923 1.483 843 820 813 928
11 Wates 656 170 1 0 0 282
12 Temon 468 405 401 399 396 441
TOTAL 14.891 10.836 8.253 7.271 6.84 8.108

Berdasarkan data tersebut, terdapat peningkatan jumlah rumah tidak layak

huni pada tahun 2022. Pada tahun 2022, tercatat sebanyak 8.108 unit rumah tidak

layak huni, yang mengalami penambahan sebanyak 1.268 unit dibandingkan tahun

141
2021. Pertambahan terjadi di Kapanewon Samigaluh, dengan penambahan

sebanyak 565 unit dibandingkan tahun sebelumnya.

Langkah-langkah dalam mengurangi jumlah rumah tidak layak huni telah

dilakukan secara bersama-sama oleh berbagai pihak. Pemerintah Daerah turut serta

dalam kegiatan bantuan sosial rumah tidak layak huni bagi warga miskin. Pemerintah

Provinsi juga mengadopsi skema serupa, dengan fokus pada rumah warga di wilayah

Kapanewon yang ditetapkan sebagai wilayah miskin. Selain itu, Pemerintah Pusat

juga berkontribusi melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)

dan Dana Alokasi Khusus (DAK), yang bertujuan meningkatkan rumah layak huni

bagi warga kurang mampu (MBR). Selain program-program tersebut, Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo juga mengoperasikan program "Bedah Rumah" yang

mewakili inisiatif sosial dan pemberdayaan masyarakat dengan sumber dana dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan dari sumbangan sukarela

berbagai pihak. Kontributor dalam program "Bedah Rumah" ini termasuk perusahaan

yang berlokasi di Kulon Progo dan di luar daerah, serta alokasi dari BAZDA (Badan

Amil Zakat Daerah) dan Paguyuban Pegawai Kristiani, serta pihak lainnya. Pada

tahun 2022, upaya penanganan rumah tidak layak huni melibatkan 1.007 unit, di

mana 187 unit berasal dari APBD Provinsi, 465 unit dari program BSPS, 93 unit dari

program Kesra, 150 unit dari APBD Kabupaten, 10 unit dari Dana Keistimewaan, 17

unit dari program BSPS Ekstrim, dan 85 unit dari Kemensos.

Penanganan RTLH di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

142
500 465
450
400
350
300
250 187
200 150
150 93 85
100
50 10 17
0

Di

samping tantangan meningkatkan kualitas tempat tinggal bagi masyarakat, masalah

kekumuhan yang terutama muncul di wilayah perkotaan juga merupakan salah satu

isu yang harus diatasi dalam bidang perumahan dan permukiman. Berdasarkan Surat

Keputusan (SK) Bupati Kulon Progo Nomor 224/A/2016 tentang Lokasi Penanganan

Kawasan Kumuh Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2019, terdapat kawasan

kumuh seluas 293,79 hektar yang perlu diperbaiki. Pada tahun 2020, terjadi revisi

terkait penanganan kawasan kumuh melalui SK Bupati Nomor 416/A/2020. Rincian

lokasi kawasan kumuh di wilayah perkotaan dan upaya pengurangan kekumuhan

hingga tahun 2022 terdapat dalam tabel berikut ini.

Lokasi Pengurangan Kawasan Kumuh Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

(Berdasarkan SK Bupati Kulon Progo Nomor 416/A/2020)

No Kecamatan Kelurahan/ Kawasan Kumuh Jumlah Luas Luas Persentase Sisa


Desa KK (Ha) Pengurangan (7/6) Luasan
sampai Kumuh
dengan 2021 sampai
(Ha) dengan
2022
(Ha)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Wates W ates Pedukuhan Wonosidi Kidul 35 19,67 1,23 6,25% 18,44
RT 70/RW 32

Giripeni Pedukuhan Sideman RT 38, 513 37,14 17,99 48,44 19,15


39/RW 17;
RT 40, 41/RW 18; RT 45,
46/RW 20;

143
No Kecamatan Kelurahan/ Kawasan Kumuh Jumlah Luas Luas Persentase Sisa
Desa KK (Ha) Pengurangan (7/6) Luasan
sampai Kumuh
dengan 2021 sampai
(Ha) dengan
2022
(Ha)
Pedukuhan Kedungpring RT
47, 48/RW 21;
RT 49/RW 22

Pedukuhan Dobangsan RT
16, 17, 18/RW 08
2 Sentolo Banguncipto Pedukuhan Ploso RT 10, 102 1,81 1,81 100 0
12/RW 06
Sentolo Pedukuhan Sentolo Lor RW 90 11,3 11,3 100 0
07,08,09, 10
3 Galur Brosot Pedukuhan 1 11 PuloRT 333 4,56 3,84 84,21 0,72
02/RW 01, RW 05,RW 06
PedukuhanBantengan Lor
RW 09
4 Pengasih Pengasih RT 04/RW 01 110 16,74 16,74 100 0
Pedukuhan Dayakan RT 16,
17/RW 06
Margosari Pedukuhan Kemiri RT 70 0,38 0,38 100 0
02/RW 01
Tawangsari Pedukuhan Soropadan 94 18,74 0 0 18,74
(Pedukuhan Janturan,
Pedukuhan Menggungan,
PedukuhanSoropadan,
Pedukuhan Garang)
Sendangsari Pedukuhan Mrunggi 290 24,13 14,92 61,83 9,21
(Pedukuhan Mrunggi,
Pedukuhan Kroco,
Pedukuhan Klegen)
5 Nanggulan Wijimulyo Pedukuhan Rejoso 167 17,3 6,05 34,97 11,25
(Pedukuhan Temanggal,
Pedukuhan Sokorojo,
Pedukuhan Kemiri,
Pedukuhan Tegalsari,

Pada Undang–Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, disebutkan bahwa terdapat pembagian kewenangan dalam penataan dan

peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh yaitu untuk kawasan permukiman

kumuh dengan luasan 15 (lima belas) hektar atau lebih menjadi kewenangan

Pemerintah Pusat untuk melakukan intervensi penanganan kumuh, kemudian untuk

luasan diantara 10 – 15 Hektar menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi sedangkan

untuk luasan dibawah 10 (sepuluh) Hektar menjadi kewenangan Pemerintah

Kabupaten/Kota. Dengan demikian, maka sisa kawasan kumuh yang masih perlu

144
ditangani sebagian besar merupakan kewenangan Pemerintah Pusat yaitu di

Kalurahan Giripeni (Pedukuhan Sideman, Kedungpring dan Dobangsan), Kalurahan

Sentolo (Pedukuhan Sentolo Lor), Kalurahan Tawangsari, Sendangsari dan

Wijimulyo. Lalu, untuk kawasan kumuh yang merupakan kewenangan Pemerintah

Provinsi berlokasi di Kalurahan Brosot (Pedukuhan III Pulo dan Pedukuhan

Bantengan Lor) serta Kalurahan Pengasih (Pedukuhan Dayakan) sudah dituntaskan

pada tahun 2018-2019. Selanjutnya, untuk kawasan kumuh yang menjadi

kewenangan Pemerintah Kabupaten beberapa lokasi telah tuntas ditangani yaitu di

Kelurahan Wates (Pedukuhan Wonosidi), Kalurahan Giripeni (Pedukuhan Wetan

Pasar), serta Kalurahan Banguncipto (Pedukuhan Ploso). Sedangkan dua Kalurahan

yang masih perlu penanganan kumuh yaitu di Kalurahan Pengasih (RT 04/ RW 01)

dan Margosari (Pedukuhan Kemiri).

Pada tahun 2022 telah dilakukan penanganan kawasan kumuh dengan

melakukan pembangunan jalan lingkungan dan drainase lingkungan, namun

penanganan tersebut belum mampu melepaskan kawasan kumuh dari status kumuh

yang didasari oleh indikator sehingga tidak terjadi pengurangan luasan kumuh atau

pengurangan kumuh sebesar 0 (nol) Ha.

Tahun 2021, luas permukiman kumuh yang dapat ditanganin adalah seluas

74,26 Ha sehingga sampai dengan 2021 kawasan kumuh yang telah tertangani

adalah sebesar 48,93 %. Program Kotaku merupakan sarana pendampingan dalam

mempercepat penangan kekumuhan melalui perbaikan dan pengembangan PSU

serta pendampingan sosial untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat dalam

memanfaatkan dan memelihara sarana prasarana dasar permukiman yang lebih baik,

sehat dan nyaman. Penanganan permukiman kumuh harus terus diupayakan

sehingga dapat menacapai target 100- 0-100 yaitu 100% akses air minum, 0%

kawasan kumuh, dan 100% akses sanitasi.

145
Akibat dari pembangunan Bandar Udara Yogyakarta International Airport

(YIA) di Kapanewon Temon maka telah dilakukan relokasi permukiman warga

terdampak dengan pemenuhan prasarana sarana utilitas permukiman yang dilakukan

secara bertahap dengan rincian sebagai berikut:

Lokasi Relokasi Warga Terdampak Bandara YIA

Lokasi Relokasi Jumlah 2018 2019 2020 2021 2022

Glagah 102 Pen-Ibangunan PSU Lanjutan PSU


KK Permukiman & PSU Lanjutan
Palihan 99 KK Permukiman & PSU PSULanjutan PSU
lanjutan
Janten 54 KK Permukirnan & PSU PSU Lanjutan PSU
lanjutan
Kebonrejo 24 KK Permukirnan &PSU PSU PSU PSU
Lanjutan Lanjutan
Jangkaran 4 KK Permukirnan & PSU PSU PSU
Lanjutan
Kaligontung 53 KK Persiapan Pematangan lanah PSU PSU Rusus Kaligintung 53
(RumahKhusus) & Permukiman & PSU Lanjutan um terhuni 29 unit.

Jumlah 386
KK

Pada tahun 2019, pembangunan Prasarana Sarana Utilitas (PSU) di

permukiman yang digunakan sebagai relokasi warga terdampak oleh proyek

pembangunan bandara dilakukan melalui APBD Kabupaten Kulon Progo. Kawasan

relokasi ini mencakup dua Kalurahan, yaitu Kebonrejo dan Jangkaran. Namun, relokasi

di kedua Kalurahan ini tidak dilakukan oleh Satuan Kerja (Satker) Penyediaan

Perumahan yang tergabung dalam Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat (PUPR). Sementara itu, pembangunan PSU di Kalurahan Glagah, Kalurahan

Palihan, dan Kalurahan Janten sudah selesai dilakukan oleh Satker tersebut pada

tahun 2018.Pekerjaan pembangunan PSU di Kalurahan Kebonrejo dilanjutkan pada

tahun 2020, termasuk pembangunan jalan lingkungan sepanjang 150 meter, jalan

paving sepanjang 100 meter, drainase sepanjang 430 meter, penerangan jalan

sebanyak 27 unit, serta talud, pagar, tempat sampah, dan kontainer sampah. Dalam

rangka mempersiapkan kebutuhan lahan untuk relokasi, sebidang tanah dari Paku

Alam Ground telah disediakan. Tanah tersebut akan digunakan untuk rumah khusus

di Kalurahan Kaligintung dengan kapasitas 53 unit melalui APBD Kabupaten untuk


146
tipe 36/80. Proses pematangan lahan dilakukan pada tahun 2019 dan rencana

pembangunan akan dilaksanakan oleh Satker Penyediaan Perumahan Kementerian

PUPR. Pada tahun 2020, proses pematangan lahan dilakukan di Pedukuhan Tapen,

Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap untuk relokasi warga terdampak proyek

pembangunan di Kulon Progo, termasuk persiapan bagi warga yang terdampak oleh

pembangunan jalur kereta api Bandara dan rencana pembangunan Jalan Bebas

Hambatan Jogja – Cilacap. Pada tahun 2022, sudah dilaksanakan pembangunan

perumahan khusus untuk warga terdampak di Kaligintung dengan total 53 unit,

namun saat ini baru dihuni sebanyak 59 unit.

Capaian SPM Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2022

Penyediaan Kebutuhan pokok air minum sehari-hari

Presentase Penerima Layanan Dasar Jumlah Total Jumlah Total Jumlah yang Total
Yang Harus Terlayani belum terlayani Pencapaian (%)
Dilayani
1 Jumlah Yang harus dilayani 2.086 2.086 0 100%
Presentase Penerima Layanan Dasar Jumlah Total Jumlah Total Jumlah yang Total
Yang Harus Terlayani belum terlayani Pencapaian (%)
Dilayani
Kuantitas (kebutuhan pokok minimal 2.086 2.086 0 100%
60 liter/orang/hari)

2 Kualitas air (keruh, berwarna, berasa, 2.086 2.086 0 100%


berbusa, berbau)

3 Jaringan perpipaan 2.086 2.086 0 100%


4 Jaringan bukan perpipaan n.a. n.a. n.a. n.a.
Penyediaan Pelayanan Pengolahan Air limbah domestik
Presentase Penerima Layanan Dasar Jumlah Total Jumlah Total Jumlah yang Total
Yang Harus Terlayani belum terlayani Pencapaian (%)
Dilayani
Jumlah yang harus dilayani 600 600 0 100%
Presentase Pencapaian Mutu Jumlah total Yang Jumlah total Jumlah yang Persentase
Minimal Layanan Dasar harus dilayani Yang Terlayani belum capaian mutu
Terlayani 100%
1 Kuantitas akses pengolahan air limbah 600 600 0 100%
domestik
2 Kualitas pelayanan air limbah 600 600 0 100%
domestik
3 Sub-Sistem pengolahan setempat 600 600 0 100%
4 Sub-sistem pengangkutan 165 165 0 100%
5 Sub-sistem pengolahan lumpur tinja 165 165 0 100%
(IPLT)
Penyediaan Pelayanan Pengolahan Air limbah domestik

147
Presentase Penerima Layanan Dasar Jumlah Total Jumlah Total Jumlah yang Total
Yang Harus Terlayani belum terlayani Pencapaian (%)
Dilayani
Jumlah yang harus dilayani 600 600 0 100%
Jumlah Total
Jumlah Total Jumlah yang Total
Presentase Penerima Layanan Dasar Yang Harus
Terlayani belum terlayani Pencapaian (%)
Dilayani
1 Kuantitas akses pengolahan air limbah 600 600 0 100%
dornestik
2 Kualitas pelayanan air limbah 600 600 0 100%
domestik
3 Sub-Sistem pengolahan setempat 600 600 0 100%
4 Sub-sistem pengangkutan 165 165 0 100%
5 Sub-sistem pengolahan lumpur tinja 165 165 0 100%
(IPLT)
Penyediaan & rehabiitasi rumah yg layak huni bagi korban bencana Kab/kota
Presentase Penerima Layanan Dasar Jumlah Total Jumlah Total Jumlah yang Total
Yang Harus Terlayani belum terlayani Pencapaian (%)
Dilayani
Jumlah Yang harus dilayani 2 2 0 100%
Presentase Pencapaian Mutu Jumlah total Yang Jumlah total Jumlah yang Persentase
Minimal Layanan Dasar harus dilayani Yang Terlayani belum capaian mutu
Terlayani
1 Rehabilitasi Rumah Bagi Korban 2 2 0 100%
Bencana
2 Pembangunan Kembali Rumah Bagi 0 0 0 100%
Korban Bencana
3 Pembangunan Baru di Lokasi Baru/ 0 0 0 100%
Relokasi bagi Korban Bencana
4 Bantuan Akses Rumah Sewa Layak 0 0 0 100%
Huni Bagi Korban Bencana
Fasilitasi penyediaan rumah Yang layak huni bagi masyarakat Yang terkena relokasi program Pemerintah Daerah
kabupaten/ kota
Presentase Penerima Layanan Dasar Jumlah Total Jumlah Total Jumlah yang Total
Yang Harus Terlayani belum terlayani Pencapaian (%)
Dilayani
Jumlah yang harus dilayani 0 0 0 100%
Presentase Pencapaian Mutu Jumlah total Yang Jumlah total Jumlah yang Persentase
Minimal Layanan Dasar harus dilayani Yang Terlayani belum capaian mutu
Terlayani
1 Fasilitasi Penggantian Hak Atas 0 0 0 100%
Penguasaan Tanah dan/Atau
Bangunan
2 Subsidi (Jang Sewa 0 0 0 100%
3 Penyediaan Rumah Layak Huni 0 0 0 100%

2.3.2.5. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan Masyarakat

Ketentraman dan ketertiban merupakan kondisi yang sangat diharapkan oleh

masyarakat, sebab hal ini memungkinkan mereka menjalani kehidupan dalam

keadaan tenang dan damai. Lebih dari itu, ketentraman dan ketertiban juga

merupakan landasan penting untuk menjamin berjalannya pembangunan guna

148
mewujudkan aspirasi dan impian bersama. Usaha untuk mencapai kondisi ini

mencakup peningkatan dalam aspek-aspek seperti keamanan, kenyamanan di

lingkungan sekitar, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang aspek-aspek

nasional dan politik dalam masyarakat.

Tabel 2. 4 Capaian Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Tahun 2015 - 2022
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah pelanggaran yang 220 244 350 524 558 586 695 613
ditegakkan
Jumlah pelanggaran 220 244 450 524 558 586 695 613
Jumlah Anggota Sat Linmas 3.220 3.326 3.326 3326 3.968 3.968 3.968 3.968
Jumlah Linmas Yang pernah 3.326 3.326 3.326 3326 3.968 3.968 3.968 3.968
dibina
Jumlah Patroli 350 350 416 400 455 457 447 478
Sumber: Sat Pol PP Kabupaten Kulon Progo, 2023 dalam RKPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2024

Satuan Perlindungan Masyarakat (Linmas) memiliki tugas yang sangat penting yaitu:

• membantu dalam penanggulangan bencana,

• membantu keamanan, ketenteraman dan ketertiban masyarakat

• membantu dalam kegiatan sosial kemasyarakatan

• membantu penanganan ketenteraman, ketertiban dan keamanan

dalam penyelenggaraan pemilu;

• membantu upaya pertahanan Negara.

Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Kementeraian Dalam Negeri menentukan

bahwa minimal terdapat 1 orang Linmas di setiap RT. Di Kabupaten Kulon Progo

terdapat ada 3.326 orang yang menjadi linmas, sedangkan jumlah RT ada 4.392,

sehingga masih kekurangan sebanyak 1.066 orang, artinya SPM tercapai sebesar

0,76. Potensi konflik sosial yang mungkin muncul di masa depan harus dapat

dipertimbangkan terutama adanya kegiatatan pemilu atau pilkada misalnya.

2.3.2.6. Sosial

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial

mendefinisikan kesejahteraan sosial sebagai situasi di mana kebutuhan material,

149
spiritual, dan sosial warga negara terpenuhi sehingga mereka dapat hidup dengan

layak dan memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri serta menjalankan peran

sosialnya. Pembangunan kesejahteraan sosial dilakukan melalui dua program utama,

yaitu program perlindungan sosial dan program pemberdayaan sosial. Program

perlindungan sosial mengakomodasi pelayanan rehabilitasi sosial, pemberian

bantuan, dan jaminan sosial kepada Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).

Namun, di Kabupaten Kulon Progo, upaya pembangunan kesejahteraan sosial belum

berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kapasitas

lembaga sosial yang belum memadai, kurangnya SDM yang sesuai, minimnya

fasilitas pendukung, serta partisipasi masyarakat dan sektor usaha yang belum

optimal dalam pelayanan sosial.

Di samping itu, permasalahan sosial, terutama terkait dengan penyandang

sakit jiwa, orang terlantar, gelandangan, lansia terlantar, dan korban bencana,

memerlukan penanganan serius. Penanganan masalah sosial ini penting agar seluruh

lapisan masyarakat dapat memiliki kemandirian dalam aspek sosial, ekonomi, dan

budaya. Salah satu indikator untuk melihat kondisi sosial di suatu daerah adalah

dengan mengetahui persentase Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

yang memperoleh bantuan sosial. Berikut grafik jumlah PMKS di Kabupaten Kulon

Progo Tahun 2015 – 2022.

150
120.000
113.256

100.000 97.574 99.420


89.771 92.060

80.000 82.849

60.000

40.000

20.000 22.818 20.551

-
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 2. 1 Grafik Jumlah PMKS di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015 - 2022
Sumber : Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo, diolah.

Jumlah PMKS di Kabupaten Kulon Progo fluktuatif dengan kecenderungan

meningkat di tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2022. Jumlah PMKS tertinggi

pada tahun 2019. Pembagian PMKS tiap kategori dapat dilihat pada grafik berikut:

PMKS Lanjut usia PMKS Wanita PMKS Lainnya


terlantar rawan sosial 2%
3% ekonomi
PMKS 2%
Penyandang
cacat
5%
PMKS
Keluarga
miskin
14%

PMKS
Keluarga fakir
miskin
74%

Sumber : Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo, diolah

Terdapat 22 Kategori PMKS di Kabupaten Kulon Progo. Menurut grafik di atas

Keluarga fakir miskin menjadi kategori dengan jumlah orang paling banyak

dibandingkan dengan PMKS lainnya dengan meliputi 74% dari total seluruh PMKS di

151
tahun 2022 diikuti dengan keluarga miskin. Berikut rincian jumlah Penyandang

Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015 – 2022.

Tabel 1 Rincian Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2015 – 2022
Jumlah
Kategori PMKS
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Anak balita terlantar 534 496 445 263 174 174 81 100
Anak terlantar 4.443 3.884 3.941 2.844 1.685 1.685 938 667
Anak jalanan 44 18 17 5 5 5 1 3
Wanita rawan sosial
ekonomi - 1.999 2.124 2.089 2.010 2.010 1.816 1.516

Korban tindak
kekerasan/KTK - 110 134 93 78 95 70 89

Lanjut usia terlantar 5.961 8.793 9.336 8.506 5.205 5.205 4.088 3.308
Penyandang cacat 4.399 4.862 5.270 5.208 5.103 5.470 4.971 5.246
Penyandang cacat
penerima bantuan 166 151 188 193 193 4.067 100

Tuna susila 6 46 47 14 10 10 8 4
Pengemis 17 25 18 18 16 37 11 5
Gelandangan 13 18 15 14 10 12 6 24
Bekas warga binaan
lembaga
pemasyarakatan 675 41 7 19 16 15 16 22

Korban
penyalahgunaan 441 28 25 22 21 21 1 9
Napza
Keluarga fakir miskin 52.895 57.585 - - 66.481 17.515 103.214 73.210
Keluarga miskin 18.834 12.884 - - 31.189 64.319 64.319 14.266
Keluarga bermasalah
sosial psikologis 750 718 875 799 747 747 629 452

Korban bencana alam 11 156 122 199 N/A N/A 1.537 371
Korban bencana sosial 20 - - 28 N/A N/A N/A 4
Pekerja migran
bermasalah 514 66 90 38 35 35 29 24

Penyandang AIDS/HIV
orang dengan 214 165 201 204 278 26 NA
HIV/AIDS
Sumber : Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Kulon Progo, diolah.

No Jenis Bantuan Penerima Satuan

152
Sumber
Dana
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
a Bantuan Sosial untuk Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1 KABUPAT RLTH APBD 148 229 473 526 - 250 - - KK
EN RLTH Mensos 400 90 20 - - - - - KK
RLTH BAZDA 40 35 71 - 32 23 - - KK
RLTH APBDes 476 - - - - - KK
RLTH 24 67 - 109 100 1 - - KK
CSR/PNPM/dll
Bansos Lanjut 456 436 635 935 719 - - - Orang
Usia Terlantar
(LUT)
Bansos Balita 97 96 71 92 97 72 74 100 Orang
Bansos - 127 126 - - - Orang
Penyandang
Masalah
Kesejahteraan
Sosial (PMKS)
Bansos Yatim 397 183 197 - - - - - Anak
(kesra)
Bansos RTS 3861 99 - - - - - KK
(BPMPD)
Bansos 169 166 151 188 193 - - - Orang
Disabilitas Cacat
Berat (CB)/
Cacat Sedang
(CS)
Bansos Psikotik 2 2 4 - 1 19 - 20 Orang
Bansos Kursi - - - - - - Orang
Roda
Bansos - 1 - - - - Orang
Santunan
Kematian
Bansos Panti 926 436 845 1064 1054 528 789 703 Orang
(23 panti)
Permakanan 1016 835 600 274 762 148 89 371 KK
Bencana APBD
Pemakaman 8002 - 56 - - - 0 Orang
Bencana BCP
Pemakaman - - 4 7 5 3 Orang
Jenazah
Penderes - 16 8 19 7 16 Orang
BPNT APBD - - 4633 4184 4364 KPM
Bansos BTT - - 1003 - - KPM
Covid-19 9
Droping Air na na 19 - 0 KK
2 DIY Jaminan Sosial 194 340 - 135 - - - - Orang
Lanjut Usia
(JSLU)
Permakanan 40 40 2166 - - - - - Orang
Home care 100 40 - - - - - - Orang
Kursi Roda 2166 71 47 - - - Orang

153
Alat - 100 87 - - - Orang
BantuLainnya
RLTH PU 547 450 - - - - KK
Droping Air na na na 2500 1500 - KK
Asistensi Sosial 240 240 241 - 85 85 - - Orang
Lanjut Usia
(ASLU)
Asistensi Sosial 67 69 69 - - - - - Orang
Orang Dengan
Kecacatan
(ASODK)
Program - - 40 - - Orang
Rehabiltiasi
Sosial Anak
(PROGRESA)
Asuransi 391 4302 - - - - - Orang
Kesejahteraan 1
Sosial
(ASKESOS) (10
orsos)
Rastra/ BNPT/ 4302 4302 4732 4732 4951 4749 4317 47499 KPM
Sembako 1 1 3 3 5 6
Program - 3258 3000 2959 3032 34338 KPM
Keluarga 9 6 7 6
Harapan (PKH)
Asistensi Sosial 69 0 31 - - - Orang
bagi
Penyandang
Disabiltias Berat
(ASPDB)
Rumah Tidak 20 70 70 - - - KK
Layak Huni
(RTLH) APBN
Rumah Tidak 597 - - - - - KK
Layak Huni
(RTLH) APBD
Jumlah A - 8293 9315 8015 87414
7 1 0
b Pemberdayaan Sosial
1 KABUPAT Bansos Bantuan 55 120 115 73 1 - 20 - Kelompok
EN Sosial Kelompok
Usaha Bersama
(KUBE)
2 DIY Usaha Ekonomi 30 550 296 179 - 178 199 Orang
Produktif
Graduasi
Program
Keluarga
Harapan (UEP
Graduasi PKH)
Bantuan - - - - 24 119 Orang
pengembangan
UEP
PKH Graduasi
Tahun

154
2018 di Tahun
2021
(pengembangan
)
Usaha Ekonomi 40 20 - - - - - Orang
Produktif
Korban Tindak
Kekerasan dan
Pekerja Migran
(UEP KTK PM)
Kelompok 380 200 - - - - - Orang
Usaha Bersama
(KUBE) DIY
Pengembangan
3 APBN Usaha Ekonomi 40 - - 85 - - -
Produktif Lanjut
Usia
Terlantar (UEP
LUT)
Kelompok 1850 10 200 600 - - - Orang
Usaha Bersama
Program
Keluarga
Harapan (KUBE
PKH)/Perkotaan
Kelompok 550 - - 200 - - - Orang
Usaha Bersama
(KUBE) APBN L /
DSM
Kelompok 350 - - - - - - KK
Usaha Bersama
(KUBE) QUICK
WINS
Kelompok 400 - - 300 - - - Orang
Usaha Bersama
Fakir Miskin
(KUBE FM)
PERDESAAN
Kelompok 50 - - - - - KK
Usaha Bersama
(KUBE)
EWarong
Jumlah B - - 1365 - 222

2.3.2.7. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Gambar 2. 2 Indeks Pembangunan Gender Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015 - 2022

155
95,80
95,60
95,54
95,40
95,20
95,07 95,09
95,00
94,80 94,77
94,73 94,73
94,60
94,40 94,38 94,39
94,20
94,00
93,80
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

No Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021


1 Korban Kekerasan terhadap 43 71 54 54 32
Perempuan
2 Korban Kekerasan terhadap 66 62 77 98 81
Anak
3 Jumlah Korban Kasus 109 133 131 152 113
Kekerasan terhadap
Perempuan
dan Anak
4 Jumlah Kasus KDRT 46 44 51 26 23
Jumlah Keluarga 149.839 149.265 149.976 154.796 152.833
Persentase kasus KDRT (%) 30,818 29,478 34,005 167,963 0.0150491

Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan indikator yang menggambarkan

perbandingan capaian antara IPM perempuan dengan IPM laki-laki.

Penghitungan IPG membutuhkan data IPM yang terdiri dari tiga unsur, yaitu

umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Semakin

mendekati 100, maka semakin kecil ketimpangan pembangunan yang terjadi

antara perempuan dan laki-laki.

2.3.2. Fokus Layanan Urusan Wajib yang Tidak Berkaitan dengan Pelayanan

Dasar

2.3.5.3. Tenaga Kerja

Isu utama ketenagakerjaan adalah rendahnya produktivitas pekerjaan dan

ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dan peluang pekerjaan, yang

akhirnya mengakibatkan munculnya masalah pengangguran. Rasio Tingkat

Pengangguran Terbuka (TPT) mencerminkan perbandingan antara jumlah individu


156
dalam populasi usia kerja yang sedang menganggur dengan jumlah total angkatan

kerja.

2.3.5.4. Pangan

Program dan kegiatan dalam urusan pangan dilaksanakan dalam rangka

penguatan cadangan pangan, aksesibilitas pangan dan ketersediaan informasi dan

peningkatan mutu konsumsi pangan. Kinerja urusan pangan diukur dengan Peraturan

Menteri Pertanian RI Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota, dengan

capaian pada Tahun 2015-2022 terlihat pada Tabel berikut.

Capaian SPM Urusan Pangan Tahun 2019-2022

NO Jenis Pelayanan Dasar Indikator 2018 2019 2020 2021 2022


1 Ketersediaan dan Ketersediaan Energi Per 3.264 3.479 3.407 3.42 3.461
cadangan pangan kapita (kkal/kap/hr)
Ketersediaan Protein Per 83,94 102,27 100,80 161,09 102,65
Kapita (gr/kap/hr)
Cadangan pangan 4,5 4,5 4,55 4,55 14,55
pemerintah (ton)
Penguatan Cadangan 1.561 1.631,5 1.78 2.537,50 n.a
Pangan masyarakat (ton)
2 Distribusi dan Akses Ketersediaan Informasi 91,52 91,52 91,52 91,45 91.52
Pangan Pasokan, Harga dan
Akses Pangan di Daerah
(%)
Stabilitas Harga dan 98,60 100,59 100,66 99,38 99.43
PasokanPangan (%)
3 Penganekaragaman Pencapaian Skor Pola 92,30 92,60 92,60 92,82 92.1
dan Keamanan Pangan Pangan Harapan (PPH)
Pengawasan dan 95,06 70,59 100 98 98
Pembinaan Keamanan
Pangan (%)
4 Penanganan Penanganan Daerah 36 36 36 0 0
Kerawanan Pangan Rawan Pangan
(Kalurahan)

Sumber data: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, 2023
Dari petunjuk prestasi untuk bidang pangan di atas, terdapat satu petunjuk

yang belum terpenuhi, yakni jumlah persediaan pangan yang dikelola oleh

pemerintah. Persediaan pangan yang dianggap optimal di daerah Kulon Progo adalah

120 ton (berdasarkan ketentuan Peraturan Daerah DIY nomor 4 Tahun 2018
157
mengenai Pengelolaan Persediaan Pangan dan Instruksi Gubernur nomor 2 Tahun

2018 mengenai Besaran Persediaan Pangan yang Harus Dimiliki oleh Pemerintah

Kabupaten / Kota). Saat ini, stok persediaan pangan pemerintah daerah baru

mencapai 14,55 ton beras. Persediaan pangan pada tahun 2021 sebanyak 4,55 ton,

kemudian pada tahun 2022 dan 2023 ditambahkan masing-masing 10 ton, sehingga

jumlah persediaan pangan hingga akhir tahun 2023 meningkat menjadi 24,55 ton.

Pencapaian dalam hal ketersediaan energi telah mencapai 3.461

kkal/kap/hari, melebihi secara signifikan batas standar yang ditetapkan sebesar 2.100

kkal/kap/hari. Pencapaian dalam ketersediaan protein juga mengalami peningkatan

pada tahun 2022, mencapai 102,65 gr/kapita/hari. Angka ini jauh di atas nilai minimal

ketersediaan protein yang ditetapkan sebesar 56 gr/kapita/hari. Berdasarkan

perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH) tahun 2022, nilai mencapai 92,10,

melebihi standar nasional yang ditetapkan sebesar 90. Untuk indikator pengawasan

dan pembinaan keamanan pangan pada tahun 2022, mencapai skor 98. Dalam 100

sampel produk sayuran dan pangan segar yang diperiksa, terdapat 2 sampel yang

mengandung residu pestisida dan zat kimia.

Perkembangan Jumlah Desa Rawan Pangan Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2015–2022

No. Kapanewon 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Keterangan
1 Temon 0 0 0 0 0 0 0
2 Wates 1 0 0 0 0 0 0
3 Panjatan 0 0 0 0 0 0 0
4 Galur 0 0 0 0 0 0 0
5 Lendah 0 0 0 0 0 0 0
6 Sentolo 1 0 0 0 0 0 0
7 Pengasih 0 1 0 0 0 0 0
8 Kokap 1 1 1 1 1 0 0 2020: Kalirejo
9 Girimulyo 1 0 0 0 0 0 0
10 Nanggulan 0 0 0 0 0 0 0
11 Kalibawang 0 0 0 0 0 0 0
12 Samigaluh 2 2 2 2 2 0 0 2020: Banjarsari,
Kebonharjo

158
No. Kapanewon 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 Keterangan
Jumlah 6 4 3 3 3 0 0
Sumber data: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, 2023
Pemerintah telah melakukan campur tangan melalui tindakan pemberdayaan

masyarakat yang rentan pangan, melalui inisiatif yang dikenal sebagai Program Desa

Mandiri Pangan. Langkah ini diambil sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan

kapasitas penduduk pedesaan dengan menggunakan secara efektif sumber daya

yang ada atau di bawah kendalinya, guna mencapai kemandirian dalam hal pasokan

pangan untuk rumah tangga dan masyarakat secara keseluruhan, dengan tujuan

akhir mencapai ketahanan pangan. Intervensi ini utamanya difokuskan pada sepuluh

desa yang menjadi proyek percontohan untuk mengurangi tingkat kemiskinan

ekstrem di Kabupaten Kulon Progo. Desa-desa ini mencakup Sendangsari dan

Sidomulyo di wilayah Kapanewon Pengasih; Demangrejo dan Kaliagung di Sentolo;

Kebonharjo, Purwoharjo, dan Banjarsari di Samigaluh; serta Kalirejo, Hargotirto, dan

Hargowilis di wilayah Kapanewon Kokap.

Terdapat beragam usaha yang dilakukan guna meningkatkan ketangguhan

pangan masyarakat, salah satunya melibatkan pendampingan Lumbung Pangan

Masyarakat. Pada tahun 2022, Pemerintah Daerah DIY melokasikan bantuan kepada

2 kelompok petani atau kelompok lumbung dengan menyediakan pasokan gabah

untuk mengisi cadangan mereka. Setiap kelompok menerima alokasi sebesar 1,5 ton

gabah kering yang telah digiling (GKG). Gabah ini kemudian dikelola oleh kelompok

tersebut agar bisa dimanfaatkan oleh anggota kelompok saat mereka belum

memanen padi. Selain itu, ada pula dukungan untuk memberdayakan pekarangan

bagi Kelompok Wanita Tani (KWT). Pada tahun 2022, terdapat alokasi untuk 40

kegiatan pemberdayaan pekarangan bagi 40 KWT di daerah Kulon Progo. Upaya

pendampingan ini didanai melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

kabupaten, APBD DIY, Dana Keistimewaan, dan juga Dana Alokasi Khusus (DAK Non

Fisik) dari Kementerian Pertanian.

159
Program penyuluhan pertanian merupakan bagian yang sangat penting

dalam rangka meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung

ketahanan pangan dan menurunkan angka kemiskinan. Capaian kinerja penyuluhan

pertanian Tahun 2016-2022 disajikan dalam Tabel berikut ini

Jumlah Kelompok Tani, Petani dan Keanggotaan Kelompok Tani

No. Kondisi 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022


1. Jumlah 1.968 1.410 1.469 1.506 1.542 1.584 1.610
kelompok
tani
a. Kelas Pemula 533 171 179 192 189 177 159
b. Kelas Lanjut 502 483 482 480 490 528 534
c. Kelas Madya 811 654 684 715 735 743 773
d. Kelas Utama 121 102 124 119 128 136 144
2.a. Jumlah 139.149 139.228 139.785 138.922 139.710 139.710 141,919
petani/buruh
tani
b. Jumlah 88.041 72.800 73.183 74.189 76.516 76.560 78.725
keanggotaan
dlm
kelompok
tani
c. Rasio jumlah 63,27 5,29 52,29 52,26 53,4 54,79 55,47
anggota
kelompok
tani
dibanding
jumlah
petani/buruh
tani (%)
Sumber data: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, 2023
Dari data yang tertera dalam tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi variasi

jumlah kelompok tani pada masing-masing kategori. Selama periode dari tahun 2016

hingga tahun 2022, jumlah kelompok tani mengalami fluktuasi yang disebabkan oleh

adanya pendirian kelompok baru serta kenaikan kategori kelompok. Seiring

perkembangannya, terjadi pertumbuhan signifikan dalam pembentukan kelompok

tani baru, terutama kelompok wanita tani (KWT).

160
Kualitas konsumsi pangan tercermin melalui Skor Pola Pangan Harapan

(PPH), yang dipengaruhi oleh variasi dan keseimbangan dalam konsumsi berbagai

jenis makanan oleh kelompok masyarakat. PPH merupakan rangkaian komposisi

beragam jenis pangan yang didesain berdasarkan proporsi yang seimbang dari setiap

kelompok pangan, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, baik dari segi

jumlah maupun kualitas, dan mempertimbangkan aspek daya terima, ketersediaan

pangan, aspek ekonomi, budaya, serta agama.

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) umumnya digunakan untuk mengarahkan

perencanaan konsumsi, kebutuhan, dan penyediaan makanan yang optimal di suatu

daerah. Selain itu, pangan juga merupakan elemen utama dalam konteks Daya

Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup yang berbasis pada layanan ekosistem.

Pentingnya mencapai skor PPH ini ditegaskan oleh Undang-Undang Nomor 18 tahun

2012 mengenai Pangan serta Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2015 tentang

Ketahanan Pangan dan Gizi. Di bawah ini adalah rangkaian Skor Pola Pangan

Harapan Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2017 hingga 2022.

Skor Pola Pangan Harapan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2022

Skor PPH
No Kelompok Pangan
2017 2018 2019 2020 2021 2022
1. Padi-padian 22,2 21,5 21,5 21,5 21,6 20,3
2. Umbi-umbian 1,8 1,8 1,8 1,8 1,9 2,5
3. Pangan Hewani 24 24 24 24 24 24
4. Minyak dan Lemak 2,9 2,9 3 3 3 3
5. Buah/Biji Berminyak 0,8 0,8 0,8 0,8 0,9 0,9
6. Kacang-kacangan 10 10 10 10 10 10
7. Gula 1,2 1,2 1,5 1,5 1,5 1,5
8. Sayur dan Buah 30 30 30 30 30 30
9. Lain-lain 0 0 0 0 0 0
Total 93 92,3 92,6 92,6 92,82 92,1

Sumber data: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, 2023
Melihat skor pangan harapan kabupaten Kulon Progo menunjukan capaian

yang semakin meningkat dari tahun ke tahun meskipun belum mencapai angka

161
standar 100. Tahun 2022 ini, skor PPH mencapai 92,10 Faktor pendorong

tercapainya PPH adalah: kegiatan sosialisasi Pangan B2SA (Beragam, Bergizi,

Seimbang, Aman) di setiap pertemuan kelompok wanita tani, dengan harapan

anggota KWT (ibu-ibu) bisa mengimplementasikan menu - menu B2SA di keluarga

mereka. Sedangkan faktor penghambatnya adalah anak – anak dan remaja kurang

menyukai menu - menu sesuai Isi Piringku (Beragam Bergizi Seimbang dan Aman -

B2SA) dan banyak yang menyukai menu siap saji yang nutrisinya kurang lengkap.

2.3.5.5. Pertanahan

Sesuai dengan isi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, urusan pertanahan dianggap sebagai urusan pemerintahan

yang bersifat wajib dan tidak berhubungan dengan pelayanan dasar.

Penyelenggaraan urusan pertanahan, terutama terkait dengan administrasi

pertanahan di tingkat nasional, regional, dan sektoral, sepenuhnya dilakukan oleh

Badan Pertanahan Nasional (BPN). Capaian kinerja layanan dalam urusan

pertanahan dijabarkan dalam tabel berikut. Terdapat peningkatan terus menerus

dalam jumlah lahan yang memiliki sertifikat mulai dari tahun 2018 dengan

pencapaian 72,36%, kemudian meningkat menjadi 78,06% pada tahun 2019, dan

mencapai puncaknya pada tahun 2020 dengan angka 79,75%. Sejak tahun 2018,

BPN telah mengadopsi data dasar mengenai lahan yang bersertifikat yang

diperbarui, sehingga perbandingan lahan yang bersertifikat sebelum dan sesudah

tahun 2018 tidak dapat disimpulkan secara linear karena berpotensi menimbulkan

interpretasi yang salah. Selanjutnya, cakupan jumlah aset yang dimiliki oleh

Pemerintah Daerah (Pemda) yang memiliki sertifikat juga mengalami peningkatan

meskipun masih pada tingkat yang relatif rendah. Pada tahun 2021, persentasenya

adalah 31,37%, dan meningkat menjadi 33,99% pada tahun 2022. Aset Pemda yang

belum memiliki sertifikat sebagian besar berupa jalan dan daerah/saluran irigasi,

yang merupakan kewenangan Kabupaten. Untuk indikator kinerja program, ada

perubahan dalam perhitungannya pada tahun 2019, sehingga perbandingan angka

162
capaian sebelum dan setelah tahun 2019 tidak dapat disimpulkan secara linear.

Capaian indikator kinerja program pada tahun 2022 mencapai 68,94%.

Kondisi Kinerja Urusan Pertanahan Tahun 2018-2022

No Uraian Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah lahan
1 ha 42.088 43.208 46.274 42.425 45.766 46.755 50.756 53.806
bersertifikat
Jumlah lahan yang
2 seharusnya ha 58.628 58.628 58.628 58.628 58.628 58.628 58.628 58.628
bersertifikat
Jumlah aset Pemda
3 bidang 166 202 213 253 263 279 299 324
bersertifikat
Jumlah aset Pemda
4 yang seharusnya bidang 199 213 244 953 953 953 953 953
bersertifikat
Jumlah permasalahan
5 pertanahan yang kasus 17 29 10 10 10 10 10 10
diselesaikan
Jumlah permasalahan
6 kasus 22 42 10 10 10 10 10 10
pertanahan
Capaian indikator
7 % 77,49 79,18 79,89 80,10 66,60 68,71 68,86 68.94
kinerja program
Sumber data: Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Kulon Progo, 2023
Urusan pertanahan adalah salah satu aspek khusus yang membedakan

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dari provinsi-provinsi lain, terutama

terkait dengan status kepemilikan tanahnya. Di samping tanah yang dimiliki oleh

masyarakat dan tanah yang menjadi milik negara, terdapat tiga status kepemilikan

tanah lainnya, yaitu tanah Kasultanan (Sultan Ground), tanah Kadipaten (Paku Alam

Ground), dan tanah Kalurahan. Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah

Istimewa DIY Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Tanah

Kasultanan dan Tanah Kadipaten, tanah Kasultanan merujuk kepada tanah yang

menjadi hak milik Kasultanan, termasuk tanah Keprabon dan tanah bukan Keprabon

(Dede Keprabon) yang terdapat di kabupaten/kota di wilayah DIY. Sementara itu,

tanah Kadipaten merujuk kepada tanah yang menjadi hak milik Kadipaten, termasuk

tanah Keprabon dan tanah bukan Keprabon (Dede Keprabon) yang juga terdapat di

kabupaten/kota di wilayah DIY. Lebih lanjut, Peraturan Gubernur DIY Nomor 34 Tahun

2017 tentang Pemanfaatan Tanah Kalurahan menjelaskan bahwa Tanah Kalurahan

adalah tanah yang berasal dari Kasultanan dan/atau Kadipaten, yang dikelola oleh

Pemerintah Kalurahan berdasarkan hak Anggaduh. Jenis tanah di dalamnya

163
mencakup Tanah Kas Kalurahan, Pelungguh, Pengarem-Arem, serta tanah untuk

kepentingan umum. Persebaran dan status hukum tanah Kasultanan, tanah

Kadipaten, dan tanah Kalurahan hingga tahun 2022 terperinci dalam tabel berikut.

Kondisi dan Sebaran Tanah Kasultanan, Tanah Kadipaten dan Tanah

Kalurahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

Tanah Kasultanan (bidang) Tanah Kadipaten (bidang) Tanah Desa (bidang)


No Kapanewon
SS BS SS BS SS BS
1 Temon - - 15 21 405 3
2 Wates - - 38 34 194 76
3 Pengasih 71 44 - - 370 66
4 Lendah 34 91 - - 212 10
5 Nanggulan 17 75 - - 408 53
6 Kokap 11 55 - - 183 28
7 Kalibawang 70 82 - - 279 49
8 Girimulyo 30 273 - - 127 245
9 Samigaluh 104 289 334 50
10 Sentolo 29 124 - - 369 21
11 Panjatan - - 24 51 225 15
12 Galur - - 102 203 319 21
366 1 179 309 3.425 637
Total Kabupaten
1.399 488 4.062
Sumber data : Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Kabupaten Kulon Progo, 2023
Keterangan : SS: Sudah Bersertifikat; BS: Belum Bersertifikat
Pada Tahun 2019 – 2020 Pemerintah Provinsi DIY bersama dengan

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo melakukan inventarisasi dan identifikasi atas

tanah SG, PAG dan tanah desa yang ada di wilayah Kabupaten Kulon Progo. Dari

kegiatan tersebut, didapatkan hasil bahwa beberapa bidang tanah yang semula tidak

teridentifikasi sebagai tanah SG, PAG dan tanah desa ternyata setelah ditelusur

merupakann tanah SG, PAG maupun tanah desa. Pada tahun 2020 terdapat

penambahan jumlah bidang tanah SG, PAG maupun tanah desa. Sebagian besar

penambahan bidang tanah tersebut berstatus belum bersertifikat.

Tanah Kasultanan banyak tersebar di wilayah utara Kabupaten Kulon Progo,

sedangkan tanah Kadipaten tersebar di wilayah selatan antara lain meliputi

Kapanewon Temon, Wates, Panjatan dan Galur. Apabila dilihat berdasarkan status

kepastian hukumnya, baik tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten masih banyak yang

164
berstatus belum bersertifikat. Sedangkan untuk tanah Kalurahan, sebagian besar

sudah bersertifikat. Maka, dalam rangka menjamin kepastian hukum dari tanah

Kasultanan, Kadipaten dan tanah Kalurahan, Pemerintah DIY melalui Dana

Keistimewaan setiap tahunnya mengalokasikan anggaran untuk percepatan

pendaftaran atau pengurusan sertifikat tanah – tanah tersebut.

2.3.5.6. Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup dapat diartikan sebagai suatu entitas spasial yang

mencakup segala komponen, energi, kondisi, dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan tindakan mereka, yang saling mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

kehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Sejalan dengan

pelaksanaan berbagai proyek strategis di Kabupaten Kulon Progo, di mana kegiatan

pembangunan ini membutuhkan pemanfaatan sumber daya alam yang makin

meningkat, juga terdapat potensi terjadinya dampak negatif seperti pencemaran dan

kerusakan lingkungan. Situasi ini bisa mengancam daya dukung, kapasitas tahanan,

dan produktivitas lingkungan hidup, yang pada akhirnya berpotensi menjadi beban

masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menjaga dan mengelola lingkungan

hidup dengan baik demi keberlanjutan dan keseimbangan lingkungan secara

keseluruhan.

Untuk mengukur kualitas lingkungan hidup dalam suatu wilayah, digunakan

Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) yang mencakup penilaian terhadap kondisi

kualitas air (dikenal sebagai Indeks Kualitas Air-IKA), kondisi kualitas udara (dikenal

sebagai Indeks Kualitas Udara-IKU), serta kondisi tutupan lahan (dikenal sebagai

Indeks Kualitas Tutupan Lahan). IKLH berfungsi sebagai ukuran performa

pengelolaan lingkungan hidup dan menggambarkan secara substansial status atau

kualitas lingkungan hidup suatu daerah. IKLH memiliki potensi untuk menjadi sumber

data dan informasi yang penting dalam merumuskan kebijakan serta pengambilan

keputusan terkait perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik oleh

pemerintah maupun masyarakat secara luas.


165
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 27

Tahun 2021 mengenai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, komponen yang digunakan

untuk menghitung IKLH terdiri dari tiga indikator utama, yaitu indikator kualitas air,

kualitas udara, dan kualitas tutupan lahan. Indikator kualitas air dihitung berdasarkan

berbagai parameter, termasuk Derajat Keasaman (pH), Kadar Oksigen Terlarut (DO),

Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD), Kebutuhan Oksigen Kimia (COD), Total Padatan

Tersuspensi (TSS), Kadar Nitrat (NO3-N), Total Fosfat (T-Phosphat), dan Kandungan

Fecal Coliform (Fecal Coli). Sampel untuk mengukur kualitas air diambil dari 9 titik

sungai, yang meliputi Sungai Serang, Papah, Papak, Sudu, Nagung, Tedunan/Gede,

Tinalah, Ngrancah, dan Pening. Indikator kualitas udara dihitung berdasarkan

parameter sulfur dioksida (SO2) dan nitrogen dioksida (NO2), yang diambil dari

berbagai lokasi seperti area perkantoran, industri, permukiman, dan transportasi.

Sementara itu, indikator kualitas tutupan lahan dihitung berdasarkan perhitungan

luas tutupan lahan dalam wilayah yang diamati.

Seiring berjalannya waktu, perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

(IKLH) terus mengalami penyempurnaan. Pada periode tahun 2009-2011,

penyempurnaan dilakukan dengan mengubah titik acuan dan metode perhitungan.

Setiap indikator dalam IKLH dibandingkan dengan standar atau ketentuan yang

ditetapkan dalam peraturan pemerintah, seperti baku mutu air dan baku mutu udara

ambien. Kemudian, pada tahun 2012-2014, metodologi ditingkatkan dengan

menerapkan pembobotan agar tercipta keseimbangan dinamis antara isu hijau

(aktivitas pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan) dan isu coklat

(aktivitas pengelolaan lingkungan yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran

dan kerusakan). Selanjutnya, pada tahun 2016-2017, dilakukan penyempurnaan lagi

dengan mengembangkan metode perhitungan Indeks Kualitas Air (IKA). Metodologi

perhitungan Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) juga disempurnakan dengan

mempertimbangkan aspek konservasi dan rehabilitasi yang berhubungan dengan

perubahan tutupan lahan atau hutan, serta karakteristik wilayah secara spasial.

166
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik

Indonesia Nomor 27 Tahun 2021 mengenai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup, terjadi

perubahan pada parameter pengukuran dan kategori indeks sesuai dengan peringkat

nilai. Dalam peraturan ini, terdapat kebijakan baru yang menyebabkan jumlah

parameter penilaian pada tahun 2022 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

IKLH Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

No. Tahun IKA IKU IKTL IKLH


1 2015 70 98,76 36,93 68,56
2 2016 62 98,07 37,27 65,75
3 2017 40 94,22 65,28 66,38
4 2018 38 93,86 70,13 67,61
5 2019 40 93,17 66,11 66,4
6 2020 38,33 92,91 74,1 69,01
7 2021 38 92,15 73,32 68,69
8 2022 36 91,3 69,55 66,01
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2023
Dari informasi yang diberikan dalam tabel di atas, terlihat bahwa Indeks

Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) untuk tahun 2022 mengalami penurunan sebesar

2,68 poin dibandingkan dengan tahun 2021, yakni dari 68,69 menjadi 66,01. Hasil

nilai IKLH tersebut dinyatakan berada dalam kategori sedang. Selain itu, nilai Indeks

Kualitas Air (IKA) juga mengalami penurunan sebesar 2,00 poin dari tahun 2021,

yakni dari 38 menjadi 36. Capaian nilai IKA pada tahun 2022 berdasarkan hasil

pengujian kualitas air sungai dikategorikan sebagai kurang, yang menunjukkan

penurunan dari tahun 2021 dan belum mencapai target yang ditetapkan.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perubahan kualitas

air, salah satunya adalah adanya kecenderungan peningkatan beban pencemaran di

sungai dari tahun ke tahun, sementara kemampuan daya tampung dan dukung

lingkungan terbatas. Berdasarkan hasil uji kualitas air sungai, tampak bahwa

parameter pencemar yang paling dominan dan melebihi batas mutu air sungai adalah

Fecal Coli. Pencemaran ini berasal dari limbah domestik dan mungkin terkait dengan

167
infrastruktur Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang tidak memenuhi standar

yang seharusnya.

Dari hasil pengujian kualitas udara, terlihat bahwa capaian indeks di

Kabupaten Kulon Progo masih berada dalam kategori sangat baik, meskipun terjadi

penurunan dari tahun sebelumnya. Pengukuran kualitas udara ambien dilakukan di

empat lokasi yang mewakili berbagai area, yakni transportasi, industri, perkantoran,

dan permukiman, dengan mengacu pada persyaratan dan kriteria yang telah

ditetapkan. Nilai Indeks Kualitas Udara (IKU) dipengaruhi oleh berbagai faktor yang

berhubungan satu sama lain, seperti lalu lintas, pengelolaan ruang terbuka hijau,

pengawasan penggunaan bahan-bahan emisi yang tidak ramah lingkungan, serta

partisipasi masyarakat dan pelaku usaha dalam upaya menjaga kualitas udara yang

baik.

Indikator Target Capaian Persentase


Indeks Kualitas Air (IKA) 38,00 36,00 94,74
Indeks Kualitas Udara (IKU) 95,65 91,30 95,45
Indeks Kualitas Tutupan Lahan (IKTL) 70,05 69,55 99,29
Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (iklh) 68,12 66,01 96,90
Sumber : Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo, 2023

2.3.5.7. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Semua warga yang telah mencapai usia 17 tahun atau telah menikah

diharuskan memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), tindakan ini bertujuan untuk

mengamankan kelancaran administrasi kependudukan. Dalam upaya meningkatkan

keakuratan data, dimulai sejak tahun 2014, dilaksanakan pencatatan informasi

penduduk melalui program KTP elektronik (KTP-el). Langkah ini dimaksudkan untuk

mencegah adanya kepemilikan ganda KTP serta memastikan administrasi yang lebih

tepat terhadap penduduk yang telah meninggal dunia.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Ber-KTP Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022


No Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Rasio 97 97,91 98,96 99,06 98,8
penduduk ber
168
KTP persatuan
wajib KTP
2 a. Jumlah 331,474 337,646 340,129 342,819 338,56
pendudukusia
> 17 tahun
atau telah
menikah ber
KTP
3 b. Jumlah 342,869 344,838 343,709 346,076 342,669
penduduk usia
>17 tahun atau
telah menikah
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo, 2023
Pelayanan catatan sipil merupakan jenis pelayanan yang terkait dengan

pencatatan kejadian-kejadian penting seperti kelahiran, kematian, pernikahan,

perceraian, serta pengangkatan dan pengesahan pengakuan anak. Fungsi pelayanan

ini adalah untuk menjalankan proses administrasi yang teratur dalam rangka

mengakui status kewarganegaraan.

Tabel 3 Layanan Catatan Sipil Tahun 2015-2022


Pelayanan Akta Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Catatan Sipil
Rasio bayi Persen 99 98 99 99 94
berakte
a.Jml bayi lahir Orang 5.035 5.23 4.835 4.944 4.539
yang mempunyai
akte kelahiran
b. Jml Orang 5.099 5.323 4.873 5.019 4.835
keseluruhan bayi
lahir
Rasio perkawinan Persen 95 95 95 95 100
berakte nikah
a.Jumlah Pasangan 151 143 143 125 248
pasangan nikah
berakte nikah
b. Jumlah Pasangan 2.819 1.968 2.465 1.843 2.942
pasangan nikah
bersurat nikah
c. Jumlah Pasangan 1.97 3.111 2.608 1.968 3.19
keseluruhan
pasangan nikah

169
d. Akta Pasangan 17 14 18 21 25
Perceraian
e. Akta Kematian Orang 8.681 7.247 8.012 6.633 8.132
f. Pengakuan dan Orang 1 - 3 3 2
pengesahan anak
g. Pengangkatan Orang 13 11 10 8 12
Anak
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon Progo, 2023

2.3.5.8. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa telah

mengakibatkan perubahan yang sangat berarti dalam pelaksanaan pembangunan di

tingkat Kalurahan. Salah satu aspek utamanya adalah pengalokasian Dana Desa oleh

pemerintah pusat kepada setiap Desa, yang mewajibkan pemerintah Desa untuk

menjadi lebih profesional dalam merencanakan, menganggarkan, melaksanakan, dan

mempertanggungjawabkan pembangunan. Dana Desa ini digunakan untuk

mendanai pelaksanaan kewenangan yang berhubungan dengan hak asal-usul dan

kewenangan lokal yang terkait dengan desa. Selain Dana Desa, sumber pendapatan

desa juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya melalui pos

bantuan keuangan kepada desa, sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini.

Jenis
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Bantuan
Alokasi Dana Desa 73.411.366.000 73.354.772.000 74.760.286.000 67.991.810.496 67.381.014.000
(Rp)
Bagi hasil pajak 5.143.709.979 3.461.244.008 10.139.286.000 6.668.613.511 8.534.150.000
(Rp)
Bagi hasil retribusi 1.145.206.766 543.443.864 1.223.347.000 771.621.418 1.093.859.533
(Rp)
Jumlah (Rp) 79.700.282.745 77.359.459.872 86.122.919.000 75.432.045.425 77.009.023.533

Dari data di atas terlihat bahwa alokasi dana desa kepada kalurahan

mengalami peningkatan pada tahun 2019, namun mengalami penurunan pada tahun

2020 dan tahun 2021 karena refocusing alokasi untuk penanganan Covid-19. Hasil

pajak juga mengalami fluktuasi, yang dipengaruhi oleh realisasi penerimaan pajak

daerah. Begitu juga, hasil retribusi mengalami fluktuasi karena tergantung pada

realisasi penerimaan retribusi daerah. Pada tahun 2022, alokasi dana desa dan bagi

170
hasil retribusi mengalami penurunan, tetapi bagi hasil pajak justru mengalami

kenaikan.

Dalam hal sarana dan prasarana perkantoran kalurahan, kondisinya sangat

mempengaruhi kelancaran pelaksanaan pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan masyarakat. Namun, belum semua gedung kantor kalurahan berada

dalam kondisi yang baik. Rincian kondisi gedung kantor kalurahan dapat dilihat dalam

tabel berikut.

NO KAPANEWON Tahun 2022

BAIK SEDANG RUSAK RINGAN

1 TEMON 7 4 4

2 WATES 4 2 1

3 PANJATAN 8 2 1

4 GALUR 4 2 1

5 LENDAH 6 - -

6 SENTOLO 4 4 -

7 PENGASIH 5 1 1

8 KOKAP 5 - -

9 GIRIMULYO 4 - -

10 NANGGULAN 4 2 -

11 SAMIGALUH 3 3 1

12 KALIBAWANG 3 1 -

Jumlah 57 21 9

Dari tabel di atas, terlihat bahwa pada tahun 2022 terdapat 57 kalurahan

dengan kondisi kantor yang baik, 21 kalurahan dengan kondisi kantor sedang, dan 9

kalurahan dengan kondisi gedung kantor rusak ringan. Meskipun telah ditetapkan

Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Bupati (Perbup) sebagai dasar untuk

menjalankan pemerintahan di kalurahan, namun hal ini belum sepenuhnya mampu

mengoptimalkan kinerja pemerintahan kalurahan. Hal ini terbukti dari hasil

171
pemeriksaan penyelenggaraan pemerintah kalurahan yang dilakukan oleh aparat

pengawasan kabupaten. Hasil dari pengawasan ini selama periode 2018-2022 dapat

dilihat dalam tabel berikut

Tahun Jenis Obyek Pemeriksaan Pemeriksaan Penyelenggaraan Pemerintahan Kalurahan


2015 Hasil (LHP, LHE, LHR)
Hasil (LHP, LHE, LHR)
Jumlah Temuan
2016 Hasil (LHP, LHE, LHR)
Hasil (LHP, LHE, LHR)
Jumlah Temuan
2017 Hasil (LHP, LHE, LHR) 87
Hasil (LHP, LHE, LHR) 297
Jumlah Temuan 426
2018 Hasil (LHP, LHE, LHR) 105
Hasil (LHP, LHE, LHR) 87
Jumlah Temuan 297
2019 Jumlah Rekomendasi 426
Hasil (LHP, LHE, LHR) 105
Hasil (LHP, LHE, LHR) 87
2020 Jumlah Temuan 297
Jumlah Rekomendasi 426
Hasil (LHP, LHE, LHR) 105
2021 Jumlah Temuan 122
Jumlah Rekomendasi 80
Hasil (LHP, LHE, LHR) 138
2022 Jumlah Temuan 70
Jumlah Rekomendasi 126
Hasil (LHP, LHE, LHR) 87

Berdasarkan sumber data dari Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo tahun

2023, terlihat bahwa dalam tabel di atas terdapat Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP),

Laporan Hasil Evaluasi (LHE), dan Laporan Hasil Review (LHR) yang masih

mengandung banyak temuan dan rekomendasi yang memerlukan tindaklanjuti oleh

pemerintah kalurahan. Meskipun begitu, secara keseluruhan, jumlah temuan telah

mengalami penurunan pada tahun 2022 jika dibandingkan dengan tahun 2021.

172
Salah satu program yang dilaksanakan adalah Kegiatan TNI Manunggal

Membangun Desa, yang bekerjasama dengan TNI dengan tujuan untuk melakukan

pembangunan desa secara terpadu melibatkan TNI, aparat pemerintah, dan

masyarakat desa. Hal ini bertujuan untuk mencapai kemanunggalan antara TNI dan

masyarakat, serta memastikan terpenuhinya sarana prasarana desa dan menjaga

stabilitas keamanan di masyarakat. Pada tahun 2022, kegiatan ini dilakukan dalam

tiga tahap, yakni tahap I di Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Lendah, tahap II di

Kalurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, dan tahap III di Kalurahan Sidoharjo,

Kapanewon Samigaluh.

Selain itu, Kegiatan Karya Bakti TNI juga dilakukan di Kalurahan Sendangsari,

Kapanewon Pengasih. Dalam pelaksanaan Karya Bakti TNI ini, terlihat partisipasi

masyarakat dan swadaya yang tinggi, namun pada tahun 2022 tercatat mengalami

penurunan. Detailnya dapat dilihat dalam tabel berikut.

Swadaya Masyarakat Pembangunan Kalurahan Tahun 2015-2022

Uraian Dana (Rp)


2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Dana Program
TMMD 800.000.000 675.000.000 1.525.000.000 875.000.000 875.000.000
Swadaya

TMMD 286.599.000 247.080.000 957.010.000 514.388.500 331.200.000


Persentase Swadaya 82% 62,75% 58,78% 37,85%
Masyarakat

Dari data yang tertera dalam tabel di atas, dapat dianalisis bahwa

sumbangan swadaya masyarakat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,

namun mengalami penurunan pada tahun 2021 dan 2022. Salah satu entitas

ekonomi yang berperan dalam menggerakkan perekonomian di tingkat kalurahan

adalah pasar desa. Pengelolaan pasar desa terus menerima pembinaan guna

memastikan bahwa pasar tersebut dapat menjadi salah satu sumber pendapatan

173
bagi pemerintah kalurahan. Perkembangan pasar desa yang telah mendapat

pembinaan dan jumlah lembaga ekonomi di kalurahan di Kabupaten Kulon Progo

dapat dijelaskan lebih lanjut melalui tabel berikut:

No Uraian Capaian

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Jumlah BUMDes 49 53 57 55 52
kondisi baik
2 Jumlah BUMDes 87 87 87 87 87
seluruhnya
3 Pasar desa 17 22 22 23 23

4 Pasar desa 31 32 32 32 31
Seluruhnya

Tabel 4 Pasar Desa Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

Kapanewon No Kalurahan Nama Pasar Luas (m^2) Jumlah Pedagang Kondisi


Temon 1 Temon Kulon Kaligondang 498 75 Kurang
2 Kulur Cikli 1.000 68 Baik
3 Glagah Glagah 500 80 Kurang
Panjatan 4 Krembangan Krembangan 9.050 45 Baik
5 Panjatan Panjatan 323 43 Baik
Lendah 6 Gulurejo Gegulu 1.500 7 Kurang
7 Bumirejo Degolan 700 89 Baik
Sentolo 8 Tuksono Nyonyol 2.520 186 Baik
9 Srikayangan Panjul 325 17 Baik
10 Salamrejo Watuombo 1.400 90 Baik
11 Sentolo Sentolo 5000 300 Baik
13 Margosari Gunung Gondang 1.306 42 Baik
14 Sendangsari Girinyono 3.175 11 Kurang
Kokap 15 Hargorejo Kokap 1.700 50 Baik
16 Hargorejo Sidodadi 700 20 Baik
17 Kalirejo Gunung Ijo 1.455 0 Off
Girimulyo 18 Jatimulyo Cublak 1.000 77 Baik
19 Jatimulyo Jonggrangan 1.000 100 Baik
20 Jatimulyo Pringtali 1.000 42 Kurang
Nanggulan 21 Donomulyo Mudal 2894 166 Baik

174
22 Kembang Kembang 2400 7 Baik
23 Wijimulyo Krambilan 850 200 Kurang
24 Banyuroto Gunung Gamping 1.000 48 Baik
Samigaluh 25 Banjarsari Tuk Bujel 675 22 Kurang
26 Banjarsari Bendo 550 25 Baik
27 Sidoharjo Munggang Rejo 700 23 Baik
28 Pagerharjo Plono 1.600 200 Baik
Kalibawang 29 Banjararum Degan 400 50 Baik
30 Banjarasri Boro 1.200 57 Baik
31 Banjarharjo Demangan 500 40 Baik
32 Banjaroyo Jagalan II 4.000 83 Baik
Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kulon
Progo, 2023

Fokus utama pembinaan BUMDes pada tahun 2020 adalah memperbaiki

badan hukum BUMDes, menguatkan struktur kelembagaan dan pengurusnya, serta

meningkatkan pengelolaan keuangan. Pada tahun 2021 dan 2022, perhatian lebih

diberikan pada pengembangan operasional usaha BUMDes dengan mendorong

pembukaan usaha baru di luar layanan keuangan. Upaya ini dilakukan melalui

fasilitasi pengajuan proposal kepada Kementerian dan kolaborasi dengan mitra

eksternal. Pada tahun 2019, terdapat 52 unit BUMDes, namun pada tahun 2021

jumlahnya bertambah menjadi 87 unit. Perincian lebih lanjut terkait perkembangan

BUMDes dapat ditemukan dalam tabel berikut:

No Kapanewon Kalurahan Nama bumdes


1 Temon Jangkaran Binangun Sejahtera
2 Sindutan Binangun Sindutan
3 Palihan Binangun Sempulur
4 Glagah Perumdes Kalurahan Glagah
5 Kalidengen Binangun Sejahtera
6 Plumbon Binangun Lancar
7 Kedundang Binangun Kartika Utama
8 Demen Perumdes Kalurahan Demen
9 Kulur Binangun Bangkit Mandiri
10 Kaligintung Binangun Dina Karya
11 Temon Wetan Binangun Sejahtera
12 Temon Kulon Binangun Anugrah
13 Kebonrejo Binangun Sejahtera
14 Janten Binangun Sejahtera Utama

175
15 Karangwuluh Binangun Manunggal sejahtera
16 Wates Karangwuni Binangun Mitra Sejahtera
17 Sogan Binangun Sumrigah Sogan
18 Kulwaru Binangun Lestari
19 Ngestiharjo Binangun Artha Jaya
20 Bendungan Binangun Mekar Asri
21 Triharjo Binangun Asri
22 Giripeni Perumdes Kalurahan Giripeni
23 Panjatan Garongan Binangun Barokah
24 Pleret Binangun Lancar Pleret
25 Bugel Binangun Karya Murti
26 Kanoman Binangun Kanoman
27 Depok Binangun Sejahtera
28 Bojong Binangun Dana Raharja
29 Tayuban Binangun Sido Ono
30 Gotakan Binangun Karya Raharja
31 Panjatan Binangun Mandiri
32 Cerme Binangun Sejahtera
33 Krembangan Binangun Artha Mandiri
34 Galur Banaran Binangun migunani
35 Kranggan Binangun Makaryo
36 Nomporejo Binangun Ngudi Makmur
37 Karangsewu Binangun Berdikari
38 Tirtorahayu Binangun Tirta arta Tirtorahayu
39 Pandowan Binangun Sejahtera
40 Brosot Perumdes Binangun Arta Kemuning
41 Lendah Wahyuharjo Binangun
42 Bumirejo Bumi Rahayu
43 Jatirejo Binangun Jati Unggul
44 Sidorejo Binangun Dadi Maju
45 Gulurejo Binangun Murakabi
46 Ngentakrejo Karya Binangun Jaya
47 Sentolo Demangrejo Binangun Lancar
48 Srikayangan Binangun Mujur
49 Tuksono Binangun Tuksono
50 Salamrejo Binangun Dana Reja Mandiri
51 Sukoreno Binangun Artha Guna Mandiri
52 Kaliagung Binangun Mitra Agung
53 Sentolo Mandiri Sejahtera Sentolo
54 Banguncipto Binangun Cipta Mandiri
55 Pengasih Tawangsari Binangun Tawangsari
56 Karangsari Binangun Karangsari

176
57 Kedungsari Lestari Mandiri
58 Margosari Binangun Lumintu
59 Pengasih Binangun Berkah Asih
60 Sendangsari Binangun Sendang Artha
61 Sidomulyo Cipta Makmur
62 Kokap Hargomulyo Binangun Mulia Abadi
63 Hargorejo Binangun Makmur Mandiri
64 Hargowilis Binangun Lestari
65 Kalirejo Binangun Sejahera Abadi
66 Hargotirto Binangun Mulyo
67 Girimulyo Jatimulyo Binangun Mulyo Sejati
68 Giripurwo Binangun Giripurwo
69 Pendoworejo Binangun Dana Utama
70 Purwosari Binangun Purwosari
71 Nanggulan Banyuroto Binangun Mekar Jaya
72 Donomulyo Binangun Sejahtera Mulya
73 Wijimulyo Binangun Mitra Sejahtera
74 Tanjungharjo Binangun Sejahtera
75 Jatisarono Binangun Jatimara
76 Kembang Binangun Kusuma
77 Samigaluh Kebonharjo Babar Anyar
78 Banjarsari Binangun Ajar
79 Purwoharjo Binangun Maju
80 Sidoharjo Binangun Mandiri
81 Gerbosari Binangun Sejahtera
82 Ngargosari Binangun Sejahtera
83 Pagerharjo Binangun Pagerharjo
84 Kalibawang Banjararum Binangun Arta Arum
85 Banjarasri Binangun Asri Sejahtera
86 Banjarharjo Artha Sejahtera
87 Banjaroyo Binangun Mitra Menoreh

Lembaga ekonomi desa BUMDes yang telah terbentuk di 87 kalurahan

tersebut, pembinaan dari pemerintah daerah berupa peningkatan kapasitas pengurus

BUMDes, pendampingan penyelesaian permasalahan BUMDes dan monitoring dan

evaluasi laporan keuangan BUMDes.

Dimensi sosial mencakup variabel kesehatan, pendidikan, modal sosial, dan

permukiman. Dimensi ketahanan ekonomi melibatkan keragaman produksi

masyarakat di kalurahan, ketersediaan pusat perdagangan, akses distribusi dan

177
logistik, akses ke lembaga keuangan serta perkreditan, serta lembaga ekonomi dan

keterbukaan wilayah. Sementara itu, dimensi ekologi mempertimbangkan kualitas

lingkungan dan potensi atau kerawanan terhadap bencana alam.

Indeks Desa Membangun tingkat kabupaten adalah rata-rata dari IDM di

setiap kalurahan di Kabupaten Kulon Progo. Indeks ini menekankan penguatan

otonomi desa dan mengikuti semangat nasional dalam meningkatkan kualitas

kehidupan desa, sejalan dengan perencanaan pembangunan nasional yang

diwujudkan melalui optimalisasi Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa

serta komitmen politik untuk membangun Indonesia dari desa.

Perkembangan IDM di Kabupaten Kulon Progo antara tahun 2019 hingga

2021 menunjukkan peningkatan kualitas kehidupan desa yang signifikan. Jumlah

desa kategori mandiri meningkat dari 3 desa pada tahun 2019 menjadi 33 desa pada

tahun 2022. Sementara itu, desa berkembang mengalami penurunan dari 63 desa

pada tahun 2019 menjadi 9 desa pada tahun 2022. Pada tahun 2022, terdapat 9

desa berkembang, 33 desa mandiri, dan 45 desa maju di Kabupaten Kulon Progo.

Tabel 5 Perkembangan Jumlah Desa berdasarkan Indeks Desa Membangun (IDM) di Kabupaten
Kulon Progo Tahun 2015-2022
Kategori IDM 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Mandiri 3 4 13 33
Maju 21 40 48 45
Berkembang 63 43 26 9
Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kulon Progo,
2023

2.3.5.9. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Pada awal tahun 2020, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) telah melakukan rebranding nama program dari Program

Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) menjadi

Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana yang

dikenal sebagai Bangga Kencana. Bangga Kencana adalah program yang bertujuan

178
untuk memberdayakan keluarga agar menjadi keluarga yang berkualitas, tentram,

mandiri, dan bahagia melalui berbagai upaya, seperti Pendewasaan Usia Perkawinan

(PUP), Pengaturan Kelahiran, Pembinaan Ketahanan Keluarga, Peningkatan

Kesejahteraan Keluarga, dan Pengelolaan Kependudukan.

Namun, upaya sosialisasi mengenai Pendewasaan Usia Pernikahan (PUP)

masih perlu ditingkatkan, terutama dalam mengatasi kasus pernikahan dini yang

masih cukup banyak terjadi di Kabupaten Kulon Progo. Data dari tahun 2019 hingga

2022 menunjukkan fluktuasi dalam jumlah kasus pernikahan dini. Pada tahun 2019,

terdapat 1.812 kasus pernikahan dini, dengan jumlah pernikahan sebanyak 5.898

(30,72%). Pada tahun 2020, angka tersebut turun signifikan menjadi 1.178 kasus

pernikahan dini, dengan jumlah pernikahan sebanyak 5.554 (21,20%). Tahun 2021,

jumlah kasus pernikahan dini kembali menurun menjadi 917, dengan jumlah

pernikahan sebanyak 5.264 (17,42%). Namun, pada tahun 2022, angka kasus

pernikahan dini mengalami peningkatan menjadi 996, dengan jumlah pernikahan

sebanyak 5.436 (18,32%). Informasi mengenai angka pernikahan usia dini ini

dijelaskan secara lebih rinci dalam tabel berikut:

Tahun Jumlah Kasus Pernikahan Dini Jumlah Pernikahan Persentase Pernikahan Dini
2015
2016
2017
2018
2019 1.812 5.898 30,72%
2020 1.178 5.554 21,20%
2021 917 5.264 17,42%
2022 996 5.436 18,32%

Upaya dalam mengatur kelahiran melalui program Keluarga Berencana (KB) di

Kabupaten Kulon Progo terus mengalami penyempurnaan dari tahun ke tahun,

dengan memberikan kemudahan akses dan pelayanan kepada masyarakat. Beberapa

bentuk kemudahan yang diberikan antara lain layanan antar jemput bagi calon

179
akseptor KB, perluasan cakupan pelayanan KB melalui kolaborasi dengan mitra kerja

melalui kegiatan Bakti Sosial dalam program "BAKSO MENTOR KBKu", serta

memastikan ketersediaan alat dan obat di fasilitas kesehatan terdekat.

Partisipasi aktif dalam program KB tercermin dari tingkat prevalensi yang

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga Tahun 2020. Namun, pada tahun

2022, terjadi penurunan prevalensi. Pada tahun 2021, terdapat 45.319 Peserta Usia

Subur (PUS) yang aktif dalam program KB dari total 60.840 PUS, atau sekitar

74,51%. Namun, persentase ini mengalami penurunan menjadi 61,82% pada tahun

2022. Perkembangan ini terlihat dengan jelas dalam tabel berikut:

Tabel Prevalensi Peserta KB Aktif Tahun 2015 - 2022

No Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 PUS peseta KB Aktif (PA) 45.116 43.032 44.451 44.944 45.329 45.329

2 Pasangan usia subur (PUS) 64.281 60.359 60.601 59.893 60.84 60.84

Prevalensi (%) 70,18 71,29 73,35 75,04 74,51 74,51

Tercatat bahwa pada tahun 2022, capaian Peserta KB Aktif (PA) mengalami

penurunan signifikan menjadi 61,82%. Dalam capaian ini, sebagian besar peserta

masih didominasi oleh wanita. Dari gambaran tersebut, dapat ditarik kesimpulan

bahwa minat dan kesadaran kaum pria untuk menjadi peserta KB masih belum

memadai, meskipun telah mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Khususnya, pandemi COVID-19 yang dimulai sejak tahun 2020 berdampak pada

penurunan peserta KB Pria menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang

(MKJP). Hal ini disebabkan beberapa fasilitas kesehatan tidak melayani KB MKJP dan

mengalihkan ke metode lain seperti pil, suntik, dan kondom.

Selama masa pandemi COVID-19, upaya advokasi dan Komunikasi Informasi

dan Edukasi (KIE) dari rumah ke rumah menjadi strategi utama yang dilakukan oleh

180
para kader untuk merekrut peserta KB baru. Walaupun Pemerintah Kabupaten Kulon

Progo telah memberikan reward bagi peserta KB pria menggunakan metode MOP,

namun capaian target masih belum optimal. Oleh karena itu, Pemerintah terus

berupaya meningkatkan upaya KIE berbasis kelompok/komunitas bagi calon peserta

KB Pria. Penduduk Usia Subur (PUS) yang belum menjadi peserta KB, atau yang

termasuk dalam kategori unmet need, memiliki potensi yang dapat dijadikan calon

peserta KB. Pada tahun 2022, di Kabupaten Kulon Progo, tercatat bahwa angka

unmet need mencapai 21,19%. Meskipun angka ini telah menunjukkan peningkatan,

namun masih belum memenuhi target nasional yang sebesar 9%. Penyebab dari

capaian ini memiliki beberapa faktor, salah satunya adalah PUS yang bukan peserta

KB (unmet need) yang berusia 45 tahun ke atas. Kelompok ini cenderung sulit untuk

diajak mengikuti program KB karena mereka merasa sudah tidak berperan aktif dalam

hal reproduksi, meskipun masih memiliki kemungkinan untuk mengalami kehamilan.

Sementara itu, penurunan jumlah peserta KB Aktif juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor lain. Salah satunya adalah penurunan jumlah pasangan usia subur,

yang dapat berdampak pada penurunan angka peserta KB. Di sisi lain, terjadi

peningkatan jumlah individu yang termasuk dalam kategori bukan peserta KB (unmet

need), yang juga ikut memengaruhi penurunan capaian peserta KB Aktif. Detail dari

perbandingan ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.134 PUS Bukan Peserta KB (Unmet Need) Kabupaten Kulon Progo Tahun

2015-2022

No Uraian Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Pasangan usia subur Pasangan 64.281 60.359 60.601 59.895 60.840 61.576
(PUS)
2 PUS bukan peserta Orang 8.564 6.189 5.709 4.929 5.409 13.050
KB (Unmet
Need)
- Ingin anak tunda (IAT) Orang 3.581 2.804 2.601 2.289 2.406 8.934
- Tidak ingin anak lagi Orang 4.983 3.385 3.108 2.640 3.003 4.575
(TIAL)
3 Persentase Persen 13,32 10,25 9,42 8,23 8,89 21,19
Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kulon
Progo, 2023

181
Upaya peningkatan ketahanan keluarga juga dilakukan melalui kader bina

keluarga seperti Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina

Keluarga Lansia (BKL), Pusat Informasi dan Komunikasi Kesehatan Reproduksi

Remaja (PIK KRR) serta Klinik Ketahanan Keluarga. Pembinaan kelompok bina

keluarga dan ketahanan keluarga disajikan dalam Tabel sebagai berikut:

No Uraian Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Kelompok UPPKS Kelompok 785 601 449 450 360


2 Jumlah Anggota Orang 13.622 12.807 9.395 8.989 3.324
UPPKS
3 Kelompok BKB Kelompok 387 324 291 291 290
4 Kelompok BKR Kelompok 130 122 135 135 139
5 Kelompok BKL Kelompok 115 122 137 137 149
6 PIK KRR Kelompok 51 36 62 63 63

Perkembangan cakupan kepesertaan keluarga dalam kegiatan kelompok

bina keluarga (BKB, BKR, BKL) menunjukkan dinamika yang signifikan setiap

tahunnya, menunjukkan keterlibatan anggota keluarga dalam kegiatan tersebut juga

bersifat dinamis. Selama masa pandemi COVID-19, kegiatan di kelompok BKB, BKR,

BKL, PIK-R, dan UPPKS mengalami beberapa kali penghentian sesuai dengan kondisi

saat itu. Namun, seiring berjalannya waktu, kegiatan dapat kembali berlangsung

dengan penerapan protokol kesehatan serta melibatkan kelompok yang lebih kecil

dalam waktu yang singkat.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah anggota

dalam kelompok UPPKS. Penurunan ini terjadi karena perhitungan yang berbeda,

mengeluarkan anggota yang sudah lanjut usia dan tidak aktif dalam kegiatan dari

kelompok. Sama halnya dengan data kelompok BKB, BKR, dan BKL. Melalui kegiatan

PIK Remaja, tercapai generasi remaja GenRe (Generasi Berencana) yang memiliki

pola hidup sehat, menunda usia perkawinan, bercita-cita menciptakan keluarga kecil

bahagia dan sejahtera, serta memiliki keterampilan hidup. Remaja GenRe juga

diharapkan dapat menjadi model, idola, dan sumber informasi bagi teman sebaya.

182
Pemberdayaan ekonomi keluarga dilakukan melalui pembinaan kelompok

UPPKS. Tujuan pembentukan kelompok UPPKS adalah meningkatkan pendapatan

keluarga menuju sejahtera. Pembinaan meliputi pelatihan keterampilan, manajemen

pengelolaan kelompok, kemudahan akses kredit dari berbagai lembaga, serta

partisipasi dalam pameran. Meskipun jumlah anggota kelompok UPPKS mengalami

penurunan, anggota yang aktif di dalamnya memiliki kualitas yang lebih baik karena

anggota yang tidak aktif dikeluarkan.

Sejak tahun 2017, Kabupaten Kulon Progo telah mengembangkan program

Kampung KB dalam upaya penguatan program Bangga Kencana. Program ini

meliputi berbagai kegiatan seperti PIK Remaja, BKB, BKR, BKL, UPPKS, dan

pembangunan di tingkat kampung. Hingga tahun 2018, sudah terbentuk 23

Kampung KB di Kabupaten Kulon Progo, dan pada tahun 2019, ada penambahan 3

lokasi. Namun, tahun 2020-2022 terbatas oleh Pandemi COVID-19 dan belum ada

penambahan kampung KB.

Perkembangan Kampung KB Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017-2022

No Kapanewon Jumlah Nama Kalurahan Tahun Dibentuk Keterangan


1 Temon 1 Kulur 2017
2 Wates 1 Triharjo 2017
3 Panjatan 1 Bugel 2017
4 Galur 2 Kranggan 2017
Nomporejo 2018 Lokus Stunting
5 Lendah 2 Jatirejo 2017
Gulurejo 2019
6 Sentolo 3 Kaliagung 2017
Sukoreno 2019
Tuksono 2018 Lokus Stunting
7 Pengasih 3 Kedungsari 2017
Karangsari 2018 Lokus Stunting
Sendangsari 2018 Lokus Stunting
8 Kokap 2 Hargowilis 2016
Hargorejo 2018
9 Girimulyo 2 Purwosari 2017
Giripurwo 2018

183
10 Nanggulan 2 Kemabang 2017
Donomulyo 2018 Lokus Stunting
11 Samigaluh 5 Gerbosari 2017 Lokus Stunting
Kebonharjo 2018 Lokus Stunting
Sidoharjo 2018 Lokus Stunting
Ngargosari 2018 Lokus Stunting
Pagerharjo 2018 Lokus Stunting
12 Kalibawang 2 Banjaroyo 2017
Banjararum 2019
Jumlah 26

Sumber: Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kulon Progo,
2023.

Untuk memastikan kelancaran program dan kegiatan Kampung KB, setiap

kampung telah membentuk Kelompok Kerja (Pokja) dan Kelompok Kegiatan (Poktan)

Kampung KB, yang disahkan oleh Keputusan Bupati. Contohnya, Kampung KB

pertama, yaitu Kampung KB Tegiri 2 di Desa Hargowilis, disahkan oleh Keputusan

Bupati Kulon Progo No. 102/A/2016. Tahun 2017, Pokja Kampung KB diperkuat

melalui Keputusan Bupati 355/A/2017. Pada 2018, Kampung KB yang berfokus pada

Desa Stanting diperkuat oleh Keputusan Bupati No. 358/A/2018. Bupati Kulon Progo

juga menerbitkan Peraturan Bupati No. 37 Tahun 2018 tentang Penanganan Stanting

di Daerah pada tanggal 24 Mei 2018.

Pada 2020, diterbitkan Keputusan Bupati Kulon Progo No. 362/A/2020

sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran Mendagri no. 843.4/2879/SJ Tahun 2020

tentang intensifikasi kampung keluarga berkualitas. Istilah "Kampung Keluarga

Berencana" diganti menjadi "Kampung Berkualitas." Tujuannya adalah mengatasi

stunting, mengurangi angka kematian ibu dan bayi, menurunkan angka unmet need,

meningkatkan partisipasi keluarga berencana, dan mengurangi angka kemiskinan

melalui program Pembangunan Keluarga, Kependudukan, dan Keluarga Berencana

(Bangga Kencana) melalui kampung berkualitas.

Di Kampung KB, selain program Bangga Kencana, juga ada Rumah Data

Kependudukan yang menjadi pusat data, informasi, dan intervensi pembangunan di

184
tingkat mikro. Rumah Data Kependudukan, atau "Rumah Dataku," berfungsi

mengelola dan memanfaatkan data kependudukan untuk intervensi pembangunan di

Kampung KB guna meningkatkan kesejahteraan.

Rumah Data Kependudukan berperan sebagai pusat data dan intervensi

kependudukan di tingkat mikro, termasuk mengidentifikasi, mengumpulkan,

memverifikasi, dan memanfaatkan data kependudukan sebagai dasar intervensi

pembangunan di Kampung KB. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan

kependudukan dan pembangunan keluarga diatur oleh Undang-Undang No. 52

Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

Pasal 58.

Kini, Kabupaten Kulon Progo memiliki 10 Rumah Data Kependudukan di berbagai

Kampung KB, seperti Hargowilis, Kalirejo, Triharjo, Kedungsari, Sendangsari,

Gerbosari, Kaliagung, Donomulyo, Giripurwo, dan Bugel. Untuk menyosialisasikan

program Bangga Kencana, termasuk kepada siswa sekolah, dibentuk Sekolah Siaga

Kependudukan (SSK) dan Pojok Kependudukan di SMP dan SMA. Selain

mengintegrasikan materi pendidikan kependudukan, SSK juga membentuk pojok

kependudukan di sekolah.

2.3.5.10. Perhubungan

Transportasi memiliki peran yang sangat krusial dalam mendukung

keberhasilan progres pembangunan, terutama dalam mengaplikasikan kegiatan

ekonomi masyarakat dan evolusi wilayah, terlepas dari apakah itu di daerah

perdesaan atau daerah lainnya. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di

Kabupaten Kulon Progo terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya

aktivitas ekonomi masyarakat. Peningkatan paling mencolok terjadi pada jumlah

kendaraan roda dua. Detail tentang pertumbuhan jumlah kendaraan dari tahun 2018

hingga 2022 dapat ditemukan dalam tabel berikut.

185
Data Perkembangan Kendaraan Bermotor di Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2018-2022

No Jenis Kendaraan TAHUN Satuan


2018 2019 2020 2021 2022
1 Sepeda Motor Roda 2 dan 3 152.72 161.499 164.66 166.478 172.97 Unit
Sepeda motor roda 2 (plat hitam) 151.191 159.928 163.08 164.883 171.38 Unit
Sepeda motor roda 3 (plat hitam) 349 359 366 364 388 Unit
Sepeda motor roda 2 (plat merah) 1.157 1.189 1.197 1.202 1.184 Unit
Sepeda motor roda 3 (plat merah) 23 23 19 29 22 Unit
2 Mobil Penumpang Bukan Urnum (plat hitam) 13.514 15.002 15.886 16.695 17.686 Unit
Sedan 1.622 1.696 1.804 1.717 1.739 unit
Jeep 619 708 730 768 780 unit
Minibus < 8 11.174 12.486 13.22 14.086 15.038 unit
Mikrobus 9 - 10 99 112 132 124 129 unit
Bus > 30 - - - - - unit
3 Mobil Barang Bukan Umum (plat hitam) 4.802 5.122 5.296 5.427 5.656 unit
Pick Up 3.472 3.71 3.9 4.058 4.267 unit
Truck 1.33 1.412 1.396 1.369 1.389 unit
4 Mobil Penumpang Umum (plat kuning) 246 234 196 173 181 unit
Sedan - - - - - unit
Jeep - - - - - unit
Minibus < 8 25 28 30 31 33 unit
Mikrobus 9 - 10 204 189 158 133 137 unit
Bus > 30 17 17 8 9 11 unit
5 Mobil Barang Bukan Umum (plat kuning) 468 448 415 394 407 unit
Pick Up 12 11 13 12 12 unit
Truck 456 437 402 382 395 unit
6 Mobil Penumpang Urnum (plat merah) 264 283 273 282 297 unit
Sedan 1 2 1 1 2 unit
Jeep 11 9 6 9 8 unit
Minibus < 8 245 264 259 262 273 unit
Mikrobus 9 - 10 7 8 7 10 9 unit
Bus > 30 0 0 0 0 5 unit
7 Mobil Barang Umum (plat merah) 66 64 61 67 69 unit
Pick Up 48 44 43 44 43 unit
Truck 18 20 18 23 26 unit
JUMLAH 172.08 182.652 186.79 189.516 197.27 unit

Penyebab utama peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas dari waktu ke

waktu adalah tingginya kepadatan lalu lintas, yang dipicu oleh pertumbuhan jumlah

kendaraan bermotor. Namun, perkembangan infrastruktur jalan tidak sejalan dengan

186
laju pertumbuhan lalu lintas, sehingga dampaknya semakin meningkatkan frekuensi

kecelakaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh pengoperasian Bandara Internasional

Yogyakarta (YIA) dan fasilitas pendukungnya, yang kemungkinan akan meningkatkan

lagi kepadatan lalu lintas harian rerata (LHR) di sekitar bandara. Upaya perlu

dilakukan untuk mencegah potensi peningkatan angka kecelakaan lalu lintas di

Kabupaten Kulon Progo. Data terkait LHR di sekitar Bandara YIA per Oktober 2022

dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Kondisi Lalu Lintas Harian Sekitar Bandara YIA Tahun 2022

Interval Jumlah Kendaraan/Jam


Pagi 06.00 - 07.00 1.73
7.00-08.00 2.262
08.00 - 09.00 2.442
09.00- 10.00 2.357
Siang 10.00-11.00 1.884
11.00- 12.00 1.492
12.00- 13.00 1.677
13.00- 14.00 1.621
14.00- 15.00 1.714
Sore 15.00- 16.00 2.035
16.00- 17.00 2.486
17.00 - 18.00 2.447
Total 24.147

Berikut merypakan grafik fluktuasi volume lalu lintas yang terjadi di Ruas

Jalan Nasional III Jogja-Purworejo, Gelagah, Kec. Temon, Kabupaten Kulon Progo, DIY

(tepatnya di depan bandara Internasional Yogyakarta) selama 12 jam.

Fluktuasi Volume Lalu Lintas Jalan

187
3000
2442 2357 2486 2447
2500 2262
2035
1884
2000 1730 1677 1621 1714
1492
1500

1000

500

Dari pengawasan harian lalu lintas (LHR) di simpang pintu masuk ke Bandara

Internasional Yogyakarta (BIY), terlihat bahwa jumlah kendaraan yang memasuki

area bandara melalui pintu masuk ini mencapai 689 kendaraan per jam, dengan 75%

berasal dari arah Wates. Sebagian besar dari kendaraan ini adalah kendaraan ringan,

dengan 308 kendaraan per jam datang dari pendekat A dan 117 kendaraan per jam

dari pendekat C. Jumlah kendaraan yang membelok ke arah bandara jauh lebih sedikit

dibandingkan dengan kendaraan yang melaju lurus, hanya sekitar 1% dari arah

Purworejo dan 6% dari arah Wates dari total 21.768 kendaraan per jam. Berdasarkan

analisis rasio belok di simpang BIY, yang saat ini tidak memiliki peralatan isyarat

pengatur lalu lintas, diperoleh nilai rasio belok sebesar 0,94 dengan 80% kendaraan

yang berbelok ke arah Wates, menghasilkan total 618 kendaraan per jam yang keluar

dari ruas tersebut. Dengan rasio belok yang hampir seimbang dengan jumlah

kendaraan yang masuk dan keluar, diperkirakan bahwa ketika bandara beroperasi

penuh, perencanaan lalu lintas perlu dilakukan untuk menjaga kelancaran dan

mencegah kemacetan di pintu masuk tersebut.

Data tentang jumlah kecelakaan di Kabupaten Kulon Progo dari tahun 2018

hingga 2022 dapat ditemukan pada Tabel di bawah ini. Daerah dengan tingkat

kecelakaan tertinggi adalah Ruas Jalan Jogja-Wates di antara Kilometer 19 dan 20 di

188
daerah Sukoreno, Kapanewon Sentolo, serta Jalan Wates-Purworejo di antara

Kilometer 8 dan 11 di daerah Temon. Kecelakaan ini sering melibatkan remaja dan

pelajar sebagai korban, dan faktor penyebab kecelakaan paling umum adalah

kesalahan manusia, kurangnya keterampilan mengemudi, kelelahan, kurangnya etika

berlalu lintas, dan kurangnya pemahaman mengenai peraturan lalu lintas.

Data Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas di Kabupaten Kulon Progo 2018-2022

Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas


NO Uraian Satuan
2018 2019 2020 2021 2022
1 Jumah Kecelakaan kejadian 461 685 592 615 958
2 Kerugian Materiil rupiah 318.760.000 11.783.850 106.400.000 196.150.000 273.665.000
Jumlah Korban orang 904 1.189 957 1.064 1.625
- Meninggal orang 66 70 34 68 89
3
- Luka Berat Orang 9 7 1 3 0
- Luka Ringan orang 829 1.112 922 993 1.536

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997 yang

diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga, volume lalu lintas pada suatu ruas

jalan diukur sebagai jumlah kendaraan yang melewati titik tertentu pada ruas jalan

dalam periode waktu tertentu. Volume lalu lintas sering diukur dengan menggunakan

VC Ratio atau Volume Capacity Ratio, yang merupakan perbandingan antara volume

lalu lintas dengan kapasitas jalan. Semakin tinggi angka VC Ratio, semakin rendah

tingkat pelayanan jalan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah angka VC Ratio,

semakin tinggi tingkat pelayanan jalan. Dari 25 ruas jalan di Kabupaten Kulon Progo

yang diukur VC Ratio, rata-ratanya adalah 0,29. Nilai VC Ratio yang lebih kecil

menunjukkan tingkat pelayanan jalan yang lebih tinggi. Ruas-ruas jalan ini terletak di

Kapanewon Wates, Temon, dan Sentolo. Secara umum, ruas jalan ini memiliki tingkat

pelayanan A dan B. Tingkat pelayanan jalan dinilai berdasarkan faktor-faktor seperti

kecepatan, waktu perjalanan, kebebasan bergerak, dan keamanan. Nilai A

mengindikasikan arus lalu lintas yang lancar, volume rendah, dan kemampuan untuk

memilih kecepatan perjalanan. Sementara itu, nilai B menunjukkan arus lalu lintas

189
yang stabil, dengan sedikit pembatasan kecepatan karena lalu lintas, dan volume

kendaraan yang menuju ke luar kota. Informasi lebih lanjut dapat ditemukan dalam

tabel yang disajikan di bawah ini.

VC Ratio dan Tingkat Pelayanan Jalan Kabupaten di Kabupaten Kulon

Progo Tahun 2022

No Ruas Jalan VC Tingkat


Ratio Pelayanan
I Kapanewon Wates
1 JI. Khudori 0,25 A
2 JI. Kol Sugiyono 0,34 A
3 Toyan Bts Kota Wates 1 0,29 A
4 JI. Pahlawan 0,31 A
5 JI Sutijab 1 0,54 B
6 JI. Sutijab 2 0,37 B
7 JI. Sutijab 3 0,28 A
8 JI. Diponegoro 1 0,14 A
9 JI. Diponegoro 2 0,22 A
10 JI. Wakapan 0,14 A
11 JI. Stasiun 0,12 A
12 JI. Sudibyo 1 0,11 A
13 JI. Sudibyo 2 0,12 A
14 JI. Jogoyudan 0,31 A
15 JI. Kemiri lii 0,38 B
16 Bts Kota Wates Milir 1 0,27 A
17 Bts Kota Wates Milir 2 0,26 A
II Kapanewon Temon
1 Toyan Bts Kota Wates 2 0,44 B
2 Karang Nongko Bts Jateng- Toyan 0,47 B
3
3 Karang Nongko Bts Jateng - Toyan 0,42 B
4
4 Karang Nongko Bts Jateng - Toyan 0,24 A
1
5 Karang Nongko Bts Jateng - Toyan 0,44 B
2
III Kapanewon Sentolo
1 Milir Sentolo 2 0,27 A
2 Sentolo Bts Kab Sleman 0,43 B
3 Milir Sentolo 1 0,29 A

190
Dengan mempertimbangkan ciri geografis Kabupaten Kulon Progo yang

meliputi area pesisir, dataran, dan pegunungan, tentunya diperlukan sarana

prasarana seperti jaringan jalan dan perlengkapannya untuk menghubungkan

berbagai wilayah. Agar penggunaan jaringan jalan dapat dioptimalkan dan

pergerakan lalu lintas dapat dilakukan dengan aman, tertib, dan lancar, maka penting

untuk memastikan bahwa perlengkapan jalan terpenuhi dengan baik. Ini merupakan

bagian integral dari prasarana jalan. Kondisi fasilitas perlengkapan jalan secara

keseluruhan, termasuk pada jalan nasional, jalan provinsi, dan jalan kabupaten, dari

tahun 2015 hingga 2022, diuraikan dalam tabel berikut.

Data Prasarana Perhubungan dan Fasilitas Perlengkapan Jalan Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2015-2022

No Prasarana Jumlah Pada Tahun Satuan Yang


Perhubungan dan tersedia %
Fasilitas 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2022 2022
Perlengkapan
Jalan
1 Rambu-rambu lalu 972 1.049 1.105 1.133 1.114 1.134 1.196 1.27 n/a buah n/a
lintas dan RPPJ
(Rambu Pendahulu
Petunjuk Jalan)
2 Cermin Tikungan 13 13 19 23 40 40 60 72 40 Unit 180

3 Marka Jalan 26.61 26.61 26.61 26.61 7.264 7.681 7.681 7.68 46.69 m 16.45
7 7 7 7 1 4
4 Traffic Light 4 6 6 7 7 23 23 24 22 Unit 109.09
(APILL)
5 Warning Light 1 1 1 1 1 1 1 15 15 Unit 6.67

6 Guard Rail (Pagar 1.679 2.636 3,284 3.472 3.572 3.672 3.872 4.19 30.99 meter 13.52
Pengaman) 2 8
7 Halte 7 8 8 13 13 13 18 23 23 Unit 100

8 Lampu 1.523 1.807 2,202 2.478 2.755 2.84 3.447 3.54 19.12 Ttik 18.55
Penerangan Jalan 2 2
Umum

Proyek pembangunan Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU) yang telah

dilaksanakan hingga saat ini telah mengikuti batasan kewenangan jalan yang ada.

LPJU hanya dapat dipasang di jalur jalan yang berada di lingkup kewenangan

kabupaten dan provinsi. Sementara itu, jalan yang berada di wilayah kalurahan (desa)

yang menjadi kewenangan kalurahan, belum dapat diakses melalui program

191
Pembangunan LPJU yang dikelola oleh Dinas Perhubungan. Namun, ada kebutuhan

yang mendesak untuk memberikan penerangan jalan di jalur jalan yang berada di

kewenangan kalurahan. Oleh karena itu, di masa mendatang diharapkan agar

penerangan jalan di wilayah kalurahan juga dapat direalisasikan dengan melibatkan

berbagai pihak seperti pemerintah kabupaten, PLN, dan masyarakat yang akan

menggunakan penerangan jalan tersebut. Meskipun demikian, upaya penyediaan

fasilitas perlengkapan jalan di Kabupaten Kulon Progo masih belum mencapai tingkat

optimal. Capaian pemenuhan fasilitas perlengkapan jalan masih jauh di bawah target

yang seharusnya dicapai. Beberapa upaya telah dicoba, termasuk menginisiasi

kemungkinan penyelenggaraan pelayanan LPJU melalui kerjasama Pembiayaan dan

Pengelolaan Bersama (KPBU). Namun, hingga saat ini, rencana penyelenggaraan

pelayanan LPJU melalui mekanisme KPBU tersebut masih dalam tahap kajian dan

belum terealisasi.

Wilayah Kabupaten Kulon Progo secara topografis, merupakan wilayah yang

banyak memiliki perbukitan sehingga kontur jalan yang ada juga mengikuti kondisi

tersebut sehingga terdapat banyak tanjakan maupun tikungan. Cermin tikungan

sangat dibutuhkan pada kondisi jalan yang berkelok untuk dapat membantu

pengemudi melihat situasi atau kendaraan dari arah yang berlawanan. Jumlah cermin

tikungan yang ada masih sangat terbatas dan perlu untuk ditingkatkan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas, terutama pada wilayah rawan

kecelakaan.

Dalam rangka memberikan informasi/panduan bagi pengguna jalan, marka

jalan merupakan elemen perlengkapan jalan yang juga penting keberadaannya.

Fungsi marka jalan secara umum adalah untuk mengatur dan mengarahkan arus lalu

lintas di jalan, serta memberikan batasan daerah untuk kepentingan lalu lintas

tersebut. Gap antara kebutuhan akan marka dan marka yang ada secara eksisting

masih sangat tinggi sehingga perlu dilakukan percepatan untuk pemenuhannya.

192
Dalam konteks lalu lintas jalan, salah satu komponen penting yang sangat

diperlukan terutama di persimpangan jalan dengan volume kendaraan yang tinggi

adalah Lampu Pengatur Isyarat Lalu Lintas (APILL). Menurut Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, APILL adalah perangkat

lampu yang berfungsi untuk mengontrol alur lalu lintas di persimpangan jalan,

perlintasan pejalan kaki (zebra cross), dan titik-titik lain dengan aliran lalu lintas.

Fungsinya adalah memberikan petunjuk kapan kendaraan harus bergerak dan

berhenti secara bergantian dari berbagai arah. Pengaturan lalu lintas di

persimpangan jalan memiliki tujuan untuk mengelola pergerakan kendaraan di setiap

kelompok pergerakan agar terjadi pergantian yang terkoordinasi, sehingga tidak

terjadi gangguan antara arus kendaraan yang berbeda. Pada saat ini, terdapat

kebutuhan mendesak untuk memasang APILL di beberapa titik, seperti di

Perempatan Janti, Nanggulan. Perempatan ini menjadi pertemuan antara Ruas Jalan

Provinsi Sentolo-Dekso-Klangon, Ruas Jalan Dengok-Janti, dan Ruas Jalan

Kabupaten yang menghubungkan Puskesmas Janti-Plugon. Selain itu, perlu juga

dipasang APILL di pertigaan depan kantor DPUPKP Kabupaten Kulon Progo, yang

merupakan jalur penghubung alternatif menggantikan perlintasan sebidang di Jalan

Diponegoro yang direncanakan akan ditutup. Selain APILL, perangkat peringatan

(warning light) juga diperlukan untuk memberikan peringatan kepada pengendara

kendaraan bermotor agar tetap berhati-hati di sekitar area tersebut.

Dikarenakan mayoritas jalan di Kabupaten Kulon Progo melewati wilayah

perbukitan, penggunaan pagar pengaman jalan (Guardrail) menjadi sangat penting

untuk memastikan keselamatan pengguna jalan agar tidak terjatuh ke dalam jurang

atau tebing yang berada di sisi kanan dan kiri jalan. Data dalam tabel menunjukkan

bahwa jumlah pengaman jalan yang telah terpasang masih jauh dari jumlah ideal

yang dibutuhkan. Saat ini, hanya sekitar 10% dari total kebutuhan pengaman jalan

yang telah terpenuhi.

193
Selain infrastruktur jalan, sarana yang dibutuhkan dalam transportasi adalah

adanya alat transportasi baik armada maupun prasarana jalan yang berupa terminal

atau halte. Kewenangan Kabupaten untuk pengelolaan terminal adalah terminal

penumpang tipe C yang saat ini jumlahnya ada lima. Untuk menunjang fungsi

terminal dibutuhkan halte sebagai tempat untuk menaikkan dan menurunkan

penumpang. Secara umum, perlengkapan dan prasarana jalan yang ada di Kabupaten

Kulon Progo masih perlu untuk ditingkatkan baik dari sisi kuantitas maupun

kualitasnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, selain dari alokasi anggaran

APBD Kabupaten Kulon Progo juga diharapkan dapat dipenuhi dari sumber

pendanaan yang lain seperti Dana Keistimewaan, APBD DIY, juga dari APBN melalui

satker Kementerian Perhubungan maupun Dana Alokasi Khusus (DAK).

Sistem transportasi yang ada dimaksudkan untuk melayani mobilitas

penduduk dan sumberdaya lainnya yang dapat mendukung terjadinya pertumbuhan

ekonomi. Interaksi antar wilayah tercermin pada keadaan fasilitas transportasi serta

aliran orang, barang, maupun jasa. Kondisi pelayanan transportasi belum optimal,

disebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, menurunnya

jumlah penumpang angkutan umum dan kinerja angkutan umum yang rendah.

Jumlah penumpang angkutan umum mengalami fluktuasi dari tahun 2018

sampai tahun 2022. Adapun jumlah penumpang angkutan umum dari tahun 2018-

2022 dapat dilihat pada tabel berikut.

Jumlah Penumpang Angkutan Umum di Kulon Progo Tahun 2015-2022

No Moda Satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Penumpang AKDP orang/th 535.313 515.757 90.16 100.976 193.279 98.591 106.538 12.07

2 Penumpang AKAP orang/th 680.509 485.709 430.335 612.636 124.754 21.784 14.271 287.878

3 Penumpang Angkutan orang/th 256.176 135.474 260.154 249.094 99.473 94.738 92.968 82.525
Pedesaan
Jumlah orang/th 1.471.998 1.830.984 1.471.998 962.706 417.506 215.113 213.777 382.473

Data dalam tabel menunjukkan penurunan yang signifikan pada jumlah

penumpang, baik pada kategori angkutan kota antar provinsi (AKAP), angkutan kota

194
dalam provinsi (AKDP), maupun angkutan perdesaan. Penurunan ini disebabkan oleh

dampak pandemi yang mengakibatkan berkurangnya mobilitas masyarakat. Kondisi

dimana minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum menurun secara

drastis juga berdampak pada menurunnya permintaan terhadap layanan angkutan

umum. Detail layanan angkutan umum di Kabupaten Kulon Progo dapat ditemukan

dalam tabel di bawah ini.

Trayek dan Jumlah Kendaraan Umum yang Beroperasi

No Kode Trayek - Nama Koperasi 2018 2019 2020 2021 2022

Term.Wates-Karangnongko-Nagung-Bendungan-Toyan-Temonlangsen-
1 A1 40 45 15 20 30
Pangkalan/Congot-Jangkaran-PP (Kop. Manunggal, op. Harapan)

Term.Wates-Karangnongko-Nagung-BendunganPleret-rangwuni-Glagah-PP
2 2
(Kop. Adhikarta)

Term.Wates-Dikbud-Kulur-Jombokan-Kaligintung-Demen-Glagah- PP (Kop.
3 3
Menoreh)

4 4 Term.Wates-Karangnongko-Nagung-Bendungan-Kulwaru-Jetis-PP

5 B1 Term.Wates-Karangnongko-Nagung-Bugel-Siliran-Brosot-PP (Kop. dhikarta) 1

Term.Wates-Giripeni-Kedung Pring-Bendungan-Nagung-Cangakan-Trayu-
6 2
Karangsewu-Tegal Buret-Brosot-Trisik-PP

Term.Wates-Karangnongko-Gadingan-Dayakan-Milir-Kentengganggrung-
7 3
Degolan-Lendah-PP

TTerm.Wates-Karangnongko-Gadingan-Dayakan-Milir-Kenteng-Nganggrung-
8 4
Srikayangan-Gulurejo-Ngentakrejo-PP (Kop. dhikarta)

Term.Wates-Karangnongko-SGO-Pengasih-Clereng-Kutogiri-Plelen PP
9 C1 3
(Kop.Adhikarta,)

Term.Wates-Karangnongko-SGO-Pengasih-Clereng-Kalibiru/Kalingiwo-PP
10 2
(Kop. Adhikarta)

TTerm.Wates-Karangnongko-Pengasih-Clereng-Kedungrejo-PPKop. Adhikarta,
11 3 3
Kop. Menoreh)

Term.Wates-Tambak-Toyan-Siluwok-Temon-Mlangsen-Pripih- Sangon-PP
12 D1 2
(Kop. Adhikarta, Kop. Menoreh)

TTerm.Wates-Tambak-Jombokan-Kulur-Girigondo-Kebonrejo-PPKop. Menoreh,
13 2 3
Kop. Adhikarta)

14 3 Term.Wates-Dalangan-Jombokan-Kokap-PP
TTerm.Wates-SGO-Teteg Barat-Beji-Gemulung-Klepu-Kokap-PPKop. Mandiri)
15 4 4 13 12 6 12
Q
16 5 Term.Wates-Beji-Gemulung-Sungapan-Hargotirto-PP (Kop.Yosawa)

195
Term.Wates-Tunjungan-Ringinardi-Gemulung-STermo-Sidowayah-PP (Kop.
17 6 2
Menoreh)
18 7 Term.Wates-Sendang-Anjir-Kliripan-Hargorejo-PP (Kop. Menoreh) 2

Term.Wates-Karangnongko-SGO-Pengasih-Kepek-Tanjungharjo-Ngringin-
19 E1
Sribit-Girimulyo-PP (Kop. Adhikarta)

20 2 Term.Wates-SGO-Pengasih-Kepek-Sentolo-PP (Kop. Menoreh) 4 2 2 2

Term.Wates-Karangnongko-SGO-Pengasih-Kepek-Sentolo-irimulyo-Gua
21 3
Kiskendo-PP (Perorangan)

22 4 Term.Wates-Sentolo-Nanggulan-Dekso-Samigaluh-PP (Kop.Yosawa)

23 F1 Sentolo-Ngelo-Tuksono-Ngentakrejo-Brosot-PP (Kop. Menoreh)

24 2 Sentolo-Kenteng Nanggulan-Dekso-Jagalan-PP (Kop. Adhikarta) 5 12 8 6 11

Donomulyo-Sentolo-Sudu-Tanjungharjo-Ngringin-Sribit Girimulyoenteng
25 3
Nanggulan-PP (Kop. Asri)

26 4 Sentolo-Kenteng Nanggulan-Dekso-Keji-Sidoharjo-Gorolangu-PP

27 5 Sentolo-Kenteng Nanggulan-Dekso-Piton-Boro-Gorolangu-PP Kop. Menoreh)


Ngenteng Nanggulan-Pendoworejo-Banjarsari-Plono-PP/Perintis Kop.
28 6
Adhikarta)
29 7 Sentolo-Dudukan-Nyonyol-PP

30 8 Term.Wates-Ksatrian-Panjatan-Kanoman-PP
Term.Wates-Dayakan-Milir-Krembangan-CTerme-Bendungan-PP Kop.
31 9
Adhikarta) (

Term.wates-Nagung-Bendungan-Toyan-Temon-Mlangsen-Pripih-Tangkisan-
32 10 3
PP(Kop. Manunggal)

33 Swntolo-Brosot-PP (Kop. Tugu Potlot)

Jumlah 70 75 37 34 53

Selain trayek di atas, terdapat trayek pendukung Bandara berupa Shuttle

Damri. Adapun rute dan pelayan shuttle Damri dapat dilihat pada tabel berikut:

Data Rute Layanan Shuttle Damri Pendukung Bandara Internasional

Yogyakarta

Layanan Shuttle Bandara


1 - Bandara YIA - Sleman City Hall
2 - Bandara YIA - Borobudur (via Salaman)
3 - Bandara YIA - Stasiun Wojo
Rute DAMRI KSPN Borobudur
1 Sleman City Hall — Komplek Pemda Sleman — Terminal Jombor — Bandara YIA
2 Bandara YIA — Tebing Gunung Gajah — Goa Kiskendo — Plono — Samigaluh — JI. Nanggulan Mendut
— Candi Borobudur ( Via Bukit Menoreh )
3 Bandara YIA — Wates — Nanggulan — Dekso — Candi Borobudur
4 Bandara YIA — Ambarketawang — Wirobrajan — UGM — JI. Affandi — Hartono Mall

196
Untuk memenuhi prasarana perhubungan, maka diperlukan terminal yang

berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara kendaraan umum untuk

menaikkan dan menurunkan penumpang dan barang hingga sampai ketujuan akhir

suatu perjalanan, juga sebagai tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan

pengoperasian sistem arus angkutan penumpang dan barang, disamping itu juga

berfungsi untuk melancarkan arus angkutan penumpang atau barang (Departemen

Perhubungan, 1996).

Data Terminal di Kabupaten Kulon Progo

No Terminal Fungsi Luas Kondisi


1 Wates Tipe B 7.91 Telah menjadi kewenangan DIY
2 Brosot Tipe C 700 Baik
3 Sentolo Tipe C 1 Cukup baik
4 Kenteng Tipe C 1.664 Cukup baik
5 Jagalan Tipe C 1 Baik
6 Jangkaran Ditutup

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No. 132 Tahun 2015 tentang

Fasilitas Terminal Penumpang yaitu fasilitas utama dan penunjang, prosentase

jumlah fasilitas yang ada masih jauh dibawah jumlah fasilitas yang ideal dimana

semua Terminal Tipe C memerlukan rehabilitasi sarana dan prasarana ruang tunggu.

Untuk terminal Tipe C Kenteng, selain rehabilitasi sarana dan prasarana ruang

tunggu juga diperlukan rehabilitasi Pos TPR.

Dalam struktur ruang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten

Kulon Progo, terutama terkait dengan sistem transportasi darat, terlihat dengan jelas

bahwa wilayah kabupaten ini dilalui oleh jaringan rel kereta api. Berdasarkan data

yang diberikan oleh Dinas Perhubungan hingga tahun 2022, terdapat total 27

perlintasan sebidang antara jaringan jalan dan rel kereta api di wilayah ini. Dari

jumlah tersebut, 10 lokasi perlintasan telah ditutup, 3 lokasi dijaga oleh Dinas

Perhubungan, 3 lokasi dijaga oleh PT KAI, dan yang lainnya tidak memiliki

pengawasan khusus. Upaya untuk menutup perlintasan sebidang terus dilakukan,


197
contohnya pada tahun 2017 dilakukan penutupan perlintasan di Sentolo, yang

merupakan perlintasan antara jalur kereta api dan ruas jalan provinsi Sentolo-

Pengasih, dengan membangun jembatan fly over di Ngelo sebagai akses pengganti.

Selanjutnya, rencananya adalah menutup perlintasan sebidang di tahun 2022,

seperti yang akan dilakukan pada ruas jalan Diponegoro (Teteg Wetan), yang

berlokasi di depan kompleks Pemerintah Daerah, seiring dengan selesainya

pembangunan Underpass Kemiri. Selain itu, perlintasan Teteg Kulon (Jalan Moh

Dawam) akan ditutup bersamaan dengan perlintasan di Dukuh Karangsari setelah

pembangunan flyover Triharjo-RSU Wates selesai, yang saat ini sedang dalam

proses review desain dan dokumen perencanaan pengadaan lahan juga sudah

disiapkan. Rencana pembiayaan untuk proyek ini akan diajukan untuk didanai dari

dana keistimewaan DIY, sebagai bagian dari upaya untuk mewujudkan Rencana

Sistem Ruang Strategis (SRS) Pusat Kota Wates.

Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2018-2022

Jumlah
No Jenis Satuan
2018 2019 2020 2021 2022
1 Angkutan Barang unit 7.061 7.372 5.965 5.983 5.871
Angkutan
2 unit 546 579 384 370 334
Penumpang

Selain berfokus pada aspek sarana dan prasarana jalan, perhatian juga perlu

diberikan pada faktor kendaraan sebagai elemen penting dalam menjaga kelancaran

lalu lintas jalan. Dalam upaya mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas, penting untuk

secara berkala dan tepat waktu menguji kelaikan kendaraan, terutama kendaraan

angkutan penumpang dan barang. Pengujian Kendaraan Bermotor merujuk pada

serangkaian kegiatan yang melibatkan pengujian atau pemeriksaan berbagai bagian

atau komponen kendaraan bermotor, termasuk kereta gandengan dan kereta

tempelan, untuk memastikan bahwa kendaraan memenuhi persyaratan teknis dan

layak untuk beroperasi di jalan. Dalam rangka meningkatkan layanan pengujian

198
kendaraan, sesuai arahan dari Kementerian Perhubungan, Unit Pelaksana Teknis

Pengujian Kendaraan Bermotor (UPT PKB) di Dinas Perhubungan Kabupaten Kulon

Progo saat ini telah melakukan migrasi dari penggunaan buku hasil uji manual ke

penggunaan kartu pintar (smart card) yang terintegrasi dengan sistem informasi di

Kementerian Perhubungan. Untuk mempermudah proses pembayaran, UPT PKB juga

telah menerapkan sistem pembayaran non-tunai yang dapat dilakukan melalui QRIS

Bank BPD DIY dan berbagai aplikasi pembayaran non-tunai lainnya. Namun, data

yang tertera dalam Tabel Pelaksanaan Pengujian Kendaraan Bermotor Tahun 2018-

2021 menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang diuji pada tahun 2020, 2021, dan

2022 mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun

sebelumnya. Penurunan tersebut merupakan dampak dari pandemi COVID-19 yang

mengakibatkan penutupan sementara UPT PKB untuk jangka waktu tertentu.

2.3.5.11. Komunikasi dan Informatika

Seiring dengan peningkatan kemampuan masyarakat dalam menggunakan

dan menguasai teknologi komunikasi dan informatika, tanggung jawab pemerintah

sebagai regulator dan pelaku dalam pembangunan semakin penting untuk mengatur

dan mengendalikan infrastruktur menara telekomunikasi. Menara telekomunikasi

menjadi elemen kunci dalam penyelenggaraan layanan telekomunikasi. Namun,

meskipun demikian, pada periode tahun 2018 hingga 2022, cakupan layanan menara

telekomunikasi masih belum mencapai zona cell plan yang diinginkan. Situasi ini

terlihat dengan jelas dalam tabel yang tercantum di bawah ini.

Cakupan Layanan Menara Telekomunikasi di Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2015-2022

Tahun
Uraian
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah zona terisi dalam cell plan menara
44 59 65 64 63 64 72 98
telekomunikasi
Jumlah zona seharusnya dalam cell plan
90 120 120 120 120 120 118 140
menara telekomunikasi

199
53,3
Persentase (%) 48,4 49,2 54,2 52,50 58,18 61,02 70
0

Pengendalian pembangunan menara telekomunikasi dijalankan melalui

pemberian fasilitas perizinan yang berdasarkan pada verifikasi koordinat lokasi yang

diusulkan oleh Tim Pengawasan dan Pengendalian Menara Telekomunikasi. Proses

ini melibatkan pemantauan terhadap menara telekomunikasi yang sudah ada guna

meminimalkan potensi masalah di lapangan, serta penerapan Retribusi Pengendalian

Menara. Monitoring terhadap menara telekomunikasi dilaksanakan dengan

melakukan verifikasi data mengenai menara dan pemberian stiker pengawasan yang

mencantumkan informasi tentang menara kepada pemilik, sebagai tindak lanjut dari

hasil pengawasan.

Penyelenggaraan urusan komunikasi dan informatika pada zaman globalisasi

saat ini memiliki peranan yang signifikan dalam memenuhi permintaan masyarakat

akan akses cepat, akurat, dan mudah diakses terhadap informasi. Terutama,

permintaan ini terkait dengan pelayanan publik serta pengaliran aspirasi masyarakat.

Meski demikian, kemampuan untuk mengakses informasi dengan cepat masih

dihadapkan pada kendala yaitu keterbatasan ketersediaan bandwidth. Data yang

berasal dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kulon Progo menunjukkan

bahwa kapasitas bandwidth terus mengalami peningkatan sepanjang waktu.

Kapasitas Bandwith Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

Tahun Kapasitas Bandwidth (Mbps)


2015 29
2016 40
2017 60
2018 80
2019 250
2020 2.000
2021 2.000
2022 2.000

200
Dengan kondisi yang ada dan melihat adanya kebutuhan pelayanan internal

maupun kepada masyarakat, maka direncanakan untuk secara bertahap akan

dipenuhi dengan pengadaan jaringan Fiber Optik maupun peningkatan kapasitas

Bandwidth.

Cakupan Jaringan Internet Perangkat Daerah di Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2022

No Perangkat Daerah Infrastruktur Kepemilikan Aset


Jaringan
1 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Pelatihan
2 Badan Keuangan dan Aset Daerah Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
3 Badan Penanggulangan Bencana Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Daerah
4 Badan Perencanaan Pembangunan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Daerah
5 Inspektorat Daerah Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
6 Dinas Kesehatan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
7 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Terpadu
8 Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Gedung Arsip
9 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Raga
10 Dinas Perdagangan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
11 Dinas Pariwisata Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
12 Dinas Lingkungan Hidup Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
13 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Desa Pengendalian Penduduk dan KB
14 Satuan Polisi Pamong Praja Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
15 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Sipil
16 Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Menengah
17 Dinas Pertanian dan Pangan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
18 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
UPTD BLK
19 Dinas Perhubungan UPTD PKB Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
20 Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Kawasan Permukiman
21 Dinas Kelautan dan Perikanan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
22 Dinas Kebudayaan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
23 Dinas Komunikasi dan Informatika Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
24 Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
dan Perlindungan Anak
25 Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
26 Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
Dalam Negeri
27 Sekretariat Daerah Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)

201
No Perangkat Daerah Infrastruktur Kepemilikan Aset
Jaringan
28 Sekretariat DPRD Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
29 Rumah Dinas Bupati Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
30 Rumah Dinas Wakil Bupati Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
31 Kapanewon Wates Wirelless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
32 Kapanewon Galur Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
33 Kapanewon Girimulyo Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
34 Kapanewon Kalibawang Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
35 Kapanewon Kokap Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
36 Kapanewon Lendah Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
37 Kapanewon Nanggulan Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
38 Kapanewon Panjatan Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
39 Kapanewon Samigaluh Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
40 Kapanewon Pengasih Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
41 Kapanewon Sentolo Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
42 Kapanewon Temon Wireless Pemkab Kulon Progo (Dinas Dukcapil)
Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga
43 RSUD Wates Fiber Optik Pemkab Kulon Progo (Dinas Kominfo)
44 RSUD Nyi Ageng Serang Metrolink Fiber Optik Sewa Pihak ketiga

Cakupan Jaringan Internet Kalurahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2023

Jumlah Infrastruktur
No Kepemilikan Aset
Kalurahan Jaringan
1 20 kalurahan Wireless Sewa Pihak Ketiga
2 66 kalurahan Wireless Pemda DIY (Dinas Kominfo DIY)
Pemkab Kulon Progo (Dinas
3 1 kalurahan Fiber Optik
Kominfo)
Kelurahan Pemkab Kulon Progo (Dinas
4 Wireless
Wates Kominfo)

202
Jaringan infrastruktur di Kabupaten Kulon Progo sudah terpenuhi di seluruh

perangkat daerah meskipun belum maksimal. Jaringan internet di perangkat daerah

lingkup kabupaten sudang menggunakan infrastruktur jaringan fiber optik, namun

ada juga yang masih berupa Metrolink Fiber Optik, yaitu RSUD Nyi Ageng Serang

dan di 12 kapanewon. Pada 12 kapanewon, infrastruktur jaringan yang digunakan

berupa Metrolink Fiber Optik da wireless. Metrilonk Fiber Optik digunakan untuk

akses pelaksanaan kegiatan di sekretariat, sedangkan wireless digunakan untuk

jaringan SIAK dan distribusi jaringan internet kelurahan.

Jaringan internet desa di Kabupaten Kulon Progo sudah terjangkau pada 66

kalurahan berupa wireless yang difasilitasi oleh Dinas Kominfo DIY, 20 kalurahan

sewa pihak ketiga, dan ada 1 kalurahan dan 1 kelurahan yang sudah terdapat

jaringan internet berupa jaringan fiber optic dan wireless yang terkoneksi dari Dinas

Kominfo.

Selain ketersediaan bandwith, kecepatan dan kelancaran akes informasi pada

perangkat daerah juga dipengaruhi oleh perangkat jaringan Local Area Network

(LAN) yang digunakan oleh perangat daerah banyak yang belum memenuhi

spesifikasi minimal sehingga masih diperlukan upgrade perangkat jaringan internet.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, serta

meningkatnya permintaan terhadap mutu layanan publik dan informasi yang cepat,

akurat, dan terpadu, diperlukan kerangka acuan untuk mengembangkan

penyelenggaraan pemerintahan secara elektronik (e-Government) sebagai langkah

menuju implementasi konsep smart city di Kabupaten Kulon Progo. Tahapan

pengembangan komponen Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menuju smart

city dilaksanakan secara bersamaan dan fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan

potensi lokal daerah. Ini melibatkan peningkatan sumber daya manusia,

pengorganisasian, serta penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat

lunak (software) yang sesuai. Pengimplementasian konsep smart city di Kabupaten

203
Kulon Progo perlu memperhatikan karakteristik potensi lokal dalam pengembangan

wilayah yang cerdas. Proses implementasinya dilakukan secara bertahap, sejalan,

dan fleksibel, disesuaikan dengan prioritas dan kebutuhan setiap daerah. Ini

mencakup seluruh urusan pemerintahan, termasuk urusan pemerintahan yang wajib

untuk pelayanan dasar serta non-pelayanan dasar, dan juga urusan pemerintahan

pilihan. Setiap urusan pemerintahan tersebut akan didukung oleh elemen pendukung

yang sesuai.

Dalam rencana induk (masterplan) smart city, rencana program dan kegiatan

yang akan dilaksanakan terkait pembangunan dan pengembangan Smart City harus

sejalan dengan rencana pembangunan di Kabupaten Kulon Progo secara umum.

Implementasi Smart City terdiri dari enam komponen yaitu: tata kelola birokrasi

(smart governance), pemasaran daerah (smart branding), perekonomian (smart

economy), ekosistem permukiman penduduk (smart living), lingkungan masyarakat

(smart society), dan pemeliharaan lingkungan (smart environment).

Implementasi gagasan kabupaten cerdas (smart city) memerlukan

monitoring dan evaluasi berkala agar lebih terarah dan berkelanjutan. Untuk itu Dinas

Kominfo Kabupaten Kulon Progo mengevaluasi perkembangan implementasi smart

city. Berikut disampaikan hasil evaluasi Smart City tahun 2022.

Capaian Dimensi dan Sub Dimensi Smart City Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2022

NO. Dimensi dan Sub Dimensi Smart City Jumlah Jumlah Jumlah Realisasi
Program Realisasi belumRealisasi %
1 Smad Govemance meliputi:
Pelayanan publik (Public Service) 20 17 3 85
Manajemen birokrasi yang efisien
(Bureucracy) Efisien kebijakan publik (Public
Policy)
2 Smart Branding meliputi:
Tourism Branding Business Branding City 6 6 0 100
Appearance Branding Culture Branding
3 Smar Economy meliputi: Industri berdaya
saing (Industry)
Kesejahteraan rakyat (Welfare) Transaksi 14 12 2 85.71
keuangan (Transaction)

204
4 Smad Living meliputi: Harmonisasi tata
ruang (Harmony)
Pelayanan kesehatan (Health) Ketersediaan 16 7 9 43.75
sarana transportasi (Mobility)
5 Smart Society meliputi: Interaksi masyarakat
yang efisien (community)
Ekosistem belajar yang efisien (Leaming) 8 4 4 50
Sistem keamanan masyarakat (Security)
6 Smart Environment meliputi:
Program proteksi lingkungan (Protection) 2 1 50
Tata kelola sampah dan limbah (Waste)
Tata kelola energi yang bertanggung jawab
(Energy) Jumlah/Nilai
Jumlah/Nilai 66 47 19 71.21

Dalam menghadapi situasi global saat ini, pemanfaatan Teknologi Informasi

dan Komunikasi (TIK) dalam pengelolaan tata pemerintahan bukan sekadar pilihan,

melainkan telah menjadi suatu kebutuhan mendesak. Adanya fakta ini tidak bisa

diabaikan, mengingat bahwa penerapan TIK memiliki potensi besar untuk

mendukung berbagai aktivitas pemerintahan, termasuk administrasi dan pemberian

layanan publik. Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan pemerintahan. Oleh karena itu, penerbitan Peraturan Presiden (Perpres)

Nomor 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)

menjadi langkah penting, dimana peraturan ini mengatur tentang pelaksanaan

pemerintahan yang menggunakan TIK untuk memberikan layanan kepada

masyarakat. Berbagai aspek yang diatur dalam peraturan tersebut diharapkan bisa

diimplementasikan secara efektif dan efisien, dengan tujuan mencapai visi SPBE yang

mengemukakan "Pencapaian sistem pemerintahan berbasis elektronik yang terpadu

dan menyeluruh guna mencapai birokrasi dan pelayanan publik yang memiliki kinerja

yang tinggi".

Penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) di Kabupaten

Kulon Progo dapat dilihat pada hasil evaluasi mandiri tingkat kematangan SPBE pada

tahun 2022 sebesar 3,45. Namun demikian jika dibandingkan dengan 5

kabupaten/kota ditambah Provinsi DIY sendiri, Kabupaten Kulon Progo menempati

posisi ketiga selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

205
Indeks SPBE Provinsi DIY dan Kabupaten/Kota se-DIY Tahun 2021-2022

No Nama Instansi Tahun 2021 Tahun 2022


Indeks Predikat Indeks Predikat
SPBE SPBE
Pemerintah Kabupaten Bantul 3.62 Sangat - -
Baik
Pemerintah Daerah Istimewa 3.49 Baik - -
Yogyakarta
Pemerintah Kabupaten Kulon 3.22 Baik 3.45 Baik
Progo
Pemerintah Kota Yogyakarta 2.98 Baik - -
Pemerintah Kabupaten Sleman 2.49 Cukup - -
Pemerintah Kabupaten 2.55 Cukup - -
Gunungkidul

Hasil Evaluasi Mandiri SPBE Kabupaten Kulon Progo Tahun 2021-2022

2021 2022*
INDEKS SPBE - PEMERINTAH KAB. KULON PROGO
3.22 3.45
TAHUN 2021-2022
(Baik) (Baik)
Nama Indeks Nilai Nilai
SPBE 3.22 3.45
Domain Kebijakan SPBE 3.5 3.6
Kebijakan Internal terkait Tata Kelola SPBE 3.5 3.6
Domain Tata Keiola SPBE 3.7 3.9
Perencanaan Strategis SPBE 2.75 3.25
Teknologi Informasi dan Komunikasi 4.5 4.5
Penyelenggara SPBE 4 4
Domain Manajemen SPBE 1 1.45
Penerapan Manajemen SPBE 1 1.13
Audit TIK 1 2.33
Domain Layanan SPBE 3.69 3.88
Layanan Administrasi Pemerintahan Berbasis Elektronik 3.6 3.7
Layanan Publik Berbasis Elektronik 3.83 4.17

Garfik hasil evaluasi Mandiri SPBE

Evaluasi mandiri SPBE Kabupaten Kulon Progo untuk masing-masing domain

sebagai berikut: Domain Kebijakan SPBE, meliputi 1 aspek yaitu kebijakan internal

tata kelola dengan nilai 3,60. Domain tata kelola SPBE dengan nilai 3,90 yang terdiri

206
dari 4 aspek yaitu perencanaan strategis SPBE nilai 3,25. Teknologi informasi dan

komunikasi nilai 4,50, penyelenggaran nilai 4,00. Domain manajemen SPBE dengan

nilai 1,45 yang terdiri dari 2 aspek yaitu penerapan manajemen nilai 1,13 dan

pelaksanaan audit TIK nilai 2,33. Domain Layanan SPBE dengan nilai 3,88 terdiri dari

2 aspek yaitu Layanan administrasi pemerintahan dengan nilai 3,70, dan Layanan

publik dengan nilai 4,17.

Dari hasil evaluasi mandiri SPBE seperti yang terlihat dalam tabel di atas,

dapat dilihat bahwa dalam domain Manajemen SPBE, nilai masih cenderung rendah

bila dibandingkan dengan domain lainnya. Domain Manajemen SPBE ini terdiri dari

dua aspek penilaian, yakni aspek Penerapan Manajemen SPBE dan aspek Audit TIK.

Terdapat indikator-indikator yang dinilai belum memadai dalam aspek Penerapan

Manajemen SPBE, seperti perencanaan dan pengaturan yang masih terbatas dalam

kebijakan internal terkait Penerapan Manajemen Risiko SPBE, Manajemen Layanan

SPBE, Manajemen Data, Manajemen Aset TIK, Keamanan Informasi, Kompetensi

Sumber Daya Manusia, Manajemen Pengetahuan, serta Manajemen Perubahan. Di

sisi lain, dalam aspek Audit TIK, terdapat indikator yang masih belum terpenuhi

dengan baik, seperti kurangnya kebijakan internal yang mengatur Pelaksanaan Audit

Infrastruktur SPBE, Audit Aplikasi SPBE, dan Audit Keamanan SPBE.

PPID, yang merupakan singkatan dari Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi, memegang peran yang sangat penting sesuai dengan ketentuan yang

dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik. Dalam skema ini, PPID memiliki tanggung jawab yang berkaitan

dengan pengelolaan dan dokumentasi. Sejalan dengan ketentuan ini, Peraturan

Komisi Informasi (Perki) Nomor 1 Tahun 2010 juga mengatur tentang peran dan

tanggung jawab PPID. Dalam praksisnya, PPID Kabupaten Kulon Progo tidak hanya

memberikan layanan permohonan informasi, tetapi juga berperan dalam menangani

aduan serta menerima saran, kritik, dan usulan dari masyarakat. Ini semakin

memperluas peran dan fungsi PPID, dengan tujuan untuk menjadikan pelayanan
207
informasi dan tanggapan terhadap aduan masyarakat lebih sederhana, efisien, dan

terjangkau.

Selama tahun 2021, pelaksanaan pelayanan informasi oleh PPID Kabupaten

Kulon Progo berjalan dengan lancar. Setiap pemohon informasi, baik yang langsung

datang ke Layanan PPID dalam hal ini Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten

Kulon Progo, via telepon, website PPIDKu, serta program LAPOR dan audiensi

dengan Bupati Kulon Progo dalam acara Kamis Pagian Bupati Kulon Progo langsung

dilayani sesuai Peraturan Bupati Nomor 85 Tahun 2012 tentang Pedoman

Mekanisme Konsultasi Publik dan Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan

Pemerintah Daerah, serta Pedoman Standar yang telah ditetapkan melalui Standard

Operasional Prosedur (SOP) PPID Kabupaten Kulon Progo, acuan SOP tersebut

adalah Peraturan Komisi Informasi (Perki) Nomor 1 Tahun 2010. Sebagai sebuah

lembaga publik, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah mendirikan PPID dan juga

42 PPID Pembantu yang berlokasi di setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)

di dalam lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Pembentukan ini diatur

melalui Surat Keputusan Bupati, yaitu Nomor 243 Tahun 2011, yang kemudian

mengalami beberapa revisi, termasuk SK Bupati Nomor 215 Tahun 2013, SK Bupati

Nomor 186 Tahun 2017 tentang Tim Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi, SK

Bupati Nomor 244/B/2019 tentang Pembentukan Tim Pengumpulan, Pengolahan,

dan Pengelolaan pada tahun 2019, dan SK Bupati Nomor 265/A/2020 tentang

Pembentukan Tim Pengumpulan, Pengolahan, dan Pengelolaan pada tahun 2020.

Dalam menjalankan tugasnya, PPID memiliki tanggung jawab langsung kepada

atasan PPID, yaitu Sekretaris Daerah.

Dalam perjalanannya, PPID Kabupaten Kulon Progo mendapatkan

penghargaan:

208
a. Penganugerahan Terbaik I Keterbukaan Informasi Badan Publik oleh KID DIY

Tahun 2021 kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo kualifikasi

Badan Publik menuju informatif Pemerintah Kabupaten/Kota se-DIY.

b. Penghargaan Top Digital Award 2021 dalam Kategori Top Digital

Implementation 2021 dari Majalah IT-Works Jakarta.

c. Penghargaan menuju Smart City untuk Kategori Dimensi Smart Governance

2021 dari Kementerian Kominfo RI.

d. Penganugerahan Terbaik II Keterbukaan Informasi Badan Publik oleh KID DIY

Tahun 2022 kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo kualifikasi

Badan Publik menuju informatif Pemerintah Kabupaten/Kota se-DIY.

2.3.5.12. Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah

No. Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022


1 Jumlah Unit 261 267 274 276 282
koperasi
2 Jumlah Orang 57.805 76.025 78.545 76.984 72.284
anggota
3 Jumlah Rp000 125.614.492 145.059.989 165.636.467 175.264.813 179.451.455
simpanan
4 Jumlah modal Rp000 111.574.087 144.529.815 139.834.403 147.979.434 156.278.704
sendiri
5 Jumlah modal Rp000 175.332.128 197.878.289 222.321.748 232.937.212 238.505.273
luar
6 Volume Rp000 169.089.844 238.633.899 234.276.660 268.172.376 255.777.326
usaha
7 Jumlah SHU Rp000 5.812.026 7.177.774 5.381.272 5.885.049 6.278.332
8 Jumlah aset Rp000 286.906.215 343.220.367 363.858.421 380.768.255 394.253.546

huhu

2.3.5.13. Penanaman Modal

2.3.5.14. Kepemudaan dan Olah Raga

Generasi muda merupakan modal utama dalam pembangunan, terutama

dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), menjadi penghubung berbagai

upaya mendukung kemajuan pembangunan. Peran organisasi kepemudaan

209
memegang peranan penting dalam proses pembangunan. Upaya dilakukan untuk

meningkatkan dinamika kegiatan kepemudaan dan olahraga melalui program-

program dan kegiatan kepemudaan serta olahraga. Pada tahun 2019, berbagai

kegiatan kepemudaan skala regional dan nasional telah dilaksanakan, termasuk

partisipasi dalam Pemuda Pelopor, Jambore Pemuda Indonesia, serta pelatihan dan

lomba kewirausahaan. Hal serupa terjadi dalam bidang olahraga, di mana kegiatan

olahraga telah dilakukan baik di tingkat kabupaten maupun melalui partisipasi atlet

pada tingkat provinsi, regional, dan nasional.

Jumlah organisasi olahraga di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

mengalami perubahan beberapa kali dari yang semula 34 organisasi menjadi 45

organisasi. Adapun jumlah klub olahraga cenderung mengalami fluktuasi dari 235

klub di tahun 2015 kemudian meningkat konsisten menjadi 280 pada tahun 2019-

2021 dan menurun kembali menjadi 148 klub ditahun 2022.

Tabel Jumlah Organisasi, Klub dan Kegiatan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2015-2022

Tahun
No Uraian
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Organisasi
38 38 38 23 16 16 16 19
pemuda
2 Organisasi
34 34 38 40 42 42 45 45
Olahraga
3 Klub Olahraga 235 266 269 226 280 280 280 148
4 Kegiatan Pemuda 3 3 6 7 6 4 4 4
5 Kegiatan Olahraga - - - 4 4 5 6 8
Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo, 2023

Tabel Jumlah Cabang Olahraga Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017-2022

Realisasi
No. Uraian Satuan
2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Jumlah cabang olahraga
Cabor 34 34 27 28 45 45
yang dibina
2 Jumlah cabang olahraga
Cabor 11 11 21 21 21 32
yang berprestasi

210
3 Jumlah cabang olahraga
Cabor 34 34 27 28 28 32
yang mewakili kabupaten
4 Jumlah kegiatan cabang
Cabor 16 16 16 1 1 1
olahraga non prestasi
Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo, 2023

Adapun berbagai prestasi yang telah diraih pemuda dan atlet Kulon Progo

pada beberapa cabang olahraga pada tingkat regional dan nasional sampai dengan

tahun 2019 cukup membanggakan. Sebagai catatan tahun 2020 dan 2021 tidak

diadakan Porda DIY karena masih kondisi Pandemi Covid-19. Gambaran prestasi

olahraga Kabupaten Kulon Progo dalam kancah regional dapat dilihat dari prestasi

pada Pekan Olahraga Daerah yang dilaksanakan tiap dua tahun sekali, ditunjukkan

pada tabel di bawah ini.

Tabel Perolehan Medali Kontingen Kulon Progo Dalam Pekan Olah Raga Tingkat

Provinsi

PORDA/PORPROV Perolehan Medali


No.
Emas Perak Perunggu
1 PORDA 2005 45 39 63
2 PORDA 2007 18 42 84
3 PORPROV 2009 26 37 61
4 PORPROV 2011 22 25 62
5 PORDA DIY 2013 20 27 66
6 PORDA DIY 2015 23 39 74
7 PORDA DIY 2017 32 28 74
8 PORDA DIY 2019 40 28 65
9 PORDA DIY 2022 31 46 91
Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo, 2023

Gambaran prestasi pemuda Kabupaten Kulon Progo dalam kancah regional dan

nasional ditunjukkan pada tabel di bawah ini

Tabel Prestasi Pemuda Kulon Progo Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta dan

Nasional

Realisasi
No. Uraian Satuan
2017 2018 2019 2020 2021 2022

211
1 Jumlah pemuda mengikuti
kegiatan kepemudaan skala Orang 10 16 16 16 16 17
regional dan nasional
2 Jumlah prestasi yang diraih
kepemudaan dalam skala Orang 7 10 12 8 8 15
regional dan nasional
Sumber data : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kulon Progo, 2023

Pada tahun 2022, prestasi pemuda di Kulon Progo mengalami peningkatan

dibandingkan tahun sebelumnya, dengan pengiriman 17 pemuda yang berhasil

meraih prestasi sebanyak 15 orang. Selain upaya pengiriman, pembinaan terus

dilakukan terhadap pemuda. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten

Kulon Progo bekerja sama dengan kalurahan dalam melakukan seleksi terhadap

pemuda berprestasi melalui Karang Taruna. Setelah itu, dilakukan pelatihan di tingkat

kabupaten dengan berbagai materi yang disusun secara berjenjang, mulai dari

kepemimpinan hingga kewirausahaan.

2.3.5.15. Statistik

Data statistik menjadi salah satu alat penting dalam merumuskan kebijakan

dan mengevaluasi kemajuan pembangunan dengan lebih tepat. Kunci utama sukses

dalam proses perencanaan tergantung pada kualitas dan keandalan data statistik

yang tersedia. Data dan informasi statistik yang akurat dan terpercaya menjadi acuan

bagi berbagai pihak dalam merancang kebijakan serta dalam mengawasi dan

mengevaluasi upaya pencapaian sasaran dengan efisiensi dan efektivitas. Data

statistik saat ini menjadi kebutuhan mendasar bagi publik dalam skala luas. Tidak

hanya berguna untuk pemerintah, tetapi juga penting bagi para pemangku

kepentingan, dunia bisnis, akademisi, para pengamat, dan masyarakat umum.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, jenis

statistik terdiri atas statistik dasar, statistik sektoral, dan statistik khusus. Statistik

dasar dikelola oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sementara statistik sektoral

diselenggarakan oleh instansi pemerintah sesuai dengan tugas dan fungsinya, baik

secara mandiri maupun bekerja sama dengan BPS. Terkadang, pelaksanaan statistik

212
sektoral bisa mengalami keterlambatan dalam penyediaan data untuk

pembangunan. Biasanya, data yang diperlukan dalam perencanaan mencakup

periode hingga n+2, tetapi data yang sudah tersedia hanya hingga n-1. Untuk

mengatasi hal ini, proyeksi data seringkali digunakan agar bisa menghasilkan

estimasi data yang diperlukan untuk perencanaan pembangunan.

Pelaksanaan tugas-tugas statistik dilakukan melalui penyusunan dokumen

analisis ekonomi makro, analisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), analisis

Indeks Pembangunan Manusia (IPM), pengelolaan database daerah, pengelolaan

Portal Satu Data, dan koordinasi dalam pengelolaan data bersama dengan BPS.

2.3.5.16. Persandian

Program Persandian dijalankan untuk meningkatkan tingkat keamanan

informasi guna mendukung kestabilan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk

mencapai tujuan ini, diperlukan upaya dalam membangun dan mengembangkan

infrastruktur teknologi persandian, meningkatkan kualitas sumber daya manusia di

bidang persandian, mengatur sistem persandian, dan memaksimalkan pemanfaatan

teknologi persandian.

Hasil pencapaian dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan dalam

program persandian mencakup pengelolaan dan perlindungan jaringan komunikasi

sandi internal Pemerintah Kabupaten (JKS), jaringan Telepon dan Radio, pengaturan

sinyal frekuensi pada 21 ruang, serta koordinasi persandian melalui Forum

komunikasi petugas sandi. Selain itu, juga dilakukan pengelolaan Komunikasi Sandi

Daerah. Saat ini, isu utama dalam pengamanan informasi berkaitan dengan

perlindungan sistem informasi manajemen pemerintah. Oleh karena itu, upaya dalam

mengamankan sistem informasi manajemen pemerintah yang ada di Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo sedang dilakukan secara bertahap.

213
2.3.5.17. Kebudayaan

Kebudayaan di Kabupaten Kulon Progo sangat beragam. Hingga tahun 2022,

terdapat 1.365 kelompok seni budaya yang meliputi seni tari, musik, kriya, rupa,

pertunjukan, serta Majelis Luhur Kebudayaan (MLK). Upacara adat masih memegang

peranan penting dalam kehidupan masyarakat, termasuk upacara suran, bersih

dusun, saparan, sadranan, dan lain sebagainya. Ragam peninggalan sejarah dan

purbakala meliputi masa prasejarah, periode klasik (Hindu dan Budha), periode Islam,

zaman kolonial, dan era perjuangan.

Upaya pelestarian seni budaya di Kulon Progo dilakukan untuk mendukung

dan memfasilitasi keberlanjutan seni budaya di wilayah tersebut. Beberapa kesenian

juga dijadikan acara tahunan, seperti Sendratari Sugriwo Subali, Menoreh Art

Festival, Nglarak Blarak, dan Jemparingan. Pendampingan dan pembinaan juga

dilakukan pada seni-seni khas, salah satunya adalah Seni Angguk Putri, yang

memiliki peran penting dalam membentuk identitas daerah. Bahkan, untuk

memasyarakatkan seni Angguk Putri, diciptakan pula kreasi senam khas Kulon Progo

bernama senam angguk.

Upacara adat juga tetap dijaga eksistensinya melalui program Pembinaan

Kelembagaan Adat dan Tradisi, yang mencakup pelaksanaan berbagai upacara adat

dan tradisi. Salah satunya adalah upacara Nyadran Agung, yang dilaksanakan

sebelum bulan Ramadhan, tidak hanya untuk melestarikan tradisi, tetapi juga menjadi

momen kembalinya warga Kulon Progo dari perantauan.

Ragam upacara adat dan tradisi yang dijaga di Kabupaten Kulon Progo

mencakup nyadran, saparan, jamasan, wiwitan, rebo pungkasan, ngguyang jaran,

merti bumi, sedekah laut, malam suronan, baritan, muludan, anggoro kasih, tawu

sendang, gumbregi, ruwatan, punden damarwulan, dan lainnya.

Kabupaten Kulon Progo juga kaya akan warisan budaya, baik yang bersifat

fisik (tangible) maupun nilai-nilai budaya dari masa lalu (intangible). Warisan budaya

fisik dapat dibedakan menjadi yang tidak bergerak (immovable heritage) dan

214
bergerak (movable heritage). Warisan tidak bergerak sering berupa situs, tempat

bersejarah, bangunan bersejarah, dan patung pahlawan. Sementara itu, warisan

budaya bergerak umumnya ada dalam ruangan, termasuk benda-benda warisan,

karya seni, arsip, dokumen, foto, karya tulis cetak, serta materi audiovisual seperti

kaset, video, dan film.

Pelestarian budaya juga terwujud melalui pengembangan desa budaya dan

rintisan desa budaya. Desa Budaya adalah tempat di mana adat, tradisi, kesenian,

permainan tradisional, bahasa, sastra, aksara, kerajinan, kuliner, pengobatan

tradisional, dan warisan budaya lainnya diaktualisasikan, dikembangkan, dan

dikonservasi. Jika di dalam Desa Budaya terdapat aktivitas pariwisata serta

pemberdayaan usaha kecil menengah dan perempuan, maka desa tersebut dapat

berkembang menjadi Desa Mandiri Budaya.

Berikut gambaran mengenai keberagaman seni budaya, upacara adat, dan

pelestarian budaya di Kabupaten Kulon Progo hingga tahun 2022.

Data Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang, Desa/

Kalurahan Budaya dan Desa Kalurahan Mandiri Budaya Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2022
Desa
No Kapanewon Keterangan
budaya
1 Pagerharjo Samigaluh Desa / Kalurahan Mandiri Budaya
2 Tanjungharjo Nanggulan Desa / Kalurahan Mandiri Budaya
3 Banjarharjo Kalibawang Desa / Kalurahan Mandiri Budaya
4 Sidorejo Lendah Desa/ Kalurahan Mandiri Budaya
5 Sukoreno Sentolo Desa / Kalurahan Mandiri Budaya
6 Glagah Temon Desa / Kalurahan Mandiri Budaya
7 Sendangsari Pengasih Desa / Kalurahan Mandiri Budaya
8 Jatimulyo Girimulyo Desa 1 Kalurahan Budaya
9 Brosot Galur Desa/ Kalurahan Budaya
10 Hargomulyo Kokap Desa/ Kalurahan Budaya
11 Bugel Panjatan Desa / Kalurahan Budaya
12 Tuksono Sentolo Desa / Kalurahan Budaya
13 Sogan Wates Desa / Kalurahan Budaya
14 Tayuban Panjatan Desa/ Kalurahan Budaya
15 Kalirejo Kokap Desa / Kalurahan Budaya
16 Kaliagung Sentolo Desa / Kalurahan Budaya
215
Desa
No Kapanewon Keterangan
budaya
17 Gerbosari Samigaluh Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
18 Banjararum Kalibawang Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
19 Pendoworejo Girimulyo Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
20 Jatisarono Nanggulan Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
21 Purwosari Girimulyo Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
22 Tirtorahayu Galur Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
23 Pengasih Pengasih Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
24 Gulurejo Lendah Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
25 Kaligintung Temon Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
26 Giripeni Wates Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
27 Giripurwo Girimulyo Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
28 Hargotirto Kokap Desa 1 Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
29 Hargowilis Kokap Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
30 Jatirejo Lendah Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
31 Depok Panjatan Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
32 Tawangsari Pengasih Desa 1 Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
33 Purwoharjo Samigaluh Desa 1 Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
34 Banguncipto Sentolo Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
35 Demangrejo Sentolo Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
36 Salamrejo Sentolo Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
37 Ngargosari Samigaluh Desa 1 Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
38 Hargorejo Kokap Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
39 Sentolo Sentolo Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
40 Kebonharjo Samigaluh Desa 1 Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
41 Ngentakrejo Lendah Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
42 Karangsewu Galur Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
43 p le ret Panjatan Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
44 Banjarasri Kalibawang Desa 1 Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
45 Sidoharjo Samigaluh Desa 1 Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
46 Kalidengen Temon Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
47 Kranggan Galur Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
48 Nomporejo Galur Desa 1 Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
49 Margosari Pengasih Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
50 Sidomulyo Pengasih Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang
51 Banjaroya Kalibawang Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang

Dalam pengembangan kebudayaan terhadap desa/ kalurahan, yang semula

Desa/ Kalurahan Rintisan Budaya meningkat menjadi di Desa/ Kalurahan Rintisan

Budaya Kategori berkembang. Selanjutnya dengan pendampingan yang lebih

intensif, Desa/ Kalurahan Rintisan Budaya Kategori berkembang meningkat menjadi

216
Desa/ Kalurahan Budaya. Jumlah Desa/ Kalurahan budaya dari tahun 2019 sampai

2021 mengalami penurunan karena sebagian kalurahan tersebut sudah

meningkatnya statusnya menjadi Desa mandiri Budaya yang sudah ditetapkan

dengan Keputusan Gubernur DIY nomor 364/KEP/2020 tentang Penetapan Desa/

Kalurahan Mandiri Budaya tahun 2020 & Keputusan Gubernur DIY nomor

383/KEP/2021 tentang Penetapan Desa/ Kalurahan Mandiri Budaya tahun 2021.

Data Perkembangan. Data perkembangan Desa / Kalurahan Rintisan Budaya

Kategori Berkembang, Desa/ Kalurahan Budaya dan Desa Kalurahan Mandiri Budaya

Kabupaten Kulon Progo tahun 2015-2022 sebagai berikut:

Tabel Perkembangan Desa / Kalurahan Rintisan Budaya Kategori Berkembang,

Desa/ Kalurahan Budaya dan Desa Kalurahan Mandiri Budaya Kabupaten Kulon

Progo Tahun 2019-2022


Kondisi pada tahun-
Kategori
2019 2020 2021 2022
Rintisan Desa/ kalurahan budaya kategori 21 26 30 35
berkembang
Desa/ kalurahan budaya 15 13 9 9
Desa/ kalurahan mandiri budaya 0 2 7 7
Total 36 41 46 51
Sumber data: Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo, 2023; Keputusan Gubernur
DIY nomor 364/KEP/2020 tentang Penetapan Desa/ Kalurahan Mandiri Budaya tahun
2020 & Keputusan Gubernur DIY nomor 383/KEP/2021 tentang Penetapan Desa/
Kalurahan Mandiri Budaya tahun 2021, diolah.

2.3.5.18. Perpustakaan

Peran perpustakaan sangat strategis dalam mengubah ilmu pengetahuan

menjadi pengetahuan yang diterapkan dalam masyarakat, mendorong kemampuan

berpikir kritis dan inovatif, serta melestarikan nilai budaya di tengah-tengah

masyarakat. Pengembangan dan pemanfaatan perpustakaan bertujuan untuk

merangsang minat baca masyarakat, membawa mereka ke arah budaya belajar

sehingga berkontribusi pada peningkatan kecerdasan nasional. Oleh karena itu,

perpustakaan perlu memiliki koleksi yang komprehensif, mudah diakses, dan

terjangkau.

217
Peningkatan minat baca masyarakat tercermin dalam berbagai aspek, salah

satunya adalah peningkatan jumlah kunjungan ke perpustakaan, sebagaimana

terlihat dalam tabel berikut:

Tabel Capaian Kinerja Pelayanan Perpustakaan Kabupaten Kulon Progo Tahun

2018-2022

Capaian Kinerja
No Uraian
2018 2019 2020 2021 2022
1 Jumlah kunjungan perpustakaan 169.162 176.479 93.191 102.82 299.127
2 Jumlah populasi yang harus
478.115 430.22 432.22 442.84 443.361
dilayani
3 Jumlah buku 55.762 56.184 56.499 56.649 59.322
4 Jumlah perpustakaan terstandar 28 33 38 43 78
5 Jumlah perpustakaan seluruhnya 621 621 621 621 616
Sumber data : Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo, 2023
Jumlah kunjungan ke perpustakaan pada umumnya mengalami pertumbuhan

setiap tahun. Peningkatan ini terjadi berkat berbagai upaya pelibatan masyarakat,

intensifikasi promosi melalui bazar, serta peningkatan pengunjung melalui platform

daring (internet). Selain itu, pertambahan kunjungan ke perpustakaan juga terhitung

melalui layanan perpustakaan keliling. Tahun 2020 mencatat penurunan pengunjung

perpustakaan yang signifikan dikarenakan dampak Pandemi Covid-19, namun pada

tahun 2022 terjadi peningkatan kunjungan yang cukup berarti.

Tingkat kegemaran membacan di Kabupaten Kulon Progo cukup rendah di

bawah 50 sejak tahun 2020-2022. DIsisi lain, Indeks Pembangunan Literasi Manusia

(IPLM) cukup baik di angkay 67,95.

Tingkat Kegemaran Membaca dan Pembangunan Literasi Masyarakat

Indikator 2020 2021 2022


Tingkat Kegemaran Membaca (TGM) 44,47 44,51 49,71

Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) - - 67,95

Faktor penunjang yang berperan krusial dalam meningkatkan minat baca

adalah ketersediaan buku-buku perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan para

pemustaka. Jumlah buku ini cenderung meningkat setiap tahun, meskipun kadang-

kadang ada penambahan atau pengurangan dalam koleksi bahan pustaka


218
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pengadaan materi baru, buku yang rusak,

dan hibah dari masyarakat Kulon Progo. Pada tahun 2022, terjadi penambahan 2.673

buah buku dalam koleksi perpustakaan.

Berikut adalah rincian jumlah buku dalam perpustakaan:

Jumlah Buku Perpustakaan Tahun 2018-2022

Jumlah
No Judul/Kelompok
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1IJmum 2.781 3.495 3.501 3.672 3.756 3.759 3.695
2Filsafat 2.404 2.716 2.734 2.85 2.865 2.868 2.882
3Agama 5.198 6.229 6.565 6.907 6.951 6.951 6.977
4Ilmu-ilmu Politik 7.223 8.706 8.802 9.366 9.418 9.421 9.627
5Bahasa 1.613 1.709 1.787 1.841 1.845 1.845 1.858
6Ilmu Murni 3.177 3.564 3.576 3.732 3.772 3.772 3.581
7Ilmu Terapan 9.478 10.687 10.771 10.978 10.982 10.991 10.957
8Kesenian 2.268 2.801 2.831 3.017 3.029 3.029 2.988
9Sastra 9.379 10.059 10.692 11.031 11.083 11.213 11.159
IO.Sejarah dan
2.284 2.589 2.625 2.79 2.798 2.8 2.915
Geografi
11 Non Buku (Peta) 75 75 75 75 75 75 75
12 Non Buku
3 3 3 3 3 3 3
(Globe)
13 Non Buku
1.8 2.28 2.38 2.48 2.605
(EBook)
Jumlah 45.883 52.555 52.555 55.762 58.957 59.207 59.322
Sumber data : Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo, 2023

Kehadiran perpustakaan yang sesuai dengan standar memiliki dampak

signifikan terhadap peningkatan minat baca masyarakat. Saat ini, terdapat 616

perpustakaan yang mendapat pembinaan. Namun, sebagian besar dari perpustakaan

ini masih belum memenuhi standar nasional perpustakaan.

Pada tahun 2018, hanya terdapat 28 perpustakaan yang memenuhi standar,

jumlah ini meningkat menjadi 33 perpustakaan pada tahun 2019. Pada tahun 2020,

terjadi kenaikan menjadi 38 perpustakaan yang memenuhi standar nasional.

Peningkatan ini berlanjut pada tahun 2021 dengan jumlah 43 perpustakaan yang

memenuhi standar, dan pada tahun 2022, angkanya mencapai 78 perpustakaan yang

telah memenuhi standar.

219
Keberadaan lebih banyak perpustakaan yang memenuhi standar nasional

akan memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan minat baca masyarakat

serta mengembangkan budaya belajar yang lebih kuat di masyarakat.

Tabel Perpustakaan yang Terstandar di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2022

No. Nama Unit Perpustakaan


1 Perpustakaan Daerah Kabupaten Kulon Progo
2 Perpustakaan SD Temon
3 Perpustakaan SD Marsudirini Kalibawang
4 Perpustakaan Sidodadi Hargomulyo
5 Perpustakaan Arum Banjararum Kalibawang
6 Perpustakaan Tunas Bangsa Sentolo
7 Perpustakaan Dari llmu Sukoreno Sentolo
8 Perpustakaan Swapustaka Hargorejo Kokap
9 Perpustakaan Pendoworejo Girimulyo
10 Perpustakaan Donomulyo Nanggulan
11 Perpustakaan Kaliagung Sentolo
12 Perpustakaan Karangsari Pengasih
13 Perpustakaan Bugel Panjatan
14 Perpustakaan Sumber 11mu Giripurwo Girimulyo
15 Perpustakaan SD N Brosot
16 Perpustakaan SMP 1 Galur
17 Perpustakaan SMP N 1 Nanggulan
18 Perpustakaan Banyuroto Nanggulan
19 Perpustakaan SMP N 1 Panjatan
20 Perpustakaan Purwoharjo Samigaluh
21 Perpustakaan SD Prembulan Galur
22 Perpustakaan Salamrejo
23 Perpustakaan SMP N 5 Wates
24 Perpustakaan SD N 4 Wates
25 Perpustakaan SD N Kalisari Temon
26 Perpustakaan SD N Ngebung Beran Panjatan
27 Perpustakaan SMPN 1 Lendah
28 Perpustakaan SMP N 1 Kalibawang
29 Perpustakaan MTs N 2 Kulon Progo
30 Perpustakaan SMP N 2 Galur
31 Perpustakaan SMP N 3 Sentolo
32 Perpustakaan MP N 2 Kokap
33 Perpustakaan MTs N 1 Kulon Progo
34 Perpustakaan SD Percobaan 4
35 Perpustakaan SD N Bekelan
36 Perpustakaan SD N Salamrejo

220
No. Nama Unit Perpustakaan
37 Perpustakaan SDN Sungapan
38 Perpustakaan SMPN 2 Galur
39 SDN 2 Sentolo
40 SDN Potrogaten
41 SDN Kranggan
42 MTsN 6 Kulon Progo
43 SMP Muhammadiyah 2 Wates
Sumber data : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulon Progo, 2023

Pustakawan yang mempunyai fungsi untuk melaksanakan pengelolaan dan

pelayanan perpustakaan pada tahun 2022 ada 12 orang pada Dinas Perpustakaan

dan Kearsipan. Sedangkan tenaga teknis berkurang dari 7 orag di tahun 2015

menjadi 5 orang orang di tahun 2022, serta penilai bersertifikat baru 2 orang. Seluruh

tenaga tersebut tidak hanya melaksanakan pengelolaan dan pelayanan

perpustakaan pada Perpustakaan Daerah Kulon Progo tetapi juga melaksanakan

pembinaan terhadap perpustakaan-perpustakaan di wilayah Kabupaten Kulon

Progo.

Jumlah pustakawan, tenaga teknis dan penilai yang bersertifikat Tahun 2015-

2022

Capaian Kinerja
No Indikator
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Jumlah pustakawan 10 10 9 9 11 11 13 12
2 Jumlah tenaga teknis 7 7 7 7 7 6 4 5
3 Jumlah penilai
2 2 2 2 2 2 2 2
bersertifikat
Sumber data : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulon Progo, 2023

2.3.5.19. Kearsipan

Pengelolaan kearsipan daerah mencakup kegiatan pengelolaan,

penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip pada unit kerja dan kalurahan. Untuk

dapat menerapkan pengelolaan arsip yang handal dan sesuai dengan kaidah

kearsipan perlu diadakan kegiatan pembinaan kearsipan dan penyelamatan serta

pelestarian dokumen/arsip. Pencapaian kegiatan pembinaan kearsipan pada unit

221
kerja dan kalurahan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Keberhasilan

pengelolaan arsip daerah tidak terlepas dari kesadaran masing-masing unit kerja dan

kalurahan tentang pentingnya arsip. Pencapaian kegiatan penyelamatan dan

pelestarian dokumen/arsip juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring

dengan semakin bertambahnya khasanah arsip yang tersimpan di lembaga kearsipan

daerah. Capaian Pengelolaan Kearsipan dapat dilihat dari peningkatan unit kerja yang

sudah menerapkan arsip sesuai kaidah kearsipan.

Tabel Capaian Pengelolaan Kearsipan Kabupaten Kulon Progo Tahun

2017-2022

Capaian Kinerja
No. Uraian
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah unit kerja yang
1 menerapkan arsip sesuai kaidah 28 47 58 70 80 94
kearsipan
2 Jumlah unit kerja 106 106 94 94 94 94
Jumlah kalurahan yang
3 menerapkan arsip sesuai kaidah 26 30 47 55 73 87
kearsipan
4 Jumlah kalurahan 87 87 87 87 87 87
Sumber data : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulon Progo, 2023

SDM Pengelola Arsip Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

Capaian kinerja
No Indikator
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Jumlah Tenaga 3 3 3 5 12 15 14 13
Arsiparis
2 Jumlah Tenaga Teknis
142 142 125 140 140 140 213 132
Pengelola Kearsipan
Sumber data : Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulon Progo, 2023

Tabel tersebut menggambarkan bahwa jumlah tenaga kearsipan yang

tersedia sangat terbatas. Jumlah Arsiparis (jabatan fungsional) mengalami

peningkatan sejak tahun 2015 yang hanya berjumlah 3 orang menjadi 20 orang pada

tahun 2020 namun mengalami penurunan hingga pada tahun 2022 menjadi 13

222
orang. Dari jumlah tersebut, 4 orang bekerja di PD dan 9 orang bekerja di Dinas

Perpustakaan dan Kearsipan. Meskipun Dinas Perpustakaan dan Kearsipan berperan

sebagai Lembaga Kearsipan Daerah (LKD), mereka belum dapat melaksanakan

pembinaan dan pendampingan secara serentak untuk seluruh Perangkat Daerah.

Oleh karena itu, pembinaan dan pendampingan dilakukan secara bergantian dan

bertahap.

Kegiatan di bidang kearsipan juga melibatkan akuisisi arsip statis dari

masyarakat dan PD, serta pendokumentasian peristiwa dan dokumen kearsipan.

Arsip statis yang memiliki nilai historis meliputi arsip tekstual, foto, dan peta.

Beberapa contoh arsip yang dimaksud adalah:

2.2.1.7.1.1.1. Dokumen tentang Keberadaan Pabrik Gula Sewugalur pada

Tahun 1917.

2.2.1.7.1.1.2. Arsip terkait situs geoheritage bekas tambang Mangaan di

Kliripan, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon Kokap, yang mencakup arsip

tekstual, foto, dan peta. Saat ini, materi tersebut sedang direstorasi di Dinas

Perpustakaan dan Arsip Daerah DIY.

2.2.1.7.1.1.3. Informasi mengenai Kunjungan Presiden Soekarno ke Pabrik

Garam di Pantai Trisik pada September 1951.

2.2.1.7.1.1.4. Dokumen terkait Pabrik Nila Bulurejo.

2.2.1.7.1.1.5. Arsip tentang peristiwa Gempa Jogja.

2.2.1.7.1.1.6. Dokumen tentang pendirian Bandara Internasional Yogyakarta,

termasuk arsip tekstual dan foto.

2.2.1.7.1.1.7. Arsip dari perangkat daerah lainnya.

Keseluruhan upaya ini membantu dalam pelestarian dan dokumentasi

sejarah serta budaya daerah, sambil memastikan bahwa kearsipan dilakukan dengan

baik untuk kepentingan masa depan.

223
2.3.3. Fokus Layanan Urusan Pemerintahan Pilihan

2.3.3.1. Kelautan dan Perikanan

Peran sektor kelautan dan perikanan dalam pengembangan ekonomi di

Kabupaten Kulon Progo memiliki kedudukan yang sangat penting, karena sektor ini

memegang peran strategis dalam mendukung penyediaan pangan berupa sumber

protein hewani, menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha, serta

berkontribusi dalam mengurangi angka pengangguran dan mengatasi masalah

kemiskinan. Data mengenai progres pembangunan sektor kelautan dan perikanan

dari tahun 2018 hingga 2022 disajikan dalam tabel berikut ini.

Capaian Kinerja Kelautan dan Perikanan Tahun 2018-2022


No. Kondisi 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Produksi ikan
1 14.338 13.455 13.693 13.750 16.658 16.666,03 16.699 16.714
budidaya (ton)
Produksi ikan
2 1.046 1648 1747 1.823 2.025 2.126 2.190,06 2.190,35
tangkap (ton)
Total produksi
15.384 15.103 15.440 15.573 18.683 18.791,61 18.889 18.905
(ton)
Target (ton) 16.298 16.661 14.661 15.313 15.923 16.537 17.154 17.614
Persentase (%) 94,39 90,65 105,31 101,7 117,33 113,63 110,11 107,33
Sumber data: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, 2023

Total produksi ikan pada tahun 2022 mencapai 18.905 Ton, mengungkapkan

pencapaian sebesar 107,33% dari target kinerja daerah yang telah ditetapkan

sejumlah 17.614 ton. Ketika dibandingkan dengan hasil produksi ikan pada tahun

2021, terjadi peningkatan sekitar 110,11%. Rinciannya, produksi ikan dari usaha

perikanan budidaya tahun 2022 berhasil mencapai 16.714 Ton dan mengalami

kenaikan 0,85% dari capaian tahun 2021 (16.699 Ton). Sementara itu, produksi dari

sektor perikanan tangkap tahun 2021 mencapai 2.190 ton, yang mencerminkan

penurunan sekitar -4,78% dari target kinerja yang seharusnya 2.300 Ton, namun

menunjukkan peningkatan sebesar 3,30% dari capaian tahun 2019 (2.126 Ton).

Total produksi ikan dari kegiatan perikanan budidaya mencapai 16.714 ton,

dengan komposisi produksi utama berasal dari kolam sekitar 13.143 ton, yang

224
menyumbang sekitar 78,63 persen dari total produksi perikanan budidaya. Kemudian,

terdapat produksi ikan dari tambak sebanyak 3.567 ton, yang sekitar 21,34 persen

merupakan udang vaname dari total produksi perikanan budidaya. Sementara itu,

terdapat pula produksi ikan lainnya yang menyumbang sekitar 0,03 persen, yang

datang dari sawah atau mina padi dan juga karamba dengan jumlah produksi 4 ton

ikan nila.

Pada tahun 2022, produksi dari sektor perikanan tangkap tidak mengalami

perubahan dibandingkan tahun sebelumnya, tetap sebesar 2.190 ton. Meskipun

demikian, produksi tangkap laut mengalami penurunan sebesar 21,02 persen dari

tahun 2021, menurun dari 924 ton menjadi 729 ton. Di sisi lain, produksi tangkap

menggunakan alat penangkap udang (PU) mengalami peningkatan sebesar 15,36

persen dari 1.266 ton menjadi 1.461 ton.

Tantangan dalam bidang perikanan budidaya meliputi keterbatasan

ketrampilan dan pengetahuan para pembudidaya ikan, yang masih rendah karena

rendahnya akses terhadap teknologi, yang pada gilirannya berdampak pada

produktivitas usaha perikanan. Kegiatan pembudidayaan ikan di Kabupaten Kulon

Progo masih berskala kecil, tersebar di berbagai lokasi, bersifat individual, dan belum

terorganisir secara terpusat. Kondisi geografi dan topografi Kabupaten Kulon Progo

menghadirkan ancaman bencana alam, seperti kekeringan terutama di wilayah

Pegunungan Menoreh, termasuk di Kapanewon Kokap, Girimulyo, Samigaluh,

Kalibawang, dan sebagian Kapanewon Pengasih. Pada musim kemarau, ketersediaan

air menjadi sangat terbatas untuk usaha budidaya perikanan, sedangkan pengaturan

air irigasi lebih diutamakan untuk mendukung pertanian.

Tantangan lainnya meliputi ketersediaan benih (dalam hal kualitas, kuantitas,

dan kontinuitas) serta tingginya harga pakan pabrikan, yang berdampak pada margin

keuntungan yang minim bagi para pembudidaya ikan. Pengelolaan pasca panen dan

pengolahan produk perikanan juga belum berkembang optimal, padahal seharusnya

225
dapat menjadi solusi saat menghadapi kesulitan dalam memasarkan ikan segar.

Upaya untuk meningkatkan daya saing produk olahan perikanan Kabupaten Kulon

Progo perlu ditingkatkan, agar kedepannya produk tersebut mampu bersaing baik

dengan produk dari daerah lain maupun dengan produk luar negeri.

Di sisi pembudidaya ikan, terdapat keterbatasan dalam mengakses pasar.

Sebagai upaya untuk meningkatkan produk dan meraih pasar yang lebih luas,

program Sembako (BNPNT) menggunakan dana APBD dimanfaatkan untuk

menyuplai lele kepada masyarakat penerima manfaat melalui kerjasama dengan

eWarong.

Kendala lain yang dihadapi daerah yakni relatif masih rendahnya

pemanfaatan potensi lahan budidaya perikanan yang dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Pemanfaatan Lahan Budidaya Perikanan Tahun 2016-2022


Tahun
No. Kondisi Satuan
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Potensi Lahan Hektar 22.801 22.801 22.801 22.759 22.759 22.759 22.759
Budidaya Ikan
2 Pemanfaatan Hektar 132,62 13.876,00 204,17 132,94 140,18 138,19 138,5
Lahan
Budidaya Ikan
3 Persentase Persen 0,58 60,86 0,90 0,58 0,62 0,61 0,61
Pemanfaatan
Sumber Data : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, 2022

Berdasarkan informasi dari tabel di atas, terjadi peningkatan dalam

pemanfaatan lahan dari 0,58 persen pada tahun 2019 menjadi secara berturut-turut

mencapai 0,61 persen pada tahun 2022. Meskipun begitu, pencapaian pemanfaatan

potensi lahan untuk usaha perikanan masih tetap berada di bawah angka 1 persen.

Oleh karena itu, data ini kemungkinan memiliki dampak terhadap kurang optimalnya

produksi perikanan di Kabupaten Kulon Progo.

Pada sektor usaha perikanan tangkap, terdapat kendala-kendala yang

berkontribusi terhadap kinerja yang belum optimal, antara lain:

226
a. Pelabuhan Perikanan Tanjung Adikarto di Karangwuni belum beroperasi

sepenuhnya karena akses keluar masuknya terhalang oleh sedimentasi

pasir yang tinggi di muara sungai Serang, sehingga kapal-kapal tidak

dapat memasuki pelabuhan.

b. Pembangunan breakwater (pemecah gelombang) belum sempurna,

menyebabkan nelayan tidak dapat berlayar atau mendarat dengan aman.

c. Nelayan di Kabupaten Kulon Progo umumnya menggunakan Perahu Motor

Tempel (PMT) untuk menangkap ikan di laut dengan jarak maksimal 1-4

mil, menunjukkan batasan operasional mereka.

d. Ketergantungan terhadap kondisi cuaca dan gelombang laut yang dapat

membatasi aktivitas nelayan. Pada tahun 2022, kondisi cuaca buruk dan

gelombang tinggi menyebabkan beberapa kecelakaan laut yang

melibatkan nelayan.

Semua faktor di atas telah menyebabkan kendala-kendala dalam produksi

dan pemanfaatan sumber daya perikanan di wilayah Kabupaten Kulon Progo.

Kondisi Produksi Ikan, Konsumsi Ikan, Pembinaan Nelayan, dan Proporsi

Tangkapan Ikan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017 - 2022


No. Nama 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Capaian Produksi Ikan
105,31 101,7 117,33 113,63 110,11 107,33
terhadap target (%)
Jumlah Produksi Ikan
15.440 15.573 18.683 18.791,61 18.889,00 18.905,00
(Ton)
Target Daerah (Ton) 14.661 15.313 15.923 16.537 17.154,00 17.614,00
2 Capaian Konsumsi Ikan
97,29 100,38 100,63 100,86 100,86 107,03*)
terhadap target (%)
Jumlah Konsumsi Ikan
25,12 26,43 27,05 28,36 28,78 29,27*)
(Kg) Kg/Kap/Tahun
Target Daerah (Kg)
25,82 26,33 26,86 26,87 26,87 26,89
Kg/Kap/Tahun
3 Cakupan Bina Kelompok
16,13 12,5 9,38 16,13 12,9 22,58
Nelayan (%)
Jumlah kelompok
nelayan yg
5 4 3 5 4 7
mendapatkan bantuan
pemda Tahun n
Jumlah kelompok
31 32 32 31 31 31
nelayan

227
4 Produksi perikanan
4,53 4,56 4,55 5,23 4,89 3,86
kelompok nelayan (%)
Jumlah produksi Ikan
(Ton) kontribusi hasil 699 710,4 849,4 983,96 923,87 729,66
kelompok nelayan
Jumlah produksi ikan di
15.440 15.573 18.683 18.791,61 18.889,00 18.905,00
daerah
5 Proporsi tangkapan ikan
Yang berada dalam
0,075 0,076 0,091 0,106 0,1 0,08
batasan biologis Yang
aman (%)
Jumlah tangkapan ikan 699 710 849 983,96 923,87 729,661
80% dari tangkapan
maksimum lestari (WPP 929.330 929.330 929.330 929.330 929.330 929.330
573)
Sumber data: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kulon Progo, 2023

Angka konsumsi ikan pada tahun 2021 mengalami kenaikan sebesar 4,8

persen dibandingkan dengan tahun 2020, yaitu dari 27,05 kg per kapita per tahun

menjadi 28,36 kg per kapita per tahun. Proyeksi angka konsumsi ikan tahun 2022

mencapai 29,27 kg per kapita per tahun (angka sementara), mengalami peningkatan

sebesar 1,7 persen dari tahun 2021. Hal ini mencerminkan kerja keras pemerintah,

masyarakat, dan berbagai pihak terkait dalam upaya meningkatkan gizi masyarakat

melalui peningkatan konsumsi ikan.

Keberhasilan ini menunjukkan prestasi yang baik dalam mencapai tujuan

peningkatan gizi masyarakat, yang didukung oleh partisipasi aktif berbagai

pemangku kepentingan. Harapannya, generasi muda, terutama, dan masyarakat

umum pada umumnya, akan mendapatkan asupan gizi yang memadai guna

mencegah masalah stunting dan untuk meningkatkan kualitas generasi penerus

bangsa.

Meskipun potensi budidaya garam di Kabupaten Kulon Progo memiliki

dimensi yang luas untuk pengembangan, namun ada beberapa kendala yang perlu

dihadapi. Salah satunya adalah keterbatasan lahan atau lokasi yang tidak

memungkinkan untuk dikembangkan. Hal ini disebabkan oleh kondisi pesisir di Kulon

Progo, khususnya di area yang menjadi potensi pengembangan garam, yang

umumnya merupakan lahan kontrak karya atau tanah yang termasuk dalam wilayah

228
Paku Alam Ground. Dalam hal ini, jika digunakan untuk keperluan ekonomi seperti

budidaya garam, diperlukan izin khusus.

Menurut Surat Keputusan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan DIY Nomor

188/00466 Tahun 2021 mengenai Penetapan Desa/Kalurahan Maritim, terdapat 10

Desa/Kalurahan Maritim di Kabupaten Kulon Progo yang tersebar di 4 kapanewon.

Keempat kapanewon tersebut adalah Galur dengan 2 kalurahan, Panjatan dengan 3

kalurahan, Temon dengan 4 kalurahan, dan Wates dengan 1 kalurahan. Penetapan

ini bertujuan untuk memberdayakan dan meningkatkan potensi desa-desa di wilayah

pesisir pantai, termasuk masyarakat yang aktif dalam sektor Kelautan dan Perikanan,

melalui penggunaan dana dari BKK Dana Keistimewaan DIY.

Prioritas penggunaan Dana Keistimewaan DIY (BKK) Desa/Kalurahan Maritim

adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir melalui upaya

pemberdayaan masyarakat dalam sektor kelautan dan perikanan. Ini mencakup

berbagai usaha seperti perikanan tangkap, budidaya perikanan, pengolahan dan

pemasaran hasil perikanan. Pada tahun 2021, terdapat satu desa/kalurahan yang

mendapatkan alokasi Dana Keistimewaan DIY Desa/Kalurahan Maritim, yaitu

Kalurahan Bugel di Kapanewon Panjatan. Alokasi tersebut digunakan untuk berbagai

kegiatan seperti pembuatan tunel garam, rumah penyu, dan pembuatan gapura

sebagai pintu masuk ke pantai Bidara.

Melalui upaya pengembangan sektor kelautan dan perikanan berbasis

masyarakat di Kabupaten Kulon Progo yang terintegrasi dari hulu ke hilir dan

dijalankan secara profesional, serta mengandalkan keunggulan, keunikannya, dan

kearifan lokal, terdapat potensi yang kuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi

di daerah pedesaan. Konsep ini dapat menjadi pendorong kuat untuk mengalihkan

arus migrasi penduduk dari bidang pertanian ke sektor perdagangan dan usaha,

sehingga akan tercipta nilai tambah dan peningkatan pendapatan di wilayah

perdesaan. Dalam rangka mencapai tujuan ini, Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Kulon Progo berusaha mengakomodasi tradisi ini melalui pelaksanaan

229
Gerakan Membangun Kelautan dan Perikanan dengan Semangat Gotong Royong

(GERBANG SEGORO).

Inovasi yang dikenal sebagai "Gerbang Segoro" adalah sebuah gerakan yang

bertujuan untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan secara terintegrasi

dari hulu hingga ke hilir, dengan berfokus pada pemberdayaan masyarakat. Gerakan

ini menginspirasi masyarakat untuk melakukan budidaya ikan di lahan pekarangan

sekitar rumah serta menangkap ikan di laut, dengan tujuan meningkatkan asupan gizi

keluarga dan mengembangkan ekonomi masyarakat. Pendekatan ini berlandaskan

prinsip-prinsip Cecikal, Bebakal, dan Tetinggal, yang mengedepankan produksi

perikanan dalam skala rumah tangga tidak hanya untuk konsumsi segar, tetapi juga

mendorong pengolahan dan kemasan produk perikanan agar dapat dipasarkan

dengan nilai ekonomi yang lebih tinggi.

Gerakan Membangun dengan Semangat Gotong Royong dilaksanakan

melalui tahapan berurutan atau sejalan, yang dimulai dari:

a. Tahap Cecikal atau Tahap Penumbuhan, bertujuan untuk memperkuat

sistem pengembangan usaha perikanan dari hulu ke hilir. Ini dicapai

dengan menguatkan struktur organisasi kelompok perikanan, memperoleh

sarana dan prasarana produksi, menyelenggarakan sekolah lapangan dan

pertemuan usaha. Semua upaya ini berkontribusi pada keberlanjutan dan

efektivitas sistem pengembangan usaha perikanan secara menyeluruh.

b. Tahap Bebakal atau Tahap Pengembangan, fokus pada penguatan

kelompok perikanan dalam mengakses informasi, teknologi, sarana publik,

permodalan, serta pengolahan dan pemasaran. Upaya ini mencakup

peningkatan kapasitas para pelaku atau pengelola perikanan dan

pengembangan aspek hilirisasi produk. Hal ini bertujuan untuk

memperkuat kapasitas organisasi kelompok perikanan dan menyediakan

infrastruktur serta fasilitas yang mendukung pengolahan dan pemasaran

hasil perikanan.

230
Tahap Tetinggal atau Tahap Kemandirian, bertujuan untuk meningkatkan nilai

tambah produk hasil perikanan. Ini dilakukan melalui penandatanganan MoU dengan

pemerintah dan pengaturan regulasi kebijakan yang mendukung, penguatan

permodalan dan kelembagaan, pengembangan jaringan pemasaran, dan

pembangunan pusat ekonomi daerah. Semua langkah ini mendukung peningkatan

produksi, produktivitas, nilai tambah, dan daya saing produk perikanan. Selain itu,

tahap ini juga melibatkan penerapan teknologi inovatif khusus untuk sektor perikanan

dari hulu ke hilir.

2.3.3.2. Pariwisata

K Sektor pariwisata merupakan salah satu elemen pendorong ekonomi yang

memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang berarti terhadap kemakmuran

daerah. Oleh karena itu, pengembangan sektor pariwisata bertujuan untuk

menghasilkan dampak positif secara sosial, budaya, dan ekonomi bagi masyarakat

setempat. Keberhasilan pembangunan sektor pariwisata tercermin dalam

peningkatan secara konsisten jumlah wisatawan yang datang setiap tahunnya.

Kenaikan jumlah kunjungan wisatawan ini tidak hanya berdampak pada

pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi juga meningkatkan pendapatan

individu dalam masyarakat serta memperluas peluang pekerjaan di sektor-sektor

seperti perhotelan, restoran, dan agen perjalanan. Tingkat prestasi dalam

pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Kulon Progo dapat dinilai dari tren

perkembangan kunjungan wisatawan yang terjadi.

Perkembangan Kunjungan Wisatawan ke Destinasi Wisata yang Dikelola

Pemerintah (Dinas Pariwisata) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2022

Jumlah Pengunjung (orang)


No Obyek Wisata
2018 2019 2020 2021 2022
1 Pantai Glagah 514.166 485.804 332.360 352.010 606.500
2 Pantai Congot 62.407 70.159 60.577 48.725 78.873
3 Pantai Trisik 34.819 31.732 8.739 6.901 12.234
4 Waduk Sermo 100.659 124.026 91.875 76.034 101.340

231
5 Goa Kiskendo 12.279 14.346 4.925 4.166 7.474
6 Puncak Suroloyo 16.251 13.671 9.992 7.484 9.461
7 WA Nglinggo 47.756 62.060 30.551 44.568 25.934
8 WA Tritis 15.547 5.000 4.407 3.496 2.329
9 Kawasan 41.575 72.439 26.215 7.103 6.698
Menoreh Barat
10 Kawasan - 7.802 21.324 28.734 41.793
Jatimulyo
Jumlah 845.459 887.039 590.965 579.221 892.636
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, 2023

Pada tahun 2019, jumlah kunjungan wisatawan mencapai 887.039 orang,

sedangkan pada tahun 2020, jumlah kunjungan wisatawan turun menjadi 590.965

orang, mengalami penurunan sebesar 33,38 persen. Penurunan yang signifikan ini

terjadi sebagai akibat dari dampak Pandemi Covid-19, yang menyebabkan

penutupan obyek wisata guna membatasi mobilitas manusia, termasuk para

wisatawan. Meskipun demikian, pembukaan kembali obyek wisata dengan

pembatasan tertentu pada tahun 2021 memberikan kesempatan bagi wisatawan

untuk berlibur, tetapi jumlah kunjungan masih mengalami penurunan menjadi

579.221 orang. Namun, data dalam tabel menunjukkan adanya peningkatan

signifikan pada tahun 2022, dengan jumlah kunjungan wisatawan meningkat

sebesar 54,11% dari tahun sebelumnya.

Berikutnya, data mengenai pertumbuhan pendapatan daerah dari retribusi

pariwisata dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Perkembangan Pendapatan Retribusi Pariwisata Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2017-2022
Pendapatan Per Tahun (Rp.000)
No Uraian
2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Pendapatan
Retribusi 3.404.488 3.963.411 4.683.049 3.340.090 3.304.329 5.126.499
Pariwisata
2 Lain-lain PAD
75.495 75.802 59.813 4.800 4.800 5.000
yang Sah
Total
Pendapatan
3.479.983 4.039.213 4.742.862 3.344.890 3.309.129 5.131.499
Retribusi
Pariwisata

232
Pendapatan
Asli Daerah 249.692.649 210.929.869 237.876.805 161.400.585 103.828.354 308.158.513
(PAD)
Persentase
1,39 1,91 1,99 2,07 3,19 1,67
(%)
Sumber data : Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, 2023

Penerimaan retribusi dari Sektor Pariwisata pada tahun 2019 mencapai

Rp4.742.862.000,00, mengalami kenaikan sebesar 17,42% dibandingkan dengan

tahun 2018. Pada tahun 2020, jumlahnya turun menjadi Rp3.344.890.000,00,

mengalami penurunan sebesar 29,48% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun

pada tahun 2021 pendapatan asli daerah (PAD) secara keseluruhan mengalami

penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, proporsi pendapatan dari retribusi

Sektor Pariwisata meningkat menjadi 3,18%. Meskipun pendapatan pada tahun

2021 adalah yang terendah dalam lima tahun anggaran, tetapi jika dibandingkan

dengan total pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Kulon Progo, persentasenya

mencapai puncak tertinggi, yaitu 3,18%.

Pada tahun 2022, pendapatan dari retribusi Sektor Pariwisata berhasil

melampaui target yang telah ditetapkan. Kontributor utama pendapatan asli daerah

(PAD) dari sektor pariwisata adalah retribusi wisata di Pantai Glagah, mencapai Rp

3.639.402.000,00 atau sekitar 70,92% dari total PAD. Berikutnya, disajikan data

mengenai kunjungan wisatawan pada 5 kabupaten/kota di DIY dalam periode tahun

2018-2022.

Kunjungan Wisatawan Pada Destinasi Wisata di Kabupaten Se-DIY

(Jumlah Pengunjung Per Orang) Tahun 2016-2020

No. Kabupaten/Kota Satuan 2018 2019 2020 2021 2022

Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus Wisman Wisnus

1 Kulon Progo Orang 44.947 1.924.676 41.753 1.994.417 0 966.432 9 906.292 2.014 1.559.424

2 Bantul Orang 21.288 8.819.154 4.871 8.007.795 252 2.265.171 57 2.819.691 n.a n.a

3 Gunung Kidul Orang 22.759 3.032.525 19.191 3.661.612 3.453 1.978.146 8 1.937.627 n.a n.a

4 Sleman Orang 291776 7.606.312 233.005 10.145.104 24.044 4.226.075 5.162 1.723.256 n.a n.a

5 Yogyakarta Orang 219.332 4.533.019 252.682 3 963.919 37.008 1.329.562 827 458.435 n.a n.a

Total 600.102 25.915.686 551.502 23.808.928 64.757 10.765.386 6.063 7.845.301 2.014 1.559.424

233
Sumber Data: Statistik Kepariwisataan DIY 2018-2022. Dinas Pariwisata DIY

Peningkatan kunjungan wisatawan di Kulon Progo pada tahun 2022

mencapai 72% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, khususnya jumlah

wisatawan mancanegara yang sudah mengalami kenaikan walaupun masih di bawah

angka sebelum adanya pandemi Covid-19. Hal ini terjadi karena Pemerintah Daerah

telah mengadakan berbagai atraksi wisata budaya di destinasi dan masyarakat juga

turut berkontribusi melalui inovasi paket wisata di desa wisata.

Di Kabupaten Kulon Progo, selain objek wisata yang memungut retribusi,

terdapat juga pengembangan wisata non retribusi, seperti desa wisata dan objek-

objek wisata yang dikelola oleh masyarakat. Kegiatan wisata non retribusi ini

berfokus pada pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan potensi alam dan

budaya setempat.

Terdapat total 22 desa wisata di Kabupaten Kulon Progo. Berikut ini adalah

data mengenai potensi desa wisata di wilayah tersebut:

Perkembangan Wisatawan ke Obyek Wisata Non Beretribusi Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2015-2022

Objek Jumlah Pengunjung (orang)


No
Wisata 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Deşa 850.759 152.544 411.296 - - 97.746
Wisata
2 Non Deşa - 906.797 797.506 375.467 330.680 571.056
Wisata
Jumlah 850.759 1.059.341 1.208.802 375.467 330.680 668.802
Sumber data : Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, 2023

Jumlah pengunjung di desa wisata dan non desa wisata mengalami

peningkatan yang cukup signifikan dari Tahun 2016 hingga 2019. Namun, dampak

dari Pandemi Covid-19 pada Tahun 2020 dan 2021 menyebabkan penurunan jumlah

pengunjung baik di desa wisata maupun non desa wisata.

Tutupnya banyak destinasi wisata juga berkontribusi terhadap penurunan

kunjungan wisata, namun pelayanan kepada para wisatawan tetap menjadi faktor
234
penting. Pemandu wisata memiliki peran sentral dalam memberikan informasi

kepada wisatawan. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat lokal sebagai

pemandu wisata menjadi fokus utama dalam pengelolaan setiap obyek wisata yang

dikelola oleh komunitas. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) melalui

pelatihan dan sertifikasi pemandu wisata menjadi langkah yang penting.

Upaya untuk meningkatkan kualitas SDM melibatkan pelatihan pemandu

wisata dengan sertifikasi, di mana pemandu wisata lokal juga berperan ganda

dengan pekerjaan lainnya. Inilah beberapa data mengenai pemandu wisata yang

beroperasi di Kabupaten Kulon Progo:

Data Pemandu Wisata Kabupaten Kulon Progo Tahun 2015-2022

Pemandu Tahun
No
Wisata 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Pemandu
Wisata
11 16 30 47 62 72 91 90
Bersertifikat
(orang)
2 Pemandu
Wisata Non
5 13 15 58 65 16 39 40
Sertifikat
(orang)
Total 16 29 45 105 127 88 130 130
Sumber data : Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, 2023

Selama masa pandemi, sektor pariwisata mengalami penurunan

perkembangannya, namun tetap memberikan efek berlipat ganda terhadap usaha-

usaha jasa pariwisata yang telah memperoleh ijin legalitas dalam bentuk Tanda

Daftar Usaha Pariwisata (TDUP). Langkah ini menunjukkan komitmen untuk

menjamin pelayanan yang baik kepada konsumen (wisatawan). Berikut adalah tabel

yang menyajikan informasi mengenai usaha-usaha jasa pariwisata yang telah

memperoleh Tanda Daftar Usaha Pariwisata (TDUP) di Kabupaten Kulon Progo.

Perkembangan Usaha Jasa Pariwisata Berijin Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2017 – 2022

235
Tahun
No Jenis Usaha
2017 2018 2019 2020 2021 2022
I Jasa Perjalanan Wisata
1 Biro 2 3 5 7 8 13
Perjalanan
Wisata
2 Agen 5 7 8 8 8 8
Wisata
II Jasa Makanan dan Minuman
1 Restoran 1 1 1 5 7 30
2 Jasa Boga 9 10 12 15 15 15
3 Rumah 7 10 14 14 15 74
Makan
III Penyediaan Akomodasi
1 Hotel non 1 3 4 6 6 15
Bintang
IV Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi
1 Karaoke 1 1 1 1 1 0
2 Gelanggang 1 1 1 1 1 1
Renang
3 Salon dan - - 1 1 1 0
spa
V Penyelenggaraan Pertemuan, Insentif, Konverensi dan Pameran
1 MICE 6 7 8 8 9 9
Total 33 43 55 66 71 165
Sumber data : Dinas Pariwisata Kabupaten Kulon Progo, 2023

Jumlah usaha jasa pariwisata yang memiliki izin mengalami pertumbuhan

yang signifikan, yaitu dari 71 usaha pada tahun 2021 meningkat menjadi 165 usaha

pada tahun 2022, atau mengalami peningkatan sebesar 132%. Peningkatan paling

mencolok terjadi pada sektor jasa penyediaan makanan dan minuman serta

akomodasi, yang mana ini menjadi hasil yang terkait dengan konsep BIY.

Untuk meningkatkan kunjungan wisata, berbagai upaya telah dilakukan,

termasuk peningkatan promosi berbasis teknologi informasi (IT) dan efektivitas

atraksi wisata, perbaikan sarana dan prasarana di objek wisata, peningkatan

pengelolaan daya tarik wisata, pengembangan kapasitas lembaga dan sumber daya

manusia melalui pelatihan, serta peningkatan dukungan dalam sertifikasi usaha jasa

pariwisata. Prioritas utama dalam pengembangan destinasi wisata adalah Pantai


236
Glagah, mengingat lokasinya yang berdekatan dengan Bandara Internasional

Yogyakarta. Diharapkan bahwa lokasi ini dapat menarik calon wisatawan yang

datang melalui bandara tersebut.

2.3.3.3. Pertanian

Capaian kinerja urusan pertanian tahun 2016-2020 disajikan dalam Tabel

berikut ini.

Capaian Kinerja Pertanian Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017-2022

No. Kondisi 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Produksi Padi
dan Palawija 230.405,00 230.540,00 230.785,59 228.635,04 205.435,67 199.904,88
(ton)
2 Produksi
Sayuran dan
52.387,73 70.514,28 72.989,87 87.570,94 76.851,69 78.642,78
Buah-buahan
semusim (ton)
3 Produksi
Buah-buahan
67.604,00 68.805,00 82.284,17 98.396,08 101.906,11 103.548,80
dan sayuran
tahunan (ton)
4 Produksi
Biofarmaka 14.064,03 14.689,19 15.404,46 13.636,95 13.962,57 15.224,02
(ton)
5 Produksi
Perkebunan 134.747,36 114.426,11 119.012,63 106.760,06 139.997,02 107.181,32
(ton)
6 Populasi
ternak besar 51.708,00 52.469,00 54.025,00 55.001,00 55.865,00 55.106,00
(ekor)
7 Populasi
ternak kecil 133.680,00 136.903,00 142.093,00 146.739,00 151,55 169.112,00
(ekor)
8 Populasi
4.456.285,00 4.348.510,00 4.517.779,00 5.618.986,00 6.159.278,00 5.759.630,00
unggas (ekor)
9 Produksi
12.310.150,00 12.415.202,00 12.704.791,00 14.412.205,00 13,315,067 12.765.210,00
daging (kg)
10 Produksi telur
10.028.248,00 10.150.671,00 10.293.985,00 16.273.026,00 11.995.213,00 11.468.959,00
(kg)
11 Konsumsi
protein
17,85 18,06 21,30 23,84 21,75 22,37
hewani
(gr/kap/hari)
Sumber data : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, 2021

Pada tahun 2022, terdapat 4 dari 11 indikator kinerja Dinas Pertanian dan

Pangan yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2021, sedangkan

terdapat 7 indikator yang mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.

Produksi padi dan palawija pada tahun 2022 mengalami penurunan sebesar

5.530,79 ton atau 2,69% dibandingkan tahun 2021. Penurunan ini terutama terjadi

pada jagung, kedelai, kacang tanah, ubi jalar, dan ubikayu. Anomali iklim menjadi
237
penyebab utama penurunan produksi palawija. Kualitas produksi kedelai juga

terpengaruh akibat kerusakan pada fase awal pertanaman, yang disebabkan oleh

hujan terus menerus pada saat penanaman.

Produksi tanaman buah sayuran musiman mengalami peningkatan sebesar

1.791,09 ton atau 2,33%, dengan peningkatan terutama pada sayuran petsai/sawi

putih dan buah semangka. Namun, produksi komoditas unggulan seperti bawang

merah dan cabai merah sedikit mengalami penurunan akibat anomali iklim yang

mempengaruhi produktivitas. Produksi tanaman buah dan sayuran tahunan juga

mengalami peningkatan sebesar 1.642,69 ton atau 1,61%, terutama pada pisang,

melinjo, dan jengkol. Komoditas biofarmaka juga mengalami peningkatan yang

signifikan, yaitu 1.261,45 ton atau 2.389,01%, terutama pada jahe, kencur, kapulaga,

dan lidah buaya.

Namun, komoditas perkebunan mengalami penurunan, terutama pada

komoditas cengkeh, teh, dan jambu mete. Komoditas kelapa dan kopi mengalami

peningkatan produksi, dimana buah kelapa mengalami peningkatan akibat

peremajaan tanaman kelapa dengan varietas yang lebih produktif, dan produksi kopi

robusta meningkat berkat intensifikasi dan peremajaan tanaman.

Populasi ternak besar dan unggas mengalami penurunan, terutama pada

populasi sapi dan ayam petelur. Penyebab penurunan populasi ini adalah

pemotongan hewan qurban dan adanya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada

sapi. Namun, populasi ternak kecil mengalami peningkatan sebesar 17,567 ekor atau

11,59%, terutama disebabkan oleh penurunan penyebaran penyakit, meskipun

dampak wabah PMK pada ternak kecil tidak signifikan.

Penurunan populasi unggas berdampak pada penurunan produksi telur

sebesar 526.254 kg atau 4,38%, karena peremajaan ternak ayam petelur yang sudah

tidak produktif. Produksi daging juga mengalami penurunan sebesar 549.857 kg atau

238
4,13%, dikarenakan penurunan populasi ternak akibat wabah PMK yang mulai

merebak.

Data Sebaran Kasus Penyakit Hewan per Kapanewon Di Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2015–2022

Jumlah Penyakit per Kapanewon


No. Kapanewon
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Samigaluh 93 421 559 456 656 397 171 531
2 Kalibawang 89 534 863 872 535 580 285 331
3 Nanggulan 48 219 709 558 475 560 130 238
4 Girimulyo 29 407 681 700 658 474 315 291
5 Sentolo 113 298 544 483 393 414 128 357
6 Pengasih 98 413 995 810 751 551 398 900
7 Kokap 11 340 659 606 674 533 376 358
8 Lendah 173 386 886 754 1.048 491 204 563
9 Wateş 73 311 1.311 938 1.130 694 179 246
10 Temon 1.007 214 406 367 412 300 144 236
11 Panjatan 98 339 1.279 971 675 505 193 1.035
12 Galur 104 413 828 982 812 430 496 894
Jumlah 1.936 4.295 9.720 8.497 8.219 5.929 3.019 5.980
Sumber data : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, 2023

Jumlah penyakit hewan di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan

signifikan pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021. Pada tahun 2022,

terdapat sebanyak 5.981 kasus penyakit hewan, sedangkan tahun 2021 hanya

terdapat 3.019 kasus, mengalami peningkatan sebanyak 2.962 kasus atau meningkat

sebesar 98,11%. Peningkatan yang drastis ini terutama disebabkan oleh merebaknya

wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Kabupaten Kulon Progo pada bulan Mei

2022.

Namun demikian, wabah PMK ini berhasil segera dikendalikan melalui

langkah-langkah pemeriksaan, pengobatan, dan vaksinasi rutin terhadap ternak di

berbagai kapanewon. Hingga akhir tahun 2022, jumlah hewan ternak yang terinfeksi

PMK mencapai 1.363 ekor. Melalui tindakan yang tepat, wabah PMK berhasil

239
tertangani dengan baik, dan pada akhir Desember 2022, hanya tersisa 36 ekor sapi

yang masih menderita PMK.

Selain PMK, juga terdapat kasus penyakit cacingan (helminthasis) pada sapi

sebanyak 2.986 ekor. Tingkat deteksi penyakit cacingan pada sapi meningkat berkat

pemeriksaan dan vaksinasi intensif yang dilakukan oleh petugas medik veteriner di

berbagai kapanewon. Meskipun memiliki tingkat mortalitas yang rendah, penyakit

helminthasis ini dapat mengganggu penyerapan nutrisi pada ternak, menyebabkan

penurunan berat badan ternak.

Produktivitas Padi Atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya Per Hektar Tahun

2018-2022

Capaian Capaian Capaian Capaian Capaian


No. Keterangan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2018 2019 2020 2021 2022
66,80 65,15 66,21 66,26 67,15
1 Produktivitas Padi
ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha
62,72 59,28 62,85 64,36 66,83
2 Produktivitas Jagung
ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha
14,07 14,37 14,40 15,75 10,85
3 Produktivitas Kedelai
ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha
Produktivitas Ubi 219,1 219,1 254,18 256,59 257,21
4
Kayu ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha
Produktivitas Kacang 13,64 14,48 14,52 14,78 14,88
5
Tanah ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha ku/ha
Sumber data : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo, 2023

Berdasarkan data dalam tabel di atas, terlihat bahwa produktivitas empat

komoditas utama dalam sektor pertanian mengalami peningkatan. Persentase

kenaikan produktivitas yang tertinggi tercatat pada komoditas jagung, mencapai

3,84%, diikuti oleh padi dengan kenaikan sebesar 1,34%. Kenaikan produktivitas juga

terjadi pada kacang tanah dan ubi kayu. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh

tindakan intensifikasi dalam praktik pertanaman, dengan dukungan sarana produksi

seperti pupuk dan bibit yang disediakan. Di sisi lain, produktivitas kedelai mengalami

penurunan karena rendahnya kualitas hasil pertanian akibat kerusakan yang terjadi

240
pada awal masa tanam. Faktor cuaca, seperti hujan berkepanjangan (anomali iklim/La

Nina/hujan berkepanjangan), menyebabkan benih tidak dapat tumbuh dengan baik

pada awal penanaman. Meskipun dilakukan upaya penanaman ulang hingga dua kali,

hasilnya tetap tidak memuaskan.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas komoditas padi dan bahan

pangan utama lainnya, Pemerintah Daerah memberikan dukungan berupa fasilitas

sarana produksi, seperti bibit dan pupuk, serta pengembangan infrastruktur

pertanian. Ini mencakup rehabilitasi jaringan irigasi untuk tanaman pangan, serta alat

dan mesin pertanian. Peningkatan produksi dan produktivitas bahan pangan

berkontribusi pada peningkatan ketahanan pangan daerah.

Kulon Progo juga mengimplementasikan pelestarian pertanian lahan

surjan, yang merupakan ciri khas Kabupaten tersebut. Sistem pertanian ini

melibatkan pertanian bertingkat, di mana bagian bawah digunakan untuk menanam

padi dan bagian atas untuk menanam palawija atau sayuran. Lahan pertanian ini

secara topografis mengikuti pola alur tinggi dan rendah, membentuk gambaran

seperti motif surjan, busana tradisional Jawa. Hal ini memungkinkan adaptasi

terhadap kondisi topografi yang berair. Dukungan dana keistimewaan digunakan

untuk memajukan kelestarian lahan surjan. Pada tahun 2022, 14 kelompok tani di

kapanewon Temon, Wates, dan Panjatan diberikan fasilitas jaringan irigasi sprinkler,

serta 10 kelompok tani di antaranya menerima fasilitas saprodi untuk mendukung

produksi hortikultura seperti bawang merah. Selain itu, kegiatan Sekolah Lapang

Good Agriculture Practices (SL-GAP) untuk bawang merah lahan surjan juga

dilakukan. Pemetaan lahan surjan berbasis GIS juga diterapkan pada tahun 2022

untuk meningkatkan akurasi data, dan tahun 2023 akan mengikuti dengan

pembaruan data peta lahan surjan berdasarkan nama dan alamat petani pemilik

lahan surjan tersebut.

241
2.3.3.4. Perdagangan

Terjadi peningkatan nilai usaha perdagangan dari tahun ke tahun, namun ada

pengecualian pada tahun 2021 di mana nilai usaha perdagangan mengalami

penurunan yang signifikan akibat dampak pandemi Covid-19. Nilai usaha

perdagangan mencerminkan total omzet yang dihasilkan oleh semua pelaku usaha

dalam kurun waktu 1 tahun.

Realisasi Nilai Usaha Perdagangan Tahun


2017-2022
3500000
3000000
2500000
2000000
1500000
1000000
500000
0
2017 2018 2019 2020 2021 2022
Tahun 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Juta Rupiah 2266467 2349249 2446841 2469773 2314733 3226162

Tahun Juta Rupiah

Sumber data: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Kulon Progo, 2023

Setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

mengenai Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik, serta

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 78 Tahun 2018 mengenai Pendaftaran

Perusahaan dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 77 Tahun 2018 mengenai

Pelayanan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik dalam bidang perdagangan,

semua izin usaha kini harus diproses melalui sistem OSS. Selain itu, klasifikasi izin

usaha tidak lagi berdasarkan kategori SIUP Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar,

melainkan didasarkan pada modal yang dimiliki oleh perusahaan. Modal di bawah 50

juta masuk dalam kriteria Ijin Usaha Mikro Kecil (IUMK), sedangkan di atas 50 juta

masuk dalam kategori Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP).

242
Pada tahun 2018, jumlah perusahaan yang terdaftar dengan Tanda Daftar

Perusahaan (TDP) mencapai 6.047 perusahaan, mengalami peningkatan sebesar

4,8% dibandingkan data tahun 2017 yang mencapai 5.768 perusahaan. Peningkatan

jumlah perusahaan yang memiliki TDP ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah PT

sebesar 10,6%, CV sebesar 6,9%, perusahaan perorangan sebesar 4,5%, dan

koperasi sebesar 2,3%. Sementara itu, jumlah perusahaan firma yang memiliki TDP

tidak mengalami perubahan baik peningkatan maupun penurunan.

Data Perusahaan yang Mendaftar NIB pada tahun 2019-2022

Jenis Perusahaan
Badan
No. Tahun Jumlah
PT Koperasi CV Firma Perorangan Usaha
Lainnya
1 2015 116 120 544 5 3.703 32 4.520
2 2016 140 124 591 5 4.280 32 5.172
3 2017 180 130 640 5 4.779 34 5.768
4 2018 199 133 684 5 4.992 34 6.047
5 2019 80 - 163 - 1.551 - 1.794
6 2020 68 22 75 - 1.198 - 1.363
7 2021 25 14 32 0 162 3 236
8 2022 41 5 62 0 748 14 870
Sumber data: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Kulon Progo, 2023

Dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 76 Tahun 2018 tentang

Penyelenggaraan Pendaftaran Perusahaan dijelaskan bahwa pelaku usaha yang

telah mendaftarkan perusahaannya akan memperoleh Nomor Induk Berusaha (NIB)

yang juga berfungsi sebagai Tanda Daftar Perusahaan (TDP). NIB adalah identitas

yang diterbitkan oleh Lembaga OSS (Online Single Submission) setelah pelaku usaha

menyelesaikan proses pendaftaran. NIB menjadi syarat bagi pelaku usaha yang ingin

mengurus izin berusaha melalui OSS, baik itu usaha yang baru dibentuk maupun

yang sudah ada sebelum adanya OSS. Pada tahun 2022, terdapat 870 perusahaan

yang mendaftarkan diri untuk mendapatkan NIB.

Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2021

mengenai Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (OSS - RBA) dan

243
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perizinan

Berusaha di Daerah, semua proses perizinan usaha dilakukan melalui sistem OSS

yang disediakan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Klasifikasi

perizinan usaha juga mengalami perubahan, dimana tidak lagi memakai kategori

SIUP Mikro, Kecil, Menengah, dan Besar. Namun, klasifikasi didasarkan pada modal

usaha (tanpa memasukkan tanah dan bangunan) yang telah diperbaharui oleh

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2021 mengenai

Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah, sebagai turunan dari Undang-Undang Cipta Kerja. Usaha mikro memiliki

modal usaha hingga Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah), usaha kecil dengan

modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) hingga Rp

5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah), dan usaha menengah dengan modal usaha

lebih dari Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) hingga Rp 10.000.000.000,00

(sepuluh miliar rupiah). Dengan demikian, mulai tahun 2021, seluruh proses perizinan

usaha dilakukan melalui sistem OSS.

Penerbitan Perizinan Sektor Pasar Tradisional Tahun 2018-2022

Jenis Penerbitan
No. Tahun Total
Kios Los Bango
1 2015 546 2.323 1.482 4.351
2 2016 504 2.505 971 3.980
3 2017 511 2.021 2.207 4.739
4 2018 572 2.476 1.475 4.523
5 2019 510 2.989 1.632 5.131
6 2020 489 4.025 951 5.465
7 2021 664 5.043 991 6.698
8 2022 647 4.882 1.561 7.090
Sumber data : Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Kulon Progo, 2023

Penerbitan perizinan sektor pasar tradisional pada Tahun 2022 mengalami

kenaikan sebesar 3,08% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun

peningkatannya bersifat keseluruhan, angka ini tidak terlalu signifikan, karena jumlah

pedagang yang mengisi kios dan los mengalami penurunan masing-masing sebesar

244
2,56% dan 3,19%. Namun, terdapat kenaikan yang cukup besar pada jumlah

pedagang yang menggunakan arakan, dasaran, atau bango, yaitu sebesar 57,52%.

Peningkatan signifikan terjadi terutama pada pedagang yang beroperasi di Pasar

Kenteng, Pasar Dekso, Pasar Clereng, dan Pasar Jombokan.

245
Perkembangan Ekspor Komoditi*) Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2022

2018 2019 2020 2021 2022


No. Mata Dagangan Satuan
Volume USD Volume USD Volume USD Volume USD Volume USD
1 Arang Briket Kg 7.094.869 4.988.081,97 663.050 4.869.700 3.737.506 2.103.142 152.460 151.918 2.431.916 985.845
2 Kerajinan serat Pcs 176.699 540.173,01 82.375 266.627 74.858 418.324 35.250 208.830 142.466 2.403.198
alam
3 Kerajinan Kayu Pcs 353 17.576,26 638 19.504 275 11.447 285 11.933 315 13.190
4 Teh Mahkota Kg 2.860 13.422,49 35.000 37.075 31.000 25.851 0 0 0 0
Dewa
5 Gula Kristal Ton 1.875.983 3.830.537,18 1.594.893 3.396.869 1.981.872 3.951.663 1.565.173 2.617.529 779.960 1.344.759
6 Synthetic Wigs Pcs 955.753 9.743.393,44 1.095.859 10.559.148 811.457 8.235.188 703.368 8.371.919 1.567.601 20.108.220
7 Sabut Kelapa Kg 62.306 14.507,20 87.489 21.587 74.309 18.307 0 0 0 0
8 Traktor Tangan Unit 130 224.117,27 171 328.850 2.111 349.842 5.751 316.444 5.851 323.537
9 Stagen Pcs 0 0 12.300 21.738 0 0 0 0 0 0
10 Sarung Tangan Pcs 0 0 0 0 0 0 1.624.331 620.013 1.532.372 651.035
11 Kerajinan Pcs 0 0 0 0 0 0 13.464 96.645 14.964 103.928
Bambu
19.371.808,82 19.521.098 15.113.764 12.395.231 25.933.712
Sumber data: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Kulon Progo, 2023

246
Jenis komoditi dan Negara tujuan ekspor disajikan di Tabel berikut ini.

No. Jenis Komoditi Negara Tujuan


Rotterdam, Spanyol, Mesir, Turkiye, Libanon, Uzbekistan, Iran,
1 Arang Briket
Amerika Serikat, Kuwait, Qatar, Jepang, Yunani
Kerajinan Serat
2 Belanda, Australia, Amerika Serikat, Perancis
Alam
3 Synthetic Wigs Amerika Serikat, Eropa, Korea Selatan, Inggris
Eropa, Jerman, Chili, Tiongkok, Asia, Amerika Selatan, Portugal,
4 Gula Kristal
Selandia Baru, Swiss, Denmark, Australia, Amerika Serikat
Teh Mahkota
5 Malaysia, Belanda, Singapura
Dewa
6 Kerajinan Kayu Perancis
7 Sabut Kelapa Tiongkok
8 Traktor Tangan Dominika, Brunei Darussalam, Republik Panama, Timor Leste
9 Stagen Arab Saudi
10 Sarung Tangan Amerika Serikat, Korea Selatan
11 Kerajinan Bambu Australia
Sumber data: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Kulon Progo, 2023

Dari data yang tertera di atas, terlihat bahwa pada tahun 2022, nilai ekspor

mencapai US$25.933.710, mengalami peningkatan sebesar 109,22% dibandingkan

dengan capaian tahun sebelumnya yang sejumlah US$12.395.231. Peningkatan ini

sejalan dengan pemulihan kondisi ekonomi domestik dan perbaikan pasar

internasional setelah dampak pandemi Covid-19. Beberapa komoditas yang

mengalami peningkatan ekspor yang signifikan termasuk arang briket, kerajinan serat

alam, dan synthetic wigs. Di sisi lain, terdapat penurunan dalam ekspor gula kristal.

Perkembangan Kondisi Fisik Pasar Rakyat Tahun 2015-2022

Kondisi
No. Tahun Jumlah
Baik Sedang Kurang
1 2015 8 13 11 32
2 2016 13 8 11 32
3 2017 13 10 7 30
4 2018 16 8 6 30
5 2019 18 6 6 30
6 2020 18 6 4 28
7 2021 20 4 3 27
8 2022 25 0 2 27
247
Sumber data: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Kulon Progo, 2023

Dari data yang tertera di atas, terlihat bahwa jumlah pasar rakyat dalam

kondisi baik mengalami peningkatan, meningkat dari 16 pasar pada tahun 2018

menjadi 25 pasar pada tahun 2022. Jumlah pasar rakyat dalam kategori sedang pada

tahun 2022 menjadi 0 dari jumlah sebelumnya yang mencapai 4 pada tahun 2021.

Keempat pasar yang awalnya termasuk dalam kategori sedang telah ditingkatkan

menjadi pasar dalam kondisi baik melalui rehabilitasi Pasar Nganggrung dan

penambahan fasilitas komunikasi dan informasi di Pasar Panjatan, Pasar Kelapa,

Pasar Clereng, dan Pasar Menguri. Meskipun begitu, Pasar Ngebung dan Pasar Gejlik

masih tergolong dalam kategori kurang baik. Secara keseluruhan, jumlah pasar rakyat

pada tahun 2022 tetap sama dengan tahun 2021, yaitu sebanyak 27 pasar.

Tabel berikut ini menunjukkan jumlah pedagang tradisional yang

menggunakan sarana perdagangan seperti kios, los, dan bango. Pada tahun 2021,

jumlah pedagang pasar tradisional mencapai 7.330, mengalami penurunan sebesar

5,26% dari tahun 2019. Hal ini disebabkan Pasar Burung dan Pasar Rumput telah

dikelola oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kulon Progo.

Jumlah Pedagang Pasar Negeri Berdasarkan Sarana Perdagangan Yang

dipergunakan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017-2022

Pedagang
No. Tahun Jumlah
Kios Los Bango/Pelataran
1 2017 696 3.736 3.905 8337
2 2018 701 3.348 3.619 7668
3 2019 755 3.245 3.737 7737
4 2020 739 3.214 3.337 7290
5 2021 671 5.005 3.206 8882
6 2022 n.a n.a n.a n.a
Sumber data: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo, 2023

Selain menjalankan peran sebagai penyedia layanan masyarakat dan

mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, sektor perdagangan juga berperan sebagai

248
penyumbang pendapatan bagi daerah. Implementasi pendapatan sektor

perdagangan tercermin dalam tabel berikut ini:

Realisasi Pendapatan Sektor Perdagangan di Pasar Tradisional Tahun

2018 – 2022
No. Rincian Realisasi
Pendapatan
2018 2019 2020 2021 2022
1 Pelayanan 348.925.700 390.025.200 429.947.200 439.787.800 424.136.200
Persampahan/
Kebersihan
2 Retribusi 920.071.520 1.042.955.300 1.006.795.550 1.021.544.150 1.228.041.600
Pelayanan Pasar
3 Retribusi 8.828.500 17.986.000 19.072.000 19.046.500 19.390.000
Pelayanan
Tera/Tera Ulang
3 Retribusi Tempat 74.344.000 78.739.000 98.135.000 106.078.600 123.755.400
Khusus Parkir
4 Hasl dari 48.785.000 30.440.000 32.321.200 26.728.650 24.189.200
Pemanfaatan
Kekayaan
Daerah Sewa
Jumlah 1.400.954.720 1.560.145.500 1.586.270.950 1.613.185.700 1.819.512.400
Sumber data: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Kulon Progo, 2023

Pendapatan dari sektor perdagangan pada tahun 2022 mengalami

peningkatan sebesar 12,79% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan nilai

kenaikan mencapai Rp 206.326.700,00. Peningkatan paling signifikan terjadi pada

retribusi pelayanan pasar yang meningkat sebesar 20,21%, diikuti oleh retribusi

tempat khusus parkir yang naik sebesar 16,66%. Selanjutnya, retribusi pelayanan

tera/tera ulang juga mengalami peningkatan sebesar 1,80%. Namun, retribusi

pelayanan persampahan/kebersihan dan pendapatan dari hasil pemanfaatan

kekayaan daerah sewa mengalami penurunan, masing-masing sebesar Rp

15.651.600,00 atau -3,56% dan Rp 2.539.450,00 atau -9,50%.

2.3.3.5. Perindustrian

Pencapaian perkembangan industri kecil sampai dengan tahun 2022

diperlihatkan di tabel sebagai berikut.

249
No Kriteria 2018 2019 2020 2021 2022

1 Sentra 47 47 33 34 34

2 Unit Usaha 16.792 16.905 15.481 15.589 15.847

3 Tenaga Kerja 45.032 47.365 37.678 37.907 60.071


(orang)
4 Nilai 89.311.393.000 130.652.867.000 94.721.763.000 105.478.783 193.461.832.000
Investasi
(Rp)
5 Nilai 1.156.286.623.000 1.325.223.083.000 874.243.150.000 908.242.475.000 2.542.338.689.000
Produksi (Rp)
6 Nilai Bahan 630.764.579.000 722.920.912.000 481.993.164.000 498.726.007.000 967.556.070.000
baku/
Penolong
(Rp)
7 Upah Tenaga 144.963.789.000 166.143.372.000 138.305.031.000 141.660.659.000 410.940.995.000
Kerja (Rp)
8 Nilai Tambah 380.558.255.000 436.158.799.000 255.883.762.000 267.855.956.000 1.368.022.407.000
(Rp)
Sumber data: Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kab. Kulon Progo, 2023

Dari data di atas, terlihat bahwa sektor industri di Kabupaten Kulon Progo

mengalami peningkatan signifikan dalam nilai produksinya. Faktor ini terhubung

dengan pemulihan aktivitas produksi dan peningkatan permintaan atas produk

setelah pandemi Covid-19. Selain itu, dimulainya operasi efektif dari Sistem Informasi

Industri Nasional (SIINAS) sejak tahun 2022 juga berperan penting. Dengan

demikian, pemerintah kabupaten dapat lebih mudah dan terencana mengakses data

perusahaan Industri Kecil Menengah (IKM) yang telah wajib memiliki akun SIINAS.

Beberapa perusahaan menengah seperti PT MIO, Naturindo, SAK, Sunchang, dan

SPBE melaporkan produksi dengan nilai yang cukup besar, mencapai ratusan miliar

rupiah per tahunnya.

2.3.3.6. Transmigrasi

Program penempatan transmigrasi bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan transmigran dan komunitas sekitarnya, memperkuat pembangunan

yang merata di berbagai wilayah, serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Fokus dari pelaksanaan transmigrasi adalah untuk meningkatkan kemampuan dan

produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian, serta mencapai

integrasi yang berkelanjutan di permukiman transmigrasi melalui pertumbuhan

ekonomi dan perkembangan sosial-budaya. Pelaksanaan program transmigrasi

250
diarahkan pada penataan distribusi penduduk yang seimbang dengan kondisi alam

dan lingkungan yang dapat mendukung, meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, dan mewujudkan integrasi sosial.

Untuk mempersiapkan calon transmigran agar memiliki keterampilan dan

kesiapan yang dibutuhkan sebagai transmigran yang mandiri dan kompeten di lokasi

tujuan, sebelum keberangkatan, diberikan pelatihan seperti Pelatihan Intensifikasi

Lahan Pertanian (ILP) dan Pertukangan Kayu. Pelatihan ini diberikan oleh Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo, serta kerjasama dengan Pemerintah Daerah DIY dan Balai

Besar Latihan Masyarakat (BBLM) Yogyakarta. Melalui pelatihan-pelatihan ini,

diharapkan calon transmigran dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan

yang nantinya bisa diaplikasikan di lokasi transmigrasi. Selain itu, untuk

mempersiapkan mental calon transmigran sebelum mereka berangkat, dilakukan

pembekalan psikologis.

Namun, pada tahun 2020, pelaksanaan pemberangkatan transmigrasi tidak

dilakukan karena dampak dari antisipasi penyebaran Pandemi Covid-19. Situasi ini

berdampak pada pembatalan aktivitas transmigrasi seperti penjajagan, pengecekan

lokasi, pemberangkatan, dan pembiayaan calon transmigran. Hal ini merujuk pada

surat edaran dari Direktorat Jenderal Penyiapan Kawasan dan Pembangunan

Transmigrasi Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

RI nomor B.676/PKT.04.01/IV/2020 tentang penundaan Transmigrasi Tahun 2020.

Pada tahun 2021, Kabupaten Kulon Progo juga tidak mendapatkan alokasi peserta

transmigrasi sesuai surat dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi DIY.

Realisasi penempatan transmigran pada Tahun 2018 – 2022 terlihat pada

Tabel sebagai berikut.

Target dan Realisasi Penempatan Transmigrasi Tahun 2015 – 2022

Alokasi Realisasi
No. Tahun
KK Lokasi KK Lokasi
1 2015 64 10 27 5

251
Alokasi Realisasi
No. Tahun
KK Lokasi KK Lokasi
2 2016 62 12 52 9
3 2017 18 5 16 5
4 2018 17 6 16 6
5 2019 15 4 7 2
6 2020 - 3 - -
7 2021 - - - -
8 2022 2 1 2 1
Sumber data: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo, 2023

Para calon transmigran yang berangkat ke lokasi transmigrasi mendapatkan

dukungan bantuan sosial dalam bentuk modal kerja dari Pemerintah Kabupaten

Kulon Progo. Bantuan ini disalurkan kepada setiap Kepala Keluarga yang akan

melakukan transmigrasi. Rincian bantuan sosial untuk modal kerja calon transmigran

dapat dilihat dalam tabel berikut:

Bantuan Untuk Modal Kerja Calon Transmigran Tahun 2015-2022

No. Tahun KK Jumlah Bantuan (Rp.) Lokasi


1 2015 23 115.000.000,00 4
2 2016 39 195.000.000,00 8
3 2017 14 70.000.000,00 5
4 2018 16 80.000.000,00 6
5 2019 7 35.000.000,00 2
6 2020 - - -
7 2021 - - -
8 2022 2 16.000.000,00 1
Sumber data: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kulon Progo, 2023

Daftar Animo, Pendaftaran dan Penempatan Transmigran Tahun 2015-2022

SUMATERA KALIMANTAN SULAWESI JUMLAH


Penempatan

Penempatan

Penempatan

Penempatan
Pendaftaran

Pendaftaran

Pendaftaran

Pendaftaran
Animo

Animo

Animo

Animo

No Tahun

1 2015 150 67 5 126 50 10 111 20 12 343 137 27


2 2016 115 57 18 90 40 18 65 21 16 270 118 52
3 2017 79 43 11 58 26 - 37 22 5 165 91 18
4 2018 33 27 4 20 12 2 22 12 10 75 51 16
5 2019 39 33 - 22 14 - 24 19 7 85 66 7

252
6 2020 2 - - 2 4 - 7 7 - 11 11 -
7 2021 2 2 - 3 3 - 12 12 - 17 17 -
8 2022 - - - - 4 - 7 2 2 7 6 2
Sumber data: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten. Kulon Progo, 2023

Sejak tahun 2020, minat untuk melakukan transmigrasi telah beralih dari

Pulau Sumatera ke Pulau Sulawesi, seperti yang terlihat dalam tabel di atas.

2.3.4. Fokus Layanan Fungsi Penunjang dan Administrasi Pemerintahan

2.3.4.1. Perumusan Koordinasi, Monitoring, dan Evaluasi Kebijakan Daerah

Pengembangan budaya demokrasi di Kabupaten Kulon Progo dapat

dianggap berhasil. Kemajuan dalam demokrasi terlihat dalam pelaksanaan proses

pemungutan suara dalam Pemilihan Lurah yang berjalan lancar tanpa mengganggu

ketertiban dan menyebabkan kerusuhan. Keadaan demokrasi yang kondusif dan

suasana yang aman serta teratur diharapkan terus meningkat, sebagai persiapan

untuk menghadapi proses politik dalam kehidupan negara yang memerlukan

partisipasi aktif masyarakat agar berjalan dengan lancar.

Dalam menjalankan tugasnya untuk mengatur dan memberikan pelayanan

kepada masyarakat, aparat Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah menghasilkan

sejumlah produk hukum daerah. Berikut ini adalah beberapa produk hukum yang

telah diterbitkan sebagai panduan bagi masyarakat:

Daftar Inventarisasi Produk Hukum DaerahTahun 2015-2022

Produk
No 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Hukum
Peraturan
1 19 18 15 13 10 12 15 14
Daerah
Peraturan
2 76 117 95 102 90 59 84 53
Bupati
Keputusan
3 426 410 430 607 440 406 511 528
Bupati
Instruksi
4 2 2 3 0 4 0 34 29
Bupati
Jumlah 523 547 543 722 544 477 644 624

253
Pembentukan Perangkat Daerah (PD) di Pemerintah Kabupaten Kulon Progo

didasarkan pada pedoman PD sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Penyusunan PD dilakukan

berdasarkan urusan pemerintahan yang merupakan urusan kabupaten, termasuk

urusan wajib, urusan pilihan, dan fungsi penunjang urusan.

Salah satu perubahan dinamis dalam lingkungan ini adalah kehadiran

peraturan khusus, seperti Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Undang-Undang ini memberikan

kewenangan dalam lima bidang kepada Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY), termasuk tata cara pengisian jabatan, tugas dan wewenang Gubernur dan

Wakil Gubernur, serta bidang kebudayaan, pertanahan, dan tata ruang. Dalam

implementasinya, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mendelegasikan

beberapa urusan keistimewaan, terutama dalam bidang kebudayaan, kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota. Peningkatan kewenangan ini berdampak pada

penambahan fungsi dan beban kerja yang perlu diakomodasi dalam sebuah lembaga

yang proporsional, sesuai fungsi, dan ukuran yang tepat (rightsizing).

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Pembentukan

dan Susunan Perangkat Daerah, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, yang telah

diubah oleh Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2019, memiliki total 42 Organisasi

Perangkat Daerah yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Inspektorat

Daerah, 20 Dinas Daerah, 4 Badan Daerah, 12 Kapanewon, 2 Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Rincian

perangkat daerah tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

Daftar Perangkat Daerah Tahun 2022

No. Rumpun PD Pd/Unit Organisasi


SEKRETARIAT
A Tipe B
DAERAH
SEKRETARIAT
B Tipe B
DPRD

254
No. Rumpun PD Pd/Unit Organisasi
INSPEKTORAT
c Tipe B
DAERAH
1 Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Tipe A
2 Dinas Kesehatan Tipe A
3 Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan
Permukiman Tipe A
4 Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kundha Niti Mandala
sarta Tata Sasana) Tipe B
5 Satuan Polisi Pamong Praja Tipe C
6 Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Tipe A
7 Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kalurahan
Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Tipe A
8 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Tipe B
D DINAS DAERAH
9 Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Tipe B
10 Dinas Pertanian dan Pangan Tipe A
11 Dinas Lingkungan Hidup Tipe C
12 Dinas Perhubungan Tipe C
13 Dinas Komunikasi dan Informatika Tipe C
14 Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Tipe B
15 Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Tipe B
16 Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Tipe B
17 Dinas Perpustakaan dan kearsipan tipe C
18 Dinas Pariwisata Tipe B
19 Dinas Kelautan dan Perikanan Tipe B
20 Dinas Perdagangan Tipe B
1 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tipe A
BADAN 2 Badan Keuangan dan Aset Daerah Tipe A
E
DAERAH 3 Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Tipe B
4 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Tipe C
1 Kapanewon Temon
2 Kapanewon Wates
3 Kapanewon Panjatan
4 Kapanewon Galur
5 Kapanewon Lendah
6 Kapanewon Sentolo
F KAPANEWON
7 Kapanewon Pengasih
8 Kapanewon Kokap
9 Kapanewon Girimulyo
10 Kapanewon Nanggulan
11 Kapanewon Samigaluh
12 Kapanewon Kalibawang
1 Badan Penanggulangan Bencana Daerah
H

255
No. Rumpun PD Pd/Unit Organisasi
LEMBAGA 2 Rumah Sakit Urnum Daerah Wates
YANG MASIH 3 Rumah Sakit IJmum Daerah Nyi Ageng Serang
DIBERLAKUKAN
JUMLAH
PERANGKAT 42
DAERAH
Sumber data: Bagian Organisasi Setda Kab Kulon Progo, 2023

Penetapan tipe Perangkat Daerah di atas sesuai dengan Lampiran Peraturan

Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Pengelompokan tipe

dilakukan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Inspektorat dengan tipe A.

2. Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Inspektorat dengan tipe B.

3. Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, dan Inspektorat dengan tipe C.

Dinas dikategorikan dalam tipe A, tipe B, dan tipe C. Badan juga dibagi

menjadi tipe A, tipe B, dan tipe C. Selain itu, Kapanewon (kecamatan) terbagi dalam

dua tipe, yaitu kecamatan tipe A dan kecamatan tipe B.

Penetapan tipe Perangkat Daerah didasarkan pada perhitungan berdasarkan

variabel beban kerja. Variabel ini terdiri dari variabel umum dan variabel teknis.

Variabel umum melibatkan faktor-faktor seperti jumlah penduduk, luas wilayah, dan

anggaran pendapatan dan belanja daerah, dengan bobot 20%. Sementara itu,

variabel teknis memiliki bobot lebih besar, yaitu 80%. Pada kedua jenis variabel ini,

terdapat 5 kelas interval dengan skala nilai dari 200 hingga 1.000.

Hasil evaluasi pelaksanaan reformasi birokrasi oleh Kementerian PAN dan RB

pada tahun 2022 menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Kulon Progo meraih

kategori BB dengan nilai 78,05. Nilai ini mengalami peningkatan dibandingkan

dengan tahun sebelumnya, yaitu 75,24. Evaluasi ini mencerminkan kemajuan dalam

pelaksanaan program reformasi birokrasi, dengan tujuan untuk menciptakan birokrasi

yang transparan dan akuntabel, efektif dan efisien, serta mampu memberikan

pelayanan publik yang lebih baik.

Namun, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan:


256
2.2.1.7.1.1.7.1. Meskipun implementasi reformasi birokrasi di tingkat pemerintah

daerah sudah mencapai kemajuan yang cukup baik dan kebijakan yang mendukung

inovasi telah diterapkan, namun belum memberikan dampak signifikan dalam

menangani isu-isu strategis dan meningkatkan kinerja daerah.

2.2.1.7.1.1.7.2. Pemetaan terhadap kebijakan yang menghambat kinerja

organisasi telah dilakukan, tetapi perlu dilakukan pembaruan berkala untuk

memastikan agar kebijakan tersebut tetap relevan dan dapat mempercepat

peningkatan kinerja organisasi, baik di tingkat pemerintah daerah maupun

perangkat daerah.

2.2.1.7.1.1.7.3. Proses penyederhanaan birokrasi sudah berlangsung sesuai

dengan peraturan yang berlaku, namun perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut

terhadap efektivitas perubahan ini terhadap pencapaian kinerja organisasi. Hal ini

penting untuk memastikan bahwa kinerja organisasi dapat terpantau dengan baik

melalui peran dan kinerja individu pada jabatan yang sesuai.

2.2.1.7.1.1.7.4. Penguatan sistem manajemen SDM masih belum

sepenuhnya optimal, hal ini disebabkan antara lain belum dilakukannya pemetaan

talenta sebagai dasar penempatan jabatan kritikal/suksesi serta penyusunan

perencanaan pengembangan kompetensi pegawai yang belum dilakukan secara

menyeluruh;

2.2.1.7.1.1.7.5. Pembangunan zona integritas telah mulai digerakkan

kembali, namun belum secara efektif berhasil memperoleh predikat menuju

Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) maupun Wilayah Birokrasi Bersih dan

Melayani (WBBM). Sepanjang tahun 2022 belum terdapat unit kerja yang berhasil

mendapatkan predikat WBK/WBBM.

Perkembangan lembaga keuangan bank dan non bank serta Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) di Kabupaten Kulon Progo selama kurun waktu tahun 2015

sampai dengan tahun 2019 cenderung stabil diangka 24, sementara dari tahun 2020

mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 47 namun kembali

257
mengalami penurunan hingga tahun 2022 menjadi 38. Dari sisi jumlah lembaga,

terdapat peningkatan jumlah unit bank milik daerah di mana pada tahun 2015

sejumlah 29 unit dan terus meningkat hingga tahun 2022 menjadi 38 yakni dengan

dibukanya kantor kas dan atau kantor cabang pembantu Perumda BPR Bank Kulon

Progo maupun PT. Bank BPD DIY di Kabupaten Kulon Progo. Jumlah BPR/BPRS juga

menunjukkan peningkatan di akhir tahun 2022.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan unit-unit usahanya di Kabupaten

Kulon Progo terdiri dari Perumda BPR Bank Kulon Progo, PT. Selo Adikarto, Perumda

“Aneka Usaha” Kulon Progo, dan Perumda Air Minum Tirta Binangun. Sampai dengan

Tahun 2022 Perumda BPR Bank Kulon Progo telah mengembangkan pelayanan

keuangan melalui 1 kantor pusat, 14 kantor kas dan 1 payment point yang tersebar

di 12 Kapanewon.

Data Perkembangan Lembaga Keuangan dan Badan Usaha Milik Daerah

Tahun 2015-2022

Tahun
No Keterangan Satuan
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Lembaga keuangan, perbankan

PT Bank BRI : 26 unit.


Bank Syariah
Indonesia PT Bank
a. Bank
24 24 24 24 24 47 40 38 BTN . unit PT Bank
Pemerintah
BTN Syariah PT Bank
Mandiri 6 unit PT Bill
46; 3 unit
1. PT Bank BPD DIY :
unit kantor cabang, 16
unit kantor cabang
pembantu, 5 unit
b. Bank
kantor fungsional; 2.
Milik 29 29 29 29 29 34 37 38
Perumda BPR Bank
Daerah
Kulon Progo: 1 unit
kantor pusatî 14 unit
kantor kas, 1 unit
payment point
c. Bank
6 6 6 6 6 6 3 4 unit
Swasta
unit (di luar Perumda
d. BPR/
10 10 10 12 12 17 18 18 BPR Bank Kulon
BPRS
Progo)

258
unit (lokasi ada di
e. BUKP
setiap kapanewon,
(Badan
Kapanewon Pengasih
Usaha 12 12 12 14 14 14 14 14
dan Kapanewon kokap
Kredit
masing-masing
Pedesaan)
memiliki 2 unit)
f. Pegadaian 5 5 5 5 6 6 6 unit

2 Jumiah Unit Usaha Daerah

unit (Perumda Ai
Minum Tirta Binangun,
Per-umda Aneka
a. Jumlah
4 4 4 4 4 4 4 4 Usaha Kulon Progo.
BUMD
PT Selo Adikarto,
perumda BPR Bank
Kulon Progo
unit (Bdang Usaha
perdagangan, Jasa.
b, Jumlah
1 1 1 1 1 3 3 3 Industri, Bidang
perunda
perbankan, Unit
PDAM)
c. Jurnlah Unt (Bidarg Usaha
1 1 1 1 1 1 1
PT Asphalt Mixing Plant)
d. Jumlah
1 1 1 1 1 1 1 unt
BPR
unit (terdapat 10 und
e. Junlah pelayanan PDAM
1 1 1 1 1 1 1
PDAM Yang berlokasi di
kapanewon

Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan Hasil
3
Perusahaan Milik Daerah dan Pengelolaan Kekayaan Daerah (PAD

a. Perumda 2.985. 3.035 2.925 2.85. 3.290 1.52. 2.200


2.769.0
BPR Bank 845.6 .754. .885. 6661. .093. 23.30 .759. RP.
2.2274
Kulon Progo 01 482 776 533 371 300 322
b. Perumda
2.287 686.8
Air Minum
0 0 0 0 0 0 .77.8 53.14 RP.
Tirta
886 3
Binangun
80.82 54.64 58.23 82.35 110.1 112.8
91.296. 86.26
c. BUKP 0.756, 4.217 2.265 1.494 59.41 7.52. RP.
388,07 .7771
29 ,32 ,84 ,16 6,86 5263
2.423 2.440 2.15. 235.1
d. PT Selo 2.134.4
0 .481. .481. 5360. 47.04 Rp.
Adikarto 3.3126
600 600 975 4
e. Perumda 337.3 262.2 187.1 478.40 603.0 300.0 198.5
Aneka 43.63 0 33.99 21.92 7.192,2 44.07 00.00 8.861 Rp.
Usaha 3,50 0,50 3 5 6,50 0 2
Sumber data: Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Sekretariat Daerah
Kabupaten Kulon Progo, 2023

259
Pada tahun 2022, terdapat total 491 unit lembaga keuangan, yang terdiri dari

61 unit Bank Umum Konvensional, 2 unit Bank Umum Syariah, 32 unit Bank

Perkreditan Rakyat Konvensional, 2 unit Bank Perkreditan Rakyat Syariah, serta 10

Industri Keuangan Non Bank Konvensional, dan 384 unit lembaga keuangan lainnya.

Dalam analisis sebaran berdasarkan wilayah Kapanewon, Wates memegang posisi

teratas dengan jumlah lembaga keuangan terbanyak, yaitu 114 unit. Di sisi lain,

Girimulyo dan Kalibawang memiliki jumlah lembaga keuangan paling sedikit.

Kapanewon Girimulyo memiliki 17 lembaga keuangan, sementara Kapanewon

Kalibawang memiliki 25 lembaga keuangan.

Adanya distribusi lembaga keuangan di berbagai wilayah Kapanewon

diharapkan akan berkontribusi pada peningkatan literasi keuangan di masyarakat

Kulon Progo. Masyarakat akan memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap

layanan perbankan, dan tidak perlu bepergian jauh untuk mengakses layanan

tersebut karena sudah tersedia di wilayah mereka masing-masing.

Dengan meningkatnya literasi perbankan di masyarakat, diharapkan kegiatan

ekonomi juga akan tumbuh. Akses terhadap kredit dan transaksi keuangan akan

menjadi lebih cepat dan efisien, sehingga mendorong perkembangan ekonomi lokal.

Para lembaga keuangan juga dapat memperluas pangsa pasarnya dengan membuka

cabang di berbagai wilayah Kapanewon. Hal ini tercermin dalam data pada tabel,

yang menunjukkan besaran simpanan masyarakat dan penyaluran kredit usaha mikro,

kecil, dan menengah dari tahun ke tahun.

Lembaga Keuangan, Perbankan dan Perkreditan Tahun 2022

Lembaga
Bank Perkreditan Industri Keuangan Non
Bank Umum Keuangan Jumlah
No Kapanewon Rakyat Bank
Lainnya
Konvensional Syariah Konvensional Syariah Konvensional Syariah
1 Temon 8 3 44 56
2 Wates 20 2 10 5 0 75 113
3 Panjatan 3 24 28
4 Galur 3 3 2 26 34
5 Lendah 3 22 26
6 Sentolo 9 3 31 44
7 pengasih 3 3 50 57

260
8 Kokap 3 32 36
9 Nanggulan 2 2 22 27
10 Girimulyo 2 14 17
11 Samigaluh 2 25 28
12 Kalibawang 3 3 19 25
JUMLAH 61 32 2 10 0 384 491
Sumber data : Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Sekretariat Daerah Kabupaten
Kulon Progo, 2023

Data Perkembangan BUMD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2022

No Uraian Satuan 2018 2019 2020 2021 2022


1 Jumlah Unit
4 4 4 4 4
BUMD
2 Jumlah Unit Unit
7 7 7 7 7
Usaha
3 Penyertaan Rp-
Modal 84.560.083853 113.677.897.077 138.751.570.811 148.145.843.058 166.704.777.590
(Akumulasi)
4 Modal Rp.
116.791.578302 138.641.598.048 160.500.384 915 144.542.757 098 163.585.825.912
Sendiri
5 Volume Rp-
Usaha 182.605.750680 210.384.446.759 149.514361.911 179.254276.403 181.674 026.333
(Omzet)
6 Laba Bersih Rp.
Tahun
9.435.981.833 9.849.127.016 1.003896.466 6.180892.553 6.905.29.9639
Berjalan
(EAT)
7 Laba yang Rp.
disetor 5.184.144.431 5.381.92.2592 3.893.137448 4.150.080.186 3.354.371 078
(PAD)
8 Aset Rp. 487.733.634.573 593.275.647. 340 643.960.702.600 660.036.753.422 714.750.445.301
Sumber data : Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Sekretariat Daerah Kabupaten Kulon
Progo, 2023

Data di atas merupakan hasil penggabungan data dari empat Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) di Kabupaten Kulon Progo. Keempat BUMD tersebut adalah:

1. Perumda BPR Bank Kulon Progo: BUMD ini berfokus pada sektor jasa keuangan

dan perbankan.

2. PT. Selo Adikarto: BUMD ini bergerak di bidang produksi dan penjualan Asphalt

Mixing Plant (AMP).

3. Perumda Aneka Usaha Kulon Progo: BUMD ini beroperasi dalam sektor

perdagangan (termasuk SPBU/BBM), industri, dan jasa (termasuk perbengkelan).

261
4. Perumda Air Minum Tirta Binangun: BUMD ini bertanggung jawab dalam

penyediaan air minum bersih.

Penggabungan data dari keempat BUMD tersebut memberikan gambaran

komprehensif tentang kegiatan ekonomi dan bisnis yang dikelola oleh BUMD di

Kabupaten Kulon Progo, mencakup sektor jasa keuangan, produksi, perdagangan,

industri, dan penyediaan air minum.

Penyertaan modal dari Pemerintah Daerah ke Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) di Kabupaten Kulon Progo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tujuan dari peningkatan ini adalah untuk memajukan pertumbuhan ekonomi daerah

serta memaksimalkan penggunaan aset daerah dalam rangka menciptakan peluang

usaha baru, lapangan kerja, dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). BUMD

yang menerima penyertaan modal terbanyak adalah Perumda BPR Bank Kulon

Progo.

Peningkatan penyertaan modal ini tercermin dalam upaya memenuhi syarat-

syarat minimum dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, dimana Perumda BPR Bank

Kulon Progo memiliki dana kelolaan yang melebihi Rp300 miliar. Oleh karena itu,

BUMD ini harus memenuhi persyaratan minimal untuk Rasio Kecukupan Modal (CAR)

sebesar Rp. 50 Miliar. Hal ini tercermin dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2016

tentang PD. BPR Bank Pasar Kulon Progo, yang mengatur tentang Modal Dasar

Pemerintah Daerah dalam PD. BPR Bank Pasar Kulon Progo sebesar Rp. 50 Miliar.

Pemenuhan modal dilakukan secara bertahap melalui penyertaan modal dan telah

selesai pada tahun 2020.

Modal di BUMD secara umum juga mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Peningkatan ini disebabkan oleh tambahan modal dari pemerintah daerah

dalam bentuk uang dan aset, serta adanya perubahan dalam nilai ekuitas di masing-

masing BUMD.

Tahun 2020 merupakan tahun di mana terjadi penurunan omzet dan laba

pada BUMD, yang dipengaruhi oleh dampak pandemi Covid-19. Namun, pada tahun

262
2021, terjadi peningkatan omzet pada beberapa BUMD. Meskipun demikian, ada

kendala seperti pada PT. Selo Adikarto yang belum menyetorkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dari laba tahun 2019, yang dianggap sebagai utang kepada

pemerintah daerah.

Keempat BUMD memiliki dinamika yang berbeda. Perumda Aneka Usaha

mengalami penurunan omzet pada sektor SPBU, perbengkelan, dan perdagangan

umum. Perumda Air Minum Tirta Binangun tidak terlalu terdampak oleh pandemi

Covid-19 dan justru mengalami kenaikan omzet dan laba. Namun, laba Perumda Air

Minum Tirta Binangun mengalami penurunan karena meningkatnya biaya

penyusutan atas aset yang diserahkan sebagai tambahan penyertaan modal.

Secara keseluruhan, kinerja BUMD di tahun 2022 menunjukkan penurunan

dalam bagian laba yang diserahkan kepada pemerintah daerah atas penyertaan

modal pada BUMD. Selengkapnya perkembangan Lembaga BUMD pada Tahun 2022

ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel Lembaga BUMD Tahun 2022


Laba
Laba yang
Unit Penyertaan Modal Tahun
No BUMD Omset (Rp.) disetor Aset (Rp.)
Usaha Modal (Rp.) Sendiri (Rp.) Berjalan
(Rp.)
(Rp.)
Bank
60.000.000. 78.314.702.2 46.033.645.8 4.155.913. 2.200.759. 597.643.435
1 Kulon 1
000 75 95 934 2.22 .458
Progo
PT.
Selo 32.149.300. 4.654.613.90 41.252.911.0 243..2270. 268.170.00 35.478.32.2.
2 1
Adikar 000 7 12 845 1 905
to
Perum
da Air
Minum 64.555.477. 68.412.901.2 3.8.2299.097. 2..489.840. 686.853.14 69.180.392..
3 1
Tirta 590 53 614 753 3 042
Binang
un
Perum
da 10.000.000. 1.22.303.608. 56.088.371.8 198.588.61 12.448.224.
4 4 16.204.107
Aneka 000 477 12 2 896
Usaha
166.704.777 16.3.585.2.25 181.674.02.6. 6.905.2.29. 3.354.371. 714.750.445
JUMLAH 7
.590 .212 3.33 3.39 078 .301
Sumber data : Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Sekretariat Daerah Kabupaten Kulon
Progo, 2023 (unaudited)

263
2.3.4.2. Pengawasan

Peranan pengawasan dalam proses pembangunan di Kabupaten Kulon

Progo memiliki kepentingan yang sangat signifikan, karena peran ini menjadi elemen

yang sangat penting dalam memastikan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan

sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku. Menurut Permendagri No. 86

Tahun 2017 indikator pengawasan dapat dilihat menurut persentase tindak lanjut

temuan oleh pengawas, persentase pelanggaran pegawai serta jumlah temuan BPK.

Secara rinci capaian indikator tersebut dan lainnya pada tahun 2015 – 2022

dijabarkan pada tabel berikut:

Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022


Indeks Reformasi Indeks 64,69 70,21 73,96 76,24 74,71 75,24 78,05
Birokrasi
Persentase % 66,15 83,88 72,04 73,28 74,13 79,20 77,91 85,40
rekomendasi yang
ditindaklanjuti tepat
waktu
Persentase Obrik % 17,00 27,50 2,47 12,41 24,22 40,31 48,77 48,70
yang tidak ada
temuan keuangan
Persentase % 35,71 52,38 92,86 38,10 100,00 73,81 71,43 59,52
Perangkat Daerah
dengan nilai LJjIP
meningkat
Jumlah Temuan Temuan 12 36 12 16 11 21 13
BPK
Persentase % 0,15 0,07 0,23 0,16 0,13 0,38 0,38
pelanggaran
pegawai
Sumber : Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun 2023

264
80 78,05
76,24
74,71 75,24
75
70,21
70 73,96

64,69
65

60

55

50

45

40
2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Indeks Reformasi Birokrasi

Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah

dilaksanakan melalui serangkaian kegiatan pemeriksaan, evaluasi, dan reviu.

Informasi mengenai pelaksanaan capaian pengawasan dari tahun 2017 hingga 2022

dijabarkan secara lebih rinci dalam tabel di bawah ini:

Tabel 6 Capaian Peningkatan Sistem Pengawasan Internal Tahun 2015-2022


Capaian Kinerja
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Jumlah LKjIP yang nilainya meningkat 15 22 39 16 42 31 30 25
(OPD)
Jumlah perangkat daerah 42 42 42 42 42 42 42 42
Jumlah obrik yang tidak ada temuan 17 11 9 18 39 52 79 56
keuangan
Jumlah obrik 100 40 364 145 161 129 162 115
Jumlah rekomendasi yang 127 203 407 277 318 198 134 117
ditindaklanjuti tepat waktu
Jumlah rekomendasi temuan 192 242 565 378 429 250 172 137
pemeriksaan
Sumber : Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo, 2023 dalam RKPD Kab. Kulon Progo Tahun 2024
Dalam evaluasi Laporan Kinerja Individu Pegawai (LKjIP) tahun 2022,

dilakukan pada 42 perangkat daerah. Terjadi peningkatan nilai evaluasi pada 25

perangkat daerah, mencapai 59,52% dari total perangkat daerah yang dievaluasi.

265
Namun, jika dibandingkan dengan evaluasi tahun sebelumnya, terdapat penurunan.

Hal ini memerlukan perhatian semua pihak untuk memperbaiki kualitas pelaporan

kinerja perangkat daerah, dengan harapan capaian dan laporan kinerja perangkat

daerah akan lebih baik di masa depan. Meskipun rasio temuan keuangan yang tidak

ada permasalahan pada tahun 2022 mengalami sedikit penurunan menjadi 48,7%

dari tahun sebelumnya yang mencapai 48,77%, tindak lanjut dari hasil pengawasan

internal telah dilakukan dengan tepat waktu pada 117 dari 137 rekomendasi yang

dihasilkan, mencapai 85,4%. Peningkatan ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan

perangkat daerah terhadap pengelolaan keuangan semakin membaik. Oleh karena

itu, diperlukan upaya terus-menerus dan berkesinambungan untuk meningkatkan

kualitas pengawasan.

2.3.4.3. Perencanaan Pembangunan

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa pemerintahan daerah memiliki

kewajiban untuk menyusun perencanaan pembangunan. Proses perencanaan

pembangunan daerah ini menggunakan berbagai pendekatan seperti teknokratik,

partisipatif, politis, serta pendekatan dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.

Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu proses yang bertujuan

untuk menentukan arah kebijakan masa depan melalui berbagai pilihan, yang

melibatkan berbagai pihak dan pemangku kepentingan. Tujuannya adalah untuk

mengalokasikan dan memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah dalam jangka

waktu tertentu.

Dalam perencanaan pembangunan daerah, tujuan utama adalah untuk

mewujudkan pembangunan daerah yang bertujuan meningkatkan dan memeratakan

pendapatan masyarakat, peluang kerja, kesempatan berusaha, serta meningkatkan

akses dan kualitas pelayanan publik dan daya saing daerah. Dengan cara ini,

perencanaan pembangunan daerah diarahkan untuk mencapai pertumbuhan yang

266
berkelanjutan dan berdampak positif bagi masyarakat serta menjaga keseimbangan

antara berbagai aspek pembangunan.

Pendekatan yang beragam dalam perencanaan pembangunan

memungkinkan untuk memasukkan berbagai perspektif dan aspirasi masyarakat,

mengakomodasi kebutuhan yang berbeda-beda, dan memastikan bahwa kebijakan

yang diambil mencerminkan kepentingan dan aspirasi semua pihak yang terlibat.

Dengan demikian, perencanaan pembangunan daerah menjadi alat penting dalam

mencapai tujuan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.

Pengukuran pelaksanaan perencanaan pembangunan menggunakan

indikator ketercapaian program yang diukur setiap tahunnya, ketercapaian program

di Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2018-2022 dapat dilihat pada gambar berikut

ini:

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah


94,5

90,16

84,55
80,49
79,17

13,01
10,83

7,32
8,2
4,59

7,5

4,06
2,44
2,44

2,44
1,67

1,62
1,63
0,92

0,83
0,82
0

0
0

2018 2019 2020 2021 2022

Sumber data: Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2023 (diolah).

*Keterangan: Kriteria Sangat Tinggi: 91%≤100%, Tinggi: 76%≤90%, Sedang:


66%≤75%, Rendah:
51%≤65%, Sangat Rendah: ≤50%. (Lampiran Permendagri Nomor 86 Tahun 2017
Tingkat Capaian Program RKPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2022

267
2.3.4.4. Kepegawaian Pendidik dan Pelatihan

Tabel berikut menunjukkan bahwa jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN)

dalam kurun waktu tahun 2015-2022 semakin menurun.

Tabel Perkembangan Jumlah ASN Tahun 2015-2022

Rasio Riil Terhadap


No Tahun Jumlah ASN Kebutuhan Kurang/Lebih
Kebutuhan
1 2015 7.889 9.47 -1.581 83,31%
2 2016 7.624 9.438 -1.814 80,78%
3 2017 6.618 8.957 -2.339 73,89%
4 2018 6.203 8.853 -2.65 70,06%
5 2019 6.239 9.188 -2.949 67,9%
6 2020 6.231 9.34 -3.109 66,71%
7 2021 5.87 10.149 -4.279 57,84%
8 2022 5.66 9.591 -3.931 59,01%
Sumber data : BKPP dan Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kab. Kulon Progo, 2023

Selama periode empat tahun antara 2015 hingga 2022, terjadi penurunan

dalam rasio jumlah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sesuai dengan kebutuhan yang

dihasilkan dari analisis jabatan dan analisis beban kerja pegawai. Penurunan ini

disebabkan oleh beberapa faktor. Di satu sisi, terdapat peningkatan dalam angka

kebutuhan pegawai yang terkait dengan perubahan dan pengembangan struktur

organisasi pada perangkat daerah. Di sisi lain, ketersediaan ASN mengalami

penurunan yang berkelanjutan akibat pensiun, mutasi keluar, dan kematian. Upaya

penambahan pegawai hanya terbatas pada pengadaan Calon Aparatur Sipil Negara

(CASN) yang dibatasi oleh kuota formasi yang ditetapkan oleh pemerintah dan juga

melalui mutasi masuk yang tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Untuk mengatasi kekurangan tersebut, pada tahun 2018 Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo melaksanakan seleksi untuk Tenaga Kontrak. Tujuannya

adalah untuk sebagian memenuhi kebutuhan dan memastikan bahwa pelayanan

publik tidak terganggu. Melalui seleksi tersebut, 105 tenaga kontrak diterima.

Selanjutnya, pada tahun 2019, pemerintah mengadakan pengadaan formasi Calon

Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan pada Januari 2021, Surat Keputusan (SK) dari

268
Bupati telah dikeluarkan dengan total 357 CPNS. Meskipun ada penambahan melalui

formasi CPNS, rasio aktual jumlah ASN terhadap kebutuhan hasil analisis jabatan

dan analisis beban kerja tetap tinggi, mencapai 57,47%.

Untuk mengatasi situasi ini, Pemerintah Daerah memutuskan untuk menjaga

kerjasama dengan Tenaga Non ASN yang telah ada, tanpa melakukan rekrutmen

ulang. Ini terjadi karena aturan yang diberlakukan oleh Peraturan Pemerintah No 49

Tahun 2018 tentang Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), yang

mengamanatkan bahwa pemerintah daerah tidak lagi diizinkan merekrut Tenaga Non

ASN selain PPPK, yang merupakan wewenang pemerintah pusat.

269
Tabel Pelatihan Kepemimpinan ASN Tahun 2015-2022

PKN/ Diklatpim II PKA/ Diklatpim III PKP/ Diklatpim IV


Pejabat Pejabat Pejabat
Jml Jml Jml
NO Tahun Struktural Struktural Struktural
Peserta Peserta Peserta
Belum Belum Belum
Diklatpim Diklatpim Diklatpim
Diklatpim Diklatpim Diklatpim
1 2015 7 6 6 2 90 40
2 2016 4 4 9 2 99 56
3 2017 - - 31 10 120 43
4 2018 5 - 24 7 60 43
5 2019 10 - 34 11 103 -
6 2020 15 - 57 7 146 4
7 2021 11 б 48 24 87 60
8 2022 11 4 47 10 74 28
Sumber data : Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Kulon Progo, 2023

Hingga akhir tahun 2021, terdapat kesenjangan dalam kompetensi pejabat

struktural, terutama dalam hal pemenuhan pelatihan kepemimpinan (Diklatpim).

Data menunjukkan bahwa sebanyak 11 pejabat eselon II belum mengikuti Pelatihan

Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II, 48 pejabat eselon III belum mengikuti

Pelatihan Kepemimpinan Administrator (PKA), dan 87 pejabat eselon IV belum

mengikuti Pelatihan Kepemimpinan Pengawas (PKP). Jumlah ini mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya, di mana pada tahun 2020 terdapat 15 pejabat

eselon II, 57 pejabat eselon III, dan 146 pejabat eselon IV yang belum mengikuti

pelatihan kepemimpinan.

Penurunan ini disebabkan oleh pandemi COVID-19 yang terjadi pada tahun

2020. Akibatnya, alokasi anggaran dialihkan untuk kegiatan penanganan pandemi

COVID-19, termasuk beberapa anggaran untuk pelatihan kepemimpinan. Pada tahun

2021, fokus pemerintah daerah tertuju pada menyelesaikan Pelatihan Dasar (Latsar)

bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang direkrut melalui formasi pada tahun

sebelumnya. Sehingga, prioritas penggunaan anggaran telah mengalami pergeseran.

Namun demikian, kesenjangan dalam pelatihan kepemimpinan ini

merupakan tantangan yang harus diatasi. Diperlukan upaya yang lebih aktif untuk

memastikan bahwa semua pejabat struktural memiliki kompetensi yang sesuai


270
dengan tugas dan tanggung jawabnya. Ini dapat berdampak positif terhadap kualitas

kepemimpinan dan kinerja pemerintahan daerah. 2020 sejumlah 357 orang. Di tahun

2023, jumlah peserta diklatpim secara keseluruhan menurun

Data ASN Menurut Jabatan Tahun 2015-2022

Jumlah
No. Jabatan
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Pimpinan Tinggi 28 29 27 30 30 33 32 32
Pratama (Eselon 11)
2 Administrator (Eselon 135 133 144 146 151 153 155 153
111)
3 Pengawas (Eselon IV) 462 455 447 472 448 445 277 273
5 Eselon V 29 40 0 0 0 0 0
4 Pelaksana (JFU) 2.115 1.993 1.739 1.522 1360 1189 1.135 1.117
5 Jabatan Fungsional 5.12 4.974 4.261 4.054 4250 4019 4.168 3.954
Tertentu
Jumlah 7.889 7.624 6.618 6.203 6.239 5.839 5.769 5.529
Sumber data : Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Kulon Progo, 2023

Data di atas memperlihatkan jumlah pejabat struktural dari eselon II sampai

eselon IV serta jabatan fungsional umum (JFU) dan jabatan fungsional tertentu (JFT)

dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Namun, angka pejabat struktural yang ada

masih kurang dari jumlah yang seharusnya dibutuhkan. Pada per 31 Desember 2020,

kebutuhan untuk eselon II sebanyak 33 pejabat telah terpenuhi sepenuhnya.

Kebutuhan untuk eselon III sebanyak 153 pejabat juga telah terisi penuh dengan

jumlah yang sama. Namun, untuk eselon IV yang seharusnya berjumlah 459 pejabat,

baru terisi 445 pejabat.

Terdapat tren penurunan jumlah pejabat jabatan fungsional umum (JFU) dan

jabatan fungsional tertentu (JFT), yang disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Pusat

terkait pembatasan penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Untuk

mengatasi situasi ini, pada tahun 2018 Pemerintah Kabupaten Kulon Progo

mengambil kebijakan merekrut Tenaga Kontrak (Non ASN) secara resmi dengan

rekrutmen sebanyak 105 orang. Personil yang sudah ada juga dipertahankan pada

271
tahun 2019. Meskipun pada tahun 2019 ada formasi CPNS yang diberikan, tetapi

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo masih belum mampu memenuhi kebutuhannya.

Pada tahun 2022, jumlah pegawai di Pemkab Kulon Progo mengalami

penurunan yang signifikan akibat pensiun dan mutasi. Kondisi ini mendorong

pemerintah daerah untuk melakukan inovasi, baik dalam mengoptimalkan sistem

informasi maupun melakukan penyederhanaan struktur kelembagaan, guna

mengatasi tantangan dalam pengisian posisi pegawai dan menjaga kinerja pelayanan

publik.

2.3.4.5. Penelitian dan Pengembangan

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan kapasitas inovasi berkelanjutan memiliki

peranan yang sangat penting dalam mengatasi tantangan kemiskinan. Investasi

dalam sistem pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi berkelanjutan

merupakan kunci untuk mengembangkan masyarakat dan mengurangi tingkat

kemiskinan. Pembangunan yang berfokus pada keberlanjutan dan kesadaran

lingkungan adalah hal yang krusial dalam menciptakan ekonomi yang lebih

berkelanjutan, bersih, dan kreatif, terutama bagi negara-negara berkembang.

Strategi pembangunan yang efektif perlu didasarkan pada pemanfaatan

pengetahuan dan teknologi yang terjangkau, mudah diakses, dan berkelanjutan

secara lingkungan. Tidak dapat diabaikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK), yang muncul melalui proses akal, kreativitas, inovasi, dan perenungan,

memiliki peran yang sangat sentral dalam membentuk kemajuan peradaban manusia.

Prinsip otonomi daerah memberikan peluang nyata bagi masyarakat untuk

mewujudkan kehidupan demokratis dengan kebebasan yang disertai tanggung

jawab, termasuk kebebasan berpikir, berkarya, berbicara, dan berpendapat.

Pemerintah daerah seharusnya memanfaatkan ruang kebebasan ini secara

bertanggung jawab untuk mendukung pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan

dan potensi daerah secara berkelanjutan.

272
Negara berkembang seperti Indonesia perlu mendukung pembangunan

ekonomi berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (IPTEK). Dalam hal ini,

pemerintah sebagai pelaksana kebijakan pembangunan perlu mendorong

peningkatan sumber daya manusia yang produktif. Sebuah pepatah mengingatkan

bahwa kita tidak akan berkembang jika tidak menyadari potensi yang kita miliki. Kulon

Progo memiliki berbagai potensi strategis yang memiliki nilai ekonomi jika dikelola

dengan baik. Dengan jumlah penduduk yang signifikan pada tahun 2022, Kulon

Progo memiliki modal sosial yang berpotensi mendukung ekonomi lokal dan pasar

domestik bagi produk-produk lokal.

Slogan "Bela dan Beli Kulon Progo" merupakan cara yang cerdas dan

berwawasan masa depan untuk memperkuat industri lokal dan pasar domestik.

Seperti yang dikatakan oleh Jadish Baghwati, perdagangan mendorong

pertumbuhan dan pertumbuhan mengurangi kemiskinan. Perdagangan masih

dianggap sebagai motor penting dalam mengurangi tingkat kemiskinan. Konsep ini

menciptakan pasar yang kuat untuk produk lokal, yang juga didukung oleh karakter

budayanya.

Bela dan beli Kulon Progo merupakan ajakan untuk menjadi investor dalam

pengembangan pasar dan peningkatan kualitas produk lokal. Dengan membeli

produk lokal, masyarakat secara konsisten dapat menjadi investor dalam

pembangunan berkelanjutan, mendukung karakteristik produk berbasis budaya, dan

menciptakan pondasi yang kuat bagi pasar lokal.

Konsep bela dan beli Kulon Progo bisa menjadi dorongan untuk mendorong

pertumbuhan ekonomi lokal melalui penguatan pasar domestik, pengembangan

industri lokal, dan pengurangan kemiskinan. Karakter budaya suatu masyarakat

dapat membentuk karakter produk lokalnya. Keberadaan pasar yang kuat untuk

produk lokal adalah langkah penting dalam melestarikan budaya melalui

pembangunan ekonomi lokal.

273
Dalam mendukung konsep bela dan beli Kulon Progo, penting untuk

meningkatkan kapasitas produksi serta variasi dan kualitas produk. Pilihan produk

lokal yang bervariasi, berkualitas baik, dan memiliki harga bersaing akan membangun

kesetiaan konsumen terhadap produk lokal Kulon Progo.

Bela dan beli Kulon Progo juga bisa menjadi cara untuk menggali potensi

lokal melalui pemanfaatan dan pengembangan sumber daya lokal. Pembangunan

industri lokal berbasis ekonomi kerakyatan memerlukan teknologi yang murah dan

mudah diakses melalui penerapan IPTEK.

Kabupaten Kulon Progo menghadapi tantangan kemiskinan yang masih

berada di atas rata-rata nasional, terutama terkait sektor pertanian atau agronomi.

Meskipun demikian, kehidupan petani dalam kenyataannya masih kurang sejahtera.

Oleh karena itu, fokus pembangunan daerah harus beralih ke pemanfaatan Sumber

Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan dengan memberikan perhatian khusus pada

sektor agroindustri. Misalnya, penting untuk membangun teknologi yang mendukung

pengembangan industri di bidang pertanian sehingga dapat meningkatkan nilai

ekonomi hasil pertanian melalui peningkatan nilai tambah produk. Hal ini dapat

meningkatkan pendapatan petani dan menciptakan lapangan kerja di Kulon Progo.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, fokus harus diberikan pada

penguatan industri dari hulu hingga hilir, yang meliputi peningkatan industri lokal

untuk mengolah hasil pertanian menjadi produk jadi dan konsumsi. Pemerintah

Kabupaten Kulon Progo memiliki visi untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas

produk pertanian, dengan mengembangkan industri berbasis agronomi.

Salah satu contoh konsep ini adalah industri gula semut atau coconut sugar.

Saat ini, produksi gula semut di hulu memberikan penghidupan kepada ribuan

penderes nira kelapa yang umumnya hidup di bawah garis kemiskinan. Kabupaten

Kulon Progo memiliki lahan yang cukup untuk membudidayakan pohon kelapa secara

ramah lingkungan. Jika produksi di hulu ditingkatkan, diperlukan industri di hilir yang

274
mengolah bahan mentah menjadi produk jadi untuk konsumsi. Namun, hingga saat

ini masih terbatas industri lokal yang mampu melakukan pengolahan tersebut.

Untuk mendukung konsep ini, masyarakat dapat berperan dalam penciptaan

ilmu pengetahuan dan teknologi terapan (IPTEK terapan) yang mendukung

agroindustri di tingkat hilir serta pengembangan industri kreatif. Dengan demikian,

akan tercipta nilai tambah pada produk, meningkatkan kualitas dan kapasitas produk.

Pembangunan daerah yang sukses sangat bergantung pada kemampuan dalam

mengelola potensi lokalnya. Produk-produk unggulan daerah yang didasarkan pada

kreativitas, seni, dan budaya mampu menembus pasar global. Pengolahan sumber

daya lokal dengan penambahan nilai (value-added chain) dapat meningkatkan daya

saing ekonomi dan kesejahteraan.

Pemberian nilai tambah pada produk juga harus fokus pada peningkatan

kualitas sehingga produk dapat diterima secara berkelanjutan dan mengikuti tren

pasar. Pemerintah harus bersikap responsif terhadap perkembangan dalam

masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kreativitas dan inovasi.

Salah satu langkah yang diambil untuk memperkuat karakter produk lokal

berbasis masyarakat adalah melalui kegiatan Anugerah IPTEK Kreanova Menoreh

yang diadakan setiap tahun. Kegiatan ini sejalan dengan tujuan penerapan IPTEK dan

inovasi di Kabupaten Kulon Progo, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM

dan produk lokal yang berdaya saing. Animo masyarakat untuk berpartisipasi dalam

kegiatan tersebut semakin meningkat dari tahun ke tahun, sebagai indikator

keberhasilan dalam menerapkan IPTEK dan inovasi di daerah tersebut.

275
35
30
30
26

25

20
15
14
15
10
10

0
2018 2019 2020 2021 2022

Sumber data: Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2023

Perkembangan Jumlah Peserta Anugerah Iptek Kreanova Menoreh

Tahun 2018-2022

2.3.4.6. Keuangan

Penilaian atas kinerja pengelolaan keuangan daerah dapat dipahami melalui

Penilaian BPK-RI terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Dari tahun 2007

hingga 2012, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mendapatkan opini "Wajar

Dengan Pengecualian" (WDP), tetapi mulai tahun 2013 hingga 2022, opini yang

diberikan adalah "Wajar Tanpa Pengecualian" (WTP). Hal ini mencerminkan bahwa

pengelolaan keuangan telah memenuhi standar akuntansi pemerintahan melalui

pengaturan pendapatan yang teratur, pengelolaan belanja yang tertib, serta

pengelolaan aset daerah yang disiplin. Prestasi ini juga menunjukkan keseimbangan

kinerja yang sebanding dengan kabupaten/kota lain di Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY).

2.3.5. Fokus Keistimewaan

Pelaksanaan Urusan Keistimewaan di Kabupaten Kulon Progo melibatkan

pembiayaan program dan kegiatan yang terdiri dari empat urusan, yakni

kelembagaan dan ketatalaksanaan, kebudayaan, pertanahan, serta tata ruang. Pada


276
tahun 2019, dana yang dialokasikan untuk BKK Dana Keistimewaan di Kabupaten

Kulon Progo mencapai Rp26.895.848.910,00 dengan realisasi sebesar

Rp25.478.320.517,00 (94,73 persen), dan tingkat kinerja pelaksanaan program dan

kegiatan mencapai 99,92 persen. Pada tahun 2020, alokasi anggaran meningkat

menjadi Rp102.452.762.400,00 dengan realisasi serapan dana mencapai

Rp100.032.027.550,00 (97,64 persen), serta capaian kinerja pelaksanaan program

dan kegiatan mencapai 99,94 persen. Di tahun 2021, Dana Keistimewaan Kabupaten

Kulon Progo dianggarkan sebesar Rp44.084.557.787,00, namun terealisasi hanya

Rp36.208.762.486,00 (82,13 persen), dengan capaian kinerja fisik mencapai 87,60

persen. Melalui Berita Acara Perubahan Kedua Program dan Kegiatan BKK Dana

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2022, Kabupaten Kulon Progo

mengalokasikan total dana sebesar Rp62.620.117.764,00 dengan serapan mencapai

Rp59.401.389.333,00 (94,86 persen) dan capaian fisik mencapai 97,65 persen. Pada

tahun 2023, alokasi dana keistimewaan di Kabupaten Kulon Progo mencapai

Rp92.247.725.350,00 yang terbagi dalam Program Kelembagaan dan

Ketatalaksanaan sebesar Rp3.850.466,000, Program Kebudayaan sebesar

Rp69.759.150.950,00, Program Pertanahan sebesar Rp15.705.736.400,-, dan

Program Tata Ruang sebesar Rp15.705.736.400,-. Rincian alokasi Dana

Keistimewaan di Kabupaten Kulon Progo pada masing-masing program terdapat

dalam tabel berikut:

Table 1
Alokasi Dana Keistimewaan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2019-2023
No Uraian 2019 2020 2021 2022 2023

1 Kelembagaan Rp500.000.000 Rp1.289.277.500 Rp2.022.107.300 Rp3.438.368.500 Rp3.850.466.000


dan
Ketatalaksanaan
2 Kebudayaan Rp18.624.838.500 Rp93.604.771.950 Rp39.232.907.187 Rp53.537.121.889 Rp69.759.150.950

3 Pertanahan Rp2.687.536.700 Rp3.170.804.000 Rp2.283.952.800 Rp3.071.831.000 Rp2.932.372.000

4 Tata Ruang Rp5.083.473.710 Rp438.790.895 Rp545.590.500 Rp2.572.796.375 Rp15.705.736.400

Jumlah Rp26.895.848.910 Rp102.452.762.400 Rp44.084.557.787 Rp62.620.117.764 Rp92.247.725.350

Realisasi Anggaran Rp25.478.320.517 Rp100.032.027.550 Rp36.208.762.486 Rp59.401.389.333

Persentase Realisasi 94,73% 97,64% 82,13% 94,86%


Anggaran
Capaian Kinerja 99,92% 99,94% 87,60% 97,65%
Pelaksanaan

277
Program dan
Kegiatan
RKPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2024

2.3.5.1. Urusan Kelembagaan

Arah kebijakan strategis meliputi pengembangan bentuk dan tata kelola

kelembagaan pemerintahan lokal yang sesuai, penerapan prinsip tata kelola

berdasarkan regulasi nasional, perumusan model tata kelola pemerintahan yang

optimal, penekanan pada nilai-nilai keistimewaan dalam struktur kelembagaan, dan

pengembangan Desa sebagai pusat tata kelola pemerintahan yang mendukung

kesejahteraan rakyat.

Tugas-tugas keistimewaan dalam kelembagaan Pemerintah Daerah DIY

yang dapat didelegasikan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi:

- Penetapan kedudukan, struktur organisasi, tugas dan fungsi, prosedur kerja,

hubungan internal, beban kerja, serta nama-nama untuk Dinas Kebudayaan

(Kundha Kabudayan), Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kundha Niti Mandala

sarta Tata Sasana), dan Kapanewon (Kapanewon/Kemantren).

- Pembuatan peraturan-peraturan yang mengatur pelaksanaan tugas-tugas

Urusan Keistimewaan sebagaimana dijelaskan dalam poin a.

- Pengelolaan sumber daya manusia terkait Urusan Keistimewaan.

- Peningkatan budaya dalam pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.

Penyelarasan kelembagaan di Kabupaten Kulon Progo mengacu pada

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa

Yogyakarta dan diteruskan setelah diterbitkannya Peraturan Daerah Istimewa Daerah

Istimewa Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kelembagaan Pemerintah

Daerah DIY di Kabupaten Kulon Progo. Langkah ini terlihat dalam penerbitan

beberapa Peraturan Daerah di Kabupaten Kulon Progo, termasuk Peraturan Daerah

Nomor 3 Tahun 2019 yang mengubah Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah, serta Peraturan Daerah

Nomor 4 Tahun 2019 tentang Penetapan Kalurahan.


278
Dalam rangka menindaklanjuti Peraturan Daerah tersebut, beberapa

Peraturan Bupati telah diselesaikan yang terkait dengan kelembagaan asli, yaitu:

a. Peraturan Bupati Nomor 68 Tahun 2019 tentang Pedoman Organisasi dan

Tata Kerja Pemerintahan Kalurahan,

b. Peraturan Bupati Nomor 85 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Kapanewon dan Kelurahan,

c. Peraturan Bupati Nomor 84 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan (Kundha

Kabudayan),

d. Peraturan Bupati Nomor 83 Tahun 2019 tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Pertanahan dan Tata

Ruang (Kundha Niti Mandala sarta Tata Sasana).

2.3.5.2. Urusan Kebudayaan

Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 2017

mengatur tentang Pemeliharaan dan Pengembangan Kebudayaan. Pengaturan ini

memiliki tujuan utama yang meliputi:

a. Menguatkan karakter dan jati diri masyarakat.

b. Mewujudkan pemeliharaan nilai-nilai budaya Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)

dalam kehidupan masyarakat, lembaga, dan pemerintah.

c. Mengembangkan kebudayaan DIY untuk meningkatkan ketahanan budaya dan

kontribusi budaya DIY di tengah peradaban dunia.

d. Mewujudkan pemerataan akses aktivitas berkebudayaan dan peningkatan

apresiasi seni serta kreativitas karya budaya.

e. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Obyek Kebudayaan yang diatur dalam peraturan tersebut meliputi:

279
a. Nilai-nilai budaya, mencakup serangkaian nilai baik dan buruk yang diyakini oleh

sekelompok masyarakat, termanifestasi dalam tata nilai budaya DIY, termasuk

tata nilai dan norma.

b. Pengetahuan dan teknologi, termasuk karya intelektual dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi yang mengandung unsur karakteristik nilai budaya,

seperti permainan rakyat, olahraga, penanggalan tradisional, senjata, alat

kesenian, pakaian dan tata rias, kain, kuliner, jamu, pertanian, sistem irigasi,

sistem ekonomi, arsitektur, alat transportasi, dan pengetahuan tentang alam.

c. Bahasa, sebagai sarana komunikasi manusia dalam bentuk lisan, tulisan, dan

isyarat yang membentuk karakter masyarakat, termasuk tradisi lisan, ekspresi

lisan, dan manuskrip.

d. Adat istiadat, yaitu kebiasaan atau tradisi yang berasal dari nilai budaya DIY dan

dilakukan secara terus-menerus oleh kelompok masyarakat DIY, termasuk tata

kelola lingkungan, cara penyelesaian sengketa ritual, dan upacara adat.

e. Tradisi luhur bersumber dari Kasultanan dan Kadipaten, termasuk nilai-nilai,

pengetahuan dan teknologi, bahasa, adat istiadat, seni, dan benda yang dimiliki,

dilakukan, dan dikembangkan oleh Kasultanan dan Kadipaten di DIY. Contohnya

adalah hamemayu hayuning bawana, sangkan paraning dumadi, manunggaling

kawula gusti, pawukon, motif batik, grebeg, labuhan, sekaten, joglo, limasan, dan

beksan serimpi, macapat.

f. Benda, hasil material dari kreativitas yang terwujud dalam berbagai bentuk,

termasuk benda bernilai budaya DIY dan kategori cagar budaya, seperti benda,

bangunan, struktur, situs, kawasan, dan koleksi museum yang dimiliki oleh DIY.

Ini mencakup objek benda kategori warisan budaya dan cagar budaya, serta

objek benda yang bukan kategori warisan budaya dan cagar budaya tetapi

memiliki nilai budaya.

280
g. Seni ekspresi artistik, baik individu, kolektif, atau komunal, berbasis pada warisan

budaya DIY atau kreativitas penciptaan baru, termasuk seni pertunjukan, seni

rupa, seni sastra, film, seni musik, dan seni media.

Urusan Keistimewaan kebudayaan yang ditugaskan kepada Pemerintah

Kabupaten/Kota melibatkan beberapa tugas, yaitu:

a. Penyusunan regulasi pelaksanaan tugas Urusan Keistimewaan, yang mencakup

penyusunan aturan dan peraturan terkait pelaksanaan tugas-tugas

keistimewaan kebudayaan.

b. Pelaksanaan tugas pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan, yang

melibatkan kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan mengembangkan aspek-

aspek kebudayaan yang menjadi ciri khas Daerah Istimewa Yogyakarta.

Urusan Kebudayaan mendapatkan alokasi anggaran pada tahun 2022

sebesar Rp 53.537.121.889. Realisasi keuangan yang telah tercapai mencapai

Rp. 51.088.239.503 (95,43 persen dari alokasi anggaran), dan capaian fisik dari

pelaksanaan Urusan Kebudayaan mencapai 97,47 persen. Tabel berikut

memberikan informasi rinci tentang Perangkat Daerah yang bertanggung jawab

atas pelaksanaan Program Penyelenggaraan Keistimewaan Yogyakarta dalam

Urusan Kebudayaan.

281
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
URUSAN KEBUDAYAAN 53.537.121.889,00 51.088.239.503,00 95,43 97,47
PROGRAM PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA URUSAN KEBUDAYAAN 53.537.121.889,00 51.088.239.503,00 95,43 97,47
1 DINAS KEBUDAYAAN KABUPATEN KULON PROGO 21.789.752.998,00 21.201.728.321,00 97,30 100,00
A. KEGIATAN SEJARAH BAHASA, SASTRA DAN PERMUSEUMAN 2.079.780.000,00 2.070.260.000,00 99,54 100,00
1. Pembinaan dan Pengembangan Kesejarahan 388.110.000,00 388.110.000,00 100,00 100,00
1. Lawatan Sejarah = 1 event 1 event 100,00
2. Lomba Cerdas Cermat Sejarah = 1 event 1 event 100,00
3. Peringatan Hari Besar Sejarah 1 kali
100,00
(Serangan Umum 1 Maret) = 1 kali
4. Penulisan dan Launching Buku Sejarah 2 dokumen
100,00
Lokal = 2 dokumen
5. Testimoni Pejuang Bangsa = 3 kali 3 kali 100,00
2. Pembinaan, Pengembangan Bahasa dan Sastra 1.398.600.000,00 1.392.550.000,00 99,57 100,00
1. Pawiyatan Bahasa dan Aksara Jawa (TK, 1 kali
100,00
SD/MI, SLTP dan SLTA) = 1 kali
2. Kompetisi Bahasa dan Sastra (Macapat, 7 kali
Geguritan, Alih Aksara, Pranatacara, Stand
100,00
Up Comedy, Sesorah, dan Cerkak) = 7
lomba
3. Macapat Rutin = 12 Kali 12 kali 100,00
4. Pentas Apresiasi Sastra = 3 kali 3 kali 100,00
5. Kidung Binangun = 20 kali 20 kali 100,00
6. KAMASUTRA (Kenangan Malam Sabtu 2 kali
100,00
Bersama Teater dan Sastra) = 2 kali
3. Pembinaan dan Pengelolaan Permuseuman 293.070.000,00 289.600.000,00 98,82 100,00
1. Lomba Cerdas Cermat Kebudayaan dan 1 kali
100,00
Permuseuman = 1 Kali
2. Pameran Koleksi Museum = 1 event 1 event 100,00
3. Wajib Kunjung Museum = 3 Kali 3 kali 100,00
B. KEGIATAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN WARISAN BUDAYA 2.694.317.000,00 2.366.324.655,00 87,83 100,00
Pengembangan Cagar Budaya dan Warisan Budaya 2.694.317.000,00 2.366.324.655,00 87,83 100,00

282
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
1. Penerbitan Naskah Rekomendasi Tim 20 naskah
100,00
Ahli Cagar Budaya (TACB) = 20 naskah
2. Tenaga Ahli Pratama dan Juru Pelihara 12 orang
100,00
Cagar Budaya = 12 orang
3. Penataan Lingkungan Geoheritage Eks 1 paket
100,00
Tambang Mangaan Kliripan = 1 paket
4. Penyusunan Video Petualangan Heritage 1 paket
100,00
Cagar Budaya = 1 paket
5. Lomba Essay dan Fotografi Cagar 2 event
100,00
Budaya = 2 event
6. Workshop Essay dan Foto Cagar Budaya 2 event
100,00
= 2 event
7. Pemasangan Plakat Cagar Budaya di 25 Cagar
Kabupaten Kulon Progo = 25 Cagar Budaya 100,00
Budaya
8. Perencanaan Teknis Penataan 1 paket
Lingkungan Eks lubang Pusat Penelitian 100,00
Tambang dan Mineral (PPTM) = 1 paket
C. KEGIATAN PENGELOLAAN TAMAN BUDAYA 4.441.114.998,00 4.407.349.063,00 99,24 100,00
Pengelolaan dan Pengembangan Taman Budaya Kabupaten/Kota 4.441.114.998,00 4.407.349.063,00 99,24 100,00
1. Pemeliharaan Taman Budaya = 12 bulan 12 bulan 2.010.761.194,00 100,00
2. Pemeliharaan Gedung Kesenian = 1 1 paket
200.000.000,00 100,00
paket
3. Pengadaan Peredam Suara (lanjutan) = 1 paket
400.000.000,00 100,00
1 paket
4. Art For Millenials Kulon Progo = 36 kali 36 kali
533.600.000,00 100,00
pertemuan
5. Pentas Band = 7 kali 7 kali 244.325.000,00 100,00
6. Pentas Seni Tradisi = 32 kali 32 kali 427.200.000,00 100,00
7. Pentas Sendratari = 5 kali 5 kali 250.775.000,00 100,00
8. Pentas Kethoprak = 5 kali 5 kali 244.525.000,00 100,00
9. Kulon Progo Manekawarna = 1 event 1 event 154.550.000,00 100,00
11. Kolaborasi Musik Etnik dan Modern = 1 1 kali
53.605.000,00 100,00
kali

283
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
12. Pameran Lukisan Art For Millenials = 1 1 kali
45.385.000,00 100,00
kali
D. KEGIATAN SARANA DAN PRASARANA KEISTIMEWAAN URUSAN KEBUDAYAAN 547.000.000,00 537.215.000,00 98,21 100,00
Pengadaan Sarana dan Prasarana Lembaga Budaya 547.000.000,00 537.215.000,00 98,21 100,00
1. Gamelan Kuningan = 1 set 1 set 262.000.000,00 100,00
2. Alat Musik Krumpyung = 1 set 1 set 35.000.000,00 100,00
3. Peralatan musik dan kostum angguk = 1 1 set
75.000.000,00 100,00
set
4. Peralatan kroncong campursari dan 1 set
75.000.000,00 100,00
dangdut = 1 set
5. Peralatan musik religi = 1 set 1 set 50.000.000,00 100,00
6. Peralatan permainan tradisional = 1 set 1 set 50.000.000,00 100,00
E. KEGIATAN ADAT, SENI, TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 12.027.541.000,00 11.820.579.603,00 98,28 100,00
1. Pembinaan dan Pengembangan Rintisan Desa Budaya dan Kantong Budaya 1.791.224.000,00 1.708.732.000,00 95,39 100,00
1. Workshop Rintisan Kalurahan Budaya 1 kali
126.224.000,00 100,00
Kategori Tumbuh = 1 kali
2. Gelar Potensi Rintisan Kalurahan 47
1.023.000.000,00 100,00
Budaya Kategori Tumbuh = 47 Kalurahan Kalurahan
3. Workshop Rintisan Kalurahan Budaya 1 kali
31.300.000,00 100,00
Kategori Berkembang = 1 kali
4. Gelar Potensi Rintisan Kalurahan 25
Budaya Kategori Berkembang = 25 Kalurahan 610.700.000,00 100,00
Kalurahan
2. Pembinaan Lembaga Penggiat Seni 1.434.696.000,00 1.432.696.000,00 99,86 100,00
1. Lomba Lukis DIY-Kyoto = 1 event 1 event 65.800.000,00 100,00
2. Pembinaan Seni Rupa Kulon Progo = 1 1 kali
94.180.000,00 100,00
kali
3. Pameran Seni Rupa = 1 kali 1 kali 219.550.000,00 100,00
4. Fasilitasi Pembuatan Karya Film = 1 kali 1 kali 185.000.000,00 100,00
5. Pameran Forum Seni Rupa = 1 kali 1 kali 272.854.000,00 100,00
7. Menoreh Screening = 1 kali 1 kali 34.550.000,00 100,00
8. Gaung Keroncong (Festival Keroncong) 1 kali
150.506.000,00 100,00
= 1 kali

284
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
9. Festival Angguk Anak = 1 kali 1 kali 208.576.000,00 100,00
10. Festival Jathilan Anak = 1 kali 1 kali 203.680.000,00 100,00
3. Misi Kebudayaan ke Dalam dan Luar Negeri dalam rangka Diplomasi Budaya 850.000.000,00 812.852.700,00 95,63 100,00
1. GSBY Jakarta = 1 event 1 event 271.048.250,00 100,00
2. Jakarta = 1 event 1 event 289.533.250,00 100,00
3. Jawa Timur = 1 Event 1 event 289.418.500,00 100,00
4. Penghargaan Seniman dan Budayaan 200.000.000,00 191.250.000,00 95,63 100,00
1. Penerima Penghargaan Pelestari 1 organisasi
dan/atau Pelaku Seni di Kabupaten Kulon 140.000.000,00 100,00
Progo = 1 organisasi
2. Penerimaan Penghargaan Pelestaru 1 tokoh
dan/atau Pelaku Adat Tradisi di Kabupaten 15.000.000,00 100,00
Kulon Progo = 1 tokoh
3. Penerimaan Penghargaan Pelestari 1 tokoh
dan/atau pelaku Warisan Budaya dan
15.000.000,00 100,00
Cagar Budaya di Kabupaten Kulon Progo =
1 tokoh
4. Penerimaan Penghargaan Budayawan di 1 tokoh
15.000.000,00 100,00
Kabupaten Kulon Progo = 1 tokoh
5. Penerimaan Penghargaan Kreator di 1 tokoh
15.000.000,00 100,00
Kabupaten Kulon Progo = 1 tokoh
5. Festival Kebudayaan Yogyakarta 487.900.000,00 486.400.000,00 99,69 100,00
1. Pameran Seni FKY di DIY = 1 kali 1 kali 32.820.000,00 100,00
2. Pentas Seni FKY di DIY = 2 grup 2 grup 56.100.000,00 100,00
3. Pawai Seni FKY di DIY = 1 kali 1 kali 33.250.000,00 100,00
4. Pentas Seni FKY di Kulon Progo = 4 hari 4 hari 310.650.000,00 100,00
5. Pameran Seni FKY di Kulon Progo = 4 4 hari
55.080.000,00 100,00
hari
6. Gelar Budaya Jogja 2.673.790.000,00 2.655.140.000,00 99,30 100,00
1. Pembinaan Kethoprak (Workshop, 1 event
Festival Tingkat Kabupaten dan Festival 559.090.000,00 100,00
Tingkat DIY) = 1 event

285
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
2. Pembinaan Langen Carita (Workshop, 1 event
Festival Langen Carita tingkat Kabupaten 454.640.000,00 100,00
dan Festival Tingkat DIY) = 1 event
3. Festival Teater tingkat DIY = 1 event 1 event 44.245.000,00 100,00
4. Festival Sendratari tingkat DIY = 1 event 1 event 46.645.000,00 100,00
5. Mangayubagyo Pelantikan Gubernur dan 1 event
519.860.000,00 100,00
Wakil Gubernur = 1 event
6. Sendratari Api di Bukit Menoreh = 1 1 event
104.900.000,00 100,00
event
7. Sendratari Sugriwa Subali = 4 kali 4 kali 62.650.000,00 100,00
8. Fragmen Tari Seni Mahabharata = 1 1 event
75.250.000,00 100,00
event
9. Penetapan dan Penyusunan Buku Tari 1 dokumen
155.250.000,00 100,00
Penyambutan (Sri Kayun) = 1 dokumen
10. Sendratari Tribuana Manggala Bhakti = 1 event
137.350.000,00 100,00
1 event
11. Gelar Gelur Krumpyung Lesung = 1 1 event
91.250.000,00 100,00
event
12. Festival Dagelan = 1 event 1 event 426.160.000,00 100,00
7. Publikasi Seni dan Budaya Daerah 180.000.000,00 166.500.000,00 92,50 100,00
1. Siaran TV Indoor = 2 kali 2 kali 135.200.000,00 100,00
2. Live Streaming Publikasi YouTube = 1 1 kali
44.800.000,00 100,00
kali
8. Pembinaan Penghayat Kepercayaan Adat dan Tradisi 358.990.000,00 358.590.000,00 99,89 100,00
1. Nyadran Agung = 1 event 1 event 203.640.000,00 100,00
2. Fasilitasi Himpunan Penghayat 3 kali
127.850.000,00 100,00
Kepercayaan = 3 kali
3. Peningkatan SDM Upacara Adat = 1 kali 1 kali 18.300.000,00 100,00
4. Tradisi Gadon = 2 kali 2 kali 9.200.000,00 100,00
9. Pengembangan dan Implementasi Nilai-Nilai Luhur dalam Masyarakat 1.586.600.000,00 1.580.800.000,00 99,63 100,00
1. Pembinaan Dalang (Workshop, Pelatihan 24 group
Festival Dalang Anak dan Remaja tingkat
763.370.000,00 100,00
Kabupaten, Festival Dalang Anak dan
Remaja tingkat DIY) = 24 Group

286
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
2. Pembinaan Wayang Golek (Pentas 1 kali
Wayang Golek di Kabupaten dan 95.165.000,00 100,00
Pengiriman ke DIY) = 1 kali
3. Pentas Wayang Kulit Gaya Yogyakarta = 1 event
113.755.000,00 100,00
1 event
4. Gelar Potensi Warisan Budaya Tak 1 event
299.180.000,00 100,00
Benda Kulon Progo = 1 event
5. Fasilitasi Dewan Kebudayaan Kabupaten 1 event
236.040.000,00 100,00
Kulon Progo (DKKP) = 1 event
6. Bimtek Wayang Golek dan Wayang Kulit 1 event
91.090.000,00 100,00
= 1 event
10. Penyelenggraaan Even Penggiat Seni 1.940.000.000,00 1.938.827.903,00 99,94 100,00
1. Jemparingan = 1 event 1 event 190.000.000,00 100,00
2. Permainan Tradisional = 1 event 1 event 117.090.000,00 100,00
3. Saka Widya Budaya Bhakti = 1 event 1 event 157.475.000,00 100,00
4. Pentas Fasilitasi Seni Budaya = 50 50 kelompok
862.690.000,00 100,00
kelompok
5. Parade Budaya Perbatasan = 12 12 kelompok
449.115.000,00 100,00
kelompok
6. Sanja Budaya = 2 kali 2 kali 163.630.000,00 100,00
11. Pembinaan Kelembagaan Adat dan Tradisi 524.341.000,00 488.791.000,00 93,22 100,00
1. Terbinanya lembaga adat dan tradisi di 80 kali
418.691.000,00 100,00
Kabupaten Kulon Progo = 80 kali
2. Terfasilitasi Kontingen Festival Upacara 1 kali
66.050.000,00 100,00
Adat Tingkat DIY = 1 kali
3. Bedah Kitab Sholawat = 3 hari 3 hari 39.600.000,00 100,00
2 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KULON PROGO 459.117.000,00 459.062.040,00 99,99 100,00
A. KEGIATAN ADAT, SENI, TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 459.117.000,00 459.062.040,00 99,99 100,00
Pengembangan dan Implementasi Nilai-Nilai Luhur dalam Masyarakat 459.117.000,00 459.062.040,00 99,99 100,00
Grebeg Sampah = 12 Kapanewon 12
100,00
Kapanewon
Gropyok Sampah = 12 Kapanewon 12
100,00
Kapanewon
Sosialisasi = 420 orang 420 orang 100,00

287
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
3 DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN KABUPATEN KULON PROGO 350.000.000,00 313.610.610,00 89,60 100,00
A. KEGIATAN ADAT, SENI, TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 300.000.000,00 263.769.170,00 87,92 100,00
Pembinaan Terselenggaranya Kegiatan Merti Pasar 10 event
Kelembagaan Rakyat = 10 event
300.000.000,00 263.769.170,00 87,92 100,00
Adat dan
Tradisi
B. PENGEMBANGAN KEARIFAN LOKAL DAN POTENSI BUDAYA 50.000.000,00 49.841.440,00 99,68 100,00
Pengembangan Bimbingan teknis Pengembangan Produk 50 orang
Industri Kerajinan Pande Besi (Keris, Gandewo,
50.000.000,00 49.841.440,00 99,68 100,00
Kreatif Busur, dan Mata Panah Jemparingan) = 50
orang
4 DINAS PARIWISATA KABUPATEN KULON PROGO 26.137.808.000,00 24.559.851.518,00 93,96 94,83
A. KEGIATAN ADAT, SENI, TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 7.208.905.000,00 7.136.778.425,00 99,00 100,00
1. Publikasi Seni dan Budaya Daerah 3.638.685.000,00 3.620.410.525,00 99,50 100,00
1. Cetak Bahan Promosi = 1 paket 1 paket 200.000.000,00 100,00
2. Pembuatan Film Pariwisata Unggulan = 3 paket
750.000.000,00 100,00
3 paket
3. Promosi melalui Media Luar Ruang = 3 3 paket
380.000.000,00 100,00
paket
4. Famtrip Difable = 1 paket 1 paket 250.000.000,00 100,00
5. Rally Foto Konservasi = 1 Event 1 event 100,00
6. Safari Pariwisata Kulon Progo = 1 kali 1 kali 100,00
7. Wayang Wisata Istimewa = 12 kali 12 kali 100,00
2. Pengembangan dan Implementasi Nilai-nilai Luhur dalam Masyarakat 3.570.220.000,00 3.516.367.900,00 98,49 100,00
1. Terselenggaranya Gelar Potensi Desa 1 event
1.500.000.000,00 100,00
Wisata = 1 event
2. Pembuatan Lagu Ikon Wisata Kulon 1 paket
180.000.000,00 100,00
Progo = 1 paket
3. Pameran Ekonomi Kreatif = 1 event 1 event 250.000.000,00 100,00
4. Pacak Sepuran = 1 event 1 event
1.274.160.000,00 100,00
30 titik
5. Bimtek Pengelola Pariwisata bagi 1 event
331.060.000,00 100,00
Pokdarwis dan Desa Wisata = 1 event

288
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
6. Rencana Teknis Home Stay Khas 1 paket
35.000.000,00 100,00
Menoreh = 1 paket
B. KEGIATAN PENGEMBANGAN KEARIFAN LOKAL DAN POTENSI BUDAYA 18.928.903.000,00 17.423.073.093,00 92,04 92,86
Penyelenggaraan Atraksi Wisata Budaya 18.928.903.000,00 17.423.073.093,00 92,04 92,86
1. Menoleh ke Menoreh = 1 event 1 event 450.000.000,00 100,00
2. Kiskenda Mrahaswara = 10 event 10 event 1.200.000.000,00 100,00
3. Romansa Pansela = 1 event 1 event 650.000.000,00 100,00
4. Nglinggo Soul of the Mask = 1 event 1 event 800.000.000,00 100,00
5. Gelar Kolaborasi Wisata Perbatasan = 1 1 event
450.000.000,00 100,00
event
6. Pengadaan Sarana dan Prasarana 1 paket
Pendukung Pentas Sendratari Sugriwa 1.814.085.000,00 100,00
Subali = 1 paket
7. Pembuatan Karya Seni Instalasi Wisata 13 paket
1.434.300.000,00 100,00
Perbatasan = 13 paket
8. Penyusunan Detailed Engineering 0 paket
Design (DED) Kampung Wisata Kethoprak 0,00
= 0 Paket
9. Revitalisasi Amphitheatre Kiskenda = 1 1 paket
5.750.000.000,00 100,00
paket
10. Rehab Pintu Masuk dan Relief Gua 1 paket
195.000.000,00 100,00
Kiskendo = 1 paket
11. Sambanggo = 12 kali 12 kali 900.000.000,00 100,00
12. Festival Paralayang Wisata Budaya = 2 2 paket
350.000.000,00 100,00
Event
13. Menoreh Food Festival = 1 paket 1 paket 300.000.000,00 100,00
14. Pentas Atraksi Wisata Budaya = 17 kali 17 kali 360.000.000,00 100,00
15. Sepekan Bendung Khayangan = 1 1 event
1.000.410.000,00 100,00
event
16. Penyusunan Masterplan dan DED 1 paket
97.000.000,00 100,00
Geowisata Mangaan Kliripan = 1 paket
17. Kajian Sejarah Kliripan = 1 dokumen 1 dokumen 95.000.000,00 100,00
18. DED Landmark Ikon Pariwisata Kulon 1 paket
99.000.000,00 100,00
Progo-Milir (Kresna Duta)

289
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
19. Appraisal Kawasan Eks Tambang 1 dokumen
90.000.000,00 100,00
Mangaan Kliripan = 1 dokumen
20. Appraisal dan Pengadaan tanah 1 dokumen
Paralayang Kalurahan Banjarasri = 1 50,00
dokumen
21. Sarana dan Prasarana Caving Goa 1 paket
100,00
Sumitro = 1 paket
5 SATUAN POLISI PAMONG PRAJA 387.934.000,00 367.934.000,00 94,84 100,00
A. KEGIATAN ADAT, SENI, TRADISI, DAN LEMBAGA BUDAYA 387.934.000,00 367.934.000,00 94,84 100,00
Pembinaan Jaga Warga 269 kelompok
387.934.000,00 367.934.000,00 94,84 100,00
Jaga Warga
6 DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KABUPATEN KULON PROGO 2.424.434.291,00 2.349.621.165,00 96,91 100,00
A. KEGIATAN PENGEMBANGAN KEARIFAN LOKAL DAN POTENSI BUDAYA 399.800.725,00 396.130.275,00 99,08 100,00
Pengembangan Lumbung Mataraman 399.800.725,00 396.130.275,00 99,08 100,00
Terlaksananya Penumbuhan Lumbung 7 Kelompok
100,00
Mataraman = 7 kelompok wanita tani Wanita Tani
Kontes Kambing PE tingkat Nasional = 0 0 kali
0,00
kali
B. KEGIATAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN WARISAN BUDAYA 1.949.633.566,00 1.878.600.497,00 96,36 100,00
Nominasi Warisan Budaya Nasional dan Dunia 1.949.633.566,00 1.878.600.497,00 96,36 100,00
Terselenggaranya Sekolah Lapang Iklim 3 paket
100,00
Berbasis Pranoto Mongso = 3 paket
Pengembangan Lahan Surjan (Fasilitasi 10 kelompok
saprodi dan alsintan untuk kelompok tani 100,00
Lahan Surjan) = 10 kelompok
Pemetaan Lahan Surjan (GIS) = 1 1 dokumen
100,00
dokumen
Wiwitan Panen = 12 kali 12 kali 100,00
Lomba intensifikasi Lahan Surjan = 1 kali 1 kali 100,00
C. KEGIATAN ADAT, SENI, TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 75.000.000,00 74.890.393,00 99,85 100,00
Pembinaan dan DED Agroeduwisata = 1 dokumen 1 dokumen
Pengembangan 75.000.000,00 74.890.393,00 99,85 100,00
Rintisan dan

290
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
Kantong
Budaya
7 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN KULON PROGO 517.558.600,00 439.197.500,00 84,86 100,00
A. KEGIATAN PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA 517.558.600,00 439.197.500,00 84,86 100,00
Pembinaan Terselenggaranya Implementasi MODEL 1260 siswa
Muatan Lokal Pendidikan Karakter melalui Pendidikan
Keagamaan, Pendidikan Budaya
517.558.600,00 439.197.500,00 84,86 100,00
Kemataraman, dan Pengamalan Nilai-nilai
Pancasila melalui Gotong Royong pada
jenjang SMP = 1260 siswa
8 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 123.921.000,00 121.208.318,00 97,81 100,00
A. KEGIATAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN WARISAN BUDAYA 123.921.000,00 121.208.318,00 97,81 100,00
Nominasi Warisan Budaya Nasional dan Dunia 123.921.000,00 121.208.318,00 97,81 100,00
1. Fasilitasi Forum Warisan Geologi 1 Laporan
(Geoheritage) Kabupaten Kulon Progo = 1 100,00
laporan
2. Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan 1 Dokumen
Situs Warisan Geologi di Kabupaten Kulon 100,00
Progo = 1 dokumen
9 DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 1.061.096.000,00 992.745.781,00 93,56 100,00
A. KEGIATAN PENGEMBANGAN KEARIFAN LOKAL DAN POTENSI BUDAYA 1.061.096.000,00 992.745.781,00 93,56 100,00
Pengembangan Budaya Bahari 1.061.096.000,00 992.745.781,00 93,56 100,00
1. Sarana produksi budidaya ikan untuk 12 Kelompok
pokdakan wanita dengan blumbangku = 12 100,00
kelompok
2. Sarana prasarana untuk poklahsar 12 Kelompok
100,00
wanita = 12 kelompok
3. Pelatihan untuk pokdakan wanita = 120 120 Orang
100,00
orang
4. Pelatihan untuk poklahsar wanita = 120 120 Orang
100,00
orang
5. Temu Usaha = 40 orang 40 Orang 100,00
6. DED TPI Congot = 1 paket 1 paket 100,00

291
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
7. Penyediaan benih ikan lokal untuk 150000 ekor
JOGOKALIKU SIPATIN (Benih ikan tawes
100,00
100.000 ekor Benih ikan wader 50.000 ek)
= 150.000 ekor
8. Lomba Gerbang Segoro = 12 12
100,00
Kapanewon Kapanewon
10 KAPANEWON TEMON 32.500.000,00 31.983.000,00 98,41 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 32.500.000,00 31.983.000,00 98,41 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
32.500.000,00 31.983.000,00 98,41 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
11 KAPANEWON WATES 18.000.000,00 18.000.000,00 100,00 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 18.000.000,00 18.000.000,00 100,00 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
18.000.000,00 18.000.000,00 100,00 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
12 KAPANEWON PANJATAN 31.500.000,00 31.403.000,00 99,69 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 31.500.000,00 31.403.000,00 99,69 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
31.500.000,00 31.403.000,00 99,69 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
13 KAPANEWON GALUR 23.250.000,00 23.213.000,00 99,84 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 23.250.000,00 23.213.000,00 99,84 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
23.250.000,00 23.213.000,00 99,84 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
14 KAPANEWON LENDAH 19.500.000,00 19.459.000,00 99,79 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 19.500.000,00 19.459.000,00 99,79 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
19.500.000,00 19.459.000,00 99,79 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
15 KAPANEWON SENTOLO 26.000.000,00 25.920.000,00 99,69 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 26.000.000,00 25.920.000,00 99,69 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
26.000.000,00 25.920.000,00 99,69 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
16 KAPANEWON PENGASIH 24.000.000,00 22.681.500,00 94,51 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 24.000.000,00 22.681.500,00 94,51 100,00

292
PROGRAM/ KELUARAN REALISASI
NO ALOKASI (Rp)
KEGIATAN TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (Rp) KEUANGAN (%) FISIK (%)
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
24.000.000,00 22.681.500,00 94,51 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
17 KAPANEWON KOKAP 19.250.000,00 19.211.750,00 99,80 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 19.250.000,00 19.211.750,00 99,80 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
19.250.000,00 19.211.750,00 99,80 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
18 KAPANEWON GIRIMULYO 17.250.000,00 17.159.000,00 99,47 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 17.250.000,00 17.159.000,00 99,47 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
17.250.000,00 17.159.000,00 99,47 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
19 KAPANEWON NANGGULAN 19.250.000,00 19.250.000,00 100,00 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 19.250.000,00 19.250.000,00 100,00 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
19.250.000,00 19.250.000,00 100,00 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
20 KAPANEWON KALIBAWANG 24.000.000,00 24.000.000,00 100,00 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 24.000.000,00 24.000.000,00 100,00 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
24.000.000,00 24.000.000,00 100,00 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event
21 KAPANEWON SAMIGALUH 31.000.000,00 31.000.000,00 100,00 100,00
KEGIATAN ADAT SENI TRADISI DAN LEMBAGA BUDAYA 31.000.000,00 31.000.000,00 100,00 100,00
Gelar Budaya Mangayubagya Pelantikan Gubernur dan 1 event
31.000.000,00 31.000.000,00 100,00 100,00
Jogja Wakil Gubernur = 1 event

293
2.3.5.3. Pertanahan

Berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Gubernur Nomor 131 Tahun 2018

tentang Penugasan Urusan Keistimewaan, pasal 9 menjelaskan bahwa kewenangan

terkait Urusan Keistimewaan dalam bidang pertanahan yang diemban oleh

Kasultanan mencakup tugas administrasi terkait tanah Kasultanan, pengelolaan serta

pemanfaatan tanah yang merupakan kepemilikan Kasultanan, dan pengelolaan serta

pemanfaatan tanah Kalurahan. Sementara itu, kewenangan dalam Urusan

Keistimewaan pertanahan yang diberikan kepada Kadipaten meliputi tugas

administrasi terkait tanah Kadipaten, serta pengelolaan dan pemanfaatan tanah yang

merupakan kepemilikan Kadipaten.

Adapun kewenangan dalam Urusan Keistimewaan pertanahan yang

dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah DIY terdiri atas:

a. koordinasi penatausahaan pertanahan yang merupakan tanah Kalurahan yang

asal usulnya dari tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten;

b. penatausahaan pertanahan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten yang telah

digunakan oleh Pemerintah Daerah DIY;

c. pengelolaan dan pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten yang telah

digunakan oleh Pemerintah Daerah DIY;

d. pemberian izin pemanfaatan tanah Kalurahan; dan

e. fasilitasi sistem informasi pertanahan.

Urusan Keistimewaan pertanahan yang dapat ditugaskan kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota terdiri atas:

a. penatausahaan pertanahan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten bukan

Keprabon, yang terdiri atas: (1). tanah Kalurahan yang asal usulnya dari tanah

Kasultanan dan tanah Kadipaten; dan (2). tanah yang telah digunakan oleh

Pemerintah Daerah DIY.

b. penelitian dokumen permohonan tanah Kasultanan dan Kadipaten; dan

294
c. rekomendasi kesesuaian pemanfaatan tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten

sesuai dengan rencana tata ruang.

Tahun Anggaran 2022 pagu keseluruhan Urusan Pertanahan adalah sebesar

Rp. 3.071.831.000 dari total pagu Dana Keistimewaan Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2022. Realisasi keuangan mencapai Rp. 2.604.926.148 (84,80 persen),

sedangkan capaian fisik adalah sebesar 96,21 persen untuk Urusan Pertanahan.

Secara rinci, pada tabel 2.228 berikut ini disajikan informasi masing-masing

Perangkat Daerah yang mengampu Program Penyelenggaraan Keistimewaan

Yogyakarta Urusan Pertanahan:

urusan pertanahan

295
NO PROGRAM/NAMA/OPD/KEGIATAN/SUB KELUARAN ALOKASI REALISASI
KEGIATAN
TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (RP) KEUANGAN FISIK
% (%)
URUSAN PERTANAHAN 3.071.831.000,00 2.604.926.148,00 84,80 96,21
PROGRAM PENYELENGGARAAN KEISTIMEWAAN YOGYAKARTA URUSAN PERTANAHAN 3.071.831.000,00 2.604.926.148,00 84,80 96,21
1 DINAS PERTANAHAN DAN TATA RUANG KABUPATENKULON PROGO 2.665.599.000,00 2.221.643.308,00 83,34 95,63
A. PENGELOLAAN TANAH KASULTANAN DAN TANAH KADIPATEN 2.144.899.000,00 1.716.094.308,00 80,01 94,57
Penatausahaan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten 2.144.899.000,00 1.716.094.308,00 80,01 94,57
1 .a Pendaftaran Tanah Kasultanan dan Tanah 100 739.108.000,00 62,00
Kadipaten di Kantor Pertanahan = 100 Bidang bidang

1 .b Pemberkasan, Pembuatan dan Pernasangan Patok 100 100,00


Tanah SG/PAG = 100 Bidang bidang

1 c Dokumentasi video hasil kegiatan = 2 Video 2 video 100,00


2. Pemberkasan, Pembuatan dan Pemasangan Patok 100 539.000.000,00 100,00
Tanah Desa = 100 bidang bidang

3. Pendaftaran tanah desa di kantor pertanahan = 166 166 368.500.000,00 100,00


bidang bidang

4. Identifikasi dan verifikasi tanah 3 173.191.000,00 100,00


kasultanan/kadipaten/tanah desa = 3 dokumen dokumen

5. Pendaftaran perubahan pencatatan sertiflkat Tanah 1400 325.100.000,00 100,00


Desa = 1.400 sertifikat sertifikat

B. PROGRAM PEMANFAATAN TANAH KASULTANAN DAN TANAH KADIPATEN 450.000.000,00 435.731.000,00 96,83 100,00
Penyiapan Bahan Petimbangan Teknis Izin Penggunaan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten 200.000.000,00 198.031.000,00 99,02 100,00
Rekomendasi Bupati / Kepala DPTR Penggunaan dan 100% 100,00
Pemanfaatan Tanah Kasultanan, Tanah Kadipaten dan
Tanah Desa di Kabupaten Kulon Progo = 100%

Sosialisasi pemanfaatan tanah SG/PAG/Tanah Desa = 2 2 kali 100,00


kali

296
NO PROGRAM/NAMA/OPD/KEGIATAN/SUB KELUARAN ALOKASI REALISASI
KEGIATAN
TOLOK UKUR KINERJA TARGET KEUANGAN (RP) KEUANGAN FISIK
% (%)
Dokumentasi Video Hasil Kegiatan = 1 video video 100,00
Penanganan Keberatan dan Sengketa Pertanahan Tanah Kasultanan, Tanah Kadipaten dan Tanah 250.000.000,00 237.700.000,00 95,08 100,00
Desa
Rekomendasi Bupati / Kepala DPTR Penanganan 3 Desa 100,00
Permasalahan Tanah Desa di Kabupaten Kulon Progo
— 3 Desa
Sosialisasi penanganan permasalahan pertanahan = 3 3 kali 100,00
kali

Dokumentasi Video Hasil Kegiatan = 1 video video 100,00


C. KEGIATAN SARANA DAN PRASARANA KEISTIMEWAAN 70.700.000,00 69.818.000,00 98,75 100,00
Pengadaan Sarana dan Prasarana Pengadaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan 7 Unit 70.700.000,00 69.818.000,00 98,75 100,00
Pendukung Pelaksanaan Kegiatan keistimewaan (pertanahan): Laptop = 1 Unit 2. Scanner
Keistimewaan Urusan Pertanahan = 2 Unit Printer = 1 Unit Kamera = 1 Unit GPS = 2 unit
2 DINAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA PENGENDALIAN PENDUDUK DAN KB KABUPATEN KULON 406.232.000,00 383.282.840,00 94,35 100,00
PROGO
A. PENGELOLAAN TANAH KASULTANAN DAN TANAH KADIPATEN 406.232.000,00 383.282.840,00 94,35 100,00
Penatausahaan Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten 406.232.000,00 383.282.840,00 94,35 100,00
Penetapan dan Penegasan Batas Desa 5 Desa 5 Desa 100,00
Dokumentasi Video Hasil Kegiatan Penatusahaan = 1 1 Desa 100,00
Video

297
Berdasarkan uraian tersebut maka penanganan pertanahan dapat dilakukan

dengan sinkronisasi terhadap kegiatan pertanahan yang dilakukan di Kabupaten

dengan memfokuskan pada tanah-tanah yang menjadi lingkup kegiatan urusan

keistimewaan. Berikut ini data kondisi dan sebaran tanah kasultanan, tanah kadipaten

dan tanah kalurahan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2021.

Kondisi Tanah Kasultanan, Tanah Kadipaten dan Tanah Kalurahan di

Kabupaten Kulon Progo Tahun 2021-2022

No Status 2021 2022


Tanah Total Proses Di Sudah Terbit Total proses Di Sudah Terbit
Bidang Daftarkan Sertifikat Bidang Daftarkan Sertifikat
1 Kasultanan 1.399 1.399 366 1.399 1.399 366
2 Kadipaten 488 488 179 488 488 179
JUMLAH 1.887 1.887 545 1.887 1.887 545

2.3.5.4. Urusan Tata Ruang

Aspek tata ruang dalam ranah keistimewaan melibatkan pengelolaan serta

pemanfaatan tanah yang dimiliki oleh Kasultanan dan Kadipaten. Dalam konteks ini,

langkah awal yang diambil adalah menyusun kerangka kebijakan tata ruang secara

umum untuk tanah Kasultanan dan tanah Kadipaten, sesuai dengan karakteristik

Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan tetap mempertimbangkan

pedoman tata ruang nasional dan tata ruang DIY. Kedua jenis tanah tersebut,

bersama dengan kawasan satuan ruang lain yang memiliki nilai keistimewaan, telah

diatur dalam Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2017 tentang

Tata Ruang Tanah Kasultanan dan Tanah Kadipaten. Dalam peraturan tersebut,

konsep ini diintegrasikan dalam wadah Satuan Ruang Strategis (SRS)

kasultanan/kadipaten. SRS merupakan satuan ruang khusus yang mencakup tanah

Kasultanan atau tanah Kadipaten yang memenuhi kriteria aspek filosofis, historis,

adat, saujana, dan/atau cagar budaya, serta memiliki dampak yang sangat signifikan

terhadap pelestarian budaya, kepentingan sosial, kesejahteraan masyarakat,

298
dan/atau konservasi lingkungan. Sejalan dengan ketentuan dalam Perdais 2/2017,

terdapat sejumlah 18 Satuan Ruang Strategis Kasultanan/Kadipaten yang telah

ditentukan yaitu sebagai berikut :

a. Satuan Ruang Strategis Kasultanan:

1. Karaton;

2. Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri;

3. Sumbu Filosofi dari Tugu Pal Putih sampai dengan Panggung Krapyak;

4. Masjid dan Makam Raja Mataram di Kotagede;

5. Masjid Pathok Nagoro;

6. Gunung Merapi;

7. Pantai Samas – Parangtritis;

8. Kerto – Pleret;

9. Kotabaru;

10. Candi Prambanan - Candi Ijo;

11. Sokoliman;

12. Perbukitan Menoreh;

13. Karst Gunungsewu; dan

14. Pantai Selatan Gunungkidul

b. Satuan Ruang Strategis Kadipaten:

1. Puro Pakualaman

2. Makam Girigondo

3. Pusat Kota Wates

4. Pantai Selatan Kulon Progo

2.4. Aspek Daya Saing Daerah

299
2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah

Evaluasi kinerja terhadap kemampuan ekonomi daerah dilakukan dengan

menganalisis indikator pengeluaran konsumsi per kapita rumah tangga serta

pengeluaran konsumsi non-pangan per kapita. Berikut ini adalah beberapa hasil

analisis dari berbagai indikator kinerja yang terfokus pada kemampuan ekonomi

daerah.

a. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita (Angka konsumsi RT per kapita)

Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dimaksudkan

untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah tangga yang menjelaskan seberapa

atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga. Semakin besar rasio atau angka

konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan kemampuan ekonomi daerah.

Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita dapat diketahui dengan

menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-rata pengeluaran konsumsi

rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk

untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup

seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih.

Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan

sebagainya.

Berdasarkan Hukum Engel/Engel Law bahwa semakin tinggi

pendapatan/kesejahteraan seseorang, maka proporsi pengeluaran untuk

memenuhi kebutuhan makanan akan menurun, namun sebaliknya pengeluaran

untuk non makanan proporsinya akan semakin meningkat.

Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa pengeluaran konsumsi rumah

tangga untuk bahan makanan sebesar 46,13%, angka tersebut lebih rendah dari

Pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk bahan non makanan, namun

persentasenya menurun dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar

48,01%. Adapun komposisi tingkat pengeluaran per kapita sebulan menurut

Kelompok Kelompok Bukan Makanan.

300
Komposisi Pengeluaran Per Kapita Sebulan menurut Kelompok

Makanan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2022 (persen)


No. Kelompok Makanan 2018 2019 2020 2021 2022
1 Padi-padian 6,09 6,07 6,08 6,74 5,54
2 Umbi-umbian 0,4 0,5 0,52 0,7 0,57
3 Ikan/udang/cumi/kerang 1,81 1,6 1,7 1,69 1,83
4 Daging 2,09 1,92 1,74 2,16 2,48
5 Telur dan Susu 3,07 2,87 3,09 3,11 2,88
6 Sayur-sayuran 3,76 3,24 3,64 4,5 3,69
7 Kacang-kacangan 1,41 1,19 1,14 1,42 1,28
8 Buah-buahan 3,1 2,7 2,37 2,23 2,87
9 Minyak dan kelapa 1,3 1,17 1,32 1,52 1,75
10 Bahan Minuman 2,16 1,9 1,8 2,14 1,84
11 Bumbu-bumbuan 0,72 0,71 0,73 0,91 0,93
12 Konsumsi lainnya 0,86 0,83 0,86 0,96 1
13 Makanan dan Minuman Jadi 17,5 17,65 16,73 15,66 14,76
14 Rokok dan Tembakau 4,16 4,53 3,5 4,26 4,71
Jumlah / Total 48,43 46,88 45,22 48 46,13
Sumber data: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2023

Dari tabel di atas dapat digambarkan bahwa pengeluaran tertinggi pada

kelompok makanan dan minuman jadi diikuti oleh kelompok padi-padian,

kelompok sayuran, kelompok tembakau dan sirih, dan kelompok telur dan susu.

Hal tersebut menggambarkan bahwa masyarakat Kulon Progo pola konsumsinya

menginginkan yang lebih praktis dan siap saji dan didukung juga kemudahan

akses berbagai jenis makanan dan minuman jadi.

Untuk konsumsi tembakau dan sirih walaupun sudah ada perda masalah

rokok tingkat konsumsinya masih tergolong tinggi yaitu 4,71% walaupun terus

menurun dari tahun ke tahun. Sementara itu untuk konsumsi ikan masih sangat

rendah, hanya berkisar 1,83% mengalami sedikit penurunan dibandingkan

konsumsi ikan di tahun 2021.

b. Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita (persentase konsumsi RT untuk

non pangan)

Pengeluaran konsumsi per kapita sebulan menurut kelompok bukan

makanan di Kabupaten Kulon Progo sebesar 53,87%. Angka tersebut lebih tinggi

301
jika dibandingkan dengan pengeluaran konsumsi bahan makanan. Adapun

komposisi tingkat pengeluaran Per Kapita Sebulan menurut Kelompok Bukan

Makanan dapat dilhat pada Tabel di bawah ini.

Komposisi Pengeluaran Per Kapita Sebulan menurut Kelompok Bukan

Makanan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2022 (persen)

Kelompok Bukan
No. 2018 2019 2020 2021 2022
Makanan
Perumahan dan 19,69 23,21 22,68 25,45 24,61
1
Fasilitas Rumah Tangga
2 Aneka Barang dan Jasa 11,64 13,19 12,98 12,12 13,18
Pakaian, Alas Kaki dan 2,77 2,84 2,77 2,18 2,04
3
Tutup Kepala
4 Barang Tahan Lama 9,98 8,5 8,03 7,08 7,04
Pajak, Pungutan dan 3,6 3,08 3,45 4,05 4,99
5
Asuransi
Keperluan Pesta dan 1,73 2,3 4,86 1,11 2,01
6
Upacara/Kenduri
Jumlah 51,59 53,12 54,78 51,99 53,87
49,41 53,12 54,77 51,99 53,87
Sumber data: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2023

Tingkat pengeluaran tertinggi pada Kelompok Perumahan dan Fasilitas

Rumah Tangga 24,61% dan dikuti oleh Kelompok Aneka Barang dan Jasa

sebesar 13,18%, sedangkan pengeluaran terendah pada Keperluan Pesta dan

Upacara/ Kenduri. Pada Tahun 2022 secara umum pengeluaran per kapita pada

Kelompok Bukan Makanan mengalami peningkatan signifikan pada kelompok

Pajak, Pungutan dan Asuransi; dan Aneka Barang dan Jasa.

Apabila dilihat rasio pengeluaran non pangan terhadap pengeluaran

rata-rata per kapita sebulan di Kabupaten Kulon Progo nilainya berfluktuatif,

pada periode 2018-2022 rasio tertinggi dicapai pada tahun 2020 yaitu sebesar

0,548, namun demikian pada tahun 2021 kembali menurun menjadi 0,520 dan

meningkat lagi menjadi 0,538 pada tahun 2022. Selengkapnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Rasio Pengeluaran Non Pangan terhadap Pengeluaran Rata-rata Per Kapita

Sebulan di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2022

302
No Uraian 2018 2019 2020 2021 2022
1 Pengeluaran non pangan rata- 415.642 480.709 515.169 458.427 575.926
rata per kapita sebulan
2 Pengeluaran rata-rata per 805.609 904.901 940.502 881.689 1.069.000
kapita sebulan
3 Rasio 0,52 0,53 0,55 0,52 0,54
Sumber data: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2023

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur

a. Ketaatan terhadap Rancana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Sampai tahun 2022, tingkat kesesuaian dalam pemanfaatan ruang

mencapai 88,55%. Angka ini menggambarkan bahwa dalam penggunaan

ruang masih tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku, yang berarti

bahwa penggunaan ruang belum melampaui kapasitas dan dukungan

yang ada. Hal ini juga mengindikasikan bahwa warga masih mengikuti

aturan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW), dan menggambarkan efektivitas dalam mengendalikan tata

ruang. Nilai kesesuaian ruang ini merupakan hasil dari kombinasi dari

keterwujudan dan keselarasan dalam pemanfaatan ruang, yang pada

dasarnya terdiri dari aspek struktur ruang dan pola ruang. Skor ini muncul

setelah dilakukan audit periodik terhadap kesesuaian tata ruang yang

dilakukan setiap tahun.

Adapun penggunaan/pemanfaatan lahan di Kabupaten Kulon

Progo dalam hal kesesuaian terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah

(RTRW) yang tercantum dalam Dokumen Audit Tata Ruang Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2022 bisa dilihat di tabel berikut.

Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Tahun 2015-2018

No Jenis rencana tata ruang Kesesuaian tata ruang (%)


2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1 Struktur ruang 68,73 68,73 75,00 89,58 87,50 86,38 87,00 87,22
2 Pola ruang 82,35 82,56 99,50 88,29 89,83 89,67 89,58 89,88
3 Rata-rata struktur ruang dan pola ruang 75,54 75,65 87,25 87,55 88,67 88,03 88,29 88,55

303
Dengan adanya berbagai proyek strategis nasional seperti

pembangunan bandara, kereta bandara, jalan bebas hambatan, dan

pengakuan kawasan pariwisata nasional, ada kebutuhan yang jelas untuk

menyesuaikan tata ruang di Kabupaten Kulon Progo. Proses perubahan

pada Peraturan Daerah (Perda) Nomor 1 Tahun 2012 telah dimulai sejak

tahun 2017 dan telah melalui proses tinjauan ulang. Pada tahun 2020,

revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kulon Progo telah

mendapatkan rekomendasi dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

(DIY) untuk kemudian digunakan sebagai salah satu persyaratan dalam

permohonan persetujuan substansi kepada Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Revisi RTRW dan

perencanaan tata ruang yang lebih spesifik menjadi sangat penting dalam

mengatur dan mengendalikan perkembangan pembangunan di

Kabupaten Kulon Progo, terutama dengan adanya proyek-proyek strategis

yang telah menciptakan pertumbuhan yang cepat dan dinamis.

b. Kawasan peruntukan industri

Kawasan industri adalah wilayah yang secara khusus

didedikasikan untuk kegiatan industri, dengan harapan adanya lembaga

pengelola kawasan yang memberikan dukungan dan fasilitas kepada

perusahaan yang ingin menjalankan kegiatan usaha di wilayah tersebut.

Penetapan peruntukan kawasan industri biasanya dilakukan dalam

perencanaan yang mencakup periode sekitar 10 tahun. Untuk mendukung

pengembangan kawasan industri, beberapa langkah telah diambil seperti

perbaikan akses jalan dan pengaturan regulasi yang memberikan

kemudahan serta insentif untuk investasi. Meskipun beberapa proyek

industri dari berbagai sektor telah berdiri, hingga saat ini belum ada entitas

hukum yang menjadi pengelola resmi untuk kawasan industri ini. Berikut

adalah daftar kawasan peruntukan industri:


304
1. Kawasan Industri Sentolo dengan luas kurang lebih 4.796 Ha di

Kapanewon Sentolo dan Kapanewon Lendah.

2. Kawasan Industri Temon di Kapanewon Temon berupa industri bahari

dengan luas kurang lebih 500 Ha.

3. Kawasan peruntukan industri yang berada di Kapanewon Nanggulan

dengan luas 700 Ha

4. Industri Kecil dan Mikro, tersebar diseluruh kapanewon.

c. Luas wilayah produktif

Pemilihan wilayah yang memiliki produktivitas dilakukan dengan

fokus pada lahan pertanian yang menghasilkan secara produktif,

mengingat mayoritas lahan yang digunakan di Kabupaten Kulon Progo

digunakan untuk pertanian. Ini berhubungan erat dengan mata

pencaharian mayoritas penduduk Kulon Progo yang terkait dengan sektor

pertanian. Wilayah produktif yang dimaksud mencakup luas lahan yang

digunakan untuk pertanian padi, hutan rakyat, dan budidaya perikanan.

Seperti yang terlihat dalam tabel berikut, persentase luas wilayah

produktif pada tahun 2018-2019 tidak dapat langsung dibandingkan

dengan persentase tahun-tahun sebelumnya. Ini disebabkan oleh

perubahan metode perhitungan dan penggunaan data dasar mulai tahun

2018 untuk menentukan luas kawasan sawah, hutan rakyat, dan budidaya

perikanan.

Persentase luas Wilayah Produktif Kabupaten Kulon Progo

Tahun 2015-2022

No. Uraian 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

1 Luas Wilayah 20.937,83 2744600 27.392,00 31.375,30 31.375,30 31.375,30 31.375,30 31.431,76
produktif (Ha)
2 Luas Seluruh Wil. 37.658,69 37.65823 37.65823 37.658,23 37.658,23 37.658,23 37.658,23 37.658,23
Budidaya (Ha)
3 Rasio (1./2.) 0,556 72,83 72,69 83,26 83,26 83,26 83,26 83,47

305
Pada tahun 2022, sekitar 83,47 persen dari wilayah Kabupaten

Kulon Progo digunakan sebagai wilayah produktif. Ini menunjukkan bahwa

sebagian besar wilayah tersebut dikelola secara ekonomis untuk tujuan

produktif. Lahan sawah dimanfaatkan sepanjang tahun dengan ditanami

padi, palawija, dan kadang-kadang juga dengan tanaman hortikultura dan

buah-buahan. Kawasan hutan rakyat dimanfaatkan oleh penduduk

dengan menanam pohon kayu jati, sengon, dan akasia. Selanjutnya,

kawasan perikanan budidaya digunakan untuk mengembangkan usaha

perikanan seperti budidaya udang vaname, ikan lele, ikan gurami, dan ikan

nila. Komoditas utama dalam usaha perikanan budidaya adalah udang

vaname, yang juga menjadi salah satu komoditas ekspor unggulan dari

Kulon Progo di sektor perikanan. Di sisi lain, usaha perikanan kolam masih

didominasi oleh budidaya ikan lele sebagai komoditas ikan konsumsi

utama.

d. Jumlah orang yang terangkul di terminal

Jumlah kendaraan yang memasuki terminal bus AKAP dan AKDP

mengalami fluktuasi yang signifikan. Demikian pula, terjadi fluktuasi pada

jumlah angkutan dan penumpang AKAP dan AKDP. Pada tahun 2020,

dampak dari Pandemi Covid-19 sangat terlihat dengan adanya penurunan

yang drastis dalam mobilitas angkutan umum AKAP dan AKDP, serta

jumlah pengguna layanan. Penurunan ini juga sangat terkait dengan

langkah-langkah pembatasan pergerakan yang diterapkan untuk

mencegah penyebaran Virus Covid-19, terutama saat terjadi lonjakan

aktivitas mudik lebaran dan periode liburan. Rincian data mengenai jumlah

angkutan dan orang yang diangkut di terminal selama periode 2018-2022

dapat ditemukan pada tabel di bawah ini:

306
Jumlah Angkutan Umum dan Orang yang Terangkut dari Terminal

Tahun 2015-2022

ТАНUN Bus Реnumpang Bus


АКАР AKDP АКАР AKDP
2015 26.071 23.59 515.757 485.709
2016 23.061 22.85 403.926 413.569
2017 31.399 10.094 436.911 65.788
2018 45.751 16.605 612.636 100.979
2019 49.932 24.875 338.606 45.224
2020 29.62 14.883 110.506 15.966
2021 9.775 19.146 72.074 107.168
2022 31.400 10.846 287.878 12.070

e. Kondisi jalan

Pada tahun 2022, jaringan jalan di Kabupaten Kulon Progo

memiliki kondisi yang beragam. Kondisi jalan dalam keadaan baik

mencakup sekitar 42,12% dari total jaringan jalan, sementara kondisi jalan

dalam keadaan sedang mencakup sekitar 30,58%. Pemerintah telah

menunjukkan komitmen untuk memperbaiki dan menyediakan jaringan

jalan dalam kondisi baik sebagai bagian dari upaya percepatan

pertumbuhan wilayah dan pengembangan kawasan strategis. Langkah ini

diharapkan akan memiliki dampak positif terhadap peningkatan

pertumbuhan ekonomi. Detail kondisi jaringan jalan dapat ditemukan

dalam tabel di bawah ini:

Tabel kondisi jalan di kabupaten

No Status Jalan Kondisi Total Jalan


Baik Sedang Rusak Ringan Rusak Berat
km % km % km % Km %
1 Nasional 16,38 57,84 11,54 40,75 6,4 1,41 0 0 28,32
2 Provinsi 81,89 46,76 37,27 21,28 38,23 21,83 17,75 10,13 175,14
3 Kabupaten 551 42,12 400 30,58 170 12,99 187 14,31 1.308.645

307
Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan layanan jalan dan

jembatan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi melibatkan

sejumlah langkah. Ini mencakup proyek pembangunan dan perbaikan jalan

serta jembatan, peningkatan kualitas jalan, pemeliharaan berkala jalan,

dan pemeliharaan rutin jalan dan jembatan. Sejalan dengan itu, untuk

mendukung inisiatif Proyek Strategis Nasional (PSN) di Kabupaten Kulon

Progo, seperti Bandara Internasional Yogyakarta (BIY), serta untuk

memanfaatkan potensi dari Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

(KSPN) Borobudur, Pemerintah Kabupaten Kulon Progo mengusulkan

pembangunan jalan yang akan menghubungkan BIY dengan KSPN

Borobodur, dikenal sebagai Jalur Bedah Menoreh. Pengembangan jalur ini

juga diharapkan dapat mengurangi disparitas wilayah di Kabupaten Kulon

Progo, membuka akses ke tempat-tempat wisata dan produk unggulan di

wilayah tersebut.Pembangunan Jalan Bedah Menoreh diharapkan mampu

meningkatkan aksesibilitas ke berbagai destinasi wisata yang terletak di

sepanjang jalur tersebut. Selain itu, dengan membuka akses di kawasan

Perbukitan Menoreh, diharapkan distribusi produk-produk unggulan

wilayah Kulon Progo dapat berjalan lebih lancar.

f. Infrastruktur strategis di Kulon Progo

Kabupaten Kulon Progo memiliki sejumlah infrastruktur strategis

yang diharapkan dapat berkontribusi besar terhadap perkembangan

wilayah. Salah satunya adalah Bendung Kamijoro, yang merupakan

fasilitas penting untuk penyediaan pasokan air baku. Bendung ini

diresmikan pada Desember 2019 dan bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan air di Kulon Progo, khususnya untuk mendukung Bandara

Internasional Yogyakarta yang juga sudah diresmikan pada Agustus 2020.

Selain itu, keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta didukung oleh

peningkatan Rumah Sakit Wates yang memiliki standar internasional.


308
Proyek integrasi kereta bandara saat ini sedang dalam tahap

pembangunan, dan rencana untuk mengembangkan jalan tol Yogyakarta-

BANDARA INTERNASIONAL YOGYAKARTA-Cilacap juga sedang

dipertimbangkan. Dalam hal pariwisata, Badan Otorita Borobudur telah

mengembangkan sektor pariwisata di perbatasan Kulon Progo dengan

fokus pada wisata alam. Pintu masuk utama untuk wisata tersebut berada

di Kulon Progo dan telah dibangun gerbang masuk di kawasan Klangon

yang dikenal sebagai Samudra Raksa. Untuk mendukung mobilitas

masyarakat dari berbagai kawasan, armada angkutan DAMRI telah

menginisiasi trayek angkutan. Rencana pengembangan selanjutnya

termasuk pembangunan asrama haji dan penyelesaian jalur jalan lintas

selatan sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat infrastruktur

wilayah tersebut.

2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi

Dalam rangka meningkatkan iklim investasi di daerah, hal penting yang harus

diperhatikan adalah penciptaan iklimm kondusif yang mendukung investasi. Indikator

yang berkaitan dengan iklim investasi, antara lain angka kriminalitas yang dilihat dari

jumlah kejadian kejahatan dan jumlah demonstrasi.

a. Angka Kriminalitas

Jika dilihat dari kejadian kejahatan dari Tahun 2017 hingga 2021

cenderung meningkat tiap tahunnya. Dengan meningkatnya kejahatan tersebut

akan dapat mempengaruhi iklim investasi, dimana orang akan berpikir ulang

untuk menanamkan sahamnya apabila tingkat keamanannya kurang.

Kejadian kejahatan tersebut dapat disebabkan karena faktor ekonomi,

faktor lingkungan pergaulan dan kurang tertibnya masyarakat dalam mematuhi

hukum/peraturan perundang-undangan serta dengan adanya dampak negatif

arus globalisasi yang tidak terbendung.

309
Tantangan kedepan yang dihadapi bidang keamanan, ketentraman dan

ketertiban adalah meningkatnya gangguan ketertiban dan ketentraman dalam

masyarakat, serta tindakan kriminal kekerasan secara kualitas maupun kuantitas.

Jumlah Kejadian Kejahatan Kabupaten Kulon Progo 2017-2021

No. Jenis Kriminal 2017 2018 2019 2020 2021


1. Jumlah pencurian 45 58 44 58 26
biasa
2. Jumlah pencurian 0 4 0 1 10
hewan
3. Jumlah pencurian 16 7 4 6
dengan
kekerasan
4. Jumlah lainnya 70 388 463 468 79
Jumlah kejadian 131 457 511 533 115
total
Jumlah kerugian 5.760.313 11.681.663 19.259.632 13.384.861 1.815.025.000
(Rp)
Sumber data: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2023

b. Jumlah Demonstrasi

Demonstrasi ("demo") atau unjuk rasa adalah sebuah gerakan protes

yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum. Unjuk rasa biasanya

dilakukan untuk menyatakan pendapat kelompok tersebut atau penentang

kebijakan yang dilaksanakan suatu pihak atau dapat pula dilakukan sebagai

sebuah upaya penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Unjuk rasa

umumnya dilakukan oleh kelompok mahasiswa dan orang-orang yang tidak

setuju dengan pemerintah dan yang menentang kebijakan pemerintah, atau para

buruh yang tidak puas dengan perlakuan majikannya. Namun unjuk rasa juga

dilakukan oleh kelompok-kelompok lainnya dengan tujuan lainnya. Unjuk rasa

kadang dapat menyebabkan pengrusakan terhadap benda-benda. Hal ini dapat

terjadi akibat keinginan menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa yang

berlebihan.

Demonstrasi di Kabupaten Kulon Progo didominasi oleh demonstrasi

ekonomi. Salah satu permasalahan diantaranya adalah berkaitan dengan

pembangunan bandara di Kapanewon Temon. Demonstrasi pada Tahun 2021

310
terjadi pada kategori demontrasi politik yaitu tentang penegakan HAM Kasus

Munir, dan demonstrasi ekonomi yaitu terkait penambangan pasir besi. Kejadian

demo di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2018-2022 bisa dilihat pada tabel

berikut ini.

Jumlah Demo Tahun 2017-2022

No. Uraian 2017 2018 2019 2020 2021 2022


1 Demonstrasi politik 0 0 1 0 1 0
2 Demonstrasi ekonomi 23 7 5 1 1 1
3 Demonstrasi mogok 0 0 0 0 0 0
kerja
4 Demonstrasi agama 2 0 2 0 0 0
Jumlah 25 7 8 1 2 1
Sumber data: BPS Kabupaten Kulon Progo, 2023

2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset yang sangat krusial dalam

proses pembangunan suatu wilayah, karena memiliki peran sentral dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara umum. SDM yang berkualitas,

tangguh, mandiri, dan memiliki kualitas baik baik secara fisik maupun mental,

memiliki potensi untuk menjadi modal berharga dalam mengelola sumber daya yang

ada, mengoptimalkan potensi yang dimiliki, dan mengatasi berbagai tantangan

pembangunan yang dihadapi.

Pembangunan SDM di Kulon Progo memiliki arah yang bertujuan untuk

mempersiapkan SDM yang memiliki keterampilan, inovasi, kompetitivitas, dan

disiplin. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan laju pembangunan di

daerah tersebut. Indikator yang dapat menggambarkan perkembangan

pembangunan SDM dapat tercermin dalam tingkat ketergantungan penduduk di

suatu wilayah. Ketergantungan penduduk dapat mencerminkan seberapa besar andil

penduduk yang produktif dalam mendukung pembangunan dan seberapa besar

beban yang harus dipikul oleh populasi yang tidak produktif.

Dengan memfokuskan pada pengembangan SDM yang unggul, Kulon Progo

berupaya untuk menciptakan masyarakat yang lebih mampu mengambil peran aktif
311
dalam pembangunan wilayah, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang

berkelanjutan, dan menjawab tantangan yang muncul. Meningkatkan kualitas SDM

melalui pendidikan, pelatihan, kesehatan, dan pengembangan kemampuan

merupakan langkah penting dalam memajukan suatu daerah.

Tingkat ketergantungan penduduk yang mengalami penurunan dari

tahun ke tahun menunjukkan adanya tren positif dalam komposisi usia penduduk.

Meskipun demikian, meskipun telah mengalami penurunan, Kabupaten Kulon Progo

masih membutuhkan waktu yang relatif lama untuk mencapai kondisi bonus

demografi.

Bonus demografi mengacu pada situasi dimana proporsi penduduk usia

produktif dalam suatu wilayah relatif tinggi dalam evolusi kependudukan. Secara

umum, kondisi ini terwujud ketika angka ketergantungan penduduk (yang terdiri dari

penduduk usia tidak produktif seperti anak-anak dan lansia) berada di bawah 50

persen. Pada tahun 2022, angka ketergantungan di Kabupaten Kulon Progo

mencapai 49,44 persen, mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang

sebesar 49,21 persen.

Artinya, secara rata-rata setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten

Kulon Progo harus menanggung sekitar 49 orang penduduk usia tidak produktif.

Namun, perlu diperhatikan bahwa angka ini diasumsikan berdasarkan asumsi bahwa

setiap penduduk usia 15-64 tahun benar-benar dapat berkontribusi secara produktif

secara ekonomi. Jika sebagian usia produktif tidak dapat diberdayakan secara

ekonomi dan menghadapi pengangguran, maka kondisi tersebut bisa menimbulkan

permasalahan seperti kesenjangan sosial dan kerawanan sosial dalam masyarakat.

Upaya untuk mengoptimalkan potensi usia produktif menjadi salah satu fokus

penting dalam pembangunan untuk mencapai bonus demografi yang lebih optimal.

312
BAB III PROYEKSI DEMOGRAFI & KEBUTUHAN
SARANAPRASARANA
3.1. Demografi

Perencanaan pembangunan harus disusun dengan mempertimbangkan data

dan informasi terkini mengenai jumlah penduduk serta estimasinya di masa

mendatang. Informasi ini menjadi dasar untuk mengevaluasi kemajuan pembangunan

yang telah terjadi dan merumuskan kebijakan pembangunan di masa depan. Selain

jumlah penduduk, penting juga untuk memperhitungkan faktor-faktor demografis

seperti distribusi usia penduduk, sex ratio, angka ketergantungan, dan kepadatan

penduduk. Data-data ini sangat berperan dalam merancang perencanaan

pembangunan yang presisi. Informasi semacam ini dapat diperoleh melalui

perhitungan proyeksi penduduk. Untuk keperluan proyeksi, dilakukan pergeseran

penduduk dasar dari hasil SP2020 ke pertengahan tahun 2020.

Tabel Proyeksi Penduduk Kabupaten Kulon Progo menurut Kelompok Umur, 2020-

2045 (ribu jiwa)

Umur 2020 2025 2030 2035 2040 2045


(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
0—4 29,10 28,93 27,57 27,66 26,87 25,80
5—9 29,18 29,31 29,14 27,78 26,68 25,43
10—14 30,35 29,36 29,50 29,33 28,86 28,24
15—19 30,85 30,54 29,55 29,68 28,27 27,15
20—24 30,81 31,24 30,91 29,89 28,91 27,78

313
Umur 2020 2025 2030 2035 2040 2045
25—29 30,64 31,29 31,69 31,32 31,25 31,02
30—34 29,67 30,90 31,56 31,93 32,43 32,78
35—39 29,73 29,84 31,09 31,75 32,30 32,69
40—44 30,38 29,93 30,05 31,30 31,78 31,53
45—49 29,39 30,41 29,97 30,09 29,96 29,67
50—54 29,86 29,10 30,12 29,70 29,43 29,01
55—59 27,46 29,14 28,42 29,44 29,50 29,42
60—64 23,52 26,30 27,94 27,29 28,41 29,40
65—69 19,05 21,74 24,39 25,97 28,25 30,38
70—74 15,08 16,53 18,97 21,41 23,71 25,93
75 + 20,58 22,90 25,83 29,85 33,47 36,62
Total 435,64 447,46 456,68 464,39 469,89 473,08

Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, diperkirakan jumlah penduduk di

Kabupaten Kulon Progo pada akhir periode RPJPD (2045) mencapai angka 473,08

ribu jiwa yang terdiri atas 233,08 ribu jiwa penduduk laki-laki dan 240,01 ribu jiwa

perempuan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Kulon Progo terus meningkat akibat

dari terus meningkatnya jumlah penduduk dan terbatasnya luas wilayah. Pada tahun

2045, diproyeksikan kepadatan penduduk Kabupaten Kulon Progo adalah sebesar

807 jiwa per km2.

Tabel Kondisi demografi hasil proyeksi penduduk Kabupaten Kulon Progo, 2020-

2045

2020 2025 2030 2035 2040 2045


Penduduk
Laki-laki (ribu) 215,80 221,59 225,95 229,53 231,92 233,08
Perempuan (ribu) 219,85 225,87 230,73 234,86 237,97 240,01
Total (ribu) 435,64 447,46 456,68 464,39 469,89 473,08
Sex Ratio (%) 98,16 98,10 97,93 97,73 97,46 97,11
Kepadatan penduduk 743 763 779 792 801 807
(jiwa/km2)
Komposisi penduduk (%)
0—14 20,34 19,58 18,88 18,25 17,53 16,81
15—64 67,10 66,75 65,97 65,12 64,29 63,54
65+ 12,56 13,67 15,15 16,63 18,17 19,65
Dependency ratio (%) 49,04 49,81 51,58 53,57 55,53 57,38

314
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

480,00 0,60
473,08
469,89
470,00 464,39 0,50
0,54
460,00 456,68
0,40
450,00 447,46 0,41
0,30
0,34
440,00 435,64
0,20
430,00 0,24

420,00 0,10
0,14

410,00 0,00
2020 2025 2030 2035 2040 2045

Jumlah penduduk (ribu jiwa) laju pertumbuhan penduduk (%)

Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2020-

2045

Jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2020 adalah sebesar

435,64 ribu jiwa. Jumlah penduduk diperkirakan bertambah sebanyak 37,44 ribu

jiwa, sehingga menjadi sebanyak 473,08 ribu jiwa pada tahun 2045. Meskipun

jumlah penduduknya terus bertambah, tetapi laju pertumbahan penduduk di

Kabupaten Kulon Progo terus melemah. Adapun rata-rata laju pertumbuhan

penduduk tahun 2020-2045 sebesar 0,33% per tahunnya.

Komposisi Umur Penduduk

315
2045 16,81 63,54 19,65

2040 17,53 64,29 18,17

2035 18,25 65,12 16,63

2030 18,88 65,97 15,15

2025 19,58 66,75 13,67

2020 20,34 67,10 12,56

0% 20% 40% 60% 80% 100%

0—14 Tahun 15—64 Tahun 65+ Tahun

Grafik Proyeksi Proporsi Penduduk menurut Kelompok Umur Tahun 2020-2045

Proporsi penduduk usia 0-14 tahun di Kabupaten Kulon Progo diproyeksikan

menurun dari 20,34% pada tahun 2020, menjadi 16,81% pada tahun 2045. Tren

penurunan juga terdapat pada proporsi penduduk usia 15-64 tahun dari 67,10%

menjadi 63,54% pada periode waktu yang sama. Di sisi lain, terdapat peningkatan

proporsi penduduk usia 65 tahun ke atas, yang sebelumnya sebesar 12,56% menjadi

19,65%.

Dependency Ratio (Rasio Ketergantungan Penduduk)

60,00
57,38
58,00
55,53
56,00
53,57
54,00
51,58
52,00
49,81
50,00 49,04

48,00

46,00

44,00
2020 2025 2030 2035 2040 2045

316
Grafik Proyeksi Dependency Ratio Tahun 2020-2045

Pada tahun 2045, rasio ketergantungan penduduk Kabupaten Kulon Progo

diproyeksikan meningkat menjadi 57,38% pada tahun 2045 dari sebesar 49,04%

pada tahun 2020. Hal ini berarti setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun)

menanggung sekitar 57 penduduk usia nonproduktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke

atas). Di mana semakin tinggi persentase rasio ketergantungan menunjukkan

semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk usia produktif terhadap

penduduk usia nonproduktif. Dari data tersebut juga diketahui bahwa mulai tahun

2030, Kabupaten Kulon Progo sudah kehilangan bonus demografi (proporsi

penduduk usia produktif dua kali lipat dari penduduk usia nonproduktif atau nilai rasio

ketergantungannya kurang dari sama dengan 50%).

Sex Ratio (Rasio Jenis Kelamin)

98,40
98,16
98,20 98,10
97,93
98,00
97,73
97,80

97,60 97,46
97,40

97,20 97,11

97,00

96,80

96,60

96,40
2020 2025 2030 2035 2040 2045

Grafik Proyeksi Sex Ratio Tahun 2020-2045

Pada tahun 2045, rasio jenis kelamin penduduk Kulon Progo sebesar 97,11.

Artinya, terdapat sekitar 97 penduduk laki-laki untuk setiap 100 penduduk

perempuan. Rasio jenis kelamin semakin menurun pada periode 2020-2045 yang

317
menunjukkan bahwa pertambahan jumlah penduduk Perempuan melebihi

pertambahan jumlah penduduk laki-laki.

3.2. Kebutuhan Sarana dan Prasarana Dasar

Kebutuhan sarana dan prasarana dasar digunakan dalam rangka untuk

mewujudkan pembangunan kewilayahan di Kabupaten Kulon Progo yang merata dan

berkeadilan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu,

proyeksi sarana dan prasarana juga digunakan untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat Kabupaten Kulon Progo menjadi lebih baik. Pemenuhan kebutuhan dasar

dilakukan dengan melihat proyeksi jumlah penduduk dan kriteria cakupan pelayanan

berdasarkan Standar Nasional Indonesia.

Kebutuhan Dasar Sarana dan


Prasarana
Satuan 2025 2030 2035 2040 2045
Kebutuhan
Sarana
Dasar
Rumah/tempat Kebutuhan Rumah Unit 158352 163872 169585 175497 181615
tinggal dan
permukiman
Air Kebutuhan Air Bersih Debit/Air 31322 31968 32507 32892 33116
(debit/hari)
Persampahan Tempat Pembuangan Unit 2 2 2 2 2
Akhir
Kesehatan Posyandu Unit 959 959 959 959 959
Balai Pengobatan Unit 16 16 16 16 16
dan Rumah Bersalin
Puskesmas Unit 63 63 63 63 63
Pembantu dan Balai
Pengobatan
Lingkungan
Puskesmas dan Balai Unit 21 21 21 21 21
Pengobatan
Apotek/Rumah Obat Unit 67 67 67 67 67
Pendidikan TK Unit 358 365 372 376 378
SD/MI Unit 368 368 368 368 368
SMP/MTs Unit 93 95 97 98 99
SMA/MA/SMK Unit 93 95 97 98 99
Teknologi Kebutuhan BTS
Informasi Telekomuikasi
Pasar Pasar Unit 27 27 27 27 27
Prasarana ibadah Masjid Unit 1241 1241 1241 1241 1241
Mushola Unit 1790 1827 1858 1880 1892
Gereja Protestan Unit 20 20 20 20 20

318
Kebutuhan Dasar Sarana dan
Prasarana
Satuan 2025 2030 2035 2040 2045
Kebutuhan
Sarana
Dasar
Gereja Katholik Unit 12 12 12 12 12
Vihara Unit 12 12 12 12 12
Ruang Publik Taman Unit 4 4 4 4 4

Kebutuhan rumah di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2022 menjadi salah satu

fasilitas dasar yang belum terpenuhi. Kebutuhan rumah kedepannya akan semakin

meningkat selaras dengan pertumbuhan penduduk. Perhitungan kebutuhan rumah

sendiri dihitung melalui defisit rumah mulai 2022 dan ditambah dengan selisih

proyeksi jumlah keluarga yang semakin tahun akan semakin meningkat.

Kebutuhan dasar air bersih dihitung menggunakan perbandingan jumlah penduduk

yang semakin meningkat dengan kebutuhan air bersih manusia dalam satu hari, yaitu

sebanyak 70 liter/orang/hari. Berdasarkan hasil proyeksi laju peningkatan kebutuhan

air semakin turun sesuai dengan laju pertumbuhan penduduk.

Saat ini Kabupaten Kulon Progo sudah memiliki fasilitas persampahan sudah sesuai

dengan kebutuhan yang tetapkan oleh standar nasional Indonesia dengan jumlah

dua tempat pembuangan akhir. Hanya saja sistem pengelolaan pada tempat

pembuangan akhir yang belum baik sehingga perlunya peningkatan kualitas

pengelolaan persampahan yang baik.

Pada kebutuhan dasar kesehatan terdapat sarana kesehatan berupa posyandu, balai

pengobatan dan rumah, puskesmas pembantu dan balai pengobatan lingkungan,

puskesmas dan balai pengobatan, serta apotek/rumah obat. Kabupaten Kulon Progo

sudah memenuhi standar nasional Indonesia pada kebutuhan sarana kesehatan

hingga tahun 2045. Dengan begitu, Kabupaten Kulon Progo kedepannya cukup

meningkatkan pelayanan pada masing-masing sarana fasilitas kesehatan.

Selanjutnya adalah sarana kebutuhan dasar mengenai pendidikan antara lain Taman

Kanak-Kanak, Sekolah Dasar/ Madrasah ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/


319
Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/

Madrasah Aliyah. Kebuuhan mengenai TK dan SD/MTs Kabupaten Kulon Progo

sudah sesuai memenuhi SNI hingga tahun 2045. Sedangkan, SMP/MTs dan

SMA/SMK/MA masih diperlukan adanya unit sekolah baru sesuai dengan

pertambahan jumlah penduduk yaitu pada tahun 2025, 2030, 2035, 2040, dan 2045.

Untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat Kabupaten Kulon Progo maka

dibutuhkan sarana berupa pasar. Dalam hal ini, pasar yang dimiliki Kabupaten Kulon

Progo saat ini sudah memenuhi strandar nasional Indonesai sehingga hanya

dibutuhkan pelayanan pasar yang lebih baik.

Selanjutnya dalam hal prasarana ibadah terdapat lima sarana peribadahan berupa

masjid, mushola, gereja proestan, Gereja Katholik, dan Pura. Kebutuhan masjid pada

tingkat kecamatan di Kabupaten Kulon Progo sudah memenuhi standar nasional

Indonesia sehingga tidak dibuhtukan lagi penambahan unit masjid. Lalu untuk

kebutuhan mushola masih dibutuhkan penambhan unit, karena berdasarkan standar

nasional Indonesia 1 mushola dapat menjangkau 250 jiwa penduduk. Selanjutnya,

kebutuhan peribadatan lain yaitu gereja protestan sudah memenuhi strandar SNI

yaitu 20 unit. Kebutuhan peribadat gereja katholik dan vihara di kabupaten Kulon

Proga masih dibutuhkan unit baru sesuai dengan jumlah kecamatan di Kabupaten

Kulon Progo yaitu menjadi 12 unit.

Ruang publik merupaka hal yang penting di suatu daerah untuk meningkatkan kohesi

sosial, kesehatan, kebahagian dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu dapat

dimanfaatkan sebagai sarana pendorong pembangunan ekonomi lokal dan investasi.

Di Kabupaten Kulon Progo dibutuhkan empat lokasi taman yang dapat di jangkau

oleh masyarakat.

320
BAB IV INDIKASI KINERJA RTRW & RENCANA SEKTORAL
DALAM DOKRENDA
4.1. Indikasi Kinerja RTRW

Sinergi, integrasi, sinkronisasi dan harmonisasi/penyelarasan antara RTRW

dengan RPJPD harus dilakukan. Sehingga penting untuk menelaah dokumen RTRW

yang berlaku di Kabupaten Kulon Progo sebagai acuan untuk penyusunan RPJPD.

Kabupaten Kulon Progo telah menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

Kulon Progo Tahun 2023 – 2043. RTRW Kabupaten Kulon Progo 2023 - 2043

memiliki tujuan penataan ruang wilayah untuk mewujudkan pembangunan daerah

yang bertumpu pada sektor pertanian dan pariwisata dengan didukung bahari,

kebudayaan, pertambangan, perdagangan jasa, dan industri secara terpadu dan

berkelanjutan berbasis mitigasi bencana dan prinsip pelestarian lingkungan hidup.

Dalam RTRW Kabupaten Kulon Progo tertulis kebijakan dan strategi penataan ruang

Tabel 2. 5 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Kulon Progo Menurut RTRW
Kabupaten Kulon Progo Tahun 2023-2043

321
Kebijakan Strategi Penataan Ruang

Penyedia a. mengembangkan jaringan jalan dan transportasi perdesaan

an aksesibilitas untuk aksesiblitas perdesaan;

dan jaringan b. mengembangkan kawasan strategis bandar udara

infrastruktur internasional sebagai simpul Antar-Moda terpadu;

transportasi yang c. mengintegrasikan berbagai moda transportasi;

memadai; d. mengembangkan konsep Transit Oriented Development

(TOD) pada simpul angkutan umum massal;

e. mengembangkan fasilitas parkir;

f. membangun sistem angkutan umum masal sebagai tulang

punggung transportasi;

g. mengembangkan jaringan jalan dan transportasi

yangmenghubungkan PSN Bandar Udara Internasional dengan

KSPN Borobudur dan kawasan lainnya; dan

h. mengintegrasikan jaringan rel kereta api dengan jaringan jalan

dan udara, baik dalam hal perangkutan orang maupun barang

Penguatan dan a. menyediakan ruang untuk pembangunan perguruan tinggi dan

penyiapan fasilitas pendidikan;

sumber daya b. menyediakan ruang publik untuk warga berkumpul dan

manusia; berkelompok dalam pemberdayaan;

c. menyediakan ruang untuk pengembangan ketrampilan melalui

pendidikan dan pelatihan; dan

d. menyediakan ruang untuk pengembangan sarana prasarana

yang mendukung penyehatan masyarakat.

322
Pengembangan a. menyusun dan mengimplementasikan sistem agropolitan dan

sektor pertanian minapolitan dalam konteks hulu hingga hilir;

dan pariwisata b. mengendalikan alih fungsi lahan pertanian;

sebagai prioritas; c. menyediakan ruang/kawasan untuk sentra komoditas

pertanian berdasarkan indikasi geografis;

d. menyediakan ruang untuk pengembangan kegiatanpariwisata

berbasis masyarakat;

e. pengembangan pariwisata alam, buatan, dan budaya;

f. menyediakan ruang untuk penelitian sektor pertanian dan

pariwisata;

g. mengembangkan aksesibilitas kawasan wisata;

h. mengembangkan promosi dan informasi wisata; dan

i. menyediakan ruang untuk pengembangan fasilitas pendukung

wisata.

Pengembangan a. penyediaan ruang untuk pengembangan kawasan industri

sektor bahari perikanan;

melalui b. pemantapan kelompok nelayan melalui kewirausahaan di

penguatan bidang pengolahan hasil perikanan;

kelembagaan, c. pengembangan tempat pelelangan ikan sebagai pendukung

dan peningkatan pariwisata; dan

sarana prasarana; d. pengembangan wisata bahari.

Penyediaan akses a. membuka konektivitas terhadap permukiman di Perbukitan

dan infrastruktur Menoreh dengan tetap mengendalikan pertumbuhan

serta prasarana permukiman;

pada wilayah- b. mengembangkan transportasi umum untuk menghubungkan

wilayah kurang pusat-pusat perekonomian dengan kawasan-kawasan kurang

terjangkau; terjangkau yang memiliki potensi pengembangan; dan

323
c. melakukan penataan dan pengembangan saranan dan

prasarana di kawasan perdesaan.

Pengembangan a. menyediakan ruang untuk pertambangandengan konsep

pertambangan pertambangan berkelanjutan (sustainability mining);

yang b. mengendalikan proses pertambangan; dan

berkelanjutan; c. mengembangkan prasarana dan sarana pendukung aktivitas

pertambangan

Pengembangan a. menyediakan ruang untuk kegiatan industri berbahan baku

industri berbahan lokal;

baku setempat; b. mengelompokkan industri sejenis pada sebuah kawasan

melalui sentra-sentra industri;

c. mengembangkan konteks hulu dan hilir industri;

d. menyediakan ruang untuk pengembangan industri-industri

kecil; dan

e. menyediakan ruang sebagai etalase industri berbahan baku

lokal untuk menarik investasi.

Pengembangan a. mengembangkan fungsi kota tani utama dalam konstelasi

pusat-pusat agropolitan;

kegiatan yang b. mengembangkan fungsi kota mina utama dalam konstelasi

menyinergikan minapolitan;

kawasan c. mengembangkan perdagangan komoditas perdesaan; dan

perkotaan dan d. mengembangkan pusat-pusat perdagangan dan promosi

perdesaan; produk dan industri unggulan setempat di simpul-simpul

pergerakan regional.

324
Perlindungan dan a. menetapkan kawasan lindung;

pelestarian alam; b. mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan lindung;

c. melindungi habitat-habitat flora dan fauna endemik Kulon

Progo;

d. menyusun rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup; dan

e. pemenuhan luas minimal ruang terbuka hijau di kawasan

perkotaan.

Perlindungan dan a. menetapkan kawasan cagar budaya;

pelestarian b. mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan cagar budaya;

budaya; c. mengendalikan pemanfaatan ruang di kawasan strategis

budaya;

d. mendorong penggunaan langgam arsitektur warisan budaya

jawa sebagai ciri khas bangunan daerah; dan

e. menyediakan ruang untuk pelestarian seni dan budaya

sebagai nilai-nilai luhur warisan budaya.

Peningkatan a. identifikasi kawasan rawan bencana;

upaya mitigasi b. pengembangan sistem peringatan dini kebencanaan;

bencana secara c. mengembangkan jalur evakuasi bencana;

terpadu dan d. penyediaan ruang untuk evakuasi bencana; dan

berkelanjutan; e. pemanfaatan ruang yang memperhatikan aspek kebencanaan

Pemantapan a. penyediaan ruang untuk pembangunan insfrastruktur meliputi:

kawasan aksesibilitas transportasi penghubung PSN Bandar Udara

pendukung Internasional dengan KSPN Borobudur, pelayanan

Program kebandarudaraan, dan fasilitas lain;

Strategis b. penyediaan ruang untuk pengembangan aksesbilitas menuju

Nasional (PSN) kawasan strategis PSN Bandar Udara Internasional dan KSPN

Bandar Udara Borobudur;

325
Internasional dan c. penyediaan ruang untuk kegiatan pengembangan

Kawasan perekonomian lokal, nasional dan internasional kawasan

Strategis strategis dari sudut kepentingan sosial budaya; dan

Pariwisata d. penyediaan ruang untuk kegiatan perdagangan dan jasa

Nasional (KSPN)

Borobudur;

Pemantapan a. mengendalikan pembangunan di sekitar kawasan strategis

kawasan pertahanan dan keamanan;

pendukung b. menyediakan jalur-jalur khusus untuk kegiatan pertahanan

pertahanan dan dan keamanan; dan

keamanan; c. mendukung kegiatan pertahanan dan keamanan.

Pemantapan a. memantapkan infrastruktur energi dan penyediaan energi

pelayanan alternatif;

infrastruktur dan b. memantapkan infrastruktur telematika dalam mendukung

jaringan perwujudan kota cerdas (smart city);

prasarana c. memantapkan jaringan pergerakan dan perangkutan

wilayah; dan perdesaan, perkotaan dan regional;

d. memantapkan dan melestarikan jaringan sumber daya air; dan

e. memantapkan jaringan prasarana lainnya

Perwujudan a. menyusun rencanarinci tata ruang dan peraturan zonasinya;

perijinan dan b. mengembangkan sistem dan prosedur perizinan; dan

pengendalian c. melaksanakan pengawasan dan pengendalian pemanfaatan

pemanfaatan ruang.

ruang yang

praktis dan

sinergis.

326
Dalam RTRW Kabupaten Kulon Progo meliputi rencana struktur ruang

kabupaten yang mengatur tentang sistem pusat permukiman (sistem

perkotaan dan pedesaan) yang meliputi pengembangan dan pemantapan

PKL menuju PKW di Perkotaan Temon-Wates; Pengembangan dan

pemantapan PKL; Pemantapan fungsi pengembangan PPK; Pemantapan

fungsi pengembangan PPL; dan pengembangan desa pusat pertumbuhan.

Struktur ruang juga meliputi rencana sistem jaringan prasarana yang

meliputi transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan

prasarana lainnya seperti prasarana pengelolaan limbah.

Sedangkan rencana pola ruang mengatur tentang kawasan lindung dan

kawasan budidaya di Kabupaten Kulon Progo. Kawasan ini meliputi

kawasan badan air, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap

kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan

konservasi, kawasan lindung geologi, kawasan cagar budaya, dan

kawasan ekosistem mangrove. Sedangnkan kawasan budidaya meliputi

awasan hutan produksi, kawasan perkebunan rakyat, kawasan pertanian,

kawasan perikanan, kawasan pertambangan dan energi, kawasan

peruntukan industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman, kawasan

transportasi, dan kawasan pertahanan dan keamanan.

327
328
Kinerja Wajib Sesuai RTRW Tahapan
No Target Lokasi Keterangan
Kinerja Utama Kinerja Operasional 1 2 3 4

A. Terwujudnya Struktur Ruang


Terwujudnya Terwujudnya Sistem Berkembangnya PKL menjadi PKW v Perkotaan, Temon - Wates, PKL, PPK, Brosot, Sentolo, v v v v
Pusat Kegiatan Perkotaan Dekso, Nanggulan
Berkembangnya PKL v Perkotaan , Temon - Wates, PKL, PPK, Samigaluh, v v v v
Kalibawang, Girimulyo, Kokap, Pengasih. Brosot,
Nanggulan, Perkotaan Dekso
Terwujudnya fungsi PPK: v Seluruh PPK v v v v
Terwujudnya Sistem Terwujudnya fungsi Berkembangnya PPL v Seluruh PPL v v v v
Perdesaan
Berkembangnya Desa Pusat Pertumbuhan (DPP) : v Permukiman Perdesaan Perbukitan Menoreh di v v v v
Kecamatan Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Pengasih,
Panjatan, Galur
Terwujudnya Terwujudnya Sistem Terwujudnya Sistem Jaringan Jalan v Perkotaan Wates, Seluruh Kecamatan v v v v
Sistem Jaringan Jaringan Transportasi
Terwujudnya Sistem Jaringan Perkeretaapian v Kecamatan Temon, Wates, Pengasih, Sentolo, v v v v
Prasarana
Panjatan,Galur
Terwujudnya Sistem Jaringan Transportasi Udara v Kecamatan Temon v v v v
Terwujudnya Sistem Terwujudnya jaringan infrastruktur minyak dan gas v Kec. Temon, Wates, Pengasih, Sentolo, dan Seluruh v v v v
Jaringan Energi bumi; Kecamatan
Terwujudnya jaringan infrastruktur ketenagalistrikan v 12 Kecamatan belum terjangkau, Kecamatan v v v v
Samigaluh,Kalibawang, Kokap, Sentolo, Temon, Wates,
Waduk Sermo
Terwujudnya Sistem Terwujudnya Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku, v Kecamatan Kalibawang, Sentolo, Samigaluh, Girimulyo, v v v v
Jaringan Sumber Waduk Sermo (Kokap), Pengasih, Lendah
Daya Air
Program Berkembangnya dan Pengelolaan Jaringan v 12 Kecamatan v v v v
Irigasi, Rawa dan Jaringan Pengairan Lainnya
Program Berkembangnya, Pengelolaan, dan Konservasi v 12 Kecamatan v v v v
Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya
Berkembangnya sarana dan prasarana pengendali v 12 Kecamatan v v v v
banjir
Terwujudnya Sistem Berkembangnya jaringan tetap dan infrastruktur v Seluruh wilayah Kab. Kulon Progo v v v v
Jaringan jaringan tetap
Telekomunikasi
Berkembangnya jaringan bergerak seluler v Seluruh wilayah Kab. Kulon Progo v v v v

329
Kinerja Wajib Sesuai RTRW Tahapan
No Target Lokasi Keterangan
Kinerja Utama Kinerja Operasional 1 2 3 4

Terwujudnya Sistem Terwujudnya Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM); v v v v v


Prasarana Lainnya
Terwujudnya Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL); v v v v v
Terwujudnya Sistem Jaringan Persampahan; v Seluruh ibukota kecamatan, Banyuroto Kec. Nanggulan, v v v v
Hargomulyo Kec. Kokap, Perkotaan Temon, Perkotaan
Wates, Perkotaan Sentolo
Terwujudnya Sistem jaringan evakuasi bencana; dan v Seluruh Kecamatan v v v v
Terwujudnya Sistem drainase. v Perkotaan dan pedesaan v v v v
B. Terwujudnya Pola Ruang
Terwujudnya Terwujudnya Terwujudnya Kawasan Hutan Lindung 254,9 Ha Desa Hargowilis (Kec. Kokap), Karangsari, Sendangsari v v v v
Kawasan Lindung Kawasan Lindung (Kec. Pengasih
Kabupaten
Terwujudnya kawasan yang memberikan perlindungan v Kecamatan Kokap, Samigaluh, Girimulyo, Kalibawang, v v v v
bagi kawasan di bawahannya Pengasih, Nanggulan, Sentolo, Galur, Panjatan, Lendah,
Wates, dan Temon
Terwujudnya Kawasan Perlindungan Setempat 5893 Ha Seluruh kecamatan Kawasan wind barrier sepanjang v v v v
pantai selatan, habitat pendaratan penyu , sekitar
waduk, sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan
perkotaan
Terwujudnya Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam v Kecamatan Kokap, Galur, Panjatan, Temon, Pengasih v v v v
dan Cagar Budaya
Terwujudnya Kawasan Rawan Bencana v Kalibawang, Nang gulan, Temon, Wates, Galur, v v v v
Panjatan dan Seluruh Kecamatan
Terwujudnya Kawasan Lindung Geologi v Seluruh Kecamatan v v v v
Terwujudnya Terwujudnya Kawasan Peruntukan Hutan Produksi dan 18126,12 12 Kecamatan v v v v
Kawasan Budidaya Hutan Rakyat Ha
Kabupaten
Terwujudnya Kawasan Peruntukan Pertanian 40326 Ha 12 Kecamatan v v v v
Terwujudnya Kawasan Peruntukan Perikanan v Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur, Nanggulan, v v v v
12 Kecamatan
Terwujudnya Kawasan Peruntukan Pertambangan v Tersebar di 12 Kecamatan v v v v
Terwujudnya Kawasan Peruntukan Industri v Kecamatan Sentolo, Nanggulan, Temon v v v v
Terwujudnya Kawasan Peruntukan Pariwisata v 12 Kecamatan v v v v

330
Kinerja Wajib Sesuai RTRW Tahapan
No Target Lokasi Keterangan
Kinerja Utama Kinerja Operasional 1 2 3 4

Terwujudnya Kawasan Peruntukan Permukiman v 12 Kecamatan v v v v


Terwujudnya Kawasan Perdagangan, Jasa v 12 Kecamatan v v v v
Terwujudnya kawasan Agropolitan v KecamatanKalibawang,Nanggulan,Girimulyo,Samigaluh v v v v
Terwujudnya Kawasan Minapolitan 7160 Ha Kecamatan Wates, Temon, Panjatan, Galur, Nanggulan v v v v
C. Terwujudnya Kawasan Strategis
Terwujudnya Terwujudnya Terwujudnya Kawasan Strategis Ekonomi v Kec. Galur, Lendah, Sentolo dan Temon v v v v
Kawasan Straregis Kawasan Strategis
Terwujudnya Kawasan Strategis Pendayagunaan v Kec. Galur, Lendah, Sentolo dan Temon v v v v
Kabupaten
Sumber Daya Alam Dan Teknologi Tinggi
Terwujudnya kawasan strategis fungsi dan daya 2 Ha Pantai Bugel Kec. Panjatan s.d. Pantai Trisik Kec. Galur., v v v v
dukung Kecamatan Panjatan, Galur, Girimulyo, Samigaluh,
lingkungan Temon

Terwujudnya kawasan strategis kepentingan sosial v Kecamatan Temon v v v v


budaya

Sumber : Bappeda Kabupaten Kulon Progo, 2023

331
4.2. Indikasi Kinerja Rencana Sektoral Lainnya

4.2.1. Dokumen Rencana Penanggulangan Kemiskinan Daerah Kabupaten Kulon

Progo Tahun 2023-2025

Penanggulangan kemiskinan masih terus menjadi isu penting di Kabupaten

Kulon Progo. Sejak tahun 2007, sebagaimana termuat dalam Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kulon Progo tahun

2005-2025, cita-cita penurunan angka kemiskinan, peningkatan kesejahteraan, dan

pembangunan yang merata dan berkeadilan sudah menjadi tujuan strategis

Kabupaten Kulon Progo. Rencana jangka panjang tersebut juga selalu dijabarkan ke

dalam target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan

rencana tahunan dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Dari sisi target,

penurunan angka kemiskinan yang diinginkan pemerintah Kabupaten Kulon Progo

hingga tahun 2025, sebagaimana tercantum dalam RPJPD, cukup besar, yaitu tidak

lebih dari 5 persen penduduk di Kulon Progo.

Dalam rangka melanjutkan agenda penanggulangan kemiskinan, Kabupaten

Kulon Progo akan menyusun dokumen Rencana Penanggulangan Kemiskinan

Daerah (RPKD) periode tahun 2022-2027. Penyusunan dokumen RPKD dilakukan

untuk menjadi panduan pemerintah Kabupaten Kulon Progo dalam menyusun

program, anggaran hingga strategi penanggulangan kemiskinan. Lebih jauh,

dokumen RPKD merupakan mandat dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53

Tahun 2020 tentang Tata Kerja dan Penyelarasan Kerja, serta Pembinaan

Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan Provinsi dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan

Kabupaten/Kota, Gubernur, Bupati dan Wali kota. Adapun internalisasi program

kegiatan dokumen RPKD ke dalam RPJP dapat dilihat pada tabel berikut.

332
Tabel 4. 1 Internalisasi Dokumen RPKD ke dalam RPJPD Kabupaten Kulon Progo
Sasaran Penerima Target Tahapan
No Program/Kegiatan Sub-Kegiatan Keterangan
Manfaat 1 2 3 4
Program Pendidikan Dan Latihan Perkoperasian
Fasilitasi Usaha Mikro Menjadi
Pendidikan dan Pelatihan
Usaha Kecil dalam Pengembangan
1 SDM Usaha Mikro dalam Dinas Koperasi
Produksi dan Pengolahan, UMKM 100 orang V
1 (Satu) Daerah dan UKM
Pemasaran, SDM, serta Desain dan
Kabupaten/Kota
Teknologi
Program Pengembangan UMKM
Fasilitasi Usaha Mikro Menjadi
Pengembangan Usaha
Usaha Kecil dalam Pengembangan Masyarakat
2 Mikro dengan Orientasi 250 Unit Dinas Koperasi
Produksi dan Pengolahan, Umum, dan V
Peningkatan Skala Usaha Usaha dan UKM
Pemasaran, SDM, serta Desain dan UMKM
Menjadi Usaha Kecil
Teknologi
Program Pemberdayaan Usaha Menengah, Usaha Kecil, dan Usaha Mikro (UMKM)
Program Pemberdayaa n Pemberdayaan Kelembagaan
Kelompok
3 Usaha Menengah, Usaha Potensi dan Pengembangan Usaha 160 Unit Dinas Koperasi
masyarakat V
Kecil, dan Usaha Mikro Mikro (Bimbingan dan Usaha dan UKM
miskin produktif
(UMKM) pendampingan)
Program Pengelolaan perikanan Tangkap
Pemberdayaan Nelayan
4 Pengembangan Kapasitas Nelayan 100 Dinas Kelautan
Kecil dalam Daerah Nelayan Kecil V
Kecil Kelompok dan Perikanan
Kabupaten/Kota
Program Pengelolaan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Pembinaan Mutu dan
Keamanan Hasil Pelaksanaan Bimbingan dan
Pelaku Usaha
5 Perikanan Bagi Usaha Penerapan Persyaratan atau Standar 180 Pelaku Dinas Kelautan
Perikanan Skala V
Pengolahan dan pada Usaha Pengolahan dan Usaha dan Perikanan
Mikro dan Kecil
Pemasaran Skala Mikro Pemasaran Skala Mikro dan Kecil
dan Kecil
6 Program Pembinaan Perpustakaan

333
Sasaran Penerima Target Tahapan
No Program/Kegiatan Sub-Kegiatan Keterangan
Manfaat 1 2 3 4
Pengelolaan pustakaan di Kelompok Dinas
Pengembangan Layanan 1
Tingkat Daerah masyarakat, V Perpustakaa n
Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial Perpustakaan
Kabupaten/Kota Miskin, Disabilitas dan Arsip
Program Pemenuhan Upaya kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat
Masyarakat
Penyediaan Fasilitas Dinas
Pengembangan Puskesmas yang dilayani 1 Unit V
Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Puskesmas
untuk UKM dan UKP
Masyarakat
Kewenangan Daerah Pengadaan Sarana Fasilitas Dinas
yang dilayani 1 Unit V
Kabupaten/Kota Pelayanan Kesehatan Kesehatan
Puskesmas
7 Pengelolaan Pelayanan Kesehatan 4474 Dinas
Ibu Hamil V
Ibu Hami orang Kesehatan
Penyediaan Layanan Pengelolaan Pelayanan Bayi Baru 3877 Dinas
Bayi Baru Lahir V
Kesehatan untuk UKM Lahir Orang Kesehatan
dan UKP Rujukan Tingkat Pengelolaan Pelayanan Kesehatan 183431 Dinas
Balita V
Daerah Kabupaten/Kota Balita Orang Kesehatan
Pengelolaan Pelayanan Kesehatan Dinas
Masyarakat Keluarga V
Dasar Melalui Pendekatan Keluarga Kesehatan
Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat
Jumlah
Pemberdaya an
Koordinasi, Sinkronisasi dan Kelompok
Pelaksanaan Pencapaian
Pelaksanaan Distribusi Pangan Masyarakat
Target Konsumsi Pangan Dinas
8 Pokok dan Pangan Lainnya dalam
Perkapita/Tahun sesuai 4 Laporan V Pertanian dan
Koordinasi, Sinkronisasi dan Penganekarag
dengan Angka Pangan
Pelaksanaan Distribusi Pangan aman Konsumsi
Kecukupan Gizi
Pokok dan Pangan Lainny Pangan Berbasis
Sumber Daya
Lokal
9 Program Penyediaan Dan Pengembangan Prasarana Pertanian

334
Sasaran Penerima Target Tahapan
No Program/Kegiatan Sub-Kegiatan Keterangan
Manfaat 1 2 3 4
Jumlah Jaringan
Irigasi Usaha
Pembangunan, Rehabilitasi dan Dinas
Tani yang
Pemeliharaan Jaringan irigasi usaha 4 Unit V Pertanian dan
Dibangun,
Tani Pangan
Direhabilitasi ,
dan Dipelihara
Pembangunan,
Dinas
Pembangunan, Rehabilitasi dan Rehabilitasi dan
6 unit V Pertanian dan
Pemeliharaan Jalan Usaha Tani Pemeliharaan
Pangan
Jalan Usaha Tani
Pembangunan Prasarana Lahan Pertanian
Pertanian Pangan
Berkelanjutan
Pengelolaan Lahan Pertanian LP2B, Kawasan
Pangan Berkelanjutan/LP2B, Pertanian Pangan
Dinas
Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan
2 Dok V Pertanian dan
Berkelanjutan/KP2B dan Lahan KP2B dan Lahan
Pangan
Cadangan Pertanian Pangan Cadangan
Berkelanjutan/LCP2B Pertanian Pangan
Berkelanjutan
LCP2B yang
Dikelola
Jumlah
Penyediaan Benih/Bibit
Benih/Bibit
Ternak dan Hijauan
Pengadaan Benih/Bibit Ternak yang Ternak yang Dinas
Pakan Ternak yang
Sumbernya dari Daerah Sumbernya dari 400 ekor V Pertanian dan
Sumbernya dalam 1
Kabupaten/Kota Lain Daerah Pangan
(satu) Daerah
Kabupaten / Kota
Kabupaten/Kota Lain
Lain
10 Program Pengendalian dan Penanggulan gan bencana Pertanian

335
Sasaran Penerima Target Tahapan
No Program/Kegiatan Sub-Kegiatan Keterangan
Manfaat 1 2 3 4
Jumlah Luas
Serangan
Organisme
Pengendalian dan Pengendalian Organisme
Pengganggu Dinas
Penanggulangan Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Tumbuhan (OPT) 939 ha V Pertanian dan
Bencana Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura,
Tanaman Pangan, Pangan
Kabupaten/Kota dan Perkebunan
Hortikultura, dan
Perkebunan yang
Dikendalikan
Program Pengelolaan Pendidikan
Dinas
35.250 Siswa Pendidikan
BSM (Bantuan Siswa Miskin) 500 siswa V
miskin Pemuda dan
Pengelolaan Pendidikan Olahraga
Sekolah Dasar Dinas
11 Pengelolaan Dana Pendidikan
Siswa miskin 337 sekolah V
BOS Pemuda dan
Olahraga
Dinas
Pengelolaan Pendidikan 18248
Pendidikan
Sekolah Menegah Bantuan Sosial Siswa Miskin APBD Siswa miskin peserta V
Pemuda dan
Pertama didik
Olahraga
Program Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Penyedia Air Kabupaten
12 91.89% V DPUPKP
Minum Kulon Progo
Kabupaten
12 Program Pengembangan Sistem pengelolaan Limbah 76.48% V DPUPKP
Kulon Progo
Kabupaten
14 Proram Kawasan Pemukiman 40.56% V DPUPKP
Kulon Progo
Program Peningkatan Prasarana, Sarana dan utilitas umum Kabupaten
15 40.56% V DPUPKP
(PSU) Kulon Progo

336
Sasaran Penerima Target Tahapan
No Program/Kegiatan Sub-Kegiatan Keterangan
Manfaat 1 2 3 4
Penyediaan Prasarana, Sarana dan
Kabupaten
Utilitas Umum (PSU) di perumahan 375 m V DPUPKP
Urusan Penyelenggaraan Kulon Progo
untuk menunjang Fungsi Hunian
PSU Perumahan
Penyediaan tenaga listrik untuk Kabupaten
80 Unit V DPUPKP
masyarakat Kulon Progo
Sumber: Dokumen RPKD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2023-2025

337
4.2.2. Dokumen Analisis Smart City Daerah Kabupaten Kulon Progo Tahun

2018-2028

Tujuan dari realisasi Smart City adalah menjadikan Kabupaten Kulon Progo

sebagai Kota Layak Huni terutama bagi generasi mendatang melalui optimalisasi

berbagai hal dimulai dari cerdas tata kelola pemerintahan (smart governance), cerdas

berkehidupan (smart living), cerdas masyarakat (smart society), cerdas ekonomi

(smart economy), cerdas pemasaran potensi daerah (smart branding), dan cerdas

lingkungan (smart environment). Untuk mencapai smart city, Kabupaten Kulon Progo

harus tetap memperhatikan sustainable development atau pembangunan

berkelanjutan dalam menghadapi dinamika pembangunan yang cepat terkait

pembangunan bandara New Yogyakarta Internasional Airport yang mulai beroperasi

April 2019 dan sebagai kawasan penyangga Kawasan Strategis Pariwisata Nasional

(KSPN). Smart City Kabupaten Kulon Progo bertujuan untuk mewujudkan visi

pembangunan dengan pengimplementasian teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan tantangan, isu-isu stategis dan permasalahan yang masih

dihadapi daerah serta kondisi potensi wilayah Kabupaten Kulon Progo, maka untuk

mewujudkan hal tersebut, ditetapkan visi Pembangunan Kabupaten Kulon

ProgoTahun 2017-2022 adalah: “Terwujudnya Masyarakat Kulon Progo yang

Sejahtera, Aman, Tenteram, Berkarakter, dan Berbudaya Berdasarkan Iman dan

Taqwa.” Dalam melaksanakan visi tersebut ditetapkan 4 misi yang diukur

keberhasilannya dengan indikator kinerja daerah. Adapun hasil internalisasi Indikator

kinerja smart city daerah dalam RPJPD Kabupaten Kulon Progo dapat dilihat pada

tabel 4.3. Berdasarkan tabel tersebut, beberapa target indikator kinerja yang

ditetapkan dalam rangka pengentasan kemiskinan di Kabupaten Kulon Progo sudah

tercapai seperti IPM yang pada tahun 2021 sebesar 74,71 dan pada tahun 2022

mencapai 75,46.

338
Tabel 4. 2 Indikator Kinerja Dokumen Analisis Smart City Kabupaten Kulon Progo
Misi, Target
Tujuan,
No Indikator Tujuan/Sasaran Pokok Indikator Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Kinerja 2018 2019 2020 2021
Daerah
Misi I: Mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat, berprestasi, mandiri, berkarakter dan berbudaya
Terwujudnya Sumberdaya manusia yang Indeks Pembangunan
73,25 73,06 73,56 74,05
berkualitas Manusia
1. Rata-rata lama sekolah 8,65 8,73 8,8 8,88
Meningkatnya Kualitas
a 2. Harapan Lama Sekolah 14,25 14,49 14,73 14,79
Pendidikan Masyarakat
3. Angka melek huruf 97,48 98,33 99,19 100
1. Angka Harapan Hidup 75,03 75,04 75,04 75,04
1 Meningkatnya derajat
b 2. Angka Kematian Ibu 55,8 55,35 54,92 54,74
kesehatan masyarakat
3. Angka Kematian Bayi 8,79 8,52 8,46 7,84
Meningkatnya 1. Cakupan pelestarian dan
73,55 74,66 75,75 76,82
Pelestarian/pengembangan pengembangan budaya daerah
c
budaya dan prestasi generasi 2.Cakupan prestasi Generasi
31,7 38,07 44,45 50,82
muda muda
Misi II: Menciptakan sistem perekonomian yang berbasis kerakyatan
1. Gini Rasio 0,33 0,33 0,32 0,31
Terwujudnya pertumbuhan dan
2. Pertumbuhan Ekonomi 4,97 5,06 5,15 5,23
pemerataan ekonomi
3. Angka Kemiskinan 18,25 17,25 16 14,75
2
1. Angka pengangguran terbuka 3,05 2,9 2,75 2,5
Meningkatnya pendapatan
a 2. Pendapatan Perkapita
masyarakat 16,87 17,39 17,9 18,41
Penduduk
Misi III: Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dalam lingkungan kehidupan yang aman, tertib dan tenteram
Indeks Reformasi Birokrasi 67 70 72 73
Mewujudkan tata
3 Indeks Ketertiban dan
kelola pemerintahan yang baik 0,95 1,19 1,18 1,8
Ketenteraman

339
Misi, Target
Tujuan,
No Indikator Tujuan/Sasaran Pokok Indikator Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4
Kinerja 2018 2019 2020 2021
Daerah
1. Nilai akuntabilitas Kinerja
BB BB BB A
Meningkatnya kualitas pemerintahan daerah (AKIP)
penyelenggaraan pemerintah 2. Akuntabilitas Pengelolaan
a WTP WTP WTP WTP
dan pelayanan publik yang Keuangan Daerah (Opini BPK)
responsif dan akuntabel 3. Nilai Indeks Kepuasan
77,65 78,15 78,65 79,35
Masyarakat (IKM)
Misi IV: Mewujudkan pembangunan berbasis kawasan dengan mengoptimalkan sumber daya alam dan didukung oleh teknologi serta
infrastruktur yang berkualitas
Indeks Pembangunan
Terwujudnya pembangunan kawasan 72,93 73,8 74,05 75,07
Berkelanjutan
Meningkatnya pelayanan
Indeks Pembangunan
a infrastruktur yang 68,43 70,67 71,07 73,77
infrastruktur
mendukung performa wilayah
4
Meningkatnya pengelolaan
Indeks Kualitas Lingkungan
b kualitas pengelolaan 63,04 63,31 63,58 63,84
Hidup (IKLH)
lingkungan hidup
Meningkatnya pengendalian
c Persentase Kesesuaian Ruang 87,33 87,41 87,5 87,59
pemanfaatan ruang
Sumber: Dokumen Analisis Smart City Kabupaten Kulon Progo Tahun 2018-2028

340
BAB V PERMASALAHAN & ISU STRATEGIS
5.1 Modal Dasar

5.1.1. Kependudukan

b. Jumlah penduduk Kulon Progo yang terus meningkat, meskipun

pertumbuhannya melambat. Pada tahun 2020, jumlah penduduk Kabupaten

Kulon Progo adalah sebesar 435,64 ribu jiwa dan terus bertambah menjadi

sebanyak 473,08 ribu jiwa pada tahun 2045. Jika dibandingkan dengan

kabupaten/ kota lain di Provinsi DIY, Kabupaten Kulon Progo memiliki jumlah

penduduk terendah kedua setelah Kota Yogyakarta. Tingkat fertilitas di

Kabupaten Kulon Progo diprediksi memiliki tren penurunan yang

menyebabkan melambatnya laju pertumbuhan penduduk hingga tahun 2045.

c. Jumlah penduduk yang terus meningkat dapat memberikan peluang sekaligus

ancaman bagi kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk yang terus

bertambah dapat menjadi aset pembangunan yang signifikan jika dikelola

dengan baik menjadi sumber daya manusia yang produktif. Dengan

pertumbuhan penduduk yang berkelanjutan, Kabupaten Kulon Progo memiliki

potensi tenaga kerja yang semakin besar, yang dapat dimanfaatkan secara

optimal untuk mengembangkan berbagai sektor ekonomi, termasuk sektor

yang memiliki potensi menciptakan banyak lapangan kerja. Di sisi lain, jika

341
Kabupaten Kulon Progo tidak berhasil mengoptimalkan potensi penduduknya

menjadi sumber daya manusia yang produktif, maka penduduk tersebut dapat

menjadi beban pembangunan yang berpotensi menghadirkan masalah seperti

kemiskinan, pengangguran, kesenjangan sosial, keterbelakangan ekonomi,

serta tekanan besar terhadap lingkungan dan kelangsungan penggunaan

sumber daya alam.

d. Dinamika penduduk berdampak luas terhadap pembangunan. Kenaikan

jumlah penduduk, seiring dengan pertumbuhan kelompok usia produktif dan

meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut, menghasilkan perubahan cepat

dalam struktur penduduk. Mobilitas yang tinggi antarpenduduk dan distribusi

yang tidak merata di antara wilayah memerlukan pendekatan yang cermat

dalam mengelola dinamika ini. Hal ini bertujuan agar penduduk dapat

berperan sebagai pendorong utama yang berdampak positif pada

pembangunan.

5.1.2. Ekonomi Sosial Budaya

4. Keberadaan Bandara Internasional Yogyakarta (BIY) yang dibangun di

Kapanewon Temon dan telah ditetapkannya KSPN (Kawasan Strategis

Pariwisata Nasional) Borobudur, tentunya akan banyak wisatawan

yang akan menggunakan bandara baru tersebut. Jalur wisata dari

bandara baru menuju Borobudur akan menjadi suatu koridor

pertumbuhan ekonomi baru di Kulon Progo. Keberadaan BIY dapat

memberikan nilai tambah/global value chain bagi Kabupaten Kulon

Progo dalam hal penyediaan transportasi dan akomodasi.

5. Adanya Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di sepanjang pantai di Kulon

Progo juga membuka akses atau jalur baru bagi distribusi barang

maupun jasa khususnya untuk Pulau Jawa bagian selatan. Posisi

geostrategic tersebut dapat memberikan keuntungan bagi

342
perkembangan wilayah kabupaten Kulon Progo maupun

perkembangan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

6. Adanya rencana direncanakan pembangunan jalan bebas hambatan

yang merupakan rangkaian dari rencana pembangunan jalan Tol Solo

– Yogyakarta – NYIA Kulon Progo.

7. Kabupaten Kulon Progo yang terletak bersebelahan dengan kawasan

Borobudur memiliki potensi besar untuk menangkap peluang positif

yang ada dengan ditetapkannya Borobudur sebagai Kawasan

Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Destinasi Pariwisata Super

Prioritas (DPSP) dengan target pencapaian kunjungan 2 juta

wisatawan mancanegara pada tahun 2024.

8. Toko Milik Rakyat (ToMiRa) merupakan kebijakan konkret dari

Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk menindaklanjuti

permasalahan maraknya toko modern berjejaring/waralaba yang

berdampak negatif terhadap keberadaan pasar tradisional dan pelaku

usaha kecil. ToMiRa diharapkan dapat membangun jaringan yang lebih

luas untuk mengoptimalkan pasokan produk UMKM asli Kulon Progo

ke dalam gerai ToMiRa. Diharapkan keberadaan ToMiRa mempunyai

dampak yang lebih luas terhadap pemberdayaan UMKM Kulon Progo.

9. Terdapat beragam jenis seni yang telah dikembangkan dan menjadi

seni unggulan seperti Seni Angguk Putri yang menjadi salah satu jenis

seni unggulan di Kabupaten Kulon Progo. Adapun seni unggulan

lainnya meliputi Ketoprak, Jathilan, Incling, Keroncong, Reog, Oglek,

Hadrah/Sholawatan, Lengger Tapen, Wayang Tapeng, Panjidor,

Krumpyung, dan Jabur. Selain itu budaya tradisi berupa upacara adat

juga sudah dikemas dengan cukup baik sehingga memiliki daya tarik

wisata daerah.

343
10. Kabupaten Kulon Progo, memiliki 4 (empat) Satuan Ruang Strategis

Kasultanan dan Kadipaten meliputi 1) Perbukitan Menoreh; 2) Makam

Girigondo; 3) Pusat Kota Wates; dan 4) Pantai Selatan Kulon Progo.

Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 2 Tahun 2017 tentang Tata

Ruang Tanah Kasultanan dan Kadipaten, bahwa strategi

pengembangan pola ruang Satuan Ruang Tanah Kasultanan dan

Satuan Ruang Tanah Kadipaten

11. Semangat kegotongroyongan masyarakat yang masih terpelihara

dengan relatif baik dalam praktik kehidupan di tingkat RT, RW dan

Kelurahan merupakan modal dasar yang dapat dipergunakan untuk

meningkatkan ketahanan masyarakat dari pengaruh eksternal di era

global dewasa ini

12. Besarnya peran serta masyarakat dalam proses penyelenggaraan

kegiatan pemerintahan, pembangunan dan layanan kemasyarakatan

adalah merupakan modal sosial (social capitals) yang dapat dijadikan

sebagai pondasi bagi sistem dan mekanisme pembangunan daerah

menuju perwujudan pembangunan daerah yang partisipatif dan

berkelanjutan

13. Besarnya komitmen pemerintah daerah dalam mewujudkan good

governance dan pelaksanaan pembangunan yang partisipatif serta

berkelanjutan dapat dipergunakan sebagai modal dasar untuk

menjamin agar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

selama 20 tahun kedepan dapat tetap berada pada prinsip - prinsip

akuntabilitas, transparansi dan partisipatif sebagaimana yang telah

teruji manfaatnya.

5.1.3. Kekayaan Alam

a. Kawasan perbukitan Menoreh sebagai kawasan penyangga KSPN Borobudur

memiliki potensi daya tarik parawisata yang cukup besar untuk dikembangkan

344
agar dapat bersinergi dengan pengembangan pariwisata Borobudur. Rencana

pembangunan Jalur Temon – Borobudur atau Jalur Bedah Menoreh merupakan

salah satu strategi daerah dalam rangka menyediakan akses transportasi dari

BIY menuju kawasan Borobudur.

b. Sektor kelautan dan perikanan dalam pengembangan perekonomian di

Kabupaten Kulon Progo sangat strategis, dengan total produksi ikan tambak

maupun budidaya yang terus meningkat setiap tahunnya. Didukung oleh

Inovasi “Gerbang Segoro” yang merupakan Gerakan membangun sektor

kelautan dan perikanan secara terintegrasi dari hulu hingga ke hilir berbasis

pemberdayaan masyarakat dengan membangkitkan semangat berbudidaya

ikan dengan memanfaatkan lahan pekarangan di sekitar rumah dan

penangkapan ikan di laut

c. Produktivitas pertanian yang terus meningkat terutama pada 4 komoditas

unggulan yaitu jagung, padi, kacang tanah, dan ubi kayu.

5.2. Tantangan Pembangunan

5.2.1. Bidang Sosial

14. Kualitas Sumber Daya Manusia

Sumberdaya manusia yang berkualitas sering kali dikaitkan dengan tingkat

pendidikan dan pelatihan yang diterima oleh masyarakat. Pada konteks lebih

mendasar, literasi dan numerasi merupakan dua aspek penting dalam mengukur

kualitas sumber daya manusia. Literasi dan numerasi sendiri merupakan suatu

keterampilan yang berkelanjutan, dan upaya-upaya perbaikan harus dilakukan

secara berkelanjutan. Hingga tahun 2022, skor rata-rata kemampuan Literasi SD

berdasarkan asesmen nasional sebesar 61,06 dan pada tingkat SMP sebesar

71,64. Berdasarkan klasifikasi literasi menurut Purwanto (2008), maka

kemampuan literasi baik pada tingkat SD maupun SMP di Kulon Progo berada

pada kriteria sedang. Sementara itu, rata-rata kemampuan Numerasi SD di

Kabupaten Kulon Progo berdasarkan asesmen nasional sebesar 44,24 dan pada

345
tingkat SMP sebesar 58,69. Hal tersebut menunjukkan masih perlunya perhatian

dalam peningkatan tingkat literasi dan numerasi masyarakat di Kabupaten Kulon

Progo, oleh karena itu diperlukan pengukuran tingkat literasi dan numerasi yang

akurat dan up-to-date untuk memantau perkembangan dan mengidentifikasi

area-area yang memerlukan perhatian lebih lanjut. Melalui perbaikan

kemampuan literasi dan numerasi, maka masyarakat Kulon Progo dapat

mengakses lebih banyak peluang pendidikan dan pekerjaan, serta berpartisipasi

aktif dalam pembangunan ekonomi dan sosial wilayah.

15. Kualitas Karakter Masyarakat Lokal

Pendidikan karakter masyarakat merupakan perhatian terhadap pembentukan

nilai-nilai, sikap, dan perilaku yang baik pada individu dalam suatu komunitas

atau masyarakat. Pendidikan karakter memiliki peran penting dalam membentuk

individu yang lebih baik secara moral dan etis dan berdampak positif pada

berbagai aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan politik. Kabupaten Kulon Progo

sangat menjujung tinggi pentingnya pendidikan karakter masyarakat terutama

dengan basis nilai-nilai budaya yang tertuang dalam Peraturan Bupati Kulon

Progo Nomor 70 Tahun 2021 Tentang Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai

Budaya. Penguatan Pendidikan Karakter merupakan sebuah upaya untuk

mengembangkan platform Pendidikan nasional yang meletakkan Pendidikan

karakter sebagai jiwa utama dalam penyelenggaraan Pendidikan bagi Peserta

Didik dengan dukungan pelibatan publik yang dilakukan melalui Pendidikan jalur

formal, nonformal, dan informal dengan memperhatikan Nilai-Nilai Budaya

16. Kurangnya Partisipasi Masyarakat dalam Bidang Pendidikan

Tingkat partisipasi pendidikan masyarakat yang rendah di Kulon Progo, terutama

dalam konteks lama sekolah mencerminkan beberapa masalah pendidikan dan

sosial yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo. Hingga tahun 2022, data rata-rata

lama sekolah di Kabupaten Kulon Progo sebesar 9,17 tahun yang mana masih di

bawah angka DIY (9,75). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar

346
masyarakat Kulon Progo masih belum mampu mencapai tingkat pendidikan yang

lebih tinggi. Rendahnya tingkat partisipasi dan lama sekolah yang rendah

merupakan isu serius yang dapat memiliki dampak jangka panjang pada

perkembangan sosial dan ekonomi suatu wilayah. Oleh karena itu, upaya-upaya

perbaikan pendidikan, seperti meningkatkan akses, menyediakan beasiswa atau

bantuan keuangan, dan meningkatkan kualitas pendidikan, harus menjadi

prioritas dalam upaya meningkatkan tingkat partisipasi dan lama sekolah di

Kulon Progo.

17. Kurangnya Partisipasi Masyarakat yang Mengenyam Perguruan Tinggi

Partisipasi masyarakat yang mengenyam perguruan tinggi di Kulon Progo dapat

dilihat melalui angka Harapan Lama Sekolah. Hingga tahun 2022, angka

Harapan Lama Sekolah di Kulon Progo sebesar 14,38 tahun. Meskipun angka

tersebut cukup tinggi namun masih berada di bawah angka HLS di Provinsi DIY

dengan angka 15,65 tahun. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pendidikan tinggi di Kulon Progo, penting untuk mengatasi kendala tersebut

melalui kebijakan yang mendukung akses, memberikan bantuan keuangan,

meningkatkan kesadaran, dan memastikan bahwa pendidikan di tingkat sekolah

menengah mempersiapkan siswa dengan baik untuk melanjutkan pendidikan

tinggi. Selain itu, pendekatan yang mengakomodasi faktor-faktor sosial dan

budaya lokal juga dapat membantu merangsang minat dan motivasi masyarakat

untuk mengejar pendidikan tinggi.

18. Kasus Stunting

Kasus stunting merupakan permasalahan penting karena berkaitan dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Hingga tahun 2022, Kabupaten

Kulon Progo dinilai sudah mampu terus menekan angka kasus stunting hingga

mencapai angka 10,16%. Persentase stunting mencapai 10% menunjukkan

bahwa sekitar satu dari sepuluh anak di Kulon Progo mengalami kondisi stunting.

Angka ini mencerminkan tingkat stunting yang signifikan dan merupakan

347
perhatian serius dalam konteks kesehatan perkembangan anak. Berdasarkan

data proyeksi yang dihasilkan melalui perhitungan laju penurunan stunting saat

ini, maka pada tahun 2045 diproyeksikan angka stunting di Kabupaten Kulon

Progo berada diangka 1,43% sehingga belum benar benar teratasi.

19. Kurangnya Pelayanan Kesehatan Bagi Seluruh Lapisan Masyarakat

Usia harapan hidup merupakan indikator kunci dalam mengukur keberhasilan

pelayanan kesehatan suatu daerah. Akses terhadap pelayanan kesehatan yang

merata dan adil sangat memengaruhi usia harapan hidup. Daerah yang memiliki

sistem kesehatan yang kuat dan dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat,

usia harapan hidup umumnya lebih tinggi. Hingga tahun 2022 diketahui

Kabupaten Kulon Progo memiliki Usia Harapan Hidup yang cukup baik diangka

75,28 tahun, angka tersebut bahkan merupakan angka tertinggi di Provinsi DIY.

Meski sudah cukup baik namun dalam perumusan kebijakan kesehatan

masyarakat, perlu terus ditekankan bahwa pelayanan kesehatan yang

berkualitas, adil, dan merata akan membantu meningkatkan angka harapan

hidup secara signifikan. Hal tersebut melibatkan peningkatan akses, edukasi

kesehatan masyarakat, promosi pola hidup sehat, serta investasi dalam

infrastruktur kesehatan yang modern dan efisien. Dengan demikian, isu ini

menjadi sorotan utama dalam upaya untuk mencapai kesejahteraan kesehatan

yang lebih baik bagi masyarakat.

20. Kasus kematian ibu, bayi, dan kematian neonatal

Isu kematian ibu, bayi, dan kematian neonatal adalah masalah serius dalam

bidang kesehatan global yang terkait erat dengan kualitas dan aksesibilitas

pelayanan kesehatan maternal dan perinatal. Mengurangi kematian ibu, bayi, dan

neonatal adalah prioritas global dalam upaya untuk meningkatkan kesehatan

masyarakat dan memastikan bahwa setiap individu, termasuk ibu dan bayi,

memiliki akses yang setara dan layanan kesehatan yang berkualitas selama

periode penting dalam kehidupan. Hingga tahun 2021 Angka Kematian Bayi per

348
10.000 kelahiran hidup di Kulon Progo mencapai angka 12,4 yang mana

meningkat dari tahun sebelumnya. Angka ini merupakan angka tertinggi selama

periode 2017-2021. Sementara itu angka kematian ibu juga mengalami kenaikan

pada tahun 2021 dan 2022 dengan angka berturut turut 222,17 dan 194,69.

21. Penanggulangan penyakit menular dan tidak menular

Isu penanggulangan penyakit menular dan tidak menular adalah dua

masalah utama dalam bidang kesehatan masyarakat yang memiliki dampak

besar terhadap populasi manusia di suatu wilayah. Keduanya, penyakit menular

dan tidak menular, memiliki dampak serius terhadap kesehatan masyarakat,

sistem perawatan kesehatan, dan ekonomi. Hingga tahun 2022, Tingkat

prevalensi Tuberkulosis per 100,000 penduduk di Kulon Progo mencapai nilai

60,07 dengan tren yang terus meningkat hingga angka 64,23 di tahun 2045.

22. Kapasitas Pelayanan Kesehatan belum Optimal

Salah satu aspek penting dalam penyediaan layanan kesehatan adalah

ketersediaan tenaga medis yang memadai, seperti dokter, perawat, dan tenaga

kesehatan lainnya. Hingga tahun 2022, diketahui bahwa rasio tenaga kerja medis

per satuan penduduk di Kulon Progo sebesar 3,19 dengan rata-rata laju

penambahan sejak tahun 2015 sebesar 0,02. Sementara pada rasio dokter per

satuan penduduk pada tahun 2022 sebesar 0,64 dengan rata-rata laju

pertumbuhan terhitung sejak 2015 sebesar 0,06/tahun.

23. Kurangnya resiliensi masyarakat terhadap berbagai tantangan global seperti

pandemi

Kurangnya resiliensi masyarakat terhadap berbagai tantangan, termasuk

tantangan pandemi seperti COVID-19, adalah isu yang memiliki dampak serius

pada kesejahteraan sosial, ekonomi, dan kesehatan masyarakat. Resiliensi

masyarakat merujuk pada kemampuan masyarakat untuk menghadapi,

beradaptasi, dan pulih dari berbagai tantangan dan krisis, baik yang bersifat

alami maupun buatan manusia. Tantangan tersebut dapat mencakup bencana

349
alam, konflik, pandemi, perubahan iklim, serta berbagai risiko dan ancaman

lainnya. Isu ini merupakan isu multidimensional yang memerlukan kerja sama

antara pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat umum untuk

membangun masyarakat yang lebih tangguh dalam menghadapi berbagai krisis

dan tantangan yang dapat timbul di masa depan

24. Masalah kemiskinan Daerah

Isu kemiskinan di Kulon Progo merupakan masalah yang kompleks dan

dapat berdampak luas pada kehidupan masyarakat setempat yang berdampak

pada sulitnya dalam mendapatkan akses pendidikan yang berkualitas, layanan

kesehatan yang memadai, dan peluang ekonomi yang baik. Kemiskinan juga

dapat memperburuk ketidaksetaraan sosial dan ekonomi dalam masyarakat.

Persentase penduduk miskin di Kulon Progo mencapai angka tertinggi di

banding kab/kota lainya di DIY, yaitu sebesar 16,39%. Selain itu, indeks

kedalaman kemiskinan di Kulon Progo mencapai 2,32. Angka ini

menggambarkan sejauh mana ketidaksetaraan pendapatan di antara penduduk

miskin di daerah tersebut. Semakin tinggi indeks ini, semakin jauh penduduk

miskin berada di bawah garis kemiskinan, menunjukkan tingkat kemiskinan yang

lebih dalam. Indeks keparahan kemiskinan di Kulon Progo juga diketahui lebih

besar dari indeks DIY, yaitu sebesar 0,56 yang manamemberikan gambaran

tambahan tentang kondisi kemiskinan di Kulon Progo. Angka ini menyoroti

tingkat deprivasi yang dialami oleh penduduk miskin, seperti akses terhadap

pendidikan yang terbatas, perawatan kesehatan yang tidak memadai, dan

kekurangan dalam pemenuhan kebutuhan dasar lainnya. Untuk mengatasi isu

kemiskinan ini, pemerintah daerah Kulon Progo, bersama dengan berbagai

pemangku kepentingan lainnya, perlu bekerja sama dalam mengembangkan

program-program dan kebijakan yang dapat membantu mengurangi kemiskinan,

meningkatkan akses terhadap layanan dasar, dan meningkatkan kualitas

kehidupan penduduk. Hal ini memerlukan komitmen dan kolaborasi yang kuat

350
untuk mencapai perubahan positif dalam mengatasi isu kemiskinan di Kulon

Progo.

5.2.2. Bidang Ekonomi

a. Masih terbatasnya peluang pasar ekspor.

Hingga tahun 2022, Kabupaten Kulon Progo memiliki total 11 jenis komoditi

ekspor yang tersebar pada lebih dari 15 negara tujuan. Dengan berbagai

potensi yang dimiliki, Kabupaten Kulon Progo sebenarnya mampu memperkaya

jenis komoditi ekspornya dan mengedarkannya ke lebih banyak negara lagi.

Namun, masih kurangnya pengetahuan pelaku usaha terkait regulasi ekspor

dan terbatasnya jangkauan pasar ekspor menyebabkan pelaku usaha seringkali

menitipkan produk olahannya untuk diekspor dengan disetor kepada pengepul

di luar wilayah Kulon Progo yang sudah memiliki jaringan pasar ekspor sejak

lama.

b. Lemahnya iklim dagang.

Lemahnya iklim dagang di Kabupaten Kulon Progo disebabkan oleh berbagai

faktor. Salah satu faktor yang paling berpengaruh adalah masih belum

optimalnya kompetensi pedagang dalam mengembangkan usahanya. Di mana

jenis perdagangan yang masih mendominasi berupa perdagangan eceran

berbagai macam barang toko, kaki lima, dan los pasar yang beroperasi secara

konvensional dan hanya melayani pada tingkat lingkungan hingga lokal.

Padahal, pada era sekarang ini, proses digitalisasi sudah menjamah berbagai

bidang kehidupan termasuk perdagangan. Selain itu, rendahnya daya beli

masyarakat juga menjadi salah satu penghambat perputaran ekonomi di

wilayah ini.

c. Melemahnya kontribusi sektor industri pengolahan

Melemahnya kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB total dapat

dipengaruhi oleh beberapa hal seperti perubahan permintaan pasar, biaya

351
produksi yang tinggi, dan minimnya inovasi. Selain itu, kemajuan teknologi yang

mengubah cara produksi dalam industri pengolahan juga menjadi tantangan

tersendiri bagi perusahaan karena jika perusahaan tidak mampu berinvestasi

dalam teknologi baru, maka dapat menurunkan daya saing industri tersebut.

14,00

11,70
KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN (%)

12,00
10,34
10,00

8,00

6,00

4,00

2,00

0,00
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

d. Menurunnya laju rasio volume usaha koperasi dan rendahnya daya saing

UMKM

UMKM dan koperasi berkontribusi tinggi dalam penyerapan tenaga kerja, tetapi

kontribusi keduanya terhadap perekonomian daerah relatif rendah. Beberapa

kendala yang perlu diatasi oleh koperasi dan UMKM, yaitu melibatkan pekerja

yang memiliki keterampilan terbatas, fokus pada sektor dengan nilai tambah

yang rendah, minimnya adopsi teknologi, kurangnya inovasi, serta investasi

yang terbatas untuk pengembangan bisnis. Selain itu, kapasitas pengelolaan

yang terbatas, keterlibatan yang minim dalam rantai produksi, dan terbatasnya

jumlah koperasi yang aktif dalam sektor riil juga merupakan tantangan yang

dihadapi.

e. Belum optimalnya pemanfaatan potensi pariwisata.

352
Kinerja pariwisata yang belum optimal disebabkan oleh terbatasnya atraksi,

aksesibilitas, dan amenitas beserta kapasitas pengelolaan dan penerapan

pariwisata berkelanjutan yang masih rendah. Jenis wisata yang didominasi oleh

wisata alam di wilayah pegunungan Kulon Progo belum didukung oleh aspek

aksesibilitas yang memadai, sehingga turut mempengaruhi minat wisatawan

untuk berkunjung. Selain itu, aspek amenitas yang belum banyak berkembang

juga berpengaruh pada rendahnya masa tinggal wisatawan, sehingga adanya

objek wisata belum dapat memberikan pengaruh yang besar pada perputaran

ekonomi di Kabupaten Kulon Progo.

f. Nilai investasi yang masih rendah.

Nilai investasi yang masih rendah di Kabupaten Kulon Progo disebabkan oleh

masih rendahnya potensi investasi yang ready to offer. Selain itu, ketidakpastian

regulasi yang digunakan sebagai acuan perizinan secara detail juga

berpengaruh pada rendahnya nilai investasi.

g. Belum optimalnya integrasi ekonomi domestik.

Belum optimalnya integrasi ekonomi domestik disebabkan oleh keterkaitan

ekonomi antarwilayah di Kabupaten Kulon Progo yang masih relatif terbatas.

Jika dilihat pada pengelompokan wilayah di Kabupaten Kulon Progo yang terdiri

atas 4 klaster, yaitu Klaster Wates (Kecamatan Wates, Temon, dan Pengasih),

Klaste Galur (Kecamatan Galur, Panjatan, dan Lendah), Klaster Pegunungan

(Kecamatan Kokap, Girimulyo, dan Samigaluh), serta Klaster Nanggulan

(Kecamatan Nanggulan, Kalibawang, Sentolo), diketahui bahwa puat-pusat

pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon progo masih lebih berkembang di

Klaster Wates. Terlebih infrastruktur konektivitas yang belum memadai dan

terintegrasi sepenuhnya menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan

ekonomi pada Klaster Pegunungan.

h. Kapasitas tenaga kerja yang masih rendah dan belum tersedianya lapangan

pekerjaan yang memadai.

353
Produktivitas tenaga kerja di Kabupaten Kulon Progo berkisar pada angka 52,57

juta rupiah pada tahun 2022. Nilai tersebut masih berada di bawah

produktivitas tenaga kerja Provinsi DIY yang berkisar pada angka 73,86 juta

rupiah pada tahun yang sama. Tantangan untuk meningkatkan produktivitas

tenaga kerja meliputi rendahnya kompetensi sumber daya manusia,

ketidaksesuaian antara kemampuan lulusan pendidikan dengan tuntutan pasar

tenaga kerja, kurangnya perkembangan intelijen pasar kerja yang efektif,

ketidakmampuan pasar kerja dalam merespons dengan cepat perubahan dalam

jenis pekerjaan, tuntutan keterampilan, struktur demografi, serta pola budaya

kerja.

i. Belum optimalnya pemanfaatan potensi ekonomi laut dan perikanan.

Kabupaten Kulon Progo memiliki potensi laut dan perikanan yang melimpah.

Namun, masih terdapat tantangan seperti belum optimalnya pemanfaatan hasil

laut dan perikanan yang disebabkan oleh tingginya biaya produksi, terbatasnya

sarana dan prasarana, serta terbatasnya kapasitas dan kompetensi SDM dalam

mengolah hasil tangkapan. Selain itu, dari sektor perikanan tangkap masih

terdapat tantangan berupa masih rendahnya bibit ikan lokal, kurang optimalnya

tata kelola kelembagaan perikanan, dan terbatasnya kemitraan perikanan.

j. Produktivitas sektor pertanian yang masih rendah.

Rendahnya produktivitas sektor pertanian di Kabupaten Kulon Progo

disebabkan oleh lambatnya regenerasi petani, kurangnya tingkat keterampilan

petani, belum adanya standar proses, terbatasnya kemampuan adopsi

teknologi, masih lemahnya kelembagaan ekonomi petani, serta semakin

berkurangnya daya dukung lahan pertanian. Selain itu, besarnya kontribusi

sektor pertanian di Kabupaten Kulon Progo juga mengalami tren penurunan dari

sebesar 21,22% pada tahun 2012 menjadi 15,57% pada tahun 2022.

354
25,00
21,22 21,17
20,44 20,42 19,92
19,04

Kontribusi Sektor Pertanian (%)


20,00
17,63
16,69 16,20
15,89 15,57

15,00

10,00

5,00

0,00
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Grafik Kontribusi Sektor Pertanian Tahun 2012-2022

5.2.3. Bidang Tata Kelola

a. Pelayanan publik oleh pemerintah belum optimal

Pada bidang tata kelola, Kabupaten Kulon Progo memiliki permasalahan dan

tantangan salah satunya ditunjukkan dengan Indeks Kepuasan Masyarakat

yang masih berada di angka 83,27% (Tahun 2022) yang menunjukkan bahwa

pelayanan bagi publik oleh pemerintah masih belum optimal dilaksanakan

bahkan nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) dalam 3 tahun terakhir belum

mencapai target.. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor kualitas pelayanan yang

belum optimal karena misalnya belum terintegrasinya sistem informasi

manajemen dan keterbatasan sarana infrastruktur pengelolaan pemerintahan.

Kepuasan masyarakat akan turut berpengaruh terhadap persepsi publik

terhadap kinerja pemerintah dan kepercayaan publik terhadap pemerintah oleh

karena itu penting bagi pelayanan publik untuk dapat memenuhi kebutuhan

publik. Meskipun nilai Indeks Reformasi Birokrasi cenderung meningkat,

dampaknya belum signifikan dalam menyelesaikan isu - isu strategis serta

meningkatkan kinerja daerah.Dampak Reformasi Birokrasi yang Belum

Signifikan: Meskipun terdapat peningkatan dalam nilai evaluasi reformasi

birokrasi, dampaknya belum signifikan dalam menyelesaikan isu-isu strategis

355
dan meningkatkan kinerja daerah. Hal ini mungkin disebabkan oleh kebijakan

yang menghambat kinerja organisasi, serta kurangnya optimalisasi sistem

manajemen sumber daya manusia (SDM).

b. Belum optimalnya pengawasan pelaksanaan pembangunan daerah dan

implementasi peraturan daerah

Pengawasan pelaksanaan pembangunan daerah serta implementasi perda

belum optimal yang ditunjukkan adanya fklutuasi penemuan pemeriksaan

pemerintah yang signifikan selama lima tahun terakhir. Hal ini, pada dasarnya,

dapat dikaitkan dengan implementasi yang kurang optimal dari Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP). Salah satu penyebab masalah ini

adalah kurangnya pemahaman dari SDM mengenai pentingnya SPIP dan

bagaimana cara mengimplementasikannya dengan efektif. Masalah semakin

diperparah oleh kenyataan bahwa sebagian besar OPD memiliki jumlah SDM

yang terbatas, dan mereka juga harus mengatasi tugas-tugas multitasking yang

kompleks. Hal ini didukung juga dengan rasio ASN dengan kebutuhan riil yang

cenderung menurun hingga 5 tahun terakhir yang menyebabkan beban kerja

ASN yang menjadi lebih. Disamping itu, dari segi mutu, belum seluruh sumber

daya manusia yang tersedia memiliki pemahaman yang komprehensif tentang

konsep pelayanan publik yang sepatutnya dijalankan.

c. Pengelolaan keuangan daerah yang belum optimal

Meskipun pengelolaan keuangan daerah telah mencapai standar akuntansi

pemerintahan dan memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) secara

berkelanjutan dari tahun 2013 hingga 2022, tantangan masih ada. Salah

satunya adalah kurangnya peningkatan pendapatan daerah, yang meskipun

mengalami kenaikan pada tahun 2018-2019, mengalami penurunan pada

tahun 2020 hingga 2022, mengakibatkan keterbatasan dalam membiayai

proyek pembangunan. Dinamika kebijakan pemerintah seperti pengelolaan

356
BUMD, Dana transfer, dan aset daerah serta implementasi penganggaran dari

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) juga berkontribusi pada permasalahan ini.

Upaya untuk mengatasi tantangan ini melibatkan strategi inovatif, seperti

menggali potensi pendapatan daerah baru, meningkatkan pemanfaatan

kekayaan daerah, dan mengoptimalkan pengelolaan BUMD. Selain itu adanya

peraturan dan kebijakan baru juga menjadi tantangan bagi pemerintah untuk

adaptif terhadap perubahan atau kebijakan baru. Keterlambatan dalam

penyusunan aturan pelaksanaan perundang-undangan menjadi hambatan

dalam mengikuti ketentuan hukum yang berlaku dan menghambat kinerja

keuangan dareah. Selain itu, kurangnya kapasitas sumber daya manusia dalam

pengelolaan keuangan daerah seperti Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan

Lembaga Keuangan Desa (LKD) juga masih memerlukan perhatian.

5.2.4. Bidang Supermasi Hukum, Stabilitas, dan kepemimpinan Indonesia

a. Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Masih Terjadi

Salah satu tantangan utama adalah peningkatan jumlah dan variasi

pelanggaran peraturan daerah dan perkada. Tercatat bahwa hingga tahun

2021 tercatat terdapat 892 kasus penyidikan dan penindakan pelanggaran

perda dengan 613 pelanggaran pada tahun 2022. Hal ini dapat menciptakan

ketidakstabilan dan ketidakpastian dalam masyarakat. Untuk mengatasi

tantangan ini, perlu ditingkatkan kerjasama lintas sektor antara pemerintah

dan masyarakat melalui sosialisasi dan pembinaan.

b. Kesadaran Terhadap Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan yang

Rendah

Tingkat partisipasi masyarakat dalam upaya menjaga ketertiban umum,

seperti melalui program Linmas, masih rendah dan tidak menunjukkan

peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Padahal peran masyarakat

juga penting untuk memastikan ketertiban dan kenyamanan karena dapat


357
mendukung upaya pemerintah. Perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat

tentang pentingnya peran mereka dalam menjaga keamanan dan kenyamanan

lingkungan.

c. Potensi Konflik Sosial dan Kerawanan Masyarakat

Gangguan ketertiban seperti kejahatan jalanan, begal, tawuran pelajar, serta

konflik sosial merupakan masalah yang dapat mengganggu ketenteraman

masyarakat. Selain itu potensi kerawanan dan gangguan ketertiban yang

muncul akibat perubahan sosial ekonomi, seperti pembangunan BIY dan jalan

tol juga menjadi tantangan dalam memastikan ketertiban, kenyamanan, dan

ketentraman di Kulon Progo..Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan

koordinasi lintas sektor antara instansi seperti Polres, Kodim, dan tokoh

masyarakat, serta sosialisasi di sekolah-sekolah untuk melakukan tindakan

antisipasi dini. Sinergitas lintas sektor ini penting untuk menciptakan kondisi

wilayah yang aman dan tertib bagi masyarakat.

5.2.5. Bidang Ketahanan Sosial Budaya dan Ekologi

a. Rendahnya upaya konservasi kekayaan dan keragaman budaya lokal

serta unsur-unsurnya

Kekayaan dan keragaman budaya merupakan salah satu hal yang patut di

pertahankan dan menjadikan suatu kekhasan suatu daerah sehingga budaya

dianggap menjadi aset yang penting di suatu daerah. Namun, terdapat

permasalahan yang menjadi penghambat dalam mempertahankan

keanekaragaman budaya di Kabupaten Kulon Progo. Rendahnya jumlah rintisan

desa/kelurahan budaya pada kaegori mandiri budaya menjadi permaslahan

yang dihadapi Kabupaten Kulon progo saat ini. Hal tersebut tentu menjadi salah

satu fokus pemerintah untuk meningkatkan upaya konsercasi keberagaman

budaya lokal, pengembangan unsur-unsur kebudayaan, dan peningkatan

pengetahuan lokal masyarakat

358
b. Rendahnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya membaca dan

rendahnya kualitas serta cakupan layanan perpustakaan daerah

Kesadaran masyarakat terkait pentingnya membaca di Kabupaten Kulon Progo

masih rendah hal tersebut juga berkaitan dengan rendahnya kualitas dan

cakupan layanan perpusatakan. Rendahnya kesadaran masyarakat dapat dilihat

melalui minat abca masyarakat yang rendah. Lalu rendahnya kualitas serta

cakupan masyarakat terlihat bahwa nilai IPLM masih rendah. IPLM sendiri

merupaka pengukuran terhadap usaha yang dilaksanakan oleh pemerintah

dalam membina dan mengembangkan perpustakaan.

c. Rendahnya pembangunan kualitas keluarga

Kualitas keluarga yang rendah dikarenakan belum optimalnya pembangunan

gender sehingga peningkatan kualitas keluarga juga rendah. Selain itu,

kepersetaan keluarga bencana di Kabupaten Kulon Progo juga mash rendah.

Dengan pendapatan masyarakat yang masih rendah namun memiliki anak

banyak tentu menyebabkan rendahnya kualita keluraga.

d. Belum optimalnya perlindungan terhdap anak dan pemberdayaan

perempuan di tiap aspek pembangunan

Berdasarkan data jumlah korban kekerasan terhadap perempuan dan anak

(Gambar 4…) masih terjadi di Kabupaten Kulon Progo. Hal tersebut dapat

dikarenakan belum iptimalnya pembangunan dan pemberdayaan gender

sehingga masih terjadi ketimpangan gender di Kabupaten Kulon Progo. Lalu,

adanya kekerasan terhadap anak dapat dipicu dari pemahaman orang tua

mengenai pola asuh anak yang baik dan benar. Kondisi tersebut dapat

dipengaruuhi oleh peran dan fungsi keluarga yang menurun dan komunikasi di

dalam keluarga yang kurang baik. Permasalahan lain yang terjadi adalah belum

optimalnya pendampingan korban dan pencegahan kekerasan terhadap

perempuan dan anak juga menjadi permasalahan di Kabupaten Kulon Progo.

359
200
152
150 129 133 131
109 113
88
100

50

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021

Gambar 5. 1 Grafik Jumlah Korban Kekerasan Terhadap Perempuan Dan Anak


d. Masih rendahnya nilai PPH

Permasalahan pangan saat ini masih dihadapi oleh Kabupaten Kulon Progo.

Pola pangan harapan merupakan susudan keragaman pangan yang didasakan

pada sumbangan energi dari kelompok pangan utama pada ringkat

ketersediaan maupun konsumsi pangan. Rendahnya nilai PPH dikarenakan

konsumsi masyaarakat yang masih belum beragam, bergii, berimbang. Selain

itu masih rendahnya kesadaran masyarakat terhadap keamanan pangan.

e. Rendahnya kualitas lingkungan hidup dan pengelolaan DAS yang kritis

Indeks kualitas lingkungan hidup digunakan untuk mnegukur kualitas

lingkungan hidup di suatu wulayah dengan menggunakan tiga parameter yaitu

pencemaran air, pencemaran udara, dan luas tutupan hutan. Bertambahnya

jumlah penduduk tentu akan memberikan dampak bagi lingkungan. Dalah satu

dampak yang dirasakan oleh Kabupaten kulon progo adalah rendahnya kualitas

lingkingan hidupPada grafik dibawah terlihat bahwa nilai IKLH Kabupaten

Kulon Progo masih fluktuatif dan pada tahun 2022 belum mencapai target

kabupaten itu sebesar 68,12. Rendahnya nilai IKLH dipengaruhi oleh

pengelolaan DAS dan konservasi kawasan tangkapan hujan yang belum

optimal. Permasalahan lain pda lingkungan hidup adalah mengenai

persampahan. Kabupaten Kulon Progo belum berhasil mengolah sampahnya

secara maksimal.

360
70
69,01
68,56 68,69
69

68 67,61

67 66,38 66,4
66,01
65,75
66

65

64
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 5. 2 Nilai IKLH


f. Rendahnya kesadaran lalu lintas pada sektor perhubungan

Masyarakat Kabupaten Kulon Progo masih dinilai memiliki kesadaran berlalu

lintas yang rendah hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan angka kejadian

kecelakaan lalu lintas yang bertambah setiap tahunnya. Selain itu masih banyak

angkutan umum yang melebihi kapasitas kendaraan atau Over Dimension dan

Over Load. Kurangnya prasana dan perlengkapan jalan seperti lampu jalan,

cermin jalan dan sebagainya juga menjadi permasalahan di sektor

perhubungan. Lalu, kesadaran masyarakat untuk menggunakan kendaraan

umum masih kecil karena dianggap kurang efektif untuk melakukan mobilitas

sehingga jumlah trayek umum akan semakin berkurang.

1200
958
1000

800 685
592 615
600 461
400

200

0
2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 5. 3 Jumlah Kecelakaan


g. Belum optimalnya infrastruktur lalu lintas

Untuk menghadapi perkembangan wilayah di Kabupaten Kulon Progo

manajemen perparkiran dan lalu litas masih dianggap belum optimal.

361
Manajemen perparkiran yang baik dibutuhkan untuk menghadapi pengaruh dari

pembangunan bandara yang cukup pesat. Selain itu manajemen lalu lintas

terutama pada perlintasan sebidang yang belum maksimal dapat menyebabkan

kemacetan lalu lintas dikarenakan adanya peningkatan mobilitas kereta api

semakin padat karena adanya bandara Internasional Yogyakarta.

h. Prasarana jalan lokal yang belum memenuhi strandar

Prasarana jalan merupakan salah satu fasilitas infrastruktur yang penting dalam

mendukung pembangunan wilayah. Prasarana jalan di kabupaten Kulon Progo

sendiri masih perlu ditingkatkan. Permasalahan pada prasarana jalan adalah

masih adanya jalan lokal yang memiliki kondisi rusak berat. Hal tersebut terlihat

pada grafik gambar… bahwa persentase jalan lokal yang memiliki kondisi rusak

berat diatas jalan lokal yang memiliki kondisi sedang dan rusak ringan.

i. Rendahnya kualitas pengelolaan air

Belum optimalnya kualitas infrastruktur mengenai jaringan air dan sanitasi di

kabupaten Kulon Progo masih menjadi isu. Masih terdapat jaringan irigasi yang

memiliki kondisi rusak berat tentu menjadi masalah bagi Kabupaten Kulon

progo. Selain itu, permasalah air yang lain adalah belum memadainya cakupan

air minum dan sanitasi di Kabupaten Kulon Progo. Sistem drainase di Kabupaten

Kulon Progo juga belum terintegrasi secara baik.

j. Rendahnya ketahanan daerah terhadap bencana

Kabupaten Kulon progo secara topografis dan geografis merupakan daerah

rawan bencana dan dapat dikatakan bahwa tidak ada kawan yang aman 100%

dari ancaman bencana. Permasalahan yang terjadi di Kabupaten Kulon Progo

sehingga menyebabkan ketahanan daerah yang masih rendah adalah belum

optimalnya kapasitas masyarakat dalam penanggulangan bencana. Selain itu,

belum memadainya sarana dan prasarana mengenai mitigasi bencana.

Permasalahan-permasalahan tersebut dan kondisi fisik Kabupaten Kulon Progo

menyebabkan masih tingginya potensi bencana alam di Kulon Progo.

362
k. Belum optimalnya penetapan dokumen perencanaan dan pengendalian

pemanfaatan ruang

Perencanaan wilayah digunakan sebagai dasar penataan ruang yang memiliki

peran penting dalam mewujudkan peforma wilayah yang baik. Namun,

lambatnya penetapan dokumen perencanaan wilayah Kabupaten Kulon Progo

tentu akan menghambat penataan ruang. Perencanaan tata ruang yang di

rancang juga masih kurang mengacu pada perencanaan sektoralnya sehingga

perwijudannya masih rendah. Selain itu, pada kenyataannya masih banyaknya

pelanggaran pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkannya.

l. Masih terdapat rumah tidak layak huni dan kawasan kumuh serta kurang

memadainya prasarana dan sarana utilitas permukiman

Permasalahan yang terjadi pada permukiman adalah masih terdapat rumah

yang tidak layak huni dan kawasan kumuh. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan

rumah belum terpenuhi sehingga masih tingginya angka defisit rumah (backlog)

rumah kosong (housing stock). Kurangnya PSU permukiman di Kabupaten Kulon

progo juga menjadi permasalahan diakrenakan akan terjadinya genangan air

atau banjir karena sistem drainase yang tidak terpadi dalam satu daerah

tangkapan air.

m. Persebaran infrastruktur jaringan komunikasi yang belum merata dan

rendahnya pemahaman masyarakat terhadap proses digitalisasi

Persebaran infrastruktur jaringan komunikasi di Kabupetn Kulon Progo masih

dikatakan belum merata. Hal tersbeut dikarenakan masih banyaknya daerah

yang menjadi blankspot diakrenakan topografi Kabupaten Kulon Progo yang

terdiri dari pegunungan sehingga tidak ada jaringan internet tidak dapat

diakses. Lalu belum memadainya jaringan telekomunikasi juga menjadi

permasalahan yang masih dihadapi di Kabupaten Kulon Progo. Selain itu,

pengetahuan dan literasi digital masyarakat Kabupaten Kulon Progo juga masih

rendah.

363
n. Belum optimalnya penyajian data dan rendahnya keamanan informasi

Kabupaten Kulon Progo

Data yang tersaji di Kabupaten Kulon Progo masih belum akurat, mutakhir, dan

dapat di pertanggung jawabkan sehingga diperlukannya untuk mewujudkan

website yang menyajikan seluruh data yang dapat diakses oleh berbagai pihak.

Selain itu keamanan mengenai infromasi di Kabupaten Kulon Progo juga masih

rendah.

o. Belum optimalnya tata kelola adaminstrasi pertahanan

Pertanahan memiliki peran yang penting dalam mewujudkan performa daerah

yang baik. Belum optimalnya tata kelola administrasi pertanahan menjadi salah

satu isu di Kabupaten Kulon Progo. Permasalahan pengelolaan pertanahan

antara lain adalah belum optimalnya tanah-tanah masyarakat dan pemerintah

yang belum bersertifikat; belum optimalnya pengelolaan fasilitas pemanfaatan

tanah kas desa; belum optimalnya penyelesaian permasalahan sengketa

pertanagan; dan belum optimalnya identifikasi dan pengelolaan asilitas

indentifikasi dan inventarisasi tanah-tanah Kasultanan Kraton Ngayogyakarta

dan Kadipaten Pakualaman

364
BAB VI VISI & MISI DAERAH
6.1. Visi Pembangunan

Visi RPJPD adalah pandangan jangka panjang selama 20 tahun mengenai

pembangunan daerah yang didasarkan pada kepentingan daerah. Visi RPJPD

menggambarkan gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang

diharapkan oleh masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo dapat terwujud.

Visi ini menjelaskan arah atau kondisi ideal yang ingin dicapai sesuai dengan kondisi

saat ini, dengan mempertimbangkan menganalisis tren periode sebelumnya,

sehingga dapat ditentukan target masa depan yang diinginkan. Visi bukan sekadar

impian atau serangkaian harapan, melainkan suatu komitmen dan usaha untuk

merencanakan dan mengelola perubahan demi mencapai tujuan yang diinginkan.

Visi pembangunan Kabupaten Kulon Progo tahun 2025-2045 dirumuskan

setelah mengkaji kondisi umum daerah, menganalisis potensi dan permasalahan

yang ada, menilai isu-isu strategis, dan memperhatikan aspirasi dari pemangku

kepentingan (stakeholders) yang kemudian dirumuskan sebagai berikut.

“KULON PROGO BERLIAN 2045”

“Mewujudkan Kabupaten Kulon Progo yang Berketahanan, Edukatif,

Responsif, Lestari, Inklusif, Adil dan Nyaman”

365
Visi Pembangunan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2005-2045 ini diharapkan

akan mewujudkan keinginan dan amanat masyarakat Kabupaten Kulon Progo dengan

tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam

Pembukaan UUD 1945 khususnya bagi masyarakat Kabupaten Kulon Progo. Visi

Pembangunan Kabupaten Kulon Progo tersebut haruslah terukur sehingga dapat

mengetahui tingkat keberhasilan dalam rangka mewujudkan “Kabupaten Kulon

Progo yang Lestari, inklusif, adil, dan nyaman berbasis masyarakat yang

berketahanan, edukatif, dan responsif”.

Untuk mewujudkan Visi mulia Kulon Progo Berlian 2045, maka telah disusun

roadmap dalam rangka implementasi RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2025-

2045,

Roadmap Implementasi RPJPD Kabupaten Kulon Progo 2025-2045

366
6.2. Misi Pembangunan

Misi merupakan pernyataan umum mengenai tindakan-tindakan yang akan

dilakukan untuk mencapai visi. Misi juga dapat dianggap sebagai strategi yang akan

diambil oleh pemerintahan daerah dalam menyediakan dan menyelenggarakan

layanan bagi masyarakat dalam konteks pembangunan secara umum, termasuk

untuk seluruh pemangku kepentingan dalam pembangunan. Dengan

mempertimbangkan inti dari visi pembangunan jangka panjang, maka dirumuskan 5

misi pembangunan jangka panjang daerah Kabupaten Kulon Progo yang terwujud

dalam “PANCA RATNA PEMBANGUNAN|. Dalam upaya mencapai Visi dan Misi

Kulon Progo Berlian 2045, terdapat 22 sasaran super prioritas (Game Changer) yang

terdapat dalam masing-masing misi.

Kerangka Sasaran Super Prioritas (Game Changers) dalam rangka


mewujudkan Kulon Progo Berlian 2045

367
Misi 1: Mewujudkan masyarakat Kulon Progo yang berdaya saing, memiliki

karakter unggul, dan sejahtera, dengan sasaran super prioritas berupa:

1) Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat baik formal maupun non-

formal;

2) Meningkatnya akses dan pemerataan pendidikan bagi masyarakat.

3) Terwujudnya keadilan gizi dan nutrisi masyarakat.

4) Terwujudnya derajat kesehatan yang tinggi bagi seluruh masyarakat.

5) Optimalnya upaya penanggulangan kemiskinan berdasarkan karakteristik

kemiskinan masyarakat.

Adapun Penjabaran terkait sasaran super prioritas, indikator super prioritas, dan

target pada Misi 1 RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2025-2045 disajikan pada

tabel berikut.

Indikator Kinerja Baseline Target


Sasaran Super Prioritas Status
Super Prioritas 2025* 2045
Misi 1: Mewujudkan masyarakat Kulon Progo yang berdaya saing, memiliki karakter unggul, dan
sejahtera.
Rata-rata
kemampuan
Meningkatnya kualitas Literasi Mandat nasional
pendidikan masyarakat berdasarkan dari indikator
baik formal maupun non- asesmen nasional. kinerja RPJPN
formal
a. SD 76,38 100
b. SMP 84,93 100
Meningkatnya akses dan Mandat nasional
Harapan Lama
pemerataan pendidikan 14,75 17,50 dari indikator
Sekolah
bagi masyarakat kinerja RPJPN
Terwujudnya keadilan gizi Prevalensi Stunting
Mandat nasional
dan nutrisi masyarakat (pendek dan sangat
7,87 0 dari indikator
pendek) pada balita
kinerja RPJPN
(%)
Terwujudnya derajat Mandat nasional
Usia Harapan
kesehatan yang tinggi bagi 75,28 80 dari indikator
Hidup (Tahun)
seluruh lapisan masyarakat kinerja RPJPN
Optimalnya upaya
penanggulangan Persentase Mandat nasional
kemiskinan berdasarkan penduduk miskin 14,83 0,5 dari indikator
karakteristik kemiskinan (%) kinerja RPJPN
masyarakat kulon progo

368
Misi 2: Meningkatkan daya saing ekonomi daerah dan menciptakan pemerataan

ekonomi melalui pengembangan potensi lokal, dengan sasaran super prioritas

berupa:

1. Meningkatnya daya saing ekonomi daerah secara umum dan terciptanya

pemerataan ekonomi yang didukung oleh tenaga kerja yang berkualitas.

2. Meningkatnya produktivitas, kualitas, dan nilai tambah komoditas

perikanan dan pertanian untuk meningkatkan daya saing.

Adapun Penjabaran terkait sasaran super prioritas, indikator super prioritas,

dan target pada Misi 2 RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2025-2045 disajikan

pada tabel berikut.

Indikator Kinerja Target


Sasaran Super Prioritas Baseline 2025* Status
Super Prioritas 2045
Misi 2: Meningkatkan daya saing ekonomi daerah dan menciptakan pemerataan ekonomi
melalui pengembangan potensi lokal
Meningkatnya daya saing
Mandat
ekonomi daerah secara umum
nasional dari
dan terciptanya pemerataan LPE 6,57% (2022)
indikator
ekonomi yang didukung oleh
kinerja RPJPN
tenaga kerja yang berkualitas
Mandat
nasional dari
Rasio Gini 0,39
indikator
kinerja RPJPN
Mandat
nasional dari
TPT 4,91
indikator
kinerja RPJPN
Meningkatnya produktivitas,
kualitas, dan nilai tambah
Keberlanjutan
komoditas perikanan dan % sektor pertanian 15,57% (2022)
Target Daerah
pertanian untuk meningkatkan
daya saing

369
Misi 3: Mewujudkan regulasi dan tata kelola pemerintahan yang adaptif,

demokratis, dan responsif.

Indikator Kinerja Target


Sasaran Super Prioritas Baseline 2025 Status
Super Prioritas 2045
Misi 3: Mewujudkan regulasi dan tata kelola pemerintahan yang adaptif, demokratis, dan
responsif
Mandat
Indeks Nasional dari
14,38
Profesionalitas ASN Indikator
Terwujudnya Aparatur Kinerja RPJPN
Pemerintahan yang Produktif
3,45 Mandat Daerah
dan Berintegritas Indeks SPBE

Indeks Kepuasan 83,27 Mandat Daerah


Masyarakat
Meningkatnya partisipasi
Jumlah program
multipihak dalam setiap
dengan OPD lintas * Mandat Daerah
proses pembangunan dan
sektor
inovasi daerah
Meningkatnya kemandirian Indeks Desa Mandat
37,9% Desa Mandiri
desa Membangun Nasional
124 Satuan Inovasi
Inovasi Daerah Mandat Daerah
dan
Terwujudnya inovasi daerah
melalui penelitian dan Penelitian dan
pengembangan 6 Dokumen
Pengembangan Mandat Daerah
Penelitian dan
Daerah
Pengembangan

Misi 4: Menjamin kepastian dan keadilan hukum untuk menciptakan lingkungan

yang nyaman dan aman.

Indikator Kinerja Baseline Target


Sasaran Super Prioritas Status
Super Prioritas 2025 2045
Misi 4: Menjamin kepastian dan keadilan hukum untuk menciptakan lingkungan yang
nyaman dan aman.
Indeks Demokrasi Mandat Nasional
Terwujudnya lingkungan
Indonesia
bermasyarakat yang aman dan
nyaman bagi seluruh masyrakat
Indeks Ketertiban
(kebijakan) 90,14 Mandat Daerah
dan Ketenteraman

370
Indeks Kapasitas 1,492
Mandat Nasional
Fiskal Daerah (Rendah)
dari Indikator
Terwujudnya kemandirian fiskal Kinerja RPJPN
daerah

Persentase SILPA
Mandat Daerah
terhadap APBD 9,81%

Misi 5: Mewujudkan masyarakat yang tangguh melalui pemerataan

pembangunan.

Penjabaran terkait sasaran super prioritas, indikator super prioritas, dan

target RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2025-2045 disajikan pada tabel berikut.

Indikator Kinerja Super Baseline Target


Sasaran Super Prioritas Status
Prioritas 2025 2045
Misi 5: Mewujudkan masyarakat yang tangguh melalui pemerataan pembangunan
Jumlah Rintisan
Kalurahan Budaya
a. Desa/ kalurahan
mandiri budaya 7 (2022)
(unit)
b. Desa/ kalurahan
Meningkatnya sistem 9 (2022)
budaya (unit) Keberlanjutan
pengembangan dan pelestarian
c. Rintisan desa/ Targert Daerah
kebudayaan serta penghidupan
masyarakat lokal kalurahan budaya 35
kategori (2022)
berkembang (unit)
d. Rintisan desa/
kalurahan budaya 37
kategori tumbuh (2022)
(unit)
Meningkatnya minat baca Indeks Pembangunan 67,95 Keberlanjutan
masyarakat Literasi Masyarakat (2022) Targert Daerah
Mewujudkan keluarga berkualitas
yang hidup dalam lingkungan Indeks Pembangunan Keberlanjutan
n/a
berkualitas dengan tercapainya Kualitas Keluarga Targert Daerah
kesetaraan gender
Meningkatnya keragaman dan 91,2 Keberlanjutan
Pola Pangan Harapan
ketahanan bahan pangan pokok (2022) Targert Daerah
Meningkatnya kualitas lingkungan
hidup dan terwujudnya sistem Indeks Kualitas 96,90 Keberlanjutan
pengelolaan sampah yang Lingkungan Hidup (2022) Targert Daerah
berkelanjutan

371
Indikator Kinerja Super Baseline Target
Sasaran Super Prioritas Status
Prioritas 2025 2045
Kondisi Jalan
Semakin kuatnya konektivitas intra Baik 40,12 100
dan inter regional untuk Keberlanjutan
Sedang 30,58 0
menundukung pembangunan Targert Daerah
wilayah Rusak Ringan 13,99 0
Rusak Berat 14,31 0
Meningkatnya kualitas hidup Kesesuaian
masyarakat melalui pemerataan Pemanfaatan Ruang
Keberlanjutan
PSU dan terpenuhinya kebutuhan Struktur Ruang (%) 97 100 Targert Daerah
rumah melalui efektivitas
perencanaan Pola Ruang (%) 92 100
Meningkatnya ketahanan
Mandat nasional
masyarakat melalui mitigasi dan Indeks Ketahanan 0,472
dari indikator
penanganan bencana berbasis Daerah (2022)
kinerja RPJPN
masyarakat
Meningkatnya kualitas akses Cakupan Layanan
Keberlanjutan
komunikasi dan informasi melalui Menara Telekomunikasi 80 100
Targert Daerah
proses digitalisasi (%)

372
BAB VII ARAH KEBIJAKAN & SASARAN POKOK
Arah kebijakan memberikan pedoman tentang langkah-langkah atau

tindakan yang akan diambil untuk mencapai tujuan-tujuan strategis yang ingin

dicapai. Biasanya, arah kebijakan mencakup pemahaman yang mendalam mengenai

masalah atau isu tertentu yang ingin diatasi, serta strategi-strategi yang akan

digunakan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Arah kebijakan juga bisa berkaitan

dengan rencana jangka panjang suatu pemerintah atau organisasi untuk

mengarahkan pembangunan dan pengambilan keputusan.

Sasaran pokok adalah elemen kunci dalam merinci kondisi yang diinginkan

pada akhir periode 20 tahun, serta bagaimana cara mencapai tujuan tersebut sesuai

dengan visi dan misi yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan merujuk kepada

penjelasan misi dalam bab sebelumnya, maka sasaran-sasaran utama telah

dirumuskan untuk dicapai dalam jangka waktu 20 tahun mendatang.

373
Misi, Arah Kebijakan, Sasaran Pokok, Indikator Kinerja, dan Target RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2025-2045

374
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
1 Rata-rata
kemampuan
Mandat
Numerasi
Meningkatkan kualitas Meningkatnya kualitas Sumber nasional dari
berdasarkan
pendidikan di Kulon Daya Manusia indikator
asesmen nasional:
Progo berbasis karakter kinerja RPJPN
a. SD 72,35 100
budaya lokal masyarakat
b. SMP 66,84 100
Meningkatnya kualitas karakter
masyarakat
Meningkatkan partisipasi
Rata-rata lama Mandat
masyarakat dalam
Mewujudkan Meningkatnya partisipasi sekolah penduduk nasional dari
pendidikan melalui 9,40 12,0
masyarakat Kulon masyarakat dalam pendidikan usia di atas 15 tahun indikator
peningkatan akses dan
Progo yang (tahun) kinerja RPJPN
pemerataan pendidikan
berdaya saing,
Meningkatkan upaya Angka Kematian Ibu 232,25 50 Mandat
memiliki karakter
pencegahan kasus Meningkatnya upaya pencegahan (per 100,000 nasional dari
unggul, dan
kematian ibu, bayi, dan kasus kematian ibu kelahiran hidup) indikator
sejahtera.
kematian neonata kinerja RPJPN
Meningkatnya upaya pencegahan Angka Kematian Bayi Keberlanjutan
kasus kematian bayi dan kematian per 10.000 kelahiran 13,32 1 Target
neonatal hidup Daerah
Meningkatkan upaya Tingkat prevalensi Mandat
penanggulangan Tuberkulosis per nasional dari
60,60 0
penyakit menular dan Meningkatnya upaya 100,000 penduduk indikator
tidak menular penanggulangan penyakit menular kinerja RPJPN
dan tidak menular Prevalensi HIV/AIDS Keberlanjutan
(%) 0,0065 0 Target
Daerah

375
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
Meningkatkan cakupan Persentase Mandat
jaminan kesehatan Meningkatnya cakupan jaminan kepesertaan jaminan 97,20 nasional dari
100
nasional kesehatan nasional pemeliharaan (2022) indikator
kesehatan (%) kinerja RPJPN
Meningkatkan kapasitas
kelembagaan untuk Meningkatnya kapasitas
pemantauan dan kelembagaan untuk pemantauan Keberlanjutan
Pelayanan 70,5
penanganan penyakit dan penanganan penyakit 100 Target
Kesehatan ODGJ (%) (2022)
psikologis/ mental health psikologis/ mental health bagi Daerah
bagi semua semua generasi/kalangan
generasi/kalangan
Meningkatkan resiliensi - - - -
Meningkatnya resiliensi masyarakat
masyarakat terhadap
terhadap tantangan global seperti
tantangan global seperti
pandemi
pandemi
Menurunkan tingkat Indeks Kedalaman 1,97 0,5 Keberlanjutan
Menurunnya indeks kedalaman
kemiskinan daerah Kemiskinan Target
kemiskinan
Daerah
Indeks Keparahan 0,43 0,05 Keberlanjutan
Menurunnya indeks keparahan
Kemiskinan Target
kemiskinan
Daerah
2 Meningkatkan Menguatkan iklim Semakin terbukanya peluang pasar Persentase Ekspor 3,63% Mandat
daya saing dagang dan ekspor ekspor Barang dan Jasa (% nasional dari
ekonomi daerah dengan meningkatkan PDB) indikator
dan menciptakan kapasitas pelaku usaha. kinerja RPJPN
pemerataan Semakin optimalnya iklim dagang Realisasi Nilai Usaha Rp3.365.502,423 Keberlanjutan
ekonomi melalui Perdagangan Target
pengembangan Daerah
potensi lokal Meningkatkan kontribusi Meningkatkan kontribusi sektor Rasio PDB Industri 12,24% Mandat
sektor industri industri pengolahan Pengolahan (%) nasional dari

376
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
pengolahan dengan Optimalnya kinerja kawasan indikator
mengoptimalkan fungsi peruntukan industri kinerja RPJPN
kawasan industri
berbasis teknologi.
Meningkatnya daya saing Meningkatnya nilai usaha industri
ekonomi daerah secara
umum dan terciptanya
pemerataan ekonomi
yang didukung oleh
tenaga kerja yang
berkualitas
Meningkatkan kapasitas Meningkatnya rasio volume usaha
koperasi dan UMKM koperasi terhadap PDRB
dalam penciptaan nilai Meningkatnya daya saing UMKM
tambah ekonomi. Meningkatnya kapasitas SDM
koperasi dan UMKM di sektor jasa
Meningkatnya jumlah dan lamanya
masa tinggal
Meningkatnya sarana dan prasarana
pendukung kegiatan wisata
Meningkatkan realisasi Meningkatnya realisasi investasi Nilai Investasi Rp19.562.386,09 Keberlanjutan
investasi yang didukung Target
oleh regulasi yang jelas. Daerah
Meningkatkan Meningkatnya kapasitas tenaga Tingkat 4,91 Mandat
produktivitas tenaga kerja Pengangguran nasional dari
kerja dengan Terbuka (%) indikator
meningkatkan kapasitas kinerja RPJPN
tenaga kerja

377
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
Produktivitas Tenaga 59,61 Keberlanjutan
Kerja Target
Daerah
Semakin banyak dan beragamnya Tingkat Partisipasi 79,31 Mandat
jenis lapangan pekerjaan yang Angkatan Kerja (%) nasional dari
tersedia indikator
kinerja RPJPN
Meningkatkan daya saing Meningkatnya daya saing produk
hasil laut dan perikanan perikanan dan hasil laut
dengan diversifikasi
produk.
Semakin meningkatnya kapasitas
SDM yang didukung oleh tata kelola
kelembagaan perikanan yang baik
Meningkatkan Meningkatnya produktivitas dan Persentase PDRB Mandat
produktivitas pertanian kualitas komoditas pertanian Pertanian nasional dari
dengan indikator
mengintegrasikan kinerja RPJPN
pengelolaannya dari hulu
ke hilir.
Mengoptimalkan pengolahan
seluruh produk pertanian dan
mengurangi timbulan limbah
pertanian
Tetap terjaganya luas lahan
pertanian
3 Mewujudkan Meningkatkan Meningkatnya indeks Indeks 14,38 Meningkat Mandat
regulasi dan tata profesionalisme ASN profesionalitas ASN Profesionalitas ASN Nasional
kelola melalui program
pemerintahan pelatihan, penilaian

378
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
yang adaptif, kinerja, dan
demokratis, dan pengembangan karir
responsif yang berkelanjutan.
Meningkatkan sistem
pelayanan publik melalui Meningkatnya nilai kepuasan Keberlanjutan
Indeks Kepuasan
pengembangan sumber masyarakat terhadap layanan 83,27 Meningkat Target
Masyarakat
daya manusia dan publik yang disediakan Daerah
infrastruktur
Meningkatkan cakupan
pelatihan untuk semua Keberlanjutan
Meningkatnya cakupan pelatihan Cakupan Pelatihan 28 Peserta
ASN melalui program Meningkat Target
terhadap ASN Terhadap ASN Diklatpim
pelatihan berkualitas dan Daerah
relevan.
Meningkatkan efisiensi,
transparansi, dan
akuntabilitas dalam Meningkatnya indeks reformasi Indeks Reformasi Mandat
78,05 Meningkat
birokrasi melalui birokrasi Birokrasi Nasional
reformasi proses dan tata
kelola.
Meningkatkan kualitas
SPBE untuk memberikan
pelayanan yang lebih
Meningkatnya kualitas Sistem
cepat dan efisien kepada Indikator
Pemerintahan Berbasis Indeks SPBE 3,45 Meningkat
masyarakat melalui Nasional
perbaikan infrastruktur
Elektronik
dan peningkatan
kapasitas SDM
Realisasi Program Keberlanjutan
Meningkatkan kolaborasi Meningkatnya kualitas SDM
Yang Melibatkan * Target
dan sinergi antar OPD Perencana dan peningkatan
Lintas OPD Daerah

379
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
melalui pengembangan upaya keterlibatan multi sektor
kelembagaan (pentahelix)dalam perencanaan
Mewujudkan
Indeks Desa 37,9% Desa Mandat
pemberdayaan bagi Peningkatan kemandirian desa Meningkat
Membangun Mandiri Nasional
lebaga yang ada di desa
Mewujudkan sistem
pengarsipan yang efektif Lestarinya historis pembangunan Wilayah Yang Telah Keberlanjutan
dan efisien untuk daerah Kulon Progo melalui Menerapkan Sistem 100% Kelurahan Meningkat Target
mencapai keamanan dan sistem pengarsipan yang optimal Arsip Sesuai Standar Daerah
ketahanan arsip daerah
Mewujudkan
124 Satuan
pemerintahan yang Jumlah Inovasi
Inovasi dan 6 Keberlanjutan
mendukung upaya Meningkatnya penelitian, Daerah dan
Dokumen Meningkat Target
penelitian dan pengembangan, dan inovasi daerah Penelitian dan
Penelitian dan Daerah
pengembangan serta Pengembangan
Pengembangan
inovasi - inovasi daerah
Menjamin
Mewujudkan Terwujudnya
Kepastian dan
lingkungan lingkungan
Keadilan Hukum Indeks
bermasyarakat yang bermasyarakat yang
4 Untuk Ketertiban dan
aman dan nyaman aman dan nyaman 90,14
Menciptakan Ketenteraman"
bagi seluruh bagi seluruh
Lingkungan Yang
masyarakat masyrakat (kebijakan)
Nyaman dan Aman

380
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
Mewujudka

upaya untuk

meningkatan

pendapatan asli Terwujudnya Indeks


1,492
4 daerah serta kemandirian fiskal Kapasitas Fiskal
(Rendah)
pengeluaran yang daerah Daerah

efisien melalui

pengembangan

sistem dan SDM

Mewujudkan lingkungan Terwujudnya lingkungan Indeks Ketertiban Meningkat Keberlanjutan


bermasyarakat yang bermasyarakat yang aman dan dan Ketenteraman" 90,14 Target
aman dan nyaman bagi nyaman bagi seluruh masyrakat Daerah
seluruh masyarakat (kebijakan)
5 Mewujudkan Mewujudka upaya untuk Terwujudnya kemandirian fiskal Indeks Kapasitas 1,492 (Rendah) Meningkat Mandat
Masyarakat Yang meningkatan daerah Fiskal Daerah Daerah
Tangguh Melalui pendapatan asli daerah Meningkatnya upaya konservasi Jumlah Rintisan
Pemerataan serta pengeluaran yang keberagaman budaya lokal dan Kalurahan Budaya
Pembangunan efisien melalui pembangunan sistem serta sumber
pengembangan sistem daya manusia yang berbudaya
dan SDM
Meningkatkan upaya
dalam mengembangkan
keberagaman unsur
kebudayaan serta
penghidupan masyarakat
untuk menciptakan

381
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
lingkungan yang nyaman
dan berbudaya

Mewujudkan Meningkatkan kesadaran Meningkatnya kesadaran


Masyarakat Yang masyarakat mengenai pentingnya membaca melalui
Tangguh Melalui pentingnya membaca layanan membaca
Desa/
Pemerataan melalui layanan Meningkatnya upaya konservasi
Pembangunan perpustrakaan daerah keberagaman budaya lokal dan kalurahan mandiri
yang berkualitas pembangunan sistem serta sumber
budaya (unit)
Meningkatkan upaya daya manusia yang berbudaya
7 (2022)
dalam mengembangkan Jumlah
keberagaman unsur
Rintisan Kalurahan
kebudayaan serta
penghidupan masyarakat Budaya
untuk menciptakan
lingkungan yang nyaman
dan berbudaya
Desa/ kalurahan
97 (2022)
mandiri budaya (unit)
Rintisan desaDesa/
kalurahan budaya
359 (2022)
kategori berkembang
(unit)
Rintisan desa/
kalurahan budaya
kategori 3735 (2022)
tumbuhberkembang
(unit)

382
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
Terwujudnya sistem Indeks
Meningkatkan kesadaran pengelolaan sampah yang Pembangunan
masyarakat mengenai berkelanjutan Literasi Masyarakat
pentingnya membaca Meningkatnya kesadaran Rintisan desa/ 67,9537 (2022)
melalui layanan pentingnya membaca melalui kalurahan budaya
perpustrakaan daerah layanan membaca kategori tumbuh
yang berkualitas (unit)
Indeks
Pembangunan
n/a
Kualitas
67,95 (2022)
KeluargaLiterasi
Masyarakat
Mewujudkan lingkungan Meningkatnya kualitas jaringan jalan Pola Pangan
nyaman dan aman Meningkatnya perlindungan dan Harapan
91,2 (2022)
dengan memperhatikan pemberdayaan bagi anak dan Indeks
n/a
kesetaraan gender untuk perempuan Pembangunan
menciptakan keluarga Kualitas Keluarga
dan lingkungan yang Meningkanya kualitas infrastruktur
berkualitas jaringan drainase dan sanitasi
Indeks Kualitas
Mewujudkan ketahanan Meningkatnya nilai PPH
Lingkungan Hidup
pangan dengan 96,9091,2 (2022)
Pola Pangan
keragaman bahan
Harapan
pangan pokok

Meningkatkan kualitas Terpenuhinya kebutuhan rumah Target Pengurangan


hidup masyarakat pada setiap keluarga Sampah Rumah
19.929,92
melalui perwujudan Meningkatnya kualitas lingkungan Tangga dan Sampah
96,90 (2022)
lingkungan yang sehat hidup Sejenis Rumah
Tangga (ton)

383
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
Indeks Kualitas
Lingkungan Hidup
Meningkatnya Meningkatnya percepatan dalam Kondisi Jalan (%)
percepatan dalam menentapkan dokumen Target Pengurangan
menentapkan dokumen perencanaan Sampah Rumah
19.929,92
perencanaan Terwujudnya sistem pengelolaan Tangga dan Sampah
sampah yang berkelanjutan Sejenis Rumah
Tangga (ton)
Meningkatkan tertib lalu Meningkanya kualitas mitigasi dan
lintas dan pemenuhan penanganan bencana berbasis
kebutuhan infrastruktur masyarakat
untuk menghadapi Meningkatnya tertib lalu lintas dan
Baik
perkembangan kawasan pemenuhan kebutuhan infrastruktur 40,12
Kondisi Jalan (%)
Meningkanya kualitas untuk menghadapi perkembangan
mitigasi dan penanganan kawasan
bencana berbasis
masyarakat
Sedang 30,58
Baik 40,12
Rusak Ringan 13,99
Sedang 30,58
Meningkatnya tata kelola 14,31
Rusak BeratRingan
administrasi pertanahan 13,99
Kondisi Jaringan
Irigasi menurut
Daerah Irigasi dan
Kewenangan di 14,31
Kabupaten Kulon
Progo (%)
Rusak Berat

384
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
Meningkatkan kualitas Meningkanya kualitas infrastruktur Baik 61
infrastruktur jaringan air jaringan drainase dan sanitasi Kondisi Jaringan
dan limbah untuk Irigasi menurut
menciptakan lingkungan Daerah Irigasi dan
yang sehat Kewenangan di
Kabupaten Kulon
Progo (%)
Sedang 12
Baik 61
Rusak Ringan 8
Sedang 12
19
Rusak BeratRingan
8
Jumlah defisit rumah
(unit)
Rusak Berat 19
Meningkatkan kualitas Terpenuhinya kebutuhan rumah Kesesuaian 40.119
fasilitas permukiman pada setiap keluarga Pemanfaatan Ruang
Jumlah defisit rumah
(unit)
Meningkatnya Meningkatnya percepatan dalam Struktur Ruang (%)
percepatan dalam menentapkan dokumen Kesesuaian 97
menentapkan dokumen perencanaan Pemanfaatan Ruang
perencanaan 92
PolaStruktur Ruang
(%) 97

Indeks Ketahanan 0,472


Daerah
(2022)
Pola Ruang (%)

385
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
92

Meningkanya kualitas Meningkanya kualitas mitigasi dan Cakupan layanan 80


mitigasi dan penanganan penanganan bencana berbasis Telekomunikasi 0,472
bencana berbasis masyarakat Indeks Ketahanan
masyarakat Daerah (2022)

Meningkatkan kualitas Meningkatnya kualitas infrastruktur Indeks SPBE


3,45
infrastruktur jaringan jaringan komunikasi Cakupan layanan
komunikasi Telekomunikasi 80

Meningkatkan integrasi Meningkatnya integrasi dan Inventarisasi dan


dan keamanan informasi keamanan informasi pendaftaran Tanah
Kasultanan, Tanah
Kadipaten dan Tanah
Kalurahan di
Kabupaten Kulon
Progo
3,45
Indeks SPBE
Meningkatnya tata kelola Meningkatnya tata kelola Tanah Kasultanan 1.399
administrasi pertanahan administrasi pertanahan Inventarisasi dan
pendaftaran Tanah
Kasultanan, Tanah
Kadipaten dan Tanah
Kalurahan di
Kabupaten Kulon
Progo
Tanah 488
KadipatenKasultanan
1.399

386
Baseline Target
No. Misi RPJPD Arah Kebijakan Sasaran Pokok Indikator Kinerja Status
2025* 2045
Tanah 4.062
DesaKadipaten
488

Tanah Desa 4.062

387
388
BAB VIII PENUTUP

Upaya pembangunan wilayah


yang dilakukan oleh Pemerintah
Kabupaten Kulon Progo terus
dilakukan tanpa henti. Hal ini
dilakukan dalam rangka
memberikan pelayanan kepada
masyarakat untuk dapat
berkembang dan mendapatkan
tujuan akhir kesejahteraan
dalam menjalankan kehidupan
di Kabupaten Kulon Progo.
Semangat ini selaras dengan
upaya Pemerintah Republik
Indonesia dalam mewujudkan visi Indonesia Emas pada tahun 2045. Kabupaten
Kulon Progo yang merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta, harus dapat
mendukung upaya pembangunan daerah dengan karakter local, serta turut serta
dalam upaya mewujudkan visi Indonesia Emas 2045 tersebut. Oleh karena itu,
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kulon
Progo Tahun 2025-2045 telah mempertimbangkan berbagai visi sampai dengan
target pembangunan di tahun 2045.

389
Pada konteks diatas, dokumen RPJPD Kabupaten Kulon Progo tahun 2025-
2045 diwujudkan dengan upaya menciptakan Kulon Progo BERLIAN yaitu singkatan
dari Kulon Progo yang Berketahanan, Edukatif, Responsif, Lestari, Inklusif, Adil, dan
Nyaman. Unsur-unsur prioritas selama 20 tahun kedepan yang akan menjadi focus
sasaran dalam mewujudkan system pelayanan serta kondisi masyarakat di
Kabupaten Kulon Progo. Visi diatas yang kemudian dilanjutkan dengan kebijakan
transformative, yang diawali dengan memetakan faktor peubah untuk menuju kondisi
akhir yang diharapkan. Metode ini yang kemudian disebut sebagai faktor game
changers pada dokumen RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2025-2045.

Disamping itu, upaya mewujudkan kondisi akhir pembangunan jangka


Panjang daerah dapat dilakukan dengan upaya transformative dari berbagai sektor di
Kabupaten Kulon Progo. Beberapa upaya transformative tersebut dapat dilakukan
dalam sektor sosial, ekonomi, kelembagaan, dan dengan dasar supremasi hukum dan
kestabilan politik daerah, serta ketahanan sosial-budaya dan ekologi di masyarakat.
Pada akhirnya, indikator kinerja pembangunan dapat diukur secara jelas melalui
skema kebijakan berbasis luaran atau outcome based policy.

Keberadaan dokumen RPJPD Kabupaten Kulon Progo Tahun 2025-2045 ini


diharapkan mampu memberikan kepastian arah untuk mewujudkan sistem
pemerintahan yang kuat. Keberadaan dinamika demokrasi kepemimpinan daerah,
tidak akan banyak berpengaruh terhadap keberlanjutan program dan arah
pembangunan. Kesinambungan pembangunan yang diharapkan mampu terwujud,
sehingga masyarakat dapat merasakan konsistensi pembangunan di wilayah
Kabupaten Kulon Progo. Oleh karena itu, dalam upaya mendapatkan hasil dokumen
yang maksimal dan dapat menerapkan inklusifitas dalam proses pembangunan,
maka seluruh elemen masyarakat Kabupaten Kulon Progo diharapkan dapat
mempelajari dokumen Rancangan Awal (Ranwal) RPJPD Kabupaten Kulon Progo
Tahun 2025-2045 ini. Masukan dan saran yang konstruktif diharapkan terus
berkembang untuk mewujudkan pembangunan Kabupaten Kulon Progo
sebagaimana yang dicita-citakan Bersama.

390
391

Anda mungkin juga menyukai