OLEH:
Distia Anggraini, S.Kep
Veby Oktari, s. Kep
Five Meilani, s. Kep
Bela Puspitasari, s. Kep
Isabella, s. Kep
Oktri Yana Sari, s. Kep
Susi Susanti, s. Kep
Ratna Chintia, s. Kep
Shella Anjeli Suryani, s. Kep
Nurdayanti, s. kep
PEMBIMBING:
(Smeltzer, 2008)
FAKTOR RESIKO
1. Usia
Stroke dapat menyerang siapa saja, semakin tua usia seseorang maka semakin
besar kemungkinan orang tersebut terkena stroke.
2. Jenis kelamin
Laki-laki dua kali lebih beresiko daripada perempuan, tetapi jumlah perempuan
yang meninggal karena stroke lebih banyak
3. Riwayat kesehatan
Seseorang dengan riwayat keluarga pernah mengalami stroke beresiko lebih
tinggi daripada keluarga tanpa riwayat stroke
4. Ras
Ras Afrika-Amerika mempunyai resiko tinggi mengalami kematian dan kecacatan
akibat stroke dibandingkan dengan ras kulit putih
5. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi merupakan faktor resiko utama penyebab stroke. Pada
keadaan ini terjadi peningkatan curah jantung karena peningkatan kontraksi
jantung. Peningkatan pertahanan perifer disebabkan oleh vasokontriksi atau
hipertrofi struktural dari dinding pembuluh darah
6. Merokok
Merokok dapat mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan peningkatan
plak pada dinding pembuluh darah yang dapat menghambat sirkulasi darah.
7. Diabetes melitus
Penyakit diabetes mellitus dapat mempercepat timbulnya plak pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan resiko terjadinya stroke iskemik
8. Obesitas
Peningkatan berat badan dapat mengakibatkan resiko stroke. Obesitas juga
dapat menimbulkan faktor resiko lainnya seperti tekanan darah tinggi,
tingginya kolesterol jahat, dan kadar gula
9. Penyakit pada arteri karotis dan arteri lainnya
Pembuluh darah arteri carotid merupakan pembuluh darah utama yang
membawa darah ke otak dan leher. Rusaknya pembuluh darah carotid akibat
lemak menimbulkan plak pada dinding arteri sehingga menghalangi aliran
darah di arteri
10.Kurang aktivitas fisik
11.Dislipidemia
12.Stress
13.Estrogen
MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis tersering yang terjadi yaitu hemiparese yang
dimana Pendeita stroke non hemoragik yang mengalami infrak
bagian hemisfer otak kiri akan mengakibatkan terjadinya
kelumpuhan pada sebalah kanan, dan begitu pula sebaliknya
dan sebagian juga terjadi Hemiparese dupleks, pendeita stroke
non hemoragik yang mengalami hemiparesesi dupleks akan
mengakibatkan terjadinya kelemahan pada kedua bagian tubuh
sekaligus bahkan dapat sampai mengakibatkan kelumpuhan
(Masayu, 2014).
Adapun manifestasi klinis stroke non hemoragic menurut
Misbach (2011) yaitu :
1. Hipertensi
2. Gangguan motorik (kelemahan otot, hemiparese)
3. Gangguan sensorik
4. Gangguan visual
5. Gangguan keseimbangan
6. Nyeri kepala (migran, vertigo)
7. Muntah
8. Disatria (kesulitan berbicara)
9. Perubahan mendadak status mental (apatis, somnolen,
delirium, suppor, koma)
PATOFISIOLOGIS
Faktor yang dapat dimodifikasi :
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi : 1. Hipertensi
1. Umur 2. Hiperkolestero
2. Ras 3. Diabetes melitus
3. Jenis kelamin 4. Riwayat penyakit jantung
4. Genetik 5. Life style (obesitas, diet, stress,
dll)
(Muttaqin, 2008)
KOMPLIKASI
Komplikasi berdasarkan waktu terjadinya stroke menurut Dellima D R,
(2019) sebagai berikut:
1) Berhubungan dengan imobilisasi
2) Infeksi pernafasan
3) Nyeri berhubungan dengan daerah yang tertekan
4) Konstipasi
5) Tromboflebitis
6) Berhubungan dengan mobilisasi
7) Nyeri daerah punggung
8) Dislokasi sendi
9) Berhubungan dengan kerusakan otak
10)Epilepsi
11)Sakit kepala
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Angiografi serebral
• Lumbal Pungsi
• CT Scan
• MRI
• USG Doppler
• EEG
• EKG
• Pemeriksaan darah dan urine seperti ( hitung darah
lengkap, tes koagulasi, dan serologis untuk sifilis)
(Muttaqin, 2008)
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
Terapi pada penderita stroke non hemoragik menurut Esther (2010)
bertujuan untuk meningkatkan perfusi darah ke otak, membantu
lisis bekuan darah dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi
jaringan otak yang masih aktif dan mencegah cedera sekunder lain,
beberapa terapinya adalah :
• Terapi trombolitik
• Terapi antikoagulan
• Terapi antitrombosit
• Terapi suportif
Penatalaksanaan non farmakologis
• Perubahan Gaya Hidup Terapeutik
• Aktivitas fisik
Rehabilitasi Pemberian Stimulasi Dua Dimensi
Terapi ini bertujuan untuk :
1. Mengoptimalkan dan memodifikasi keampuan fungsional
2. Memperbaiki fungsi motorik, wicara, kognitif dan fungsi lain yang
terganggu
3. Membantu melakukan kegiatan aktivitas sehari – hari
4. Readaptasi sosial dan mental untuk memulihkan hubungan interpersonal dan
aktivitas sosial
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam rehabilitasi medik pasien stroke meliputi:
1. Latihan rentang gerak aktif dengan cylindrical grip
latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki pergerakkan
sendi untuk meningkatkan masa otot dan kekuatan otot (Potter & Perry, 2005)
2. Terapi musik untuk mengembalikan fungsi individu sehingga dapat mencapai
kualitas hidup yang lebih baik, melakukan pencegahan, pengobatan, dan
rehabilitasi dengan pemberian terapi karena musik dianggap mempunyai
kekuatan untuk menyembuhkan (Wingram, 2004)
Identitas Pasien
• NAMA : Ny. S
• UMUR : 71 tahun
• ALAMAT : Belilik, bangka tengah
• AGAMA : Islam
• PEKERJAAN : Wiraswasta
• STATUS : Janda
• SUKU BANGSA: Indonesia
• TANGGAL MASUK : 21 Oktober 2022
• DIRAWAT YANG KE : 3
Anamnesa
Keluhan penyakit saat ini : keluarga klien mengatakan alasan masuk ke
RS karena lengan dan tungkai kanan terasa
lemah dan tidak bisa digerakkan sejak ±10 jam Sebelum
Masuk Ke Rumah Sakit, sulit untuk bicara
Keluhan Utama : lengan dan tungkai kanan terasa lemah dan
tidak bisa digerakkan sejak ±10 jam Sebelum
Masuk Ke Rumah Sakit, sulit untuk bicara
Riwayat Penyakit Sekarang :
Status Present
• Keadaan Umum : tampak sakit sedang
• Kesadaran : compos mentis
• GCS : E4V5M6
• Tanda Vital :
Tekanan darah : 180/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,8 derajat celcius
Status Generalis
Pemeriksaan Kulit
• Warna kulit sawo matang, tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit cukup, cappilary refil
kurang dari 2 detik dan teraba hangat.
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan Leher
Cor
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
• Perkusi
• Batas atas kiri : ICS II garis parasternal sinistra dengan bunyi redup. Batas atas
kanan : ICS II garis parasternal kanan dengan bunyi redup.
• Batas bawahh kiri : ICS V garis midklavicula sinistra dengan bunyi redup.
• Batas bawah kanan : ICS IV garis parasternal dextra dengan bunyi redup.
• Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
• Inspeksi : Dinding thoraks simetris pada saat statis maupun dinamis, retraksi otot-otot
pernapasan (-)
• Palpasi : Simetris, vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri
• Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
• Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-)
Pemeriksaan Abdomen
• Inspeksi : simetris, datar, distensi (-), jaringan parut (-), pelebaran vena (-)
• Auskultasi : peristaltik usus (+), normal
• Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, massa (-).
• Perkusi : timpani pada lapang perut, nyeri ketok
CVA (-), shifting dullness (-)
Pemeriksaan Ekstremitas
• Superior : Jejas (-/-), skar (-/-), vulnus (-/-), massa (-/-), sianosis (-/-),
edema (-/-), capillary refill <2 detik, akral hangat (-/-), terdapat kelemahan
ekstremitas kanan.
• Inferior : Jejas (-/-), skar (-/-), vulnus (-/-), massa (-/-), sianosis (-/-),
edema (-/-), capillary refill <2 detik, akral hangat (-/-), terdapat kelemahan
ekstremitas kanan.
Nervus Kranialis
• N-II (Optikus)
Tajam Penglihatan : 6/6 / 6/6
Lapang Pandang : +/+
Tes Warna : tidak ada kelainan
Fundus Okuli : tidak dilakukan pemeriksaan
N-III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, Abducens)
• Kelopak mata :Ptosis (-/-) Endoftalmus (-/-) Exsoftalmus (-/-)
• Pupil: isokor, bulat, diameter 3mm/3mm, posisi medial , refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung +/+
• Gerakan bola mata :
Superior + +
Inferior + +
Lateral + +
Medial + +
Supero - lateral + +
Supero - medial + +
Infero - lateral + +
Infero - medial + +
N-V (Trigeminus)
Sensorik
• N-V1 (Opthalmica) : + (simetris pada kedua sisi merasakan rangsangan)
• N-V2 (Maksilaris) : + (simetris pada kedua sisi merasakan rangsangan)
• N-V3 (Mandibularis) : + (simetris pada kedua sisi merasakan rangsangan)
Motorik
• m.Maseter : +/+
• m.Temporalis : +/+
• m.Pterigoideus : +/+
N. cochlearis
• Ketajaman pendengaran : normal/normal
• Tinitus : (-/-)
• Gesekan jari : kanan dan kiri sama
N. vestibularis
• Nistagmus : (-/-)
• Tes vertigo : tidak dilakukan
N.Glossopharingeus (N.IX) dan N.vagus (N.X)
N.Hipoglossus (N.XII)
• Atropi : tidak ada kelainan
• Fasikulasi : tidak ada kelainan
• Deviasi : lidah mencong ke kiri
RANGSANGAN MENINGEAL
Refleks Fisiologis
• Biseps : +/+
• Triseps : +/+
• Patella : +/+
• Achilles : -/+
Refleks Patologis
• Hoffman Tromner : -/-
• Babinsky : -/-
• Chaddock : -/-
• Openheim : -/-
• Scahaefer : -/-
• Gordon : -/-
• Gonda : -/-
UJI SENSIBILITAS
Eksteroseptif Propioseptif
Rasa Sikap : tidak ada kelainan
Superior Ka/Ki Inferior Ka/Ki
Rasa Getar : tidak ada kelainan
• Rasa Raba : tidak ada kelainan Rasa Nyeri Dalam : tidak ada kelainan
• Rasa Nyeri : tidak ada kelainan
• Rasa Suhu Panas : tidak ada kelainan Fungsi Kortikal
• Rasa Suhu Dingin : tidak ada kelainan Barognosia : tidak ada kelainan
Stereognosia : tidak ada kelainan
Susunan Saraf Otonom
Miksi : menggunakan kateter urin
Defekasi : belum BAB Koordinasi
Tes Tunjuk Hidung : tidak ada kelainan
Fungsi Luhur
Tes Pronasi Supinasi : tidak ada kelainan
Fungsi bahasa : aphasia
gangguan bahasa
Fungsi orientasi : tidak ditemukan
gangguan orientasi
Fungsi memori : tidak ditemukan
gangguan memori
Fungsi emosi : tidak ditemukan
gangguan emosi : tidak ditemukan
Resume
Pasien datang ke poliklinik saraf Rs. Pertamina Bintang Amin dengan keluhan mendadak lemah
pada anggota gerak sebelah kanan sejak ±10 jam sebelum masuk RS. Keluhan ini dialami pasien pada saat
bangun tidur dan mau pergi kekamar mandi untuk BAK. Pada saat pasien bangun dari tempat tidur dan
mau pergi berjalan kekamar mandi, tiba-tiba tungkai dan lengan kanan lemah dan sulit untuk digerakkan.
Pasien berusaha untuk berdiri tetapi tidak bisa, pada saat bersamaan pasien menjadi sulit bicara dan
terlihat mengantuk terus-menerus. Pasien tidak hilang kesadaran, tidak muntah, tidak kejang. Istri pasien
menceritakan sebelum pasien mengalami peristiwa ini, pasien mengeluh nyeri kepala dan mengeluh
anggota gerak sempat terasa kesemutan.
Sebelumnya pasien sudah mengalami keluhan seperti ini pada anggota gerak sebelah kanan juga
pada 1 tahun lalu, namun tidak separah sekarang dan keluhan sudah membaik.Riwayat hipertensi(+),
(konsumsi obat teratur (amlodipin 1x1)) Diabetes Militus (+), (pada tahun 2013 tetapi tidak pernah
kontrol dan konsumsi obat).Penyakit jantung, paru, ginjal, kolesterol dan alergi (-)
Pada pemeriksaan visik, pasien datang dengan keadaan tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, GCS E4V5M5, vital sign TD 180/90 mmHg, N 88x/menit, RR 24x/menit, dan T 36,80C.
Pada status generalisata tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan neurologi didapati kelainan pada
N.XII. Kelainan pada N.XII didapatkan deviasi lidah ke arah kiri.
Pada pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium didapati ureum 50 mg/dl dan
creatinin 1,7 mg/dl. Pada CT Scan kepala non kontras tampak infark serebri (lama) multiple a/r substansia
alba periiventrikuler lateralis cornu anterior kanan dan capsula interna kanan, tampak Infark serebri (baru)
multiple a/r kapsula interna kiri, nucleus caudatus kiri dan centrum semiovale kiri,tampak Sinus maxillaris
bilateral terutama kiri.
Diagnosis
• Diagnosis Kerja : Hemiparase dextra ec Stroke Non Hemorragik
KESAN :
• Infark serebri (lama) multipel a/r substansia alba periventrikuler lateral cornu anterior kanan
dan kapsula interna kanan
• Infark serebri (baru) multipel a/r kapsula interna kiri dan nucleus caudatus kiri
dan centrum semiovale kiri