Anda di halaman 1dari 31

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

STROKE NON HEMORAGIK

1. DENDI 8. CINDY MEI

2. DINA PURWANTI 9. DAPID

3. DINA RAULI 10. ZAHRA

4. DZAKI 11. YUSRA

5. EKA 12. NI PUTU

6. WULANDARI 13. NURUL AINI

7. NURUL BADRIYAH 14. ETY EPRIANI


PENGERTIAN

Stroke non hemoragik merupakan stroke yang


disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah
otak berupa obstruksi atau sumbatan yang
menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak terjadi
perdarahan (American Heart Association, 2018).
Menurut Chaplan, (2015) Stroke non hemoragik
adalah kelainan yang kompleks dengan beberapa
etiologi dan manifestasi klinis yang tidak tetap.
JENIS STROKE NON HEMORAGIK

1. Transient non hemoragik attack (TIA) adalah serangan stroke sementara, gejala defisit
neurologis hanya berlangsung kurang dari 24 jam.

2. Reversible non hemoragik neurologic deficits (RIND) adalah kelainan atau gejala neurologis
menghilang antara lebih dari 24 jam sampai 3 minggu.

3. Stroke in evolution adalah stroke yang gejala klinisnya secara bertahap berkembang dari ringan
sampai semakin berat.

4. Stroke komplit adalah stroke dengan defisit neurologis yang menetap dan sudah tidak
berkembang lagi.
ETIOLOGI

Stroke non hemoragik disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah pada otak otak yang disebabkan
oleh tumpukan thrombus akibat timbunan lemak (plak) didalam pembuluh darah arteri karotis,
pembuluh darah sedang arteri serebri atau pembuluh darah kecil. Plak dapat menyebabkan dinding
dalam pembuluh darah tebal dan kasar, sehingga aliran darah tindak lancar.
Stroke non hemoragik disebabkan oleh terjadinya trombosis atau embolis yang mengenai pembuluh
darah di otak dan mengakibatkan obstruksi aliran darah ke bagian otak yang mengenai satu atau lebih
pembuluh darah di otak (Juwita, 2018).
PATOFISIOLOGI
FAKTOR RISIKO STROKE NON HEMORAGIK

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
❑ Hipertensi ❑ USIA

❑ Diabetes Mellitus ❑ JENIS KELAMIN


❑ Merokok
❑ GENETIK
❑ Obesitas
❑ Penyakit Jantung
❑ Sistem Metabolik
❑ Migrain
❑ NARKOBA

❑ ALKOHOL

❑ HIPERKOLESTEROL
MANIFESTASI KLINIS

• Manifestasi stroke non hemoragik termasuk hemiparesis transient (tidak permanen), kehilangan
kemampuan bicara dan kehilangan sensori setengah. Manifestasi karena trombosis berkembang
dalam hitungan menit ke hitungan jam sampai hari. Serangan yang lambat terjadi karena ukuran
trombus terus meningkat (Black & Hawks, 2014).
• Gejala yang ditimbulkan akibat stroke yaitu berupa defisit (penurunan) neurologis global dan fokal.
Gejala defisit global merupakan tanda yang khas dan sering dijumpai pada penderita stroke yaitu
kelemahan pada seluruh bagian anggota tubuh dan karena stroke terjadi secara mendadak akibatnya
menyebabkan gangguan kesadaran pada penderita.
REHABILITASI MEDIS PADA STROKE SECARA UMUM DIBEDAKAN DALAM BEBERAPA
FASE, YAITU (PARYONO, 2019) :

Rehabilitasi Medis pada Stroke Secara umum dibedakan dalam beberapa fase, yaitu (Paryono, 2019) :
1. Stroke Fase Akut:
2. Stroke Fase Subakut
3. Stroke Fase Kronis:
PENATALAKSANAAN STROKE NON HEMORAGIK

• Menurut Guideline Strokes Penatalaksanaan di Instalasi Gawat Darurat sebagai berikut (PERDOSSI, 2016):

❑ Evaluasi cepat dan diagnosis


❑ Anamnesis
❑ Pemeriksaan fisik
❑ Pemeriksaan neurologis
❑ Penatalaksaaan Medis
PENATALAKSAAN MEDIS

Menurut (American Heart Association, 2018) Penatalaksanaan medis untuk stroke non hemoragik akut adalah :

a) Pemantauan jantung direkomendasikan supaya mengetahui fibrilasi atrial serta penyakit lainnya dalam 24 jam pertama.

b) Pemberian rtPA, pasien dengan tekanan darah tinggi harus diturunkan dengan hati-hati ke angka sistolik < 185 dan diastolik < 110 serta dipertahankan
dibawah 180/105 mmHg setidaknya selama 24 jam pertama setelah pemberian rtPA melalui intravena.

c) Oksigen tambahan harus diberikan untuk mempertahankan SaO2 > 95%.

d) Pasien dengan tekanan darah sistolik > 220 dan diastolik > 120 mmHg tidak dapat diberikan fibrinolisis sehingga harus diturunkan sebesar 15% selama 24
jam pertama.

e) Hipovolemia dan aritmia jantung harus dikoreksi.

f) Pertahankan kadar gula darah antara 140 - 180 mg/dL.

g) Penggunaan kateter urin rutin tidak direkomendasikan, karena akan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih.

h) Mobilisasi awal yang intensif dalam 24 jam pertama tidak boleh dilakukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut (Amin Huda. N, 2015) Pemeriksaan penunjangnya meliputi :

❑ foto rontgen,
❑ CT Scan,
❑ EKG,
❑ Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, hemostasis, glukosa darah, analisis urin,
analisa gas darah, dan elektrolit, profile lipid)
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

Pengkajian Keperawatan
• Identitas Pasien

• Keluhan Utama

• Riwayat Kesehatan Sekarang

• Riwayat Kesehatan Dahulu

• Riwayat Penyakit Keluarga

• Riwayat Psikososial

• Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan Penunjang
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017).

Definisi :Berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak.

Faktor risiko : Embolisme, Hipertensi

Kondisi klinis terkait : Stroke


2. Nyeri Akut (D.0077).

Definisi Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan. .

Penyebab : Agen pencedera fisiologis (iskemia)

Gejala dan Tanda. Mayor: ( Subjektif : Mengeluh nyeri , Objektif :Tampak meringis, Bersikap protektif (mis.Waspada, posisi mengindari nyeri), Gelisah,
frekuensi nadi meningkat, Sulit tidur.

Minor (Subjektif : Tidak tersedia , Objektif : Tekanan darah meningkat, Pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses berpikir terganggu, Menarik
diri, Berfokus pada diri sendiri dan diaphoresis, Kondisi klinis terkait, Sindrom korener akut)
3. Defisit Nutrisi (D.0019).

Definisi :Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism. Penyebabnya Kurang asupan makanan, Ketidakmampuan menelan makanan.

Gejala dan tanda Mayor : Subjektif : Tidak terjadi Objektif : Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal.

Gejala dan tanda Minor Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, Kram/nyeri abdomen, Nafsu makan menurun

Objektif Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Otot menelan lemah, Membran mukosa pucat.

Kondisi klinis terkait

a. Stroke

b. Kerusakan neuromuskuler
4. Gangguan Persepsi Sensori (D.0085).

Definisi : Perubahan persepsi terhadap stimulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan atau terdistorsi.

Penyebabnya adalah Gangguan pengelihatan , Gangguan pendengaran, Gangguan penghiduan, Gangguan perabaan

Gejala dan tanda Mayor Subjektif Mendengar bisikan atau melihat bayangan, Merasakan sesuatu melalui indra perabaan,penciuman, perabaan atau Pengecapan

Objektif :Distorsi sensori, Respon tidak sesuai, Bersikap seolah melihat,mengecap, meraba, atau mencium sesuatu.

Minor Subjektif : Menyatakan kesal

Objektif : Menyendiri, Melamun, Konsentrasi buruk, Disorientasi waktu, tempat, orang atau situasi, Bicara sendiri
5. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054)

Definisi : Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri.

Penyebabnya adalah Ketidakbugaran fisik, Penurunan kekuatan otot , Gangguan neuromuscular, Nyeri, Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik ,
Gangguan kognitif, Gangguan sensori persepsi.

Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, Objektif Tampak kekuatan otot menurun, Rentang gerak (ROM) menurun.

Minor Subjektif Nyeri saat bergerak, Enggan melakukan pergerakan, Merasa cemas saat bergerak. Objektif Tampak sendi kaku, Gerakan tidak terkoordinasi, Gerakan
terbatas, Fisik lemah, Kondisi klinis terkait, Stroke.
6. Gangguan Integritas Kulit/jaringan (D.0129).

Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis).

Penyebabnya adalah Perubahan sirkulasi , Perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan) , Penurunan mobilitas, Kelembaban, Proses penuaan,
Neuropati perifer, Kurang terpapar informasi tentang upaya mempertahankan /melindungi integritas kulit

Gejala dan Tanda Mayor Subjektif Tidak tersedia. Objektif Kerusakan jaringan dan/atau lapisan kulit

Minor Subjektif Tidak tersedia Objektif : Nyeri, Perdarahan, Kemerahan, Hematoma.

Faktor yang berhubungan adalah Imobilisasi


7. Risiko Jatuh (D.0143).

Definisi Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan akibat terjatuh.

Faktor risiko Usia ≥65 tahun (pada dewasa), Riwayat jatuh, Penurunan tingkat kesadaran, Perubahan fungsi kognitif, Kekuatan otot menurun , Gangguan
pendengaran, Gangguan keseimbangan, Gangguan pengelihatan (mis. Glaukoma, katarak, ablasio retina, neuritis optikus)

Kondisi klinis terkait Penyakit sebrovaskuler


8. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119).

1.Definisi Penurunan, perlambatan, atau ketiadaan kemampuan untuk menerima, memproses, mengirim, dan/atau menggunakan system simbol.

2.Penyebabnya adalah Penurunan sirkulasi serebral, Gangguan neuromuscular, Gangguan pendengaran

Gejala dan tanda Mayor Subjektif Tidak tersedia . Objektif Tidak mampu berbicara atau mendengar, Menunjukkan respon tidak sesuai

Minor Subjektif Tidak tersedia

Objektif Afasia, Apraksia, Disleksia, Disartria, Afonia,Dislalia, Pelo, Gagap, Tidak ada kontak mata, Sulit memahami komunikasi, Sulit mempertahankan komunikasi,
Sulit menggunakan ekspresi wajah atau tubuh, Tidak mampu menggunakan ekspresi wajah ataut ubuh, Sulit Menyusun kalimat, verbalisasi tidak tepat

Kondisi klinis terkait

a. Stroke

b. Peningkatan tekanan intrakra


INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil IntervenSI


Setelah dilakukan Tindakan keperawatan selama .... Manajemen
1 Risiko Perfusi Serebral Tidak
jam diharapkan perfusi serebral (L.02014) dapat Peningkatan tekanan intrakranial (I.06194).
Efektif dibuktikan
adekuat/meningkat dengan 1. Identifikasi penyebab peningkatan tekanan intrakranial
dengan Embolisme Kriteria hasil : (TIK)

(D.0017) 1. Tingkat kesadaran meningkat


2. Monitor tanda gejala peningkatan tekanan intrakranial
2. Tekanan Intra Kranial (TIK) menurun (TIK)
3. Tidak ada tanda - tanda pasien gelisah.
3. Monitor statuspernafasan pasien
4. TTV membaik
4. Monitor intake dan output cairan

5. Minimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan


yang tenang

6. Berikan posisi semi fowler

7. Pertahankan suhu tubuh normal

8. Kolaborasi pemberian obat deuretik osmosis


2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
dengan agen pencedera selama ... jam diharapkan tingkat nyeri
1. Identifikasi lokasi , karakteristik, durasi,
fisiologis (iskemia) (L.08066) menurunn dengan Kriteria Hasil :
frekuensi, kulaitas, intensitas nyeri
(D.0077) 1) Keluhan nyeri menurun.
2) Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3) Sikap protektif menurun 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Gelisah menurun.
4. Berikan posisi yang nyaman
5) TTV membaik
5. Ajarkan Teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (misalnya relaksasi
nafas dalam)

6. Kolaborasi pemberian analgetik


3 Defisit nutrisi berhubungan Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Manajemen Nutrisi (I.03119)
dengan ketidakmampuan selama ... jam diharapkan ststus nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
menelan makanan (D.0019) (L.03030) 2. Monitor asupan makanan
adekuat/membaik dengan 3. Berikan makanan ketika masih hangat
kriteria hasil: 4. Ajarkan diit sesuai yang diprogramkan
1) Porsi makan dihabiskan/meningkat 5. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
2) Berat badan membaik pemberian diit yang tepat
3) Frekuensi makan membaik
4) Nafsu makan membaik
5) Bising usus membaik
6) Membran mukosa membaik
4 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 1. Monitor fungsi sensori dan persepsi:
berhubungan dengan selama ... jam diharapkan persepsi sensori pengelihatan, penghiduan, pendengaran
ketidakmampuan menghidu (L.09083) dan pengecapan
dan melihat (D.0085) membaik dengan kriteria hasil:
2. Monitor tanda dan gejala penurunan
1. Menunjukkan tanda dan gejala persepsi
neurologis klien
dan sensori baik: pengelihatan,
pendengaran, makan dan minum baik. 3. Monitor tanda-tanda vital klien
2. Mampu mengungkapkan fungsi pesepsi
dan sensori dengan tepat
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Mobilisasi (I.05173)
berhubungan dengan selama ... jam diharapkan mobilitas fisik
1. Identifikasi adanya keluhan nyeri atau fisik
gangguan neuromuskular (L.05042)
lainnya
(D.0054). klien meningkat dengan kriteria hasil:
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 2. Identifikasi kemampuan dalam melakukan
2. Kekuatan otot meningkat pergerakkan
3. Rentang gerak (ROM) meningkat 3. Monitor keadaan umum selama melakukan
4. Kelemahan fisik menurun mobilisasi

4. Libatkan keluarga untuk membantu klien


dalam meningkatkan pergerakan

5. Anjurkan untuk melakukan pergerakan


secara perlahan

6. Ajarkan mobilisasi sederhana yg bisa


dilakukan seperti duduk ditempat tidur,
miring kanan/kiri, dan latihan rentang gerak
(ROM).
6 Gangguan integritas Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan integritas kulit (I.11353)
kulit/jaringan berhubungan selama ... jam diharapkan integritas
1. Identifikasi penyebab gangguan
dengan penurunan mobilitas kulit/jaringan (L.14125)
integritas kulit
(D.0129) meningkat dengan kriteria hasil :
1. Perfusi jaringan meningkat 2. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
2. Tidak ada tanda tanda infeksi 3. Anjurkan menggunakan pelembab
3. Kerusakan jaringanmenurun
4. Anjurkan minum air yang cukup
4. Kerusakan lapisan kulit
5. Menunjukkan terjadinya proses 5. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
penyembuhan luka
6. Anjurkan mandi dan menggunakan
sabun secukupnya.
7 Risiko jatuh dibuktikan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Pencegahan jatuh (I.14540)
dengan kekuatan otot ... jam diharapkan tingkat jatuh (L.14138)
1. Identifikasi factor resiko jatuh
menurun (D.0143)
menurun dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi factor lingkungan yang
1. Klien tidak terjatuh dari tempat tidur meningkatkan resiko jatuh

2. Tidak terjatuh saat 3. Pastikan roda tempat tidur selalu dalam


dipindahkan keadaan terkunci

3. Tidak terjatuh saat 4. Pasang pagar pengaman tempat tidur


duduk
5. Anjurkan untuk memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah

6. Anjurkan untuk berkonsentrasi menjaga


keseimbangan tubuh
8 Gangguan komunikasi Setelah dilakukan Tindakan keperawatan Promosi komunikasi: defisit bicara (13492)
verbal berhubungan dengan selama ...jam diharapkan
1. Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas,
penurunan sirkulasi serebral komunikasi verbal (L.13118)
volume dan diksi bicara
(D.0119)
Meningkat dengan kriteria hasil:
2. Identifikasi perilaku emosional dan fisik
1. Kemampuan bicara meningkat sebagai bentuk komunikasi

2. Kemampuan mendengar dan memahami 3. Berikan dukungan psikologis kepada


kesesuaian ekspresi wajah / tubuh klien
meningkat
4. Gunakan metode komunikasi alternatif
3. Respon prilaku pemahaman komunikasi (mis. Menulis dan Bahasa isyarat/
membaik Gerakan tubuh)

4. Pelo menurun 5. Anjurka klien untuk bicara secara


perlahan
IMPLEMENTASI

Implementasi adalah tahap keempat proses keperawatan, pengolahan dan tahap perwujudan dari
rencana keperawatan yang kita susun dalam tahap perencanaan. Implementasi terdiri dari tindakan
mandiri, kolaborasi dan tindakan rujukan. Implementasi yang kita lakukan sesuai dengan intervensi
keperwatan yang telah kita rencanakan (Bararah, 2018).
EVALUASI

• Evaluasi merupakan tahap kelima dari proses keperawatan.


• Tahap ini sangat penting untuk menentukan adanya perbaikan kondisi atau kesejahteraan klien
(Potter & Perry. 2013).
• Hal yang perlu diingat bahwa evaluasi merupakan proses kontinue yang terjadi saat perawat
melakukan kontak dengan klien.
• Selama proses evaluasi perawat membuat keputusan klinis dan secara terus-menerus mengarah
kembali ke asuhan keperawatan.
• Tujuan asuhan keperawatan adalah membantu klien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,
mencegah terjadinya masalah resiko, dan mempertahankan status kesehatan sejahtera. Proses
evaluasi menentukan keefektifan asuhan keperawatan yang diberikan.

Anda mungkin juga menyukai