MAKROVASKULER (CVA)
I.
Pengertian.
Diabetes mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin
atau kedua-duanya (ADA, 2005 dalam Soegondo dkk, 2009).
Sedangkan DM tipe 2 adalah DM yang secara klinis dinilai tidak mendesak
memerlukan insulin, karena jumlah insulinnya normal bahkan mungkin berlebih,
tetapi jumlah reseptor insulin pada permukaan sel berkurang. (Handayani, 2003)
Stroke atau cedera cerebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak (Smeltzer & Bare,
2002). Stroke adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak, progesi cepat,
berupa defisit neurologis fokal dan/ atau global, yang berlangsung 24 jam atau
lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan sematamata disebabkan oleh
gangguan peredaran darah otak non traumatik (Mansjoer, 2000).
Menurut Price & Wilson (2006) pengertian dari stroke adalah setiap
gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya
aliran darah melalui sistem suplai arteri otak. Dari beberapa uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa pengertian stroke adalah gangguan sirkulasi serebral yang
disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh darah oleh karena emboli,
trombosis atau perdarahan serebral sehingga terjadi penurunan aliran darah ke otak
yang timbulnya secara mendadak.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua :
1. Stroke Non Hemoragik
Suatu gangguan peredaran darah otak tanpa terjadi suatu perdarahan
yang ditandai dengan kelemahan pada satu atau keempat anggota gerak atau
hemiparese, nyeri kepala, mual, muntah, pandangan kabur dan dysfhagia
(kesulitan menelan). Stroke non haemoragik dibagi lagi menjadi dua yaitu
stroke embolik dan stroke trombotik (Wanhari, 2008).
2. Stroke Hemoragik
Patofisiologi.
Otak sangat tergantung kepada oksigen, bila terjadi anoksia seperti yang
terjadi pada stroke di otak mengalami perubahan metabolik, kematian sel dan
kerusakan permanen yang terjadi dalam 3 sampai dengan 10 menit (non aktif total).
Pembuluh darah yang paling sering terkena ialah arteri serebral dan arteri karotis
Interna.
Adanya gangguan peredaran darah otak dapat menimbulkan jejas atau cedera
pada otak melalui empat mekanisme, yaitu :
1. Penebalan dinding arteri serebral yang menimbulkan penyempitan sehingga
aliran darah dan suplainya ke sebagian otak tidak adekuat, selanjutnya akan
mengakibatkan perubahan-perubahan iskemik otak.
2. Pecahnya dinding arteri serebral akan menyebabkan bocornya darah ke
kejaringan (hemorrhage).
3. Pembesaran sebuah atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan
otak.
4. Edema serebri yang merupakan pengumpulan cairan di ruang interstitial
jaringan otak.
Tingginya kadar glukosa dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
viskositas darah meningkat, glikasi pada sel endotel sampai terjadi arterosklerosis
pada dinding pembuluh darah sampai dengan terjadinya komplikasi kronik diabetes
meliputi beberapa jalur biokimiawi seperti jalur reduktase aldosa, jalur stres
oksidatif sitoplasmik, jalur pleitropik protein kinase C dan terbentuknya spesies
glikosilasi lanjut intraselular.
Defisiensi
Insulin
Penurunan pemakaian
Glukagon
Protein
Ketogenesis
BUN
Ketonemia
Glycosuria
Osmotik diuresis
Nitrogen urine
Mual ,
Hemokonsentrasi
PH
muntah
Trombosis
Asidosis
Resti nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Kekurangan
volume cairan
Dehidrasi
Ateroseklerosis
Koma
Kematian
Makrovaskuler
Jantung
Miokard
infark
Cerebral
Stroke
Gangguan integritas
kulit
Mikrovaskuler
Ekstremitas
Retina
Gangren
Retinopati
diabetik
Gangguan
pengelihatan
Resiko injuri
Ginjal
Nefropati
Gagal ginjal
III.
Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer & Bare (2002) dan Price & Wilson (2006) tanda dan gejala
penyakit stroke adalah:
Kelemahan atau kelumpuhan lengan atau tungkai atau salah satu sisi tubuh
Hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran
Penglihatan ganda atau kesulitan melihat pada satu atau kedua mata
Pusing dan pingsan
Nyeri kepala mendadak tanpa kausa yang jelas
Bicara tidak jelas (pelo)
Sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat
Tidak mampu mengenali bagian dari tubuh
Ketidakseimbangan dan terjatuh
Hilangnya pengendalian terhadap kandung kemih.
IV.
Diagnosis.
Diabetes seringkali tidak terdeteksi dan dikatakan onset atau mulai terjadinya
diabetes adalah tujuh tahun sebelum diagnostik ditegakkan, dan seringkali pasien
terlebih dahulu datang dengan keluhan lain seperti nyeri dada, dan juga CVD,
ataupun komplikasi lainnya, setelah dilakukan pengecekan terhadap kadar glukosa
darah, baru pasien terdiagnosa dengan DM.
Menurut (Doenges dkk, 1999) pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan
pada penyakit stroke adalah:
1. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan, obstruksi arteri atau adanya titik oklusi/ ruptur.
2. CT-scan: memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.
3. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya ada
thrombosis, emboli serebral, dan TIA (Transient Ischaemia Attack) atau
serangan iskemia otak
V.
Penatalaksanaan.
Penatalaksaan medis menurut menurut Smeltzer & Bare (2002) meliputi:
1. Diuretik untuk menurunkan edema serebral yang mencapai tingkat maksimum 3
sampai 5 hari setelah infark serebral.
2. Antikoagulan untuk mencegah terjadinya thrombosis atau embolisasi dari
tempat lain dalam sistem kardiovaskuler.
3. Antitrombosit karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam
VI.
dan mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respons terhadap masalah aktual
dan resiko tinggi (Doenges dkk, 1999). Untuk membuat diagnosis keperawatan
yang akurat, perawat harus mampu melakukan hal berikut yaitu mengumpulkan
data yang valid dan berkaitan, mengelompokkan data, membedakan diagnosis
keperawatan dari masalah kolaboratif, merumuskan diagnosis keperawatan
dengan tepat, dan memilih diagnosis prioritas (Carpenito & Moyet, 2007).
Diagnosa keperawatan pada klien dengan Stroke (Doenges dkk, 1999) meliputi :
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan:
1) Interupsi aliran darah
2) Gangguan oklusif, hemora
3) Vasospasme serebral
4) Edema serebral
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan:
1) Kerusakan neuromuskuler
2) Kelemahan, parestesia
3) Paralisis spastis
4) Kerusakan perseptual/ kognitif
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan
1) Kerusakan sirkulasi serebral
2) Kerusakan neuromuskuler
3) Kehilangan tonus otot/ kontrol otot fasial
4) Kelemahan/ kelelahan
d. Perubahan sensori persepsi berhubungan dengan:
1) Perubahan resepsi sensori, transmisi, integrasi (trauma neurologis atau
defisit)
2) Stress psikologis (penyempitan lapang perseptual yang disebabkan oleh
ansietas)
e. Kurang perawatan diri berhubungan dengan:
1) Kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan
dan
ketahanan,
Perencanaan
Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang
berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Perencanaan merupakan langkah awal dalam menentukan apa yang dilakukan
untuk membantu klien dalam memenuhi serta mengatasi masalah keperawatan
yang telah ditentukan. Tahap perencanaan keperawatan adalah menentukan
prioritas diagnosa keperawatan, penetapan kriteria evaluasi dan merumuskan
intervensi keperawatan.
Tujuan yang ditetapkan harus sesuai dengan SMART, yaitu spesific
(khusus), messeurable (dapat diukur), acceptable (dapat diterima), reality
(nyata) dan time (terdapat kriteria waktu). Kriteria hasil merupakan tujuan ke
arah mana perawatan kesehatan
kelemahan/
kekuatan
dan
dapat
kinetic
berpengaruh
buruk
terhadap
keseimbangan.
2) Catat terhadap tidak adanya perhatian pada bagian tubuh
Rasional: adanya
agnosia
(kehilangan
pemahaman
terhadap
melatih
kembali
jaras
sensorik
untuk
keperawatan
ketujuh:
resiko
tinggi
kerusakan
menelan
gravitasi
untuk
memudahkan
proses
berhubungan
dengan
Keterbatasan
kognitif,
kesalahan
3) Beri kesempatan kepada klien dan keluarga untuk menanyakan halhal yang belum jelas.
Rasional: memberi kesempatan kepada orang tua dalam perawatan
anaknya
4) Beri feed back/ umpan balik terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
keluarga atau klien.
Rasional: mengetahui tingkat pengetahuan dan pemahaman klien
atau keluarga
5) Sarankan pasien menurunkan/ membatasi stimulasi lingkungan
terutama selama kegiatan berfikir
Rasional: stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan
proses berfikir.
VII.
Daftar Pustaka.
Carpenito, L.J & Moyet. (2007). Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 10. Jakarta:
EGC.
Doenges. M.E; Moorhouse. M.F; Geissler. A.C. (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien edisi 3. Jakarta: EGC.
http://fakhrudin87.blogspot.com/2010/08/asuhan-keperawatan-stroke.html
Malang,......................
Pembimbing Institusi
Malang,.......................
Pembimbing Ruangan
(R. IGD RSPN)