Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


PADA PASIEN DENGAN HEMIRARESE SINISTRA
DI BANGSAL SADEWA 3 RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO
SEMARANG

Disusun oleh :
Fitria Rahmawati
P27220019156
3BD4 Keperawatan

PROGRAM D4 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMIPARESE SINISTRA
BAB I
KONSEP TEORI
A. Definisi Hemiparese Sinistra
Stroke merupakan penyakit gangguan peredaran darah yang timbul
mendadak terjadi akibat terhambatnya atau berkurangnya suplai darah ke otak
sehingga membuat sel-sel otak mati. Penyakit stroke terbagi menjadi dua yaitu
stroke non hemoragik yang berarti tersumbatnya pembuluh darah yang
menuju otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Ada dua penyebab terjadinya
stroke non hemoragik, yang pertama adanya gumpalan darah yang terbentuk
di pembuluh darah otak dan kemungkinan yang ke dua adanya gumpalan
darah yang terbentuk di bagian tubuh lain namun terbawa sampai ke otak.
Jenis stroke yang kedua yaitu stroke hemoragik yaitu stroke yang terjadi
akibat pecahnya pembuluh darah diotak. Salah satu jenis dari stroke non
hemorogik adalah hemiparise.
Hemiparese adalah kondisi kelemahan otot pada salah satu sisi tubuh
sehingga sulit digerakkan. Hemiparase merupakan dampak dari penyakit
stroke non hemorogik biasanya terjadi secara mendadak. Hemiparese bisa
terjadi di sebelah tubuh bagian kanan atau dekstra dan tubuh di bagian kiri
atau sinistra. Bagian atau sisi tubuh yang yang terkena hemiparese biasanya
berlawanan dengan sisi otak yang mengalami kerusakan. Misalnya otak kanan
mengalami kerusakan akibat sumbatan pembuluh darah dan terjadi stroke
maka sisi tubuh sebelah kiri yang mengalami kelemahan.
Hemiparese sinistra adalah apabila terjadi kerusakan pada sisi sebelah
kanan otak sehingga mengakibatkan kelemahan dibagian kiri. Pasien dengan
kelumpuhan di sebelah kiri biasanya kehilangan memori visual serta pasien
hanya memperhatikan hanya kepada sesuatu yang berada dalam lapang
pandang yang dapat dilihat.
B. Etiologi
Hemiparese Sinistra masuk ke dalam stroke non hemoragik yang disebabkan
karena terjadi penyumbatan pembuluh darah di otak bagian kanan sehingga
terjadi kelemahan otot di sisi tubuh kiri. Penyebab dari tersumbatnya
pembuluh darah di otak atau pembuluh darah yang lain yaitu :
1. Trombosis
Trombosis merupakan pembentukan bekuan darah atau proses
terbentuknya trombus dalam sistem vaskuler yaitu pembuluh darah atau
jantung selama manusia masih hidup yang menyebabkan penggumpalan
darah. Trombosis menyebabkan iskemia pada jaringan otak yang dapat
menimbulkan edema disekitarnya.
2. Embolisme Serebral
Embolisme serebral merupakan tertutupnya pembuluh darah arteri oleh
bekuan darah, lemak dan udarayang dibawa ke otak dari bagian tubuh lain.
Emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan menyumbat
sistem arteri serebri.
3. Hipoperfusion sistemik
Hipoperfusion sistemik merupakan berkurangnya aliran darah ke seluruh
bagian tubuh yang diakibatkan karena adanya gangguan denyut jantung.
4. Arteritis
Arteritis adalah peradangan yang terjadi pada arteri.
C. Faktor Resiko
Banyak faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya stroke yang
mengakibatkan hemiparese sinistra, diantaranya :
1. Faktor yang dapat dirubah/ reversible
a. Kolesterol tinggi
b. Tekanan darah tinggi
c. Penyakit jantung
d. Diabetes mellitus
e. Sress emosional
f. Perokok
g. Peningkatan sel darah merah
h. Obesitas
2. Faktor yang tidak dapat dirubah/ non reversible
a. Adanya riwayat keluarga yang terkena stroke atau keturunan
b. Jenis kelamin pria lebih sering ditemukan menderita stroke disbanding
wanita
c. Usia lebih dari 65 keatas
d. Pernah menderita stroke sebelumnya
3. Kebiasaan hidup
a. Aktivitas yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak sehat, jarang
berolahraga.
b. Mengkonsumsi obat-obatan terlarang
c. Merokok
d. Peminum alkohol
D. Patofisiologi
Otak membutuhkan banyak oksigen yang diperoleh dari darah. Otak sangat
bergantung pada keadaan aliran darah setiap saat karena diotak sendiri tidak
ada cadangan oksigen. Kelainan akibat dari gangguan peredaran darah yang
menyebabkan stroke non hemoragik sehingga terjadi hemiparese yaitu terjadi
infark iskhemia yang sangat erat dengan aterosklerosis. Saat terjadi
aterosklerosis dapat menimbulkan penyempitan lumen pembuluh darah dan
mengakibatkan insufisiensi aliran darah. Oklusi mendadak pembuluh darah
karena terjadinya trombus dan terbentuknya thrombus kemudian terlepas
sebagai emboli. Dinding pembuluh darah menjadi tipis dan mudah robek
karena terjadi aneurisma. Terjadinya arteriosklerosis akibat dari menimbunan
lemak atau kolesterol yang mengikat dalam darah, bisa juga terjadi karena
stress, pola hidup tidak sehat atau memiliki riwayat keturunan dari keluarga.
Tersumbatnya pembuluh darah memyebabkan aliran darah tidak lancar dan
terhenti sehingga mengakibatkan stroke non hemoragik dan terjadi hemiparese
atau kelemahan otot.
E. Pathway
Faktor pencetus lemak yang sudah nekrotik
dan bergenerasi
(penimbunan lemak, kolesterol
yang mengikat dalam darah,
gaya hidup yang tidak baik, sress) mengandung kolesterol dgn
infiltrasi limfosit/trombus

aliran darah terhambat, penyempitan pembuluh darah


eritrosit bergumpal,endotel rusak atau oklusi vaskuler

cairan plama hilang, terjadi edema cerebral

peningkatan TIKdi arteri cerebri media Disfungsi N.XI(assesoris)

risiko perfusi serebral tidak penurunan fungsi motorik dan muskuluskleletal


efektif
kelemahan pada anggota gerak

hemiparese kanan/kiri

ketidakmampuan melakukan gangguan mobilitas fisik


aktivitas mandiri

kesulitan dalam menjaga defisit perawatan diri


kebersihan diri

F. Manifestasi Klinis
1. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan separo badan
2. Nyeri kepala hebat
3. Vertigo
4. Tiba -tiba hilang rasa peka
5. Gangguan saat berbicara, mulut mencong dan tidak simetris
6. Gangguan penglihatan
7. Gangguan daya ingat
8. Gangguan fungsi otak
9. Kesadaran menurun
10. Bicara cadel
11. Proses kencing terganggu
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Diagnostik
a. Scan kepala, pemeriksaan yang menunjukkan secara spesifik posisi
hematoma, letak edema, menentukan posisi adanya jaringan otak yang
infark atau iskemia.
b. EEG, digunakan untuk melihat dampak dan masalah yang timbul dari
jaringan yang infark sehingga menurunkan impuls listrik dalam
jaringan otak.
c. Angiografi serebral, pemeriksaan yang membantu menemukan
penyebab dari stroke secara spesifikseperti perdarahan atriovena ,
aneurisma.
d. MRI, menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
serta luasnya terjadinya perdarahan di otak.
e. X-Ray tengkorak
2. Laboratorium
a. Hitung darah lengkap
b. Kimia klinik
c. Urinalisis
d. Masa protombin
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Pemenuhan cairan dan elektrolit dengan pemasangan infus
b. Mencegah peningkatan TIK
c. Memberikan obat-obatan:
1) Antihipertensi
2) Antikoagulan
3) Deuritika
4) Vasodilator perifer
5) Diazepam bila kejang
6) Manitol, berfungsi mengurangi edema otak
2. Operatif
Memantau penurunan TIK,apabila uapaya penurunan tidak berhasil maka
perlu dipertimbangkan evakuasi hematom karena hipertensi intracranial
yang menetap akan membahayakan.
3. Pada fase pemulihan/ sub akut
Melakukan berbagai terapi untuk pemulihan seperti terapi wicara, terapi
fisik dengan ROM, stoking anti embolisme.
I. Komplikasi
1. Aspirasi
2. Paralitic ileus
3. Peningkatan TIK
4. Hydrocephalus
5. Atrial fibrilasi
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN HEMIPARESE SINISTRA
A. Pengkajian
Pengkajian pada pasien hemiparese yang faktual, lengkap dan akurat akan
memudahkan perawat didalam menetapkan data dasar, menegakkan diagnosa
keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok, dan
memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang
diberikan. Perawat juga harus melihat kondisi klien ketika akan melakukan
pengkajian. Komponen dari pengkajian antara lain :
1. Identitas :
Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama,
suku/bangsa, status perkawinan, pendidikan, no. registrasi, diagnosa
medis. Berikutnya terdapat identitas penanggung jawab klien yaitu terdiri
dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien.
Pengkajian biodata difokuskan pada umur karena usia diatas 55 tahun
merupakan resiko tinggi terjadi serangan stroke. Laki-laki memiliki resiko
lebih tinggi terkena stroke disbanding perempuan.
2. Riwayat penyakit :
a. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dasar atau utama yang dikatakan atau yang
dirasakan klien. Biasanya klien datang ke rumah sakit dalam kondisi
penurunan kesadaran disertai kelumpuhan dan sakit kepala hebat.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Perjalanan penyakit dan alasan saat pasien masuk Rumah Sakit
dimulai dari masuk IGD, kemudian masuk bangsal sampai dilakukan
pengkajian. Kronologis peristiwa setelah melakukan aktifitas tiba-tiba
terjadi keluhan neurologis seperti sakit kepala hebat, penurunan
kesadaran.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Berisi riwayat kesehatan pasien, apakah sebelumnya pasien pernah
menderita suatu penyakit dan dirawat di Rumah Sakit. Serta apakah
klien mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
Yang paling utama dikaji apakah memiliki riwayat DM, hipertensi,
kelainan jantung, policitemia, karena berhubungan dengan penurunan
kualitas pembuluh darah otak menjadi menurun.
d. Riwayat Penyakit keluarga
Berisi riwayat penyakit yang diderita oleh keluarga klien. Perlu dikaji
apakah keluarga ada yang pernah terkena penyakit stroke.
3. Pola Pengkajian Fungsional Gordon :
a. Pola persepsi dan managemen kesehatan
Bagaimana tindakan klien ketika sakit, serta apakah pasien
menganggap kesehatan itu penting.
b. Pola nutrisi
Mencakup nafsu makan pasien, porsi makan dan minum ketika di
sebelum dan setelah masuk Rumah Sakit
c. Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK, yang mencakup intensitas, warna dan
tekstur BAB dan BAK.
d. Pola aktivitas dan latihan
Ketika sedang sakit apakah klien dapat beraktifitas mandiri atau
dengan bantuan orang lain.
e. Pola konsep diri
Bagaimana pasien menilai dirinya pada saat sakit.
f. Pola istirahat tidur
Bagaimana pola tidur pasien, mencakup berapa lama, hambatan saat
tidur.
g. Pola hubungan dan peran
Hubungan pasien dengan lingkungan sekitarnya, seperti keluarganya
dan mengetahui perannya.
h. Pola penanganan masalah stress
Apa yang dilakukan pasien saat penyakitnya tersebut kambuh.
i. Pola keyakinan dan nilai-nilai
Kepercayaan klien terhadap sang pencipta, seperti selalu taat
beribadah.
4. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : penampilan klien dimulai pada saat
mempersiapkan klien untuk pemeriksaan.
2) Kesadaran : status kesadaran dilakukan dengan dua penilaian yaitu
kualitatif dan kuantitatif.
3) TTV : pada pasien stroke biasanya memiliki tekanan darah yang
tinggi.
4) Pernafasan meliputi :
a) Sumbatan jalan napas karena penumpukan sputum dan
kehilangan reflek batuk.
b) Auskultasi suara napas mungkin ada tanda stridor
c) Catat jumlah dan irama nafas
5) Sirkulasi, deteksi adanya tanda tanda TIK, yaitu peningkatan
tekanan darah, disertai dengan pelebaran nadi dan penurunan
jumlah nadi.
6) Persyarafan dan otak, kaji adanya sakit kepala hebat
7) Perkemihan, tanda tanda inkontenensia urin
8) Pencernaan, biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan
peristaltic usus.
9) Tulang dan integument, kaji adanya kelumpuhan dan kelemahan,
tanda tanda decubitus.
b. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
1) Kepala : Bentuk kepala,ada tidaknya lesi atau benjolan,
pertumbuhan rambut, dan ada atau tidaknya nyeri tekan
(pembengkakan)
2) Mata : Kebersihan mata, bentuk simetris atau tidak,Konjungtiva
anemis/tidak, fungsi penglihatan
3) Hidung : Kesimetrisan, adanya polip atau tidak, fungsi penciuman,
ada tidaknya lesi
4) Mulut : Fungsi Pengecapan, Mukosa bibir, Kebersihan gigi dan
mulut ada lesi atau tidak
5) Telinga : Ada tidaknya serumen atau lesi, fungsi pendengaran
6) Leher : Ada tidaknya pembesaran kelenjar thyroid
7) Thorak
Paru-paru
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan gerakan dada, frekuensi napas
cepat (tachipnea), irama, kedalamannya pernapasan cuping hidung,
Palpasi : Adanya nyeri tekan, fremitus traktil bergetar kiri dan
kanan.
Auskultasi : Suara napas ronchi (nada rendah dan sangat kasar
terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi).
Perkusi : Terdengar bunyi redup (Dullnes) adanya jaringan yang
lebih padat atau konsolidasi paru-paru seperti pneumonia
Jantung
Inspeksi : Perhatikan kesimetrisan dada, Ictus cordis tampak atau
tidak.
Palpasi : Ictus cordis teraba, tidak ada massa (pembengkakan) dan
ada atau tidaknya nyeri tekan.
Perkusi : Perkusi jantung pekak (adanya suara perkusi jaringan
yang padat seperti pada daerah jantung).
Auskultasi : Terdengan Suara jantung I dan suara jantung II
(terdengar bunyi lub dub lub dub) dalam rentang normal.
8) Abdomen
Inspeksi : Bentuk abdomen, kesimetrisan abdomen, ada atau
tidaknya lesi, ada atau tidaknya stretch mark.
Auskultasi : Mendengarkan bising usus (normal 5- 30 x/
menit).
Perkusi : Terdengar suara tympany (suara berisi cairan).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pemberasan hepar.
Punggung : Tidak ada kelaina bentuk punggung, tidak ada
terdapat luka pada punggung.
Ekstermitas:
Atas : terpasang infuse, apa ada kelemahan atau tidak pada
ekstremitas atas.
Bawah : ada atau tidaknya gangguna terhadap ekstremitas
bawah seperti : kelemahan.
Genetalia : Terpasang kateter atau tidak.
Integument : Turgor kulit baik atau tidak, kulit kering.
9) Ekstremitas

Kekuatan otot :4 4
1 4
Keterangan :
0 : Otot tidak dapat digerakkan
1 : Jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi atau kekenyalan ini
berarti otot masih belum atrofi atau belum layu
2 : Dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah sesuai perintah
misalnya telapak tangan disuruh telungkup atau lurus bengkok tapi
jika ditahan sedikit saja sudah tak mampu bergerak
3 : Dapat menggerakan otot dengan tahanan minimal misalnya
dapat menggerakkan telapak tangan dan jari
4 : Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan yang ringan

5 : Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan yang setimpal


c. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang ditulis tanggal pemeriksaan, jenis
pemeriksaan, hasil dan satuanya. Pemeriksaan penunjang diantaranya:
pemeriksaan laboratorium, foto rotgen, rekam kardiografi, dan lain-
lain.
d. Therapy
Pada therapy tulis nama obat lengkap, dosis, frekuensi pemberian dan
cara pemberian, secara oral, parental dan lain-lain.

B. Diagnosa
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif b.d hiperkolesteronemia
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler
C. Intervensi
No. Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Dx. hasil
1. Setelah dilakukan I.06194
tindakan keperawatan Manajemen
selama 3x24 jam peningkatan
diharapkan risiko tekanan intrakranial
perfusi serebral tidak Observasi :
efektif teratasi. 1. Untuk
Kriteria hasil : 1. Identifikasi mengetahui
-Kognitif kukup penyebab penyebab
meningkat, skala 4 peningkatan TIK peningkatan
-Tekanan Intrakranial TIK
cukup menurun, skala 2. Memudahkan
4 2. Monitor memantau
-sakit kepala, cukup tanda/gejala peningkatan
menurun skala 4 peningkatan TIK TIK
-tekanan darah sistolik 3. Untuk
dan diastolik membaik 3. Monitor status mencegah
skala 5 pernapasan peningkatan
-reflek saraf cukup TIK
membaik skala 4
Terapeutik : 1. Menjaga
1. Minimalkan ketenangan
stimulus dengan pasien
menyediakan
lingkungan yang
tenang 2. Membantu
2. Berikan posisi pasien dalam
semi fowler posisi yang
nyaman
3. Mencegah
3. Pertahankan suhu peningkatan
tubuh normal TIK, mencegah
kejang

Kolaborasi : Mencegah
Kolaborasi pemberian terjadinya kejang
anti konvulsan, jika
perlu Meningkatkan
Kolaborasi pemberian pengeluaran urin
diuretic osmosis, jika
perlu

2. Setelah dilakukan I.06171


tindakan keperawatan Dukungan
selama 3x24 jam Ambulasi
diharapkan gangguan Observasi :
mobilitas fisik teratasi. 1. Identifikasi 1. Memudahkan
Kriteria hasil : adanya nyeri atau proses latihan
Pergerakan keluhan fisik ambulasi,
ekstremitas lainnya mengurangi
meningkat, skala 5 resiko kesakitan
Kekuatan otot 2. Identifikasi 2. Agar mudah
meningkat skala 5 toleransi fisik menentukan
Rentang gerak (rom), melakukan gerakan
meningkat skala 5 ambulasi ambulasi
Kecemasan menurun, 3. Monitor frekuensi 3. Mengetahui
skala 5 jantung dan adanya
tekanan darah gangguan
sebelum memulai lainnya sebelum
ambulasi melakukan
ambulasi
4. Monitor kondisi 4. Mengetahui
umum selama kondisi pasien
melakukan saat ambulasi
ambulasi
Terapeutik :
1. Fasilitasi 1. Mempermudah
melakukan pasien dalam
mobilisasi fisik melakukan
ambulasi
2. Libatkan keluarga 2. Mengedukasi
untuk membantu keluarga agar
pasien dalam saat dirumah
meningkatkan bisa melakukan
ambulasi sendiri
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan 1. Menambah
dan prosedur pengetahuan
ambulasi pasien, dan agar
memperlancar
ambulasi
2. Ajarkan ambulasi 2. Meminimalkan
sederhana yang kesakitan
harus dilakukan
3. Setelah dilakukan I.11348
tindakan keperawatan Dukungan
selama 3x24 jam Perawatan Diri
diharapkan defisit Observasi :
perawatan diri teratasi. 1. Monitor tingkat 1. Mengetahui
Kriteria hasil : kemandirian tingkat
Kemampuan ke toilet kemandirian
meningkat skala 5 pasien
Kemampuan makan 2. Identifikasi 2. Mengetahui alat
meningkat skala 5 kebutuhan alat yang harus
Minat melakukan bantu kebersihan disiapkan
perawatan diri diri, berpakaian,
meningkat skala 5 berhias dan
Mempertahankan makan
kebersihan diri Terapeutik :
meningkat skala 5 1. Siapkan 1. Membantu
keperluan pribadi menyiapkan
kebutuhan
untuk
perawatan diri
pasien
2. Damping dalam 2. Membantu
melakukan pasien agar
perawatan diri perawatan diri
sampai mandiri dilakukan
dengan
maksimal
3. Fasilitasi untuk 3. Agar pasien
menerima mampu
keaadan menerima
ketergantungan keadaannya
4. Fasilitasi 4. Membantu
kemandirian, pasien agar bisa
bantu jika tidak belajar mandiri
mampu
melakukan
perawatan diri
Edukasi :
Anjurkan melakukan Agar pasien selalu
perawatan diri secara terjaga
konsisten sesuai kebersihannya
kemampuan

D. Implementasi
Melakukan intervensi atau tindakan keperawatan yang sudah direncanakan
untuk pasien sesuai jadwal dan bertahap agar diperoleh hasil yang diinginkan.
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dari perwujudan rencana tindakan yang
meliputi beberapa kegiatan yaitu validasi rencana keperawatan,
mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan mengumpulkan data.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap atau langkah dalam proses keperawatan yang
dilaksanakan dengan sengaja dan terus-menerus yang dilakukan oleh
perawat dan anggota tim kesehatan lainnya dengan tujuan untuk
memenuhi apakah tujuan dan rencana keperawatan terapi atau tidak serta
untuk melakukan pengkajian ulang, sehingga didapat penilaian sebagai
berikut :
1. Tujuan tercapai : Klien mampu melakukan/menunjukan perilaku pada
waktu yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang
telah ditentukan
2. Tujuan tercapai sebagian : Klien mampu menunjukan perilaku tetapi
hanya sebagian dari tujuan yang diharapkan.
3. Tujuan tidak tercapai : Bila klien tidak mampu atau tidak sama sekali
menunjukan perilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan.
Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan bisa dalam bentuk catatan
perkembangan dengan menggunakan metode SOAP
S (Subjektif) : data berdasarkan keluhan pasien/keluarga pasien.
O (Objektif) :data berdasarkan hasil pengukuran/observasi langsung
kepada pasien.
A (Assegment) : masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja
terjadi akibat perubahan status kesehatan yang telah
teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan
objektif.
P (Planning) : perencanaan tindakan keperawatan yang akan
dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau menambah
rencana tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, F.,Rita, H.,dkk. (2019). Penatalaksanaan Stroke Di Rumah. Fakultas
Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang. ISBN : 9 786237
222408. (di akses online 3 september 2021,
http://eprints.undip.ac.id/80790/1/Buku_panduan_penatalaksanaan_strok
e.pdf )
Nanda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan
NANDA NIC NIC Jilid 3.Yogyakarta:Mediaction
Rahmadani, E., & Rustandi, H. (2019). Peningkatan Kekuatan Otot Pasien Stroke
Non Hemoragik dengan Hemiparese melalui Latihan Range of Motion
(ROM) Pasif. Journal of Telenursing (JOTING), 1(2), 354-363.
https://doi.org/https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.985
SDKI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:Dwan Pengurus
Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai