DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
1. JUMRIANA : 105111102019
2. NOVIANA LESTARI PUTRI : 105111100219
3. SRI FIFI SAFITRI : 105111101719
4. LILIS WULANDARI : 105111101819
A. Latar Belakang
Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan merupakan salah satu
fungsi utama pimpinan organisasi dalam keperawatan. Keberhasilan
pimpinan organisasi dalam merencanakan perawat ditentukan oleh kualitas
SDM (Arwani & Suprianto, 2006).
Perencanaan tenaga kesehatan adalah proses memperkirakan jumlah
tenaga dan jenis pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang dibutuhkan
untuk mencapai target pelayanan kesehatan yang telah ditentukan dan
mencapai tujuan kesehatan.
Metode Lokakarya PPNI penentuan kebutuhan tenaga perawat
menurut Lokakarya PPNI dengan mengubah satuan hari dengan minggu.
Selanjutnya jumlah hari kerja efektif dihitung dalam minggu sebanyak 41
minggu dan jumlah kerja perhari selama 40 jam per minggu. PPNI berusaha
menyesuaikan lama kerja dan libur yang berlaku di Indonesia:
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, kita dapat merumuskan masalah
antara lain sebagai berikut :
1. Apa defenisi Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan?
2. Bagaimana metode pehitungan perencanaan tenaga keperawatan?
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah diatas, kita dapat
merumuskan masalah antara lain sebagai berikut :
1. Mampu mengetahui defenisi Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan
2. Mampu mengetahui metode pehitungan perencanaan tenaga
keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Perencanaan tenaga (staffing) keperawatan merupakan salah satu fungsi
utama pimpinan organisasi dalam keperawatan. Keberhasilan pimpinan organisasi
dalam merencanakan perawat ditentukan oleh kualitas SDM (Arwani & Suprianto,
2006).
Menurut Ilyas (2004) dalam menentukan kebutuhan SDM rumah sakit harus
memperhatikan beberapa faktor seperti ukuran dan tipe rumah sakit; fasilitas dan
tipe pelayanan yang ditawarkan; jenis dan jumlah peralatan dan frekuensi
pemakaiannya; kompleksitas penyakit; usia pasien dan lamanya waktu tinggal di
rumah sakit; pemberian cuti, seperti melahirkan, liburan, sakit, dan tugas belajar;
keterbatasan anggaran; turn over (mengundurkan diri) personel dan tingkat ketidak
hadiran; pelayanan dan perawatan kesehatan 24 jam dan lain-lain
Menurut Suyanto (2008), perhitungan tenaga kerja perawat perlu diperhatikan
hal-hal, sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan tenaga keperawatan.
a. Faktor klien, meliputi : tingkat kompleksitas perawat, kondisi pasien sesuai
dengan jenis penyakit dan usianya, jumlah pasien dan fluktuasinya, keadaan
sosial ekonomi dan harapan pasien dan keluarga.
b. Faktor tenaga, meliputi : jumlah dan komposisi tenaga keperawatan,
kebijakan pengaturan dinas, uraian tugas perawat, kebijakan personalia,
tingkat pendidikan dan pengalaman kerja, tenaga perawat spesialis dan
sikap ethis professional.
c. Faktor lingkungan, meliputi : tipe dan lokasi rumah sakit, layout
keperawatan, fasilitas dan jenis pelayanan yang diberikan, kelengkapan
peralatan medik atau diagnostik, pelayanan penunjang dari instalasi lain dan
macam kegiatan yang dilaksanakan.
d. Faktor organisasi, meliputi : mutu pelayanan yang ditetapkan dan kebijakan
pembinaan dan pengembangan.
Keterangan :
a) A = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan oleh pasien perhari
b) 52 minggu = 365 hari dalam setahun : 7
c) TT = Tempat Tidur
d) BOR (Bed Occupancy Rate) adalah presentase rata-rata jumlah tempat
tidur yang digunakan selama periode tertentu (satu semester/tahun)
e) Hari kerja efektif yang dihitung sebagai berikut :
= (365 – (52 hari minggu + 12 hari libur nasional + 12 hari cuti tahunan)
= 289 hari : 7 hari/minggu
= 41 minggu
f) Total jam kerja perminggu = 40 jam
g) Komponen 25% yaitu tingkat penyesuaian terhadap produktivitas
2. Metode Gillies
Metode ini membuat perhitungan tenaga perawat berdasarkan jumlah
tindakan keperawatan. Untuk itu gillies membagi tindakan keperawatan
menjadi 3 jenis yaitu tindakan keperawatan langsung, tindakan keperawatan
tidak langsung dan pendidikan kesehatan.
a) Waktu keperawatan langsung menurut Mineti Hurchinsun (1975),
yaitu:
1) Pasien mandiri = 2 jam/hari
2) Pasien partial = 3 jam/hari
3) Pasien total = 6 jam/hari
b) Waktu keperawatan tidak langsung menurut Wolf & Young, (1965)
adalah 60 jam/pasien/hari
c) Waktu keperawatan untuk pendidikan kesehatan adalah 15 menit.
Jumlah 23 93,0
Keterangan :
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang diperlukan adalah:
Contoh kasus
No Kategori Rata- rata Jurn jam Juml jam
juml pasien perawatan perawatan X
/hari /hari rata-rata
pasien
/hari(cxd)
A B C D E
1 Askep minimal 7 2 14
2 Askep sedang 7 3,o8 21,56
3 Askep agak berat 11 4,15 45,65
4 Askep maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37
Keterangan :
Berdasarkan penelitian diluar negeri
Jumlah jam perawatan di ruangan /hari = 87,37=12,5
Jam efektif perawat 7
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah dengan factor
koreksi yaitu :
(1) Hari libur /cuti/hari besar(loos day)
Contoh kasus:
Dalam suatu RS terdapat 30 operasi perhari dengan perincian
:operasi besar :6 orang .operasi sedang :15 oramg,operasi kecil
: 9 orang.
Penghitungan kebutuhan tenaga perawat adalah sebagai
berikut :
(6x5 jam ) + (15 x 2 jam ) + ( 9 jam x 1 ) X 2 = 19,71 + 1
(perawat cadangan inti )
7 jam
Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan adalah di
kamar operasi untuk contoh kasus diatas adalah 20 orang + 1
(perawat cadangan inti )
b) Di ruang penerimaan dan Recovery Room
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan : 15 menit
Ketergantungan pasien di Recovery Room : 1 jam
1,25 x 30 = 5,4 orang (dibulatkan menjadi 5 orang )
7
Jadi jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan di ruangan
penerimaan dan RR adalah 5 orang
Penghitungan diatas dengan kondisi :alat tenun dan set operasi
dipersiapkan oleh CSSD
3. Gawat darurat
Dasar penghitungan di unit gawat darurat adalah
a) Rata-rata jumlah pasien perhari
b) Jumlah jam perawatan perhari
c) Jam efektif perawat /hari
Contoh :
a) Rata –rata jumlah pasien / hari = 50 pasien
b) Jumlah jam perawatan efektif perawat /hari = 7 jam
c) Jadi kebutuhan tenaga perawat diUGD
50 x 4 = 28,57 dibulatkan 29
7
29 orang + loos day (78 x 29) = 29 orang + 7,9 = 36,9 ( dibulatkan
37 )
286
4. Metode Ilyas Yaslis.
Teori ilyas yaslis memuat BOR (Bed Occupancy Rate) yang
dihitung tiap tahun dan angka 255 hari yang berasal dari jumlah hari
satu tahun dikurangi 12 hari libur nasional dan ditambah 12 hari cuti
tahunan dikalikan dengan jenis shift yang dipakai. Jenis shift ada yang
¾ yaitu masuk kerja selama 3 hari berturut-turut kemudian hari
keempat libur atau 4/5 yaitu masuk kerja selama 4 hari berturut-turut
kemudian hari kelima libur.
Rumus Teori Ilyas Yaslis:
𝐀 × 𝐁 × 𝟑𝟔𝟓 𝐡𝐚𝐫𝐢
Tenaga Perawat = (𝟐𝟓𝟓 × 𝐉𝐚𝐦 𝐊𝐞𝐫𝐣𝐚/𝐡𝐚𝐫𝐢)
Keterangan :
a) A = Jam perawatan/24 jam (waktu perawatan yang dibutuhkan
pasien)
b) B = sensus harian (BOR x jumlah tempat tidur)
c) 365 = jumlah hari selama setahun
d) 255 = hari kerja efektif perawat/tahun
= {365 - (12 hari libur nasional + 12 hari libur cuti tahunan) x 3⁄4}
= 255 hari
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Jawab :
(𝐀 × 𝟓𝟐 𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮) × 𝟕 𝐇𝐚𝐫𝐢 (𝐓𝐓 × 𝐁𝐎𝐑)
Tenaga Perawat = 𝐇𝐚𝐫𝐢 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐞𝐟𝐞𝐤𝐭𝐢𝐟 × 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐣𝐚𝐦 𝐤𝐞𝐫𝐣𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐦𝐢𝐧𝐠𝐠𝐮 + 25%
(40 × 52 minggu ) × 7 hari (100 × 0,7)
= + 25%
41 minggu × 40 jam
(2080) × 7 (70)
= + 25%
1640
1019200
= + 25%
1640
A. KESIMPULAN
Salah satu aspek penting tercapainya mutu pelayanan di suatu rumah
sakit adalah tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan
kebutuhan. Untuk hal ini dibutuhkan kesiapan yang baik dalam membuat
perencanaan terutama tentang ketenagaan. Perencanaan ketenagaan ini harus
benar-benar diperhitungkan sehingga tidak menimbukan dampak pada beban
kerja yang tinggi sehingga memungkinkan kualitas pelayanan akan menurun.
Bila hal ini dibiarkan akan menyebabkan angka kunjungan klien ketempat
pelayanan kesehatan akan menurun sehingga pendapatan rumah sakit juga
akan menurun.
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Berdasarkan kekurangan yang sudah disampaikan oleh penulis, diharapkan
mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang
manajemen keperawatan, bahkan mengembangkan metode perhitungan
dalam perencanaan tenaga keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan
rumah sakit di Indonesia.
2. Bagi Perawat
Diharapkan bagi perawat agar tidak hanya meningkatkan keterampilan dalam
memberikan praktik asuhan keperawatan (care giver), tetapi juga
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam hal manajerial
(koordinator) baik dalam manajemen kasus atau mengorganisasi pelayanan
kesehatan sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang
maksimal.
Ilyas, Yaslis. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit: Teori, Metoda dan Formula.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Diunduh 1 Maret 2017
Pukul 22.30 WITA.