Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

Konsep Kolaborasi
Dosen Pengampu : Een Sukaedah, S.KM, M.Kes

Disusun oleh Kelompok 1 :


1. Annisa Nurwahyuni ( P279011190 )
2. Anzani Dhela Ayu Saputri ( P279011190 )
3. Fany Dyah Setyaningrum ( P27901119069 )
4. Khilda Najah Fadilah ( P279011190 )
5. Nurhaeni ( P279011190 )
6. Muhamad Rifky Fauzi ( P279011190 )
7. Uun Nurtini ( P279011190 )

II-B D3 KEPERAWATAN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk meyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak yang telah
membantu proses terbuatnya makalah ini, khususnya kepada :

1. Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa.


2. Orang tua, tanpa doa dan restu nya makalah ini tidak akan selesai dengan baik.
3. Ibu Een Sukaedah, S.KM, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Keperawatan.
4. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauguah dari kata
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya. Terima Kasih.

Tangerang, 03 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Daftar Isi................................................................................................................. i
Kata Pengantar......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Radiasi....................................................................................3
2.2 Peluruhan Alpha ......................................................................................4
2.3 Peluruhan Beta ........................................................................................7
2.4 Peluruhan Gamma ...................................................................................7
2.5 Radiasi Sinar-X .......................................................................................7
2.6 Alat Pelindung Diri (APD) Terhadap Radiasi Sinar-X ...........................7
2.7 Keselamatan Kerja Dalam Radiografi .....................................................7
2.8 Manfaat Pemakaian APD Bagi Radiografer ...........................................7
2.9 Penyakit Akibat Radiasi...........................................................................7

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.......................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk
menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak
tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang
beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai
kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab
dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan
untuk menggambarkan  apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari
kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice
Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa
tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan
kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan.
Kolaborasi (ANA, 1992), hubungan kerja diantara tenaga
kesehatan dalam memeberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah
dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama
dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta
masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk
dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau
ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas
hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik
setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut.
Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka
menghasilkan outcome yang lebih baik bagi  pasien dalam mecapai
upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kolaborasi?
2. Apa pengertian kolaborasi menurut Para Ahli?
3. Apa saja tujuan Kolaborasi?
4. Apa saja manfaat Kolaborasi?
5. Apa saja yang termasuk kerakteristik Kolaborasi?
6. Apa saja elemen – elemen dalam Kolaborasi?
7. Apa saja komponen kompetensi sebagai dasar Kolaborasi?
8. Bagaimana proses Kolaboratif?
9. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam Kolaborasi?
10. Bagaimana cara kolaborasi di Rumah Sakit?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi Kolaborasi
2. Mengetahui definisi kolaborasi menurut Para Ahli
3. Mengatahui tujuan Kolaborasi
4. Mengatahui manfaat Kolaborasi
5. Mengetahui karakteristik Kolaborasi
6. Mengetahui elemen – elemen kolaborasi dalam praktik keperawatan
7. Mengetahui komponen kompetensi sebagai dasar Kolaborasi
8. Mengetahui proses Kolaboratif
9. Mengetahui pihak – pihak yang terlibat dalam Kolaborasi
10. Mengetahui kolaborasi di Rumah Sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kolaborasi


Kolaborasi adalah hubungan timbal balik dimana pemberi
pelayanan memegang tanggung jawab paling besar untuk perawatan
pasien dalam kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik
keperawatan kolaboratif menekankan tanggung jawab bersama dalam
manajemen perawatan pasien, dengan proses pembuatan keputusan
bilateral didasarkan pada masing-masing pendidikan dan kemampuan
praktisi (Siegler & Whitney, 2000).

2.2 Definisi Kolaborasi Menurut Para Ahli


 Baily & Synder (1995) menyatakan kolaborasi sebagai hubungan
kemitraan yang bergantung satu sama lain dan memerlukan
perawat, dokter dengan profesi lain untuk melengkapi satu sama
lain ahli-ahli berperan secara hirarki (Kemenkes RI, 2012).
 Kolaborasi adalah suatu hubungan yang kolegial dengan pemberi
perawatan kesehatan lain dalam pemberian perawatan pasien.
Praktik kolaboratif membutuhkan atau dapat mencakup diskusi
diagnosis pasien dan kerjasama dalam penatalaksanaan dan
pemberian perawatan (Blais, 2006).
 Kolaborasi menurut Asosiasi Perawat Amerika (ANA, 1992),
adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kepada klien. Kegiatan yang dilakukan
meliputi diskusi tentang diagnosa, kerjasama dalam asuhan
kesehatan saling berkonsultasi atau komunikasi serta
masingmasing bertanggung jawab pada kepercayaannya
(Sumijatun, 2010).
 Defenisi kolaborasi dapat disimpulkan yaitu hubungan kerja sama
antara perawat dan dokter dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada klien yang didasarkan pada pendidikan dan
kemampuan praktisi yang memiliki tanggung jawab dalam
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.

2.3 Tujuan Kolaborasi


Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-
masalah tentang klien dan untuk meningkatkan pamahaman tentang
kontrbusi setiap anggota tim serta untuk mengidentifikasi cara-cara
meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat
optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk
bekerjasama. Perawat dan tim medis lain merencanakan dan
mempraktekkan sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batas-batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan
pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi
terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.
Tim satu disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim
administrasi, dan lain-lain.Tim pelayanan kesehatan interdisiplin
merupakan sekelompok professional yang mempunyai aturan yang
jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik, jika
terjadi adanya konstribusi dari anggota timdalam memberikan
pelayanan kesehatan efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai
sesama anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif
yang unik dalam tim inter disiplin. Perawat memfasilitasi dan
membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek
profesi kesehatan lain.
Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan
pemberi pelayanan kesehatan.Dokter memiliki peran utama dalam
mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.Pada situasi ini
dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lain
sebagai membuat relevan pemberian pengobatan. Tim multi disiplin
meliputi: tim operasi, tim infeksi nasokomial, dan lain-lain.

2.4 Manfaat Kolaborasi


Kolaborasi dilakukan dengan beberapa alasan sebagai manfaat dari
kolaborasi, yaitu antara lain :
1) Sebagai pendekatan dalam pemberian asuhan keperawatan klien,
dengan tujuan memberikan kualitas pelayanan yang terbaik bagi
klien
2) Sebagai penyelesaian konflik untuk menemukan penyelesaian
masalah atau isu
3) Memberikan model yang baik riset kesehatan.
Penelitian yang dilakukan pada kolaborasi interprofessional pada
perawat di Yunani, menunjukkan hasil bahwa pentingnya dilakukan
kolaborasi. Fenomena yang dipaparkan pada penelitian ini dimana
perawat mengalami ketegangan antara dokter dan perawat yang
merupakan faktor yang signifikan stress perawat ditempat kerja. Selain
itu, tujuan dari kolaborasi pada pelayanan kesehatan ini, untuk
perawatan pasien yang lebih baik akan berisiko tinggi untuk kesalahan
dalam penyediaan pelayanan. Fenomena tersebut menarik minat peneliti
sehingga penelitian ini dilakukan yang menunjukkan hasil bahwa
kolaborasi di rumah sakit di Yunani sebagai tempat penelitian sangat
tidak efektif dimana dokter melihat kolaborasi sebagai kegiatan yang
melibatkan antar profesi bukan interprofesional.

2.5 Karakteristik Kolaborasi


Menurut Carpenter (1990), kolaborasi mempunyai 8 karakteristik :
1) Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
2) Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan pencapaian
kesuksesan.
3) Adanya tujuan yang masuk akal.
4) Ada pendefinisian masalah.
5) Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
6) Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai pilihan.
7) Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan yang terlibat.
8) Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.

2.6 Elemen – Elemen Kolaborasi Dalam Praktik Keperawatan


Praktik kolaborasi memerlukan waktu dan energi. Profesi
kesehatan tidak selalu bergerak cepat dalam satu tim yang baik. Untuk
mengerti praktik kolaborasi, berikut elemen kolaborasi:
1. Multiple provider : kerja sama yang meliputi satu atau lebih
pemberi pelayanan kesehatan dan dapat lebih dari satu jenis
grup profesi.
2. Service Koordinasi : pendekatan umum yang digunakan untuk
menjamin asuhan dan pelayanan dalam disiplin ilmu yang
sama dan beberapa disiplin ilmu dalam bidang kesehatan.
3. Communication : berkomitmen untuk saling memberikan
informasi pada grup pemberi pelayanan kesehatan.
4. Trust : kepercayaan adalah konsep umum untuk semua
elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan
ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung
jawab, terganggunya komunikasi.
Kolaborasi keperawatan merupakan bekerja sama dalam tim
kesehatan dalam upaya perawat mengidentifikasi pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan termasuk diskusi atau tukar pendapat
dalam menentukan bentuk pelayanan keperawatan yang memimiliki
prinsip-prinsip kolaborasi yaitu: menguasai/memahami masalah pasien,
mampu melakukan komunikasi efektif, memiliki penegtahuan yang
berkaitan dengan masalah pasien, mampu berpikir kristis, dan mampu
mengambil keputusan.
2.7 Komponen Kompetensi Sebagai Dasar Kolaborasi
Gambaran penting untuk kolaborasi mencakup, keterampilan
komunikasi yang efektif, saling menghargai, rasa percaya, memberi dan
menerima umpan balik, pengambilan keputusan, dan manajemen
konflik (Blais, 2006).
a) Keterampilan komunikasi yang efektif
Menurut Chittiy, 2001 dalam Marquis 2010
mendefenisikan komunikasi adalah sebagai pertukaran
kompleks antara pikiran, gagasan, atau informasi, pada dua level
verbal dan nonverbal. Komunikasi yang efektif adalah
kemampuan dalam menyampaikan pesan dan informasi dengan
baik, menjadi pendengar yang baik dan keterampilan
menggunakan berbagai media. Thomas Leech, menyatakan
bahwa untuk membangun komunikasi yang efektif, harus
menguasai empat keterampilan dasar dalam komunikasi, yaitu:
membaca, menulis, mendengar dan berbicara (Nurhasanah,
2010).
Komunikasi yang efektif dalam kolaborasi penting untuk
memecahkan masalah komlpeks. Komuniksai efektif dapat
terjadi hanya apabila kelompok yang terlibat berkomitmen untuk
saling memahami peran professionalnya dan saling menghargai
sebagai individu. Selain itu, mereka harus sensitif terhadap
perbedaan antara gaya komunikasi.
b) Saling menghargai dan rasa percaya
Rasa percaya terjadi saat seseorang percaya terhadap
tindakan orang lain. Saling menghargai maupun rasa percaya
menyiratkan suatu proses dan hasil yang dilakukan bersama.
Sistem perawatan kesehatan itu sendiri tidak selalu menciptakan
lingkungan yang meningkatkan rasa hormat atau rasa percaya
dari pemberi perawatan kesehatan yang bervariasi (Blais, 2006).
Tanpa adanya saling menghargai maka kerja sama tidak akan
terjadi. Yang dimaksud dengan pentingnya menghargai satu
sama lain yaitu :
1. Dapat mengurangi perbedaan status professional
2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja
3. Meningkatkan pembagian informasi diantara profesi
4. Menerima konstribusi profesi lain
5. Sebagai advokasi evaluasi kritis kritis penampilan kerja
diantara anggota tim
6. Mempermudah pengambilan keputusan bersama
7. Meningkatkan tanggung jawab dan tanggung gugat
dalam bekerja.
c) Memberi dan menerima umpan balik
Salah satu yang dihadapi para professional adalah memberi
dan menerima umpan balik pada saat yang tepat, relevan, dan
membantu untuk dan dari satu sama lain, dan klien mereka.
Umpan balik dapat dipengaruhi oleh persepsi, ruang personal,
peran, hubungan, harga diri, percaya diri, keyakinan, emosi,
lingkungan, dan waktu dari masing-masing orang.
Memberi dan menerima umpan balik, membantu individu
mendapatkan kesadaran sendiri, membantu tim kolaboratif
untuk membangun pemahaman dan hubungan kerja yang
efektif.
d) Pengambilan keputusan
Aspek penting dalam pengambilan keputusan adalah tim,
antardisiplin yang berfokus pada kebutuhan prioritas klien yang
mengorganisasi intervensi berdasarkan kebutuhan tersebut.
Disiplin yang paling baik memenuhi kebutuhan klien diberikan
prioritas dalam perencanaan dan bertanggung jawab
memberikan intervensinya pada waktu yang tepat.
e) Manajemen konflik
Konflik peran muncul saat seseorang diharapkan
melaksanakan peran yang bertentangan atau tidak sesuai dengan
harapan. Dalam konflik interpersonal, orang yang berbeda
memiliki harapan yang berbeda terhadap peran tertentu. Konflik
antarperan muncul saat harapan seseorang atau kelompok
berbeda dari harapan orang atau kelompok lain. Tipe manapun
dari konflik ini dapat mempengaruhi kolaborasi antardisiplin.
Untuk mengurangi konflik peran, anggota tim dapat juga
melaksanakan konferensi antardisiplin, mengambil bagian
dalam pendidikan antardisiplin pada program dasar, dan yang
paling penting menerima tanggung jawab personal untuk kerja
tim. Kegagalan professional untuk berkolaborasi bukanlah
disengaja, tetapi lebih pada kurangnya keterampilan yang
diperlukan.

2.8 Proses Kolaboratif


Proses kolaboratif dengan sifat interaksi antara perawat dengan
dokter menentukan kualitas praktik kolaborasi. ANA, 1998 dalam
Siegler & Whitney (2000) menjabarkan kolaborasi sebagai hubungan
rekan yang sejati, dimana masing-masing pihak menghargai kekuasaan
pihak lain dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan
tanggung jawab masing-masing dan adanya tujuan bersama. Sifat
kolaborasi tersebut terdapat beberapa indikator yaitu kontrol kekuasaan,
lingkup praktik, kepentingan bersama dan tujuan bersama.
1) Kontrol Kekuasaan
Kontrol kekuasaan dapat terbina apabila dokter dan perawat
mendapat kesempatan yang sama mendiskusikan pasien
tertentu. Kemitraan terbentuk apabila interaksi yang diawali
sama banyaknya dengan yang diterima dimana terdapat
beberapa kategori antara lain: menanyakan informasi,
memberikan informasi, menanyakan dan memberi pendapat,
memberi pengarahan atau perintah, pengambilan keputusan,
memberi pendidikan, memberi dukungan/persetujuan,
menyatakan tidak setuju, orientasi dan humor.
2) Lingkungan Praktik
Menunjukkan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing
pihak. Perawat dan dokter memiliki bidang praktik yang
berbeda dengan peraturan masing-masing.
3) Kepentingan Bersama
Kepentingan bersama merupakan tingkat ketegasan
masing-masing (usaha untuk memuaskan kepentingan
sendiri) dan faktor kerjasama (usaha untuk memuaskan pihak
lain).
4) Tujuan Bersama
Tujuan bersama pada proses ini bersifat lebih terorientasi
pada pasien dan dapat membantu menentukan bidang
tanggung jawab yang berkaitan dengan prognosis pasien.

2.9 Pihak – Pihak Yang Terlibat Dalam Kolaborasi


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok
profesional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum, dan
berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik jika terjadi adanya
kontribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan
terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi pasien, perawat, dokter,
fisioterapis, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh
karena itu, tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif,
bertanggung jawab, dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting.
Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah
kemungkinan suatu rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan
kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai
pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang
unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu
pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktik profesi
kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara
pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati,
dan mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas
pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering
berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat referal
pemberian pengobatan.
Selain itu, keluarga serta orang-orang lain yang berpengaruh bagi
pasien juga termasuk pihak-pihak yang terlibat dalam kolaborasi.
Karena keluarga merupakan orang terdekat dari pasien atau individu
yang memiliki pengaruh sangat besar terhadap individu. Melalui
keluarga tenaga kesehatan bisa mendapatkan data-data mengenai pasien
yang dapat mempermudah dalam mendiagnosis penyakit dan proses
penyembuhan pasien.

2.10 Kolaborasi di Rumah Sakit


Kolaborasi merupakan hubungan kerja sama antara anggota tim
dalam memberikan asuhan kesehatan. Pada kolaborasi terdapat sikap
saling menghargai antar tenaga kesehatan dan saling memberikan
informasi tentang kondisi klien demi mencapai tujuan (Hoffart &
Wood, 1996; Wlls, Jonson & Sayler, 1998).
Tim Kerja di Rumah Sakit :
a) Tim satu disiplin ilmu:
 Tim Perawat
 Tim dokter
 Tim administrasi
   Dll
b) Tim multi disiplin :
 Tim  operasi
 Tim nosokomial infeksi
 Dll
2.11 Perawat Sebagai Kolaborator
Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi
dengan klien, pper group serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang
dilakukan dalam praktek di lapangan sangat penting. Agar perawat
dapat berperan secara optimal dalam hubungan kolaborasi tersebut,
perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan
keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik
keperawatan. Faktor pendidikan merupakan unsur utama yang
mempengaruhi kemampuan seorang profesional untuk mengerti hakikat
kolaborasi yang berkaitan dengan perannya masing-masing, kontribusi
spesifik setisp profesi, dan pentingnya kerja sama. Setiap anggota tim
harus menyadari sistem pemberian asuhan kesehatan yang berpusat
pada kebutuhan kesehatan klien, bukan pada kelompok pemberi asuhan
kesehatan. Kesadaran ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman setiap
anggota terhadap nilai-nilai profesional.
Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan
kolaborasi, yaitu melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, membuat tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja sama
dan koordinasi dengan komunikasi terbuka.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

 Unknown. 2018. Konsep Kolaborasi Dalam Keperawatan.


https://infokep.blogspot.com/2018/08/konsep-kolaborasi-dalam-
keperawatan.html

 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/50143/Chapter
%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y

 Abdullah, Murianda. 2018. Konsep Kolaborasi dan Negosiasi.


https://slideplayer.info/slide/15359542/

Anda mungkin juga menyukai