Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN HOLISTIK

PADA PASIEN DENGAN TERAPI AIR PANAS UNTUK MENGATASI


RHEUMATOID ARTHRITIS

Disusun oleh:

FATMAWATI

(42010121176)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) CIREBON

TAHUN AKADEMIK 2021-2022


A. Konsep Dasar Rheumatoid Arthritis
1. Pengertian Rheumatoid Arthritis
Rheumatoid arthritis merupakan penyakit inflamasi sistemik kronik atau penyakit
autoimun dimana rheumatoid arthritis ini memiliki karakteristik terjadinya kerusakan pada
tulang sendi, ankilosis dan deformitas. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit
jaringan penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas (Lukman & Nurna Ningsih, 2013).
Arthritis atau biasa disebut rematik adalah penyakit yang menyerang persendian dan struktur
di sekitarnya. reomatoid arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya. Karakteristik RA adalah terjadinya kerusakan dan poliferasi pada
membran sinovial, yang menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.
Mekanisme imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan timbulnya penyakit ini.
Pendapat lain mengatakan, arthritis rheomatoid adalah gangguan kronik yang menyerang
berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan
penyambung difus yang diperantai oleh imunitas
2. Etiologi
Rheumatoid Arthritis Penyebab rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti walaupun
banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Faktor genetik dan beberapa faktor
lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya penyakit ini. Kecenderungan wanita
untuk menderita rheumatoid arthritis dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang
hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu
faktor yang berpengaruh terhadap penyakit ini. Walaupun demikian karena pembenaran
hormon esterogen eksternal tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang
diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan bahwa faktor hormonal memang
merupakan penyebab penyakit ini (Aspiani, 2014).
Infeksi telah diduga merupakan penyebab rheumatoid arthritis. Dugaan faktor infeksi
timbul karena umumnya omset penyakit ini terjadi secara mendadak dan timbul dengan disertai
oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun hingga kini belum berhasil dilakukan
isolasi suatu organisme dari jaringan synovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa
terdapat suatu komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat
mencetuskan terjadinya rheumatoid arthritis. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab
rheumatoid arthritis Antara lain bakteri, mikoplasma atau virus (Aspiani, 2014).
Hipotesis terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah adanya faktor genetik yang akan
menjurus pada penyakit setelah terjangkit beberapa penyakit virus, seperi infeksi virus Epstein-
Barr. Heat Shock Protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk
oleh sel seluruh spesies sebagai respon terhadap stress. Walaupun telah diketahui terdapa
hubungan antara Heat Shock Protein dan sel T pada pasien Rheumatoid arthritis namun
mekanisme hubungan ini belum diketahui dengan jelas (Aspiani, 2014).

3. Tanda Dan Gejala


a. Nyeri pada anggota gerak.
b. Kelemahan otot.
c. Peradangan dan bengkak pada sendi.
d. Kekakuan sendi.
e. Kejang dan kontraksi pada otot.
f. Gangguan fungsi.
g. Sendi berbunyi (Krepitasi)
h. Sendi goyah.
i. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas).
j. Timbulnya benjolan nodul.

4. Komplikasi Rheumatoid Arthritis


Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi bagian lain dari
tubuh selain sendi. Menurut (Aspiani, 2014) rheumatoid arthritis dapat menimbulkan
komplikasi pada bagian lain dari tubuh :
a. Sistem respiratori Peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai pada
rheumatoid arthritis. Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat berupa nyeri
tenggorokan, nyeri menelan, atau disfonia yang umumnya terasa lebih berat pada pagi
hari. Pada rheumatoid arthritis yang lanjut dapat pula dijumpai efusi pleura dan fibrosis
paru yang luas (Aspiani, 2014).
b. Sistem kardiovaskuler Seperti halnya pada sistem respiratorik, pada rheumatoid arthritis
jarang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau gangguan faal jantung. Akan
tetapi pada beberapa pasien dapat juga dijumpai gejala perikarditis yang berat. Lesi
inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai miokardium dan katup
jantung. Lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolisasi, gangguan
konduksi, aortitis dan kardiomiopati (Aspiani, 2014).
c. Sistem gastrointestinal Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah
gastritis dan ulkus peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti
inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease
modifying antirheumatoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas
dan mortalitas utama pada rheumatoid arthritis (Aspiani, 2014).
d. Sistem persarafan Komplikasi neurologis yang sering dijumpai rheumatoid arthritis
umumnya tidak memberikan gambaran yang jelas sehingga sukar untuk membedakan
komplikasi neurologis akibat lesi artikular dari lesi neuropatik. Pathogenesis komplikasi
neurologis pada umumnya berhubungan dengan mielopati akibat instabilitas vertebre,
servikal, neuropai jepitan atau neuropati iskemik akibat vasculitis (Aspiani, 2014).
e. Sistem perkemihan : ginjal Berbeda dengan lupus eritematosus sistemik pada
rheumatoid arthritis jarang sekali dijumpai kelainan glomelural. Jika pada pasien
rheumatoid arthritis dijumpai proteinuria, umumnya hal tersebut lebih sering disebabkan
karena efek samping pengobatan seperi garam emas dan D-penisilamin atau erjadi
sekunder akibat amiloidosis. Walaupun kelainan ginjal interstisial dapat dijumpai pada
syndrome sjogren, umumnya kelainan tersebut lebih banyak berhubungan dengan
penggunaan OAINS. Penggunaan OAINS yang tidak terkontrol dapat sampai
menimbulkan nekrosis papilar ginjal (Aspiani, 2014).
f. Sistem hematologis Anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan gambaran
eritrosit normosistik-normokromik (hipokromik ringan) yang disertai dengan kadar besi
serum yang rendah serta kapasitas pengikatan besi yang normal atau rendah merupakan
gambaran umum yang sering dijumpai pada rheumatoid arthritis. Enemia akibat
penyakit kronik ini harus dibedakan dari anemia defisiensi besi yang juga dapat
dijumpai pada rheumatoid arthritis akibat penggunaan OAINS atau DMARD yang
menyebabkan erosi mukosa lambung (Aspiani, 2014).
5. Penatalaksanaan
Rheumatoid Arthritis Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik serta ketaatan pasien untuk tetap berobat
dalam jangka waktu yang lama (Aspiani, 2014).
OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid ) diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri
sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang diberikan yaitu aspirin, pasien
dibawah umur 65 tahun dapat dimulai dengan dosis 3-4 x 1g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6
perminggu sampai terjadi perbaikan atau gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl. Ibuprofen,
naproksen, piroksikam, diklofenak dan sebagainya (Aspiani, 2014). DMARD (Disease
Modifying Antirheumatoid Drugs) digunakan unuk melindungi rawan sendi dan tulang dari
proes destruksi akibat rheumatoid arthritis. Keputusan penggunaannya bergantung pada
pertimbangan risiko manfaat oleh dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis
rheumatoid arthritis diegakkan, atau bila respon OAINS tidak ada. DMARD yang diberikan:
(Aspiani, 2014)
a. Klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin 400 mg/hari
b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalu enteric, digunakan dalam dosis 1 x 500
mg/hari, ditinggikan 500 mg/minggu, sampai mencapai dosis 4 x 500 mg.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan dalam dosis
250-300 mg/ hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4 minggu sebesar 250-300
mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 20-300 mg/hari.
d. Garam emas adalah gold standart bagi DMARD.
e. Obat imunosupresif atau imonoregulator; metotreksat dosis dimulai 5-7, mg setiap
minggu. Bila dalam 4 bulan idak menunjukkan perbaikan, dosis harus ditingkatkan.
f. Korikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan Rheumatoid arthritis dengan
komplikasi berat dan mengancam jiwa seperti vasculitis, karena obat ini memiliki efek
samping yang sangat berat.
Rehabilitasi bertujuan meningkatkan kualitas harapan hidup pasien. Caranya antara lain
dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan dan sebagannya.
Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada sendi berkurang. Bila tidak juga behasil,
diperlukan pertimbangan untuk pertimbangan operatif. Sering juga diperlukan alat-alat
seperti pemakaian alat bidai, tongkat penyangga, kursi roda, terapi mekanik, pemanasan
baik hidroterapi maupun elekroterapi, occupational therapy (Aspiani, 2014).
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat alasan
yang cukup kuat, dapat dilakukan tindakan pembedahan. Jenis pengobatan ini pada pasien
rheumatoid arthritis umunya bersifat orthopedic, misalnya sinovektomi, artrodesis,
memperbaiki deviasi ulnar (Aspiani, 2014). Kompres jahe hangat dapat menurunkan nyeri
rheumatoid arthritis.
Kompres jahe merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternative untuk
mengurangi nyeri rheumatoid arthritis. Kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim
siklooksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita rheumatoid arthritis,
selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana rasa
panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya vasodilatasi
pembuluh darah, mamfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu 20 menit sesudah
pengaplikasian (Agustin, 2015).
6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan diagnosa
klinis)

a. Tes serologic

b. rematoid – 70% pasien bersifat seronegatif. Catatan: 100% dengan factor

rematoid yang positif jika terdapat nodul atasindroma Sjogren

c. Antibodi antinukleus (AAN)- hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20

kasus.

d. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena, perubahan- perubahan yang

dapat di temukan adalah:

a) Pembengkakan jaringan lunak


b) Penyempitan rongga sendi
c) Erosi sendi

e. Osteoporosis juksta artikule

a) Untuk menilai aktivitas penyakit:


b) Erosi progresif pada foto sinar X serial.
c) LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat pada
artritisreumatoid meliputi :
penyakit aktif
amyloidosis
infeksi
sindroma Sjorgen ;
1) Anemia : berat ringannya anemia normakromik biasanya berkaitan
dengan aktifitas.
2) Titer factor rematoid : makin tinggi titernya makin mungkinterdapat kelainan
ekstra artikuler.
3) Faktor ini terkait dengan aktifitas artritis.
7. Terapi Komplementer mandi air panas/hangat
a. Definisi Terapi Komplementer

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah pengobatan


non- konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk Indonesia jamu
misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi Page 2 merupakan pengobatan tradisional.

Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam pengobatan modern (Andrews et


al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang menambahkan
pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips & Taylor, 2001).

b. Pengertian mandi air hangat

Terapi panas juga disebut dengan termoterapi panas memiliki efek relaksasi. Karena alas an ini,
otot yang kelelahan akan merespon, dapat merangsang aliran darah merelaksasikan otot yang spasme
dan meredahkan nyeri otot. Terapi panas juga di dasarkan pada psikologis sehingga karena alas an ini
terapi panas memiliki dampang yang ditimbulkan

Salah satu pengobatan rumah sederhana untuk rematik adalah terapi panas. Mandi air
panas/hangat atau pancuran selama 15 menit dapat membantu bersantai dan menenangkan nyeri sendi
dan otot.

c. Manfaat mandi air hangat

Di jepang terdapat pemandian air hangat umum yang di sebut dengan sento. tempat ini biasanya
di kunjungi oleh masyarakat sepulang kerja, sento juga dianggap bisa membersihkan badan dan fikiran.

Di Indonesia, mungkin tidak banyak pemandian air hangat yang dapat di singgahi setiap hari.
Namun dapat mandi di rumah masing-masing. Apa saja manfaat mandi air hangat untuk tubuh kita

1) Memiliki dampak terapeutik


2) Meningkatkan pernafasan
3) Meningkatkan kualitas tidur
4) Membakar kalori
5) Meredahkan rasa sakit pada tubuh
6) Meningkatkan kesehatan jantung
7) Meredahkan sakit kepala
8) Meredahkan hidung tersumbat
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

a. Identitas klien

Pada identitas klien, akan didapatkan data-data terkait dengan

identitas klien maupun keluarga yang menjadi penanggung jawab

klien tersebut. Pada identitas didapatkan nantinya nama klien,

alamat, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, umur, suku/ras, agama,

nomor telepon dan lain-lain. Sedangkan untuk penanggung jawab,

juga akan didapatkan data-data yang sama, baik berupa nama,

alamat, umur, nomor telepon dan diagnosa klien.

b. Riwayat kesehatan

1. Keluhan utama

Klien mengeluhkan rasa nyeri pada tiap-tiap sendi seperti

tangan dan kaki.

2. Riwayat penyakit sekarang

Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau kaki,

perasaan tidak nyaman dalam beberapa waktu sebelum

mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

3. Riwayat penyakit dahulu

Adanya memiliki kecelakaan atau terbenturnya salah satu

organ tubuh waktu dulu, adanya mengalami penyakit yang

sama waktu dahulu.

4. Riwayat penyakit keluarga

Ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun

diabetes militus dan penyakit yang lain-lain.


c. Pemeriksaan fisik

Kepala dan wajah :

Inspeksi : Kepala simetris kiri dan kanan, tidak ada pembesaran

pada kepala. Ukuran kepala normal sesuai dengan

umur. Wajah biasanya tidak simetris kiri dan kanan,

wajah terlihat pucat.

Palpasi : tidak terjadi nyeri pada kepala

Mata : mata tampak simetris kiri dan kanan, terdapat adanya

kekeruhan pada kornea, lapang pandang terdapat

penurunan lapang pandang.

Inspeksi : Pupil sama, bulat, reaktif terhadap cahaya dan

akomodasi, Konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik.

Palpasi : tidak ada pembengkakan pada mata

Telinga : telinga tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada

tampak pembengkakan.

Inspeksi : Simetris telinga kiri dan kanan, terlihat bersih tanpa

serumen.

Palpasi : Tidak ada nyeri pada daun telinga, pembengkakan

pada daun telinga tidak ada.

Hidung : Hidung tampak simetris, tidak terdapat

perdarahan,tidak terdapat polip. Adanya penurunan

kemampuan membau.
Inspeksi : Simetris hidung kiri dan kanan, tidak terlihat

perdarahan pada hidung.

Palpasi : Tidak adanya nyeri saat diraba pada hidung,

pembengkakan tidak ada.

Mulut : Mulut tampak kotor terdapat mulut berbau.

Inspeksi : Membran mukosa berwarna merah jambu, lembab,

dan utuh. Uvula digaris tengah, Tidak ada lesi.

Palpasi : Tidak ada nyeri pada mulut , tidak adanya

pembengkakan pada mulut

Leher

Inspeksi : Posisi trakea apakah mengalami kemiringan atau

tidak, vena jugularis tidak terlihat,

Palpasi : Tidak teraba nodul pada leher, tidak terjadi

pembengkakan, apakah terjadi pembesaran kelenjar

tiroid, kelenjar limfe ada pembesaran atau tidak

Paru-paru

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, tidak adanya lesi, ada atau

tidaknya retrasi dada, tidak ada penggunaan otot bantu

pernafasan

Auskultasi : Vesikuler

Perkusi : Sonor
Palpasi : Ada pergerakan dinding dada, taktil fremitus teraba

jelas

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis terlihat atau tidak, lesi diarea jantung atau

tidak, pembengkakan pada jantung atau tidak

Palpasi : Pada area ICS II, ICS V kiri, dan Area midclavicula

untuk menentukan batas jantung, tidak terjadi

pembesaran pada jantung

Perkusi : Redup

Auskultasi : Normalnya bunyi jantung 1 lebih tinggi dari pada

bunyi jantung II, tidak adanya bunyi tambahan seperti

mur-mur.

S2 (dub) terdengar pada ICS II ketika katup aorta dan

pulmonal menutup pada saat awal sistolik, terdengar

suatu split yang mengakibatkan dua suara katup, ini

diakibatkan penutupan aorta dan pulmonal berbeda

pada waktu respirasi.

S1( lub) terdengar pada ICS V ketika katup mitral dan

katup trikuspidalis tetutup pada saat awal sistolik.

Terdengar bagus pada apex jantung dan didengar

dengan diafragma stetostokop dimana terdengar

secara bersamaan.
Abdomen

Inspeksi : tidak adanya pembengkakan pada abdomen/ asites

Palpasi : tidak adanya distensi pada abdomen

Perkusi : Tympani

Auskultasi : bising usus normal

Ekstremitas : Biasanya didapatkan bahwa pada ektremitas yang

tidak normal, jalan kemungkinan tidak nrmal, atau

tangan susak digerakkan terasa kaku

Neuro Sensori : Klien merasakan kebas, semutan pada kaki dan

tangan, hilangnya sensasi pada jari tangan,

pembengkakan pada sendi

Interaksi sosial : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/

orang lain, terjadi perubahan peran

Riwayat Psikososial : Pasien dengan reumatik mungkin merasakan

adanyan kecemasan yang cukup tinggi

apalagi pasien yang mengalami deformitas

pada sendi-sendi karena merasakan adanya

kelemahan-kelemahan pada dirinya dan

merasakan kegiatan sehari-hari menjadi

berubah.
C. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut b/d kondisi muskuloskeletal kronis.

b. Defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi.

c. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal.

d. Gangguan citra tubuh b/d proses penyakit.

e. Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal.


D. Rencana Tindakan Keperawan (SIKI)

No Diagnosa Tujuan dan Kiteria Intervensi Keperawatan


Keperawatan Hasil
1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Observasi manajemen nyeri
kondisi tindakan keperawatan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, frekuensi,
muskuloskeletal 1x 24 jam diharapkan intensitas nyeri.
kronis tingkat nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
Kriteria Hasil: 3. Indentifikasi factor penyebab nyeri
 Keluhan nyeri 4. Monitor efek samping penggunaan analgetik
berkurang
 Tampak meringis Teraupeutik
menurun
 Sikap protektif 1. Berikan teknik non farmakologi (kompres
menurun. jahe merah)
2. Kontak lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (suhu, pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur.

Edukasi

1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri


2. Jelasakan strategi pereda nyeri
3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
4. Anjurkan teknik nonfarmakologis untuk
,emgurangi nyeri.

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian amalgetik (jika perlu)
2 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Observasi
b/d kurangterpapar tindakan keperawatan 1. Identifikasi informasi uang akan disampaikan
informasi 1x 24 jam di harapkan 2.Identifikasi pemahaman tentang kondisi
pengetahuan meningkat kesehatan saat ini
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi kesiapan menerima informasi.
 Kepatuhan meningkat
 Pengetahuan Terapeutik
meningkat 1. Lakukan penguatan potensi pasien dan
kleuarga untuk menerima informasi
2.Libatkan pengambilan keputusan dalam untuk
menerima informasi
3. Fasilitasi mengenali kondisi tubuh yang
membutuhkan layanan keperawatan
4. Berikan nomor kontak yang dapat dihubungi
jika pasien membutuhkan bantuan
5. Catat identitas dan nomor kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow up kondisi pasien
6. Fasilitasi akses pelayanan pada saat
dibutuhkan

Edukasi
1. Berikan informasi berupa alur, leafket atau
gambar untuk memudahkan pasien mendapatkan
informasi kesehatan
2. Anjurkan keluarga mendampingi pasien
3 Gangguan mobilitas Setealh dilakukan Observasi
fisik b/d gangguan tindakan perawatan 1. identifikasi kesiapan dan kemampuan
muskuloskeleta selama 1x 24 jam menerima informasi
didapatkan mobilisasi 2. identifikasi indikasi dan kontra indikasi
fisik meningkat mobilisasi 3. monitor kemajuan pasien/ keluarga
Kriteria Hasil: dalam melakukan mobilisasi
- Pergerakan sendi
meningkat Terapeutik
- Status neurologi
membaik 1. persiapan materi, media, dan alat-alat seperti
- Aktivitas tidak bantal, gait belt
dibantu lagi 2. jadwalkan waktu pendidikan kesehatan sesuai
sekepakatan dengan pasien dengan keluarga
3. berikan kesempatan pada pasien dan keluarga
untuk bertanya

Edukasi
1. jelasakan prosedur, tujuan, indikasi, dan
kotra indikasi mobilisasi serta dampak
imobilisasi
2. ajarkan cara mengidentifikasi sarana dan
prasarana yang mendukung untuk mobilisasi di
rumah.
3. Demotrasi cara melatih rentang gerak
(misalkan gerakan dilaukan dengan perlahan,
dimulai darai kepala ke esktremitas, gerakan
semua persendian sesuai dengan rentang gerak
normal, cara melatih rentang gerak para sisi
ekstremitas yang parese dengan menggunkan
ekstremitas yang normal, frekuensi tiap
gerakan))
4 Gangguan citra Setalh dilakukan Observasi
tubuh b/d proses tindakan keprawatan
penyakit selam 1x 24 jam 1. Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan
diharapkan pemikiran tahap perkembangan
positif terhadap citra 2. Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan
tubuh Kriteria Hasil: umur terkaid citra tubuh 3. Identifikasi
- Harga diri meningkat perubahan citra tubh yang mengakibatkan isolasi
- Identitas diri positif sosial
- Status coping positif 4. Monitor frekuensi pernyatan kritik terhadap
diri sendiri
5. Monitor apakah pasien bisa melihat bagain
tubuh yang berubah

Teraupetik

1. Diskusiakn perubahn tubh dan fungsinya


2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
3. Diskusikan perubahn akibat pubertas
kehamilan dan penuaan 4. Diskusikan kondisi
stress yang memperngaruhi cintra tubuh
(luka,penyakit, pembedahan)
5. Diskusikan cara mengembangkan harapan
citra tubh secara relitis
6. Diskusiakn persepsi pasien dan keluarga
tentang perubahn citra tubuh

Edukasi

1. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan


perubahan citra tubh
2. Ancurkan mengungkapkan gambaran diri
terhadap citra tubuh
3. Anjurkan mengikuti kelompok pendukung
(misal kelompok sebaya) 4. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
DAFTAR PUSTAKA

JM Nurlailah, 2010.Pengaruh Senam Rematik Dalam


Penurunan
Nyeri.Tidakditerbitkan.Fakultaskesehatanmasyarakatuniversitasjember.

Pertiwi Widyaning Herdini, 2014. Pengaruh Senam Rematik


TerhadapPenurunan Nyeri Pada Lansia Penderita
Rematik.Kecamatanboyolali.

Erniyono, 2013.Tinjauanteori Rematik. Sumatra Selatan.

Henniwati, 2008.Faktor-Fakto.Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan


Nyeri Pada Lansia Penderita Rematik. Kabupaten Aceh
Timur.Tesis.Tidakditerbitkan.Universitas Sumatra Utara. Medan.

Anda mungkin juga menyukai