Anda di halaman 1dari 19

BAB III

TINJAUAN TEORI

A. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)


1. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan proesional adalah diskripsi atau gambaran dari
praktik keperawatan yang nyata dan akurat berdasarkan kepada filosofi
konsep, dan teori keperawatan. Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan
teknologi kesehatan menuntut perawat, sebagai suatu profesi, memberi
pelayanan kesehatan yang optimal.
2. Tujuan dan Model Keperawatan
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
b. mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekososngan pelaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim kesehatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan.
d. memberikan pedoman dalam mennetukan kebijaksanaan dan
keputusan.
e. menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan anggota tim keperawatan.
Ada lima komponen Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP)
a. Nilai professional
b. Pendekatan manajemen
c. Metode pemberian asuhan keperawatan
d. Hubungan professional
e. Sistem penghargaan dan kompensasi
3. Petunjuk Pelaksanaan Model Praktek Keperawatan Profesional melalui
Penugasan Perawat Primer (PP) dan Perawat Associate (PA)
Metode ini berdasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota tim
berkontribusi dalam merencanakan asuhan keperawatan sehingga akan timbul
motivasi yang tinggi dan rasa tanggung jawab bersama. Setiap anggota tim
merasakan kepuasan karena diakui kontribusinya dalam mencapai tujuan
bersama yaitu memberikan asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap
anggota tim saling komnplementer menjadi satu kekuatan yang dapat
meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan
dalam setiap upaya dalam asuhan keperawatan sehingga dapat menghasilkan
sikap moral yang tinggi.
a. Tanggung Jawab Kepala Ruangan
1) Mengusulkan kepada Kepala Bidang agar ditunjuk seorang
Kasie untuk mensupervisi langsung di ruangan pelaksanaan
lanjutan metode Perawat Primer (PP).
2) Mengawasi kineja Perawat Primer dan Perawat Associate agar
memberi asuhan dengan menggunakan Standar Asuhan
Keperawatan yang telah diberlakukan di Rumah Sakit.
3) Membantu Perawat Primer dalam menetapkan tujuan dan
intervensi keperawatan.
4) Membentuk sejumlah tim yang sesuai dengan jumlah perawat
dan kebutuhan pasien.
5) Membagi pasien yang akan menjadi tanggung jawab masing-
masing tim dengan jumlah seimbang sesuai dengan pembagian
kamar atau jenis penyakit.
6) Memberi kesempatan kepada Perawat Primer untuk
mengembangkan kepemimpinan.
7) Mengorientasikan tentang fungsi metode PP PA kepada perawat
baru.
8) Menjadi nara sumber Perawat Primer.
9) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf
dengan mengadakan pre dan post konfrens, pertemuan ruangan
dan rutin memberikan umpan balik tentang prestai kerja staf.
10) Melakukan supervisi terhadap kinerja PP dan PA.
11) Memberikan pengarahan kepada PP bila anggota timnya belum
menunjukkan kinerja yang baik.
12) Menyediakan fasilitas dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk
kelancaran kerja tim.
13) Melakukan evaluasi secara periodik mengenai pelaksanaan
metode PP dan PA.
14) Melakukan revisi dan penyempurnaan terhadap perkembangan
metode PP dan PA.
15) Memberi laporan kepada Ka. Bidang Keperawatan secara
periodik tentang pelaksanaan metode PP dan PA.
16) Menyusun perencanaan tentang Sumber Daya Manusia (jumlah
dan rencana pengembangan), fasilitas keperawatan sesuai
dengan diagnosa keperawatan yang ditentukan untuk
pengembangan dan peningkatan kualitas penerapan metode PP
PA.
17) Mengusulkan kepala Kepala Bidang Keperawatan adanya
Sistem Reward serta Jenjang Karir yang diperlukan untuk
menunjang, memelihara, dan mengembangkan Praktek
Professional Keperawatan.
18) Menyusun perencanaan fasilitas (Investasi) kepada Ka. Bidang
Keprawatan untuk perencanaan tahunan Bidang Keperawatan.
19) Minta umpan balik dari Kepala Bidang Keperawatan tentang
pelaksanaan metode PP PA.
20) Secara periodik melakukan survey kepuasan pasien melalui
angket pasien pulang sehubungan dengan pelayanan
keperawatan dengan penerapan metode PP PA.
b. Tanggung Jawab Perawat Primer (PP)
1) Membagi pasien anggota tim sesuai dengan kemampuan
anggota sehingga masing-masing pasien mempunyai perawat
yang bertanggung jawab terhadap kesinambungan asuhan
keperawatan pasien dari sejak masuk sampai pulang secara
komprehensif.
2) Membagi tugas yang harus dilakukan oleh setiap anggota tim
dan memberikan bimbingan melalui pertemuan awal (pre
conferens) dan akhir (post conferens).
3) Memeriksa kelengkapan peralatan dan fasilitas yang akan
digunakan dalam memberi asuhan keperawatan kepada pasien.
4) Memeriksa kelengkapan dokumentasi keperawatan mulai dari
pengkajian sampai catatan perkembangan masing-masing
pasien.
5) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan Program
Medik.
6) Mengevaluasi kinerja anggota tim dan memberi laporan kepada
Kepala Ruangan setiap akhir shift.
7) Perawat Primer hanya dinas pagi sore saja, dan bila PP tidak
hadir Kepala Ruangan menunjuk salah satu anggota tim untuk
menerima pendelegasian tugas selama satu shift sebagai Perawat
Primer dibawah Supervisi Kepala Ruangan.
8) Perawat Primer dapat merangkap sebagai anggota tim.
9) Meminta umpan balik dari pasien dan keluarga tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan sehari sebelum atau pada saat
akan pulang.
c. Kriteria Perawat Primer
1) Latar belakang pendidikan S.Kep,. Ns. keperawatan dengan
masa kerja minimal 2 tahun.
2) Memiliki riwayat prestasi kerja yang baik.
3) Tidak sedang mengikuti pendidikan formal.
d. Tanggung Jawab Anggota Tim (Perawat Associate)
1) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun.
2) Mencatat dengan tepat dan jelas hasil asuhan keperawatan yang
telah diberikan berdasarkan respon pasien.
3) Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan
bekesinambungan kepada pasien yang menjadi tanggung
jawabnya.
4) Menjadi Perawat Promer untuk pasien yang ditunjuk baginya
dan Perawat Associate atau Perawat Pelaksana menjadi rawat
lain yang tidak dinas.
5) Berkonsultasi dengan Perawat Primer tentang asuhan
keperawatan.
6) Menghargai bantuan dan bimbingan dari Perawat Primer.
7) Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat oleh Perawat Primer.
e. Tanggung Jawab Penanggung Jawab Shift
1) Bertanggung jawab pada kelancaran administrasi dan pemberian
asuhan keperawatan oleh tim yang dinas yang menjadi tanggung
jawabnya.
2) Bertugas hanya pada dinas sore dan malam.
3) Bertugas hanya pada satu shift.
4) Mengatur pemberian asuhan keperawatan pasien baru kepada
perawat yang sedang berdinas.
5) memberi informasi administrasi kepada pasien dan keluarga.
6) Melakukan hubungan dengan ruangan lain.
f. Kriteria Penanggung Jawab Shift
1) Latar bdelakang pendidikian D III Keperawatan dengan masa
kerja minimal 3 tahun
2) Memiliki riwayat prestasi kerja yang baik.
4. Strategi Pelaksanaan
a. Proses Timbang Terima Pasien (Hand Over) atau Operan
1) Proses operan dilakukan setiap pergantian dinas (shift) yaitu
pukul 08.00, 14.00, dan 20.00 WITA. Operan dilakukan oleh
perawat shift malam di kantor perawat dihadiri oleh Kepala
Ruangan dan Preceptor.
2) Setelah operan di kantor perawat, lalu PP pagi menerima
timbang terima pasien dari perawat shift malam sambil melihat
langsung kondisi terakhir pasien.
3) Setelah keliling melihat pasien secara keseluruhan, PP pagi
mengadakan pre konfrens dengan anggota.
4) Pada akhir shift sebelum operan PP melakukan post konfrns
untuk mendapatkan informasi terakhir tentang pasien dan
pelaksanaan asuhan keperawatan dari anggota tim sebagai dasar
timbang terima pasien saat operan.
b. Isi atau Materi Operan
Hal-hal penting asuhan keperawatan pasien, misalnya untuk pasien
baru dimulai dengan identitas pasien, alasan masuk, keadaan umum,
diagnosa keperawatan, tindakan yang perlu dilakukan baik tindakan
independen, dependen, maupun kolaborasi, tindakan yang perlu
dilakukan untuk pasien lama, informasi perkembangan baru dan
perubahan kondisi pasien disertai tindak lanjut yang diharapkan.
c. Pelaksanaan Operan
Di kantor perawat (Nurse Station)
1) Perawat yang sudah selesai dinas kepada perawat pengganti dari
tim yang sama yang akan melanjutkan asuhan keperawatan
pasien yang manjadi tanggung jawabnya.
2) Pada shift malam, salah satu tim menjadi tanggung jawab
rangkap oleh pananggung jawab shift.
Operan di ruangan pasien
1) Setelah operan di kantor perawat, dilanjutkan dengan ronde
bersama PP atau anggota shift sebelumnya dan PP dan anggota
shift yang bertugas mengunjungi setiap pasien untuk
memvalidasi keadaan pasien dan menginformasikan kepada
pasien tentang perawat yang akan bertugas.
2) PP yang dinas akan memperkenalkan diri dan anggota yang
bertugas kepada pasien dan keluarga.
Mekanisme Kerja
1) Pembentukan tim PP PA dilakukan oleh Kepala Ruangan.
2) Evaluasi metode PP dan PA dilakukan setiap bulan, dan kinerja
PP dievaluasi setiap tiga bulan.
3) Setiap tim PP PA bertanggung jawab pada sekelompok pasien
dalam memberikan asuhan keperawatan ayng kompregensif dan
berkesinambungan dari sejak pasien masuk hingga pasien
pulang.
4) Pembagian pasien dilakukan oleh PP pada saat Pre konfrens.
5) Anggota PP yang akan menukar dinas harus sepengetahuan PP
dan Kepala Ruangan dan harus dengan sesama anggota timnya
yang mempunyai kompetensi yang sama.
6) Rencana harian wajib dibuat oleh Kepala Ruangan, PP,
penanggung jawab shiftsebelum memulai operan dan dilengkapi
setelah operan. Rencana harian dikumpulkan pada map masing-
masing tim yang telah disediakan sebelum mulai bekerja hari
ini.
d. Isi Konferens
Perawat Primer melaksanakan konferens 10-15 menit.
Pre Konferens
1) PP memberi pengarahan kepada anggota PA tentang rencana
asuhan keperawatan pada hari tersebut.
2) Memberi penugasan kepada PA bila ada pasien baru.
3) Memberi kesempatan kepada anggota PA untuk bertanya.
4) Memberi penekanan pad hal-hal yang perlu diperhatikan.
5) Memberi penekanan pada pendidikan pasien.
6) Membahas pasien-pasien yang menjadi prioritas pada shift
tersebut.
7) Menanyakan kesiapan fisik, mental anggota dalam melakukan
asuhan keperawatan.
8) Mengucapkan selamat bekerja sama kepada anggota PA.
Post Konferens
1) PP mengevaluasi kegiatan anggota PA.
2) Melakukan evaluasi dengan mangajukan pertanyaan kepada
anggota PA tentang pelaksnaan tugas.
3) Mengevaluasi respon pasien dan keluarga terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan pasien.
4) Mengevaluasi pelaksanaan program medik yang dilakukan oleh
dokter maupun yang didelegasikan kepada perawat.
5) Mengevaluasi tentang kelengkapan dokumentasi asuhan
keperawatan, pelaksanaan program medik, dan administrasi
pasien.
6) Memberi peneguhan dan pujian akan apa yang telah dilakukan
dnegan baik.
7) Mengevaluasi hambatan yang dialami setiap anggota PA.
8) Mengevaluasi peralatan dan fasilitas yang digunakan.
9) Memberi umpan balik kepada anggota tentang pelaksanaan yang
telah dilakukan.
10) Mengucapkan terima kasih atas kerja sama kepada anggota tim.

B. Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP)


1. MAKP Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan
keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat
itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.

Kepala Ruangan

Perawat: Perawat : Perawat : Perawat :


pengobatan merawat luka Pengobatan merawat luka
Pasien/klien

Kelebihannya :
a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang
jelas dan pengawasan yang baik.
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga.
c. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan
perawat pasien diserahkan kepada perawat junior dan/ atau belum
berpengalaman.
Kelemahannya :
a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
b. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses
keperawatan.
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja.
2. MAKP TIM
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri atas tenaga
professional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu.
Kelebihannya :
a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh
b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehingga konflik mudah diatasi
dan memberi kepuasan kepada anggota tim.
Kelemahannya :
a. Komunikasi antaranggota tim terbentuk terutama dalam bentuk
konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu, yang sulit untuk
dilaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
Konsep Metode Tim
a. Ketua tim sebagai perawat professional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan
b. Pentingnya komunikasi yang efektif agar kontinuitas rencana
keperawatan terjamin
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim
d. Peran Kepala Ruang penting dalam model tim. Model tim akan
berhasil bila didukung oleh Kepala Ruang.
Tanggung Jawab Anggota Tim
a. Memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien di bawah tanggung
jawabnya.
b. Kerja sama dengan anggota tim dan antartim
c. Memberikan laporan
Tanggung Jawab Ketua Tim
a. Membuat perencanaan
b. Membuat penugasan, supervisi, dan evaluasi
c. Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan dapat menilai tingkat
kebutuhan pasien
d. Mengembangkan kemampuan anggota
e. Menyelenggarakan konferensi
3. MAKP PRIMER
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab penuh
selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawat, ada
kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan
perawat, untuk merencanakan, melakukan, dan koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
Tim medis Kepala ruangan Sarana RS

PP 1 PP 2
PA 1 PA 1
PA 2 PA 2

Pasien Pasien

Kelebihan :
a. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
b. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil,
dan memungkinkan pengembangan diri
c. Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter, dan rumah
sakit (Gillies, 1989)
d. Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa dimanusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan
yang diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif
terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
e. Dokter juga merasakan kepuasan dengan model primer karena
senantiasa mendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu
diperbaharui dan komprehensif.
Kelemahan :
a. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan
pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan
berbagai disiplin ilmu.
4. MAKP KASUS
Setiap perawat ditugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan pasien saat
ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift,
dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada
hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien satu
perawat dan hal ini umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk
keperawatan khusus seperti : isolasi, intensive care.
Kelebihannya :
a. Perawat lebih memahami kasus per kasus.
b. System evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.
Kekurangannya :
a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab.
b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar
yang sama.

Kepala Ruang

Perawat: Perawat : Perawat :


pengobatan Pengobatan merawat luka

Pasien/klien Pasien/klien Pasien/klien

5. MODIFIKASI : MAKP TIM – PRIMER


Pada model MAKP tim digunakan secara kombinasi dari kedua system.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) penetapan system model MAKP ini
didasarkan pada beberapa alasan:
a. Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat
primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan
atau setara.
b. Keperawatan Tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim.
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas
asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat
pada primer. Di samping itu, karena saat ini perawat yang ada di RS
sebagian besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan
dari perawat primer/ketua tim tentang asuhan keperawatan.

C. Timbang Terima
1. Pengertian Timbang Terima
Timbang terima memiliki beberapa istiklah lain. Beberapa istiklah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, singnover dan cross coverage.
Ada beberapa definisi tentang timbang terima yaitu :
a. Timbang terima (operan antar shift jaga perawat) merupakan teknik
atau cara untuk menyampaikan dan menerima suatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien.
b. Komunikasi lisan tentang informasi klien yang dilaksanakan oleh
perawat pada pergantian shift jaga.
c. Perpindahan atau transfer tanggung jawab tentang pasien dari
perawat yang satu ke perawat yang lain (antar shift).
2. Tujuan Timbang Terima
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data fokus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindaklanjuti
oleh dinas berikutnya.
d. Mengakurasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang
relevan digunakan untuk kesinambungan dalam keselamatan dan
keefektifan dalam bekerja.
3. Manfaat
a. Dapat menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindak lanjuti
oleh perawat pada shift berikutnya.
b. Dapat melakukan cross check ulang tentang hal-hal yang dilaporkan
dengan keadaan klien sebenarnya.
c. Klien dapat menyampaikan masalahnya secara langsung bila ada
yang belum terungkap.
4. Metode Pelaporan
a. Perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien melaporkan
langsung kepada perawat penaggung jawab berikutnya. Cara ini
memberikan kesempatan diskusi yang maksimal untuk kelanjutan
dan kejelasan rencana keperawatan.
b. Pelaksanaan timbang terima dapat juga dilakukan di ruang perawat
kemudian dilanjutkan dengan berkeliling mengunjungi klien satu
persatu.
c. Perawat membuat laporan timbang terima di Buku Laporan Pasien
dengan menggunakan tehnik/metode SBAR (sesuai dengan Form
SBAR).
5. Tahapan Timbang Terima
Pelaksanaan timbang terima di RSU Bangli dilaksanakan berdasarkan tiga
tahapan yaitu :
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimbahkan
tanggung jawab, meliputi faktor informasi yang akan disampaikan
oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran shift jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan
datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya operan itu
sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan
adanya komunikasi dua arah antara perawat shift sebelumnya kepada
shift perawat yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan merupakan aktifitas
dari perawat yang menerima operan untuk melakukan pengecekan
data informasi pada medical record atau pada pasien langsung.

6. Metode Timbang Terima


Menurut Kassean dan Jagoo (2005) timbang terima yang dilakukan
sekarang sudah menggunakan model bedside handover yaitu timbang terima
yang dilaksanakan di samping tempat tidur pasien dengan melibatkan
keluarga pasien secara langsung untuk mendapatkan feedback. RSU Bangli
menggunakan metode bedside handover dalam timbang terima karena
mempunyai beberapa kelebihan diantaranya :
a. Menigkatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakitnya secara up to date.
b. Meningkatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
c. Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ualng pada kondisi
pasien secara khusus.
Bedside handover tetap memperhatikan aspek tentang kerahasiaan jika ada
informasi yang harus ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau
persepsi medis yang lain. Penyusunan pedoman implementasi untuk timbang
terima, selengkapnya sebagai berikut :
a. Interaksi dalam komunikasi harus memberikan peluang untuk adanya
pertanyaan dari penerima informasi tentang informasi pasien.
b. Informasi pasien yang disampaikan harus up to date dengan memakai
metode SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation)
c. Harus ada proses verifikasi tentang penerimaan informasi oleh
perawat penerima dengan melakukan pengecekan membaca,
mengulang dan mengklarifikasi.
d. Penerima harus mendapatkan data tentang riwayat penyakit, termasuk
perawatan dan terapi sebelumnya.
e. Timbang terima tidak disela dengan tindakan lain untuk
meminimalkan kegagalan informasi atau lupa.
7. Faktor-Faktor dalam Timbang Terima
a. Komunikasi yang objektif antar sesama petugas kesehatan.
b. Pemahaman dalam menggunakan terminology keperawatan.
c. Kemampuan menginterpretasi medical record.
d. Kemampuan mengopservasi dan menganalisis pasien.
e. Pemahaman tentang prosedur klinik.
8. Langkah-Langkah dalam Timbang Terima
a. Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.
b. Shift yang akan menyerahkan perlu menyiapkan hal-hal yang akan
disampaikan.
c. Ketua Tim menyampaikan kepada Ketua Tim penanggung jawab shift
selanjutnya meliputi :
1) Penyampaian timbang terima diatas harus dilakukan secara jelas
dan tidak terburu-buru.
2) Ketua Tim dan anggota shift bersama-sama secara langsung
melihat keadaan pasien.
9. Prosedur dalam Timbang Terima
a. Persiapan
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
Dalam penerapanya, dialkukan timbang terima kepada masing-masing
penanggung jawab :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift.
2) Dari nurse stasion perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang
terima dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan
dengan masalah keperawatan, rencana tindakan yang sudah
dan belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainya yang perlu
dilimpahkan.
3) Hal-hal yang bersifat khusus dan memerlukan perincian yang
lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah
terimakan kepada perawat yang berikutnya. Hal-hal yang perlu
disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a) Identitas klien dan diaknosa medis.
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
d) Interverensi kolaborasi dan dependen.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya operasi, pemeriksaan
laboratorium dll.
4) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal
yang kurang jelas. Penyampaian pada saat timbang terima jelas dan
singkat.
5) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih adri 5 menit
kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang
lengkap dan rinci.
6) Pelaporan timbang terima dituliskan secara langsung pada buku
laporan ruangan oleh perawat dengan metode SBAR
10. Evaluasi dalam Timbang Terima
a. Evalusi Struktur
Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang telah
tersedia antara lain : catatan timbang terima, status pasien, dan kelompok
shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin timbang terima yang
dilaksanakan pada pergantian shift dari malam ke pagi dan dari pagi ke
sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam
dipimpin oleh ketua tim.
b. Evaluasi Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan dilaksanakan
oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan mengantikan shift.
Timbang terima pertama dilakukan di nurse stasion kemudian ke bed
klien dan kembali lagi ke nurse stasion. Isi timbang terima mencakup
jumlah klien, masalah keperawatan, interverensi yang sudah dilakukan
dan yang belum dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien
dilakukan timbang terima tidak lebih dari 5 menit saat kalrifikasi ke klien.

c. Evaluasi Hasil
Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift. Setiap
perawat dapat mengetahui perkembangan klien dan komunikasi antar
perawat dapat berjalan dengan baik.
11. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk menvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi dalam tim kesehatan dan merupakan
dokumen pasien dalam memberikan asuhan keperawatan. Keterampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan
kepada tenaga kesehatan lainya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan
akan dikerjakan oleh perawat. Yang perlu didokumentasikan dalam timbang
terima dan dituangkan dalam laporan ruangan dengan teknik SBAR antara
lain:
a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pasien dan Dokter yang menagani.
c. Kondisi umum pasien pada saat ini.
d. Masalah keperawatan.
e. Interverensi yang sudah dilakukan dan interverensi yang belum
dilakukan.
f. Tindakan kolaboratif.
g. Rencana umum dan persiapan lain.
h. Tanda tangan kedua belah pihak dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah :
a. Dapat dipergunakan untuk keperluan yang bermanfaat.
b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan
lainya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.
c. Bermanfaat untuk pasien yang akurat karena berbagai informasi
mengenai pasien sudah tercatat.

Anda mungkin juga menyukai