Anda di halaman 1dari 6

Tutorial 1.

Pelayanan Sediaan Farmasi (Farmakoterapi Sistem Kardiovaskular, Renal dan


Endokrin) Pertemuan I

Kelompok 7
1. Ariyanto Nugroho (2008020175)
2. Angling Nurisna Utami (2008020158)
3. Lydia Klarissa D.K (2008020200)
4. Muhammad Masyahrudin Murad (2008020127)
5. Aryanto (2008020133)
6. Desi Krismawati (2008020139)
7. Mafazatien Nailiyah Isna (2008020170)
8. Siti Sa’diah (2008020171)
9. Agustina (2008020123)
10. Annisa Rahmaningtyas (2008020152)
11. Dewi Nur Thohidah (2008020179)
12. Fitria Nabila (2008020210)
13. Nugraheni Indah Ayuningtyas (2008020211)
14. Miftahul Ngizzah (2008020176)

Langkah 1. Terminologi
1. STEMI TIMI 2 KILLIP 1 GRACE 157
STEMI TIMI 2 : indikator kejadian oklusi total pembuluh darah arteri koroner
KILLIP : sistem klasifikasi yang digunakan pada individu infark miokard akut
KILLIP 1: tidak ada gagal jantung
GRACE : sistem penilaian resiko
134-200 : resiko sedang
2. APTT (Activated Partial Thromboplastin Time)
Pemeriksaan darah untuk mengevaluasi faktor koagulasi pasien
3. PT (Prothrombin Time)
Pengevaluasi faktor koagulasi ekstrinsik.
APTT dan PT digunakan untuk pemeriksaan darah untuk mengevaluasi status koagulasi
pasien.
4. INR international Normalised Ratio) : untuk pengukuran masa protombin dan mengevaluasi
pengobatan dengan antikoagulan.
5. Albumin
Protein dalam darah yang dihasilkan oleh hati jika nilai albumin rendah penyebabnya bisa
DM, gagal jantung.
6. CK (Creatine kinase)
Enzim yang terdapat pada jaringan tubuh. Jika nilai enzim Ck meningkat menandakan
kondisi serangan jantung
Enzim di dlm tubuh (di jantung)
Meningkat, menandakan serangan jantung
7. MCV (Mean Cospucular Volume)
Pengukuran volume rata-rata sel darah merah.
8. MCH (Mean Cospucular Hemoglobin)
Perhitungan jumlah hemoglobin rata-rata dalam sel darah merah.
9. MCHC (Mean Cospucular Hemoglobin Concentration)
Perhitungan rata-rata konsentrasi hemoglobin dalam sel darah merah.
10. CKD
Kerusakan ginjal yg terjadi selama lbh dari 3 bulan dg kerusakan ginjal spt proteinuria, atau
penurunan laju filtrat glomerulus kurg dari 60 ml.
Diklasifikasikan dari nilai laju filtrat glomerulus (LFG)
11. Acute Confusional State
Sidrom delirium, pasien tdk mampu memusatkan perhatian, mengalami disorientasi, tdk
mampu berpikir jernih

Langkah 2. Identifikasi Masalah


1. Patofisiologi STEMI dan CKD
2. Faktor resiko STEMI dan CKD
3. Tanda dan gejala STEMI dan CKD
4. Terapi farmakologi dan non farmakologi STEMI dan CKD
5. Pemantauan Terapi Obat
6. Monitoring Efek Samping Obat (Algoritma Naranjo)
7. Konseling (Informasi apa yang harus disampaikan kepada pasien dan yang harus
dimonitoring)

Langkah 3. Brainstorming
1. Patofisiologi gagal jantung
Adanya gangguan aliran pembuluh darah yang masuk ke jantung ➡ jantung
berkompensasi/meningkatkan kerja jantung ➡ kebutuhan O2 tetap tidak terpenuhi ➡
kematian sel otot jantung ➡ serangan jantung ➡ menurunnya kontraktilitas jantung ➡
terjadi penumpukan darah ➡ terjadi aliran balik darah ke paru ➡ meningkatnya volume
darah diparu ➡ terganggunya pertukaran gas O2 dan CO2 ➡ sesak napas.
Saat terjadi kematian sel jantung ➡ tubuh akan mengirim sinyal ke otak ➡ dipersepsikan
sebagai nyeri dada.
Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan penurunan kontraksi jantung, sehingga respon
tubuh akan mengaktifkan sistem RAA dan saraf adrenergik simpatik, meningkatkan
kontraksi jantung, dan akan menyebabkan peningkatan fungsi jantung. Jika terjadi secara
terus-menerus dapat menyebabkan gagal jantung.
Dilihat dari faktor resiko pasien, terdapat kebiasaan merokok. Kandungan nikotin dapat
menyebabkan retensi insulin, kontriksi pembuluh darah koroner, dan terjadi trombosis.
Faktor usia pasien, pada lansia adanya peningkatan dinding vertikel kiri, menurunnya
elastisitas pembuluh darah, penyempitan pembuluh darah, sehingga terjadi aterosklerosis.
Patofisiologi gagal ginjal kronis
Darah terhambat masuk ke arteri ginjal ➡ terjadi input darah & O2 lebih sedikit ➡ terjadi
cidera iskemik pada glomerulus ➡ akan terbentuk glomerulus atau jaringan parut ➡
menurunkan kemampuan nefron ➡ sehingga dalam jangka lama akan menyebabkan gagal
ginjal kronis

2. Faktor Resiko
- Yang dapat dirubah:
Hipertensi : Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap
pemompaan darah dari ventrikel kiri, sehingga beban jantung akan bertambah. Tekanan
darah yang tinggi dan menetap juga akan menimbulkan trauma langsung terhadap
dinding pembuluh darah arteri koroner sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis.
Merokok : merokok dapat meningkatkan efek dari faktor risiko lain, seperti hipertensi
karena kandungan nikotin di dalamnya. Karbondioksida yang dihasilkan juga dapat
menurunkan rangsang persediaan oksigen untuk organ di seluruh tubuh, termasuk
jantung. Hal tersebut jg dapat mempercepat pembentukan aterosklerosis.
- Yang tidak dapat diubah :
Usia : Peningkatan umur berpengaruh pada peningkatan tekanan darah karena
menurunnya fungsi organ tubuh, terutama jantung.
Jenis kelamin : Dimana angka kejadian penyakit jantung pada laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan dikarenakan adanya efek proteksi estrogen pada wanita subur yang
menahan proses aterosklerosis, tetapi setelah menopause, proporsi penyakit jantung
koroner pada perempuan akan sama dengan kejadian penyakit jantung koroner pada laki-
laki karena hilangnya efek proteksi estrogen.
Faktor keturunan : seperti Diabetes Mellitus

3. Tanda dan gejala


- Penurunan kesadaran
- Gangguan jantung
- Keluhan sisi kanan lebih lemah
- Sering lupa sejak 6 bulan sebelum masuk rumah sakit

4. Terapi farmakologi yang diberikan pada pasien


- Tramadol, untuk nyeri dada pasien akibat STEMI (diberikan 2 hari)
Tidak boleh diberikan lebih dari 5 hari, karena ada resiko bleeding. ESO: sembelit.
- Atorvastatin: plak stabilization, agar plak tidak pecah
- Bisoprolol: terapi STEMI dan anti hipertensi, mengurangi demand oksigen sehingga
menurunkan kontraktilitas otot jantung
- Clopidogrel dan asam asetil salisilat (ASA) : dual anti platelet
ASA; dosis lazim 60-80 mg. Pada kasus, pasien langsung dikasi dosis tinggi agar tercapai
dosis obat secara cepat dalam darah.
- Captopril dan ramipril : untuk antihipertensi pasien
Captopril, krn pasien HT lini pertama captopril. Karena psien tdk rutin minum obat,
distop. Untuk menstabilkan, diberikan ramipril dengan dosis 2 kali lipat.
ACEI untuk STEMI, untuk mengontrol TD, mencegah remodeling jantung.
- Furosemid : antihipertensi, ESO : hipokalemi
- Heparin : antikoagulan, ESO : GI bleeding
- Laktulosa dan bisakodil : mengatasi sembelit, dan mencegah vasokontriksi supaya
pasien tidak mengejan, karena kontraksi yg kuat dapat menyebabkan peningkatan TD
- Vitamin K : mengatasi ESO heparin
- N-acetyl sistein : pengencer dahak, dan kardioprotektor yaitu melindungi kerusakan
miokard paska iskemik
- KCl : hipokalemi

Terapi non farmakologi yang dapat disarankan kepada pasien:


- BMI kurus, saran: konsumsi gizi seimbang, dengan tetap memperhatikan faktor-faktor
yang dapat menyebabkan Hipertensi dan DM
- Berhenti merokok
- Mengurangi asupan garam, protein dan asupan fosfat
- Perbanyak istirahat

5. Pemantauan terapi obat


- Clopidogrel dapat berinteraksi dengan omeprazol.
Omeprazol dapat menghambat enzim metabolit dari clopidogrel sehingga efek
clopidogrel rendah. Interaksi clopidogrel dg omeprazol yaitu terjadi kompetisi
(dimetabolisme oleh enzim yg sama) namun afinitas omeprazole lebih kuat sehingga efek
clopidogrel akan menurun.
Untuk mengurangi interaksi, ganti omeprazol dengan obat lain agar tdk menghambat
enzim metabolit clopidogrel. Ganti dg pantoprazol, untuk mnghindari efek samping (tdk
menghambat enzim metabolit clopidogrel), meningkatkan kepatuhan pasien karena 1x1,
namun harga lebih mahal dr omeprazol. Atau mengganti dg lansoprazol, efek lbh kuat
dari pantoprazole dan esomeprazol.
Namun, rute pemberian dari keduanya berbeda.
Omeprazole i.v sehingga tdk melalui absorbsi, untuk meminimalisir interaksi dengan
clopidogrel (oral). Shg interaksi keduanya tidak signifikan.
- Bisoprolol sudah tepat: selektif pada jantung
Untuk beta-bloker non selektif, ke jantung dan pernapasan, sehingga tidak disarankan
- Kombinasi bisakodil dan laktulosa sudah tepat, untuk ESO tramadol. Tramadol gol
opioid, efek samping sembelit. Selain itu, bisakodil dan laktulosa dapat mencegah
vasokontriksi supaya pasien tidak mengejan, karena kontraksi yg kuat dapat
menyebabkan peningkatan TD Pemeriksaan darah lengkap dan terapi
- Efek samping furosemid menyebabkan hipokalemia, sehingga pada hari keempat Calcii
gluconas dihentikan karena dapat menyebabkan hipokalemia.
- Furosemid dapat meningkatkan asam urat
- N acetyl sistein, untuk kardioprotektif.
Mencegah kerusakan hati dan sputum kuning shg diberi N acetyl sistein
- Vitamin K, dapat mengurangi resiko penyakit jantung
- Dari kadar SGOT dan SGPT, terjadi sirosis hati.
- Kreatinin dan ureum tjd peningkatan.
ACEI, untuk mengurangi remodeling jantung.
- ACEI dan ARB lini pertama untuk pasien CKD
Usulan tambahan terapi farmakologi:
- Pemeriksaan EKG, EF 32% (normal: 55-70%), mengindikasikan tidak normal, ada nyeri
dada di kiri (sesuai dengan hasil EKG).
Terapi STEMI, penggunaan PCI (ring jantung). Kalau tidak ada, diberikan obat agen
fibrinolitik (agen pertama, misal alteplase). First line therapy pada pasien tidak ada,
langsung ke second linenya, spt antiplatelet, antikoagulan.
Bisoprolol : scnd line penanganan STEMI.
Jika golongan ACEI tdk berhasil, digunakan bisoprolol.
TD pasien tdk stabil
STEMI: menyumbat aliran darah
Atorvastatin : tidak ada keganjalan pada data lab terkait pemeriksaan lipid
Gol. Atorvastatin : untuk pasien STEMI, untuk aterosklerosis
Allopurinol digunakan 1x
- STEMI diberikan PCI, dilihat dari waktu serangan
Fibrinolitik harus diberikan maksimal 30 menit stlh masuk rumah sakit, bisa
dikombinasikan dengan antiplatelet
PCI diberikan sebelum 90 menit sejak masuk rumah sakit.
- Dapat disarankan pemberian suplemen darah untuk meningkatkan suplai darah

6. Monitoring ESO
Captopril: 2-4 minggu
Furosemid dapat meningkatkan asam urat, hipokalemia
Tramadol: sembelit
Heparin: GI bleeding
7. Konseling
Diuretik, pagi hari agar tidak mengganggu jam tidur pasien karna efek diuresis dari
gol.diuretik seperti furosemid.
Atorvastatin diberikan pada malam hari karena pembentukan lemak tjd pd malam hari.
Bisakodil suppo malam hari (konseling cara penggunaan obat) karena efek terjadi pada pagi
hari
Laktulosa p.o : saran dikonsumsi malam hari karena efek muncul di pagi hari

Langkah 4. Peta Konsep


Pasien masuk Rumah Sakit

Tanda dan gejala

Faktor resiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah

Data lab pasien

STEMI dan CKD

Profil terapi farmakologi dan non farmakologi

Pemantauan terapi obat (DRP)

Monitoring dan evaluasi

Langkah 5. Tujuan Pembelajaran


1. Bagaimana patofisiologi STEMI dan CKD
2. Mengetahui alasan peresepan obat-obat yang diberikan kepada pasien
3. Menafsirkan hasil pemeriksaan lab
4. Mengetahui tanda dan gejala STEMI dan CKD
5. Mampu merencanakan monitoring dan evaluasi
6. Mampu menilai permasalahan terapi
7. Merumuskan tujuan terapi

Anda mungkin juga menyukai