KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Disusun oleh :
Mutiara Dara Ratih, S.Ked
FAA 110 023
Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian Rehabilitasi Medik dan
Kedokteran Emergensi
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, Diabetes mellitus merupakan
suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yangterjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Fungsi Insulin adalah zat utama
yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darahyang tepat. Insulin
menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisamenghasilkan energi atau disimpan sebagai
cadangan energi.1
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang
serius, suatu keadaan darurat yang harus segera diatasi. KAD memerlukan pengelolaan yang
cepat dan tepat, mengingat angka kematiannya yang tinggi. Pencegahan merupakan upaya
penting untuk menghindari terjadinya KAD.1, 2, 3
Ketoasidosis
diabetikum
(KAD)
adalah
keadaan
dekompensasi-kekacauan
metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan
oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami
dehidrasi berat dan bahkan dapat menyebabkan syok. Faktor pencetus yang berperan untuk terjadinya
KAD adalah infeksi, infark miokardakut, pankreatitis akut, penggunaan obat golongan
steroid, menghentikan ataumengurangi dosis insulin.4
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
II.
IDENTITAS
1. Identitas penderita:
Nama: Ny. S
Usia: 76 tahun
Agama: Islam
Pekerjan: IRT
Alamat: Jl. Menteng
ANAMNESIS
1. Keluhan utama: Sesak napas
2. Riwayat penyakit sekarang
Os. Datang dengan keluhan sesak napas sejak dua hari yang lalu, memberat sejak hari
ini. Sesak napas tidak dipengaruhi suhu dan posis, muncul setiap saat, memberat bila
beraktifitas. Saat sesak berbunyi mengi (-), batuk lama disangkal. Os juga merasakan
badannya terasa sangat lemah, keringat dingin muncul sepanjang hari, kelemahan
anggota gerak (-). Mual (+), muntah satu kali hari ini, perut terasa sakit pada bagian
ulu hati, rasa tertekan di dada (-), nyeri menjalar ke lengan kiri hingga punggu
disangkal. Nafsu makan menurun, intake makan dan minum kurang. BAK lebih
banyak dari sebelumnya. Napas berbau seperti buah disangkal.
Riwayat demam sebelumnya disangkal. Nyeri BAK(-), luka pada bagian tubuh (-).
Os. selama ini membatasi asupan makan yang mengandung glukosa. Luka pada
bagian tubuh (-).
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat DM sejak 5 tahun yang lalu, namun 1 tahun ini os tidak pernah mengonsumsi
obat DM tsb, Os. Lupa nama obat yang dikonsumsi.
Riwayat HT, dan kolesterol disangkal.
3. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat keluarga dengan DM disangkal.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum: tampak sakit berat; kesadaran: compos mentis; GCS: eye (4),
verbal (5), motorik (6)
2. Tanda vital: tensi 130/90 mmHg, nadi 108x/m reguler, isi dan tegangan kurang,
kecil; suhu 35,9oC; respirasi 50x/m reguler, kussmaul.
3. kulit: turgor < 2 detik, kulit kering (-), pucat (-).
4. Kepala
mata: konjungtiva anemis (-/-), seklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-), diameter pupil
3mm/3mm, isokor, refleks cahaya (+/+), napas keton (-), bibir kering (+), mukosa
kering (+), mata cekung (-)
5. Leher: JVP tidak meningkat
6. Toraks: Dada tampak simetris, retraksi suprasternal(+/+), retraksi interkostal (+/+),
fremitus taktil normal simetris, sonor, vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-).
Ictus cordis terlihat dan teraba pada 1 cm medial garis midklavikula sinistra, SIC V,
S1-S2 tunggal, gallop (-),murmur (-).
7. Abdomen: supel, datar, bising usus (+) normal, timpani, nyeri tekan epigastrium (-),
hepar lien tak teraba.
8. Ekstremitas: akral dingin, CRT < 2 detik, edema (-/-), ulkus (-)
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium:
Hb: 13,3 g/dl. Hct: 41,9%, Leukosit: 18.740/uL, neutrofil 16.470/uL, limfosit
1.350/uL, monosit 800/uL, eosinofil 100/uL, basofil 20/uL,eritrosit: 3,46x106/uL,
Urin Lengap:
Pemeriksaan kimia:
Warna, kejernihan: kuning keruh
Hb: +1
Sedimen urine:
Leukosit: -
Eritrosit
Leukosit: 1-3
Protein +1
Eritrosit: 0-2
Glukosa +4
Jamur: -
Keton: +3
Bakteri: +/pos
Bilirubin:
Darah: -
Frekuensi 100x/m (normal) reguler, irama sinus, gelombang P normal, interval PR normal,
interval QRS normal, segmen ST tidak mengalami depresi/elevasi, interval QT melebar.
V.
DIAGNOSIS
a. Diagnosis banding
-
Diabetes Ketoasidosis
HONK
Asidosis metabolik
PENATALAKSANAAN
Oksigen nasal kanul 2 lpm
Pasang DC
NaCl: satu jam pertama guyur
Sp Insulin start 3 IU/jam: cek GDS tiap jam dalam 6 jam pertama
Ceftriaxone : 2x1 G IV/ST
Ranitidin: 3x1 ampul
IVFD 2 jalur:
NaCl otsuka saline 3% 8 tpm
D5% 300 cc+ natrium bikarbonat 50 cc >> habis dalam 6 jam
USULAN PEMERIKSAAN
Cek GDS tiap jam, cek elektrolit 6 jam kemudian, cek HbA1C
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
r.
t.
: Ad bonam
: Ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia Ad bonam
s.
u. BAB III
v. TINJAUAN PUSTAKA
w.
Ketoasidosis diabetikum adalah suatu kedaruratan medik akibat gangguan
x.
Kedua
hal
tersebut
mengakibatkan
perubahan
produksi
dan
glukoneogenesis
akibat
dari
tingginya
kadar
substrat
nonkarbohidrat (alanin, laktat, dan gliserol pada hepar, dan glutamin pada ginjal) dan
dari
peningkatan
aktivitas
enzim
glukoneogenik
(fosfoenol
piruvat
Mekanisme yang mendasari peningkatan produksi benda keton telah dipelajari selama
ini. Kombinasi defisiensi insulin dan peningkatan konsentrasi hormon kontraregulator
menyebabkan aktivasi hormon lipase yang sensitif pada jaringan lemak. Peningkatan
aktivitas ini akan memecah trigliserid menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free
fatty acid/FFA) . Diketahui bahwa gliserol merupakan substrat penting untuk
glukoneogenesis pada
yang dihambat pada sintesis asam lemak bebas. Malonyl Co A menghambat camitine
palmitoyl-transferase I (CP T I ), enzim untuk transesterifikasi dari fatty acyl Co A
menjadi f atty acyl camitine, yang mengakibatkan oksidasi asam lemak menjadi benda
keton. CPT I diperlukan untuk perpindahan asam lemak bebas ke mitokondria tempat
dimana asam lemak teroksidasi. Peningkatan aktivitas fatty acyl Co A d a n CPT I
pada KAD mengakibatkan peningkatan ketongenesis.6
ac.
ad.
ae. Ketoasidosis diabetik dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu akibat
hiperglikemia dan akibat ketosis, yang sering dicetuskan oleh faktor-faktor :7,8
-
Infeksi
Tidak minum obat atau insulin
Penderita tidak tahu kalau menderita DM
Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress
abses gigi.
Idiopatik
af.
yang dialami pasien dan riwayat pengobatan yang tidak adekuat. SIRS ditegakkan
dengan terpenuhinya minimal 2 dari kriteria berikut:
ag. Suhu >38oC atau <36oC
Denyut Nadi >90 kali per menit
Respirasi >20 kali per menit
PaCo2 <32 mmHg
WBC Count >12.000 cells/mm3, <4.000 cells/mm3 atau >10% band cells
ah. Pasien mengalami kondisi hipertermia, takikardia, takipnea, serta leukositosis.
ai.
Langkah pertama yang harus diambil pada pasien KAD terdiri dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti terutama memperhatikan
patensi jalan napas, status mental, status ginjal dan kardiovaskular, dan status hidrasi.
Meskipun gejala DM yang tidak terkontrol mungkin tampak dalam beberapa hari,
perubahan metabolik yang khas untuk KAD biasanya tampak dalam jangka waktu
pendek (< 24 jam). Umumnya penampakan seluruh
berkembang lebih akut dan pasien dapat tampak menjadi KAD tanpa gejala atau
tanda KAD sebelumnya. Pemeriksaan klinis termasuk turgor kulit yang menurun,
respirasi Kussmaul, takikardia, hipotensi, perubahan status mental, syok, dan koma.
Lebih dari 25% pasien KAD menjadi muntah-muntah yang tampak seperti kopi.
Perhatian lebih harus diberikan untuk pasien dengan hipotermia karena menunjukkan
prognosis yang lebih buruk.6
aj.
normal
dan
menyadari
Rehidrasi dengan cairan: infus NaCl 0,9% sebanyak kurang lebih 1-2
liter pada 1 jam pertama, lalu 1 liter pada jam kedua, lalu 0,5 liter pada jam ketiga
dan keempat, dan 0,25 L oada jam kelima dan keenam, selanjutnya sesuai
kebutuhan. Jumlah cairan yang diberikan sekitar 5 L dalam 15 jam.
am.
Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD
ditegakkan dan rehidrasi memadai. Jika tidak terdapat hipokalemia (K< 3,3 mEq/L),
dapat diberikan insulin reguler 0,15 IU/kgBB, diikuti dengan infus kontinu 0,1
IU/kgBB/jam. Jika kadar kalium <3,3 mEq/L, maka harus dikoreksi dahulu untuk
mencegah hipokalemia yang lebih buruk. Insulin dosis rendah biasanya menurnkan
hula darah dengan kecepatan 50-75 mg/dl/jam. Jika gula darah dalam 1 jam tidak
menurun sebesar 50 mg/dl, maka infus insulin dapat dinaikkan 2 kali lipat setiap jam
sampai penurunan gula darah konstan 50-75 mg/dl/jam. ketika gula darah mencapai
250 mg/dl, turunkan infus insulin menjadi 0,05-0,1 IU/kgBB/jam dan tambahkan
infus dekstrosa 5-10%.6
an.
ao.
aq.
ap.
ADA merekomendasikan pemberian pengganti bikarbonat bila pH dibawah
6,9 menggunakan 100 mEq sodium bikarbonat dalam 400 cc saline dengan 20
mEq KCl dengan kecepatan 200 cc/jam selama 2 jam. diulang tiap 2 jam sampai
pH pasien mencapai 6,9 atau lebih.5 Pada kasus ini kurang tepat pemberian
av. Jika telah diketahui jumlah defisit maka dapat diberikan NaCl 3% (Na 513mEq/L)
dengan kecepatan 15-80 ml/jam. Pada kasus ini pasien mengalami hiponatremia.
Pada kasus ini pemberian natrium sudah tepat.
aw.
Pada pemeriksaan awal, kadar kalium dapat normal atau meningkat,
meskipun kadar kalium total mengalami penurunan. Hal ini terjadi akibat adanya
ax.
az.
BAB III
ay.
KESIMPULAN
Dilaporan pasien Ny. S, 76 th datang dengan keluhan sesak napas,
laboratrium
diperoleh
tanda-tanda
kAD
berupa
tanda-tanda
bb.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fauci AS, braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et al.Acute
complications of diabetes mellitus. Harrisons Principles of InternalMedicine 17th
edition. USA : The Mc Graw-Hill Inc. 2008.2.
2. Hamdy
O.
Diabetic
ketoacidosis.
Diunduh
dari
:http://emedicine.medscape.com/article/118361-overview. 2015.
3. Umpierrez GE. Diabetic ketoacidosis and hyperglycemic hyperosmolar syndrome.
Journal Diabetes Spectrum, 2002;15(1):p28-36.4.
4. Becker W,Berlauk J, Canafax DM, Cerra FB, Crumbley. Diabeticketoacidosis. Manual
of Critical Care. US : Mosby. 1987;p611-616.
5. Westerberg DP. Diabetic Ketoacidosis: Evaluation and Treatment. American Family
Physician. olume 87, Number 5 March 1, 2013
6. Gotera W, Budiyasa DGA. Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik (KAD).J Peny
Dalam, Volume 11 Nomor 2 Mei 2010.
7. Trachtenbarg DE. Management of Diabetic Ketoacidosis. American Family
Physician. 2005;71(9):p1705-1714.7.
8. Kitabchi AE, Umpierrez GE, Murphy MB, Malone JI, Wall BM, Barret EJ, etal.
Management of hyperglycemic crises in patients with diabetes. DiabetesCare ADA.
2001;24(1):131.
bc.