ATRIAL FIBRILASI
Disusun oleh :
Mutiara Dara Ratih, S.Ked
FAA 110 023
Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik pada bagian Rehabilitasi Medik dan
Kedokteran Emergensi
BAB I
PENDAHULUAN
Atrial fibrilasi (AF) merupakan suatu aritmia jantung paling umum yang melibatkan
peran dari bagian-bagian jantung, terutama atrium. Pengertian kata AF berasal
dari fibrillating atau bergetarnya otot-otot jantung atrium, sehingga bukan merupakan suatu
kontraksi yang terkoordinasi. Hal ini sering diidentifikasi dengan peningkatan denyut jantung
dan ketidakteraturan irama jantung.
Prevalensi Atrial Fibrilasi (AF) semakin meningkat bersamaan dengan peningkatan
populasi usia lanjut dan insiden penyakit kardiovaskular. Saat ini AF mengenai 2,2 juta
individu di Amerika Serikat, setiap tahun ditemukan 160.000 kasus baru dan diperkirakan
akan meningkat 2,5 kali pada tahun 2050. Jumlah tersebut dibawah angka sesungguhnya
karena banyak kasus yang asimptomatik. Pada umur dibawah 50 tahun prevalensi AF kurang
dari 1% dan meningkat lebih dari 9% pada usia 80 tahun. Lebih banyak dijumpai pada lakilaki dibandingkan wanita.1
Di Inggris lebih dari 46 ribu kasus baru didiagnosa setiap tahunnya. Terjadinya 5 kali
peningkatan kejadian tromboemboli, gagal jantung, penurunan kualitas hidup, penurunan
produktivitas kerja, hospitalisasi dan tingginya biaya perawatan kesehatan 2,4. Berkisar 36%
dari
seluruh
penderita
stroke
usia
80-89
tahun
disebabkan
oleh
AF merupakan faktor resiko independen yang kuat terhadap kejadian stroke emboli.
AF.2
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
1. Identitas penderita:
Nama: Tn. E
Usia: 67 tahun
Pekerjaan: Swasta
Agama: Islam
II.
ANAMNESIS
1. Keluhan utama: Sesak Napas
2. Riwayat penyakit sekarang:
Os. Datang dengan keluhan sesak napas yang terjadi sejak 3 hari yang lalu SMRS,
memberat sejak hari ini, 2 jam SMRS. Awalnya sesak muncul bila os. banyak
berjalan, namun hari ini sesak muncul saat pasien beristirahat, tak dipengaruhi cuaca,
bunyi mengi (-), keluhan sesak sebelum ini (-). Os. Tidur dengan 3 bantal untuk
mengurangi sesak, bila malam hari os terbangun karena sesak, batuk pada malam hari
(-). Os. Juga merasakan dada berdebar selama 3 hari, dan dirasakan semakin hebat
sejak hari ini, keluhan serupa sebelumnya (-). Dada berdebar-debar muncul tiba-tiba
tak dipengaruhi aktivitas. Os. Merasa lemas, mudah lelah, mual(+), muntah 4 x
terakhir 1 jam SMRS, keluar keringat dingin (+). nyeri dada disangkal, mata
berkunang-kunang (-), kelemahan wajah dan anggota gerak (-), penurunan berat
badan (-), batuk (-), demam(-), nyeri BAK (-).
7. Abdomen: supel, datar, bising usus (+) normal, timpani, nyeri tekan (-), hepar lien tak
teraba, shifting dulness (-)
8. Ekstremitas: akral dingin, CRT < 2 detik, kekuatan motorik eks. Superior 5/5, eks
inferior 5/5. Edema (-/-).
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil laboratorium:
Hb: 13,6 g/dl. Hct: 42%, Leukosit: 16.750/uL, neutrofil: 11.700/uL, limfosit:
1.930/uL, monosit: 1.020/uL, eosinofil: 2.070/uL, basofil: 30/uL, eritrosit:
4,42x106/uL, trombosit: 363.000/uL. GDS 106 mg/dl, Ur: 40, Cr, 0,91, SGPT 10,
SGOT: 15.
Foto Thorax:
Inspirasi cukup, simetris, CTR 50%, corakan bronkovaskular meningkat, trakea terletak
di tengah, diafragma licin, sudut costofrenicus tajam, tulang dan jaringan lunak normal.
Kesan: Edem Pulmonal
EKG:
Irama aritmia, interval R-R ireguler, gelobang P ireguler, kompleks QRS < 0,12 detik.
Kesan: atrial fibrilasi.
V.
DIAGNOSIS
a. Diagnosis banding
- Atrial fibrilasi
- Atrial flutter
- Gagal jantung
b. Diagnosis kerja: Atrial fibrilasi dengan gagal jantung NYHA IV
VI.
PENATALAKSANAAN
Oksigen nasal kanul 2 lpm
Pasang DC
Infus NaCl 0,9%: 500cc/24 jam
Lasix: 2x1 ampul (IV)
Fargoxine: 1x1 ampul (IV)
Ceftriaxone: 2x1 g (IV)
PO: captopril 2x6,5 mg
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
: dubia Ad bonam
: dubia Ad bonam
Quo ad sanationam
: dubia Ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
Atrial fibrilasi (AF) adalah takikardia supraventrikular dengan karakteristik
aktivasi atrium yang tidak terkoordinasi. AF adalah gangguan irama jantung dengan
karakteristik sebagai berikut:3
1. Ketidakteraturan interval RR yaitu tidak ada pola repetitif pada EKG.
2. Tidak ada gambaran gelombang P yang jelas pada EKG.
3. Siklus atrial (jika terlihat) yaitu interval di antara dua aktivasi atrial sangat bervariasi
(<200 ms) atau >300 kali per menit.
AF disebabkan karena Impuls listrik yang sangat cepat dari atrium dimana hanya
sebagian impuls saja yang sampai di ventrikel karena hambatan dari nodus AV untuk
melindungi ventrikel agar denyut ventrikel tidak terlalu cepat. Keadaan ini
menyebabkan tidak efektifnya proses mekanik atau pompa darah jantung.
Menurut AHA (American Heart Association), klasifikasi dari atrial fibrilasi
dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu4:
a. AF deteksi pertama: Semua pasien dengan AF selalu diawali dengan tahap AF deteksi
pertama.Tahap ini merupakan tahapan dimana belum pernah terdeteksi AF
sebelumnya dan baru pertama kali terdeteksi.
b. Paroksismal AF yang berlangsung kurang dari 7 hari atau AF yang mempunyai
episode pertama kali kurang dari 48 jam dinamakan dengan paroksismal AF. AF jenis
ini juga mempunyai kecenderungan untuk sembuh sendiri dalam waktu kurang dari
24 jam tanpa bantuan kardioversi.
c. Persisten AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 48 jam tetapi
kurangdari 7 hari. Berbeda dengan paroksismal AF, persisten AF perlu penggunaan
dari kardioversi untuk mengembalikan irama sinus kembali normal.
d. Kronik/permanen AF yang sifatnya menetap dan berlangsung lebih dari 7 hari.
Pada permanen AF, penggunaan kardioversi dinilai kurang berarti, karena dinilai
cukup sulit untuk mengembalikan ke irama sinus yang normal.
Mekanisme AF terdiri dari 2 proses, yaitu proses aktivasi lokal dan
multiple wavelet reentry Pada proses aktivasi lokal,fokus ektopik yang dominan
adalah berasal dari vena pulmonalis superior. Selain itu, fokus ektopik bisa juga
berasal dari atrium kanan, vena cavasuperior dan sinus coronarius. Fokus ektopik ini
menimbulkan sinyal elektrik yang mempengaruhi potensial aksi pada atrium dan
menggangu potensial aksi yang dicetuskan oleh nodus SA7,9,14
dan
melibatkan
sirkuit/jalur
depolarisasi.
Mekanisme
multiple wavelet reentry tidak tergantung pada adanya fokus ektopik seperti
pada proses aktivasi lokal, tetapi lebih tergantung pada sedikit banyaknya
sinyalelektrik yang mempengaruhi depolarisasi. Pada multiple wavelet reentry, sedikit
banyaknya sinyal elektrik dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu periode refraktori, besarnya
ruang atrium dan kecepatan konduksi. Hal ini bisa dianalogikan, bahwa pada
pembesaran atrium biasanya akan disertai dengan pemendekan periode refraktori dan
penurunan kecepatan konduksi. Ketiga faktor tersebutlah yang akan meningkatkan
sinyal elektrik dan menimbulkan peningkatan depolarisasi serta mencetuskan
terjadinya AF.7,9,14
Kondisi-kondisi yang berhubungan dengan kejadian AF dibagi berdasarkan:1
PJK
Kardiomiopati dilatasi
Penyakit katup jantung
Aritmia jantung
perikarditis
a.
b.
c.
d.
e.
Diabetes Melitus
Hipertensi
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Katup Mitrale.
Penyakit Tiroidf.
f.
g.
h.
i.
j. Pada dasarnya AF, tidak memberikan tanda dan gejala yang khas
pada perjalanan penyakitnya. Gejala bergantung pada kecepatan laju irama ventrikel,
lamanya AF, penyakit jantung yang mendasarinya. Keluhan bedebar-debar, sakit dada
utama saat beraktivitas, sesak, cepat lelah, sinkop atau gejala tromboemboli. denyut
nadi ireguler, terjadi pulsus defisit (auskultasi lebih besar dibandingkan perabaan
nadi) karena kontraksi tidak mencukupi untuk membukan katub aorta. Tetapi, lebih
dari 90% episode dari AF tidak menimbulkan gejala-gejala tersebut.1,6
k. Pada kasus ini pasien datang dengan keluhan sesak napas yang disertai dada terasa
berdebar, badan lemah, ortopnea, PND, mudah lelah tanpa disertai kaki bengkak. Faktor
risiko terjadinya AF adalah adanya riwayat hipertensi yang dialami pasien. Hasil pemeriksaan
fisik ditemukan adanya pulsus defisit, takikardia yang ireguler, takipnea, dan adanya ronki
basah. Setelah dilakukan pemeriksaan foto thorax diperoleh corakan bronkovaskular paru
yang meningkat dengan CTR 50%, dan hasil EKG menunjukan atrial fibrilasi. Pasien juga
terdiagnosis sebagai gagal jantung karena terpenuhinya kriteria Framingham 2 gejala mayor
dan 2 gejala minor:
l. Kriteria Major
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
n. Kriteria Minor
o.
p.
q.
r.
s.
t.
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnea deffort
Hepatomegali
Efusi leura
Penurunan kapasitas vital 1/3
dari normal
u. Takikardia
v.
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan gejala), ditandai
dengan sesak napas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan
struktural atau fungsi jantung. Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat memompa
cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Karena ventrikel pemukulan sangat cepat dan
tidak mampu untuk benar mengisi dengan darah untuk memompa keluar untuk tubuh, AF
dapat menyebabkan gagal jantung melalui kegagalan pompa jantung akibat adanya aritmia
sehingga darah gagal disirkulasikan ke seluruh tubuh. Kelelahan dan sesak napas adalah
gejala umum dari gagal jantung. Sebuah penumpukan cairan di paru-paru menyebabkan
gejala ini.
x.
dasarnya
Kardioversi
dibagi
menjadi
2,
yaitu
pengobatan
farmakologi
denyut jantung, yaitu obat digitalis, beta blocker dan antagonis kalsium. Obat-obat tersebut
bisa digunakan secara individual ataupun kombinasi.
ab.
positif dimana kerjanya menghambat pompa Na-KATPase pada membran sel otot jantung
sehingga kalsium tertahan di dalam sel. Kadar kalsium intrasel meningkat, dan ambilan
kalsium ke dalam retikulum saroplasmik (RS) meningkat. Dengan demikian kalsium akan
meningkatkan kontraktilitas sel otot jantung. digoksin juga meningkatkan tonus vagal dan
mengurangi aktivitas sipatis di nodus SA maupun AV. Efek pada nodus AV inilah yang
menyebabkan penggunaan digoksin pada AF.8
ac.
Saraf simpatis pada jantung bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan kontraktilitas
jantung. Efek ini akan berakibat dalam efisiensi kinerja jantung.
ad.
dihambatnya ion Ca2+ dari ekstraseluler ke dalam intraseluler melewati Ca2+ channel yang
terdapat pada membran sel.
ae.
untuk menteraturkan irama jantung. Pada dasarnya kardioversi dibagi menjadi 2, yaitu
pengobatan farmakologi (Pharmacological Cardioversion) dan pengobatan elektrik
(Electrical Cardioversion).
Amiodarone,
Dofetilidec,
Pharmacological
Flecainided,
Cardioversion
Ibutilidee,
(Anti-aritmia)
Propafenonef,
seperti:
Quinidine.
Electrical Cardioversion suatu teknik memberikan arus listrik ke jantung melalui dua pelat
logam (bantalan) ditempatkan pada dada. Fungsi dari terapilistrik ini adalah mengembalikan
irama jantung kembali normal atausesuai dengan NSR (nodus sinus rhythm).
af.
Edukasi yang dapat diberikan pada pasien adalah hentikan merokok, kurangi
makanan yang mengandung tinggi lemak dan kolesterol, kurangi aktivitas berat, batasi
asupan cairan (4 gelas @ 250 cc/hari), diet rendah garam, kontrol dan berobat secara teratur.
ag.
ah.
ai. BAB IV
aj. KESIMPULAN
ak.
al.
am.
Telah dilaporkan pasien laki-laki Tn. E usia 67 Tahun datang dengan sesak
napas yang yang terjadi sejak 3 hari yang lalu, dan memberat sejak 2 jam SMRS yang
dirasakan saat pasien beristirahat. Gejala tambahan berupa berdebar-debar, badan terasa
lemah, mudah lelah, sesak bila tidur tanpa banyak bantal, bila malam terbangun karena sesak.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan takikardia Ireguler, lemah, volume kurang, pulsus defisit;
takipnea cepat dangkal, ditemukan ronki, dan bunyi jantung yang ireguler. Dari pemeriksaan
foto toraks diperoleh corakan bronkovaskular yang meningkat, dan hasil EKG ditemukan
gelombang P yang ireguler dengan interval RR yang ireguler. Dari pemeriksaan tersebut
pasien terdiagnosis AF dengan CHF NYHA IV. Terapi yang diberikan sudah tepat namun ada
yang kurang, yakni pemberian antitrobotik.
an.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
ap.