Disusun oleh :
Yuliana
P27906120038
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Ketoasidosis diabetikum (KAD) tidak memiliki suatu definisi
yang disetujui secara universal dan beberapa usaha telah dilakukan
untuk mengatasi permasalahan ini dengan menggunakan kriteria kadar
betahidroksibutirat plasma. Definisi kerja KAD sebagai keadaan
diabetes tidak terkontrol berat disertai dengan konsentrasi keton tubuh
>5 mmol/L yang membutuhkan penanganan darurat menggunakan
insulin dan cairan intravena (English and Williams, 2003 dalam Nurul
Hidayati, 2015).
Keterbatasan dalam ketersediaan pemeriksaan kadar keton darah
membuat American Diabetes Association (ADA) menyarankan
penggunaan pendekatan yang lebih pragmatis, yakni KAD dicirikan
dengan asidosis metabolik dengan pH 250 mg/dL dan hasil carik celup
plasma positif atau urin positif. KAD sebagai suatu trias yang terdiri
dari ketonemia, hiperglikemia dan asidosis (Kitabchi, et al., 2004
dalam Nurul Hidayati, 2015).
2. Etiologi
Infeksi tetap merupakan faktor pencetus paling sering untuk
KAD, namun beberapa penelitian terbaru menunjukkan penghentian
atau kurangnya dosis insulin dapat menjadi faktor penyebab penting.
Patut diperhatikan bahwa terdapat sekitar 10-22% pasien yang datang
dengan diabetes awitan baru. Infeksi yang paling sering diketemukan
adalah pneumonia dan infeksi saluran kemih yang mencakup antara
30% sampai 50% kasus. Penyakit medis lainnya yang dapat
mencetuskan KAD adalah penyalahgunaan alkohol, trauma, emboli
pulmonal dan infark miokard.
Beberapa obat yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat
juga dapat menyebabkan KAD diantaranya adalah kortikosteroid,
pentamidine, zat simpatomimetik, penyekat alpha dan beta serta
penggunaan diuretik berlebihan pada pasien lansia (Kitabchi, et al.,
2004 dalam Nurul Hidayati, 2015)). Kondisi pencetus terjadinya KAD
yaitu:
a. Infeksi
b. Penyakit kardiovaskular
c. Insulin inadekuat/stop
d. Diabetes awitan baru
e. Penyakit medis lainnya
3. Manifestasi Klinik
Ketoasidosis diabetikum (KAD) dan keadaan hiperglikemik
hiperosmolar (KHH) merupakan suatu keadaan kegawatdaruratan,
sehingga membutuhkan pengenalan dan penatalaksanaan segera.
Pendekatan pertama pada pasien-pasien ini terdiri dari anamnesa yang
cepat namun fokus dan hati-hati serta pemeriksaan fisik dengan
perhatian khusus seperti (Newton and Phillip. 2004 dalam Nurul
Hidayati, 2015):
a. Patensi jalan napas
b. Status mental
c. Status kardiovaskular dan renal
d. Sumber infeksi
e. Status hidrasi
Langkah-langkah ini harus mempertimbangkan penentuan derajat
urgensi dan prioritas dari pemeriksaan laboratorium yang harus
diutamakan sehingga terapi dapat dilaksanakan tanpa penundaan.
Ketoasidosis diabetikum biasanya timbul dengan cepat, biasanya
dalam rentang waktu <24 jam (Wallace and Matthews. 2004 dalam
Nurul Hidayati, 2015). Manifestasi klinis pasien dengan KAD seperti:
a. Pada pasien dengan KAD, nausea vomitus merupakan salah satu
tanda dan gejala yang sering ditemukan.
Sel kelaparan
Resiko Infeksi
5. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa darah: > 300 mg /dl tetapi tidak > 800 mg/dl.
b. Elektrolit darah (tentukan corrected Na) dan osmolalitas serum.
c. Analisis gas darah, BUN dan kreatinin.
d. Darah lengkap (pada KAD sering dijumpai gambaran lekositosis),
HbA1c, urinalisis dan kultur urine (bila ada indikasi).
e. Foto polos dada.
f. Ketosis (Ketonemia dan Ketonuria).
g. Aseton plasma (keton): positif secara mencolok.
h. Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari
330mOsm/l.
i. Pemeriksaan Osmolalitas.
j. Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir.
k. Gas darah arteri biasanya menunjukkan pH < 7,3 dan penurunan pada
HCO3 250mg/dl.
6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
Fase I/Gawat :
a. Rehidrasi
1) Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam
2 jam pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm
selama 18 jam (4-6L/24jam)
2) Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
3) Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
4) Rehidrasi dilakukan bertahap untuk menghindari herniasi
batang otak (24 – 48 jam).
5) Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
6) Koreksi hipokalemia (kecepatan max 0,5mEq/kgBB/jam)
7) Monitor keseimbangan cairan
b. Insulin
1) Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
2) Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan
isotonic
3) Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya
tiap 4 jam sekali
4) Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15
mEq/L ³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3
Fase II/Maintenance:
a. Cairan maintenance
1) Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
2) Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
b. Kalium
Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.
c. Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila
tidak nafsu makan, boleh makan bubur atau minuman berkalori
lain.
d. Minumlah yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
7. Komplikasi
a. ARDS (adult respiratory distress syndrome)
b. Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat
rehidrasi yang berlebihan, gagal jantung kiri atau perubahan
permeabilitas kapiler paru.
c. DIC (disseminated intravascular coagulation)
d. Edema otak
e. Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi
terus menerus akan beresiko terjadinya edema otak
f. Gagal ginjal akut
g. Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal ginjal
akut.
h. Hipoglikemia dan hiperkalemia
i. Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan yang berlebihan dan
tanpa pengontrolan.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Survey Primer
1) Airway dan Breathing
Oksigenasi / ventilasi.
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama. Jika
pasien dengan kesadaran / koma (GCS <8)
mempertimbangkan intubasi dan ventilasi. Pada pasien tsb
sementara saluran napas dapat dipertahankan oleh penyisipan
Guedel’s saluran napas. Pasang oksigen melalui masker
Hudson atau non-rebreather masker jika
ditunjukkan. Masukkan tabung nasogastrik dan biarkan
drainase jika pasien muntah atau jika pasien telah muntah
berulang. Airway, pernafasan dan tingkat kesadaran harus
dimonitor di semua treatment DKA
2) Circulation
Penggantian cairan
Sirkulasi adalah prioritas kedua. DKA pada pasien yang
menderita dehidrasi berat bisa berlanjut pada shock
hipovolemik. Oleh sebab itu, cairan pengganti harus dimulai
segera. Cairan resusitasi bertujuan untuk mengurangi
hiperglikemia, hyperosmolality, dan counterregulatory
hormon, terutama dalam beberapa jam pertama, sehingga
mengurangi resistensi terhadap insulin. Terapi Insulin paling
efektif jika didahului dengan cairan awal dan penggantian
elektrolit.
Defisit cairan tubuh 10% dari berat badan total maka
lebih dari 6 liter cairan mungkin harus diganti. Resusitasi
cairan segera bertujuan untuk mengembalikan volume
intravaskular dan memperbaiki perfusi ginjal dengan solusi
kristaloid, koloid dan bisa digunakan jika pasien dalam syok
hipovolemik. Normal saline (NaCl 0,9%) yang paling sesuai.
Idealnya 50% dari total defisit air tubuh harus diganti dalam
8 jam pertama dan 50% lain dalam 24 jam berikutnya. Hati-
hati pemantauan status hemodinamik secara teliti (pada
pasien yang tidak stabil setiap 15 menit), fungsi ginjal, status
mental dan keseimbangan cairan diperlukan untuk
menghindari overload cairan.
b. Survey Sekunder
1) Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot,
tonus otot menurun, gangguan istirahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
aktifitas, Letargi/disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, Klaudikasi,
kebas dan kesemutan pada ekstremitas, Ulkus pada kaki,
penyembuhan yang lama, Takikardia
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, Nadi
yang menurun/tidak ada, Disritmia, Krekels, Distensi vena
jugularis, Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata
cekung
3) Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial
yang berhubungan dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, Rasa
nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK
baru/berulang, Nyeri tekan abdomen, Diare.
Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), Urin
berkabut, bau busuk (infeksi), Abdomen keras, adanya asites,
Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
5) Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mematuhi
diet, peningkattan masukan glukosa/karbohidrat, Penurunan
berat badan lebih dari beberapa hari/minggu, Haus,
penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, Kekakuan/distensi
abdomen, muntah, Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
6) Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas,
kelemahan pada otot, parestesia, Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma
(tahap lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau
mental, Refleks tendon dalam menurun (koma), Aktifitas
kejang (tahap lanjut dari DKA)
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat
berhati-hati
8) Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa
sputum purulen (tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen,
Frekuensi pernapasan meningkat
9) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi,
Menurunnya kekuatan umum/rentang erak,
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
10) Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), Masalah impoten
pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke,
hipertensi. Penyembuhan yang, Lambat, penggunaan obat
sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau
tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam
pengatuan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan
terhadap glukosa darah.
12) Pemeriksaan Laboratorium
a). Glukosa.
b). Natrium.
c). Kalium.
d). Bikarbonat.
e). Sel darah lengkap (CBC).
f). Gas darah arteri (ABG).
g). Keton.
h). β-hidroksibutirat.
i). Urinalisis (UA)
j). Osmolalitas
k). Fosfor
l). Tingkat BUN meningkat.
m). Kadar kreatinin
-
2. Diagnosa Keperawatan
Batasan
N Masalah Faktor yang berhubungan/
Pengertian karakteristik/ gejala
o Keperawatan faktor resiko
dan tanda
1 (D.0023) Penurunan Mayor Kehilangan cairan aktif
Hipovolemia volume Subjektif : Kegagalan mekanisme
b.d kehilangan cairan (tidak tersedia) regulasi
cairan aktif intravaskuler Objektif : Peningkatan permeabilitas
, interstisiel, - Frekuensi nadi kapiler
dan/atau meningkat Kekurangan intake cairan
intraseluler - Nadi teraba lemah Evaporasi
- Tekanan darah
menurun
- Tekanan nadi
menyempit
- Turgor kulit
menurun
- Membran mukosa
kering
- Volume urine
menurun
- Hematokrit
meningkat
Minor
Subjektif :
- Merasa lemah
- Mengeluh haus
Objektif :
- Pengisian vena
menurun
- Status mental
berubah
- Suhu tubuh
meningkat
- Konsentrasi urin
meningkat
- Berat badan turun
tiba-tiba
2 (D.0005) Inspirasi Mayor Depresi pusat pernapasan
Pola nafas tidak dan/atau Subjektif : Hambatan upaya napas
efektif b.d ekspirasi - Dispnea (misal nyeri saat bernapas,
hambatan upaya yang tidak Objektif : kelemahan otot pernapasan)
napas memberikan - Penggunaan otot Deformitas dinding dada
(kelemahan otot ventilasi bantu pernapasan Defotmitas tulang dada
pernapasan) adekuat. - Fase ekspirasi Gangguan neuromuskular
memanjang Gangguan neurologis (mis.
- Pola napas
Eletroensefalogram [EEG]
abnormal (misl positif, cedera kepala,
takipnea, gangguan kejang)
bradipnea,
Imaturitas neurologis
hiperventilasi)
Penurunan energi
Obesitas
Minor
Subjektif :
Posisi tubuh yang
- Ortopnea
menghambat ekspansi paru
Objektif : Sindrom hipoventilasi
- Pernapasan Kerusakan inervasi
pursed-lip diafragma (kerusakan saraf
- Pernapasan cuping C5 keatas)
hidung Cedera pada medula
- Diameter thoraks spinalis
anterior-posterior Efek agen farmakologis
meningkat kecemasan
- Ventilasi semenit
menurun
- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun
- Ekskursi dada
meningkat
3 (D.0142) Beresiko - Penyakit kronis (mis.
Resiko infeksi mengalami Diabetes melitus)
peningkatan Efek prosedur invasif
b.d penyakit
terserang Malnutrisi
kronis (diabetes organisme Peningkatan paparan
mellitus) patogenik organisme patogen
lingkungan
Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh primer:
- Gangguan peristaltik
- Kerusakan integritas
kulit
- Perubahan sekresi pH
- Penurunan kerja siliaris
- Keruban pecah lama
- Ketuban percah
sebelum waktunya
- Merokok
- Status cairan tubuh
Ketidakadekuatan pertahan
tubuh sekunder:
- Penurunan hemoglobin
- Imunosupresi
- Leukopenia
- Supresi respon
inflamasi
- Vaksinasi tidak adekuat
4 (D.0019) Asupan Mayor Kurangnya asupan makanan
Defisit nutrisi nutrisi tidak Subjektif : Ketidakmampuan menelan
cukup untuk (tidak tersedia) makanan
b.d peningkatan
memenuhi Objektif : Ketidakmampuan mencerna
kebutuhan kebutuhan - Berat badan makanan
metabolisme. metabolisme menurun minimal Ketidakmampuan
10% dibawah mengabsorbsi nutrien
rentang ideal Peningkatan kebutuhan
metabolisme
Minor Faktor ekonomi (mis.
Subjektif : Finansial tidak cukup)
- Cepat kenyang
Faktor psikologis (mis.
setelah makan
Stres, keenganan untuk
- Kram/nyeri
makan)
abdomen
- Nafsu makan
menurun
Objektif :
- Bising usus
hiperaktif
- Otot pengunyah
lemah
- Otot menelan
lemah
- Membran mukosa
pucat
- Sariawan
- Serum albumin
turun
- Rambut rontok
berlebihan
- Diare
5 (D.0111) Ketiadaan Mayor Perubahan sirkulasi
Defisit atau Subjektif Perubahan status nutrisi
kurangnya - Menanyakan Kekurangan.kelebihan
pengetahuan
informasi masalah yang volume cairan
b.d kurang kognitif dihadapi Penurunan mobilitas
terpapar yang Objektif : Bahan kimia iritatif
berkaitan - Menunjukan
informasi. Suhu lingkungan yang
dengan topik perilaku tidak ekstrem
tertentu. sesuai anjuran
Faktor mekanis (mis.
- Menunjukan
Penekanan pada tonjolan
persepsi yang
tulang, gesekan) atau faktor
keliru terhadap
elektris (elektrodiatermi,
masalah
energi listrik bertegangan
Minor
tinggi)
Subjektif :
Efek samping radiasi
(tidak tersedia)
Kelembapan
Objektif :
Proses penuaan
- Menjalani
pemeriksaan yang Neuropati perifer
tidak tepat Perubahan pigmentasi
- Menunjukan Perubahan hormonal
perilaku Kurang terpapar informasi
berlebihan tentang upaya
(mis.apatis, mempertahankan/melindun
bermusuhan, gi integritas jaringan
agitasi, histeria)
3. Intervensi Keperawatan
No. SDKI SLKI SIKI
1 (D.0023) L.03028 Status Cairan I.03116 Manajemen Hipovolemia
Hipovolemia Setalah dilakukan Observasi
b.d kehilangan tindakan keperawatan
cairan aktif selama ... x ... jam Periksa tanda dan gejala
diharapkan kondisi hipovolemia (mis. Frekuensi
volume cairan nadi meningkat, nadi teraba
intravaskuler, interstisiel,
lemah, tekanan darah menurun,
dan/atau intraseluler
membaik ditandai tekanan nadi menyempit, turgor
dengan kriteria hasil: kulit menurun, membran
a. Turgor kulit
mukosa kering, volume urin
meningkat (5)
b. Kekuatan nadi menurun, hematokrit
meningkat (5) meningkat, haus, lemah)
c. Frekuensi nadi
Monitor intake dan output
membaik (5)
d. Tekanan darah cairan
membaik (5) Terapeutik
e. Membran mukosa
Hitung kebutuhan cairam
membaik (5)
f. Kadar Ht membaik Berikan posisi modified
(5) Trendelenburg
g. Jugular Venous
Berikan asupan cairan oral
Pressure (JVP)
membaik (5) Edukasi
h. intake cairan Anjurkan memperbanyak
membaik (5)
asupan cairan oral
Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV
isotonis (mis. NaCl, RL)
Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. Glukosa 2,5%,
NaCl 0.4%)
Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis. Albumin,
plasmanate)
Kolaborasi pemberian produk
darah
2 (D.0005) L.01004 Pola Napas I.01011 Manajemen Jalan Napas
Pola nafas Setelah dilakukan Observasi
tidak efektif tindakan keperawatan
b.d hambatan selama ... x ... jam Monitor pola napas
upaya napas diharapkan inspirasi Monitor bunyi napas tambahan
(kelemahan otot dan.atau ekspirasi yang
Monitor sputum
pernapasan) memberikan ventilasi
adekuat membaik Terapeutik
ditandai dengan kriteria Posisikan semi fowler atau
hasil:
fowler
i. Dispnea menurun
(5) Berikan oksigen, jika perlu
j. Penggunaan oto Edukasi
bantu napas
Ajarkan teknik batuk efektif
menurun (5)
k. Pemanjangan fase Anjurkan asupan cairan 200
kespirasi menurun ml/hari, jika tidak
(5)
kontraindikasi
l. Frekuensi napas
membaik (5)
m. Kedalaman napas
membaik (5)
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan. Dalam dokumentasi dikenal 2 cara yaitu secara sumatif
dan formatif. Biasanya evaluasi menggunakan acuan SOAP atau
SOAPIER sebagai tolak ukur pencapaian implementasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asep Triana. Laporan Pendahuluan KAD. Diakses pada tanggal 15 Januari 2021:
https://www.academia.edu/30961756/LAPORAN_PENDAHULUAN_KA
D
Restu Diana. 2016. Laporan Pendahuluan dan Kasus Askep Gawat Darurat
Ketoasidosi Diabetikum. Diakses pada tanggal 15 Januari 2021:
https://www.academia.edu/13796218/laporan_pendahuluan_dan_kasus_as
kep_gawat_darurat_ketoasidosis_diabetikum
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatam Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi I Cetakan III (Revisi).Jakarta:
DPP PNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatam Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Cetakan II.Jakarta: DPP PNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatam Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan, Cetakan II.Jakarta: DPP PNI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN GANGGUAN
SISTEM ENDOKRIN: DIABETES MELITUS DENGAN
KETOASIDOSIS (KAD)
I. BIODATA
Identitas pasien
Initial pasien : .TN.A
Pekerjaan : Buruh
Usia : 47 tahun
No. RM :
Jenis kelamin : Laki-laki
Tgl pengkajian : 15 Januari 2021
Agama : Islam
Status pernikahan: Menikah
Penanggung jawab
Initial : Ny.S
Usia : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hub dg pasien : Istri
Tanda (Objektif)
Tidak ada kelainan pada sistem kardiovaskuler. Pasien sangat ramah kepada
orang-orang sekitar dan perawat. Postur tubuh baik. Tidak ada tremor. Pasien
tampak lemah. Tampak ulkus DM pedis sinistra ukuran 5 x 8 cm
V. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Kardiovaskuler masih dalam batas normal. Terdapat ulkus DM pedis sinistra
ukuran 5 x 8 cm sejak 2 bulan yang lalu.
Tanda (Objektif)
Tekanan darah 122/91 mmHg. Nadi 133 x/mnt. CRT < 2 detik. Bunyi jantung
S1 S2 normal lup dup. Bunyi napas normal vesikuler. Suhu 36 ℃. Kuku
tidak sianosis. Rambut hitam tebal pendek. Membran mukosa kering. Warna
bibir tampak merah muda kehitaman. Bola mata cekung
INTEGRITAS EGO
Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan setelah kakinya tertusuk paku pasien memiliki
keterbatasan dalam aktivitasnya sehingga istrinya membantu. Cara
menangani hal tersebut pasien selalu diberikan motivasi oleh istrinya. Pasien
beragama Islam. Pasien selalu melaksanakan ibadahnya. Gaya hidup sehari-
hari sederhana. Istri pasien percaya suaminya dapat sembuh.
Tanda (Obyektif)
Status emosional: pasien tampak cemas
ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Pola BAB sebelum MRS 1 x/hari. Feses padat. Sesudah MRS 1 x/hari kadang
1 x/2 hari. Feses padat.
Pola BAK sebelum MRS 5 x/hari. Urine berwarna kuning. Setelah MRS
pasien 3 x/hari.
Tanda (Objektif)
Abdomen : dalam batas normal, tidak ada nyeri tekan. bising usus 10 x/menit
MAKANAN/ CAIRAN
Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan tidak nafsu makan, jika diberikan makan hanya mau
sedikit tidak dihabiskan. Pasien merasakan haus. Tidak ada nyeri pada ulu
hati. Tidak ada alergi makanan. Tidak ada masalah pada saat
mengunyah/menelan. Gigi terdapat caries.
Tanda (Objektif)
Turgor kulit menurun. Membran mukosa tampak kering. Tidak ada
pembesaran tiroid. Terdapat caries pada gigi. Lidah bersih. Bising usus 12
x/mnt.
HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Aktivitas sehari-hari, mobilitas, makan, hygiene, toileting: sebelum mrs
pasien melakukan secara mandiri terkadang dibantu oleh istrinya. Setelah mrs
pasien selalu dibantu oleh kedua oarng tuanya.
Tanda (Objektif)
Penampilan umum baik. Cara berpakaian baik. Kebiasaan pribadi baik. Tidak
ada bau badan. Kulit kepala bersih. Tidak ada kutu dan ketombe.
NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Pasien mengatakan merasa lemas.
Tanda (Objektif)
Status mental tampak cemas. Kesadaran compos mentis. Memori dapat
mengingat dengan baik. Tidak menggunakan kacamata. Tidak menggunakan
alat bantu dengar. Pupil mengecil ketika diberikan reflek cahaya. Tampak
lelah dan pucat
NYERI/ KETIDAKNYAMANAN
Gejala (Subjektif)
Terdapat ulkus pada kaki kiri.
Cara menghilangkan rasa nyeri pasien biasanya beristighfar.
Tanda (Objektif)
Pasien tampak meringis.
PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit pada penafasan. Pasien tidak
merokok. Pasien mengatakan sesak
Tanda (Objektif)
Pernapasan 28 x/mnt, tampak penggunaan oto bantu pernapasan. Terdapat
pernapasan cuping hidung. Pola napas abnormal (takipnea). Pasien tampak
cemas.
KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Pasien tidak memiliki alergi. Pasien belum pernah menjalani transfusi darah.
Tanda (Objektif)
Suhu tubuh : 36 ℃
Integritas kulit: Turgor kulit menurun. Akral teraba dingin Terdapat ulkus
DM pedis sinistra ukuran 5 x 8 cm. Tidak terdapat luka bakar. Cara berjalan
pasien dibantu oleh istrinya karena adanya ulkus pada kaki kiri.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala (Subjektif)
Status perkawinan menikah. Hidup dengan istri dan anak-anaknya. Tidak ada
masalah dalam berbicara.
Tanda (Objektif)
Bicara jelas. Pola berbicara baik. Tidak menggunakan alat bantu bicara. Pola
interaksi keluarga (perilaku) baik.
PENYULUHAN/ PEMBELAJARAN
Pasien berbicara menggunakan bahasa indonesia. Tingkat pendidikan SLTA.
Tidak ada keterbatasan kognitif. Istri pasien percaya anaknya dapat sembuh
kembali.
Pasien biasanya mengkonsumsi obat glibenclamid
KIMIA DARAH
GDS 677 mg/dl 70 – 115 mg/dl High
DO:
CO2 meningkat
RR 28 x/mnt,
Tampak ulkus DM
pedis sinistra ukuran 5
x 8 cm
eksudat seropurulenta
kedalaman luka
kehilangan ketebalan
parsial
jaringan nekrotik
berawarna kuning
jaringan granulasi
tidak ada
ada kallus
luka bersih dan tidak
berbau
Ankle Brachial Index
(ABI): 0,9/0,9
Diagnosa Keperawatan
1) (D.0023) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
2) (D.0005) Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya napas (kelemahan otot
pernapasan)
3) (D.0142) Resiko infeksi b.d penyakit kronis (diabetes mellitus)
4)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN