Disusun Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
Desi Natalia T. I. S.Kep., Ns., M.Kep Fidiana Kurniawati. S.Kep., Ns., M.Kep
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1.2 Etiologi
Ketoasidosis diabetikum di dasarkan oleh adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
a. Insulin diberikan dengan dosis yang kurang.
b. Keadaan sakit atau infeksi pada DM, contohnya : pneumonia, kolestisitis,
iskemia usus dan apendisitis. Keadaan sakit dan infeksi akan menyertai
resistensi insulin. Sebagai respon terhadap stres fisik (atau emosional),
terjadi peningkatan hormon – hormon ”stres” yaitu glukagon, epinefrin,
norepinefrin, kotrisol dan hormon pertumbuhan. Hormon – hormon ini
akan meningkatkan produksi glukosa oleh hati dan mengganggu
penggunaan glukosa dalam jaringan otot serta lemak dengan cara
melawan kerja insulin. Jika kadar insulin tidak meningkatkan dalam
keadaan sakit atau infeksi, maka hipergikemia yang terjadi dapat berlanjut
menjadi ketoasidosis diabetik.
c. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati.
1.1.3 Patofisiologi
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang penting
pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan asidosis.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali.
Kedua faktor ini akan mengakibatkan hipergikemia. Dalam upaya untuk
mnghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekresikan
glukosa bersama – sama air dan elektrolit (seperti natrium, dan kalium). Diurisis
osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan (poliuri) ini kan menyebabkan
dehidrasi dan kehilangan elekrolit. Penderita ketoasidosis yang berat dapat
kehilangan kira – kira 6,5 liter air dan sampai 400 hingga 500 mEg natrium, kalium
serta klorida selam periode waktu 24 jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (lipolisis)
menjadi asam – asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi benda keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terajdi produksi benda
keton yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal
akan mencegah timbulnya keadaan tersebut. Benda keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulasi darah, benda keton akan menimbulkan asidosis metabolik.
PATHWAY
Asupan insulin tidak cukup, infeksi
Produksi insulin
Lipolisis
Glukagon
Poliuri Ketoasidosis
Rasa haus Polidipsi
Dehidrasi Asidosis Metabolisme
1.1.8 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
a) Pertahankan jalan nafas
b) Pada syok berat berikan oksigen 100% dengan masker
c) Jika syok berikan larutan isotonik (normal saline 0,9%) 20cc/kgBB
d) Bila terdapat penuruna kesadaran perlu pemasangan naso gastrik tube
untuk menghindari aspirasi lambung.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Penilaian klinis awal : pemeriksaan fisik (BB, TD, tanda sidosis,
GCS, derajat dehidrasi), dan konfirmasi biokimia (analisa darah
dan urinalisa).
b) Pemantauan status volume cairan : pemeriksaan TTV (termasuk
memantau perubahan ortostatik pada tekanan darah dan frekuensi
jantung), pengkajian paru, dan pemantauan asupan serta haluan
cairan.
c) Pemantauan kalium
3. Penatalaksanaan Medis
a) Elekrtolit :
Kadar potasium mulai menurun saat diberikan insulin, oleh
karena itu pemberian potasium dimulai saat dimulainya
pemberian insulin, terkecuali pada penderita dengan kadar
potasium > 6,0 mEg/L, mereka yang anuri dan penderita gagal
ginjal kronik yang biasanya sudah disertai poatsium serum yang
tinggi. Potasium diiberikan dengan dosis 10 – 30 mEg/jam,
semakin rendah kadar potasium serum semakin besar dosis yang
diberikan sambil memantau kadar dalam serum. Kadar potasium
serum harus dipertahankan >3,5 mEg/L.
Pemberian sodium bikarbonat diberikan saat pH <7,0, kadar
bikarbonat <5,0 mEg/L, hiperkalemia berat >6,5 mEg/L.
Pemberian bikarbonat dosis 100 – 250 mEg dalam 100 – 250 ml
0,45%NaCl, diberikan antara 30 – 60 menit. Pemberian
bikarbonat harus disertai dengan pemantauan pH arteri, dan
dihentikan apabila pH >7,1.
b) Rehidrasi : NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% tergantung dari ada tidaknya
hipotensi dan tinggi rendahnya kadar natrium. Pada umumnya
diperlukan 1 – 2 liter dalam jam pertama, bila kadar glukosa <200 mg
% maka perlu diberikan larutan ynag mengandung glukosa (dektrosa
5% atau 10%).
c) Insulin : baru diberikan pada jam kedua. Sepuluh unit diberikan bolus
intravena, disusul dengan infus larutan insulin regular dengan laju 2 –
5 U/jam. Sebaiknya larutan %U insulin dalam 50 ml NaCl 0,9%,
bermuara dalam larutan untuk rehidrasi dan dapat diatur laju tetesnya
secara terpisah. Bila kadar glukosa turun sampai 200 mg/dl atau
kurang, laju insulin dikurangi menjadi 1 – 2 U/ jam dan larutan
rehidrasi diganti dengan glukosa 5%. Pada waktu pasien dapat makan
lagi, diberikan sejumlah kalori sesuai kebutuhan dalam beberapa
porsi. Insulin regular diberikan subkutan 3 kali sehari secara bertahap
sesuai kadar glukosa darah.
d) Pemberian antibiotika yang adekuat.
e) Pemberian oksigen : bila PO2 <80 mmhg.
f) Heparin : bila ada DIC atau bila hiperosmolar berat (>380 mOsm/L)
1.1.9 Komplikasi
1. ARDS (adult respiratory distress syndrome)
Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat rehidrasi
yang berlebihan, gagal jantung kiri atau perubahan permeabilitas kapiler
paru.
2. DIC (disseminated intravascular coagulation)
3. Edema otak
Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi terus
menerus akan beresiko terjadinya edema otak.
4. Gagal ginjal akut
Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal ginjal akut.
5. Hipoglikemia dan hiperkalemia
Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan yang berlebiahan dan tanpa
pengontrolan.
1.2 Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
A. Pengkajian primer
1) Airway
Takikardia dan takipnea pada prosedur pembayaran atau kegiatan
Letargi /disorientasi, antar-muka, syok hipovolemik, sianosis
2) Breathing
Frekuensi pernapasan meningkat, merasa kekurangan oksigen, sakit
kepala, penglihatan kabur penglihatan kabur
3) Circulation
Gejala : Mungkin adanya riwayat hipertensi, IM akut Klaudikasi, kebas
dan kesemutan pada ekstremitas Ulkus pada kaki, pemulihan yang lama
Takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, sesak ,Nadi yang
menurun / tidak ada, Disritmia Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit
panas, kering, dan kemerahan, bola mata kering, dan kemerahan, bola mata
cekung
4) Distability
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan Kram otot, Lemah, letih, sulit
bergerak / berjalan, tonus otot menurun, gangguan istirahat/tidur,
takipnea, Wajah meringis dengan Frekuensi pemapasan meningkat.
B. Pengkajian Sekunder
1) Aktivitas/ Istirahat
a) Look : lemah, letih, sulit bergerak/ berjalan, kram otot, tonus otot
meningkat, cedera istirahat / tidur
b) Listen : takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktivitas.
Latergi/ disoroentasi, koma, penurunan kekuatan otot
Sirkulasi
c) Look : kesemutan pada ekstremitas ulkus pada kaki, penyembuhan
yang lama, kemerahan, bila mata cekung
d) Listen : takikardia, nadi yang menurun/ tidak ada, disritmia, krekels,
distensi vena jugularis
e) Feel : kulit pana, kering
2) Integritas / Ego
a) Look : stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi, ansietas
b) Feel : peka rangsang
3) Eliminasi
a) Look : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, kesulitan
berkemih (infkesi), ISK baru/berulang
b) Listen : bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare), abdomen
keras adanya asites
c) Feel : rasa sakit/terbakar, nyeri tekan abdomen
4) Nutrisi/cairan
a) Look : hilang nafsu makan, mual/ muntah, peningkatan masukan
glukosa/karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari pada hari/
minggu, penggunaan diuretik. Kulit kering/ bersisik, turgor jelek,
pembesaran tyroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan
peningkatan gula darah).
b) Listen : kekakuan/ distensi perut
c) Feel : haus, bau halisitosis/ manis, bau buah (napas aseton)
5) Neurosensori
a) Look : disoreientasi, mengantuk, alergi, stupor / koma (tahap lanjut)
b) Listen : refleks tendon dalam menurun (koma)
c) Feel : pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia,
gangguan penglihatan
6) Nyeri kenyamanan
a) Look : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
b) Listen abdomen yng tegang/ nyeri
7) Pernapasan
a) Look : batuk dengan / tanpa sputum purulen, frekuensi pernafasan
meningkat
b) Listem : frekuensi nafas meningkat
c) Feel : merasa kekurangan oksigen
8) Keamanan
a) Look : kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi/ulserasi
b) Listen : diaforesis
c) Feel : demam, menurunnya kekuatan, paralisis otot termasuk otot-otot
pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
Status Nutrisi....................................................................................L.03022
Definisi : kadar glukosa darah berada pada rentang normal
Ekspetasi Meningkat
Kriteria Hasil
Status Nutrisi....................................................................................L.03030
Definisi : keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.
Ekspetasi Membaik
Kriteria Hasil
Definisi
Kondisi volume cairan intravaskuler, intestisiel, dan/atau intraseluler
Ekspetasi Membaik
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Kekuatan nadi 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Output urine 1 2 3 4 5
Pengisian vena 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Ortopnea 1 2 3 4 5
Dispnea 1 2 3 4 5
Paroxysmal
nocturnal 1 2 3 4 5
dyspnea (PND
Edema anasarka 1 2 3 4 5
Edema perifer 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5
Distensi vena
1 2 3 4 5
jugularis
Suara nafas
1 2 3 4 5
tambahan
Kongestif paru 1 2 3 4 5
Perasaan lemah 1 2 3 4 5
Keluhan haus 1 2 3 4 5
Konsistensi urin 1 2 3 4 5
Memburu Cukup Cukup
Sedang Membaik
k Memburuk Membaik
Frekuensi nadi 1 2 3 4 5
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Tekanan nadi 1 2 3 4 5
Membran
1 2 3 4 5
mukosa
Jugular Venous
1 2 3 4 5
Pressure (JVP)
Kadar Hb 1 2 3 4 5
Kadar Ht 1 2 3 4 5
Central Venous
1 2 3 4 5
Pressure
Refluks
1 2 3 4 5
hepatojugular
Berat badan 1 2 3 4 5
Hepatomegali 1 2 3 4 5
Oliguria 1 2 3 4 5
Intake cairan 1 2 3 4 5
Status mental 1 2 3 4 5
Suhu tubuh 1 2 3 4 5
Definisi
Ekuilibrium antara volume cairan di ruang intraseluler dan ekstraseluler tubuh
Ekspetasi Meningkat
Kriteria hasil
Cukup Cukup
Menurun Sedang Meningkat
Menurun Meningkat
Asupan cairan 1 2 3 4 5
Haluaran urine 1 2 3 4 5
Kelembaban
membrane 1 2 3 4 5
mukosa
Asupan
1 2 3 4 5
makanan
Cukup Cukup
Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Edema 1 2 3 4 5
Dehidrasi 1 2 3 4 5
Asites 1 2 3 4 5
Konfusi 1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
Tekanan darah 1 2 3 4 5
Denyut nadi
1 2 3 4 5
radial
Tekanan arteri
1 2 3 4 5
rata-rata
Membran
1 2 3 4 5
mukosa
Mata cekung 1 2 3 4 5
Turgor kulit 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5
Arif, mansjoer, dkk. (2011). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculpius.:
Jakarta.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: DPP PPNI
Smeltzer, Suzanne C. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3. EGC:
Jakarta