Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

KETOASIDOSIS DIABETIKUM

A. Definisi
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau
relatif. KAD dan hipoglikemia merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan
membutuhkan pengelolaan gawat darurat. Akibat diuresis osmotik, KAD biasanya mengalami
dehidrasi berat dan bahkan dapat sampai menyebabkan syok. Ketoasidosis diabetik (KAD)
merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan
elektrolit dan asidosis. Ketoasidosis diabetik merupakan akibat dari defisiensi berat insulin dan
disertai gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan
gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes ketergantungan insulin.
KAD adalah keadaan yan g ditandai dengan asidosis met abolik akibat pembentukan
keton yang berlebihan, sedangk an SHH ditandai dengan hiperos molalitas berat dengan
kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD murni (American Diabetes
Association, 2004)
Ketoasidosis diabetikum adalah merupakan trias dari hiperglikemia, asidosis, dan ketosis
yang terlihat terutama pada pasien dengan diabetes tipe-1. (Samijean Nordmark, 2008)
Salah satu kendala dalam laporan mengenai insidensi, epide miologi dan angka
kematian KAD adalah belum ditemukannya kesepakatan tentang definisi KAD. Sindroma ini
mengandung triad yang terdiri dari hiperglikemia, ketosis dan asi demia. Konsensus
diantara para ahli dibidang i ni mengenai kriteria diagnost ik untuk KAD adalah pH
arterial < 7,3, kadar bikarbonat < 15 mEq/L, d an kadar glucosa darah > 250 m g/dL
disertai ketonemia dan ketonuria moderate (Kitabchi dkk, 2004).
Diabetic Keto Acidosis (DKA) adalah komplikasi akut yang mengancam jiwa seorang
penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Kondisi kehilangan urin, air, kalium, amonium,
dan natrium menyebabkan hipovolemia, ketidakseimbangan elektrolit, kadar glukosa darah
sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas menyebabkan asidosis dan sering disertai koma.

1
B. Etiologi
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali. Pada
pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus.
Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang.
Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan
oleh:
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati
Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah:
1. Infeksi : pneumonia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis. diketahui bahwa jumlah sel
darah putih mungkin meningkat tanpa indikasi yang mendasari infeksi.
2. Ketidakpatuhan: karena ketidakpatuhan dalam dosis
3. Pengobatan: onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
4. Kardiovaskuler : infark miokardium
5. Penyebab lain : hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan kortikosteroid and
adrenergik. (Samijean Nordmark,2008)

C. Patofisiologi
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan
lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan
terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan bisa menderita
koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan, menghentikan sendiri
suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit
berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan sebagainya.
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis diabetik
(KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan
gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD) adalah tergolong
konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan
hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan

2
kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi (diubah)
menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria. Glikosuria akan
menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan elektrolit seperti sodium,
potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrsi terjadi bila terjadi secara hebat,
akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis
metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh peningkatan derajat ventilasi (peranfasan
Kussmaul).
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan
elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking
vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme karbohidrat
dan lipid normal.
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
juga. Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan
menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari
dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti
natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat
dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta
klorida selama periode waktu 24 jam.Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak
(lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan
sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan
tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.

3
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah
meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang
batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak
bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula
yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria.
Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria.
Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraselluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga
pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut
polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-
sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi
menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa
lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah
meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha
mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau
aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi
koma yang disebut koma diabetik (Price, 2005).

4
D. PATHWAY KETOASIDODIS DIABETIKUM

E. Manifestasi Klinik
1. Diagnosis KAD
Didasarkan atas adanya “trias biokimia” yakni : hiperglikemia, ketonemia, dan asidosis.
Kriteria diagnosisnya adalah sebagai berikut :

5
a. Hiperglikemia, bila kadar glukosa darah > 11 mmol/L (> 200 mg/dL).
b. Asidosis, bila pH darah < 7,3.
c. kadar bikarbonat < 15 mmol/L).
Derajat berat-ringannya asidosis diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Ringan: bila pH darah 7,25-7,3, bikarbonat 10-15 mmol/L.
b. Sedang: bila pH darah 7,1-7,24, bikarbonat 5-10 mmol/L.
c. Berat: bila pH darah < 7,1, bikarbonat < 5 mmol/L.
2. Diagnosis banding KAD
KAD juga harus dibedakan dengan penyebab asidosis, sesak, dan koma yang
lain termasuk : hipoglikemia, uremia, gastroenteritis dengan asidosis metabolik,
asidosis laktat, intoksikasi salisilat, bronkopneumonia, ensefalitis, dan lesi intrakranial.

F. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
1. Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi),
2. Menghentikan ketogenesis (insulin),
3. Koreksi gangguan elektrolit,
4. Mencegah komplikasi,
5. Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus.

G. Komplikasi
Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:
1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita
mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya terdapat protein. Dengan
menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun waktu yang
lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus
melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung
kongesif.
2. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )

6
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa mata.
Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan.
3. Syaraf ( Neuropati Diabetik )
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa stres,
perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat dirasakan (mati rasa).
4. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis pada
pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai komplikasi jantung koroner dan
mendapat serangan kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut tidak disertai
rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan kadar
glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan dapat
menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa
koma dan kejang-kejang.
6. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah pada
diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler
serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke
otak untuk menambah takanan darah.

H. Pengkajian
1. Survey Primer
a. Airway dan Breathing
Oksigenasi / ventilasi
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama. Jika pasien dengan
kesadaran / koma (GCS <8) mempertimbangkan intubasi dan ventilasi. Pada pasien
tsb sementara saluran napas dapat dipertahankan oleh penyisipan Guedel’s saluran
napas. Pasang oksigen melalui masker Hudson atau non-rebreather masker jika
ditunjukkan. Masukkan tabung nasogastrik dan biarkan drainase jika pasien muntah

7
atau jika pasien telah muntah berulang. Airway, pernafasan dan tingkat kesadaran
harus dimonitor di semua treatment DKA.

b. Circulation
Penggantian cairan
Sirkulasi adalah prioritas kedua. DKA pada pasien yang menderita dehidrasi
berat bisa berlanjut pada shock hipovolemik. Oleh sebab itu, cairan pengganti harus
dimulai segera. Cairan resusitasi bertujuan untuk mengurangi hiperglikemia,
hyperosmolality, dan counterregulatory hormon, terutama dalam beberapa jam
pertama, sehingga mengurangi resistensi terhadap insulin. Terapi Insulin paling
efektif jika didahului dengan cairan awal dan penggantian elektrolit. Defisit cairan
tubuh 10% dari berat badan total maka lebih dari 6 liter cairan mungkin harus diganti.
Resusitasi cairan segera bertujuan untuk mengembalikan volume intravaskular dan
memperbaiki perfusi ginjal dengan solusi kristaloid, koloid dan bisa digunakan jika
pasien dalam syok hipovolemik. Normal saline (NaCl 0,9%) yang paling sesuai.
Idealnya 50% dari total defisit air tubuh harus diganti dalam 8 jam pertama dan 50%
lain dalam 24 jam berikutnya. Hati-hati pemantauan status hemodinamik secara teliti
(pada pasien yang tidak stabil setiap 15 menit), fungsi ginjal, status mental dan
keseimbangan cairan diperlukan untuk menghindari overload cairan.
2. Survey Sekunder
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas,
Letargi/disorientasi, koma, Penurunan kekuatan otot
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, Klaudikasi, kebas dan kesemutan pada
ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama, Takikardia
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, Nadi yang menurun/tidak ada,
Disritmia, Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola
mata cekung

8
c. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
Tanda : Ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, Rasa nyeri/terbakar, kesulitan
berkemih(infeksi), ISSK baru/berulang, Nyeri tekan abdomen, Diare
Tanda :Urine encer, pucat, kuning, poliuri ( dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), Urin berkabut, bau busuk (infeksi),
Abdomen keras, adanya asites, Bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare)
e. Nutrisi/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, Mual/muntah, Tidak mematuhi diet, peningkattan
masukan glukosa/karbohidrat, Penurunan berat badan lebih dari beberapa
hari/minggu, Haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda : Kulit kering/bersisik, turgor jelek, Kekakuan/distensi abdomen, muntah,
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan peningkatan gula
darah), bau halisitosis/manis, bau buah (napas aseton)
f. Neurosensori
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot,
parestesia, Gangguan penglihatan
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan
memori (baru, masa lalu), kacau mental, Refleks tendon dalam menurun (koma),
Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
h. Pernapasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/ tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi/tidak)
Tanda : Lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, Frekuensi pernapasan
meningkat

9
i.Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi/ulserasi, Menurunnya kekuatan
umum/rentang erak, Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernapasan (jika
kadar kalium menurun dengan cukup tajam)
j.Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), Masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi. Penyembuhan yang,
Lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik (thiazid), dilantin dan fenobarbital
(dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat
diabetik sesuai pesanan
l. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengatuan diet,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Glukosa
Kadar glukosa dapat bervariasi dari 300 hingga 800 mg/dl. Sebagian pasien mungkin
memperlihatkan kadar gula darah yang lebih rendah dan sebagian lainnya mungkin
memiliki kadar sampai setinggi 1000 mg/dl atau lebih yang biasanya bergantung pada
derajat dehidrasi. Harus disadari bahwa ketoasidosis diabetik tidak selalu
berhubungan dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami asidosis
berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara sebagian
lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun kadar
glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
b. Natrium
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap
100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh
sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat
dengan jumlah yang sesuai.

10
c. Kalium
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan.
EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
d. Bikarbonat.
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-
7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi
respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan
keton (yang mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam
darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion
untuk menilai derajat asidosis.
e. Sel darah lengkap (CBC).
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran
kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
f. Gas darah arteri (ABG).
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH measurements.
Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada tingkat gas darah vena pada
pasien dengan KAD adalah lebih rendah dari pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan
ini relatif dapat diandalkan dan bukan dari signifikansi klinis, hampir tidak ada alasan
untuk melakukan lebih menyakitkan ABG. Akhir CO2 pasang surut telah dilaporkan
sebagai cara untuk menilai asidosis juga.
g. Keton.
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria dapat
berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
h. β-hidroksibutirat.
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk mengikuti respons
terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal,
dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis diabetik
(KAD).
i. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran
kencing yang mendasari.

11
j. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8.
Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya
memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330
mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh pada kondisi koma.
k. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme kronis),
maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
l. Tingkat BUN meningkat.
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
m. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada
dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN serum
yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi renal.

Tabel Sifat-sifat penting dari tiga bentuk dekompensasi (peruraian)


metabolik pada diabetes.
Diabetic Hyperosmolar
Sifat-sifat ketoacidosis non ketoticcoma Asidosis laktat
(KAD) (HONK)
Glukosa Tinggi Sangat tinggi Bervariasi
plasma
Ketone Ada Tidak ada Bervariasi
Asidosis Sedang/hebat Tidak ada Hebat
Dehidrasi Dominan Dominan Bervariasi
Hiperventilasi Ada Tidak ada Ada

4. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:

12
a. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat
dibawah kondisi stress.
b. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
c. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
d. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
e. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.
f. Aseton plasma: Positif secara mencolok
g. As. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meninggkat
h. Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat semu; F turun
i. Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal
j. Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3 (asidosismetabolik) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik
k. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat, leukositosis, hemokonsentrasi
l. Ureum/creatinin: meningkat/normal
m. Amilase darah: meningkat mengindikasikan pancreatitis akut

I. Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik akibat hiperglikema,
pengeluaran cairan berlebihan: diare, muntah, pembatasan intake akibat mual, kacau
mental.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi asidosis metabolik.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa.
d. Ketidakseimbangan nutrisi:kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidak
cukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

J. Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI

13
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1 Defisit Volume Cairan NOC: NIC :
v Fluid balance Fluid management
Definisi : Penurunan
v Hydration · Pertahankan catatan intake dan
cairan intravaskuler,
v Nutritional Status : output yang akurat
interstisial, dan/atau
Food and Fluid Intake· Monitor status hidrasi (
intrasellular. Ini
Kriteria Hasil : kelembaban membran mukosa, nadi
mengarah ke dehidrasi,
v Mempertahankan urine adekuat, tekanan darah ortostatik ),
kehilangan cairan dengan
output sesuai dengan jika diperlukan
pengeluaran sodium
usia dan BB, BJ urine· Monitor vital sign
Batasan Karakteristik :
normal, HT normal · Monitor masukan makanan /
– Kelemahan
v Tekanan darah, nadi, cairan dan hitung intake kalori
– Haus
suhu tubuh dalam harian
– Penurunan turgor
batas normal · Kolaborasikan pemberian cairan
kulit/lidah
v Tidak ada tanda tanda IV
– Membran mukosa/kulit
dehidrasi, Elastisitas
· Monitor status nutrisi
kering
turgor kulit baik,
· Berikan cairan IV pada suhu
– Peningkatan denyut
membran mukosa ruangan
nadi, penurunan tekanan
lembab, tidak ada rasa
· Dorong masukan oral
darah, penurunan
haus yang berlebihan · Berikan penggantian nesogatrik
volume/tekanan nadi
sesuai output
– Pengisian vena
· Dorong keluarga untuk membantu
menurun
pasien makan
– Perubahan status mental
· Tawarkan snack ( jus buah, buah
– Konsentrasi urine
segar )
meningkat
· Kolaborasi dokter jika tanda
– Temperatur tubuh
cairan berlebih muncul meburuk
meningkat
· Atur kemungkinan tranfusi
– Hematokrit meninggi
· Persiapan untuk tranfusi
– Kehilangan berat badan
seketika (kecuali pada
third spacing)
Faktor-faktor yang
berhubungan:
– Kehilangan volume
cairan secara aktif
– Kegagalan mekanisme
pengaturan
2 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
Definisi : Pertukaran v Respiratory status :
udara inspirasi dan/atau Ventilation Airway Management
ekspirasi tidak adekuat v Respiratory status :
Batasan karakteristik : Airway patency · Buka jalan nafas, guanakan teknik
– Penurunan tekanan v Vital sign Status chin lift atau jaw thrust bila perlu
inspirasi/ekspirasi Kriteria Hasil : · Posisikan pasien untuk
– Penurunan pertukaran v Mendemonstrasikan memaksimalkan ventilasi
udara per menit batuk efektif dan suara
· Identifikasi pasien perlunya

14
– Menggunakan otot nafas yang bersih, pemasangan alat jalan nafas buatan
pernafasan tambahan tidak ada sianosis dan· Pasang mayo bila perlu
– Nasal flaring dyspneu (mampu · Lakukan fisioterapi dada jika
– Dyspnea mengeluarkan sputum, perlu
– Orthopnea mampu bernafas
· Keluarkan sekret dengan batuk
– Perubahan dengan mudah, tidak atau suction
penyimpangan dada ada pursed lips) · Auskultasi suara nafas, catat
– Nafas pendek v Menunjukkan jalan adanya suara tambahan
– Assumption of 3-point nafas yang paten (klien
· Lakukan suction pada mayo
position tidak merasa tercekik,· Berikan bronkodilator bila perlu
– Pernafasan pursed-lip irama nafas, frekuensi· Berikan pelembab udara Kassa
– Tahap ekspirasi pernafasan dalam basah NaCl Lembab
berlangsung sangat lama rentang normal, tidak · Atur intake untuk cairan
– Peningkatan diameter ada suara nafas mengoptimalkan keseimbangan.
anterior-posterior abnormal) · Monitor respirasi dan status O2
– Pernafasan rata-
v Tanda Tanda vital Terapi oksigen
rata/minimal dalam rentang normal vBersihkan mulut, hidung dan secret
§ Bayi : < 25 atau > 60 (tekanan darah, nadi, trakea
§ Usia 1-4 : < 20 atau > 30 pernafasan) vPertahankan jalan nafas yang paten
§ Usia 5-14 : < 14 atau > 25 vAtur peralatan oksigenasi
§ Usia > 14 : < 11 atau > 24 vMonitor aliran oksigen
– Kedalaman pernafasan vPertahankan posisi pasien
§ Dewasa volume tidalnya v Onservasi adanya tanda tanda
500 ml saat istirahat hipoventilasi
§ Bayi volume tidalnya 6-8 v Monitor adanya kecemasan pasien
ml/Kg terhadap oksigenasi
– Timing rasio Vital sign Monitoring
– Penurunan kapasitas
vital  Monitor TD, nadi, suhu, dan
Faktor yang berhubungan RR
:  Catat adanya fluktuasi
– Hiperventilasi tekanan darah
– Deformitas tulang  Monitor VS saat pasien
– Kelainan bentuk berbaring, duduk, atau
dinding dada berdiri
– Penurunan  Auskultasi TD pada kedua
energi/kelelahan lengan dan bandingkan
– Perusakan/pelemahan  Monitor TD, nadi, RR,
muskulo-skeletal sebelum, selama, dan setelah
– Obesitas aktivitas
– Posisi tubuh  Monitor kualitas dari nadi
– Kelelahan otot  Monitor frekuensi dan irama
pernafasan pernapasan
– Hipoventilasi sindrom  Monitor suara paru
– Nyeri  Monitor pola pernapasan
– Kecemasan abnormal

15
– Disfungsi  Monitor suhu, warna, dan
Neuromuskuler kelembaban kulit
– Kerusakan  Monitor sianosis perifer
persepsi/kognitif  Monitor adanya cushing triad
– Perlukaan pada (tekanan nadi yang melebar,
jaringan syaraf tulang bradikardi, peningkatan
belakang sistolik)
– Imaturitas Neurologis  Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
3 Resiko Infeksi NOC : NIC :
v Immune Status Infection Control (Kontrol infeksi)
Definisi : Peningkatan
v Knowledge : Infection · Bersihkan lingkungan setelah
resiko masuknya
control dipakai pasien lain
organisme patogen
v Risk control · Pertahankan teknik isolasi
Faktor-faktor resiko :
Kriteria Hasil : · Batasi pengunjung bila perlu
– Prosedur Infasif
v Klien bebas dari tanda · Instruksikan pada pengunjung
– Ketidakcukupan
dan gejala infeksi untuk mencuci tangan saat
pengetahuan untuk
v Menunjukkan berkunjung dan setelah berkunjung
menghindari paparan
kemampuan untuk meninggalkan pasien
patogen
mencegah timbulnya · Gunakan sabun antimikrobia
– Trauma
infeksi untuk cuci tangan
– Kerusakan jaringan
v Jumlah leukosit dalam · Cuci tangan setiap sebelum dan
dan peningkatan paparan
batas normal sesudah tindakan kperawtan
lingkungan
v Menunjukkan perilaku · Gunakan baju, sarung tangan
– Ruptur membran
hidup sehat sebagai alat pelindung
amnion
· Pertahankan lingkungan aseptik
– Agen farmasi
selama pemasangan alat
(imunosupresan)
· Ganti letak IV perifer dan line
– Malnutrisi
central dan dressing sesuai dengan
– Peningkatan paparan
petunjuk umum
lingkungan patogen
· Gunakan kateter intermiten untuk
– Imonusupresi
menurunkan infeksi kandung
– Ketidakadekuatan
kencing
imum buatan
· Tingktkan intake nutrisi
– Tidak adekuat
· Berikan terapi antibiotik bila perlu
pertahanan sekunder
Infection Protection (proteksi
(penurunan Hb,
terhadap infeksi)
Leukopenia, penekanan
· Monitor tanda dan gejala infeksi
respon inflamasi)
sistemik dan lokal
– Tidak adekuat
· Monitor hitung granulosit, WBC
pertahanan tubuh primer
· Monitor kerentanan terhadap
(kulit tidak utuh, trauma
infeksi
jaringan, penurunan kerja
· Batasi pengunjung
silia, cairan tubuh statis,
· Saring pengunjung terhadap
perubahan sekresi pH,
penyakit menular
perubahan peristaltik)
· Partahankan teknik aspesis pada
– Penyakit kronik

16
pasien yang beresiko
· Pertahankan teknik isolasi k/p
· Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
· Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
· Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
· Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
· Dorong masukan cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
· Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
· Ajarkan cara menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan infeksi
· Laporkan kultur positif
4 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari
v Nutritional Status : food Nutrition Management
kebutuhan tubuh and Fluid Intake § Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi v Nutritional Status §: Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tidak cukup untuk nutrient Intake menentukan jumlah kalori dan
keperluan metabolisme Kriteria Hasil : nutrisi yang dibutuhkan pasien.
tubuh. v Adanya peningkatan § Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Batasan karakteristik : berat badan sesuai intake Fe
– Berat badan 20 % atau dengan tujuan § Anjurkan pasien untuk meningkatkan
lebih di bawah ideal v Berat badan ideal sesuai protein dan vitamin C
– Dilaporkan adanya dengan tinggi badan § Berikan substansi gula
intake makanan yang v § Yakinkan diet yang dimakan
kurang dari RDA Mampumengidentifika mengandung tinggi serat untuk
(Recomended Daily si kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
Allowance) v Tidk ada tanda tanda § Berikan makanan yang terpilih (
– Membran mukosa dan malnutrisi sudah dikonsultasikan dengan ahli
konjungtiva pucat v Menunjukkan gizi)
– Kelemahan otot yang peningkatan fungsi
§ Ajarkan pasien bagaimana membuat
digunakan untuk pengecapan dari catatan makanan harian.
menelan/mengunyah menelan § Monitor jumlah nutrisi dan
– Luka, inflamasi pada v Tidak terjadi penurunan kandungan kalori
rongga mulut berat badan yang
§ Berikan informasi tentang kebutuhan
– Mudah merasa kenyang, berarti nutrisi
sesaat setelah mengunyah § Kaji kemampuan pasien untuk
makanan mendapatkan nutrisi yang
– Dilaporkan atau fakta dibutuhkan
adanya kekurangan Nutrition Monitoring

17
makanan § BB pasien dalam batas normal
– Dilaporkan adanya § Monitor adanya penurunan berat
perubahan sensasi rasa badan
– Perasaan § Monitor tipe dan jumlah aktivitas
ketidakmampuan untuk yang biasa dilakukan
mengunyah makanan § Monitor interaksi anak atau orangtua
– Miskonsepsi selama makan
– Kehilangan BB dengan § Monitor lingkungan selama makan
makanan cukup § Jadwalkan pengobatan dan tindakan
– Keengganan untuk tidak selama jam makan
makan § Monitor kulit kering dan perubahan
– Kram pada abdomen pigmentasi
– Tonus otot jelek § Monitor turgor kulit
– Nyeri abdominal § Monitor kekeringan, rambut kusam,
dengan atau tanpa dan mudah patah
patologi § Monitor mual dan muntah
– Kurang berminat § Monitor kadar albumin, total protein,
terhadap makanan Hb, dan kadar Ht
– Pembuluh darah kapiler § Monitor makanan kesukaan
mulai rapuh § Monitor pertumbuhan dan
– Diare dan atau perkembangan
steatorrhea § Monitor pucat, kemerahan, dan
– Kehilangan rambut kekeringan jaringan konjungtiva
yang cukup banyak § Monitor kalori dan intake nuntrisi
(rontok) § Catat adanya edema, hiperemik,
– Suara usus hiperaktif hipertonik papila lidah dan cavitas
– Kurangnya informasi, oral.
misinformasi § Catat jika lidah berwarna magenta,
Faktor-faktor yang scarlet
berhubungan :
Ketidakmampuan
pemasukan atau mencerna
makanan atau
mengabsorpsi zat-zat gizi
berhubungan dengan
faktor biologis, psikologis
atau ekonomi.
5 Kurang pengetahuan NOC : NIC :
Definisi : v Kowlwdge : disease Teaching : disease Process
Tidak adanya atau process 1. Berikan penilaian tentang tingkat
kurangnya informasiv Kowledge : health pengetahuan pasien tentang proses
kognitif sehubungan Behavior penyakit yang spesifik
dengan topic spesifik. Kriteria Hasil : 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit
Batasan karakteristik v: Pasien dan keluarga dan bagaimana hal ini berhubungan
memverbalisasikan menyatakan dengan anatomi dan fisiologi,
adanya masalah, pemahaman tentang dengan cara yang tepat.

18
ketidakakuratan penyakit, kondisi,
3. Gambarkan tanda dan gejala yang
mengikuti instruksi, prognosis dan program biasa muncul pada penyakit, dengan
perilaku tidak sesuai. pengobatan cara yang tepat
Faktor yang berhubungan v Pasien dan keluarga 4. Gambarkan proses penyakit, dengan
: keterbatasan kognitif, mampu melaksanakan cara yang tepat
interpretasi terhadap prosedur yang
5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
informasi yang salah, dijelaskan secara benar dengna cara yang tepat
kurangnya keinginanv Pasien dan keluarga 6. Sediakan informasi pada pasien
untuk mencari informasi, mampu menjelaskan tentang kondisi, dengan cara yang
tidak mengetahui sumber- kembali apa yang tepat
sumber informasi. dijelaskan perawat/tim7. Hindari jaminan yang kosong
kesehatan lainnya. 8. Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12. Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat
14. Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan,
dengan cara yang tepat

19
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall . 2000. Buku saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. EGC: Jakarta.

Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit . EGC : Jakarta.

https://www.academia.edu/30961756/LAPORAN_PENDAHULUAN_KAD diakses pada tanggal 10


Februari 2020 jam 14:10.

https://www.academia.edu/13796218/laporan_pendahuluan_dan_kasus_askep_gawat_darurat_ket
oasidosis_diabetikum diakses pada tanggal 10 Februari 2020 jam 14:30.

20

Anda mungkin juga menyukai