juta orang menjadi 422 juta orang pada tahun 2014. Sedangkan prevalensi DM
di Indonesia mengalami peningkatan dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5%
(Kasper et al, 2015). Secara global, 12,8-80% pasien DM datang pertama kali
dengan KAD (Jefferies et al., 2015). Sedangkan KAD berulang terjadi pada
1
65,72% pasien dengan DM tipe 1 dan 35,28% pasien dengan DM tipe 2. KAD
kontrol rutin, edukasi pasien dan keluarga, serta keikutsertaan dalam komunitas
terdapat pada aliran darah. HbA1C menjadi salah satu alat diagnostik standart
gula aliran darah dalam waktu ±3 bulan. Sebuah penelitian yang dilakukan
pada anak usia <20 tahun menunjukkan kadar HbA1C yang lebih tinggi pada
evaluasi, kadar HbA1C meningkat 0,16% tiap tahunnya pada anak penderita
KAD (Duca et al., 2018). Sedangkan pada orang dewasa penderita KAD,
2
V. Rumusan Masalah
VII.Manfaat Penelitian
A. Manfaat Teoritis
B. Manfaat Aplikatif
kehidupan klinisi.
3
VIII. Tinjauan Pustaka
A. Ketoasidosis Diabetik
1. Definisi
KAD didefinisikan apabila gula darah > 250 mg/dL, bikarbonat < 15
2013).
glukosa, asam amino, dan asam lemak dalam darah dengan cara
4
4. Efek insulin terhadap protein
2011)
5. Patofisiologi KAD
5
dalam memobilisasi asam lemak untuk digunakan sebagai bahan
amino) dari jaringan lemak dan otot menuju hepar (Dan Longo et al,
2011).
6
Ketosis dihasilkan dari peningkatan asam lemak bebas yang
bebas. Dalam kondisi normal, asam lemak bebas ini akan dirubah
normal, enzim ini akan dihambat. Acetyl CoA akan diubah menjadi
ini selanjutnya akan memasuki sirkulasi dan dapat digunaakn oleh sel-
7
oleh sel-sel perifer. Akibatnya kadarnya dalam darah meningkat
tajam.
ketosis.
8
Gambar 1. Mekanisme ketoasidosis secara skematis
9
Pasien dengan diabetes (terutapa DM tipe 1) akan mengalami
dan natrium juga akan dikeluarkan lewat urin bersama keton karena
keduanya adalah ion counter-nya. Namun kadar kalium ini bisa saja
6. Manifestasi Klinis
Malaise
Sesak napas
7. Pencegahan
10
dan pengelolaannya lebih mudah. Beberapa strategi pencegahan KAD
seperti(Soewondo,2009) :
tidak makan.
8. Prognosis
pada pasien KAD adalah karena penyakit penyerta berat yang datang
B. HbA1C
1. Etiologi HbA1C
tahun 1976, dan diadopsi kedalam praktek klinik pada tahun 1990-an
HbA1c untuk diagnosis DM, dan pada tahun 2010 ADA memasukkan
12
membentuk suatu ketoamin yang stabil. Glikasi dapat terjadi
IX. Hipotesis
X. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
13
B. Lokasi Penelitian
Soetrasno, Rembang.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi
14
D. Rancangan Penelitian
Analisis data
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel bebas
HbA1c.
2. Variabel terikat
3. Variabel luar
kelamin; (3) ras; (4) tatalaksana awal; (4) penyakit metabolik lainnya;
adalah (1) gula darah sewaktu; (2) kebiasaan pasien; (3) konsumsi
makanan.
15
F. Teknik Analisis Data
1. Regresi Linear
distribusi data. Distribusi data normal (α > 0,05) merupakan salah satu
Y = β0 + β1X + e
Keterangan:
X : variabel bebas
Y : variabel terikat
β0 : intercept
β1 : slope
KAD pada pasien dengan kadar HbA1c tertentu. Nilai RR yang lebih
16
sama dengan 1 mengindikasikan tidak ada hubungan antara kedua
variabel.
Dan Longo et al. 2011. Harrisons Principles of Internal Medicine. Edisi 18.
http://www.eblib.com
diabetes and glycemic control over time: the search for diabetes in
Guven, S., Matfin, G., & Kuenzi, J. A. (2009). Diabetes mellitus and the
Philadelpia : Elsevier
Biochemistry. https://www.inkling.com/read/illustrated-reviews-
biochemistry-harvey- 5th/chapter-16/ketone-bodies-an-alternate-fuel
Jefferies CA, Nakhla M, Derraik JG, Gunn AJ, Daneman D, Cutfield WS.
2015;62:857-871.
Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL. 1., Jameson JL, Loscalzo J.
Mays JA, Jackson KL, Derby TA, et al. an evaluation of recurrent diabetic
https://lucas.liberty.edu/vwebv/holdingsInfo?searchId=834&recCount
=10 &recPointer=0&bibId=521941
18
Mumme L. 2015. Diabetic Ketoacidosis: Pathophysiology and Treatment.
9. Boston : Cengage.
19