Anda di halaman 1dari 4

KETOASIDOSIS DIABETIK (KAD)

Keto Asidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolic yg


ditandai oleh (trias) : hiperglikemia, asidosis dan ketosis  terutama disebabkan oleh defisiensi
insulin absolut atau relative. Faktor pencetus dari Keto Asiodosis Diabetik yaitu kekurangan
insulin, peningkatan konsumsi / produksi glukosa, infeksi dengan stressor utama lain :
pembedahan, trauma, terapi dengan steroid dan emosional.

A. Manifestasi klinis
1. Kadar glukosa darah meningkat dan peningkatan penguraian lemak
2. Osmolaritas plasma meningkat ( 300-320 mOs/Ml). Terjadi polyuria dan dehidrasi.
3. Ketosis
4. Asidosis metabolic
5. Gejala Mual muntah dan nyeri abdomen berkepanjangan.

B. PEM.Diagnostik
1. Kadar glukosa darah: > 300 mg /dl tetapi tidak > 800 mg/dl
2. Elektrolit darah (tentukan corrected Na) dan osmolalitas serum.
3. Analisis gas darah, BUN dan kreatinin.
4. Darah lengkap (pd KAD sering dijumpai gambaran lekositosis), HbA1c, urinalisis
(dan kultur urine bila ada indikasi).
5. Foto polos dada.
6. Ketosis (Ketonemia dan Ketonuria)
7. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
8. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
9. Pemeriksaan Osmolalitas = 2[Na+K] + [GDR/18] + [UREUM/6]
10. Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
11. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH < 7,3 dan penurunan pada HCO3 250
mg/dl

C. Penatalaksanaan
1. Prinsip terapi KAD  mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan ketidakseimbangan
elektrolit, serta mengatasi penyakit penyerta yg ada.
2. Pengawasan ketat, KU jelek masuk HCU/ICU

Fase I/Gawat :
A. REHIDRASI
1. Berikan cairan isotonik NaCl 0,9% atau RL 2L loading dalam 2 jam
pertama, lalu 80 tpm selama 4 jam, lalu 30-50 tpm selama 18 jam
(4-6L/24jam)
2. Atasi syok (cairan 20 ml/kg BB/jam)
3. Bila syok teratasi berikan cairan sesuai tingkat dehidrasi
4. Rehidrasi dilakukan bertahap u/ menghindari herniasi batang otak (24 – 48
jam).
5. Bila Gula darah < 200 mg/dl, ganti infus dengan D5%
6. Koreksi hipokalemia (kecptn max 0,5mEq/kgBB/jam)
7. Monitor keseimbangan cairan

Fase I/Gawat :
B. INSULIN
1. Bolus insulin kerja cepat (RI) 0,1 iu/kgBB (iv/im/sc)
2. Berikan insulin kerja cepat (RI) 0,1/kgBB dalam cairan isotonic
3. Monitor Gula darah tiap jam pada 4 jam pertama, selanjutnya tiap 4 jam
sekali
4. Pemberian insulin parenteral diubah ke SC bila : AGD < 15 mEq/L
³250mg%, Perbaikan hidrasi, Kadar HCO3

C. Infus K (tidak boleh bolus)


1. Bila K+ < 3mEq/L, beri 75mEq/L
2. Bila K+ 3-3.5mEq/L, beri 50 mEq/L
3. Bila K+ 3.5 -4mEq/L, beri 25mEq/L
4. Masukkan dalam NaCl 500cc/24 jam

D.Infus Bicarbonat
Bila pH 7,1, tidak diberikan

E.Antibiotik dosis tinggi


Batas fase I dan fase II sekitar GDR 250 mg/dl atau reduksi

Fase II/Maintenance
A. Cairan maintenance
1. Nacl 0.9% atau D5 atau maltose 10% bergantian
2. Sebelum maltose, berikan insulin reguler 4IU
B. Kalium
• Perenteral bila K+ 240 mg/dL atau badan terasa tidak enak.

C. Saat sakit, makanlah sesuai pengaturan makan sebelumnya. Bila tidak nafsu
makan, boleh makan bubur atau minuman berkalori lain.

D. Minumlah yg cukup u/ mencegah dehidrasi.

Komplikasi
1. Edema paru
2. Hipertrigliserida
3. Infark miokard akut
4. Hipoglikemia
5. Hipokalsemia
6. Hiperkloremia
7. Edema otak
8. Hipokalemia
Pengkajian Gawat Darurat
1. Airways : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum atau benda asing
yang menghalangi jalan nafas
2. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya penggunaan otot bantu
pernafasan
3. Circulation : kaji nadi, capillary refill

Anamnesis
1. Riwayat DM
2. Poliuria, Polidipsi
3. Berhenti menyuntik insulin
4. Demam dan infeksi
5. Nyeri perut, mual, mutah
6. Penglihatan kabur
7. Lemah dan sakit kepala

Pemeriksaan Fisik
1. Ortostatik hipotensi (sistole turun 20 mmHg atau lebih saat berdiri)
2. Hipotensi, Syok
3. Nafas bau aseton (bau manis seperti buah)
4. Hiperventilasi : Kusmual (RR cepat, dalam)
5. Kesadaran bisa CM, letargi atau koma
6. Dehidrasi

D. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan bernapas
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan (diuresis
osmotic) akibat hiperglikemia
3. Risiko tinggi terjadinya ganguan pertukaran gas b/d peningkatan keasaman ( pH
menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis, lipolisis

Ketidakefektifan Pola Nafas


1. Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
2. Berikan fisioterapi dada termasuk drainase postural.
3. Penghisapan untuk pembuangan lendir.
4. Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
5. Kolaborasi dalam pemberian therapi medis

Defisit volume cair


1. Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam
2. Observasi kepatenan atau kelancaran infus
3. Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil lanjutkan untuk setiap
jam
4. Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler
5. Monitor hasil pem.Lab.: Hematokrit, BUN/ Kreatinin, Osmolaritas darah, Natrium,
Kalium
6. Monitor pemeriksaan EKG
7. Monitor CVP (bila digunakan)
8. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam :
9. ü Pemberian cairan parenteral
10. ü Pemberian therapi insulin
11. ü Pemasangan kateter urine
12. ü Pemasangan CVP jika memungkinkan

Resiko tinggi ganggguan pertukaran gas


1. Berikan posisi fowler atau semifowler ( sesuai dengan keadaan klien)
2. Observasi irama, frekuensi serta kedalaman pernafasan
3. Auskultasi bunyi paru
4. Monitor hasil pemeriksaan AGD
5. Kolaborasi dng tim kes.lainü : Pem. AGD, Pemb.O2, koreksi biknat ( jika terjadi
asidosis metabolik)

Evaluasi
1. Pola nafas efektif
2. Volume cairan otimal
3. Kerusakan pertukaran gas tidak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai