Anda di halaman 1dari 31

Kasus KAD

Tutor : GADAR B
Nama Kelompok KAD :
1. Desiana Rachmawati 1710711038 10. Nada Naflah 1710711058
2. Nur Aulia Fikri 1710711039 11. Aulia Afifah H 1710711059
3. Rifah Miladdina 1710711040 12. Yahya Syukria 1710711060
4. Lies Rahmayanti 1710711041 13. Asa Alamanda 1710711062
5. Rani Mutrika 1710711045 14. Natasya Dwiyustiani 1710711063
6. Valery Oktavia 1710711051 15. Refa Refiana 1710711065
7. Kandia Dwi S P 1710711052 16. Mastika Chusnul 1710711067
8. Latifah Khusnul K 1710711056 17. Dila Sari P 1710711071
9. Norma Amalia 1710711057

Pemicu Berpikir
1. Diagnosis penyakit yang mungkin atau kegawatan yang mungkin terjadi pada
pasien?
- Ketoasidosis adalah keadaan kegawatan atau akut dari diabetes tipe 1,disebabkan oleh
meningkatnya keasaman tubuh benda-benda keton akibat kekurangan atau defiensi
insulin (Krisanty Paula.2016)
Ketoasidosis diabetik adalah gangguan metabolik paling serius pad DM tipe 1. Efek
metabolik dari ketidacukupan insulin pada metbolisme lemak sebelumnya. Pada
ketoasidosis dibetik,penyangga asam basa dengan bikarbonat, yang diekskresikan
sebagai CO2 dan air , gagal untuk mengompensasi ketosis.( Black .M Joyce.2014)

Kegawatan yang mungkin terjadi :


- Defisit Volume Cairan
hiperglikemia aliran darah menjadi kental dan stasis resiko trombosis meningkat. Bila
terjadi pada pembuluh darah vital bisa menyebabkan serangan jantung atau stroke.
kondisi hiperglikemia juga mengakibatkan intrasel glukosa tidak dapat masuk
sehingga sel tidak dapat metabilisme produksi atp sehingga feedbacknya sel akan
memecah cadangan glukosa yang ada, paling cepat glukoneogenesis di hepar jadinya
hiperglikemia nya makin meningkat dan produk akhir dari glukoneogenesis tu asam
laktat yang dapat meningkatkan ph darah jadi asam dan terjadilah asidosis metabolik.
Bila kondisi ini dibiarkan lama-lama asidosis metabolik bisa berujung pada respirasi
asidosis respirasi.
Kegawatan lain :
- Infeksi, Pada penderita dm karna hiperglikemia menyebabkan mikroorganisme
tumbuh kembang biak dengan baik. Seeprti pada kasus, pasien mendapatkan luka
karena menginjak pecahan kaca pada kaki kanannya dan tak kunjung sembuh yang
dapat mengakibatkan ulkus diabetikum.
- Syok, Kegagalaan sirkulasi karna kondisi metabolik (hiperglikemia). Hiperglikemia
kondisi toksik buat tubuh seperti, dapat menyebabkan gagal fungsi ginjal, lalu masuk
ke saraf otak yang menyebabkan koma.

2. Tindakan Menstabilkan Pasien :


Tindakan awal yang harus dilakukan pada pasien dengan kegawatan Ketoasidosis
Diabetikum.
1. Lakukan pengakajian ABCDE
2. Pada airway : jika pasien kesulitan memberikan respons verbal, lalukan pemeriksaan
atau upaya membuka airway (head tilt, chin lift). Jika airway tidak ada gangguan
namun pasien masuk mengalami kesulitan memberikan response verbal, maka
evaluasi breathing.
3. Pada breathing : hitung frekuensi napas dan saturasi oksigen, lakukan auskultasi dada
dan lakukan perkusi jika diperlukan, berikan oksigen dosis tinggi jika pasien
mengalami peningkatan frekuensi napas, memiliki saturasi yang rendah, atau tampak
sakit.
4. Pada circulation : periksa denyut nadi, tekanan darah, dan capillary refill tme (CRT).
Lakukan pemeriksaan GDS. Pasang EKG jika perlu dan pulse oximetry untuk
monitoring Pasang 1-2 kanul cairan intravena jika terdapat tanda-tanda syok
(takikardi, hipotensi, pemanjangan CRT) dan berikan cairan IV bolus.
5. Pada disability : Lakukan penilaian AVPU atau GCS. Periksa apakah pupil isokor
dan memberikan respons terhadap penyinaran.
6. Pada exposure : Buka pakaian pasien, cari tanda ruam, perdarahan, atau edema.
Lakukan inspeksi dan palpasi abdomen untuk mendapatkan tanda klinis lain.
7. Lakukan rehidrasi tahap awal dengan memberikan 500 mL NaCl 0,9% bolus selama
1 jam. Jika tekanan darah sistolik > 90 mmHg atau jika tekanan darah sistolik < 90
mmHg kamu bisa memberikan 1000 mL NaCl 0,9% dalam 1 jam.
8. Berikan bolus insulin 0,1 unit/kgBB dilanjutkan maintenance infus insulin
intravena dosis tetap 0,1 unit/kgBB/jam, dibuat dengan mencampur 50 unit
insulin dengan 50 mL NaCl 0,9%.
9. Lakukan koreksi kalium. Bila K < 5,5 mEq/L, berikan 20-30 mEq/L kalium di
dalam tiap liter kantong infus. Target kalium berada di rentang 4-5 mEq/L.
10. Pertimbangkan pemasangan selang NGT jika pasien muntah – muntah
11. Peretimbangkan pemasangan kateter urin jika pasien oligurik atau anurik
12. Pastikann profilaksis tromboemboli
13. Pasien yang sangat asidemia memerlukan perawatan ICU
14. Pastikan patensi jalan napas, dan berikan O2 aliran tinggi.
15. Memberikan terapi cairan melalui pemasangan infus untuk mengatasi dehidrasi
dan mengencerkan glukosa dalam darah
16. Memberikan insulin melalui infus intravena (melalui pembuluh darah vena)
17. Jika glukosa darah <15mmol / L setelah terapi insulin, ganti dari 0,9% natrium
klorida menjadi glukosa 5%. Hal ini mengurangi risiko hipoglikemia dan koreksi
osmolalitas dan edema serebral yang terlalu cepat.
18. Penggantian elektrolit. Terapi cairan dan insulin dapat menyebabkan pergerakan
K + intraseluler yang cepat. Jika nilai K + plasma <5.5mmol / L, K + perlu
ditambahkan ke cairan pengganti.
19. Pertimbangkan: selang NG jika muntah terus-menerus; kateter urin (terutama jika
pasien oligurik atau anurik); Pemantauan CVP pada pasien yang kritis.
20. Pastikan profilaksis tromboemboli (pasien dengan KAD memiliki keadaan
hiperkoagulasi).
21. Pasien yang sangat asidemia /kritis memerlukan perawatan di ICU / HDU.

3. Modalitas diagnostic sesuai di UGD


 Pemeriksaan EKG : Untuk memonitor kemungkinan timbulnya akut infark miokard,
yang bisa terjadi tanpa ada rasa nyeri dada pada pasien diabetes
 Pemeriksaan gula darah
 Pemeriksaan laboratorium : AGD, Keton darah, kadar elektrolit, pemeriksaan urin

4. Intervensi terapeutik lain untuk ketoasidosis metabolik.


Untuk maintenance, lakukan maintenance cairan, makan sesuai dengan pengaturan diet
yang sudah di tetapkan, serta minum yang cukup untuk mengatasi dehidrasi
Prinsip KAD adalah dengan mengatasi dehidrasi, hiperglikemia, dan ketidakseimbangan
elektrolit.
1. Rehidrasi
a. Berikan akses IV
b. Atasi syok pasien
c. Monitor ketidakseimbangan cairan

2. Pemberian insulin
a. Berikan insulin kerja cepat
b. Monitor kadar gula darah setiap 4 jam sekali
3. Pemberian Natrium
Penderita dengan KAD kadang mempunyai kadar natrium serum yang rendah, oleh
karena level gula darah yang tinggi. Untuk tiap peningkatan gula darah 100mg/dl di
atas 100 mg/dl maka kadar natrium diasumsikan lebih tinggi 1.6 mEq/l daripada kadar
yang diukur
4. Pemberian Kalium
Kadang pasien KAD mengalami hipokalemia yang signifikan.Pada kasus tersebut,
penggantian kalium harus dimulai dengan terapi KCl mEq/l, dan terapi insulin harus
ditunda hingga kadar kalium>3,3 mEq/L untuk menghindari aritmia atau gagal jantung
dankelemahan otot pernapasan.
Intervensi terapeutik yang bisa dilakukan pada pasien KAD, yaitu:
- Diberikannya terapi bikarbonat, Pemakaian bikarbonat pada KAD masih
kontroversial. Pada pH > 7,0, pengembalian aktifitas insulin memblok lipolisis dan
memperbaiki ketoasidosis tanpa pemberian bikarbonat. Studi random prospektif telah
gagal menunjukkan baik keuntungan atau kerugian pada perubahan morbiditas atau
mortalitas dengan terapi bikarbonat pada pasien KAD dengan pH antara 6,9 – 7,1.
Tidak didapatkan studi random prospektif yang mempelajari pemakaian bikarbonat
pada KAD dengannilaipH <6,9. Mengetahui bahwa asidosis berat menyebabkan
banyak efek vaskular yang tidak dinginkan, tampaknya cukup bijaksana
menentukan bahwa pada pasien dewasa dengan pH <6,9,100 mmol natrium
bikarbonat ditambahkan kedalam 400 ml cairan fisiologis dan diberikan dengan
kecepatan 200ml/jam. Pada pasien dengan pH 6,9 – 7, 0,50 mmol natrium bikarbonat
dicampur dalam 200 ml cairan fisiologis dan diberikan dengan kecepatan 200ml/jam.
Natrium bikarbonat tidak diperlukan jika pH > 7,0. 7,15 Sebagaimana natrium
bikarbonat, insulin menurunkan kadar kalium serum, oleh karena itu pemberian
kalium harus terus diberikan secara intravena dan dimonitor secara berkala. Setelah
itu pH darah vena diperiksa setiap 2 jam sampai pH menjadi 7,0, dan terapi harus
diulangi setiap 2 jam jika perlu.
- Lalu ada terapi fosfat, Meskipun kadar fosfat tubuh secara keseluruhan mengalami
penurunan hingga 1,0 mmol/kgBB, kadar fosfat serum seringkali normal atau
meningkat. Kadar fosfat menurun dengan terapi insulin. Studi acak prospektif gagal
untuk menunjukkan efek menguntungkan dari pemberian fosfat pada hasil akhir
pasien KAD, dan terapi fosfat berlebihan dapat menyebabkan hipokalemia berat tanpa
buktiadanya tetanus. Bagaimanapun untuk menghindari lemahnya otot rangka dan
jantung serta depres pernapasan yang disebabkan hipofosfatemia, pemberian fosfat
secara hati-hati mungkin kadang-kadang diindikasikan pada pasien dengan kelainan
jantung, anemia, atau depresi pernapasan dan pada mereka dengan kadar serum
posfat< 1,0 mg/dl. Ketika diperlukan, 20– 30 mEq/lb kalium fosfat dapat
ditambahkan pada terapi cairan yang telah diberikan. Untuk itu diperlukan
pemantauan secara kontinu. Beberapa peneliti menganjurkan pemakaian kalium fosfat
rutin karena mereka percaya akan dapat menurunkan hiperkloremia setelah terapi
dengan membatasi pemberian anion Cl-. Pemberian fosfat juga mencetuskan
hipokalsemia simtomatis pada beberapa pasien.

- Berikutnya ada terapi magnesium, Biasanya terdapat defisit magnesium sebesar 1–


2 mEq/l pada pasien KAD. Kadar magnesium ini juga dipengaruhi oleh pemakaian
obat seperti diuretik yang dapat menurunkan kadar magnesium darah. Gejala
kekurangan magnesium sangat sulit dinilai dan sering tumpang tindih dengan gejala
akibat kekurangan kalsium, kalium atau natrium. Gejala yang sering dilaporkan
adalah parestesia, tremor, spame karpopedal, agitasi, kejang, dan aritmia jantung.
Pasien biasanya menunjukkan gejala pada kadar≤ 1,2 mg/dl.Jika kadarnya di bawah
normal disertai gejala, maka pemberian magnesium dapat dipertimbangkan.

- Yang terahir ada hiperkloremik asidosis selama terapi, Oleh karena pertimbangan
pengeluaran ketoacid dalam urine selama fase awal terapi, substrat atau bahan turunan
bikarbonat akan menurun. Sebagian defisit bikarbonat akan diganti dengan infus ion
klorida pada sejumlah besar salin untuk mengkoreksi dehidrasi. Pada kebanyakan
pasien akan mengalami sebuah keadaan hiperkloremik dengan bikarbonat yang
rendah dengan anion gap yang normal. Keadaan ini merupakan kelainan yang ringan
dan tidak akan berbahaya dalam waktu 12 – 24 jam jika pemberian cairan intravena
tidak diberikan terlalu lama.

5. Bagaimana pengobatan kasus KAD bisa berbeda berdasarkan kemampuan


institusi?
a. Fasilitas Kesehatan : tiap rumah sakit berbeda-beda. Ada yang peralatannya
lengkap dan ada juga yang tidak. Begitu juga dengan penerimaan kapasitas
pasien.
b. Asuransi : asuransi kesehatan yang dimiliki tiap pasien juga berbeda-beda seperti
BPJS dan umum. Adapun pasien dengan asuransi BPJS biasanya penanganannya
tidak secepat asuransi umum.
c. Banyaknya jumlah tenaga kesehatan juga bisa berbeda tiap rumah sakit.
Implikasi bagi peran perawat :
Peran perawat dalam manajemen Ketoasidosis Diabetikum (KAD) sangat penting.
Kondisi KAD dapat terjadi di berbagai setting perawatan pasien meliputi UGD, rawat
inap dan bahkan di rawat jalan. Jadi, kompetensi manajemen KAD harus dikuasai bukan
hanya oleh perawat UGD saja tetapi oleh seluruh perawat rumah sakit yang kemungkinan
kontak dengan pasien KAD atau berisiko mengalami KAD. Peran perawat dalam
manajemen KAD diantaranya deteksi tanda dan gejala, monitoring tanda vital, deteksi
dan pencegahan perburukan, pencegahan dan deteksi komplikasi pasca tindakan, edukasi
klien dan keluarga, serta rehabilitasi pasca tindakan. Pendekatan yang digunakan
tentunya menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu pengkajian, penegakkan
diagnosis keperawatan, penentuan tujuan dan outcomes, pemilihan rencana tindakan,
implementasi dan evaluasi.

6. Indikasi pemindahan pasien KAD

- Apabila mengalami gejala memiliki gula darah secara konsisten di atas 300
mg/desiliter. Jika hal itu terjadi pada orang di sekitar pasien, segera bawa penderita ke
IGD untuk mendapatkan pengobatan karena ketoasidosis diabetik yang tidak segera
ditangani bisa berakibat fatal. Penderita diabetes harus mengikuti program
pengobatan yang diberikan oleh dokter dan melakukan kontrol secara rutin.
Pemeriksaan gula darah yang lebih sering juga disarankan ketika sedang cedera, sakit,
stres, atau merasa tidak enak badan. Berkonsultasilah dengan dokter jika gula darah
lebih tinggi daripada biasanya walaupun dapat dikontrol dengan bantuan obat. 

- Ketoasidosis diabetes dapat berakhir dengan kematian jika tikdak ditangani dengan
cepat dan tepat. Sehingga adanya suatu check list terstruktur yang berisi langkah-
langkah penanganan gawat darurat (ABCDE) akan sangat membantu dalam kondisi
gawat darurat yang bersifat stressful. Ikuti pendekatan ABCDE dengan sistematis dan
usulkan pemeriksaan penunjang yang diperlukan atau lakukan tatalaksana dasar pada
setiap tahap, sebelum beranjak ke tahapan selanjutnya.
- Keberhasilan penatalaksanaan KAD membutuhkan koreksi dehidrasi, hiperglikemia,
asidosis dan kelainan elektrolit, indikasi factor presepitasi komorbid, dan yang
terpenting adalah pemantauan pasien terus menerus.Apabila tidak ada perubahan yang
lebih baik atau berlanjutya komplikasi pasien syok, penurunan kesadaran maka pasien
memerlukan monitoring yang lebih ketat terhadap kondisi dan responnya terhadap
terapi yang diberikan. Pasien tersebut sebaiknya di rawat di (ICU) ruang perawatan
intensif care unit.

A. Airway
Perkenalkan dirimu dan jelaskan pemeriksaan apa yang akan kamu lakukan.
Responseverbal yang baik dari pasien menunjukkan airway bebas. Jika pasien
kesulitan memberikan respons verbal, lalukan pemeriksaan atau upaya membuka
airway (head tilt,chin lift). Jika airway tidak ada gangguan namun pasien masuk
mengalami kesulitan memberikan response verbal, maka evaluasi breathing.

B. Breathing
1. Hitung frekuensi napas dan saturasi oksigen (bila memungkinkan)
2. Lakukan auskultasi dada dan lakukan perkusi jika diperlukan
3. Berikan oksigen dosis tinggi jika pasien mengalami peningkatan frekuensi
napas, memiliki saturasi yang rendah, atau tampak sakit
4. Pertimbangkan untuk mengusulkan foto thoraks (CXR) atau analisis gas darah

C. Circulation
1. Periksa denyut nadi, tekanan darah, dan capillary refill tme (CRT). Pasang
EKG jika perlu dan pulse oximetry untuk monitoring
2. Pasang 1-2 kanul cairan intravena jika terdapat tanda-tanda syok (takikardi,
hipotensi, pemanjangan CRT) dan berikan cairan IV bolus.
3. Pertimbangkan untuk mengusulkan beberapa pemeriksaan di bawah ini
 Urea (BUN), serum kreatinin
 Serum elektrolit
 Darah lengkap
 Tes fungsi hati
 Amilase
 Serum keton
 Laktat dan kultur darah jika pasien demam.

D. Disability
Lakukan penilaian AVPU atau GCS. Periksa apakah pupil isokor dan memberikan
respons terhadap penyinaran.

E. Exposure
Buka pakaian pasien, cari tanda ruam, perdarahan, atau edema. Lakukan inspeksi dan
palpasi abdomen untuk mendapatkan tanda klinis lain.

DISKUSI KASUS KAD


1. Epidemiologi KAD

Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah suatu kondisi gawat darurat yang merupakan
komplikasi dari diabetes mellitus dengan tanda hiperglikemia, asidosis, dan ketosis.
Berdasarkan epidemiologi, kejadian KAD berkisar antara 4 hingga 8 kasus untuk 1000
pasien diabetes. Angka ini ditunjang dengan angka kematian sebesar 0,5 hingga 7%. Di
Amerika jumlah perawatan inap untuk pasien KAD mencapai angka lebih dari 140.000
perawatan per tahun pada tahun 2009 yang meningkat dari tahun 1988. Jumlah ini
menyebabkan beban keuangan yang ditanggung semakin besar, mencapai angka 2,4
milyar dolar amerika. Data epidemiologi KAD di indonesia belum tersedia. Namun,
KAD menjadi tantangan untuk pengobatan diabetes melitus di indonesia. Pada tahun
2000, dari beberapa penelitian di RSUPN, cipto mangunkusumo tahun 1998- 1999
menunjukkan jumlah kasus sebanyak 37 kasus dalam waktu 12 bulan dengan persentase
kematian sebesar 51%.

2. PATOFISIOLOGI KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)

Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan
lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini
dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan rusak dan
bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan,
menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes mellitus,
mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian otot jantung, stroke, dan
sebagainya.
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis diabetik
(KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua
gangguan gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik (KAD) adalah
tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan menimbulkan
hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan
kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya akan dikonversi
(diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria.
Glikosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan kehilangan air dan
elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan klorida. Dehidrasi
terjadi bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan
dikompensasi oleh peningkatan derajat ventilasi (pernafasan Kussmaul).

Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan
elektrolit. Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus
interlocking vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan
metabolisme karbohidrat dan lipid normal.

Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang
juga . Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor
ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang
berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang
berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Penderita
ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5 L air dan sampai 400
hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam.Akibat
defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-asam lemak
bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada
ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah timbulnya keadaan tersebut.
Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam sirkulasi darah, badan keton akan
menimbulkan asidosis metabolik.

3. Tanda dan Gejala


Ketoasidosis kebanyakan kompilokasi dari penyakit DM tipe I yang disebabkan oleh
kekurangan insulin yang di hasilkan oleh pangkreas yang dapat menyebabkan beberapa
tanda dan gejala sebagai berikut :
 Poliuria
Terdapatnya badan keton didalam urin disebut ketonuria. Kadar glukosa darah yang
tinggi akan menyebabkan kadarnya di urin meningkat. Meningkatnya kadar glukosa
urin akan menyebabkan volume urin bertambah sehingga cairan didalam tubuh akan
berkurang dan adanya hiperglikemi yang mengakibatkan poliuria dan polidipsi.
 Polidipsi
Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan
merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
 Dehidrasi
Hasil dari hiperosmolaritas adalah perpindahan cairan dari dalam sel ke serum, hal ini
menyebabkan hilangnya cairan dalam urin sehingga terjadi perubahan elektrolit dan
dehidrasi total pada tubuh. Pasien dengan kondisi dehidrasi progresif dapat
mengalami penurunan status mental hingga koma.
 Kelemahan umum
Karena mengalami : mual, muntal nyeri abdomen,hiperventilasi, napas bau buah,
adanya perubahan tingkat kesadaran,koma,kematian.
 Letargi ( mengantuk )
Dikarenakan cairan yang dikeluarkan oleh tubuh tidak normal, dan tumuh mengalami
kelemasan dan akan mengalami latergi ( mengantuk )
 Nause atau muntah
Kondisi KAD dapat menyebabkan gejala gastrointestinal muncul, seperti mual,
muntah dan nyeri perut. Gejala mual dan muntah dipicu oleh ketonemia dan asidosis,
yang mana akan semakin diperberat oleh kondisi kehilangan cairan dan elektrolit.
 Nyeri abdomen
Nyeri abdomen disebabkan oleh distensi lambung atau ileus.
 Takikardi
Diabetik ketoasidosis yang membahayakan jiwa umumnya menimbulkan takikardia
dan denyut yang tipis. Asidodis metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi
oleh peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul).
 Hipotensi
Adanya defisiensi cairan pada KAD. Suhu pasien KAD yang meningkat tidak
disebabkan oleh kondisi KAD itu secara langsung, melainkan suatu pertanda bahwa
terdapat infeksi yang menyebabkan KAD tersebut tercetus
 Hipotermia
Penurunan suhu tubuh yang membuatnya selalu merasa dingin
 Perubahan stastus mental dan koma
Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan
melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton
atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan  terjadi
koma yang disebut koma diabetic
 Peningkatan peristaltik usus
Adanya rasa mual, muntah maka akan terjadi peningkatan peristaltik usus
 Bau napas aseton
Karena adanya peningkatan badan keton, maka nafas akan berbau aseton (bau manis
seperti buah)
 Respirasi kusmaul ( napas cepat dan dangkal )
Pasien yang sudah mengalami kondisi asidemia akan melakukan kompensasi dengan
meningkatkan kecepatan pernapasannya sehingga timbul pernapasan yang cepat dan
dalam dan menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna melawan
efek dari pembentukan badan keton.. (Jeffery, 2012, hal. 254)

4. Komplikasi

Komplikasi dari ketoasidoisis diabetikum dapat berupa:

1. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )  


Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita
mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air  kencingnya terdapat protein.
Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada kurun
waktu yang lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan
harus melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa menimbulkan gagal
jantung kongesif.
2. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab  pada lensa mata.
Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan. Tetapi bila tidak
terlambat dan segera ditangani secara dini dimana kadar glukosa darah dapat
terkontrol, maka penglihatan bisa normal kembali
3. Syaraf ( Neuropati Diabetik )  
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita  bisa stres,
perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat dirasakan (mati rasa).
Telapak kaki hilang rasa membuat penderita tidak  merasa bila kakinya terluka, kena
bara api atau tersiram air panas. Dengan demikian luka kecil cepat menjadi besar dan
tidak jarang harus  berakhir dengan amputasi.
4. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis
pada pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai komplikasi jantung koroner
dan mendapat serangan kematian otot   jantung akut, maka serangan tersebut tidak
disertai rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak. Selain itu
terganggunya saraf otonom yang tidak berfungsi, sewaktu istirahat jantung berdebar
cepat. Akibatnya timbul rasa sesak, bengkak, dan lekas lelah.
5. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila  penurunan kadar
glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan dapat
menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai berupa
koma dan kejang-kejang.
6. Impotensi.
Sangat banyak diabetisi laki-laki yang mengeluhkan tentang impotensi yang
dialami. Hal ini terjadi bila diabetes yang diderita telah menyerang saraf. Keluhan ini
tidak hanya diutarakan oleh penderita lanjut usia, tetapi juga mereka yang masih
berusia 35 – 40 tahun. Pada tingkat yang lebih lanjut, jumlah sperma yang ada akan
menjadi sedikit atau bahkan hampir tidak ada sama sekali. Ini terjadi karena sperma
masuk ke dalam kandung seni (ejaculation retrograde).
Penderita yang mengalami komplikasi ini, dimungkinkan mengalami
kemandulan. Sangat tidak dibenarkan, bila untuk mengatasi keluhan ini penderita
menggunakan obat-obatan yang mengandung hormon dengan tujuan meningkatkan
kemampuan seksualnya. Karena obat-obatan hormon tersebut akan menekan produksi
hormon tubuh yang sebenarnya kondisinya masih baik. Bila hal ini tidak diperhatikan
maka sel produksi hormon akan menjadi rusak. Bagi diabetes wanita, keluhan seksual
tidak banyak dikeluhkan.
Walau demikian diabetes millitus mempunyai pengaruh jelek    pada proses
kehamilan. Pengaruh tersebut diantaranya adalah mudah mengalami keguguran yang
bahkan bisa terjadi sampai 3-4 kali berturutturut, berat bayi saat lahir bisa mencapai 4
kg atau lebih, air ketuban yang  berlebihan, bayi lahir mati atau cacat dan lainnya.
7. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air  seni, ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah pada
diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh kapiler
serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke
otak untuk  menambah takanan darah.

8. Komplikasi lainnya.
Selain komplikasi yang telah disebutkan di atas, masih terdapat   beberapa
komplikasi yang mungkin timbul. Komplikasi tersebut misalnya:
a. Ganggunan pada saluran pencernakan akibat kelainan urat saraf. Untuk itu
makanan yang sudah ditelan terasa tidak bisa lancar turun ke lambung.
b. Gangguan pada rongga mulut, gigi dan gusi. Gangguan ini pada dasarnya karena
kurangnya perawatan pada rongga mulut gigi dan gusi, sehingga bila terkena
penyakit akan lebih sulit  penyembuhannya.
c. Gangguan infeksi. Dibandingkan dengan orang yang normal,  penderita diabetes
millitus lebih mudah terserang infeksi.

5. Diagnosis (lab dan radiologi)


 Anamnesis
Anamnesis pada ketoasidosis diabetik bertujuan untuk mengkonfirmasi apakah pasien
sudah terdiagnosa diabetes sebelumnya atau tidak, dan tipe diabetes.[2-3]
 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan pada ketoasidosis diabetik mencakup
kesadaran pasien, tanda vital, tanda umum lainnya, dan status hidrasi.
 Kesadaran
Penurunan kesadaran bervariasi, tergantung dari beratnya ketoasidosis diabetik. Pada
keadaan dehidrasi berat atau asidosis, pasien dapat mengalami koma. Nilai kesadaran
pasien menggunakan Glasgow Coma Scale.
 Tanda Vital
Tanda vital yang berkaitan dengan ketoasidosis diabetik adalah takikardia, takipnea,
hipotensi, dan hipotermia. Demam dapat terjadi pada ketoasidosis yang disebabkan
oleh infeksi.
 Tanda Umum Lain
Tanda umum lain yang perlu diperhatikan saat pemeriksaan fisik adalah tanda
dehidrasi seperti membran mukosa yang kering dan penurunan turgor, penurunan
refleks, serta tanda khas berupa bau nafas ketotik (bau nafas seperti aseton).

 Status Hidrasi
Penilaian tingkat hidrasi adalah sebagai berikut:
- Nil atau ringan: < 4%, biasanya tidak tampak tanda klinisnya
- Moderat: 4%-7%, dehidrasi mudah dideteksi, yaitu turgor kulit menurun,
pengisian kembali pembuluh darah kapiler buruk
- Berat: >7%, perfusi jaringan buruk, nadi cepat, tekanan darah menurun sebagai
tanda-tanda pasien mengalami syok
 Diagnosis Banding
Diagnosis banding utama ketoasidosis diabetik adalah hiperglikemia hiperosmolar
nonketotik. Pada kondisi ini, hiperglikemia berat terjadi tanpa adanya ketoasidosis.
Lakukan pemeriksaan keton dan analisa gas darah untuk menentukan apakah
ketoasidosis terjadi atau tidak.
 Diagnosis banding ketoasidosis diabetik lainnya adalah:
- Infeksi seperti pankreatitis, appendicitis, atau infeksi saluran kemih pada wanita
- Gangguan metabolik seperti ketoasidosis alkoholik, asidosis laktat, asidosis
metabolic
- Keracunan salisilat
- Syok sepsis
- Koma hyperosmolar
- Hipofosfatemia[2,9,10]
 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk ketoasidosis diabetik harus dilakukan secara berulang.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan darah, urin, dan
kultur.
 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang perlu diperiksa pada ketoasidosis diabetik adalah
hitung jenis, kadar glukosa darah, kadar serum bikarbonat, analisa gas darah, keton
darah dan kadar elektrolit.

 Kadar glukosa darah pada ketoasidosis diabetik umumnya di atas 250 mg/dL. Kadar
serum bikarbonat penting diperiksa untuk menentukan tingkat keparahan penyakit.
Hasil analisa gas darah akan menunjukkan pH <7.3 dan peningkatan anion gap. Kadar
pH juga bermanfaat untuk menentukan tingkat keparahan penyakit. Hitung jenis
lekosit meningkat meski tidak ada infeksi, namun bila > 15 x 109/L atau bergeser ke
kiri mengarah kepada terjadinya infeksi.
 Ketonemia pada pengambilan darah kapiler dapat diukur menggunakan uji strip untuk
menilai kadar β-hidroksibutirat atau dengan mengukur kadar keton darah secara
langsung. Keduanya sama efektif untuk mendiagnosis ketoasidosis diabetik.
 Pada pemeriksaan elektrolit, didapatkan kadar sodium, klorida, dan fosfor yang
rendah, serta peningkatan kadar kalium. Fosfat menurun pada orang dengan gizi
buruk, atau pada alkoholisme kronik.
 Pemeriksaan Urin
Pada pemeriksaan urin, akan didapatkan glukosuria dan ketonuria.
 Kultur
Pemeriksaan kultur darah dan urin dapat bermanfaat untuk menentukan organisme
penyebab bila terdapat kecurigaan infeksi.
 Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan X-ray toraks berguna untuk menyingkirkan diagnosa pneumonia.
Pemeriksaan MRI bermanfaat untuk deteksi dini edema serebral. Walau demikian,
terdapat risiko ketika melakukan MRI pada pasien dengan penyakit kritis seperti
edema serebral, misalnya pasien tidak bisa berada ICU dalam waktu yang cukup lama
akibat pemeriksaan, dan keterbatasan alat monitoring dan ventilasi yang dapat
digunakan saat pemeriksaan.

6. Managemen Pengobatan
Penilaian dilakukan terhadap tingkat dehidrasi, kesadaran (Glasgow Coma Scale),
pemeriksaan sampel darah dan urin. Lakukan pemasangan intravenous line bersama
dengan pengambilan darah.
Pastikan pernafasan pasien baik. Jika terganggu, lakukan resusitasi sesuai panduan.
Amankan jalan nafas pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Setelah jalan
nafas berhasil diamankan, lakukan pemasangan nasogastric tube bila pasien koma atau
muntah dan biarkan nasogastric tube tetap terbuka untuk drainase.
Pasang EKG untuk memonitor dampak perubahan kadar kalium pasien akibat
ketoasidosis dan penanganannya. Lakukan pengukuran urin untuk mengukur balans
cairan. Pada pasien yang tidak sadar, pasang kateter urin supaya balans cairan dapat
diukur.
Mulailah rehidrasi dengan normal saline + potasium (kalium). Tipe cairan yang
dimasukkan memerlukan penyesuaian terhadap kadar glukosa, natrium dan kalium dalam
darah.
 Bolus Cairan
Tidak semua pasien dengan ketoasidosis diabetik memerlukan bolus cairan. Perlu
diingat bahwa asidosis itu sendiri sudah mengakibatkan perfusi perifer yang buruk dan
mengacaukan keakuratan penilaian dehidrasi. Perfusi perifer akan diperbaiki dengan
koreksi asidosis. Bila terdapat hipoperfusi, berikan 0,9% saline 10 ml/kgBB. Pasien
dengan ketoasidosis diabetik jarang memerlukan > 20 ml/kgBB total sebagai bolus.
Waspadai bahaya terhadap kelebihan pemberian cairan. Konsultasikan dengan spesialis
endokrin, atau dokter anak mengenai pemberian bolus cairan tambahan ini terutama yang
melebihi total 20 ml/kgBB.
 Penyesuaian Pemberian Cairan
Rehidrasi dengan normal saline dan kalium sebaiknya dilanjutkan sedikitnya 6
jam pertama. Bila glukosa darah menurun sangat cepat dalam beberapa jam, atau
mencapai sekitar 216-270 mg/dL ubahlah ke normal saline dengan juga memasukkan 5%
dextrosa dan kalium. Pilihan cairan setelah 6 jam pertama akan dipengaruhi oleh kadar
serum sodium (natrium) yang telah dikoreksi melalui pemberian cairan sebelumnya, dan
kadar glukosa darah. Kadar natrium yang telah terkoreksi semestinya akan stabil, atau
meningkat seiring dengan menurunnya kadar glukosa darah Setelah 6 jam pertama
pemberian cairan, 0,45% NaCl dengan 5% dextrosa dan kalium mungkin dapat
dimasukkan ketika kadar glukosa darah < 216-270 mg/dL. Namun, 0,9% saline +
dextrose dan kalium sebaiknya dilanjutkan, apabila:
 Hiponatremia terjadi
 Kadar serum natrium yang telah terkoreksi gagal untuk menstabilkan keadaan
 Kadar serum natrium meningkat seiring dengan penurunan kadar glukosa darah
 Terjadi hiperosmolar, atau ada kemungkinan pergeseran cepat terhadap
osmolaritas darah
Usahakan untuk menjaga kadar glukosa darah antara 90-216 mg/dL. Naikkan
konsentrasi dextrosa ke 10% seiring dengan pemberian normal saline dan kalium,
bilamana asidosis masih tetap terjadi dan kadar glukosa darah < 100 mg/dL, atau jatuh
secara cepat ke dalam kisaran 100-270 mg/L.
Pemberian insulin dalam infus diturunkan bila kadar glukosa darah terus
menurun meski sudah diberikan dextrosa 10%. Pasien dalam keadaan ini, diturunkan
pemberian insulinnya ke 0.05 unit/kgBB/hari, dengan mengingat bahwa ada perbaikan
terhadap metabolik asidosis. Dalam hal ini, perlu untuk konsultasi dengan spesialis
pediatrik endokrin.
Bila pasien menjadi hipoglikemik, lakukan tata laksana hipoglikemia. Bila pasien
secara metabolik stabil, rehidrasi dilanjutkan secara oral setelah 24-36 jam pertama terapi
cairan intravena. Keadaan stabil ini biasanya akan terjadi bersamaan dengan terapi insulin
yang diubah pemasukannya dari infus ke suntikan subkutan.
 Kalium
Mulailah dengan memasukkan KCl pada konsentrasi 40 mmol/L bila BB < 30 kg,
atau 40-60 mmol/L bila BB > 30 kg. Pemberian kalium selanjutnya ditentukan
berdasarkan kadar serum kalium. Ketika terapi insulin dimulai, pemberian kalium
ulangan diberikan tiap satu jam. Tunda pemberian kalium bila kadar serum
kalium > 5,5 mmol/L, atau pasien anuria, sampai kadar kalium adalah < 5,5
mmol/L, atau output urine tercatat. Mulailah dengan memasukkan KCl pada
konsentrasi 40 mmol/L bila berat < 30 kg, atau 40-60 mmol/L bila berat di atas 30
kg.

 Insulin
Pemberian awal insulin sebesar 0,1 unit/kgBB/hari. Pada anak dengan riwayat
diabetes yang sebelumnya mendapat terapi insulin secara rutin dengan kadar
glukosa <270 mg/dL, berikan 50 unit insulin rapid-acting ke dalam 49,5 ml 0,9%
NaCl (1 unit/mL solution) atau 0,05 unit/kgBB/jam. Dosis ini diberikan pada anak
yang masih muda dan dengan rujukan selama perjalanan ke rumah sakit bila
monitoring biokemikal terbatas.
Seorang dokter semestinya mendampingi tiap pasien ketoasidosis diabetik yang
memerlukan infus insulin selama transfer ke rumah sakit. Infus insulin biasanya
berdampingan di sisi tubuh yang lain dengan three-way IV tap cairan rehidrasi
infus. Pemberian insulin yang adekuat dilanjutkan untuk membersihkan zat-zat
keton dalam darah dan mengkoreksi asidosis. Sesuaikan konsentrasi dextrosa
dalam cairan IV, untuk mempertahankan kadar glukosa darah 90-216 mg/dL.
Infus insulin dapat dihentikan bila pasien sudah sadar dan secara metabolik stabil
dengan pH > 7,30 dan HCO3 > 15. Waktu terbaik untuk mengubah cara
pemberian insulin ke subkutan adalah pada waktu sebelum makan. Infus insulin
hanya boleh dihentikan 30 menit setelah suntikan insulin rapid-acting secara
subkutan pertama. Waspadai koma karena hiperosmolar hiperglikemik
nonketotik, dan konsultasikan keadaan ini dengan tim pediatrik dan/atau pediatrik
endokrin dalam hal pemberian insulin.

 Bikarbonat
Pemberian bikarbonat tidak rutin direkomendasikan karena dapat menyebabkan
asidosis paradoksikal pada susunan saraf pusat. Asidosis yang berlanjut
menunjukkan pemberian insulin dan cairan yang tidak adekuat.
Pada kasus yang jarang, pasien anak yang sangat sakit, contohnya dengan
pH<7,0, HCO3< 5 mmol/L, diberikan adrenalin untuk menaikkan tekanan darah,
atau mereka yang mengalami hiperkalemia, mungkin dapat ditolong dengan
pemberian bikarbonat ini. Pada keadaan tersebut, konsultasikan terlebih dahulu
dengan spesialis endokrin sebelum memberikan dosis kecil bikarbonat.
Dosis HCO3 (mmol) = 0,15 x BB (kg) x defisit basa. Masukkan dalam waktu
lebih dari 30-60 menit dosis tersebut dengan monitoring jantung, kemudian
lakukan penilaian kembali status basa darah. Awasi risiko hipokalemia akibat
pemberian bikarbonat ini.

 Monitoring dan Penatalaksanaan Berkelanjutan


Monitor ketat keseimbangan antara cairan yang masuk dan yang keluar.
Lakukan observasi tiap jam (dapat lebih sering bila terindikasi secara klinis): nadi,
tekanan darah, tingkat kesadaran (GCS), dan status neurologis (respon pupil,
penilaian perubahan akan gangguan tidak dapat istirahat baik, cengeng, sakit
kepala).
Lakukan pemeriksaan tiap jam kadar glukosa dan zat-zat keton dalam
darah sementara pasien sedang dalam terapi infus insulin. Periksa kembali kalium
dalam tempo 1 jam setelah dimulainya infus insulin. Periksa gas darah vena dan
glukosa darah tiap 2 jam untuk 6 jam pertama, selanjutnya setelah tiap 2-4 jam
kemudian dan ukur suhu badan tiap 2-4 jam.

7. Terapi Definitive KAD

- Memberikan terapi cairan melalui pemasangan infus untuk mengatasi dehidrasi dan
mengencerkan glukosa dalam darah

- Memberikan insulin melalui infus intravena (melalui pembuluh darah vena) yang
dilanjutkan dengan pemberian insulin melalui suntikan subkutan (melalui bawah
kulit), untuk menurunkan kadar gula darah
- Memberikan elektrolit, seperti kalium, natrium, dan klorida untuk menyeimbangkan
kadar elektrolit tubuh

8. Tindakan keperawatan

A. Airway

Response verbal yang baik dari pasien menunjukkan airway bebas. Jika pasien
kesulitan memberikan respons verbal, lalukan pemeriksaan atau upaya membuka
airway (head tilt, chin lift). Jika airway tidak ada gangguan namun pasien masuk
mengalami kesulitan memberikan response verbal, maka evaluasi breathing.

B. Breathing
- Hitung frekuensi napas dan saturasi oksigen (bila memungkinkan)
- Lakukan auskultasi dada dan lakukan perkusi jika diperlukan
- Berikan oksigen dosis tinggi jika pasien mengalami peningkatan frekuensi
napas, memiliki saturasi yang rendah, atau tampak sakit
- Pertimbangkan untuk mengusulkan foto thoraks (CXR) atau analisis gas darah

C. Circulation
- Periksa denyut nadi, tekanan darah, dan capillary refill tme (CRT). - Pasang
EKG jika perlu dan pulse oximetry untuk monitoring
- Pasang 1-2 kanul cairan intravena jika terdapat tanda-tanda syok (takikardi,
hipotensi, pemanjangan CRT) dan berikan cairan IV bolus.
- Pertimbangkan untuk mengusulkan beberapa pemeriksaan di bawah ini :
 Urea (BUN), serum kreatinin
 Serum elektrolit
 Darah lengkap
 Tes fungsi hati
 Amilase
 Serum keton
 Laktat dan kultur darah jika pasien demam.
Pertimbangkan pemasangan kateter urine untuk memantau produksi urin 24 jam. Jika
pasien demam dan penyebabnya tidak diketahui, mulailah memberikan antibiotik spektrum
luas. Bila memungkinkan, usulkan pemeriksaan keton urin. Jika hasilnya positif, akan
sangat menunjang diagnosis ketoasidosis diabetes (jika juga didapatkan bukti
hiperglikemia dan asidosis metabolik).

Terapi KAD :
1. Cairan
Patogenesis utama ketoasidosis diabetes adalah dehidrasi cairan tubuh, sehingga
langkah pertama yang harus dipikirkan adalah melakukan rehidrasi.
a) Untuk rehidrasi tahap awal kamu bisa memberikan 500 mL NaCl 0,9% bolus
selama 1 jam jika Tekanan Darah (TD) Sistolik pasien > 90 mmHg
b) Jika Tekanan Darah Sistolik < 90 mmHg kamu bisa memberikan 1000 mL NaCl
0,9% dalam 1 jam
c) Jika Tekanan Darah Sistolik masih < 90 mmHg kamu bisa mengulangi dosis di
atas
2. Insulin
Pasien Diabetes ketoasidosis membutuhkan insulin untuk menurunkan hiperglikemia.
Berikan bolus insulin 0,1 unit/kgBB dilanjutkan maintenance infus insulin intravena
dosis tetap 0,1 unit/kgBB/jam, dibuat dengan mencampur 50 unit insulin dengan 50
mL NaCl 0,9%
3. Kalium
Lakukan koreksi kalium. Bila K < 5,5 mEq/L, berikan 20-30 mEq/L kalium di dalam
tiap liter kantong infus. Target kalium berada di rentang 4-5 mEq/L.

D. Disability
Lakukan penilaian AVPU atau GCS. Periksa apakah pupil isokor dan memberikan
respons terhadap penyinaran.
E. Exposure
Buka pakaian pasien, cari tanda ruam, perdarahan, atau edema. Lakukan inspeksi dan
palpasi abdomen untuk mendapatkan tanda klinis lain.
9. ASUHAN KEPERAWATAN KETOASIDOSIS DIABETIK (KAD)

KASUS

Pasien seorang wanita, 56 tahun, masuk unit gawat darurat rumah sakit Siaga diantar oleh
keluarganya. Pada pengkajian, pasien ditemukan tidak sadar didalam kamarnya oleh anak
pasien, 2 jam sebelum masuk RS. Pasien tidak respon saat diajak bicara, sehari
sebelumnya pasien sempat mengeluh sesak nafas dan badan lemas. Sesak tidak berkurang
dengan istirahat. kelemahan sesisi tubuh tidak ada, kejang tidak ada, demam tidak ada,.
Pasien diketahui menderita sakit kencing manis sejak ± 4 tahun yang lalu tetapi tidak
rutin minum obat. Dua minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh luka di
kaki kanannya tak kunjung sembuh yang awalnya disebabkan menginjan kaca tanpa
disadari. Hasil pemeriksaan, TD 140/90 mmHg, Nadi 120 x/mnt, suhu 36.7 C, RR 32
x/mnt. Hasil pemeriksaan laboratorium, GD 528 mg/dl, HbAiC 8.2 %. Hasil AGD Ph
7.23, PO2 97, HCO3 18 Meq/L, PCO2 32 .Dokter melakukan pemberian teraphy cairan
dan penatalaksanaan lainnya sesuai algorytma.

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Diri :
 Nama Klien : Ny. X
 Usia : 56 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Pakuan Barat No. 112
 Tanggal/Jam Masuk RS : 25 Agustus 2019/ 14.00 WIB
 Tanggal/Jam Pengkajian : 25 Agustus 2019/ 14.10 WIB
 Diagnosa Medis : Diabetes Mellitus
 No. RM : 161111
2. Identitas Penanggungjawab
 Nama : An. X
 Usia : 25 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Alamat : Jl. Pakuan Barat No. 112
 Hubungan dengan pasien : Anak

3. Keluhan Utama :Klien datang ke UGD RS Siaga dengan penurunan


kesadaran , memiliki riwayat DM dengan hasil pemeriksaan GDS 528 mg/dl
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Diabetes Mellitus sejak 4 tahun yang lalu
5. Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak Ada
6. Pengkajian Primer
 Airway : jalan nafas tidak paten, frekuensi nafas tidak teratur
 Breathing : Pola nafas klien kussmaul, RR: 28 x/menit
 Circulation : TD 140/90 mmHg, N : 120x/menit, RR: 32
x/menit., Suhu 37.7C
 Disability : Penurunan Kesadaran
 Exposure : Turgor kulit buruk (terinjak beling)
7. Pengkajian Sekunder
 Alergi : Klien tidak mempunyai alergi terhadap makanan, dan
obat-obatan.
 Medikasi : Keluarga mengatakan, kemarin pasien mengatakan sesak
nafas dan badan lemas dan tidak berkurang ketika istirahat
 Past Illness : Klien mempunyai riwayat Diabetes Mellitus
 Last Meal : Klien terakhir makan tadi pagi jam 07.00
 Evenvironment : Keluarga mengatakan klien tinggal di daerah
perkampungan dan dalam satu rumah klien tinggal bersama suami dan 2 anak

B. ANALISA DATA

No Analisa Data Problem Etiologi


1 DS : hambatan pertukaran asidosis metabolik
 Keluarga mengatakan pasien tidak gas
sadar
 Keluarga mengatakan sehari
sebelumnya pasien mengeluh
sesak napas dan badan lemas
DO :
1. Hasil Pemeriksaan TTV
 TD : 140/90 Mmhg
 N : 120x/mnt
 S : 36,7 C
 RR : 32x/mnt
2. Hasil AGD
 Ph : 7.23
 PO2 : 97
 HCO3 : 18 Meq/L
 PCO2 : 32
2 DS : ketidakefektifan pola
 Pasien seorang wanita umur 56 nafas
tahun dibawa ke UGD, ditemukan
tidak sadar didalam kamar
 Sehari sebelumnya, pasien
mengeluh sesak nafas, dan sesak
tidak berkurang dengan istirahat
 Menderita diabetes mellitus sejak
4 tahun yang lalu
DO :
 Penurunan kesadaran
 RR : 32x/mnt
3 DS : ketidakstabilan Diabetes Mellitus
 Keluarga mengatakan pasien glukosa darah
menderita sakit kencing manis
kurang lebih 4 tahun yang lalu
 Luka di kaki kanan yang tidak
kunjung sembuh
DO :
1. Hasil Lab
 GDS : 528 mg/dl

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnose keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


.
1 Hambatan pertukaran gas NIC, hal. 153
berhubungan dengan asidosis  Setelah diberikan asuhan
metabolic keperawatan selama ....x24 Manajemen Asam Basa :
jam diharapkan masalah Asidosis Metabolik
keperawatan teratasi (1911)
dengan kriteria hasil:
1. Pertahankan
Status Pernafasan: kepatenan jalan napas.
Pertukaran Gas (0402) 2. Monitor pola
pernapasan.
 Tekanan parsial 3. Monitor indikator
karbondioksida di darah pengiriman oksigen
arteri (PaCO2) jaringamn (misalnya.,
dipertahankan pada skala 1 PaO2, SaO2, nilai Hb,
ditingkatkan ke skala 5 (1- dan curah jantung)
5) sesuai kebutuhan.
 pH arteri dipertahankan 4. Monitor penurunan
pada skala 2 ditingkatkan bikarbonat dan asam
ke skala 5 (1-5) (misalnya.,
 Mengantuk dipertahankan ketoasidosis
pada skala 2 ditingkatkan diabetikum) sesuai
ke skala 5 (1-5) kebutuhan.
5. Monitor manifestasi
saluran pencernaan
akibat memburuknya
asidosis metabolik
(seperti, mual dan
muntah) sesuai
kebutuhan.
2 Ketidakefektifan pola nafas.  Respiratory status: Airway Management
Definisi: Pertukaran udara Ventilation
1. Buka jalan nafas,
inspirasi dan/atau ekspirasi  Respiratory status: Airway
guanakan teknik chin
tidak adekuat. patency
lift atau jaw thrust bila
 Vital sign Status
perlu.
Kriteria Hasil: 2. Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
a) Mendemonstrasikan ventilasi.
batuk efektif dan suara 3. Identifikasi pasien
nafas yang bersih, tidak perlunya pemasangan
ada sianosis dan alat jalan nafas buatan.
dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila
mengeluarkan sputum, perlu.
mampu bernafas dengan 5. Lakukan fisioterapi
mudah, tidak ada pursed dada jika perlu.
lips) 6. Keluarkan
b) Menunjukkan jalan sekret dengan batuk
nafas yang paten (klien atau suction.
tidak merasa tercekik, 7.  Auskultasi suara
irama nafas, frekuensi nafas, catat adanya
pernafasan dalam suara tambahan.
rentang normal, tidak 8. Lakukan suction
ada suara nafas pada mayo.
abnormal) 9. Berikan
c) Tanda Tanda vital bronkodilator bila
dalam rentang normal perlu.
(tekanan darah, nadi, 10. Berikan pelembab
pernafasan) udara Kassa basah
NaCl Lembab.
11. Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan. 
12. Monitor respirasi
dan status O2 

Terapi oksigen 

1. Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea.
2. Pertahankan jalan
nafas yang paten.
3. Atur peralatan
oksigenasi.
4. Monitor aliran
oksigen.
5. Pertahankan posisi
pasien.
6. Observasi adanya
tanda tanda
hipoventilasi.
7. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring 

1. Monitor TD, nadi,


suhu, dan RR.
2. Catat adanya fluktuasi
tekanan darah.
3. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri.
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan.
5. Monitor TD, nadi,
RR, sebelum, selama,
dan setelah aktivitas.
6. Monitor kualitas dari
nadi.
7. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan.
8. Monitor suara paru.
9. Monitor pola
pernapasan abnormal.
10. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit.
11. Monitor sianosis
perifer.
12. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
3 Resiko ketidakstabilan kadar NOC      NIC
glukosa darah
Setelah diberikan
asuhan Managemen
keperawatan selama ....x24 Hiperglikemia
jam diharapkan tingkat Aktifitas ;
pengetahuan klien meningkat
1. Memantau peningkatan
dengan kriteria hasil:
gula darah
2. Memantau gejala
Tingkat glukosa darah hiperglikemia, poliuria,
polidipsi, poliphagi,
Defenisi : keadaan dimana dan kelelahan.
tingkat glukosa di plasma dan 3. Memantau urin keton
urin dalam rentang normal
·   Memberikan insulin
yang sesuai
 Indikator :
o Glukosa darah dalam ·   Memantau status cairan
batas normal · Antisipasi situasi dalam
o Glukosa urin dalam batas persyaratan pemberian
insulin
normal
o Urin keton · Membatasi gerakan
 tentang diet ketika gula darah diatas
250 mg/dl, terutama
apabila terdapat urin keton

·   Mendorong pasien
untuk memantau gula
darah

Anda mungkin juga menyukai