DRESS
(Drug Reaction with Eosinophilia and
Systemic Symptoms)
DISUSUN OLEH:
dr. Hasian Ayusari Silalahi
PENDAMPING:
dr. Nanik Setyaningsih
Disusun oleh:
Pendamping Internship:
dr. Nanik Setyaningsih
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptoms (DRESS) adalah reaksi obat merugikan
yang jarang terjadi namun termasuk reaksi berat, ditandai dengan demam, erupsi kulit, dan
keterlibatan satu atau lebih organ internal. Meskipun ini pertama kali diperkenalkan oleh Bocquet
dkk pada tahun 1996, istilah DRESS masih tidak konsisten karena manifestasi klinis yang
beragam dan kadar eosinofil yang tidak tentu membuatdiagnosis kelainan ini sangat menantang.
Insidensi Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) adalah 1 hingga 1,4 per 1 juta penduduk, sedangkan
sindrom Stevens-Johnson (SSJ) 2.9 hingga 6.1 per 1 juta penduduk. Namun, sindrom DRESS
memiliki angka kematian yang tinggi, yaitu berkisar 3-10%. Kasus kematian terutama disebabkan
oleh banyak orang kegagalan organ dan sepsis. Berbagai obat telah dijelaskan menjadi penyebab
DRESS. Ini terjadi pada sekitar 1 dalam 3000 paparan agen seperti antikonvulsan aromatik,
lamotrigin, antimikroba sulfonamide, dapson, nitrofurantoin, nevirapine, minocycline,
metronidazole, dan allopurinol. Fenitoin dan allopurinol adalah dua yang paling banyak
dilaporkan sebagai obat penyebab kelainan.
4
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Nama : Tn. B
Usia : 67 tahun
Tanggal Lahir : 1 Maret 1955
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cileungsi, Bogor
Pekerjaan : Pensiunan
Pendidian : SMA
Agama : Islam
NRM : 165262
Tanggal Masuk IGD : 19 Maret 2022
Ruang Perawatan : Tulip
Tanggal Perawatan : 19 – 21 Januari 2022
Pembiayaan : BPJS Kesehatan Kelas 3
5
2.2 Primary Survey
2.3 Anamnesis
Aloanamnesis dilakukan pada tanggal 19 Maret 2022
6
2.3.3 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat HT terkontrol dengan Amlodipin 5 mg.
7
2.4 Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi: Bentuk dada normal, pernapasan simestris, reguler, kedalaman cukup, abdominotorakal
o Palpasi: ekspansi simetris, fremitus sama kanan dan kiri, tidak ada krepitasi
o Perkusi: sonor seluruh lapang paru, batas paru-lambung di garis aksilaris anterior kiri ICS 6, batas paru hepar di garis midklavikula kanan ICS 5
o Auskultasi: Suara napas vesikuler di kedua lapang paru, ronki dan wheezing negatif
• Jantung:
o Palpasi: Iktus kordis teraba di garis midklavikula kiri ICS 5, tidak ada heaving, tapping, maupun thrilling.
o Perkusi: Batas jantung kiri di 1 jari lateral garis midklavikula kiri ICS 5, batas jantung kanan di garis parasternal kanan ICS 3,
batas pinggang jantung di garis midklavikula kiri ICS 2.
o Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, tidak ada murmur dan gallop
• Abdomen:
o Inspeksi: Tampak supel, tidak membuncit.
o Auskultasi: Bising usus 4-6x/menit
o Palpasi: tidak tegang, tidak teraba pembesaran hepar dan limpa, tidak ada nyeri tekan
o Perkusi: undulasi (-), shifting dullness (-)
• Ekstremitas: Pitting edema (-/-), akral hangat, capillary refill time < 2 detik
• Status Dermatologi :
Tampak makula dengan dasar eritema serta ada lesi target pada seluruh tubuh, tersebar diskret. Gatal(+), nyeri(+), hangat(+)
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Hitung Jenis
Basofil 0%
Eosinofil 4 % (H)
Neutrofil 88 % (H)
Limfosit 5 % (L)
Monosit 17 % (H)
Kimia Klinik
Gula Darah Sewaktu 93 mg/dL
Ureum 47 mg/dL
Kreatinin 1,3 mg/dL
SGOT 109 U/L (H)
SGPT 314 U/L (H)
Natrium 132 mmol/L (L)
Kalium 2,9 mmol/L (L)
Klorida 90 mmol/L (L)
2.6 Diagnosis
2.7 Tatalaksana
• IVFD 1 kolf/10 jam
• Metylprednisolon 1x ½ ampul
• Cetirizine 2x10 mg
• Ranitidine inj 2x1 ampul
• Hidrokortison 2,5 2x sehari pada bercak merah
2.8 Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Subjective Masih merasa gatal Gatal dan merah sudah direncanakan untuk
namun kemerahan jauh berkurang pulang dan control poli
berkurang
Planning
• IVFD 1 kolf/10 • IVFD 1 kolf/10 • IVFD 1 kolf/10
jam jam jam
• MP 1x1/2 amp • MP 1x1/2 amp • MP 1x1/2 amp
• Ranitidine inj 2x1 • Ranitidine inj 2x1 • Ranitidine inj 2x1
amp amp amp
• Cetirizine 2x10 • Cetirizine 2x10 • Cetirizine 2x10
mg mg mg
• Hidrokortison • Hidrokortison • Hidrokortison
2.5% 2x sehari 2.5% 2x sehari 2.5% 2x sehari
pada bercak merah pada bercak merah pada bercak merah
• Ceftriaxone 1x2 gr • Ceftriaxone 1x2 gr
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Drug Reaction with Eosinophilia and Systemic Symptom (DRESS) yang sering juga dikenal
sebagai Drug Hypersensitivity Syndrome atau Hypersensitivity
Syndrome Reaction (HSR) merupakan reaksi idiosinkratik yang terjadi pada pemberian obat
dalam dosis terapi, yang ditandai adanya erupsi eritematous, demam, kelainan hematologi
terutama adanya eosinofilia dan adanya keterlibatan organ dalam seperti: limfadenopati, hepatitis,
1,2
pneumonitis, miokarditis, nefritis.
Angka Insiden sindrom DRESS bervarasi, 1 diantara 1000 sampai 1 diantara 10.000 yang
terpapar obat. Lebih sering mengenai dewasa dan kebanyakan kasus sporadik tanpa perbedaan
jenis kelamin. Dalam praktik klinis, sindroma DRESS sering diabaikan karena manifestasi
3
klinisnya beraneka ragam dan tampak seperti biasa saja.
Sindroma DRESS sering disebabkan oleh obat seperti trimetropim, metronidazol, allopurinol,
dapson dan abacavir, juga dapat terjadi akibat reaksi silang obat, seperti obat anti konvulsan
(carbamazepin, fenitoin, fenobarbital) dan obat anti inflamasi non steroid ( seperti piroksikam).
Pasien yang mengalami hipersensitivitas terhadap obat-obat tersebut, memiliki kemungkinan
akan bereaksi terhadap obat lainnya sebesar 75%. Penyebab lainnya adalah keterlibatan koinfeksi
4
virus yaitu reaktivasi dari Human Herpes Virus-6 (HHV-6).
Pada sindroma DRESS dikenal trias klasik berupa demam, erupsi kulit, dan keterlibatan
organ dalam. Demam dan malaise biasanya merupakan tanda yang pertama kali muncul.
Demam dapat terjadi 2-3 hari sebelum atau bersamaan dengan erupsi kulit. Demam
berkisar antara 38 - 39 0C. Erupsi kulit muncul antara 1 sampai 8 minggu setelah terapapar
dengan obat penyebab atau 2 bulan pertama dimana ruam kulit melibatkan setengah dari
18
permukaan tubuh bahkan bias berkembang menjadi eritroderma. Erupsi kulit bervariasi,
dapat menyerupai makulopapular pada hampir 95 % kasus, vesikobulosa, papulopustular,
eritroderma atau dermatitis eksfoliatif dan biasanya selalu disertai gejala gatal.
Keterlibatan mukosa jarang ditemukan, tetapi seandainya ada biasanya hanya berupa
6
stomatitis atau faringitis yang ringan.
Kelainan sistemik atau keterlibatan organ dalam pada sindrom DRESS dapat
asimptomatik atau dapat timbul setelah 1 sampai 2 minggu. Kelainan sistemik yang sering
ditemukan adalah gangguan pada hati, berupa hepatitis (terjadi sekitar 75 – 94%), nekrosis
7
hati dan gagal hati.
19
3.5 Kriteria Diagnosis DRESS
Dalam menegakkan diagnosis sindroma DRESS terdapat tiga macam kriteria diagnosis yang
dipakai untuk mendiagnosis sindrom DRESS yaitu kriteria Bocquet, RegiSCAR (The European
Registry of Severe Cutaneous Adverse Reaction study group) dan J-SCAR (Japanese Research
Committee on Severe Cutaneous Adverse Reaction group).8
20
3.6 Prognosis Pasien
Pada pasien ini, faktor prognostik buruk dari aspek fungsionam adalah besarnya perdarahan
dan tingkat kesadaran, , sehingga dari segi gangguan fungsi pasien, prognosis ad fungsionam
pasien dubia ad bonam.
Pada pasien dengan stroke hemoragik, tingkat mortalitas masih sangat tinggi walaupun sudah
dilakukannya Tindakan pembedahan. Pada kasus ini bisa dilihat pada hasil follow up observasi
harian pasien. Oleh sebab itu ada sanationam prognosis pasien sudah kea rah malam.
21
BAB V
KESIMPULAN
• Pasien Laki-Laki usia 67 tahun, datang dengan keluhan gatal disertai merah di seluruh
tubuh sejak 6 hari lalu. Awalnya muncul daerah punggung, lalu mulai menyebar ke area
depan tubuh dan menyebar ke ekstremitas atas dan bawah. Gatal(+). Pasien juga mengeluh
ada batuk berdahak sejak 6 hari lalu, nyeri menelan sejak 6 hari memberat sejak 4 hari.
Pilek(-), mual(-), muntah(-), BAB cair(-), BAK tidak ada keluhan. DIberikan tatalaksana
IVFD 1 kolf/10 jam, Metylprednisolon 1x ½ ampul, Cetirizine 2x10 mg, Ranitidine inj
2x1 ampul, Hidrokortison 2,5 2x sehari pada bercak merah
22
DAFTAR PUSTAKA
23