Anda di halaman 1dari 32

Rhinosinusitis Akut dan

Kronik
2 ANATOMI & FISIOLOGI
Sinus paranasal  Suatu rongga berisi udara di sekitar rongga
hidung yang dibatasi oleh tulang wajah dan kranial

4 pasang sinus :
1. Sinus frontalis
2. Sinus ethmoidalis
3. Sinus maksilaris
4. Sinus sphenoid

Secara klinis dibagi menjadi 2 kelompok : Anterior & Posterior


Byron J. Bailey, Head & Neck Surgery-Otilaryngology, 4th editon, Lippincot Williams & Wilkins, Philadephia, 2006.
3
DRAINASE SINUS

Dhilllon, EAR NOSE AND THROAT HEAD AND NECK SURGERY, Churclill livingstone 2005
4

Cummings, Head & Neck Surgery -- Otolaryngology Section 2. Nose and Sinus Paranasal. Mosby 3 rd edition
KOMPLEKS OSTEOMEATAL
5

 KOM : bagian dari sinus etmoidalis


anterior.
 Suatu rongga diantara konka media
dan lamina papirasea.
 Terdiri dari : prosesus uncinatus,
hiatus semilunaris resesus frontalis,
bula etmoid, infundibulum, serta
ostium sinus maksilaris
 Bagian anterior dan inferior KOM
membuka ke arah rongga hidung.
Rhinosinusitis
 Inflamasi hidung dan sinus paranasal yang ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk
hidung tersumbat/obstruksi/kongesti atau pilek.

● Gejala:
± nyeri wajah/ rasa tertekan di wajah
± penurunan/ hilangnya penghidu
Faktor Patofisiologi Rinosinusitis
8
• Airway hyperreactivity, Immunodeficiency,
Faktor Fisiologik Sensitivitas terhadap aspirin, Disfungsi silia,
/ Genetik Cystic fibrosis, Penyakit autoimun, Granulomatous
disorders

Faktor • Alergi, Rokok, Polusi / iritasi, Virus,


Lingkungan Bakteri, Jamur, Stress

• Septum deviasi, Konka bulosa, Paradoxic middle turbinate,


Faktor Haller cells, Frontal cell, Scar, Bone inflammation,
Struktural Craniofacial anomalies, Benda asing, Penyakit gigi, Trauma
mekanis, Barotrauma

Byron J. Bailey, Head & Neck Surgery-Otilaryngology, 4th editon, Lippincot Williams & Wilkins, Philadephia, 2006.
Etiopatogenesis
 Inflamasi: alergi, infeksi
 Kelainan anatomi: septum deviasi
 Benda asing
 Massa: tumor (jinak/ganas)

Inflamasi mukosa hidung  edema mukosa 


ostium tersumbat  tekanan negatif dalam rongga
sinus  transudasi  pertumbuhan bakteri 
perubahan kronik dari mukosa seperti
hipertrofi/polipoid.
10 KLASIFIKASI

RINOSINUSIT
IS

KRONIS AKUT

DENGAN TANPA POLIP


POLIP NASI NASI

European position paper on Rhinosinusitis and nasal polyps 2007


Klasifikasi

Akut
< 12 minggu
resolusi komplit gejala

Kronik
> 12 minggu
Tanpa resolusi komplit gejala
Disertai kronik eksaserbasi
Rhinosinusitis Akut
 Diagnosis
Berdasarkan gejala
 Gejala kurang dari 12 minggu:
Onset tiba-tiba, hidung tersumbat/obstruksi/kongesti atau pilek, nyeri/rasa tertekan di wajah,
penurunan/hilangnya penghidu
 Common cold/rinosinusitis viral akut didefinisikan sebagai:
Lamanya gejala < 10 hari
 Rinosinusitis non-viral akut didefinisikan sebagai:
Perburukan gejala setelah 5 hari atau gejala menetap setelah 10 hari dengan lama sakit <12
minggu
Rhinosinusitis Kronik

Diagnosis:
Gejala lebih dari 12 minggu
Terdapat dua atau lebih gejala, salah satunya harus berupa hidung tersumbat/ obstruksi/kongesti
atau pilek (sekret hidung anterior/posterior), nyeri wajah/rasa tertekan di wajah,
penurunan/hilangnya penghidu
Penatalaksanaan harus berdasarkan keparahan gejala
• tentukan tingkat keparahan gejala menggunakan VAS
Beratnya penyakit
Penyakit ini dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan skor total visual analogue scale (VAS) (0-10 cm):
 RINGAN = VAS 0-3
 SEDANG = VAS > 3-7
 BERAT = VAS > 7-10
Nilai VAS > 5 mempengaruhi kualitas hidup pasien
22 PEMERIKSAAN
 Rinoskopi anterior
 Palpasi dan perkusi frontal sinus area, medial
orbital regions (ethmoids), maxillary sinus
 Periorbital edema
 Nasal Endoskopi
 Pemeriksaan THT lengkap (otitis media atau
serous otitis media  berhubungan dgn
rhinosinusitis)
Pemeriksaan Penunjang
 Foto polos posisi Waters, PA dan lateral

Tampak perselubungan pada sinus


maksilaris dextra
SKOR DERAJAT KEJERNIHAN RADIOLOGI POSISI
26 WATER’S (Sumarman, 1999)

SKOR KETERANGAN

0 Seluruh rongga berkabut padat

1 Tepi rongga berkabut (menebal luas), tepi daerah radiolusen <


sekitar 25 %
2 Tepi rongga berkabut (menebal > 4 mm), tetapi daerah
radiolusen masih ≥ 25 % s/d ≤ 50%
3 Tepi rongga berkabut ( menebal < 4 mm), daerah radiolusen ≥
sekitar 50 %
4 Rongga sinus maksilaris seluruhnya radiolusen

Penilaian hasil skoring :


Skor 0 – 2 : Positif
Skor 3- 4 : Negatif
Pemeriksaan Penunjang

• Gold Standard: CT Scan

Tampak sekret pada daerah sinus


maksilaris dan etmoid dextra
Skema Penatalaksanaan Rinosinusitis Akut

Keadaan yang harus segera dirujuk/ dirawat :


• edema periorbita
Onset tiba-tiba dari dua atau lebih gejala, salah satunya termasuk hidung • pendorongan letak bola mata
tersumbat/obstruksi/kongesti atau pilek (sekret hidung anterior/ posterior): • penglihatan ganda
± nyeri/rasa tertekan di wajah • oftalmoplegi
± penghidu terganggu/hilang • penurunan visus
pemeriksaan: rinoskopi anterior • nyeri frontal unilateral atau bilateral
• bengkak daerah frontal
• tanda meningitis atau tanda fokal neurologis

Gejala kurang dari 5 hari Gejala menetap atau


atau membaik setelahnya memburuk setelah 5 hari

● Common cold
● Pengobatan simptomatik Sedang Berat

Steroid topikal Antibiotik + steroid topikal


Skema Penatalaksanaan Rinosinusitis Kronik Dengan Atau Tanpa Polip Hidung

2 atau lebih gejala, salah satunya berupa hidung tersumbat/


obstruksi/kongesti atau pilek: sekret hidung anterior/ posterior
± nyeri/rasa tertekan di wajah
± penurunan atau hilangnya penghidu
pemeriksaan: Rinoskopi Anterior

Tersedia endoskopi Tidak tersedia endoskopi

Polip Tidak Ada Polip Rinoskopi Anterior

Rujuk Steroid Topikal


Cuci Hidung
Antihistamin
Lanjutkan
Perbaikan
Terapi
Reevaluasi setelah 4
minggu
Tidak Ada Perbaikan Rujuk
ANTIBIOTIK
35

Bila Alergi : Makrolid/quinolon


 Azithromycin 500mg, selama 4
Rinosinusitis Akut : hari
 Clarythromycin 500mg bid, 7-10
Lini pertama:
hari
 Amoxicillin  Levofloxacin 500mg/hari, 7-10
 TMP/SMX(Co trimoxazole) hari
 Moxifloxacin 400 mg/hari , 7-10
hari
Linike 2:
 Gatifloxacin 400mg hari, 7-10
 Cefuroxin hari
 Amox-Clav
Soetjipto, PKB Allergy Surabaya 2009

Sudiro;Simposium Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini KelainanTHT Juli 2010


ANTIBIOTIK
36

Rinosinusitis Kronis langsung Lini ke  Pemberian Makrolid dosis rendah


dua jangka panjang
 Amoxicilin-Asam clavulanat
 Ampisilin sulbactam
 Sefalosporin
 Makrolid
 Quinolon

Sudiro; Simposium Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini KelainanTHT, Juli 2010


Sistemik Kortikosteroid
38

 Tanpa Polip  Dengan Polip :


Belum ada dosis yang baku: Valerie Lund
Dexametason ; Dexametason
3x2 tab  5 hari 3x8 tab (12 mg) 3 hr
3x1 tab  2 hari 3x4 tab (6 mg ) 3 hr
3x2 tab ( 3 mg)  3 hr
Terapi Tambahan
39

 Dekongestan  Sistemik
- Adrenergic agonist - Aman untuk penggunaan jangka
 panjang
Berefek Vasokonstriksi
 - Efeksamping : insomnia, merangsang
Mengurangi sumbat hidung
BAK
- Hati-hati pada pasien
 Lama Pemakaian hipertensi,hipertropi prostat
- Antara 4-7 hari
Kortikosteroid Topikal
40

Dapat digunakan : Diantaranya :


- Jangka pendek  Budesonide
- Jangka panjang  Mometasone Furoate
- Potensi kuat  Fluticasone Propionate
- Efek sistemik rendah  Fluticasone Furoate

European position paper on Rhinosinusitis and nasal polyps 2012


41

Anti Histamin Mukolitik


 Digunakan pada pasien Rinosinusitis  Untuk mengurangi viskositas sekret.
kronis dgn alergi sebagai penyebab
Irigasi
 Gunakan generasi ke 2 : desloratadine,  Bekerja seperti dekongestan ringan,
levocetirizine, fexofenadine
Imunotheraphy
42 TERAPI PEMBEDAHAN
 Terapi pembedahan  drainase sinus, bila :
 Komplikasi yg mengancam
 Menghilangkan nyeri yang berat
 Pasien tidak berespon terhadap terapi medikamentosa
44 PRINSIP BSEF

 Mengangkat jar. Patologik


 Jaringan sehat
dipertahankan agar
fungsional  mucosal
preservation
 Drainase & ventilasi sinus
besar pulih  tanpa
manipulasi didalam sinus
besar
45 Caldwel Luc
 Tindakan operatif untuk mengangkat mukosa sinus maksilaris yang rusak
 Sinus maksila diakses dari dua bukaan terpisah, satu di fossa kaninus untuk
mendapatkan akses ke antrum dan di dinding naso-antral untuk drainase
 Sayatan dibuat dari gigi seri lateral ke gigi molar kedua
Komplikasi
 Kelainan Orbita
Disebabkan oleh sinus paranasal yang berdekatan dengan orbita yaitu etmoid, frontal dan
maksila. Kelainan yang dapat timbul adalah edema palpebra, selulitis orbita, abses orbita,
trombosis sinus kavernosus.
 Kelainan Intrakranial
Dapat berupa meningitis, abses ekstradural atau subdural, abses otak.
 Kelainan Tulang
osteomyelitis os maksila dan os frontal
50 KESIMPULAN

 Rhinosinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa hidung dan sinus
paranasal ditandai oleh 1atau 2 gejala : hidung tersumbat , hidung beringus, nyeri
daerah wajah, berkurang atau hilangnya penciuman
 Faktor-faktor predisposisi terjadinya rinosinusitis antara lain : gangguan sistem
mukosilier, infeksi, alergi, pembengkakan mukosa obstruksi (kelainan anatomi/massa)
 mengakibatkan gangguan drainase KOM
51 KESIMPULAN

 Pengobatan rhinosinusitis  terhadap faktor predisposisi dan penyebabnya


 Prinsip pengobatan rhinosinusitis mengembalikan fungsi sinus dan fisiologinya
sebaik mungkin dengan memperhatikan ventilasi dan drainase melalui ostium.
 Terapinya meliputi terapi medika mentosa dan terapi pembedahan.
 Terapi pembedahan dilakukan bila terapi medikamentosa gagal
52

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai