1. Pengertian Sinusitis adalah penyakit akibat peradangan pada mukosa sinus paranasal dan
rongga hidung. Peradangan ini sering disebabkan oleh virus atau bakteri. Sinus
merupakan rongga kecil berisi udara yang terletak di belakang tulang pipi dan
dahi
2. Tujuan Menegakkan diagnosis Sinusitis dan memberikan tata laksana yang tepat
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Wongko Ndaya Nomor : ................Tentang
…………………………….
4. Referensi 1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. UU
4. Peraturan Pemerintah
5. Keputusan Presiden
6. Permenkes (peraturan menteri)
7. Peraturan Daerah Provinsi
8. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
5. Prosedur / Hasil Anamnesis (Subjective)
Langkah- langkah Keluhan
1. Gejala yang dialami, sesuai dengan kriteria pada tabel 10.10
2. Onset timbulnya gejala, dibagi menjadi:
a. Akut : < 12 minggu
b. Kronis : ≥ 12 minggu
3. Khusus untuk sinusitis dentogenik:
a. Salah satu rongga hidung berbau busuk
b. Dari hidung dapat keluar ingus kental atau tidak beringus
c. Terdapat gigi di rahang atas yang berlubang / rusak
Faktor mayor
Faktor minor
Hidung tersumbat Sakit kepala
Keluar sekret dari hidung atau Demam
post-nasal discharge yang purulen Halitosis
Nyeri pada wajah Rasa lemah (fatigue)
Hiposmia / anosmia Sakit gigi
Sakit atau rasa penuh di telinga
Batuk
Faktor Risiko
Keluhan atau riwayat terkait faktor risiko, terutama pada kasus rinosinusitis
1
kronik, penting untuk digali. Beberapa di antaranya adalah:
1. Riwayat kelainan anatomis kompleks osteomeatal, seperti deviasi septum
2. Rinitis alergi
3. Rinitis non-alergi, misalnya vasomotor, medikamentosa
4. Polip hidung
5. Riwayat kelainan gigi atau gusi yang signifikan
6. Asma bronkial
7. Riwayat infeksi saluran pernapasan atas akut yang sering berulang
8. Kebiasaan merokok
9. Pajanan polutan dari lingkungan sehari-hari
10. Kondisi imunodefisiensi, misalnya HIV/AIDS
11. Riwayat penggunaan kokain
Foto polos sinus tidak direkomendasikan untuk anak berusia di bawah 6 tahun.
Pada pasien dewasa, pemeriksaan ini juga bukan suatu keharusan, mengingat
diagnosis biasanya dapat ditegakkan secara klinis.
Laboratorium, yaitu darah perifer lengkap, bila diperlukan dan fasilitas tersedia.
Dasar Penegakkan
Diagnosis
Rinosinusitis Akut
(RSA)
2
Dasar penegakan Klinis Klinis
diagnosis
3
Dasar penegakan diagnosis Klinis
Komplikasi
1. Kelainan orbita
Penyebaran infeksi ke orbita paling sering terjadi pada sinusitis etmoid,
frontal, dan maksila. Gejala dan tanda yang patut dicurigai sebagai infeksi
orbita adalah: edema periorbita, selulitis orbita, dan nyeri berat pada mata.
Kelainan dapat mengenai satu mata atau menyebar ke kedua mata.
2. Kelainan intrakranial
Penyebaran infeksi ke intrakranial dapat menimbulkan meningitis, abses
ekstradural, dan trombosis sinus kavernosus. Gejala dan tanda yang perlu
dicurigai adalah: sakit kepala (tajam, progresif, terlokalisasi), paresis nervus
kranial, dan perubahan status mental pada tahap lanjut.
3. Komplikasi lain, terutama pada rinosinusitis kronik, dapat berupa: osteomielitis
sinus maksila, abses subperiosteal, bronkitis kronik, bronkiektasis.
4
severitas dan durasi gejala, serta mencegah komplikasi. Prinsip utama
tatalaksana adalah memfasilitasi drainase sekret dari sinus ke ostium di rongga
hidung. Tatalaksana RSA dapat dilihat dalam gambar Algoritma tatalaksana
RSA.
Kriteria Rujukan
Pada kasus RSA, rujukan segera ke spesialis THT dilakukan bila:
1. Terdapat gejala dan tanda komplikasi, di antaranya: Edema / eritema
periorbital, perubahan posisi bola mata, Diplopia, Oftalmoplegia, penurunan
visus, sakit kepala yang berat, pembengkakan area frontal, tanda-tanda
iritasi meningeal, kelainan neurologis fokal.
2. Bila tidak terjadi perbaikan pasca terapi adekuat setelah 10 hari (RSA viral),
14 hari (RSA pasca viral), dan 48 jam (RSA bakterial).
Rinosinusitis Kronis
Strategi tatalaksana RSK meliputi identifikasi dan tatalaksana faktor risiko serta
pemberian KS intranasal atau oral dengan / tanpa antibiotik. Tatalaksana RSK
dapat dilihat pada Algoritma tatalaksana RSK.
Konseling dan Edukasi
1. Dokter perlu menjelaskan mengenai faktor risiko yang mendasari atau
mencetuskan rinosinusitis kronik pada pasien beserta alternatif tatalaksana
untuk mengatasinya.
2. Pencegahan timbulnya rekurensi juga perlu didiskusikan antara dokter
dengan pasien.
Kriteria Rujukan
Rujukan ke spesialis THT dilakukan apabila:
5
1. Pasien imunodefisien
2. Terdapat dugaan infeksi jamur
3. Bila rinosinusitis terjadi ≥ 4 kali dalam 1 tahun
4. Bila pasien tidak mengalami perbaikan setelah pemberian terapi awal yang
adekuat setelah 4 minggu.
5. Bila ditemukan kelainan anatomis ataupun dugaan faktor risiko yang
memerlukan tatalaksana oleh spesialis THT, misalnya: deviasi septum,
polip nasal, atau tumor.
Sinusitis Dentogenik
1. Eradikasi fokus infeksi, misal: ekstraksi gigi
2. Irigasi sinus maksila
3. Antibiotik
6. Bagan Alir
7. Unit Terkait
8. Dokumen terkait
9. Rekam historis No. Yang dirubah Isi perubahan Tanggal mulai diberlakukan
perubahan