Anda di halaman 1dari 13

B.

Hidung

1. Rinitis Akut (common cold)

a. Definisi
Radang akut mukosa kavum nasi oleh infeksi (self limiting disease) yang
sering diikutiinfeksi sekunder oleh bakteri yang bermanifestasi sebagai kumpulan
gejala dimanagejala lokal utama ditemukan pada saluran pernafasan atas dengan
predominan gejala-gejala hidung yang berlangsung selama kurang dari 2 minggu.
b. Pemeriksaan fisik
- Dapat ditemukan adanya demam.
- Pada pemeriksaan rinoskopi anterior tampak kavum nasi sempit, terdapat
sekret serous atau mukopurulen dan mukosa udem dan hiperemis.
- Pada rhinitis difteri tampak ada ingus yang bercampur darah. Membran
keabu-abuan tampak menutup konka inferior dan kavum nasi bagian
bawah, membrannya lengket dan bila diangkat dapat terjadi perdarahan.
c. Pemeriksaan Penunjang
 pemeriksaan darah (DL,dll)
 kultur sekret / swab mukosa
d. Penatalaksanaan
1) Istirahat yang cukup.
2) Mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat.
3) Rhinitis akut merupakan penyakit yang bisa sembuh sendiri secara spontan
setelah kurang lebih 1 - 2 minggu. Karena itu umumnya terapi yang
diberikan lebih bersifat simptomatik, seperti analgetik, antipiretik, dan
nasal dekongestan disertai dengan istirahat yang cukup. Terapi khusus
tidak diperlukan kecuali bila terdapat komplikasi seperti infeksi sekunder
bakteri, maka antibiotik perlu diberikan.
- Antipiretik dapat diberikan parasetamol.
- Dekongestan oral dapat mengurangi sekret hidung yang banyak,
membuat pasien merasa lebih nyaman, seperti pseudoefedrin,
fenilpropanolamin, atau fenilefrin.
- Antibiotik diberikan jika terdapat infeksi bakteri, seperti amoxicillin,
eritromisin, cefadroxil.
- Pada rhinitis difteri terapinya meliputi isolasi pasien, penisilin sistemik,
dan antitoksin difteri.

2. Polip Hidung

a. Definisi
Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan pada dinding saluran pernapasan
hidung atau pada sinus.Polip adalah jaringan yang lembut, tidak terasa sakit dan tidak
bersifat kanker.Polip memiliki bentuk seperti anggur yang tergantung pada batangnya.

b. Etiologi
Hingga kini, penyebab dasar tumbuhnya polip belum diketahui.Polip hidung
biasanya berisi cairan inflamasi.Pertumbuhan polip diduga adalah hasil dari inflamasi
akibat alergi, infeksi, asma atau kelainan sistem kekebalan tertentu.Polip hidung yang
besar juga bisa menimbulkan tumpukan lendir pada sinus hidung, sehingga
menyebabkan infeksi.
Polip hidung bisa memengaruhi siapa saja, tapi lebih cenderung terjadi pada
orang dewasa. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko menderita polip hidung
adalah intoleransi terhadap aspirin, sindrom Churg Strauss, alergi rhinitis,sinusitis,
dan fibrosis kistik.
Faktor genetika juga diperkirakan berperan dalam pertumbuhan polip. Seorang
anak akan lebih berisiko mengalami polip hidung jika orang tuanya memiliki polip.

c. Manifestasi Klinis
Pada kasus dengan polip yang kecil, biasanya tidak menimbulkan gejala, tapi
jika polip berukuran besar bisa mengakibatkan beberapa gejala:
 Nyeri pada wajah
 Sakit kepala
 Bersin
 Indera penciuman dan indera perasa berkurang atau bahkan mati rasa
 Hidung berair atau tersumbat
 Infeksi
 Lendir yang jatuh dari belakang hidung ke tenggorokan
 Mendengkur
 Kehilangan nafsu makan.
 Rasa gatal di sekitar mata
 Sakit pada gigi rahang atas

Beberapa gejala utama dari polip hidung mirip dengan gejala flu dan pilek.
Tapi gejala flu dan pilek akan menghilang setelah beberapa hari. Gejala polip hidung
tidak akan menghilang jika tidak ditangani.

d. Penegakkan Diagnosis
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada lubang hidung Anda, apakah
terdapat polip hidung atau tidak. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh dokter
THT.Untuk memastikan diagnosis polip hidung serta letaknya, bisa dilakukan
prosedur endoskopi.Selain itu, prosedur CT-scan dan biopsi bisa dijalankan jika
memang diperlukan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terhadap hidung Anda, dan juga
menanyakan beberapa hal tentang gejala yang Anda alami. Polip hidung mungkin bisa
terlihat dengan memakai senter sederhana. Berikut ini adalah beberapa cara diagnosis
untuk memastikan polip hidung yang ada:
 Endoskopi hidung. Sebuah pipa kecil dengan kaca pembesar atau kamera dan
cahaya di ujungnya akan digunakan oleh dokter THT untuk memeriksa lebih
detail bagian dalam dari hidung dan sinus.
 Pencitraan. CT-scan atau MRI bisa dilakukan untuk mendapatkan gambaran
pencitraan yang bagus untuk mengetahui ukuran dan lokasi polip hidung.
 Tes alergi.Tes ini mungkin perlu dilakukan untuk mengetahui apakah alergi
yang Anda alami berkaitan dengan inflamasi atau peradangan kronis yang
terjadi. Dokter akan memeriksa tanda-tanda terjadinya alergi dari kulit Anda.
 Tes fibrosis kistik. Anak kecil yang menderita polip hidung dapat melakukan
tes fibrosis kistik. Ini adalah penyakit genetika yang memengaruhi kelenjar
yang memproduksi cairan tubuh seperti lendir, keringat, dan cairan
pencernaan.

e. Penatalaksanaan

Kortikosteroid bisa digunakan sebagai obat untuk mengecilkan ukuran polip hidung.Obat ini
bisa diberikan dalam bentuk tablet, infus, atau semprot. Selain memakai obat-obatan untuk
polip hidung, kondisi ini juga bisa dihilangkan dengan cara operasi. Hal ini dilakukan jika
polip tidak bereaksi terhadap obat-obatan yang diberikan. Polip hidung memiliki
kecenderungan untuk muncul kembali, meski telah melalui pengobatan maupun operasi

3. Rhinitis Vasomotor

Mukosa hidung yang hiperaktif, diduga akibat gangguan keseimbangan fungsi


vasomotor denganmeningkatnya aktivitas parasimpatis.

Pemeriksaan Penunjang :

 Rhinoskopi anterior (pada saat serangan) :


 edema mukosa cavum nasi,
 konka berwarna merah gelap, kadang pucat,
 didapatkan produksi sekret profus, seromukus
 Tes adrenalin : pada rhinitis vasomotorica (+) (utk membedakan dgn rhinitis
medikamentosa)
 Tes kulit (untuk membedakan dg rhinitis alergika)
 Swab sekret : didapatkan eosinofil (jarang)
 bila dicurigai adanya penyulit : transiluminasi, x-foto sinus.
4. Rhinosinusitis

a. Definisi

Rinosinusitis adalah inflamasi pada hidung dan sinus-sinus paranasal yang


ditandai dengan adanya dua atau lebih gejala, dimana salah satunya termasuk hidung
tersumbat/ obstruksi/ kongesti atau keluarnya cairan dari hidung (sekret hidung yang
jatuh ke anterior/ posterior hidung):
± nyeri wajah/ nyeri tekan pada wajah
± penurunan/ hilangnya fungsi penghidu
• dan salah satu dari:
a.) temuan nasoendoskopi:
- polip dan/ atau
- sekret mukopurulen dari meatus medius dan/ atau
- edema/ obstruksi mukosa di meatus medius
b.) dan atau gambaran tomografi komputer:
- perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau sinus

Rinosinusitis akut (ARS)


didefinisikan sebagai gejala berlangsung kurang dari 12 minggu dengan
resolusi komplit dan dapat dibagi menjadi:
• Common cold / rinosinusitis viral akut (didefinisikan dengan durasi gejala kurang
dari 10 hari, dan
• Rinosinusitis viral non-akut (didefinisikan dengan peningkatan gejala setelah lima
hari atau gejala-gejala menetap (persisten) setelah 10 hari dengan durasi kurang dari
12 minggu)
Rinosinusitis kronis (dengan atau tanpa polip nasal)
adalah didefinisikan dengan gejala-gejala yang berlangsung lebih dari 12
minggu tanpa disertai gejala resolusi komplit/penyembuhan (termasuk rinosinusitis
kronis eksaserbasi akut) dan dapat dibagi menjadi:
• rinosinusitis kronik dengan polip nasal dan
• rinosinusitis kronik tanpa polip nasal;
b. Patofisiologi
Rinosinusitis merupakan suatu proses peradangan yang mempengaruhi
mukosa hidung dan sinus yang sering dikaitkan dengan gangguan mukosiliar, infeksi
(bakteri), alergi, atau yang jarang seperti obstruksi hidung atau variasi anatomi.
Rinosinusitis Akut non-virus (ARS) didefinisikan sebagai:
• Peningkatan gejala setelah 5 hari atau
• Gejala-gejala yang menetap/persisten setelah 10 hari dari onset mendadak
dari 2 atau lebih gejala:
- Sumbatan/ kongesti hidung
- Sekret yang jatuh baik di Anterior atau Posterior Nasal
- Nyeri wajah pada saat ditekan
- Dan/atau adanya penurunan/kehilangan kemampuan menghidu.

c. Pemeriksaan
 Rinoskopi anterior
Pemeriksaan Rinoskopi anterior dapat melewatkan polip nasal yang
kecil namun perlu dilakukan untuk semua pasien dengan penyakit
hidung kronik. Jika terdapat keraguan diagnostik pasien dapat dirujuk
untuk pemeriksaan endoskopi hidung.
 Radiologi
Pemeriksaan radiologi tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan
rutin penegakan diagnosis dan penatalaksanaan rhinosinusitis
dikarenakan foto polos sinus dapat memberikan hasil positif palsu dan
positif negatif. Pemeriksaan CT scan, modalitas radiologi sebaiknya
dilakukan bila tanda dan gejala bersifat unilateral atau memberikan
tanda kondisi yang lebih serius.

d. Penatalaksanaan
- Antiinflamasi steroid intranasal (topikal) terutama yang Rinosinusitis
Akut.
- Boleh atau tidak dikombinasi dengan antibiotik sistemik.
- Boleh atau tidak dikombinasi dengan antiinflamasi steroid sistemik.

Terapi tambahan seperti Dekongestan untuk obstruksi nasi, Antihistamin untuk rinosinusitis
alergi

5. Sinusitis
a. Definisi

Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada dinding sinus. Sinus adalah
rongga kecil berisi udara yang terletak di belakang tulang pipi dan dahi. Sinusitis
termasuk penyakit umum yang bisa menjangkiti orang-orang pada segala
umur. Beberapa tipe sinusitis berdasarkan lamanya perjalanan penyakit, antara lain:
 Sinusitis akut.
 Sinusitis Subakut.
 Sinusitis Kronis.
 Sinusitis Kambuhan.

b. Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala pada sinusitis adalah:
 Sakit kepala
 Demam dengan suhu 38°Celcius atau lebih
 Hidung tersumbat atau keluar cairan kuning kehijauan
 Nyeri pada bagian wajah dan terasa sakit ketika ditekan
 Kehilangan indera penciuman
 Napas berbau (halitosis)

c. Diagnosis
Diagnosis sinusitis bisa dilakukan oleh dokter dengan melihat gejala yang
terjadi, misalnya hidung tersumbat atau beringus dengan rasa nyeri pada wajah.
Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik pada hidung pasien. Jika sinusitis
yang diderita sudah parah atau muncul kembali, Anda disarankan untuk menemui
dokter spesialis THT (telinga, hidung, tenggorokan). Dokter spesialis ini akan
mencoba mencari penyebab utama dari sinusitis yang terjadi. CT scan juga bisa
digunakan untuk mencari tahu penyebab sinusitis.

d. Penataaksanaan
Kebanyakan kasus sinusitis akut yang disebabkan infeksi virus dapat sembuh
dengan sendirinya. Untuk meringankan gejala-gejalanya, penderita hanya perlu
melakukan beberapa langkah penanganan yaitu:

 Semprotan hidung saline.


Penderita disarankan untuk menyemprotkan semprotan hidung saline beberapa
kali dalam sehari ke hidung mereka untuk membersihkan saluran hidung.
Semprotan hidung ini merupakan campuran air matang 400 mililiter, garam
satu sendok teh, dan soda bikarbonat satu sendok teh.
 Pereda rasa sakit.
 Dekongestan.
Konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi dekongestan. Obat ini
tidak bisa digunakan lebih dari seminggu.
 Kortikosteroid hidung
berfungsi untuk mencegah dan menangani peradangan.

6. Rhinitis

a. Definisi
Rhinitis adalah peradangan atau iritasi yang terjadi di membran mukosa di
dalam hidung. Secara garis besar rhinitis dibagi menjadi dua, yaitu rhinitis alergi
dan rhinitis nonalergi. Rhinitis alergi atau yang disebut juga hay fever disebabkan
oleh alergi terhadap unsur seperti debu, kelupasan kulit hewan tertentu, dan
serbuk sari. Sedangkan rhinitis nonalergi tidak disebabkan oleh alergi tapi kondisi
seperti infeksi virus dan bakteri.

b. Etiologi
Peradangan membran mukosa yang diakibatkan oleh bakteri, alergen
(penyebab alergi), dan virus dapat menyebabkan gejala-gejala rhinitis. Beberapa
penyebab rhinitis alergi adalah kelupasan kulit mati atau rambut hewan, bahan
kimia di tempat kerja, tungau debu rumah, serta serbuk sari dan spora. Sedangkan
penyebab rhinitis nonalergi adalah faktor lingkungan, kerusakan jaringan di dalam
hidung, penggunaan dekongestan hidung berlebih, dan infeksi.

c. Manifestasi Klinis
Rhinitis memiliki gejala yang mirip seperti pilek, yakni:
 Bersin-bersin.
 Hidung tersumbat atau berair.
 Berkurangnya sensitivitas indera penciuman.
 Rasa tidak nyaman atau iritasi ringan di dalam dan area sekitar hidung.

d. Penegakkan Diagnosis
Ada beberapa cara untuk mendiagnosis rhinitis alergi, di antaranya dengan
mengetahui gejala serta riwayat kesehatan pribadi dan keluarga. Selain itu, ada
dua tes alergi utama yang dapat membantu mendiagnosis rhinitis, yaitu tes darah
dan tes tusuk kulit. Jika ternyata bukan karena alergi, tes medis lain seperti
endoskopi pada rongga hidung, tes aliran pernafasan dan CT-scan mungkin akan
dilakukan dokter untuk memeriksa kondisi rongga hidung.

e. Penatalaksanaan

Anda bisa melakukan perawatan rhinitis di rumah jika gejala yang dialami
tidak terlalu parah dengan obat-obatan yang dijual secara bebas, seperti
dekongestan dan antihistamin. Antihistamin memiliki efek yang bertahan lama
untuk meredakan gejala, seperti hidung tersumbat atau berair dan bersin-bersin.
Namun jika gejala rhinitis lebih parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari,
periksakan diri ke dokter.
Selain dengan obat-obatan, Anda juga bisa membersihkan saluran hidung
untuk membantu menjaga agar hidung bebas dari penyebab iritasi. Imunoterapi
juga bisa dilakukan untuk mengatasi rhinitis alergi dan biasanya dilakukan jika
gejala yang dialami sudah parah. Namun, terapi ini harus dilakukan di bawah
pengawasan dokter spesialis yang terlatih.

7. Deviated Septum

a. Definisi

Deviasi septum adalah kelainan fisik pada hidung yang terjadi saat dinding
(septum hidung) yang memisahkan dua lubang hidung bergeser menjauh dari
pusat, membuat satu saluran hidung lebih kecil dari yang lain.

b. Etiologi

Deviasi septum bisa disebabkan oleh kelainan kongenital atau trauma pada
hidung. Ada satu teori yang menunjukkan bahwa kondiis ini berkembang selama
persalinan normal di mana septum hidung mengalami patah tulang mikroskopis
dan tulang rawan karena tekanan.

Deviasi septum juga bisa terjadi akibat cedera hidung atau trauma pada hidung
saat bermain aktif, kontak dalam aktivitas olahraga atau kecelakaan mobil.
Penyebab lain yang mungkin termasuk penggunaan kokain berulang dan beberapa
kelainan jaringan ikat genetik termasuk Homocystinuria, sindrom Marfan, dan
sindrom Ehlers-Danlos.

c. Manifestasi Klinis

Banyak penderita deviasi septum yang tidak mengalami gejala apapun.


Bahkan, banyak yang bahkan tidak sadar bahwa mereka memilikinya. Namun,
pada kasus yang parah, tanda dan gejala di bawah ini dapat terlihat:

 Sering mimisan - Jika septum menyimpang, udara yang masuk ke hidung


mendekati lekukan septum, membuat lapisannya kering dan lebih mudah
terkena retak. Akibatnya risiko mimisan meningkat.
 Obstruksi lubang hidung - Gejala yang paling serius dari deviasi septum
adalah sulit bernapas karena salah satu atau kedua lubang hidung mengalami
obstruksi. Gejala ini lebih terlihat saat seseorang menderita alergi atau infeksi
saluran pernapasan bagian atas.
 Nyeri wajah - Beberapa pasien menderita sakit di sekitar mata dan di pipi
 Mendengkur
 Mulut kering karena penderitanya lebih sering bernapas dengan mulut
 Infeksi sinus berulang
 Tidur terganggu
 Sakit kepala
 Post-nasal drip
 Pernapasan bising saat tidur

d. Penegakkan Diagnosis

Deviasi septum dapat didiagnosis saat pemeriksaan fisik. Dokter akan


memvisualisasikan septum hidung dengan menggunakan cahaya terang dan
spekulum hidung. Jika informasi lebih lanjut diperlukan untuk membuat diagnosis
dan menilai tingkat keparahan kondisi, scan computed tomography (CT) juga
dilakukan.

e. Penatalaksanaan

Penanganan awal untuk deviasi septum berfokus pada menghilangkan gejala


menggunakan obat. Jaringan hidung bengkak dan gejala alergi dapat ditangani
dengan cukup baik dengan dekongestan, antihistamin, dan semprotan steroid
hidung.

Jika kondisinya tidak merespon dengan baik terhadap obat atau jika gejalanya
parah, prosedur pembedahan yang disebut septoplasty dapat dipertimbangkan.
Dokter bedah akan meninjau riwayat kesehatan pasien untuk memastikan mereka
memenuhi syarat untuk menjalani operasi, kemudian dokter akan mendiskusikan
risiko dan manfaat yang diharapkan.

Septoplasty adalah prosedur rutin yang dilakukan dengan anestesi lokal atau
umum pada pasien rawat jalan. Biasanya prosedur ini memakan waktu antara 60
dan 90 menit.
Pada prosedur, dokter bedah akan membuat sayatan di satu sisi hidung untuk
mengakses septum. Setelah itu, selaput lendir atau penutup pelindung septum,
diangkat dengan hati-hati. Hal tersebut dilakukan untuk memungkinkan dokter
bedah untuk memangkas, reposisi, atau mengganti tulang dan tulang rawat.
Jahitan dan splint silikon lembut kadang digunakan untuk menahan selaput dan
septum di tempatnya sampai benar-benar sembuh.

8. Epistaksis

Keluarnya darah dari cavum nasi. Epistaksis merupakan suatu gejala dan
bukan suatupenyakit.
Pemeriksaan Fisik dan Penunjang :
 hinoskopi anterior – posterior
 pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, hapusan darah, faal hemostasis,
LFT,RFT, dll)
 radiologis : x-photo, CT scan, MRI (berkaitan dengan trauma & penyakit lain)

9. Rhinitis Medikamentosa
Kelainan hidung berupa gangguan respon normal vasomotor, akibat
pemakaian obat-obatan teteshidung (vasokonstriktor/dekongestan) yang berlebihan
dan dalam waktu yang lama.

Pemeriksaan Penunjang :

 Rhinoskopi anterior : konka edema (hipertrofi), sekret hidung yang berlebihan


 tes adrenalin : negatif (edema konka tidak berkurang

10. Furunkel Vestibulum Nasi

a. Definisi
Infeksi folikel rambut hidung yang juga melibatkan jaringan disekitarnya.
b. Etiologi
Biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
c. Penegakkan Diagnosis
- Keluhan
Pasien datang dengan keluhan adanya bisul di dalam hidung.
Gejala adanya bisul di dalam hidung kadang disertai rasa nyeri dan perasaan
tidak nyaman. Kadang dapat disertai gejala rhinitis.

- Faktor Risiko
1. Sosio ekonomi rendah
2. Higiene personal yang jelek
3. Rhinitis kronis, akibat iritasi dari sekret rongga hidung.
4. Kebiasaan mengorek-ngorek bagian dalam hidung.

d. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium (DL, dll)
 Skin/Mucusa Biopsy Culture
e. Penatalaksanaan
- Kompres hangat dapat meredakan perasaan tidak nyaman.
- Jangan memencet atau melakukan insisi pada furunkel.
- Pemberian antibiotik topikal, seperti pemberian salep antibiotik bacitrasin dan
polmiksin B serta antibiotik oral karena lokasi furunkel yang berpotensial
menjadi bahaya. Antibiotik diberikan dalam 7-10 hari, dengan pemberian
Amoxicilin 500mg, 3x/hari, Cephalexin 250 – 500 mg, 4x/hari, atau
Eritromisin 250 – 500 mg, 4x/hari.
- Insisi dilakukan jika sudah timbul abses.

Anda mungkin juga menyukai