Anda di halaman 1dari 21

REFERAT ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

TIERED HEALTHCARE REFERENCE SYSTEM IN INDONESIA

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam menempuh


Program Pendidikan Studi Profesi Kedokteran Umum

Disusun oleh
Devi Febrianti 117220074 (UNDIP)
Sabila Agung Prabawani 118220107 (UNDIP)

Ullya 117220069 (UNDIP)


Hasian Ayusari Silalahi 1765050101 (UKI)
Florentina Rahabeat 1865050052 (UKI)
Justica Mariani Febe Nayoan 1765050282 (UKI)

Felichika Earlene 1120181710 (UKRIDA)

Edwinatha Rama Budiharko 1810221047 (UPN)

Dosen Penguji: dr. Arif Rahman Sadad, SH, Sp.FM, MSi.Med


Residen Pembimbing:dr. Antoius
Visi BPJS
Misi BPJS
• 1) Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).
• 2) Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang
efektif, efisien, dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal
dengan fasilitas kesehatan.
• 3) Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung
kesinambungan program.
• 4) Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata
kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk
mencapai kinerja unggul.
• 5) Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi,
kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS
Kesehatan.
• 6) Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung keseluruhan operasionalisasi BPJS Kesehatan
PENGERTIAN SISTEM RUJUKAN BERJENJANG

Surat Keputusan Menteri Kesehatan


RI No. 71 Tahun 2013
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang
dilakukan dari faskes I menuju faskes lanjutan

World Health Organization (WHO)

karakteristik rujukan medis adalah adanya kerja sama antara fasilitas


pelayanan kesehatan, kepatuhan terhadap standar operasional prosedur
(SOP) rujukan, kelengkapan sumber daya pendukung termasuk
transportasi dan komunikasi, kelengkapan formulir rujukan, komunikasi
antar fasilitas kesehatan perujuk dan penerima rujukan serta pelaksanaan
rujukan balik
LANDASAN HUKUM SISTEM RUJUKAN BERJENJANG

Peraturan Menteri Kesehatan


N0.71 Tahun 2013 UU No.44 Tahun 2009
dalam JKN 13 pasal (1) (Tentang Rumah Sakit)

Berisi 9 butir mengenai :


1. Jaminan Kesehatan
PASAL 24
2. Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
3. Peserta
4. Fasilitas Kesehatan PASAL 29
5. Pelayanan Kesehatan Tingkat I
6. Rawat Jalan Tingkat I
7. Rawat Inap Tingkat I PASAL 41
8. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan
9. Sistem Rujukan PASAL 42
KLASIFIKASI RUMAH SAKIT UMUM

RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT UMUM


TIPE A TIPE B

RUMAH SAKIT UMUM RUMAH SAKIT UMUM


TIPE C TIPE D
BENTUK PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA

PELAYANAN KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN PELAYANAN KESEHATAN


TINGKAT I TINGKAT II TINGKAT III
(Primary Health Care) (Secondary Health Services) (Tertiary Health Services)

• Perlu untuk • Perlu untuk kelompok • Perlu untuk kelompok


masyarakat dengan masyarakat yang perlu masyarakat yang tidak
sakit ringan / yang perawatan inap(yang bisa ditangani oleh
sehat untuk tidak bisa ditangani pelayanan sekunder
meningkatkan pelayanan primer)
kesehatan / promosi • Bersifat Kompleks
kesehatan • Bentuk pelayanan :
Rumah Sakit Tipe C dan • Bentuk pelayanan :
• Bentuk pelayanan : D (dengan tenaga Rumah Sakit Tipe A dan
PUSKESMAS spesialis) B (dengan tenaga sub
spesialis)
SYARAT SISTEM RUJUKAN BERJENJANG

A) Pasien wajib menjadi peserta BPJS

B) Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara


teratur oleh peserta, pemberi kerja dan atau pemerintah untuk program
jaminan kesehatan.

C) Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6
(enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.

D) Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha
atas resiko sendiri.

E) Bukan pekerja adalah setiap orang yang mendaftarkan diri menjadi peserta BPJS
Kesehatan bukan sebagai peserta pekerja penerima upah atau pekerja bukan
menerima upah
ALUR SISTEM RUJUKAN BERJENJANG

PROSEDUR PENDAFTARAN
PESERTA JKN BPJS KESEHATAN

①Pendaftaran bagi Penerima


Bantuan Iuran (PBI)

②Pendaftaran bagi Peserta


Pekerja Penerima Upah (PPU)

③Pendaftaran bagi Peserta


PekerjaBukan Penerima Upah
(PBPU)
Ketentuan pelayanan rujukan
berjenjang dapat di kecualikan dalam
kondisi
Terjadi keadaan gawat darurat

Bencana

Kekhususan permasalah kesehatan pasien

Pertimbangan geografis

Pertimbangan ketersedian fasilitas


PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN
(Permenkes 001 Tahun 2012
Pendahuluan

Wajib, Efektif, Efisien,


Berjenjang
Rujukan Berjenjang:
JKN
FKTPFKRTL
(Vertikal atau Horizontal)
BPJS

Tidak Berjalanya Sistem


Rujukan Sesuai Ketentuan

1. Masalah ketersediaan obat


2. Masalah pembiayaan
3. Komitmen rendah di FKTP
4. Tingginya jumlah rujukan
5. Permintaan pasien
Bioetika
Beneficence

Bios
Non
maleficence
Bioetika

Justice
Ethos

Autonomy
Kaidah dasar bioetika

Non
Beneficence
Maleficence

1. Menolong pasienalturisme
Mengutamakan emergensi Autonomy
Justice
2. Memandangpasien
Mengobati pasienluka
atau keluarga bukanlah suatu tindakan tidak
3. hanya
Tidak
1.membunuh
menguntungkanpasien
Memberlakukan
menghargai hakseorang
segala dokter
menentukan
sesuatunasib
secara
sendiri
universal
3.
4. Mengusahakan
Tidak
2.memandang agar
Mengambil
Berterus pasien
kebaikan
terang
porsi sebagai
ataudari
menghargai
terakhir objek
manfaatnya
privasi lebih banyak
proses membagi
5. dibandingkan
Melindungi
yangpasien
3. Menjaga dengan
telah darisuatu
rahasia serangan
ia lakukan keburukannya
pasien
4.
6. Menjamin
Manfaat pasien
kehidupan
lebihhak
3. Melaksanakan
4. Menghargai banyak
baik minimal
informed
sehat daripada
manusia
pasien kerugian dokter
consent
5.
7. Memaksimalisasi
Tidak
4.membahayakan
Menghargai hakhak
hak
pasienpasien
hukum karena
secara
kelalaian
pasien keseluruhan
6.
8. Menerapkan
Tidak melakukan
Golden
White
RuleCollar
Principle,
Crimeyaitu melakukan hal baik
seperti yang orang lain inginkan
7. Memberi suatu resep
KAJIAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN BERJENJANG DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
(JKN) DI UPT. PELAYANAN KESEHATAN UNIVERSITAS JEMBER.
Andita Cindy Faulina1, Abu Khoiri2, Yennike Tri Herawati3 123 Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember
2016

Isu Etik:
• Jumlah dokter total 9 (3 dokter tetap, 6 dokter part timer tanpa jam kerja tetap) kurangnya
jumlah dokter umum di pelayanan kesehatan poliklinik tutup. Pengajuan pencarian dokter tetap
sudah dilaksanakan namun belum ada hasil
• Ketersediaan obat tidak selengkap yang tercantum pada Formularium nasional.
– Antibiotik
– Obat Antihipertensi
– Obat diabetes Melitus
• Ketersediaan Alat kesehatan
– EKG
– Alat di bidang THT
Beneficence?
Autonomy?
Keterbatasan obat dan fasilitas alat kesehatan di pelayanan primer sangat berdampak sekali terhadap
peningkatan angka rujukan karena pasien tidak puas dan kecewa dengan kekurangan atau kekosongan
obat maupun alat kesehatan yang terjadi sehingga pasien akan dirujuk atau pasien sendiri yang meminta
dirujuk walaupun rujukan harus berdasarkan indikasi medis

Rujukan dilakukan tanpa indikasi medis yang seharusnya, alasan keterbatasan obat dan alat kesehatan
penunjang diagnostic dan teuraputic merupakan Alasan Tersering
ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA JKN DARI FASILITAS KESEHATAN
TINGKAT I DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO
Grace Boyangan*, Marjes N. Tumurang*, Jean H. Raule*
*Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado
2017

Isu Etik:
• Secara umum fasilitas alat kesehatan disetiap Puskesmas masih belum sudah cukup lengkap untuk
memberikan pelayanan kesehatan ditingkat pertama.
• kurang percayanya masyarakat dengan pelayanan kesehatan di fasilitas tingkat Pertama, sehingga
walaupun telah dijelaskan berulang-ulang bahwa penyakitnya dapat diobati di Puskesmas, namun
mereka tetap bersikeras meminta dirujuk.
• Keterlambatan masuknya obat dan kekosongan obat.
• Tidak efektifnya komunikasi dan informasi mengenai system rujukan balik.
KESIMPULAN
• Ketersediaan sumber daya manusia pada puskesmas
dalam pelaksanaan rujukan sudah cukup baik namun
para dokter terkadang tidak dapat menolak jika pasien
bersikeras meminta rujukan rawat jalan walaupun tidak
didukung oleh indikasi medis.
• Ketersediaan sarana medis dan obat-obatan di FKTP
masih belum sesuai sehingga dilakukan rujukan medis
ke FKRTL yang sebenarnya dapat tuntas di FKTP
• Kurangnya SDM dokter di FKTP
• Kurang efektifnya komunikasi dan informasi mengenai
system rujukan balik

Anda mungkin juga menyukai