Pembimbing:
Disusun oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
ILUSTRASI KASUS...............................................................................................1
1.1 Identitas Pasien...............................................................................................1
1.2 Anamnesis......................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik..........................................................................................2
1.4 Diagnosis dan Terapi Awal............................................................................3
1.5 Penjelasan Operasi.........................................................................................3
BAB II....................................................................................................................10
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................10
2.1 Anestesi umum.............................................................................................10
2.1.1 Keuntungan dan Kekurangan anestesi umum.......................................10
2.1.2 Indikasi..................................................................................................11
2.1.3 Kontraindikasi.......................................................................................12
2.1.4 Teknik anestesi umum...........................................................................12
i
BAB I
ILUSTRASI KASUS
1.1 Identitas Pasien
Nama : An. A
Usia : 5 bulan
No. RM : 857417
Alamat : Ciater
1.2 Anamnesis
Dilakukan alloanamnesis dengan kedua orang tua pasien pada tanggal
25 November 2022 di.
a. Keluhan Utama
Pasien datang untuk rencana tindakan operasi laparatomi dan juga
dengan keluhan lain dimana testis pasien belum turun ke scrotum.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang untuk rencana tindakan operasi laparatomi dan juga
untuk mengkonsultasikan keluhan lain yaitu perihal testis pasien yang
belum turun ke scrotum.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Saat pasien berusia 4 hari pasien mengalami diare dengan frekuensi
sebanyak 10 kali dan feses yang bewarna hitam. Sekitar usia 10 hari
perut pasien mulai tampak kembung dan membesar. Pada usia 15 hari
pasien muntah bewarna kehijauan lalu pasien dibawa ke rumah sakit
dan di rawat selama 5 hari lalu pasien dirujuk ke dan pada tanggal 31
Juni 2022 dilakukan tindakan colostomy dengan jenis anestesi yaitu
anestesi umum.
Pasca tindakan colostomy, berdasarkan keterangan dari orang tua
pasien, pasien tidak menunjukan adanya keluhan seperti mual, muntah,
demam, pusing ataupun keluhan lainnya.
1
Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan, minuman atau obat-
obatan sebelumnya. Tidak terdapat riwayat asma, hipertensi, riwayat
penyakit jantung, dan tidak memiliki riwayat diabetes mellitus.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi, penyakit jantung, DM, Alergi disangkal.
e. Riwayat Kebiasaan
Merokok (-), Minum Alkohol (-), Olahraga (-)
f. Riwayat Operasi
Pasien sudah pernah menjalani operasi kolostomi pada 31 Juni 2022.
Tinggi Badan : 65 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah :-
Nadi : 120x/menit
Suhu : 36,4oC
Pernapasan : 24x/menit
Status Generalis
2
o Hidung : simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
o Mulut : Bibir Sianosis (-), Pucat (-), Tonsil T1-T1,
Mallampati II
o Leher : Pembesaran KGB (-)
o Thorax :
Paru : Suara nafas vesikular (+/+), Ronkhi (-/-),
Wheezing (-/-)
Jantung : BJ I/II reguler, Murmur (-), Gallop (-)
o Abdomen : Supel, Bising Usus (+)
o Ekstremitas Atas : Akral hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
o Ekstremitas Bawah : Akral Hangat, CRT <2 detik, edema (-/-)
Rangsang Meningeal
Kernig : Negatif
Refleks Patologi
Negatif
Terapi:
- Cefotaxime 2x200 mg
- IV NaCl 0,9%
1.5 Penjelasan Operasi
Dilakukan operasi laparotomi duhamel dan orkidopeksi pada pasien ini
pada tanggal 25 November 2022.
3
Tindakan 25 november 2022
Pemeriksaan penunjang :
LED 5 Mm/jam 0 – 10
Hemoglobin 11,4 g/dL 10.5 – 14
Eritrosit 6,32 x10 /µL
6
3.20 – 5.20
Leukosit 7,9 x103/µL 6. 30 – 14
Trombosit 370 x10 /µL
3
150 – 400
Hematokrit 35,8 % 32.0 – 44.0
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 1 % 1–3
Neutrofil 21 % * 54 – 62
Limfosit 69 % * 23 – 33
Monosit 5 % 3–7
MCV 56,6 fL 72 – 88
MCH 18 Pg 24 – 30
MCHC 31,8 g/dL * 32 – 36
RDW-CV 18,3 % *
Masa Perdarahan/BT 2 Menit 1-3
Masa Pembekuan/CT 10 menit 5-11
Golongan Darah ABO O
Golongan darah rhesus +
Imunologi
4
Pemeriksaan radiologi : 26 november 2022
5
Kesimpulan :
Persiapan Pre-Operatif
Tanda vital
Nadi : 132x/menit
Suhu : 36,7
RR : 42x/menit
SpO2 : 99%
6
Intra-Operatif
7
- Diagnosis Pre-OP: MH Post colonostomy
- Jenis Anestesi : Anestesi Umum
- Jenis Operasi : laparatomi duhmel + orchidopeksi
- Lama Anestesi : 13.15-16.00
8
- Lama Operasi : 13.30-15.20
- Posisi : Terlentang
- Akses Intra Vena : Infus dengan asering
- Medikasi : Propofol 20 mg
Fentanyl 15 mcg
Atracurium 3 mg
Tramadol 10 mg
- Jumlah perdarahan : 60 cc
- Jumlah Cairan : 580 cc
o Cairan rumatan (menggunakan rumus Holliday-Segar)
BB <10kg = 100 x BB
BB= 5,8kg 100 x 5,8
= 580cc : 24 jam 24 cc/jam
o Berdasarkan jenis operasi
BB x jenis operasi sedang (2-4 mL/kgBB) 5,8 X 2 =
11,6 cc
o Berdasarkan lama puasa
Lama puasa x rumatan 6 X 24 = 144 cc
o Kebutuhan cairan selama operasi
1 jam = ½ x lama puasa + rumatan + jenis operasi
1 jam = ½ x 144 + 24 + 11,6 = 90 cc
2 jam = ¼ x lama puasa + rumatan + jenis operasi
2 jam = ¼ x 144 + 24 + 11,6 = 45 cc
- Kesadaran : Composmentis
- Keadaan umum : Tampak sakit sedang
- Suhu : 360C
- Nadi : 144x/menit
- Pernafasan : 30x/menit
Post-Operatif
9
Operasi berakhir pada pukul 16.00 WIB pada tanggal 25 November 2022.
Diagnosa pasien MH Post Colostomy. Setelah pembedahan selesai, pasien
dipindahkan dari ruang operasi ke ruang pemulihan, dengan tanda vital:
1. Nadi : 125x/menit
2. Pernapasan : 30x/menit
3. Pasien sudah bernapas spontan, dan belum sadar
4. Skor aldrete pasien adalah
5. Pasien membutuhkan perawatan lebih intensive dan dipindahkan ke HCU
HR : 159x/menit
RR : 30x/menit
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anestesi umum
kuat ataupun menyakitkan.(1) Anastesi umum memiliki tiga pilar atau trias
anestesi yang meliputi hipnotik atau tindakan, yaitu membuat pasien tertidur
atau mengantuk atau tenang, analgesia atau tidak merasa sakit, serta rileksasi
otot yaitu kemampuan untuk kelumpuhan otot skelet, dan stabilitas otonom
inhalasi.(3)
berikut : (1,4)
11
Dapat digunakan pada pasien yang sensitif terhadap agen anestetik
lokal.
Dapat digunakan pada pasien dengan alergi atau kontraindikasi
terhadap anestesi lokal.
Dapat dilakukan tanpa merubah posisi pasien dari posisi terlentang.
2.1.2 Indikasi
12
Pasien dengan kecemasan dan ketakutan yang ekstrim
Orang dewasa atau anak-anak dengan cacat mental, atau pasien yang
mengalami disorientasi
Orang dewasa atau anak-anak dengan cacat fisik
Bayi dan anak-anak
Prosedur/pembedahan traumatis
Prosedur/pembedahan berkepanjangan
2.1.3 Kontraindikasi
teknik neuraksial.(5)
13
B. Anestesi intravena
C. Anestesi inhalasi
D. Anestesi balance
A. Anestesi intravena :
14
1. Barbiturate :
2. Benzodiazepine :
3. Ketamin :
15
pascabedah dapat digunakan untuk menghasilkan analgesia atau mencegah
toleransi opioid dan hyperalgesia.
4. Propofol :
B. Anestesi inhalasi :
16
Farmakologi klinis agen anestesi inhalasi
D. Analgesik :
17
Terdapat 2 jenis, yaitu golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
(OAINS) dan opioid. Contoh obat OAINS diantaranya adalah paracetamol
dan natrium diklofenak. Sedangkan contoh obat golongan opioid
diantaranya adalah morfin, tramadol, fentanyl.
E. Pelumpuh Otot :
F. Antikolinergik :
G. Inhibitor Cholinesterase :
18
19
2.2 Anestesi pada Pediatri
Pediatri adalah kelompok individu yang memerlukan perawatan
khusus sehingga tercapai anestesi yang efektif dan aman. (9) Bayi dan anak
bukan orang dewasa dengan ukuran kecil. Pemahaman anatomi, fisiologi
dan farmakologi yang berbeda dengan orang dewasa merupakan kunci
untuk bisa mengelola pasien pediatri yang akan menjalani pembedahan
atau suatu prosedur medis dengan aman dan hasil yang baik. Kelompok
pasien pediatri mempunyai variasi yang cukup luas sesuai
pertumbuhannya yang tentunya juga menyangkut anatomi, fisiologi,
farmakologi, dan psikologinya. Kelompok ini bisa dibagi sebagai berikut
(10)
:
o Kelompok neonatus: bayi usia konsepsi 44 minggu atau usia
kalender sampai 28 hari
o Kelompok bayi: bayi usia hingga 12 bulan
o Kelompok anak: individu usia 1 sampai 12 tahun
o Kelompok remaja: individu usia 13 sampai 18 tahun
20
2.2.1 Patofisisologi
A. Sistem pernafasan
Perbedaan utama yang paling mendasar pada sistem pernapasan
anak-anak adalah kebutuhan metabolik dan konsumsi oksigen yang
lebih tinggi yaitu 6 ml/kg, 3 kali lipat lebih banyak dari orang dewasa,
namun karena volume tidal pada anak-anak relatif sama dengan orang
dewasa (6-8 ml/kg) bila dibandingkan dengan berat badan maka hal
tersebut dikompensasi melalui laju ventilasi yang lebih cepat (anak <1
tahun : 30-60x per menit, 1-3 tahun: 24-40x per menit , 3-6 tahun : 22-
34x per menit , 6-12 tahun : 18-30x per menit , 12-18 tahun : 12-16x
per menit). Kadar volume dead space pada anak kecil dan dewasa
cenderung sama yaitu sekitar 33% bila dibandingkan dengan volume
tidal namun penggunaan alat-alat anestesi dapat meningkatkan volume
dead space dan menggangu ventilasi secara efektif sehingga
penggunaan alat-alat anestesi harus diperhatikan dengan benar. Semua
faktor tersebut akan memudahkan terjadinya gangguan pernapasan dan
desaturasi pada anak kecil sehingga pengawasan kadar oksigen harus
dilakukan secara ketat.(11)
21
Perbedaan anatomi respirasi pada dewasa dan anak
B. Sistem kardiovaskular
Ventrikel kiri pada anak-anak lebih nonkomplians dan serat-serat
kontraktil yang sedikit, namun kebutuhan metabolisme anak-anak tetap
lebih tinggi dari orang dewasa sehingga cardiac output juga harus
tinggi (anak-anak : 200 ml/kg/min , dewasa : 70 ml/kg/min), cardiac
output ditentukan dari kadar volume kuncup dan detak jantung, karena
22
kontraktilitas ventrikel kiri yang rendah pada anak-anak maka
kompensasi dicapai melalui peningkatan detak jantung. Karena detak
jantung yang tinggi pada anak-anak maka pada saat induksi anestesi
dapat terjadi ventrikuler ekstra systole yaitu sebuah arritmia jantung
yang dapat diatasi dengan memperdalam anestesi. Di sisi lain anak-
anak rentan terhadap peningkatan tonus parasimpatis dan dapat
dicetuskan oleh hypoxia ataupun stimulus menyakitkan seperti
pemasangan laryngoskopi ataupun intubasi, hal tersebut dapat
menurunkan cardiac output secara dramatis, hal ini dapat diatasi
dengan pemberian atropine, sedangkan bradycardia yang dicetus oleh
hypoxia dapat diatasi dengan pemberian oksigen kemampuan untuk
meningkatkan usaha ventilasi secara efektif akan terbatasi volume
dead space pada anak kecil dan dewasa cenderung sama yaitu sekitar
33% bila dibandingkan dengan volume tidal namun penggunaan alat-
alat anestesi dapat meningkatkan volume dead space dan menggangu
ventilasi secara efektif sehingga penggunaan alat-alat dan ventilasi
yang baik.(12,13,14)
C. Sistem hematologi
Volume darah pada bayi lebih tinggi daripada orang dewasa, hal
tersebut akan mempengaruhi jumlah cairan atau darah yang harus
ditransfusikan bila terjadi hypovolemia. Rumus ABL (Allowable
23
Blood Loss) digunakan untuk mencari jumlah cairan yang dibutuhkan
dan dihitung dengan rumus ( ABL: EBV X Ht 1−Ht 2 / Ht1 ) dengan
EBV : Estimated Blood Volume, HT1 : Hematocrit (atau bisa
hemoglobin) awal (normal pria: 42-52%, wanita : 37-47%), HT2 :
Hematocrit (atau bisa hemoglobin) akhir. Sebelum Operasi disarankan
dibuat perhitungan estimasi kehilangan darah pada saat intraop
sebelum dilakukan operasi, dan bila mungkin dapat diberikan. Terapi
preoperative seperti supplemen besi. Bila pasien dengan anemia kronis
tidak dapat menerima transfusi darah karena alasan tertentu atau
memiliki penyakit ginjal dapat dibantu dengan pemberian EPO
(Erythropoietin).(15)
24
Kebutuhan cairan dasar
Anamnesis
Sebelum melakukan persiapan anestesi pediatrik, lakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat. Pertanyaan yang diberikan pada saat anamnesis
preoperatif
1. Usia Gestasi dan Berat Lahir
2. Masalah selama kehamilan dan persalinan serta skor APGAR
3. Riwayat Penyakit Sekarang
4. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Kelainan kongenital atau metabolic
6. Riwayat pembedahan
7. Riwayat kesulitan anestesi pada keluarga dan pasien
8. Riwayat Alergi
9. Batuk , Episode Asma, ISPA yang sedang dialami
10. Waktu terakhir makan dan minum
Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2. Tanda-Tanda Vital : Tekanan darah, Laju nadi dan napas, Suhu
3. Data antropometrik : Tinggi dan berat badan
4. Adanya gigi yang lepas atau goyang
5. Sistem respirasi
6. Sistem Kardiovaskuler
7. Sistem Neurologi
25
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan kadar Hb dilakukan apabila diperkirakan akan ada banyak
pendarahan pada saat operasi, bayi prematur, penyakit sistemik dan penyakit
jantung kongenital. Pemeriksaan kadar elektrolit dapat dilakukan bila terdapat
penyakit ginjal ataupun metabolik lainnya dan pada kondisi dehidrasi.
Pemeriksaan x-ray dapat dilakukan bila terdapat penyakit paru-paru, scoliosis
ataupun penyakit jantung. Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan
sesuai penyakit pasien yang ditemukan.
Menentukan klasifikasi status fisik
Dalam hal ini dipakai klasifikasi ASA (American Society of
Anesthesiology) sebagai gambaran prognosis pasien secara umum
- ASA I : Pasien normal dan sehat
- ASA II : Pasien dengan penyakit sistemik sedang
- ASA III : Pasien dengan penyakit sistemik berat
- ASA IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat dan mengancam nyawa
- ASA V : Pasien dengan jiwa terancam yang diprediksi tidak dapat
bertahan tanpa operasi
- ASA VI : Pasien yang dinyatakan mati batang otak
Persiapan di kamar operasi
Untuk persiapan induksi anestesi umum diperlukan ‘STATICS’ :
26
- C : Connector: Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
- S : Suction : Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
27
Dosis obat premedikasi pada pasien anak
Terapi cairan
Cairan perioperatif yang diberikan dapat dikategorikan sebagai berikut: (7)
1. Rumatan (maintenance)
Cairan rumatan perioperatif bertujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan.
Elektrolit (natrium, kalium dan klorida, dil.), serta glukosa untuk pasien yang
tidak cukup mendapat asupan makanan per oral (misalnya seseorang yang
akan menjalani operasi, penurunan kesadaran atau anoreksia, sakit berat, dll).
Metode perhitungan cairan rumatan untuk anak-anak yang paling mudah dan
banyak digunakan adalah metode Holliday-Segar. Perhitungan kebutuhan
cairan dari metode ini didasari perkiraan berapa kilo kalori yang digunakan
untuk metabolisme, di mana setiap 100 kilo kalori yang digunakan perlu
diganti dengan 100 ml cairan (satu kilokalori yang hilang butuh satu mili liter
cairan pengganti). Metode Holliday-Segar selanjutnya dapat disederhanakan
dengan memperkirakan kebutuhan cairan setiap jam. Metode lain untuk
memperkirakan kebutuhan cairan rumatan adalah dengan menggunakan
acuan luas permukaan tubuh dan kebutuhan kalori basal. Persamaan ini
melibatkan lebih banyak perhitungan, dan metode pengukuran kebutuhan
kalori basal membutuhkan alat khusus yang disebut indirect calorimetri yang
berharga mahal. Kebutuhan cairan berdasarkan luas permukaan tubuh,
1500ml/m2 BSA/hari. Pedoman NICE tahun 2015 merekomendasikan
28
penggunaan kristaloid bebas glukosa yangtmengandung Na dalam kisaran
131-154 mmol/L untuk resusitasi cairan, dan kristaloid isotonik dengan atau
tanpa glukosa untuk pemeliharaan rutin tanpa menentukan cairan isotonic
yang direkomendasikan. Pilihan cairan rumatan tergantung pada kebutuhan
elektrolit dan glukosa. Bayi baru lahir dan bayi prematur atau BBLR berisiko
mengalami hipoglikemia selama periode perioperatif dan perlu monitoring
ketat kadar gula darah.
2. Cairan resusitasi/pengganti defisit
Diberikan sebelum tindakan operasi dilakukan, kecuali kondisi anak
memerlukan operasi darurat. Pada kondisi darurat kondisi darurat, cairan
resusitasi diberikan bersamaan dengan persiapan operasi dan saat tindakan
operasi. Keadaan hipovolemia harus diganti secepatnya dengan bolus cairan
isotonik atau koloid 20 mL/kg dan bila disertai dengan hemoglobin rendah
maka pemberian darah harus dipertimbangkan. Defisit cairan dapat terjadi
akibat:
Puasa
Beberapa penelitian pada bayi menunjukkan bahwa pemberian
cairan bening diperbolehkan hingga 2 jam, dan ASI hingga 4 jam sebelunt
operasi. Terdapat pula beberapa bukti bahwa bayi pada usia <3 bulan
dapat diberi susu formula hingga 4 jam sebelum operasi dengan luaran
yang cukup aman. Sebaliknya, anjuran untuk mengonsumsi susu sapi atau
makan makanan padat kurang dari 6 jam sebelum operasi pada balita dan
anak-anak tidak mempunyai cukup bukti.
Dehidrasi
Dehidrasi dan beberapa kondisi medis yang berhubungan dengan
kchilangan cairan ruang ketiga (misalnya obstruksi usus) akan
memengaruhi volume cairan intravaskular. Penggantian kchilangan cairan
intravaskular sebaiknya dilakukan dengan pemberian cairan isotonis dan
isoosmolar, dengan cairan kristaloid (Ringer Laktat atau NaCt 0,9%)
ataupun dengan cairan koloid. Pada anak yang lebih kecil, jumiah loading
cairan sebaiknya disesuaikan dengan berat badannya.
Ketidakseimbangan elektrolit
29
Anak pada masa pertumbuhan memililki kcbutuhan elektrolit yang
lebih besar. Untuk menggantikan kehilangan clektrolit dari urine dan
menyediakan eiektrolit tambahan untuk pertumbuhan, kira-kira diperlukan
2-3 mEq natrium dan klorida, serta 2 mEq kalium untuk setiap 100 kilo
kalori enengi yang diperlukan atau 100 ml cairan rumatan. Dengan
demilkian pada kondisi pasien yang memiliki status kardiovaskular dan
fungsi ginjal normal, kecukupan eiektrolit disediakan dengan pemberian
cairan intravena yang mengandung larutan garam ¼ normal (Na = sekitar
35 mEa/l), dan 20 mEa kalium per liter. Harus dlingat bahwa perkiraan
kebutuhan elektrolit pada pasien anak didasarkan pada komposisi
clektrolic bayi yang menyusul normal (ASI, susu sapi. dIl.). Beberapa
rekomendasi menyarankan penggunaan larutan dengin konsentrasi natrum
lebih tinggi (misalnya larutan garam ½ normal) untuk anak-anak yang
lebih besar.
3. Pengganti (replacement)
Untuk mengganti defisit atau kehilangan yang sedang berlangsung
Hiponatremia
Penanganan yang harus dilakukan pada kondisi hiponatremia adalah
sebagai berikut:
- Koreksi defisit cairan
- Resusitasi syok: NS/RL/Ringer fundin
- Kalkulasi defisit natrium/jam
- Rumatan plus defisit natrium/24 jam
- Infus D5 0.45 NS atau D5 Ns atau RD5 + mEq
Na+ = (Na dinginkan - Na sekarang) x BB x 0.6 ditambahkan 10-20
meq KCi/I sesuai dengan fungsi ginjal dan kadar K
Hipokalemia
Penanganan yang harus dilakukan pada kondisi hipokalemia adalah
sebagai berikut:
- K: 0.5-1mEq/kg (maksimal 20meq)/2jam
- Pengulangan: setiap 4-8 jam sesuai kebutuhan
- Monitoring EKG
30
Hiperkalemia
Penanganan yang harus dilakukan pada kondisi hipokalemia adalah
sebagai berikut:
- Cacl: 0,1-0.3ml/kg cairan 10%
- CaGlukonas: 0,3-1 ml/kg cairan 10%
- Natrium bikarbonat: 1-2 mEa/kg + hiperventilasi ringan sampai
sedang
- Glukosa ditambah insulin: 0,5g/kg glukosa plus 0,1U/kg insulin/30
menit
2. Pemantauan intraoperative (11)
Tenaga kesehatan yang berkualifikasi harus berada di dalam kamar
bedah selama pemberin anestesia/analgesia bertujuan untuk memantau pasien,
dan memberikan antisipasi segara terhadap perubahan abnormal yang terjadi.
Beberapa pemantauan yang dapat dilakukan, yaitu:
Jalan nafas
Selama anestesia baik dengan teknik sungkup atau intubasi trakea harus
dipantau secara ketat, dan kontinyu untuk mempertahankan kebutuhan
jalan nafas. Sungkup muka (face mask) mengantar udara/gas anestesi dari
alat resusitasi atau sistem anestesi ke jalan nafas pasien. Bentuknya dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika digunakan untuk bernafas spontan atau
dengan tekanan positif tidak bocor, dan gas masuk semua ke trakea lewat
mulut atau hidung. Bentuk sungkup muka sangat beragam tergantung usia,
yaitu:
- Ukuran 03 untuk bayi baru lahir.
- Ukuran 02, 01, 1 untuk anak kecil.
- Ukuran 2, 3 untuk anak besar.
- Ukuran 4, 5 untuk dewasa.
Pada pola nafas spontan, pemantauan dilakukan dengan melihat
gejala atau tanda, seperti terdengar suara jalan nafas patologis, gerakan
kantong reservoir terhenti atau menurun, tampak gerakan dada paradoksal.
Pada nafas kendali gejala atau tanda yang dapat dilihat, yaitu tekanan
inflasi terasa berat, tekanan positif inspirasi meningkat.
31
Oksigenasi
Oksigenasi yang dilakukn bertujuan untuk memastikan kadar zat di
dalam udara/gas inspirasi, dan di dalam darah. Hal ini dilakukan terutama
pada anestesia umum inhalasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni:
- Memeriksa kadar oksigen gas inspirasi, dilakukan dengan
mempergunakan alat pulse oxymeter yang mempunyai alarm batas
minimum, dan maksimum.
- Oksigenasi darah, diperiksa secara klinis dengan melihat warna
darah luka operasi, dan permukaan mukosa, secara kualitatif
dengan alat oksimeter denyut, dan pemeriksaan analisis gas darah.
Ventilasi
Ventilasi dapat dilakukan dengan diagnostik fisik yaitu dengan
mengawasi gerakan naik turunnya dada, kembang kempisnya kantong
reservoir, atau dengarkan suara nafas menggunakan auskultasi. Dapat juga
dilakukan dengan memantau end tidal CO2 terutama pada operasi lama,
misalnya bedah kraniotomi. Pemantauan menggunakan sistem alarm pada
alat bantu nafas mekanik yang mampu mengeluarkan sinyal/tanda yang
terdengar jika nilai ambang tekanan dilampaui.
Sirkulasi
Pemantauan fungsi sirkulasi dapat dilakukan dengan mengukur
tekanan darah secara invasif, EKG, dan disertai dengan oksimeter denyut.
Pemantauan ini dilakukan pada pasien berisiko tinggi pada anestesia atau
bedah ekstensif, dan dilakukan secara kontinyu selama tindakan
berlangsung. Yang kedua pemantauan dapat dilakukan melihat dari
produksi urin, ditampung, dan diukur volumenya setiap jam terutama pada
operasi besar, dan lama.
Suhu tubuh
Apabila dicurigai atau diperkirakan akan atau ada terjadi
perubahan suhu tubuh, maka suhu harus diukur secara kontinyu pada
daerah sentral tubuh melalui esophagus atau rectum dengan termometer
khusus yang dihubungkan dengan alat pantau yang mampu menayangkan
secara kontinyu.(15)
32
3. Perawatan pasca operatif (12)
Pasca anestesia merupakan periode kritis yang segera dimulai
setelah pembedahan dan anestesia diakhiri sampai pasien pulih dari
pengaruh anestesia. Pemindahan pasien dari kamar operasi dilaksanakan
dengan hati-hati mengingat pasien dalam keadaan belum sadar penuh atau
belum pulih dari pengaruh anestesia. Posisi kepala diatur sedemikian rupa
sehingga keluasan jalan nafas tetap adekuat dan ventilasi terjamin. Pada
pasien yang belum bernafas spontan, diberikan nafas buatan. Gerakan
pada saat memindahkan pasien dapat menimbulkan atau menambah rasa
nyeri akibat tindakan pembedahan dan bisa terjadi dislokasi sendi. Pada
pasien dengan blok spinal, posisi pasien diatur sedemikian rupa sehingga
aliran darah dari daerah tungkai ke proksimal tetap lancar; infus, pipa
nasogastrik, dan kateter urin harus tetap berfungsi dengan baik atau tidak
terlepas. Pada saat pasien tiba di ruang pemulihan, dilakukan evaluasi
fungsi vital. dilakukan pemantauan secara periodik berdasarkan Steward
Score pada anak-anak dan alderete score pada dewasa, pasien dapat
dipindahkan ke ruang perawatan apabila steward Score >5.
2.2.3 Komplikasi
33
Komplikasi perioperatif pada jalan napas lebih sering terjadi pada
anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Bayi dan anak sangat
mudah dan cepat mengalami desaturasi oksigen, hipoksemia,
dekompensasi kardiovaskular hingga henti jantung. Bayi juga memiliki
tonus vagal yang tinggi dibandingkan dengan orang dewasa, sehingga bayi
lebih mudah untuk mengalami bradikardia hingga henti jantung sebagai
respons terhadap hipoksemia. Beberapa komplikasi perioperatif jalan
napas yang sering terjadi adalah: spasme laring, croup pasca intubasi,
spasme bronkus, aspirasi, edema paru, edema laring dan trauma
laringotrakea.(7)
34
BAB III
PEMBAHASAN
35
DAFTAR PUSTAKA
36
https://www.aagbi.org/sites/default/files/7-Paediatric-anatomy-
physiology-and-the-basics-of-paediatric-anaesthesia.pdf
37
LAMPIRAN
38
39
40