Anda di halaman 1dari 19

PORTOFOLIO

KASUS OBGYN
Ketuban Pecah Dini (KPD)

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT DALAM


MENEMPUH
PROGRAM DOKTER INTERNSIP
DI RUMKIT ...................................

Oleh:
dr.
Pembimbing:
dr.
Pendamping:
dr.

RUMKIT ......................................
KABUPATEN ….................
2020-07-15
BERITA ACARA PRESENTASI LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

Telah dipresentasikan laporan kasus oleh :


Nama :
Kasus :
Topik : Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Nama Pendamping :
Nama Wahana :
Hari / Tanggal :

No Nama Peserta Tanda tangan


1 1.
2 2.
3 3.
4 4.
5 5.

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Mengetahui,
Dokter Internship Dokter Pendamping

2|Page
Portofolio Kasus Medik
Nama Peserta :
Nama Wahana :
Topik : Ketuban Pecah Dini (KPD)
Tanggal Kasus: Nama Presenter:

Tanggal Presentasi : Nama Pembimbing :


Nama Pendamping :

Tempat Presentasi :
Obyektif Presentasi :
■ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka
■ Diagnostik □ Manajemen ■ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja ■ Dewasa □ Lansia □ Bumil
Deskripsi : Seorang G7P2A4, 39 tahun, usia kehamilan 35+4 minggu rujukan dari
bidan praktek mandiri dengan keterangan pasien seorang G7P2A4, hamil 35
minggu dengan ketuban pecah dini, TD 130/80 mmHg, TFU 26 cm, preskep,
puki, DJJ 146x/menit belum dalam persalinan. Pasien merasa hamil 8 bulan,
gerakan janin masih dirasakan, kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, air
kawah sudah dirasakan keluar sejak 3 hari yang lalu. Lendir darah belum
dirasakan keluar.
Air kawah yang keluar dirasakan sedikit setiap harinya dan sekarang masih
merembes. Air kawah yang keluar berwarna putih bening dan tidak berbau.
Keluhan ini tidak disertai demam.
Tujuan : Mempelajari cara mendiagnosis dan memberikan tindakan pada kasus
ketuban pecah dini
Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset ■ Kasus □ Audit
Cara Membahas : ■ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ Email □ Pos
Data Pasien :
Nama : Ny. IS No. Register :
Nama RS : Telp : - Terdaftar sejak :
3|Page
Data Utama Untuk Bahan Diskusi :
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Air kawah dirrasakan rembes

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang G7P2A4, 39 tahun, usia kehamilan 35+4 minggu rujukan dari bidan
praktek mandiri dengan keterangan pasien seorang G 7P2A4, hamil 35 minggu
dengan ketuban pecah dini, TD 130/80 mmHg, TFU 26 cm, preskep, puki, DJJ
146x/menit belum dalam persalinan. Pasien merasa hamil 8 bulan, gerakan janin
masih dirasakan, kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, air kawah sudah
dirasakan keluar sejak 3 hari yang lalu. Lendir darah belum dirasakan keluar.

Air kawah yang keluar dirasakan sedikit setiap harinya dan sekarang masih
merembes. Air kawah yang keluar berwarna putih bening dan tidak berbau.
Keluhan ini tidak disertai demam.

Riwayat Penyakit Dahulu :

a. Riwayat hipertensi kehamilan sebelumnya : Disangkal


b. Riwayat infeksi : Disangkal
c. Riwayat minum obat/ jamu selama hamil : Disangkal

d. Riwayat serupa kehamilan sebelumnya : Disangkal


Riwayat Penyakit Keluarga :
Disangkal

Riwayat Fertilitas :
Buruk

4|Page
Riwayat Obstetri :

I : Tahun 1998  Abortus


II : Laki-laki, 18 tahun, lahir spontan di RS Baptis, BBL 3100 gram
III : Perempuan, 10 tahun, lahir spontan di bidan, BBL 3300 gram
IV : Tahun 2014  Abortus
V : Tahun 2014  Abortus
VI : Tahun 2017  Abortus
VII : Hamil ini

Riwayat Ante Natal Care (ANC) :


Pasien rutin melaksanakan ANC di bidan praktek mandiri hingga
kandungan pasien memasuki trimester kedua. Pasien rutin ANC ke
bidan setiap bulannya. Memasuki trimester ketiga pada kehamilannya,
pasien mulai rutin memeriksakan kehamilannya di dokter spesialis.

Riwayat Menstruasi :
a. Menarche : 13 tahun
b. Lama menstruasi : 5 hari
c. Siklus menstruasi : 30 hari

Riwayat Perkawinan :

Menikah 1 kali, selama 10 tahun

Riwayat Keluarga Berencana (KB) :

Pasien KB dengan KB suntik 1 bulan dan 3 bulan yang dilakukan selama 6


tahun diantara waktu anak pertama dan kedua. Selanjutnya pasien tidak memakai
alat kontrasepsi.

5|Page
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN
Keadaan Umum: Cukup
Kesadaran: Compos Mentis
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 88 x / menit
- Respiratory Rate : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 0C

STATUS GENERALIS
- Kepala/leher: anemis/ikterik/cyanosis/dyspnea = -/-/-/-
Faring hiperemi (+), Tonsil T1/T1, hiperemi (-)
- Thorax : Normothorax, Gld. mammae hipertrofi, areola mammae
hiperpigmentasi (+)
a. Cor:
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
- Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
b. Pulmo:
- Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
- Palpasi : Fremitus taktil dada kanan = kiri
- Perkusi : Sonor/sonor
- Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (-/-)

- Abdomen: Lihat status obstetri


- Extremitas: akral hangat-kering-merah, tidak ada edema

6|Page
STATUS OBSTETRI
-Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, distended gravid (+), striae
gravidarum (+)
-Palpasi (Leopold)
I : Tinggi fundus uteri (TFU) setinggi 26 cm ~ taksiran berat janin (TBJ)
2170 gram, teraba bagian lunak dan tidak simetris, kesan bokong janin
II : Teraba punggung di sebelah kiri (puki), dan bagian-bagian kecil
sebelah kanan
III : Teraba 1 bagian keras bulat, kesan kepala janin
IV : Kepala janin belum masuk panggul
-Auskultasi : Detak jantung janin (DJJ) 146 kali/menit, ireguler

STATUS GINEKOLOGI
-Inspeksi : Vulva dan uretra tenang, rembesan air ketuban (+)
-Inspekulo : nitrazine test (+)
-VT : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboraturium darah
Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 13.2 g/dL 11.0 – 15.0
Hematokrit 40.7 % 37 – 48
Leukosit 11.7 103/mL 4.0 - 10.0
Trombosit 302 103/mL 150 – 350
Eritrosit 4.57 106/mL 3.50 – 5.00
INDEX ERITROSIT
MCV 89.2 fl 82.0 – 95.0
MCH 28.8 pg 27.0 – 31.0
MCHC 32.4 g/dl 32.0 – 36.0
RDW 14.6 % 11.5 – 14.5
7|Page
MPV 9.1 fl 7.0 – 11.0
PDW 14.8 % 15.0 – 17.0
HITUNG JENIS
Granulosit 50.8 % 50.0 – 70.0
Limfosit 40.6 % 20.0 – 40.0
MID 8.6 % 3.0 – 9.0

2. USG (2 Januari 2018)

Tampak janin tunggal, intrauterin, memanjang, puki, preskep, DJJ (+)


dengan FB: BPD 77 mm, AC 260 mm, FL 59,6 mm, EFBW 1,93 kg
Plasenta insersi di corpus uteri gr II
Air kawah kesan cukup
Tak tampak jelas kelainan kongenital mayor
Kesan: saat ini janin dalam keadaan baik

DIAGNOSIS
G7P2A4 hamil 35+4 minggu dengan ketuban pecah dini

8|Page
TATALAKSANA
- Observasi tanda vital, His, DJJ dan tanda-tanda infeksi
- IVFL RL 20 tpm
- Injeksi dexamethasone 6 mg/12 jam (4 kali)
- Eritromisin 2 x 500 mg
- Kaltrofen supp 2 tab
Hasil Pembelajaran :
1. Manifestasi klinis ketuban pecah dini
2. Pemeriksaan dan diagnosis ketuban pecah dini secara cepat, tepat, dan akurat
3. Penanganan kasus ketuban pecah dini secara tepat.
Daftar Pustaka:.
Bergehella V. Prevention of preterm burth. In: Obstetric evidence based
guidelines. Series in maternal fetal medicine. Informa heathcare. Informa
UK Ltd, 2007.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Premature Birth. In: Williams Obstetric. 23rd Ed. McGrawHill Medical,
New York, 2010.
Gde Manuaba, I.B. Ketuban Pecah Dini (KPD). Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan & Keluarga Berencana. Jakarta: EGC; 2001. Hal: 229-232.
Manuaba I.B.G, Chandranita Manuaba I.A, Fajar Manuaba I.B.G.(eds) Pengantar
Kuliah Obstertri. Bab 6: Komplikasi Umum Pada Kehamilan. Ketuban
Pecah Dini. Cetakan Pertama. Jakarta. Penerbit EGC. 2007. Pp 456-60.
Medina, Tanya M. and Hill, Ashley D. Preterm Premature Rupture of
Membranes: Diagnosis and Management. Am Fam Physician
2006;73:659-64.
Myers VS. Premature rupture of membranes at or near term. In: Berghella V.
Obstetric evidence based guidelines. Series in maternal fetal medicine.
Informa heathcare. Informa UK Ltd, 2007.
Nili F., Ansaari A.A.S. Neonatal Complications Of Premature Rupture Of
Membranes. Acta Medica Iranica. [Online] 2003. Vol 41. No.3. Diunduh

9|Page
dari http://journals.tums.ac.ir/upload_files/pdf/59.pdf.
Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini, Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal : 218-220.
Soewarto, S. 2009. Ketuban Pecah Dini. Dalam: Winkjosastro H., Saifuddin A.B.,
dan Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-680.

10 | P a g e
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio Kasus Obgyn

Subjektif:
Seorang G7P2A4, 39 tahun, usia kehamilan 35+4 minggu rujukan dari bidan
praktek mandiri dengan keterangan pasien seorang G 7P2A4, hamil 35 minggu
dengan ketuban pecah dini, TD 130/80 mmHg, TFU 26 cm, preskep, puki, DJJ
146x/menit belum dalam persalinan. Pasien merasa hamil 8 bulan, gerakan janin
masih dirasakan, kenceng-kenceng teratur belum dirasakan, air kawah sudah
dirasakan keluar sejak 3 hari yang lalu. Lendir darah belum dirasakan keluar.

Air kawah yang keluar dirasakan sedikit setiap harinya dan sekarang masih
merembes. Air kawah yang keluar berwarna putih bening dan tidak berbau.
Keluhan ini tidak disertai demam.

Objektif:
VITAL SIGN
- Tekanan darah : 130/80 mmHg
- Nadi : 88 x / menit
- Respiratory Rate : 20 x/menit
- Suhu : 36,5 0C

STATUS GENERALIS
Thorax : Normothorax, Gld. mammae hipertrofi, areola mammae hiperpigmentasi
(+)

STATUS OBSTETRI
-Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, distended gravid (+), striae
gravidarum (+)
-Palpasi (Leopold)

11 | P a g e
I : Tinggi fundus uteri (TFU) setinggi 26 cm ~ taksiran berat janin (TBJ)
2170 gram, teraba bagian lunak dan tidak simetris, kesan bokong janin
II : Teraba punggung di sebelah kiri (puki), dan bagian-bagian kecil
sebelah kanan
III : Teraba 1 bagian keras bulat, kesan kepala janin
IV : Kepala janin belum masuk panggul
-Auskultasi : Detak jantung janin (DJJ) 146 kali/menit, ireguler

STATUS GINEKOLOGI
-Inspeksi : Vulva dan uretra tenang, rembesan air ketuban (+)
-Inspekulo : nitrazine test (+)

Assessment:
Dari anamnesa, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang
mengarahkan pasien mengalami Ketuban Pecah Dini tdengan tidak adanya
tanda-tanda inpartu. Untuk itu perlu observasi lanjut terhadap resiko
terjadinya infeksi dan tanda-tanda inpartu kemudian.
Ketuban pecah dini atau spontaneus/early/premature rupture of membrans
(PROM) merupakan pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum
menunjukkan tanda-tanda persalinan / inpartu (keadaan inpartu didefinisikan
sebagai kontraksi uterus teratur dan menimbulkan nyeri yang menyebabkan
terjadinya efficement atau dilatasi serviks) atau bila satu jam kemudian tidak
timbul tanda-tanda awal persalinan atau secara klinis bila ditemukan pembukaan
kurang dari 3 cm pada primigravida dan kurang dari 5 cm pada multigravida.
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada kehamilan aterm
maupun preterm. Saat aterm sering disebut dengan aterm prematur rupture of
membrans atau ketuban pecah dini aterm. Bila terjadi sebelum umur kehamilan 37
minggu disebut ketuban pecah dini preterm / preterm prematur rupture of
membran (PPROM) dan bila terjadi lebih dari 12 jam maka disebut prolonged
PROM (Gde, 2001).
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya

12 | P a g e
elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan
perubahan yang besar. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
infeksi atau rendahnya kadar kolagen (Medina-Hill, 2006).
Berdasarkan sumber, penyebab ketuban pecah dini mempunyai
dimensi multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut (Myers, 2007):
1. Serviks inkompeten.
2. Ketegangan rahim yang berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion.
3. Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang.
4. Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum
masuk pintu atas panggul, disproporsi sefalopelvik.
5. Kelainan bawaan dari selaput ketuban.
6. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Prevalensi KPD berkisar antara 3-18% dari seluruh kehamilan. Saat aterm,
8-10 % wanita hamil datang dengan KPD dan 30-40% dari kasus KPD merupakan
kehamilan preterm atau sekitar 1,7% dari seluruh kehamilan.

Pada ketuban pecah dini terjadi perubahan-perubahan seperti penurunan


jumlah jaringan kolagen dan terganggunya struktur kolagen, serta peningkatan
aktivitas kolagenolitik. Degradasi kolagen tersebut terutama disebabkan oleh
matriks metaloproteinase (MMP). MMP merupakan suatu grup enzim yang dapat
memecah komponen-komponen matriks ektraseluler. Enzim tersebut diproduksi
dalam selaput ketuban. MMP-1 dan MMP-8 berperan pada pembelahan triple
helix dari kolagen fibril (tipe I dan III), dan selanjutnya didegradasi oleh MMP-2
dan MMP-9 yang juga memecah kolagen tipe IV. Pada selaput ketuban juga
diproduksi penghambat metaloproteinase / tissue inhibitor metalloproteinase
(TIMP). TIMP-1 menghambat aktivitas MMP-1, MMP-8, MMP-9 dan TIMP-2
menghambat aktivitas MMP-2. TIMP-3 dan TIMP-4 mempunyai aktivitas yang
sama dengan TIMP-1 (Gde, 2001).

13 | P a g e
Gambar 1: Mekanisme multifaktorial menyebabkan ketuban pecah dini

Diagnosa
1. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesa pasien dengan KPD merasa basah pada vagina atau
mengeluarkan cairan yang banyak berwarna putih jernih, keruh, hijau, atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak, secara tiba-tiba dari jalan
lahir. Keluhan tersebut dapat disertai dengan demam jika sudah ada
infeksi. Pasien tidak sedang dalam masa persalinan, tidak ada nyeri
maupun kontraksi uterus. Riwayat umur kehamilan pasien lebih dari 20
minggu (Medina-Hill, 2006).
Pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan uterus lunak dan
tidak adanya nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan dibandingkan
dengan tinggi yang diharapkan menurut hari pertama haid terakhir. Palpasi

14 | P a g e
abdomen memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi (Medina-Hill,
2006).
2. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD untuk mengambil
sampel cairan ketuban di forniks posterior dan mengambil sampel cairan
untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis (Myers, 2007).
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah dini adalah:
a. Pooling : Kumpulan cairan amnion pada fornix posterior.
b. Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi biru.
c. Ferning : Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek
glass dan didiamkan dan cairan amnion tersebut akan memberikan
gambaran seperti daun pakis (Manuaba, et al., 2007).
Pemeriksaan spekulum pertama kali dilakukan untuk memeriksa
adanya cairan amnion dalam vagina. Perhatikan apakah memang air
ketuban keluar dari ostium uteri eksternum apakah ada bagian selaput
ketuban yang sudah pecah. Gunakan kertas lakmus. Bila menjadi biru
(basa) adalah air ketuban, bila merah adalah urin. Karena cairan alkali
amnion mengubah pH asam normal vagina. Kertas nitrazine menjadi biru
bila terdapat cairan alkali amnion. Bila diagnosa tidak pasti, adanya lanugo
atau bentuk kristal daun pakis cairan amnion kering (ferning) dapat
membantu. Bila kehamilan belum cukup bulan penentuan rasio lesitin-
sfingomielin dan fosfatidilgliserol membantu dalam evaluasi kematangan
paru janin. Bila kecurigaan infeksi, apusan diambil dari kanalis servikalis
untuk pemeriksaan kultur serviks terhadap Streptokokus beta group B,
Clamidia trachomatis dan Neisseria gonorea (Cunningham, et al., 2010).
3. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan dan
dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina juga mengindentifikasikan bagian
presentasi janin dan menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat.
Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas berada dalam masa

15 | P a g e
persalinan atau telah ada keputusan untuk melahirkan (Manuaba, et al.,
2007).
4. Pemeriksaan penunjang
a. Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas lakmus
merah menjadi biru.
b. Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat >15.000/mm3
kemungkinan ada infeksi.
c. USG untuk menentukan indeks cairan amnion, usia kehamilan, letak
janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
d. Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan janin
secara dini atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada infeksi
intrauterin atau peningkatan suhu, denyut jantung janin akan
meningkat.
e. Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin-sfingomielin
dan fosfatidilsterol yang berguna untuk mengevaluasi kematangan
paru janin (Medina-Hill, 2006).

Penatalaksanaan
A. Konservatif
1. Rawat di rumah sakit.
2. Berikan antibiotik (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak tahan
dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari).
3. Jika umur kehamilan < 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih
keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika umur kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes
busa negatif : beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi sesudah 24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.

16 | P a g e
7. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
8. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid untuk memacu
kematangan paru janin dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal
selama 2 hari, deksametason i.m 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali (Nili-
Ansaari, 2003).
B. Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal pikirkan
seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50µg intravaginal tiap 6
jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi dan
persalinan diakhiri jika :
3. Bila skor pelvik < 5, lakukanlah pematangan serviks, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
4. Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam (Nili-Ansaari,
2003).
5.
Tabel 1: Penatalaksanaan ketuban pecah dini (Cunningham, et al., 2010).
Ketuban pecah ≥ 37 minggu
Infeksi Non infeksi Infeksi Non infeksi
 Penisilin  Amoxicilin +  Penisilin  Lahirkan bayi
 Gentamisin Eritromisin  Gentamisin  Berikan
 Metronidazole untuk 7 hari  Metronidazole penisilin atau
 Lahirkan bayi  Steroid untuk  Lahirkan bayi ampisilin
pematangan
paru
Antibiotik setelah persalinan
Profilaksis Infeksi Non infeksi
Stop antibiotik Lanjutkan sampai 24-48 Tidak perlu antibiotik
jam setelah bebas panas

17 | P a g e
Gambar 2: Alur Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini

Komplikasi
a. Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan.
Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi di dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan aterm 90%
terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34
minggu 50% persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26
minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu (Soewarto, 2009).

18 | P a g e
b. Infeksi
Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.
Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia,
pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin
terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih sering daripada
aterm. Secara umum, insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini
meningkat sebanding dengan lamanya periode laten (Soewarto, 2009).
c. Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan
tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara
terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air
ketuban, janin semakin gawat (Soewarto, 2009).
d. Sindroma deformitas janin
Ketuban pecah dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan
pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan
anggota badan janin, serta hipoplasia pulmonal (Soewarto, 2009).

Kesimpulan : Pada pasien ini usia kehamilan 34 minggu mengeluh air kawah
merembes tanpa tanda inpartu maka dilakukan observasi, terapi antibiotik
(mencegah ineksi), anti-nyeri, dan deksametason (Jika umur kehamilan 32-37
minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif : beri deksametason,
observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan
37 minggu (Nili-Ansaari, 2003).)

Konsultasi : Konnsultasi dokter spesialis obgyn

19 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai