Anda di halaman 1dari 25

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cedera kepala merupakan salah satu penyebab utama kematian pada
kelompok umur produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas
terutama pengguna kendaraan bermotor, karena tingginya tingkat mobilitas dan
kurangnya kesadaraan untuk menjaga keselamatan di jalan raya. Lebih dari 50%
kematian disebabkan oleh cedera kepala dan kecelakaan kendaraan bermotor.
Setiap tahun, lebih dari 2 juta orang mengalami cedera kepala, 75.000 diantaranya
meninggal dunia dan lebih dari 100.000 orang yang selamat akan mengalami
disability permanen.1
Data epidemiologis tentang cedera kepala di Indonesia hingga saat ini belum
tersedia, namun dari data yang ada dikatakan dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Data cedera kepala di Makassar khususnya di rumah sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo pada tahun 2005 berjumlah 861 kasus dan tahun 2007
berjumlah 1078 kasus. Sekitar 59% adalah cedera kepala ringan, 24% cedera
kepala sedang dan 17% cedera kepala berat. Pada penelitian lain, dalam kurang
waktu 3 bulan ditemukan 524 penderita cedera kepala, 103 diantaranya mengalami
delirium dan terdiri dari 27,2% merupakan cedera kepala sedang, dan 72,8% cedera
kepala ringan.2
Banyak pasien-pasien dengan cedera kepala ringan yang datang kedokter
untuk pertama kalinya karena gejala yang terus berlanjut, dikenal sebagai sindroma
postconcussion. Berdasarkan informasi statistic yang diketahui, masalah cedera
kepala ringan adalah gangguan sekuele pasca trauma adalah amnesia post trauma.
Kejadian ini sering di alami oleh pasien mengalami trauma. Terutama trauma fisik,
walaupun trauma psikologis juga bisa menyebabkan amnesia.3
Amnesia paska trauma atau yang dikenal dengan post traumatic amnesia
(PTA) merupakan marker yang sensitif untuk menentukan tingkat keparahan cedera

1
kepala. Orang yang menderita amnesia pasca trauma akan mengalami
ketidakmampuan untuk menetapkan memori baru ataupun memproses dan
mengambil informasi baru. Amnesia paska trauma juga dapat didefinisikan sebagai
suatu gangguan mental yang dikarakteristikkan oleh disorientasi, gangguan atensi,
gagal mengingat kejadian dari hari ke hari, ilusi, dan salah dalam mengenali
keluarga, teman dan juga staf medis. Amnesia paska trauma biasanya terdiri dari
amnesia anterograd, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat kejadian yang terjadi
setelah cedera, dan amnesia retrograde, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat
kejadian yang terjadi sebelum cedera. Amnesia pasca trauma dapat berlangsung
dalam hitungan jam, hari, minggu bahkan lebih sehingga, dibutuhkan pemeriksaan
dan penatalaksanaan yang tepat dalam menangani masalah ini. Russel dan Smith
telah membuat suatu toksonomi keparahan trauma kapatis berdasarkan PTA
sebagai berikut: trauma kapitis ringan jika PTA kurang dari 1 jam, trauma kapitis
sedang jika PTA antara 1 dan 24 jam, trauma kapitis berat jika PTA 1 dan 7 hari,
dan trauma kapitis sangat berat jika PTA lebih dari 7 hari. Levin dkk telah
menemukan bahwa PTA yang berlangsung kurang dari 14 hari adalah prediktif dari
good recovery untuk disabilitas sedang sampai berat.4

1.2 Tujuan Penulisan


PTA merupakan akibat dari trauma kapitis, hal ini harus cepat di tangani
karena merupakan gangguan memory. PTA bisa muncul jika tingkat keparahan dari
trauma sedang saja. Tingkat kesembuhan PTA bisa cepat bisa lambat tergantung
dari jenis terapi yang dilakukan.

Tujuan saya membuat makalah ini adalah :


1. Menjelaskan defenisi mengenai kasus PTA
2. Menjelaskan etiologi, fisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan dari PTA
3. Menjelaskan diagnosa kedokteran pada penyakit PTA

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Trauma Kapitis


2.1.1 Defenisi
Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara
langsung ataupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi
neurologi yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer
maupun permanen.5

2.1.2 Klasifikasi Trauma Kapitis

Berdasarkan ATLS (Advanced Trauma Life Support) cedera kepala di


klasifikasikan dalam berbagai aspek. Secara praktis dikenal 3 deskripsi
klasifikasi, yaitu berdasarkan; mekanisme, beratnya cedera, dan morfologi.1

1. Mekanisme Cedera Kepala


Cedera otak dibagi atas cedera tumpul dan cedera tembus. Cedera tumpul
biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau
pukulan benda tumpul. Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak
ataupun tusukan.1

2. Beratnya Cedera Kepala


Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan secara umum dalam deskripsi
beratnya penderita cedera otak. Penderita yang mampu membuka kedua
matanya secara spontan, mematuhi perintah, dan berorientasi mempunyai
nilai GCS total sebesar 15, sementara pada penderita yang keseluruhan otot
ekstrimitasnya flaksid dan tidak membuka mata ataupun tidak bersuara
maka nilai GCS-nya minimal atau sama dengan 3. Nilai GCS sama atau
kurang dari 8 didefinisikan sebagai koma atau cedera otak berat.
Berdasarkan nilai GCS, maka penderita cedera otak dengan nilai GCS 9-13

3
dikategorikan sebagai cedera otak sedang, dan penderita dengan nilai GCS
14-15 dikategorikan sebagai cedera otak ringan.1

Menurut Brain Injury Association of Michigan (2005), klasifikasi


keparahan dari Traumatic Brain Injury yaitu :

Klasifikasi Keparahan Traumatic Brain Injury

Ringan Kehilangan kesadaran < 20 menit


Amnesia post traumatik < 24 jam
GCS = 13 – 15
Sedang Kehilangan kesadaran ≥ 20 menit dan ≤
36 jam
Amnesia post traumatik ≥ 24 jam dan ≤
7 hari
GCS = 9 - 12
Berat Kehilangan kesadaran > 36 jam
Amnesia post traumatik > 7 hari
GCS = 3 – 8

3. Morfologi

a. Fraktur Kranium
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat
berbentuk garis/linear atau bintang/stelata, dan dapat pula terbuka ataupun
tertutup. Fraktur dasar tengkorak biasanya memerlukan pemeriksaan CT
scan dengan teknik “bone window” untuk memperjelas garis frakturnya.
Adanya tanda-tanda klinis fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk
kecurigaan untuk melakukan pemeriksaan lebih rinci. Fraktur kranium
terbuka dapat mengakibatkan adanya hubungan antara laserasi kulit

4
kepala dengan permukaan otak karena robeknya selaput dura. Adanya
fraktur tengkorak tidak dapat diremehkan, karena menunjukka n bahwa
benturan yang terjadi cukup berat. Menurut Japardi (2004), klasifikasi
fraktur tulang tengkorak sebagai berikut :7
1. Gambaran fraktur, dibedakan atas :
a. Linier
b. Diastase
c. Comminuted
d. Depressed
2. Lokasi Anatomis, dibedakan atas :
a. Calvarium/ Konveksitas ( kubah / atap tengkorak )
b. Basis cranii ( dasar tengkorak )
3. Keadaan luka, dibedakan atas :
a. Terbuka
b. Tertutup

Gambar : Fraktur Kranium

5
b. Lesi Intrakranial
1. Cedera otak difus
Mulai dari konkusi ringan, dimana gambaran CT scan normal sampai
kondisi yang sangat buruk. Pada konkusi, penderita biasanya kehilangan
kesadaran dan mungkin mengalami amnesia retro/anterograd.
Cedera otak difus yang berat biasanya diakibatkan hipoksia, iskemi dari
otak karena syok yang berkepanjangan atau periode apnoe yang terjadi
segera setelah trauma. Pada beberapa kasus, CT scan sering
menunjukkan gambaran normal, atau gambaran edema dengan batas
area putih dan abu-abu yang kabur. Selama ini dikenal istilah Cedera
Aksonal Difus (CAD) untuk mendefinisikan trauma otak berat dengan
prognosis yang buruk. Penelitian secara mikroskopis menunjukkan
adanya kerusakan pada akson dan terlihat pada manifestasi klinisnya.10

2. Perdarahan Epidural
Hematoma epidural terletak diluar dura tetapi di dalam rongga
tengkorak dan gambarannya berbentuk Bikonveks atau menyerupai
lensa cembung. Sering terletak di area temporal atau temporo parietal
yang biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat
fraktur tulang tengkorak.10

Gambar: perdarahan epidural

6
Gambar: Epidural Hematoma

3. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural.
Perdarahan ini terjadi akibat robeknya vena-vena kecil di permukaan
korteks serebri. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh
permukaan hemisfer otak. Biasanya kerusakan otak lebih berat dan
prognosisnya jauh lebih buruk dibandingkan perdarahan epidural.8

Gambar : Subdural Hematom

7
4. Kontusio dan perdarahan intraserebral
Kontusio serebri sering terjadi dan sebagian besar terjadi di lobus
frontal dan lobus temporal, walaupun dapat juga terjadi pada setiap
bagian dari otak. Kontusio serebri dapat, dalam waktu beberapa jam
atau hari, berubah menjadi perdarahan intra serebral yang membutuhkan
tindakan operasi.8

2.2 Amnesia
2.2.1 Defenisi
Amnesia (dari Bahasa Yunani) adalah kondisi terganggunya daya ingat.
Penyebab amnesia dapat berupa organik atau fungsional. Penyebab organik
dapat berupa kerusakan otak, akibat trauma atau penyakit, atau penggunaan
obat-obatan (biasanya yang bersifat sedatif). Penyebab fungsional adalah faktor
psikologis, seperti halnya mekanisme pertahanan ego. Amnesia dapat pula
terjadi secara spontan, seperti terjadi pada transient global amnesia. Jenis
amnesia global ini umum terjadi mulai usia pertengahan sampai usia tua,
terutama pada pria, dan biasanya berlangsung kurang dari 24 jam. amnesia
hanya berlangsung selama beberapa menit sampai beberapa jam dan akan
menghilang dengan sendirinya. pada cedera otak yang hebat, amnesia bisa
bersifat menetap.3
Mekanisme otak untuk menerima informasi dan mengingatnya kembali dari
memori terutama terletak di dalam lobus oksipitalis, lobus parietalis dan lobus
temporalis. Dampak lain dari amnesia adalah ketidakmampuan membayangkan
masa depan. Penelitian terakhir yang di publikasikan dalam jaringan di
Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa amnesia
dengan kerusakan pada hippocampus tidak dapat membayangkan masa depan.
Hal ini terjadi karena bila seorang yang normal membayangkan masa depan,
mereka menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengkonstruksi skenario

8
yang mungkin dihadapi. Sebagai contoh, seseorang yang mencoba
membayangkan apa yang akan terjadi dalam pesta yang hendak didatanginya
akan menggunakan pengalaman pesta sebelumnya untuk membantu
mengkonstruksi kejadian di masa depan.7
Ingatan yang bisa terkena amnesia:
a. ingatan segera : ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa detik
sebelumnya
b. ingatan menengah : ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa detik
sampai beberapa hari sebelumnya
c. ingatan jangka panjang : ingatan akan peristiwa di masa lalu.

2.2.2 Jenis-Jenis Amnesia


1. Amnesia menyeluruh sekejap
Merupakan serangan lupa akan waktu, tempat dan orang, yang terjadi
secara mendadak dan berat. serangan bisa hanya terjadi satu kali
seumur hidup, atau bisa juga berulang. serangan berlangsung selama 30
menit sampai 12 jam atau lebih. arteri kecil di otak mungkin
mengalami penyumbatan sementara sebagai akibat dari aterosklerosis.
Pada penderita muda, sakit kepala migren (yang untuk sementara
waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak) bisa
menyebabkan anemia menyeluruh sekejap. peminum alkohol atau
pemakai obat penenang dalam jumlah yang berlebihan (misalnya
barbiturat dan benzodiazepin), juga bisa mengalami serangan ini.
penderita bisa mengalami kehilangan orientasi ruang dan waktu secara
total serta ingatan akan peristiwa yang terjadi beberapa tahun
sebelumnya. setelah suatu serangan, kebingungan biasanya akan segera
menghilang dan penderita sembuh total.7

9
2. Sindroma wernicke-korsakoff
alkoholik dan penderita kekurangan gizi lainnya bisa mengalami
amnesia. Sindroma initerdiri dari kebingungan akut (sejenis
ensefalopati) dan amnesia yang berlangsung lama. Keduahal tersebut
terjadi karena kelainan fungsi otak akibat kekurang vitamin b1
(tiamin). mengkonsumsi sejumlah besar alkohol tanpa memakan
makanan yang mengandung tiamin menyebabkan berkurangnya
pasokan vitamin ini ke otak. penderita kekurangan gizi yang
mengkonsumsi sejumlah besar cairan lainnya atau sejumlah besar
cairan infus setelah pembedahan, juga bisa mengalami ensefalopati
wernicke. Penderita ensefalopai wernicke akut mengalami kelainan
mata (misalnya kelumpuhan pergerakan mata, penglihatan ganda atau
nistagmus), tatapan matanya kosong, linglung dan mengantuk. Untuk
mengatasi masalah ini biasanya diberikan infus tiamin. jika tidak
diobati bisa berakibat fatal. Amnesia korsakoff terjadi bersamaan
dengan ensefalopati wernicke. Jika serangan ensefalopati terjadi
berulang dan berat atau jika terjadi gejala putus alkohol, maka amnesia
korsakoff bisa bersifat menetap. Hilangnya ingatan yang berat disertai
dengan agitasi dan delirium. Penderita mampu mengadakan interaksi
sosial dan mengadakan perbincangan yang masuk akal meskipun tidak
mampu mengingat peristiwa yang terjadi beberapa hari, bulan atau
tahun, bahkan beberapa menit sebelumnya.Amnesia korsakoff juga
bisa terjadi setelah cedera kepala yang hebat, cardiac arrest atau
ensefalitis akut. pemberian tiamin kepada alkoholik kadang bisa
memperbaiki ensefalopati wernicke, tetapi tidak selalu dapat
memperbaiki amnesia korsakoff. Jika pemakaian alcohol dihentikan
atau penyakit yang mendasarinya diobati, kadang kelainan ini
menghilang dengan sendirinya.7

10
3. Amnesia Lakunar , yakni amnesia tidak bisa mengingat satu kejadian.7
4. Amnesia emosional, yakni hilangnya ingatan karena trauma
psikologis, biasanya bersifat sementara.7
5. Transient global amnesia
merupakan kehilangan sementara seluruh memori namun secara khusus
disertai anterograde amnesia dan juga retrograde amnesia ringan. Ini
sangat jarang terjadi dan umumnya terjadi pada orang usia lanjut
dengan penyakit vaskuler. Penyebab terjadinya amnesia bervariasi
mulai dari trauma psikologis sampai kerusakan otak karena. Kerusakan
otak bisa disebabkanoleh trauma/kecelakaan, tumor, stroke, maupun
pembengkakan otak.7
6. Amnesia Lakunar, merupakan ketidak mampuan mengingat kejadian
tertentu.7
7. Anterograde amnesia
Kejadian baru dalam ingatan jangka pendek tidak ditransfer ke ingatan
jangka panjang yang permanen. Penderitanya tidak akan bisa
mengingat apapun yang terjadi setelah munculnya amnesia ini
walaupun baru berlalu sesaat.7
8. Retrograde amnesia
Ketidak mampuan memunculkan kembali ingatan masa lalu yang lebih
dari peristiwa lupa biasa. Kedua kategori amnesia terakhir dapat
muncul bersamaan pada pasien yang sama. Contohnya seperti pada
pengendara sepeda motor yang tidak mengingat akan pergi kemana dia
sebelum tabrakan (retrograde amnesia), juga melupakan tentang
kejadian di rumah sakit dua hari setelahnya (anterograde amnesia).7

11
2.2.3 Proses Pembentukan Memori
Proses pembentukan ingatan merupakan proses yang kompleks dan masih
belum banyak dimengerti. Ingatan atau memori merupakan hasil dari perubahan
kimia atau struktural pada penyaluran sinyal yang terjadi antar sel saraf satu dan
lainnya. Adanya perubahan tersebut mengakibatkan terbentuknya semacam
“jalur” perambatan sinyal. Jalur ini disebut dengan memori traces. Sinyal dapat
berjalan sepanjang memory traces tersebut menuju ke otak.4
Pertama-tama, memori disimpan sebagai memori jangka pendek. Memori
jangka pendek adalah memori yang bertahan dalam hitungan detik sampai jam,
seperti ketika kita mengingat nomor telepon. Memori jangka panjang bisa
bertahan dalam hitungan hari, tahun, bahkan seumur hidup. Proses perubahan
memori jangka pendek dan jangka panjang disebut proses konsolidasi. Pada
proses tersebut, memori jangka pendek mengalami perangsangan berulang-
ulang sehingga terjadi perubahan yang lebih permanen pada sel saraf. Proses
tersebut diduga terjadi pada bagian temporal otak yang disebut hipokampus.
Amnesia retrograde biasanya terjadi setelah insiden yang mengganggu aktivitas
listrik otak, misalnya karena stroke atau benturan pada kepala. Pada saat itu
memori jangka pendek terganggu sehingga orang tersebut tidak dapat
mengingat kejadian beberapa jam sebelum insiden tersebut. Trauma yang lebih
parah dapat pula mengganggu memori jangka panjang.5
Pada amnesia anterograde, yang terjadi adalah ketidak mampuan
menyimpan memori pada penyimpanan jangka panjang untuk kemudian
dikeluarkan kembali. Biasanya amnesia ini terkait dengan kerusakan pada
bagian temporal otak yang bertanggung jawab untuk konsolidasi. Orang yang
menderita amnesia tipe ini dapat mengingat apa yang mereka pelajari sebelum
terjadinya amnesia, tapi mereka tidak dapat menyimpan memori baru yang
permanen. Di samping itu, pada kasus-kasus amnesia, memori yang
menyangkut kemampuan-kemampuan yang dipelajari seperti kemampuan

12
bahasa, berolahraga, berhitung, termasuk identitas diri tidak akan hilang kecuali
pada kasus transient global amnesia yang jarang sekali terjadi. Jadi, jangan
mudah percaya jika pada film yang anda tonton sang tokoh mengalami amnesia
sampai lupa identitas dirinya.1
Orang-orang yang menderita amnesia biasanya akan pulih seiring
berjalannya waktu. Selama proses pemulihan, mereka biasanya mengingat
memori yang sudah lebih lama disimpan, lalu baru mengingat memori yang
lebih baru terjadi, sampai seluruh memori yang hilang pulih. Akan tetapi,
memori yang terjadi sekitar waktu terjadinya amnesia terkadang tidak pernah
pulih. Untuk mempercepat pemulihan amnesia, biasanya diberikan terapi atau
obat-obatan yang meningkatkan fungsi otak. Di luar terapi dan obat-obatan,
cara yang paling ampuh adalah menyediakan kondisi yang memberi rasa aman
bagi penderita.3

2.3 Post Traumatic Amnesia

2.3.1 Defenisi

Post traumatic amnesia adalah suatu gangguan memori yang biasanya


terjadi paska trauma kapitis. Kebanyakan pasien yang mengalami trauma
kapitis ringan atau sedang, pulih setelah bebrapa minggu sampai dengan bulan
tanpa terapi spesifik. Akan tetapi, sekelmpok pasien akan terus mengalami
sequele setelah priode ini, yang mengganggu pekerjaan atau aktifitas sosial.
Amnesia post trauma dipertimbangkan sebagai suatu marker yang sensitif untuk
tingkat keparahan trauma kapitis dan sebagai suatu predictor outcome yang
berguna.10

2.3.2 Klasifikasi

Post traumatic amnesia dapat dibagi dalam 2 tipe. Tipe yang pertama
adalah retrograde, yang didefinisikan oleh Cartlidge dan Shaw, sebagai

13
hilangnya kemampuan secara total atau parsial untuk mengingat kejadian yang
telah terjadi dalam jangka waktu sesaat sebelum trauma kapitis. Lamanya
amnesia retrograde biasanya akan menurun secara progresif.2
Tipe yang kedua dari PTA adalah amnesia anterograde, suatu defisit
dalam membentuk memori baru setelah kecelakaan, yang menyebabkan
penurunan atensi dan persepsi yang tidak akurat. Memori anterograde
merupakan fungsi terakhir yang paling sering kembali setelah sembuh dari
hilangnya kesadaran. Untuk menilai apakah seseorang mengalami amnesia post
trauma bisa dilakukan tes objektif kepada pasien. Tes yang biasa digunakan
adalah Tes Orientasi dan Amnesia Galvelston (TOAG) dan ada pula tes lain
seperti RNS.6

a Test Orientasi dan Amnesia Galveston (TOAG)


Di antara beberapa penilaian PTA yang tersedia sekarang, TOAG adalah
yang paling banyak digunakan, Penilaian ini pendek dan mudah
digunakan. Penilaiannya terdiri dari sejumlah poin yang ditambahkan
ketika menjawab dengan benar atau jumlah kesalahan. Skor yang
mendekati angka 100, berarti fungsi masih terjaga. Tes ini dapat
diberikan beberapa kali dalam sehari, meskipun pada hari yang berturut-
turut. Sehingga dapat dibuat grafik untuk menggambarkan perjalanan
kapasitas dari mulai waktu tertentu sampai orientasi total tercapai.
Pengarang dari test ini percaya bahwa tes ini sesuai bagi seorang pasien
untuk memulai pemeriksaan kognitif ketika skor 75 atau lebih dicapai
pada tes ini yang mengindikasikan pasien tidak konfusion dan
disorientasi lagi. Akan tetapi validitas dan reabilitas TOAG dan
statusnya sebagai "gold standard " dalam penilaian PTA masih suatu
subjek yang diperdebatkan.6

14
b Neurobehavioral Rating scale (NRS)
Neurobehavioral Rating Scale pada awalnya dikembangkan untuk
memeriksa perubahan behavior akibat trauma. Berdasarkan "suatu
wawancara yang berstruktur" yang menitik beratkan pada laporan
pasien sendiri terhadap simtomdan gejala, self-appraisal, planning, dan
beberapa aspek tertentu dari fungsi kognitif, meliputi orientasi, memori,
reasoning, dan atensi, pemeriksa mengevaluasi respon spesifik dan
penggabungan dengan observasi behavioral untuk menentukan level
tiap-tiap 27 sub skala, dengan memilih 1 dari 7 tingkatan, berkisar dari
1= tidak ada sampai dengan 7 = sangat berat. Total skor dari NRS
merupakan penjumlahan dari skor 27 sub skala suatu studi telah
menguji reability dan validity dari NRS, baik pada awal maupun tahap
lanjut dari trauma kapitis terhadap 101 penderita dengan trauma kapitis
tertutup. Neurobehavioral Rating Scale telah memperlihatkan
interrater reliability yang memuaskan pada studi ini. Pemeriksaan NRS
memiliki korelasi baik terhadap tingkat keparahan trauma maupun
tingkat kronisitas dari trauma kapitis. Peneliti menyebutkan sampai saat
ini hanya NRS yang telah divalidasi untuk pemeriksaan neurobehavior
pada penderita trauma kapitis tertutup.8

2.3.3 Gejala Klinis

Pada trauma kepala dengan amnesia pasca trauma, pasien dapat


mengalami kebingungan, disorientasi, amnesia retrograde ataupun amnesia
anterograde bahkan kadang-kadang gelisah. Durasi amnesia pasca trauma
sangatlah bervariasi, antara menit sampai bulan. Walaupun pada fase awal,
amnesia pasca trauma mudah dikenali, namun menentukan waktu berakhirnya
sangatlah sulit dan kompleks. Pada beberapa kasus, akhir dari amnesia pasca
trauma tidak dapat ditentukan karena terjadi gangguan ingatan yang kronis.

15
Pada pasien dengan amnesia pasca trauma dapat ditemukan satu atau beberapa
hal berikut ini :
a. Disorientasi dan/atau kebingungan
b. Gelisah, tidak bisa tenang
c. Agresif
d. Mengerang, bertingkah seperti “anak-anak”
e. Berperilaku social yang tidak pantas
f. Rasa takut atau paranoid
g. Hipersensitivitas terhadap cahay
h. Capek
i. Penurunan konsentrasi atau perhatian
j. Hilangnya ingatan yang berkelanjutan
k. Halusinasi
l. Konfabulasi (membuat cerita-cerita yang tidak nyata)
m. Pengulangan gerakan atau pikiran
n. Hanya focus pada satu topic
o. Siklus tidur terganggu
p. Impulsive
q. Berkurangnya kemampuan untuk membuat rencana ataupun
menyelesaikan sesuatu.5

2.3.4 Anatomi Dan Fisiologi Memori

Ada tiga bagian pada otak yang jika mengalami kerusakan dapat
menyebabkan gangguan pada memori, yaitu lobus temporalis medial,
diencephalon dan basal forebrain. Struktur pada lobus temporalis medial yang
memegang peranan yang penting dalam mengingat di antaranya adalah
hipokampus, dan area korteks di sekitarnya yang secara anatomi terkait dengan

16
hipokampus, khususnya entorhinal, perirhinal dan korteks parahipokampus.
Area terbesar yang berperan dalam tugas memory recall adalah di lobus
temporalis medial posterior, khususnya hipokampus dan girus parahipokampus.
Penelitian yang dilakukan dengan mengangkat hipokampus (termasuk girus
dentatus dan kompleks subicular), amygdale dan area korteks yang
berhubungan dengan hipokampus dan amygdale akan menghasilkan gangguan
pada memori yang sangat parah. Penelitian dengan menggunakan tikus dan
monyet juga menunjukkan bahwa amygdale memegang peranan yang penting
untuk jenis-jenis memori yang lain, seperti memori tentang rasa takut dan jenis
memori lainnya yang berubah akibat pengalaman seseorang. Kerusakan pada
region diencephalic sudah dihubungkan dengan amnesia hampir sejak seabad
yang lalu. Ada dua struktur yang memegang peranan penting di diencephalon
yaitu nucleus mammilari dan nucleus medio-dorsal thalamic. Namun,
kerusakan pada nucleus lain di diencephalon juga bisa mengakibatkan
gangguan pada memori.1

Gambar I
Bagian otak yang memegang peranan dalam memori

17
Memori paling sering berawal dari impresi sensoris. Stimulasi sensoris
ditangkap oleh reseptor tubuh akan diteruskan ke korteks sensorik primer yang
bersangkutan. Impuls kemudian diteruskan ke korteks sensorik sekunder dan
akhirnya ke stasiun akhir asosiasi yang akan menimbulkan respon terhadap
stimuli. Semua system sensoris kortkes mempunyai hubungan timbal balik
langsung dengan amigdala.2

Hipokampus dan amigdala mengirim serat proyeksi ke thalamus dan


hipotalamus, yaitu suatu kumpulan nuclei diencephalon. Diensephalon dan
system limbic ini membentuk suatu sirkuit memori. Hipotalamus yang berperan
sebagai sumber respon emosional mempunyai hubungan timbale balik dengan
amigdala. Di amigdala banyak terdapat neuron pembentuk neurotransmitter
opioid yang diduga berfungsi sebagai penyaring dalam respon terhadap keadaan
emosional yang dibangkitkan di hipotalamus.4

Hipokampus juga berperan mengkonsolidasi memori baru. Nucleus


thalamus mengirim proyeksi serat ke struktur limbic yang kemudian mengirim
seratnya ke korteks prefrontal. Pada manusia, bila lobus frontalis rusak, maka
penderita tidak dapat menyimpan informasi baru dalam memori.9

Pada beberapa penelitian tentang amnesia pada manusia dan beberapa


pada hewan percobaan diperoleh informasi tentang hubungan neuron dan
struktur yang mengalami kerusakan. Pada manusia, kerusakan terbatas pada
hipokampus (sebuah struktur dalam lobus temporalis medial) dapat
mengakibatkan amnesia yang cukup parah. Keparahan gangguan ingatan
diperberat jika ada kerusakan tambahan pada struktur di lobus temporalis
medial selain hipokampus.2

Terjadinya amnesia post trauma kepala pada penderita cedera kepala


menunjukkan adanya kerusakan otak yang difus. Gangguan pada struktur

18
hipokampus/lobus temporalis medial akan memberikan gambaran klinis berupa
gangguan memori anterograde, sedangkan lesi pada struktur diensefalon
(corpus mammilaris) dan atau thalamus akan menyebabkan kesulitan
mengingat kembali memori retrograde.1

Gambar 2
Jenis memori dan struktur yang berperan

2.3.5 Patofisiologi

Dasar patologi dari PTA masih tidak jelas, meskipun korelasinya terhadap
MRI terlihat mengindikasikan sesuatu yang berasal dari hemisfer dibanding
dengan diencephalic. Memori dan new learning dipercaya melibatkan korteks
serebral, proyeksi subkortikal, hippocampal formation (gyrus dentatus,
hipokampus, gyrus parahippocampal), dan diensefalon, terutama bagian medial

19
dari dorsomedial dan adjacent midline nuclei of thalamus. Sebagai tambahan,
lesi pada lobus frontalis juga dapat menyebabkan perubahan pada behavior,
termasuk iritabilitas, aggresiveness, dan hilangnya inhibisi dan judgment.
Sekarang ini, telah didapati bukti adanya keterlibatan lobus frontalis kanan pada
atensi. 9
Trauma kapitis dapat bersifat primer maupun sekunder. Cedera
primer dihasilkan oleh tekanan akselerasi dan deselerasi yang merusak
kandungan intrakranial oleh karena pergerakan yang tidak seimbang dari
tengkorak dan otak. Akan tetapi, faktor yang paling penting pada cedera otak
traumatik adalah shearing yang berupa tekanan rotasi yang cepat dan berulang
terhadap otak segera setelah trauma kapitis. Concussion mengakibatkan tekanan
shearing yang singkat dan penyembuhan komplet. Jika tekanan shearing lebih
banyak dan berulang, kerusakan akson pun menjadi lebih banyak, durasi
hilangnya kesadaran lebih panjang dan penyembuhan melambat. Dalam
praktek, gambaran klinisnya adalah koma yang di ikuti dengan PTA. Oleh
karena itu tingkat keparahan trauma kapitis tertutup dapat dinilai dengan durasi
koma dan PTA.2
Sedangkan suatu contusion adalah suatu trauma yang lebih luas terhadap
otak dimana robekan jaringan yang memperlihatkan tekanan shearing dengan
gangguan akson yang disebabkan oleh axonal shearing dan injury terhadap
otak dengan dampak ke permukaan tulang : bagian medial, ujung dan dasar
lobus frontalis dan bagian anterior dari lobus temporalis paling sering terlibat.
Area yang rusak adalah berbentuk kerucut dengan dasar pada permukaan otak,
terutama mengenai lapisan pertama dari korteks.5

20
2.3.6 Pemeriksaan Penunjang
Sampai saat ini, belum ada gold standard untuk menilai amnesia pasca
trauma. Penilaian tentang amnesia pasca trauma yang paling banyak digunakan
sekarang GOAT adalah yang paling banyak digunakan. Penilaian ini pendek
dan mudah digunakan. Penilaiannya terdiri dari sejumlah poin yang
ditambahkan ketika menjawab dengan benar atau jumlah kesalahan. Skor yang
mendekati angka 100, berarti fungsi masih terjaga. Tes ini dapat diberikan
beberapa kali dalam sehari, meskipun pada hari yang berturut-turut. Sehingga
dapat dibuat grafik untuk menggambarkan perjalanan kapasitas dari mulai
waktu tertentu sampai orientasi total tercapai. Pengarang dari test ini percaya
bahwa tes ini sesuai bagi seorang pasien untuk memulai pemeriksaan kognitif
ketika skor ≥75 dicapai pada tes ini yang mengindikasikan pasien tidak
mengalami kebingungan dan disorientasi lagi. Akan tetapi validitas dan
reabilitas GOAT dan statusnya sebagai ”gold standard” dalam penilaian PTA
masih diperdebatkan berhubungan dengan akurasi yang tidak sempurna karena
tidak semua jawaban yang diberikan oleh pasien tentang pertanyaan tentang
memorinya dapat diverifikasi.5

21
2.3.7 Penatalaksanaan Post Trauma Amnesia

Secara umum, pasien post trauma harus dikenalkan pada lingkungan yang
familiar dengan menggunakan benda atau gambar, lingkungan juga harus
tenang. Pasien tidak boleh dibiarkan terstimulasi secara berlebihan. Yang
dimaksud dengan stimulus adalah semua yang dapat dilihat, didengar, atau
dirasakan yang dapat membuat pasien berpikir. Beberapa hal yang bisa
dilakukan misalnya: menghindari televisi, radio, telepon serta meminimalkan
kebisingan. Selain penatalaksanaan secara umum, edukasi terhadap keluarga
juga perlu dilakukan. Edukasi yang dimaksud adalah :

a. Setiap prilaku menantang mungkin dikarenakan efek dari cedera dan


tidak boleh di anggap secara personal.
b. Stimulasi terlalu terlalu banyak pada PTA dapat meningkatkan tingkat
kebingungan dan penderitaan pada orang tersebut. Penting bagi
keluarga untuk menjaga kegiatan di sekitar individu. Sebaiknya pasien
dengan PTA menghindari untuk bertemu dengan banyak orang yang
mengakibatkan terlalu banyak informasi yang digali sekaligus untuk
menghindari kebingungan pada pasien.
c. Penderita PTA kurang memiliki kapasitas belajar, karna itu sebaiknya
ketika berinteraksi dengan pasien menggunakan percakapan dan
intruksi yang sedrehana dan sebaiknya bisa berbicara dengan cara
yang tenang dan meyakinkan.1
1. Picture recall (PRL) and picture recognition Task (PRT)

Pasien diminta untuk melihat tiga gambar yang berbeda lalu pasien diminta
untuk menggambarkan ketiga gambar itu. Jika pasien tidak bisa mengingat
maka pasien diminta untuk mengulang sebanyak tiga kali dengan bantuan
pemeriksa untuk sedikit menggabarkannya.5

22
2. Word recell task (WRT)
Pasien diminta untuk mengingat dan menghafalkan tiga kata setelah
diberikan pengarahan. Jika pasien tidak dapat mengulangnya maka
pemeriksa membantu mengingatnya sampai bisa.5

2.3.8 Prognosis

Amnesia pasca trauma merupakan indikator penting untuk


mengklasifikasikan tingkat keparahan trauma kepala. Durasi amnesia pasca
trauma lebih efektif dalam menentukan prognosis jika dibandingkan dengan
indicator lainnya seperti GCS. Semakin lama durasi APT, maka semakin
banyak perubahan neurobehaviour yang dijumpai dan deficit yang paling sering
dijumpai adalah pada memori dan gejala fisik.1
APT yang berlangsung kurang dari 14 hari adalah prediktif dari good
recory, sedangkan PTA yang berlangsung lebih dari 14 hari adalah prediktif
untuk disabilitas sedang sampai berta. 71% APT yang kurang dari 7 hari telah
kembali bekerja dalam waktu 6 bulan setelah cedera kepala, sedangkan pada
APT yang lebih dari 7 hari, hanya 27% yang dapat kembali bekerja.10

23
BAB III

KESIMPULAN

PTA adalah suatu gangguan pada memori episodik yang digambarkan sebagai
ketidakmampuan pesien untuk menyimpan informasi kejadian yang terjadi dalam
korteks temporospatial yang spesifik. Dasar patologi dari PTA masih tidak jelas,
meskipun korelasinya terhadap MRI terlihat mengidentifikasi sesuatu yang berasal
dari hemisfer disbanding dengan diencephalic. Posttraumatic amnesia dapat dibagi
dalam 2 tipe. Diantara beberapa penilaian PTA yang tersedia sekarang, TOAG
adalah yang paling banyak digunakan. Pengobatan dilakukan dengan cara recall
memory dari pasien yang terkena PTA tersebut.

Durasi amnesia pasca trauma sangatlah berfariasi, antara menit sampai bulan.
Walaupun pada fase awal, amnesia pasca trauma mudah dikenali, namun
menentukan waktu berakhirnya sangatlah sulit dan kompleks. Pada beberapa kasus,
akhir dari amnesia pasca trauma tidak dapat ditentukan karena terjadi gangguan
ingatan yang kronis. Russel dan Smith telah membuat suatu taksonomi keparahan
trauma kapitis berdasarkan PTA sebagai berikut :

− trauma kapitis ringan jika PTA kurang dari 1 jam

− trauma kapitis sedang jika PTA antara 1 dan 24 jam

− trauma kapitis berat jika PTA 1 dan 7 hari, dan

− trauma kapitis sangat berat jika PTA lebih dari 7 hari.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Asrini S, Dhanu R, Sjahrir H., Peranan Post Traumatic Amnesia (PTA) dan
Parameter Laboratorium Sebagai Prediktor Terhadap Outcome pada
Penderita Trauma Kapitis Akut Ringan-Sedang. USU e-Repository 2008.
2. Ikhwan, R., Amnesia., https://www.scribd.com/doc/155110052/Amnesia.
3. Mardjono M., Sidharta P., Mekanisme Trauma Susunan Saraf, NEUROLOGI
KLINIS DASAR, ed. 9, Jakarta: Dian Rakyat, 2003:249-260.
4. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11 ed. Jakarta: EGC;
2007.
5. Zainuddin SZ,. Kwandou L,. Akbar M,. Hubungan Amnesia Post Trauma
Kepala dengan Gangguan Neurobehavior pada Penderita Cedera Kepala
Ringan dan Sedang: Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
6. Bram J,. Ekert Jv,. Vernooy LP,. Development and external validation of a new
PTA assessment scale. BMC Neurology 2012;12(69):1-9.
7. Ayu ., P., L., 2011,. Pt-Amnesia., https://www.scribd.com/doc/64820287/Pt-
Amnesic.
8. Lisnawati (2012),. Hubungan Antara Skor Cognitive Test For Delirium (CTD)
Dengan Outcome Menurut Glasgow Outcome Scale (GOS) pada penderita
cedera kepala tertutup. (Tesis). Makasar. Universitas Hasanuddin.
9. Arif Mansjoer,. dkk,. 2000, Kapita Selekta, Media Aesculapius,. Jakarta.
10. Kartika Permata Sari,. 2013,. Post-Traumatic Amnesia, Amnesia, Trauma
Kapitis.https://www.scribd.com/document/151934390/Post-Traumatic-
Amnesia-Amnesia-Trauma-Kapitis.

25

Anda mungkin juga menyukai