Catur Ariwibowo
12310523p
LATAR BELAKANG
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat tahun
2005 terdapat lebih dari 7 juta orang meninggal
dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 2
juta orang mengalami kecacatan fisik. Salah
satu insiden kecelakaan yang cukup tinggi yakni
insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 46,2%
dari insiden kecelakaan yang terjadi.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan
yang berlebihan.
FRAKTUR TERBUKA????
ETIOLOGI
Trauma / benturan pada tulang dan
mengakibatkan fraktur pada tempat itu.
Gejala....
Nyeri
Deformitas
Swelling
Terbatasnya Pergerakan
KLASIFIKASI
a. Derajat I :
Luka <1 cm
Kerusakan jaringan lunak sedikit, tak ada
tanda luka remuk
Fraktur sederhana, transversal, oblik, atau
kominutif ringan
Kontaminasi minimal
LANJUTAN.....
b. Derajat II :
Laserasi >1 cm
Kerusakan jaringan lunak, tidak luas, flap/
avulsi
Fraktur kominutif sedang
Kontaminasi sedang
LANJUTAN......
c. Derajat III :
Terjadi kerusakan jaringan lunak yang
luas, meliputi struktur kulit, otot, dan
neurovaskular serta kontaminasi derajat
tinggi
Lanjutan.............
Fase Pembentukan Kallus (8-10 mingg)
Kallus dibagi menjadi 2 yaitu soft kallus dan hard
kallus keduanya berfungsi unyuk
menyempurnakan pembentukan kallus.
Fase Konsolidasi (11-12 minggu)
Pada fase ini kallus dimineralisasi dengan
kalsium.
Fase Remodelling (13-14 minggu)
terjadi penyempurnaan kallus yang sudah
matang menjadi tulang yang memiliki bentuk
dan ukuran yang sama dengan sekitarnya.
Penatalaksanaan
Reduksi
terbuka : dengan melakukan operasi
tertutup : secara manual
Traksi
reposisi dengan cara memberikan beban berat
pada bagian yang patah.
Imobilisasi
dengan pembidaian atau spalk.
Pemberian Antibiotik yang adekuat untuk
mencegah adanya infeksi.
Lanjutan......
Pemasangan bidai yang baik dapat
menurunkan pendarahan secara nyata
dengan mengurangi gerakan dan
meningkatkan pengaruh tamponade otot
sekitar patahan. Pada patah tulang
terbuka, penggunaan balut tekan steril
umumnya dapat menghentikan
pendarahan. Penggantian cairan yang
agresif merupakan hal penting disamping
usaha menghentikan pendarahan.
2. Secondary Survey
Bagian dari survey sekunder pada pasien
cedera muskuloskeletal adalah anamnesis dan
pemeriksaan fisik. tujuan dari survey sekunder
adalah mencari cedera cedera lain yang
mungkin terjadi pada pasien sehingga tidak
satupun terlewatkan dan tidak terobati. Apabila
pasien sadar dan dapat berbicara maka kita
harus mengambil riwayat AMPLE dari pasien,
yaitu Allergies, Medication, Past Medical History,
Last Ate dan Event (kejadian atau mekanisme
kecelakaan).
KOMPLIKASI