Anda di halaman 1dari 6

Modul 1 ( TRAUMA)

Kasus Trauma Seorang anak laki-laki berumur 10 tahun dibawa ke IGD RSUD dengan keluhan
utama nyeri pada lengan kanan atas, setelah terjatuh pada saat bermain sepeda. Setelah kecelakaan
lengan kanan atas bengkok dan masih bisa menggerakkan jari-jarinya. Pasien merupakan rujukan
dari klinik dan telah dilakukan pemasangan bidai.

Pada pemeriksaan dokter di IGD pasien tampak sadar, dengan GCS 15, dengan vital sign
dalam batas normal. Tidak dijumpai riwayat penurunan kesadaran, dan riwayat mual muntah (-).
Pada regio brachii dextra, ditemukan luka robek ukuran 2x1 cm dengan dasar tulang (bone expose)
pada sepertiga tengah, dengan kontaminasi ringan. Pulsasi arteri radialis masih teraba dan akral
hangat, serta Capillary Refilling Time dibawah 2 detik. Dijumpai juga pembengkakan, kontusio
jaringan serta tampak deformitas angulasi, serta perdarahan aktif. Pada pemeriksaan clavicula, tidak
dijumpai nyeri tekan dan krepitasi.

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Hb 12gr%, Hematokrit 36gr%, Leukosit 10.000/m3, Trombosit


250.000/mm3
2. Pada pemeriksaan x ray humerus kanan tampak lempeng epifisis distal dan proksimal
masih intak, tidak dijumpai dislokasi caput humerus atau gleno humeral joint, dan tidak
dijumpai dislokasi ulnohumeral joint atau articulatio cubiti. Tampak diskontinuitas tulang
humerus 1/3 tengah dengan konfigurasi simple completed angulated ke lateral dengan
displacement ke lateral anterior

Terminologi

1. Bone expose

fragmen tulang yang mengalami diskontinuitas meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial
untuk terjadi infeksi sangat tinggi karena ada hubungan antara jaringan tulang dengan dunia luar

2. Akral

Daerah ujung ektremitas yaitu ujung tangan dan kaki.

Berkenaan dengan atau memengaruhi tungkai atau ekstremitas lain.

3. Angulasi

Pembentukan suatu lekukan obstruktif yang tajam / penyimpangan dari suatu garis lurus seperti
pada tulang sehingga tidak tersusun rapi.

Angulasi fraktur menggambarkan jenis perpindahan fraktur tertentu di mana sumbu normal tulang
telah diubah sedemikian rupa sehingga bagian distal tulang menunjuk ke arah yang berbeda.
4. Pulsasi

Ritme dari arteri.

Denyut nadi mudah dibedakan di lokasi berikut: (1) pada titik di pergelangan tangan di mana arteri
radial mendekati permukaan; (2) di sisi rahang bawah di mana arteri maksilaris eksternal (wajah)
melintasinya; (3) di pelipis di atas dan di sisi luar mata, di mana arteri temporal berada di dekat
permukaan; (4) di sisi leher, dari arteri karotis; (5) di sisi dalam bisep, dari arteri brakialis; (6) di
selangkangan, dari arteri femoralis; (7) di belakang lutut, dari arteri poplitea; (8) di sisi atas kaki, dari
arteri dorsalis pedis.

Denyutan atau detakan berirama seperti terdengar pada jantung.

5. Kontusio

kontusio adalah jenis cedera yang terjadi ketika ada robekan atau pecahnya pembuluh darah kecil di
bawah permukaan kulit. Penyebab paling umum dari kontusio adalah cedera tumpul pada bagian
tubuh. kontusio tidak melibatkan perdarahan eksternal atau kerusakan pada kontinuitas kulit.
Kontusio mungkin tampak hitam, ungu, atau biru.

suatu nyeri yang biasanya di sebabkan adanya benturan terhadap benda tumpul atau pukulan yang
mencederai jaringan lunak.

memar pada jaringan akibat adanya trauma.

6. Capillary Refilling Time

Waktu yang dibutuhkan kapiler distal untuk mendapatkan Kembali warnanya setelah diberikan
tekanan yang menyebabkan blanching.

tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran
darah ke jaringan

7. Deformitas

perubahan bentuk pada kaki atau suatu kondisi kelainan bentuk secara anatomi dimana struktur
tulang berubah dari bentuk yang seharusnya.

Perubahan bentuk tubuh secara umum.

Perubahan atau distorsi bentuk alami dari suatu bagian, organ, atau seluruh tubuh. Ini mungkin
didapat atau bawaan. Jika terjadi setelah cedera, deformitas biasanya menunjukkan adanya fraktur
tulang, dislokasi tulang, atau keduanya. Ini mungkin karena pembengkakan yang luas, ekstravasasi
darah, atau pecahnya otot dan kontraktur jaringan parut yang parah.

Pergeseran fragmen pada fraktur.


8. Regio brachii

Regio Brachii merupakan lengan atas yang terdiri dari bagian anterior yang terdiri dari M.biceps
brachii sebagai supinator lengan bawah,M.Coracobrachialis dan M.Brachialis sbg fleksor kuat pada
sendi siku yang dan bagian posterior nya terdiri dari M.Tricepsbarchii,caput longum lateral dan
medial yang berfungsi sebagai extensor siku. Arteri brakialis, lanjutan langsung dari arteri aksilaris,
mensuplai regio ini. Sendi siku mengacu pada artikulasi humerus dan dua tulang lengan bawah. Ulna
berartikulasi dengan kondilus medial humerus yang dikenal sebagai troklear. Kepala radius
berartikulasi dengan kapitulum humerus.

9. Vital sign

Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan untuk
membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara medis
tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai
respon terhadap intervensi.

10. Bidai

Alat yang digunakan untuk membantu seseorang yang mengalami fraktur.

11. Krepitasi

Suara berderak seperti kita menggesekkan ujung ujung tulang yang patah.

Suara dari persendian yang disebabkan oleh gesekan yang terjadi pada persendian.

12. GCS

Skala yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran seseorang.

Skala neurologik yang digunakan secara objektif derajat kesadaran seseorang.

GCS dibagi menjadi 3 kategori, bukaan mata (E), respons motorik (M), dan respons verbal (V). Skor
ditentukan dengan penjumlahan skor masing-masing dari 3 kategori, dengan skor maksimum 15 dan
skor minimum 3

13. Lempeng epifisis

zona dimana tulang memanjang melalui proses osifikasi endochondral

Identifikasi Masalah

1. Mengapa pasien mengeluhkan nyeri pada lengan atas setelah terjatuh saat bermain
sepeda?
Karena saat pasien jatuh dari sepeda, ia terlempar dan lengannya menghantam jalan
terlebih dahulu. Akibat dari pasien jatuh dari sepeda ini adalah dia mengalami trauma fisik,
yaitu trauma tumpul. Trauma tumpul dapat menyebabkan beberapa hal, yaitu laserasi,
abrasi, kontusio, dan juga fraktur. Kekuatan dari tabrakan atau dari laju sepeda itu sendiri
tidak bisa ditahan oleh tulang sehingga terjadilah fraktur.

2. Mengapa dilakukan pemasangan bidai?

Pemasangan bidai dilakukan untuk mencegah pergerakan pada tulang yang terdampak,
mengurangi kerja dari tulang yang terdampak, mengurangi nyeri serta mencegah kerusakan
yang lebih luas.

Tujuan Melakukan Pembidaian


a) Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri dan
mencegah kerusakan lebih lanjut
b) Mempertahankan posisi yang nyaman
c) Mempermudah transportasi korban
d) Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera
e) Mempercepat penyembuhan
Indikasi Pembidaian
Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan :
· Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup
· Adanya kecurigaan terjadinya fraktur
· Dislokasi persendian

pemasangan bidai pada kasus ini bertujuan dilakukan bidai adalah untuk mengoreksi dan
mengembalikan panjang anatomi, rotasi,
dan angulasi cedera khusus pada pasien pada kasus

3. Mengapa setelah kecelakaan lengan atas pasien bengkok namun jarinya masih bisa
digerakkan?

Karena kemungkinan fragmen tulang bergerak miring, dimana sumbu normal dari tulang telah
berubah sehingga bagian ujung lainnya berubah arah. Mengapa jari tidak terpengaruh? Mungkin
kecelakaan sepeda yang terjadi tidak merusak jalur saraf yang menggerakkan jari-jari, yaitu n.
median, n. ulnaris, dan n. Radialis

4. Mengapa dijumpai pembengkakan, kontusio jaringan serta tampak deformitas angulasi,


serta pendarahan aktif?

Pembengkakan terjadi karena terbentuknya gumpalan darah dan juga mengumpulnya WBC di lokasi
fraktur sebagai respons inflamasi. Kontusio merupakan akibat dari trauma tumpul yang terjadi
sebelumnya ketika pasien jatuh dari sepeda, dimana blood vesselnya rusak/hancur karena trauma
tumpul, yang akan mengakibatkan darah merembes ke luar dari pembuluh darah memasuki jaringan
dan mengubah warna kulit menjadi keunguan.
5. Apa makna dari pemeriksaan fisik pada pasien

Look
Warna dan perfusi:
Luka: lokasi luka: , luka ukuran: , luka kotor +/-, perdarahan +, bone expose +, skin coverage
+/-, skin loss +/-, deformitas +, dan tanda radang +
Deformitas: Angulasi
Pembengkakan: +, menandakan adanya trauma pada muskuloskeletal
Perubahan warna atau memar:
Feel atau Palpasi
Suhu:
Nyeri tekan: +, menandakan kontusi jaringan lunak atau fraktur.
Krepitasi: -
Sensibilitas:
Pemeriksaan vaskular: arteri radialis +, dan CRT normal dibawah 2 menit.
Movement atau Gerakan
Pergerakan aktif: pasien diminta bergerak tanpa dibantu. Nilai kemampuan pergerakan sendi
pasien, rasa nyeri, dan kekuatan otot.
Pergerakan pasif: Pasien menggerakkan sendi di pasien.
Range of Movement: pemeriksaan area pergerakan dari sendi. Dalam derajat.

6. Apa diagnosis dari pasien?

Fraktur terbuka os humerus dextra, klasifikasi Gustillo Anderson 2 tanpa dijumpai komplikasi yang
lain.

7. Apa pemeriksaan penunjang yang diperlukan oleh pasien?

Hematokrit, cairan sendi, hemoglobin, leukosit, pemeriksaan darah rutin, dan trombosit. lalu ada
pemeriksaan radiologi berupa two vies, two joints, two limbs, two injuries, two occasions, scan
tulang dan x-ray, dan arteriogram.

8. Bagaimana tata laksana lanjutan dan tata laksana definitifnya?

Penanganan awal fraktur adalah untuk mempertahankan kehidupan pasien dan yang kedua adalah
mempertahankan baik anatomi maupun fungsi ekstrimitas seperti semula. Adapun beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam penanganan fraktur yang tepat adalah (1) survey primer yang
meliputi Airway, Breathing, Circulation, (2) meminimalisir rasa nyeri (3) mencegah cedera iskemia-
reperfusi, (4) menghilangkan dan mencegah sumber- sumber potensial kontaminasi. Ketika semua
hal diatas telah tercapai maka fraktur dapat direduksi dan reposisi sehingga dapat mengoptimalisasi
kondisi tulang untuk proses persambungan tulang dan meminimilisasi komplikasi lebih lanjut
Sistematika Masalah

Learning Issue

1. Anatomi ektremitas superior dan inferior


2. Definisi kelainan sistem muskuloskeletal ; fraktur, dislokasi, cedera pada jaringan lunak,
sprain/strain
3. Mekanisme trauma
4. Definisi dan Klasifikasi Fraktur
5. Diagnosis untuk fraktur (PF dan PP)
6. Prinsip Tata Laksana
-Pertolongan pertama termasuk pembidaian
-Terapi definitif (Beda penanganan anak dan dewasa)

7. Komplikasi

8. Bagaimana proses penyembuhan/fracture healing?

9. Rehabilitasi medik untuk fraktur

Anda mungkin juga menyukai