Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian secara umum bertujuan untuk mengembangkan khazanah ilmu
dengan memperoleh pengetahuan serta fakta-fakta baru, sehingga dapat
disusun teori, konsep, hokum, kaidah atau metodologi baru, dan kita dapat
memperoleh masalah baru yang kelak harus dipecahkan dengan penelitian
pula.
Ilmu (science) dan penelitian (research) tidak dapat dipisahkan. Ilmu tidak
akan berkembang tanpa penelitian, sebaliknya penelitian tidak akan ada
apabila tidak berada di dalam kerangka ilmu pengetahuan. Meskipun banyak
sekali definisi tentang ilmu dan penelitian, namun secara umum dapat
dikatakan bahwa ilmu merupakan pengetahuan tentang fakta-fakta baik
natural atau sosial yang dapat berlaku secara umum dan sistematik, sedang
penelitian merupakan suatu penyelidikan yang terorganisir untuk menemukan
kebenaran yang juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking).
Bagi perawat yang berkecimpung dalam bidang keperawatan dan
kesehatan, penelitian pada umumnya bertujuan mengumpulkan informasi atau
data yang diperlukan untuk rencana kegiatan asuhan keperawatan atau
keperawatan-sosial. Di samping itu penelitian juga berguna untuk
mengembangkan ilmu keperawatan sendiri yang akan bermuara pada
peningkatan kesejahteraan manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian kualitatif?
2. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian kuantitas?
3. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian deskriptif?
4. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian analitik?
5. Apa yang dimaksud dengan jenis penelitian eksperimen?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang jenis penelitian kualitatif.
2. Mengetahui tentang jenis penelitian kuantitatif.
3. Mengetahui tentang jenis penelitian deskriptif.
4. Mengetahui tentang jenis penelitian analitik.
5. Mengetahui tentang jenis penelitan eksperimen.

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif merupakan sejenis penelitian formatif yang secara
khusus memberikan teknik untuk memperoleh jawaban atau informasi
mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang. Penelitian ini

2
memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat (insight) mengenai
sikap, kepercayaan, motivasi dan perilaku target populasi.
Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang
berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena kesehatan dan
masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran
kompleks, meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden,
dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998).
Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat
penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrument kunci. Oleh
karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa
bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi lebih
jelas. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk
mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial,
mengembangkan teori, memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah
perkembangan.
 Penelitian Deskriptif
Menurut (Arikunto, 2013) mendefinisikkan penelitian deskriptif
sebagai penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang
saat ini berlaku. Di dalamnya terdapat upaya menggali infomarsi-
informasi dari suatu kondisi atau keadaan kemudian mendeskripsikan,
mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan serta melihat kaitan
antara variable-variabel yang ada.
Menurut Best dalam (Prof. Dr. Hamid Darmadi, 2014) penelitian
deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan
dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.
Dari beberapa pengertian di atas menurut para ahli, penulis
menyimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan suatu fenomena atau kejadian yang
berlaku saat ini dan atau mencarikan solusi untuk memecahkan masalah
dengan cara menggali informasi atau fakta-fakta, menganalisis,
membandingkan, atau mencari hubungan korelasi dari suatu gejala,
kemudian memaparkannya dalam bentuk laporan.

3
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (memaparkan)
peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini. Deskripsi
peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data
faktual dari pada penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa adanya
tanpa manipulasi, oleh karena itu penelitian jenis ini tidak memerlukan
suatu hipotesis. Hasil penelitian deskriptif sering digunakan atau
dilanjutkan dengan melakukan penelitian analitik.
Hubungan antar variabel diidentifikasi untuk menggambarkan secara
keseluruhan suatu peristiwa yang sedang di teliti, tetapi pengujian
mengenai tipe dan tingkat hubungan jarak jauh bukan merupakan tujuan
utama dari suatu penelitian deskriptif.
Jenis penelitian deskriptif antara lain:
1. Penelitian Studi Kasus.
Penelitian studi kasus adalah kegiatan yang mengeksplorasi suatu
masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang
mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini
dibatasi oleh waktu dan tempat serta kasus yang dipelajari berupa
program, peristiwa, aktivitas, atau individu, misalnya satu klien,
keluarga, komunitas, atau institusi. Meskipun jumlah subjektif
cenderung sedikit namun jumlah variabel yang diteliti sangat luas.
Oleh karena itu, sangat penting untuk mengetahui semua variabel yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Riwayat dan pola perilaku
sebelumnya biasanya dikaji secara rinci.
Keuntungan yang paling besar dari jenis penelitian ini adalah
pengkajian secara rinci meskipun jumlah respondennya sedikit,
sehingga akan di dapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas.
Misalnya, studi kasus tentang asuhan keperawatan klien dengan infark
miokard akut pada hari pertama serangan di RS. Peneliti akan
mengkaji variabel yang sangat luas dari kasus di atas mulai dari
menemukan masalah bio-psiko-sosio-spiritual.
2. Penelitian Survei.

4
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari
satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan
data yang pokok.
Penelitian survei adalah suatu rancangan yang digunakan untuk
menyediakan informasi yang berhubungan dengan prevalensi,
distribusi, dan hubungan antar variabel dalam suatu populasi.
Pada survei, tidak ada intervensi. Survei mengumpulkan informasi
dari tindakan seseorang, pengetahuan, kemauan, pendapat, perilaku,
dan nilai. Terdapat 3 metode yang sering digunakan dalam
mengumpulkan data survei: Wawancara melalui telepon, wawancara
langsung tatap muka dan, tanya jawab dengan penyebaran kuisioner
melalui surat.
Keuntungan survei adalah dapat menjaring responden secara luas
dan dapat memperoleh berbagai informasi serta hasil informasi dapat
dipergunakan untuk tujuan lain. Akan tetapi informasi yang didapat
dari survei seringkali cenderung bersifat superfisial. Oleh karena itu,
pada penelitian akan lebih baik jika dilaksanakan analisis secara
bertahap.

B. Penelitian Kuantitatif
Penelitian  kuantitatif  adalah   pendekatan­pendekatan   terhadap   kajian
empiris   untuk   mengumpulkan,   menganalisa,   dan   menampilkan   data   dalam
bentuk numerik dari pada naratif (Robert Donmoyer, 2008).
Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Filsafat positivisme memandang
realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit,
teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.
Penelitian ini juga sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi
kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan

5
sistematis. Penelitian ini disebut penelitian kuantitatif karena data penelitian
berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
 Penelitian Analitik
Pada penelitian analitik, penelitian berupaya mencari hubungan antara
variabel yang satu dengan variabel lainnya. Pada penelitian ini dilakukan
analisis terhadap data, karena itu pada penelitian analitik selalu diperlukan
hipotesis yang harus diformulasikan sebelum penelitian dimulai, untuk
divalidasi dengan data empiris yang dikumpulkan. Hubungan antar
variabel dapat dilakukan dengan pelbagai uji hipotesis (sering disebut
secara kurang tepat sebagai uji statistika atau uji kemaknaan) sesuai
dengan data, dan atau pelbagai jenis analisis lain yang disebutkan diatas.
Telah disebutkan bahwa data pada penelitian deskriptif sering dapat
dipakai untuk penelitian analitik pada tahapan berikutnya. Jika kita akan
melakukan penelitian tentang penyakit yang datanya masih sedikit,
sebaiknya dilakukan penelitian deskriptif terlebih dahulu. Data tersebut
kemudian dipakai untuk menyusun latar belakang dan hipotesis penelitian
analitik.
Perlu diingat ulang pula bahwa laporan penelitian analitik selalu
diawali dengan deskripsi subjek penelitian lebih dulu, sebelum dilakukan
analisis. Hal ini tidak berarti penelitian tersebut bersifat deskriptif dan
analitik, kecuali bila deskripsi subjek yang terpilih merupakan salah satu
pertanyaan penelitian yang secara khusus perlu dijawab.
Jenis-jenis penelitian analitik antara lain:
1. Penelitian Observasional.
a. Studi Cross-Sectional.
Studi Cross-Sectional adalah salah satu bentuk studi
observasional (non eksperimental) dilakukan tanpa mengikuti
perjalanan penyakit tetapi hanya dilakukan pengamatan sesaat atau
dalam suatu periode tertentu dan setiap subjek studi hanya
dilakukan satu kali pengamatan selama penelitian.
Dalam arti kata luas, studi Cross-Sectional mencakup semua
jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya dilakukan
hanya satu kali, pada satu saat. Studi Cross-Sectional dibagi
menjadi dua jenis yakni studi Cross-Sectional Deskriptif dan studi

6
Cross-Sectional Analitik. Ia dapat semata-mata bersifat deskriptif
jika studi ini hanya menggambarkan tentang paparan, prevalensi
penyakit pada suatu populasi dan juga menjadi penelitian analitik,
misalnya studi perbandingan antara kadar asam urat pada manula
yang normal dan kegemukan. Dengan kata lain, semua penelitian
yang pengukurannya dilakukan hanya sekali, dapat disebut
penelitian Cross-Sectional.
Pada umumnya, penelitian Cross-Sectional disebut juga studi
prevalensi dengan tujuan mengadakan deskripsi subjek studi
seperti pada penelitian deskriptif murni. Studi Cross-Sectional
dikatakan studi prevalensi karena variabel bebas (faktor risiko) dan
tergantung (efek) dinilai secara simultan pada satu saat dan tidak
ada follow-up. Meskipun studi ini lebih dikenal sebagai studi
prevalensi tetapi dalam hal tertentu, penelitian dengan pendekatan
Cross-Sectional dapat digunakan untuk analitik.
Kelebihan Studi Cross-Sectional:
1) Memungkinkan penggunaan populasi dari masyarakat umum,
tidak hanya yang mencari pengobatan, hingga generalisasinya
cukup memadai.
2) Relatif mudah, murah, dan hasilnya cepat dapat diperoleh.
3) Dapat dipakai untuk meneliti sekaligus banyak variabel.
4) Tidak terancam loss follow-up (drop out).
5) Dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian
kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit sekali
menambah biaya.
6) Dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang
lebih konklusif.
Kekurangan Studi Cross-Sectional:
1) Sulit untuk menentukan sebab dan akibat karena pengambilan
data risiko dan efek dilakukan pada saat yang bersamaan
(temporal relationship tidak jelas). Akibatnya sering tidak
mungkin ditentukan mana yang sebab dan mana akibat.
2) Studi prevalensi lebih banyak menjaring subjek yang
mempunyai masa sakit yang panjang dari pada mereka yang
mempunyai masa sakit yang pendek. Hal ini disebabkan karena

7
individu yang cepat sembuh atau cepat meninggal akan
mempunyai kesempatan yang relative kecil untuk terjaring
dalam studi ini. Bila karakteristik pasien yang cepat sembuh
atau cepat meninggal itu berbeda dengan mereka yang
mempunyai masa sakit yang panjang, maka akan dapat terjadi
salah interpretasi dari hasil temuan studi tersebut.
3) Dibutuhkan subjek yang cukup besar, terutama bila variabel
yang dipelajari banyak.
4) Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidens, maupun
prognosis.
5) Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang,
misalnya kanker lambung.
6) Mungkin terjadi bias prevalensi atau bias insidens karena efek
suatu faktor risiko selama selang waktu tertentu disalah
tafsirkan sebagai efek penyakit
b. Studi Kasus Kontrol.
Berbeda dengan studi Cross-Sectional, pada studi Kasus
Kontrol observasi atau pengukuran variabel bebas dan variabel
tergantung tidak dilakukan pada saat yang sama. Peneliti
melakukan pengukuran variabel tergantung, yakni efek, sedangkan
variabel bebasnya dicari secara retrospektif, karena itu studi Kasus
Kontrol disebut sebagai studi Longitudinal, artinya subjek tidak
hanya diobservasi pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang
ditentukan.
Studi Kasus Kontrol adalah studi yang dimulai dengan
mengidentifikasi kelompok dengan penyakit atau efek tertentu
(kasus) dan kelompok tanpa efek (kontrol), kemudian secara
retrospektif diteliti faktor risiko yang mungkin dapat menerangkan
mengapa kasus terkena efek, sedangkan kontrol tidak. Oleh
Feinstein, desain Kasus Kontrol disebut juga studi Trohoc,
kebalikan dari Cohort.
Pada studi Kasus Kontrol sekelompok kasus (pasien yang
menderita penyakit atau efek yang sedang diteliti) dibandingkan
dengan kelompok kontrol (mereka yang tidak menderita penyakit

8
atau efek). Dalam penelitian ini, ingin diketahui apakah faktor
risiko tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang
diteliti dengan membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko
tersebut pada kelompok kasus dengan pada kelompok kontrol.

Kelebihan Studi Kasus Kontrol:


1) Menguntungkan untuk mempelajari masalah kesehatan yang
jarang terjadi.
2) Menguntungkan untuk mempelajari penyakit yang masa
latennya lama.
3) Lebih murah dibandingkan kohort karena masa studi yang
relative pendek.
4) Memerlukan subjek yang lebih sedikit.
5) Hasil dapat diperoleh dengan cepat.
6) Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko
sekaligus.
Kekurangan Studi Kasus Kontrol:
1) Sulit memastikan apakah kasus dan kontrol sebanding dalam
hal faktor risiko.
2) Bias mungkin terjadi karena data paparan diperoleh dari catatan
atau ingatan dari sampel diteliti.
3) Tidak dapat digunakan untuk menentukan insiden rate penyakit
secara langsung pada kelompok terpapar, kecuali jika studi
berbasis populasi.
4) Tidak dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan efek
paparan yang lain (lebih dari satu variabel dependen) tetapi
hanya memperhatikan satu kesudahan.
5) Validasi mengenai informasi kadang-kadang sukar diperoleh.
c. Studi Kohort.
Perkataan KOHORT berasal dari istilah Romawi kuno. Cohort
yang berarti sekelompok tentara yang maju berbaris ke medan
perang. Model pendekatan yang digunakan pada rancangan
penelitian Kohort adalah pendekatan waktu secara longitudinal
atau time period approach, kausa atau faktor risiko diidentifikasi
terlebih dahulu, kemudian subjek diikuti sampai periode waktu
tertentu untuk melihat terjadinya atau tidaknya efek.

9
Pada penelitian Kohort murni, yang diamati adalah subjek yang
belum mengalami pajanan faktor risiko yang dipelajari serta belum
mengalami efek.
Sebagian subjek tersebut secara alamiah akan mengalami
pajanan terhadap faktor risiko tertentu, sebagian lainnya tidak.
Subjek yang terpajan faktor risiko menjadi kelompok yang diteliti,
sedang subjek yang tidak terpajan menjadi kelompok kontrol.
Dalam keadaan ini, oleh karena kedua kelompok berangkat dari
populasi yang sama, maka biasanya keduanya sebanding
(comparable) kecuali dalam hal adanya pajanan terhadap faktor
risiko. Kedua kelompok tersebut kemudian diikuti selama masa
tertentu, untuk kemudian ditentukan apakah terjadi efek atau
penyakit yang diteliti.
Jenis-jenis studi Kohort:
1. Studi Kohort Prospektif dengan Kelompok Pembanding
Internal.
Adalah studi Kohort di mana Kohort yang dipilih sama
sekali belum terpajan faktor risiko serta belum mengalami efek.
2. Studi Kohort Prospektif dengan Kelompok Pembanding
Eksternal.
Adalah studi Kohort di mana subyek yang sudah terkena
faktor risiko tetapi belum mengalami efek, dan kelompok
pembandingnya dipilih dari subjek yang lain yang tanpa
pajanan faktor risiko dan tanpa efek.
3. Studi Kohort Retrospektif.
Adalah studi Kohort di mana peneliti melakukan
penelusuran terhadap sekelompok Kohort yang sudah
mengalami efek.
4. Nested Case Control Study.
Adalah bentuk studi Kohort di mana terdapat bentuk studi
kasus kontrol yang bersarang (Nested). Data yang dipakai
adalah data yang diperoleh dari studi Kohort. Pada waktu
merancang studi Kohort sudah diduga adanya variabel tertentu
sebagai faktor risiko timbulnya penyakit atau efek, tetapi

10
karena biaya pemeriksaan mahal, maka variabel yang terdapat
dalam bahan laboratik yang dapat disimpan yang layak yang
dijadikan sebagai data faktor risiko yang diselidiki. Kemudian
diakhir penelitian, subjek yang dengan efek positif dijadikan
kasus dalam penelitian Nested Case Control, kemudian
kelompok kontrol dicari dari antara subjek yang tidak terkena
efek.
Kelebihan Studi Kohort:
1) Merupakan desain yang terbaik dalam menentukan insiden dan
perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.
2) Memungkinkan uraian secara lengkap mengenai pengalaman
seseorang setelah terkena paparan termasuk perjalanan alamiah
penyakit.
3) Memberikan urutan-urutan waktu yang jelas antara paparan
dan penyakit.
4) Memberikan peluang bagus untuk mempelajari paparan yang
jarang.
5) Memungkinkan penilaian kesudahan yang majemuk (risiko dan
manfaat) yang mungkin terkait dengan paparan tertentu.
6) Memungkinkan estimasi angka kejadian masalah kesehatan
secara langsung dan risiko relatif yang ada hubungannya
dengan paparan yang diteliti.
7) Menyajikan informasi yang umumnya lebih mudah dimengerti
oleh mereka yang bukan ahli epidemiologi.
8) Tidak perlu menahan perlakuan seperti pada randomized
clinical trial.
Kekurangan Studi Kohort:
1) Dibutuhkan subjek yang besar untuk penyakit yang jarang.
2) Relatif lebih mahal.
3) Tindak lanjut mungkin sulit dan kehilangan pada tindak lanjut
dapat mempengaruhi hasil penelitian.
4) Status paparan mungkin berubah selama pelaksanaan
penelitian.
5) Terancam adanya drop out atau terjadinya perubahan intensitas
pajanan atau faktor risiko dapat mengganggu analisis hasil.

2. Penelitian Eksperimental.

11
Studi eksperimental, sering pula disebut studi Intervensional,
adalah salah satu rancangan penelitian yang dipergunakan untuk
mencari hubungan sebab-akibat (cause-effect relationship).
Dibandingkan dengan studi observasional, studi eksperimental ini
mempunyai kapasitas asosiasi yang lebih tinggi. Simpulan adanya
hubungan sebab akibat pada studi observasional, baik studi Cross-
Sectional, studi Kasus Kontrol, maupun Kohort hanya sampai pada
tingkatan dugaan atau dugaan kuat dengan landasan teori atau telaah
logis. Pada penelitian eksperimental asosiasi sebab akibat yang
diperoleh lebih tegas dan nyata, sehingga simpulan yang dapat
diperoleh pun lebih definitif ketimbang pada studi observasional.
Namun studi eksperimental ini umumnya memerlukan biaya yang
mahal dan pelaksanannya rumit, hingga penggunaannya lebih terbatas.
Penelitian eksperimental adalah suatu jenis penelitian yang
digunakan untuk mencari hubungan sebab-akibat dengan adanya
keterlibatan penelitian dalam melakukan manipulasi terhadap variabel
bebas. Eksperimen merupakan jenis penelitian yang memberikan
pengujian hipotesis yang paling tertata dan cermat.
Dilihat dari kemampuannya dalam mengontrol variabel-variabel
penelitian, jenis penelitian eksperimen dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu:

a. Pra-Eksperimental
Menurut Babbie (1999) jenis penelitian pra-eksperimental
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) One-Shot Case Study
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan
intervensi/tindakan pada satu kelompok kemudian diobservasi
pada variabel dependen setelah dilakukan intervensi. Misalnya,
peneliti melakukan observasi pada percepatan penyembuhan
luka pasca operasi (dependen) setelah dilakukan mobilisasi
(independen).

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes

12
- I O
Waktu 1 Waktu 2 Wakt u 3
Keterangan:
- : Tidak diobservasi sebelum tindakan.
I : Intervensi.
O : Observasi setelah intervensi.
2) One-Group Pre-Post Test Design (Penelitian Pra-Pasca Tes
dalam Satu Kelompok)
Ciri tipe penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan satu kelompok subjek.
Kelompok subjek di observasi sebelum dilakukan intervensi,
kemudian di observasi lagi setelah intervensi. Misalnya,
peneliti mengobservasi proses involusi ibu pasca salin sebelum
melakukan senam nifas, kemudian keadaan involusi uterinya di
observasi setelah senam.

Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes


K O I OI
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Keterangan:
K : Subjek (Pasca salin).
O : Observasi involusi uteri sebelum senam.
I : Intervensi (Senam nifas).
OI : Observasi involusi uteri sesudah senam.
Suatu kelompok sebelum dikenai perlakuan tertentu (I)
diberi pra-tes, kemudian seteah perlakuan, dilakukan dengan
cara membandingkan dengan pengaruh perlakuan yang
dikenakan pada kelompok lain. Penelitian ini dipandang masih
sangat lemah karena tidak melibatkan kelompok kontrol dan
temuan penelitian sangat ditentukan oleh karakteristik subjek.
Apabila ditemukan atau tidak ditemukan perbedaan antara pre-
tes dan pasca-tes, maka tidak dapat dipastikan apakah

13
perbedaan itu memang disebabkan oleh perlakuan yang
diberikan ataukah tidak.
3) Statistic-Group Comparison Design
Peneltian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh dari
suatu tindakan pada kelompok subjek yang mendapatkan
perlakuan, kemudian dibandingkan dengan kelompok subjek
yang tidak mendapatkan perlakuan.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes
K-A O I O1-A
K-B - - O1-B
Watu 1 Waktu2 Waktu3
Keterangan:
K-A : Subjek (Pascasalin) perlakuan.
K-B : Subjek (Pascasalin) kontrol.
- : Tidak terobservasi dan tidak dilakukan
intervensi.
O : Observasi involusi uteri sebelum senam
(kelompok perlakuan).
I : Intervensi (Senam nifas).
O1 (A+B) : Observasi involusi uteri sesudah
senam (kelompok perlakuan dan kontrol).
b. Eksperimental Semu (Quas-Experiment)
Penelitian ini berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping
kelompok eksperimental tapi pemilihan kedua kelompok ini tidak
menggunakan teknik acak. Rancangan ini biasanya menggunakan
kelompok subjek yang telah terbentuk secara wajar (teknik
rumpun), sehingga sejak awal bisa saja kedua kelmpok subjek telah
memilih karakteristik yang berbeda. Apabila pada pasca-tes
ternyata kedua kelompok itu berbeda, mungkin perbedaannya
bukan disebabkan oleh perlakuan tetapi karena sejak awal kelompok
awal sudah berbeda.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes
K-A O I O1-A

14
K-B O - O2-B
Time-1 Time 2 Time 3
Keterangan:
K-A : Subjek (Pascasalin) perlakuan.
K-B : Subjek (Pascasalin) kontrol.
- : Aktivitas lainnya (selain senam nifas yang telah
diprogramkan.
O : Observasi involusi uteri sebelum senam (kelompok
perlakuan).
I : Intervensi (senam nifas).
O1 (A+B) : Observasi involusi uteri sesudah senam (kelompok
perlakuan dan kontrol).
Dalam penelitian ini, kelompok eksperimental diberi perlakuan
sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua kelompok
perlakuan diawali dengan pre-tes, dan setelah pemberian perlakuan
diadakan pengukuran kembali (pasca-tes).
c. Eksperimental Sungguhan (True-Experimental)
Ciri penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan sebab
akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping
kelompok eksperimental yang dipilih dengan menggunakan teknik
acak. Pada kelompok perlakuan dilakukan suau intervensi tertentu
kemudian kelompok kontrol tidak dilakukan tindakan. Penelitian
ini biasanya dilakukan pada binatang percobaan. Misalnya, peneliti
ingin meneliti pengaruh pemberian obat A terhadap penyembuhan
penyakit pada kelompok perlakuan yang telah diberi bakteri
penyakit tertentu. Kemudian dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang diberi bakteri penyakit tertentu, tetapi tidak diberikan
obat jenis A (hanya plasebo). Pada penelitian ilmu keperawatan
jenis penelitian ini jarang dipergunakan.
Ada beberapa jenis rancangan penelitian eksperimental yang
dapat digolongkan kedalam kelompok ini:
1) Pasca-tes dengan kelompok eksperiman dan kontrol yang
diacak
Pada rancangan ini, kelompok eksperimental diberi
perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak. Pada kedua

15
kelompok tidak diawali dengan pra-tes. Pengukuran hanya
dilakukan setelah pemberian perlakuan selesai.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes
R - I O
R - - O
Keterangan:
R : Random (acak).
I : Intercensi (senam nifas).
O : Observasi involusi uteri sebelum senam.
2) Pra-tesdan pasca-tes dengan kelompok eksperimendan
kontrol yang diacak
Dalam rancangan ini, kelompok eksperimental diberi
perlakuan diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak.
Pada kedua kelompok diawali dengan pra-tes dan setelah
pemberian perlakuan selesai diadakan pengukuran kembali
(pasca-tes). Rancangan penelitian ini mengikuti urutan
prosedural yang sama dengan rancangan eksperimental semu
sejenis. Perbedaan terletak pada pemilihan subjek dengan
menggunakan teknik acak.
Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes
R O I O
R O - O
Keterangan:
R : Random (acak).
X : Variabel bebas atau perlakuan.
O : Observasi (pengukuran).
3) Rancangan Solomon
Subjek Pra Perlakuan Pasca-tes
R - I O
R - - O
R O I O
R O - O
Keterangan:
R : Random (acak).
X : Variabel bebas atau perlakuan.
O : Observasi (pengukuran).
I : Intervensi (senam nifas).
Rancangan ini pada dasarnya menghubungkan dua
rancangan eksperimental sebelumnya sehingga terbentuk

16
rancangan yang melibatkan empat kelompok. Dua kelompok
sebagai kelompok eksperimen dan dua lainnya sebagai
kelompok kontrol. Pada kedua kelompok eksperimen
diperlakuan sedangkan pada kedua kelompok kontrol tidak.
Pada satu pasangan kelompok eksperimen dan kontrol diawali
dengan pra-tes, sedangkan pada pasangan yang lain tidak.
Setelah pemberian perlakuanselesai diadakan pengukuran atau
pasca-tes pada keempat kelompok.
Penelitian ini merupakan peelitian ekspeimental yang kuat
dan cermat terhadap hasil penelitian dibandingkan penelitian
lainnya, dan kemungkinan adanya suatu perbandingan yang
kompleks antara kelompok dan pengkajian efek dari pra-tes
pada nilai pasca-tes. Rancangan ini juga mampu menetralkan
kelemahan-kelemahan rancangan sebelumnya. Misalnya, untuk
rancangan eksperimental sungguhan yang kedua, dengan
memasukkan langkah pemberian pra-tes dapat membuat subjek
menjadi peka dalam memberika jawaban dalam pasca-tes.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengelompokkan jenis penelitian bermacam-macam yaitu :
1. Penelitian kualitatif: Sejenis penelitian formatif yang secara khusus
memberikan teknik untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam
tentang pendapat dan perasaan seseorang.
2. Penelitian kuantitatif: Penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
3. Penelitian deskriptif: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
(memaparkan) peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa kini.
Hasil penelitian deskriptif sering di gunakan atau di lanjutkan dengan
melakukan penelitian analitif.
4. Penelitian analitik: Penelitian berupaya mencari hubungan antara variabel
yang satu dengan variabel lainnya. Pada penelitian ini dilakukan analisis
terhadap data, karena itu pada penelitian analitik selalu diperlukan hipotesis
yang harus diformulasikan sebelum penelitian dimulai, untuk divalidasi
dengan data empiris yang dikumpulkan.
5. Penelitian eksperimental: Suatu jenis penelitian yang digunakan untuk
menari hubungan sebabakibat dengan adanya keterlibatan penelitian dalam
melakukan manipulasi terhadap variabel bebas.

B. Saran
Melalui makalah ini, kelompok mencoba memberikan wawasan tentang
macam jenis penelitian dan bagaimana kegiatan penelitian dilakukan, dengan
harapan dapat mempermudah para pembaca yang akan mengadakan
penelitian.

18

Anda mungkin juga menyukai