BRSU TABANAN
134 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
3. Perbaikan parut bibir operasi pertama pada usia 4-5 tahun
4. Penyempitan faring / faringoplasti, kalau perlu, pada usia 6 tahun
keatas.
5. Orthodonsi pada usia 6-7 tahun
6. Alveolar Bone Graft rahang atas pada usia 8-9 tahun.
7. Perbaikan bentuk muka / maxillary advancement (Osteotomi LF 1)
pada usia 15-17 tahun keatas.
8. Bedah kraniofasial atau distraksi osteogenesis untuk anomali
kraniofasial dan dentofacial
Nonbedah
1. Speech therapy oleh Speech Therapist pada usia 4 tahun ke atas
2. Orthodonsi pada usia 6-7 tahun sebelum Alveolar Bone Graft.
12. Tempat BRSU TABANAN
Pelayanan
13. Penyulit Untuk labiognatopalatoskisis dan palatoskisis :
1. Karena penyakit:
a. OMP
b. Pendengaran kurang
c. Maloklusi gigi
d. Suara sengau, kata-kata tidak jelas
2. Karena operasi:
a. Parut tidak baik
b. Fistula oronasal
3. Untuk bedah kraniofasial
a. Gangguan penghiduan karena cedera lamina cribriformis
b. Relaps pada distraksi osteogenesis
14. Informed Consent Perlu (tertulis)
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Plastik untuk semua tindakan operatif.
Dokter Spesialis Bedah Umum untuk sumbing bibir atau unilateral
komplit bila tidak ada tenaga Bedah Plastik.
2. Speech therapist untuk terapi bicara
3. Ortodontist untuk perbaikan gigi.
16. Lama Perawatan Bervariasi
17. Masa Pemulihan 3-6 bulan
18. Hasil 1. Normal:
Bentuk bibir dan hidung simetris, bentuk muka normal, gigi geligi
tumbuh bagus, suara normal, parut operasi halus. Perbaikan proporsi
estetik kepala- wajah, oklusi baik
2. Kurang normal:
Parut kasar, asimetri bibir dan lubang hidung, gigi tak beraturan,
suara sengau, bentuk muka bagian tengah lebih ke dalam.
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut 1. Penderita keluar dengan keadaan klinis baik, hasil operasi
memuaskan.
2. Pasien kontrol teratur
23. Tingkat Evidens 1a / A
135 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka operasi baik, tidak ada infeksi, dan koloboma.
25. Edukasi 1. Untuk operasi bibir sumbing: Diet cair pakai sendok khusus, tidak
boleh mengedot dan mengisap selama 2 sampai 3 minggu.
2. Untuk operasi langit-langit : Diet cair pakai sendok khusus, tidak
boleh mengedot dan mengisap selama 4 minggu.
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997.
136 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
MICROTIA
2015
BRSU TABANAN
6. Kriteria Diagnosis Kelainan bawaan pada daun telinga berupa telinga kurang terbentuk /
kecil
7. Diagnosis Banding Tak ada
8. Pemeriksaan Rontgen foto untuk melihat pembentukan organ telinga tengah bila perlu
Penunjang
9. Konsultasi Spesialis THT bila ada defisit pendengaran
137 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
2. 2 minggu untuk tahap II – 6 bulan
18. Hasil Sembuh dengan terbentuknya aurikula
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997.
138 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
HIPOSPADI
2015
BRSU TABANAN
139 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
ujung penis
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak Perlu
21. Prognosis Dubius ad bonam
22. Tindak Lanjut Evaluasi hasil operasi
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka operasi baik tanpa ada Fistal, penyempitan dan pancaran kencing
baik.
25. Edukasi 1. Luka operasi harus tetap bersih.
2. Rutin kontrol.
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
140 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
TRAUMA KRANIO-MAKSILO-FACIAL
(FRAKTUR TULANG WAJAH)
2015
BRSU TABANAN
142 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
TRAUMA JARINGAN LUNAK
2015
BRSU TABANAN
1. No. ICD 10 Cedera Kulit dan Jaringan Lunak (Soft tissue Injury) Cedera Kulit Dan
Jaringan Lunak Ekstremitas (S40, S41, S50, S51, S57, S60, S61)
Cedera Superfisial dan Luka Terbuka Daerah Kepala dan Wajah (ICD
SO0, SO1, SO9)
Crush Injury Kepala dan Muka (SO7) Avulsi Kulit
2. Diagnosis Trauma Jaringan Lunak
3. Pengertian Tercabiknya jaringan kulit dengan atau tanpa jaringan dibawahnya
hingga terlepas dari dasarnya, yang berupa :
1. Skin loss (avulse kulit komplit)
2. Flap avulse (avulse kulit parsial)
3. Degloving (terbuka atau tertutup)
4. Anamnesis Riwayat trauma besar pada jaringan lunak atau terlindas
5. Pemeriksaan Fisik Terlepasnya kulit dari dasar / kulit sekitarnya, sebagian besar atau total,
bisa tanpa luka (closed avulsion / degloving), bisa dengan luka (open
avulsion / degloving)
6. Kriteria Diagnosis Terlepasnya kulit dari dasar / kulit sekitarnya, sebagian besar atau total,
bisa tanpa luka (closed avulsion / degloving), bisa dengan luka (open
avulsion / degloving)
7. Diagnosis Banding Tidak ada
8. Pemeriksaan Rontgen untuk diagnostik fraktur penyerta
Penunjang
9. Konsultasi Tidak ada
10. Perawatan Diperlukan bila tindakan operasi dilakukan dengan bius total (GA)
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan Operatif
(ICD 9-CM) 1. Penilaian vitalitas kulit yang terlepas dan pembuangan kulit yang
ternyata mati.
2. Penjahitan situasi tanpa tegangan sisa kulit yang masih vital.
3. Skin graft (tandur kulit) pada luka terbuka yang tersisa.
4. Hanya pencucian luka tidak dijahit, delayed STSG
5. Drain untuk closed avulsion / degloving
6. Operasi rekonstruksi dengan tehnik Bedah Mikro
12. Tempat BRSU TABANAN
Pelayanan
13. Penyulit 1. Kematian sebagian atau seluruh kulit yang terangkat
2. Infeksi
3. Parut yang jelek
143 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
14. Informed Consent Perlu (tertulis)
15. Tenaga Standar Spesialis Bedah Plastik
16. Lama Perawatan 2 minggu atau lebih
17. Masa Pemulihan 4 minggu sampai 1-2 tahun tergantung faktor-faktor yang menyertainya
18. Hasil 1. Sembuh baik
2. Sembuh dengan cacat
19. Patologi Tak diperlukan
20. Otopsi Tak diperlukan
21. Prognosis Dubia ad bonam
22. Tindak Lanjut Evaluasi parut dan fungsi
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka sembuh tanpa timbul skar atau keloid
25. Edukasi Rutin kontrol
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
144 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
AMPUTASI ORGAN DAN EKSTREMITAS
2015
BRSU TABANAN
1. No. ICD 10 ICD S08, ICD S38.2, ICD S48, S58, ICD S67, S68
2. Diagnosis Amputasi Organ (Avulsi Kulit Kepala, Telinga, Hidung, Penis,
Vulva) dan Ekstremitas (Jari, Tangan, Lengan, Kaki Tungkai
Bawah)
3. Pengertian Terpisahnya sebagian atau sama sekali ekstremitas atas dari tempat
asalnya.
4. Anamnesis Teramputasinya organ
5. Pemeriksaan Fisik 1. Terpisahnya sama sekali bagian atau ekstremitas dari tubuh tersebut
2. Clean cut (amputasi secara tajam) atau bukan
6. Kriteria Diagnosis 1. Terpisahnya sama sekali bagian atau ekstremitas dari tubuh
tersebut.
2. Clean cut (amputasi secara tajam) atau bukan
7. Diagnosis Banding Amputasi partial
8. Pemeriksaan 1. Laboratorium
Penunjang 2. Radiologi
9. Konsultasi Tidak perlu
10. Perawatan Rawat inap segera untuk persiapan operasi
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan Amputasi dirawat sebagai berikut:
(ICD 9-CM) 1. Masukkan ke dalarn kantong plastik bersih (tanpa cairan)
2. Kantong tersebut ditutup rapat lalu dimasukkan ke kantong kedua
berisi air biasa (2/3 bagian) + potongan es (1/3 bagian).
3. Sebaiknya tindakan ini dilakukan segera di tempat kejadian.
4. Operasi replantasi dengan rnikroskop + instrumen Bedah mikro.
12. Tempat BRSU TABANAN
Pelayanan
13. Penyulit 1. Perdarahan
2. Trombus
3. Infeksi
4. Kegagalan replantasi akibat thrombus.
14. Informed Consent Perlu (tertulis)
15. Tenaga Standar Dokter Spesialis Bedah Plastik
16. Lama Perawatan 10 hari sampai 1 bulan
17. Masa Pemulihan 6 minggu sampai setahun
18. Hasil 1. Sembuh total atau amputat tersambung kembali dan berfungsi baik.
145 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
2. Sembuh kurang sempurna
3. Gagal
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubia ad bonam
22. Tindak Lanjut Evaluasi parut dan fungsi
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka baik dan viable
25. Edukasi Rutin kontrol
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
146 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
COMBUSTIO / BURN INJURY / LUKA BAKAR
2015
BRSU TABANAN
147 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
2. Derajat III > 2%.
3. Luka bakar disertai trauma berat lain: inhalasi dan sebagainya.
4. Luka bakar listrik.
5. Luka bakar daerah wajah, tangan, kaki, perineal / genital
6. Disertai trauma penyerta lain atau penyakit sistemik berat lain,
retardasi mental
7. Penderita tidak mampu merawat dirinya sendiri.
11. Terapi / tindakan 1. Didahulukan penanggulangan terhadap gangguan jalan pernapasan
(ICD 9-CM) dan sirkulasi
2. Perawatan Intensif Luka Bakar
3. Perkiraan jumlah dan pemberian cairan dengan menggunakan rumus
Baxter:
a. Hari I diperkirakan memerlukan:
a) Untuk orang dewasa rumusnya :
4cc x berat badan dalam kg x % luas luka bakar, dimana ½
diberikan pada 8 jam pertama dari trauma dan ½ nya
diberikan 16 jam berikutnya. Cairan yang diberikan Ringer
Lactat. Dan pada jam ke 18 diberikan tambahan Koloid 500
cc.
b) Untuk anak-anak < 5 tahun rumusnya :
(2cc x berat badan dalam kg x % luas luka bakar) +
kebutuhan maintanance.
b. Kebutuhan maintanance untuk anak-anak :
a) < 10 kg : berat badan dikalikan 100 cc
b) 10-20 kg : 1000 cc + penambahan berat badan dikali 75.
c) - >20 kg : 1000 cc + penambahan berat badan dikali 50
Cairan yang diberikan pada anak-anak :
RL + Koloid (Dextran) dengan perbandingan 17 : 3, ½ diberikan
pada 8 jam pertama dari trauma dan ½ nya diberikan 16 jam
berikutnya.
Hari berikutnya pemberian cairan hipertonik ( albumin
hiperonkotik dan NaCl 3%)
Escharotomy untuk daerah dada dan extrimitas pada eskar yang
konstriktif
149 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
BEDAH PLASTIK ESTETIK / KOSMETIK
2015
BRSU TABANAN
150 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut Evaluasi hasil operasi
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Pasien puas dengan hasil sesuai harapan
25. Edukasi Kontrol dan perawatan luka secara teratur
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
151 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
KELOID DAN PARUT HIPERTROFI
2015
BRSU TABANAN
152 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
Residif
Depigmentasi akibat radiasi
19. Patologi Bila ada keraguan dengan sarkoma
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Dubia ad Bonam
22. Tindak Lanjut Evaluasi penyembuhan luka
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Luka sembuh
25. Edukasi Rajin Kontrol
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
153 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
SINDACTILY
2015
BRSU TABANAN
1. No. ICD 10 Q 70
2. Diagnosis Sindactily
3. Pengertian Kelainan kongenital berupa kegagalan pemisahan jari-jari tangan atau
kaki.
4. Anamnesis Didapatkan jari yang menyatu.
5. Pemeriksaan Fisik Didapatkan jari yang menyatu
6. Kriteria Diagnosis Kelainan kongenital berupa kegagalan pemisahan jari-jari tangan atau
kaki
7. Diagnosis Banding -
8. Pemeriksaan Foto rontgen tangan AP & oblique, Arteriografi bila diperlukan terutama
Penunjang sindactily yang komplek.
9. Konsultasi Spesialis terkait sesuai kebutuhan
10. Perawatan 1. Rawat inap untuk tindakan operasi
Rumah Sakit 2. Persiapan operasi
3. Pemberian Antibiotika
11. Terapi / tindakan Separasi jari penutupan defek dengan penjahitan primer, skin Graft
(ICD 9-CM) atau flap
154 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
25. Edukasi Rajin kontrol
26. Kepustakaan Grabb and Smith’s, Plastic Surgery, Fifth Edition, 1997
155 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
KARSINOMA SEL BASAL
2015
BRSU TABANAN
157 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
HERNIA INGUINALIS LATERALIS
2015
BRSU TABANAN
158 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
2. Anestesi untuk toleransi pembiusan
10. Perawatan Diperlukan bila terjadi penyulit (di Ruang perawatan BRSU
Rumah Sakit TABANAN)
11. Terapi / tindakan 1. Untuk hernia inguinal reponibilis dan ireponibilis dikerjakan
(ICD 9-CM) herniotomi (teknik bassini, teknik halsted) dan pemasangan mesh
secara elektif.
2. Untuk hernia inguinal incarcerata dilakukan urutan tindakan sebagai
berikut: dekompresi NGT, pemasangan DK, resusitasi cairan dan
elektrolit, reduksi manual kantung hernia. Bila reduksi manual
berhasil maka dilakukan herniotomy urgent. Sedangkan bila reduksi
manual tidak berhasil dalam waktu kurang dari 6 jam, maka
disiapkan operasi emergensi.
3. Untuk hernia inguinal strangulata dilakukan tindakan operasi
emergensi.
4. Bila isi kantung hernia adalah usus yang tidak viable maka dilakukan
tindakan reseksi anastomose
12. Tempat RS tipe C/B/A
Pelayanan
13. Penyulit 1. Hernia residif, hematome luka operasi
2. Inkarserata / strangulasi dengan segala akibatnya
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar Konsultan Bedah Digestif, Dokter Bedah Umum
16. Lama Perawatan One day care untuk hernia inguinal tanpa penyulit dan usia kurang dari
50 tahun. Bila ada penyulit, perawatan bisa lebih lama
17. Masa Pemulihan 3-5 hari
18. Hasil Tidak terjadi kekambuhan hernia inguinalis
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut 1. Setelah pasien pulang dari RS dilakukan evaluasi pasca bedah:
penilaian penyembuhan luka dan kekambuhan
2. Jangka panjang: evaluasi kekambuhan dan munculnya hernia pada
sisi lain.
23. Tingkat Evidens IA
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Keluhan, klinis
25. Edukasi 1. Mengenai penyakit, rencana tindakan pembedahan
2. Menghindari mengangkat beban yang berlebihan
3. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari: PPOK, BPH
26. Kepustakaan 1. Dodson TF : Hernia In : Manual of Clinical Problem in Surgery. Ist ed.
Litle Brown and Co Boston. 1984, p. 215-218
2. Dudley. HAF : Hamilton Bailey’s Emergency Surgery. 11th ed. John
Wright & Sons. Bristol. 1986. p. 375-381
3. Way LW : Hernia other lesion of the abdominal wall In : Current Surgical
4. Diagnosis and Treatment. 10th ed. Prentice Hall International Inc. 1994. p.
712-724
5. Devlin HB : Management of Abdominal Hernia. Ist ed. Butterworth & Co.
159 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
London 1988
6. Skandalakis JE : Hernia Surgical Anatomy and Technique. Mc Graw Hill
Inc. USA.1988.
160 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
GASTER PERFORASI
2015
BRSU TABANAN
161 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
laparoscopic
12. Tempat RS kelas A, B, C
Pelayanan
13. Penyulit Sepsis, syok sepsis, MOF, dehidrasi
14. Informed Consent Diperlukan
15. Tenaga Standar Konsultan Bedah Digestif, Dokter Bedah Umum.
16. Lama Perawatan ± 7 hari
17. Masa Pemulihan 14 hari
18. Hasil Sembuh (bebas keluhan)
Infeksi luka operasi
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Tergantung kecepatan diagnosis dan tindakan:
Bila tindakan operasi dan antibiotika cepat dilakukan prognosis baik
Bila diagnosis, tindakan dan antibiotika terlambat maka prognosis dubia
ad malam
22. Tindak Lanjut Follow up poliklinis
23. Tingkat Evidens Level 1A: Pembedahan merupakan pilihan yang tepat untuk perforasi
& Rekomendasi ulcus pepticum
Level 1A: Simple closure dengan atau tanpa omental patch efektif dan
aman untuk perforasi ulkus kecil (< 2 cm)
Level 1B: Pada ulkus perforasi besar, perdarahan atau stricture
diperlukan reseksi gastroduodenal
24. Indikator Medis Keluhan, klinis
25. Edukasi Edukasi mengenai perawatan luka, diet, dan kontrol pasca operasi.
26. Kepustakaan 1. Livingstone EH. Stomach and duodenum. In Norton JA, Bollinger
RR, Chang AE, et al, editors. Surgery basic science and clinical
evidence. 1st ed. New York: Springer-Verlag;2001.p.492-496
2. Schwartz SI : Principles of Surgery, 5th ed, Mc Graw Hill, 1989
3. Way LW : Current Surgical Diagnosis and Treatment, 9th ed,
Prentice Hall International Inc.
162 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
TUMOR GASTER
2015
BRSU TABANAN
165 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
CHOLELITHIASIS
2015
BRSU TABANAN
1. No. ICD 10 K 80
2. Diagnosis Cholelithiasis
3. Pengertian Batu kandung empedu merupakan gabungan beberapa unsur yang
membentuk suatu material mirip batu yang terbentuk di dalam kandung
empedu
4. Anamnesis Nyeri, kolik perut kanan atas.
5. Pemeriksaan Fisik Abdomen:
1. Inspeksi : dalam batas normal
2. Auskultasi : bising usus normal
3. Palpasi : Murphy’s sign bila mengalami cholecystitis
4. Perkusi : tymphani
6. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesa:
Nyeri kolik perut kanan atas dan menyebar ke ujung scapula kanan
2. Pemeriksaan fisik:
a. Inspeksi : (-)
b. Palpasi : Murphy’s sign bila mengalami cholecystitis
c. Perkusi : tymphani
d. Auskultasi : bising usus normal
3. Penunjang:
a. Pemeriksaan darah : DL, LFT lengkap
b. Pemeriksaan Imaging :USG abdomen atas
7. Diagnosis Banding 1. Gastritis akut
2. Apendisitis akut
8. Pemeriksaan 1. DL, LFT
Penunjang 2. USG abdomen atas
3. MRCP
4. ERCP
9. Konsultasi -
10. Perawatan 1. Persiapan operasi
Rumah Sakit 2. Perawatan post operasi
11. Terapi / tindakan Kolesistektomi
(ICD 9-CM)
12. Tempat Rumah Sakit tipe A
Pelayanan
13. Penyulit 1. Empyema kandung empedu
2. Kolangitis
166 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
2. Konsultan Bedah Digestif
16. Lama Perawatan 5 hari
17. Masa Pemulihan 14 hari
18. Hasil 1. Tergantung ada penyulit atau tidak
2. Tanpa penyulit: bebas keluhan
3. Dengan penyulit: tergantung penyulit
4. Sembuh dengan sempurna
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut Follow up poliklinis
23. Tingkat Evidens Tingkat evidens : A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Keluhan, klinis
25. Edukasi Perawatan luka, diet rendah lemak selama tiga bulan.
26. Kepustakaan 1. Dames SS : Disease of the Liver and Billiary System, 6th ed,
Blackwell Scientific Publication, Oxford, 1981,p. 222-224, 476-498
2. Schwartz SI and Ellis H : Maingot’s Abdominal Operation, 9th ed,
Prentice Hall International Inc, 1990,p. 1337-1479
3. Way LW : Current Surgical Diagnosis and Treatment, 10th ed,
Prentice Hall International Inc, 1991, p. 527-557
4. Joseph A. Karan, Joel Rslyn : Cholelithiasis and Cholecystectomy in
Maingot’s Abdominal Operation, 10th ed, Prentice Hall Inc, 1997, p.
1717-1738
167 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
TUMOR CAPUT PANCREAS
2014
BRSU TABANAN
169 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
KARSINOMA KOLON
2015
BRSU TABANAN
1. No. ICD 10 C 18
2. Diagnosis Karsinoma Kolon
3. Pengertian Karsinoma kolon adalah karsinoma yang terdapat pada kolon.
4. Anamnesis 1. Berak campur darah / lender (hematoschezia)
2. Perubahan pola defekasi (change bowell habit)
3. Perasaan tidak puas setelah defekasi (tenesmus)
5. Pemeriksaan Fisik 1. Inspeksi:
a. Anemia / kelemahan umum
b. Darm contour / darm steifung (bila ada obstruksi)
2. Palpasi : massa di perut kanan bawah / kiri
3. Perkusi : tymphani
4. Auskultasi : tanda-tanda obstruksi
5. Colok dubur:
a. Dilanjutkan proktoskopi dan atau colonoscopy
b. Untuk mendeteksi kelainan-kelainan di daerah rektosigmoid.
6. Kriteria Diagnosis 1. Anamnesis
2. Klinis
3. Penunjang diagnostik
7. Diagnosis Banding Kelainan-kelainan intralumen pada daerah kolorektal
8. Pemeriksaan Pemeriksaan Radiologis:
Penunjang 1. Pemeriksaan Ba-enema dengan kontras ganda
2. Pemeriksaan foto polos dada untuk mendeteksi penyebaran ke paru.
3. Pemeriksaan IVP untuk mendeteksi infiltrasi tumor terhadap sistem
saluran kemih.
4. USG
5. CT Scan untuk mengetahui penyebaran ke hati, kelenjar para aorta
6. Pemeriksaan pertanda tumor CEA untuk monitoring kekambuhan
tumor.
7. Kolonoskopi.
9. Konsultasi Bedah Digestif, Penyakit Dalam, Anestesi
10. Perawatan 7 -14 hari
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan Pembedahan / Terapi:
(ICD 9-CM) 1. Hemikolektomi kanan : untuk tumor di sekum, kolon ascenden,
fleksura hepatika.
2. Reseksi kolon transversum : untuk tumor di kolon transversum. (ICD
9 45.73)
3. Hemikolektomi kiri : untuk tumor di fleksura lienalis dan kolon
descendens (ICD9 45.75)
4. Reseksi sigmoid : untuk tumor sigmoid (ICD 9 48.73)
5. Reseksi anterior : untuk tumor di rektum lebih dari 12 cm dari anus
(ICD 9 48.63)
170 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
6. Sefalosporin generasi III
7. Metronidasol
12. Tempat Ruang rawat inap, IGD, Ruang intermediate, intensif
Pelayanan
13. Penyulit 1. Anemia
2. Hipo albuminemia
14. Informed Consent Jenis penyakit, rencana terapi, rencana operasi
15. Tenaga Standar Dokter Konsultan Bedah Digestif
16. Lama Perawatan 7 -14 hari
17. Masa Pemulihan 7-14 hari
18. Hasil Tergantung stadium tumor
19. Patologi Gold standar / baku emas
20. Otopsi Tidak wajib
21. Prognosis Tergantung stadium dan jenis patologi tumor
22. Tindak Lanjut Follow up poliklinis
23. Tingkat Evidens 1. Rekomendasi tingkat C
& Rekomendasi Hindari makan tinggi lemak, protein, kalori, daging merah dan putih.
Cukupkan makanan dengan kalsium dan asam folat untuk menekan
kejadian KKR.
2. Rekomendasi Tingkat A
Pasca polipektomi adenoma disarankan pemberian suplementasi
kalsium
3. Rekomendasi Tingkat C
Disarankan suplementasi vitamin E, vitamin D serta asam folat
dalam upaya menekan kejadian KKR
4. Rekomendasi Tingkat C
Disarankan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran setiap
harinya.
5. Rekomendasi Tingkat B
Disarankan mempertahankan BMI antara 18,5-25,0 kg/m2
sepanjang hidup
6. Rekomendasi Tingkat B
Disarankan melakukan aktifitas fisik (misalnya jalan) paling tidak
untuk 30 menit dalam sehari
7. Rekomendasi Tingkat C
Untuk mencegah kejadian KKR dianjurkan tidak merokok
8. Rekomendasi Tingkat B
Penggunaan estrogen replacement therapy khususnya untuk
mencegah KKR tidak direkomendasikan.
9. Rekomendasi Tingkat C
Kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya
polip
10. Rekomendasi Tingkat D
Disarankan untuk skrining dengan test darah samar sejak usia 40
tahun
11. Category 2A ( NCCN version 2014 categories of evidens and
consensus)
24. Indikator Medis Pemeriksaan klinis, radiologis, dan CEA
25. Edukasi KIE tentang pola diet tinggi serat, evaluasi rutin melalui poliklinik,
171 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
kepatuhan kemoterapi
26. Kepustakaan 1. Corman ML : Colon and Rectal Surgery, 1st ed, 1984, p. 267-412
2. Golinger. JC, : Surgery of the Anus, Rectum Colon, 5th ed, Bailiere
Tindall, London, 1984, p. 426-793
3. Schwartz SI and Ellis H : Maingot’s Abdominal Operation, 9th ed,
Prentice Hall International Inc, Englewood Cliffs, 1990, p. 1033-
1172
4. Spiessl B, Schebe O. And Wagner G. : UICC-TNM Atlas, Springer
Verlag, 1982, p. 78-99
5. Helena R. Chang, Kirby I. Bland : Tumors of the Colon in Maingot’s
Abdominal Operation, 10th ed, Prentice Hall, 1997, p. 1281-1308.
6. Michael R.B. Keighley, Norman S. Williams : Surgery of the Anus,
Rectum and Colon, W.B. Saunders Co. 1993 p. 830-1091.
172 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
TUMOR REKTUM
2015
BRSU TABANAN
174 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
5. Rekomendasi Tingkat B
Disarankan mempertahankan BMI antara 18,5-25,0 kg/m2
sepanjang hidup
6. Rekomendasi Tingkat B
Disarankan melakukan aktifitas fisik (misalnya jalan) paling tidak
untuk 30 menit dalam sehari
7. Rekomendasi Tingkat C
Untuk mencegah kejadian KKR dianjurkan tidak merokok
8. Rekomendasi Tingkat B
Penggunaan estrogen replacement therapy khususnya untuk
mencegah KKR tidak direkomendasikan.
9. Rekomendasi Tingkat C
Kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya
polip
10. Rekomendasi Tingkat D
Disarankan untuk skrining dengan test darah samar sejak usia 40
tahun
11. Tindakan operasi : Category 2A ( NCCN version 2014 categories of
evidens and consensus)
24. Indikator Medis
25. Edukasi 1. Hindari makan tinggi lemak, protein, kalori, daging merah dan putih.
Cukupkan makanan dengan kalsium dan asam folat untuk menekan
kejadian KKR.
2. Pasca polipektomi adenoma disarankan pemberian suplementasi
kalsium
3. Suplementasi vitamin E, vitamin D serta asam folat dalam upaya
menekan kejadian KKR
4. Disarankan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayuran setiap
harinya.
5. Disarankan mempertahankan BMI antara 18,5-25,0 kg/m2 sepanjang
hidup
6. Disarankan melakukan aktifitas fisik (misalnya jalan) paling tidak
untuk 30 menit dalam sehari
7. Untuk mencegah kejadian KKR dianjurkan tidak merokok
8. Penggunaan estrogen replacement therapy khususnya untuk
mencegah KKR tidak direkomendasikan.
9. Kolonoskopi dan polipektomi pada pasien yang ditemukan adanya
polip
10. Disarankan untuk skrining dengan test darah samar sejak usia 40
tahun.
26. Kepustakaan 1. Pengelolaan Karsinoma Kolorektal: Suatu Panduan Klinis Nasional.
Nov. 2004, Kelompok Kerja Adenokarsinoma Kolorektal Indonesia,
IKABDI
2. Sukardja IDG, Purnomo B, Tahalele P, Marnadi M, Murtejo U,
(EDS) : STANDAR PELAYANAN PROFESI DOKTER
SPESIALIS BEDAH UMUM INDONESIA. Edisi I. Persatuan
Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, 2002, Hal. 42-106.
3. Norton JA, Bollinger RR, Chang AE, Lowry SF, Mulvihill SJ, Pass
HI, Thompson RW, (EDS) : SURGERY, Basic Science and Clinical
Evidence. Springer-Berlag New York Inc. 2001, pp 1565-1881.
4. Feig BW, Berger DH, Fuhrman GM, (EDS) : THE M.D.
ANDERSON SURGICAL ONCOLOGY HANDBOOK. Third
175 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
Edition, Lippincott Williams & Wilkins, Houston Texas, 2003.
5. Devita PT, Hellman S, Rosenberg SA, (EDS) : CANCER, Principles
& Practice of Oncology. 6 Ed. Lippincott – William & Wilkins,
2001.
6. Ramli M, dkk. PROTOKOL PERABOI. BANDUNG 2003.
176 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
HEMORROID
2015
BRSU TABANAN
178 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
FISTULA PERIANAL
2015
BRSU TABANAN
179 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
17. Masa Pemulihan Tergantung derajat fistula
18. Hasil Baik
19. Patologi Perlu
20. Otopsi -
21. Prognosis Dubia ad bonam
22. Tindak Lanjut Follow up berkala
23. Tingkat Evidens Katagori 1A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Keluhan, klinis
25. Edukasi Jaga hygiene di sekitar dubur
26. Kepustakaan 1. Golberg. SM, et al : Colon, Rectum and Anus, In : Principles of
Surgery 5th ed, McGraw Hill. 1988 p. 1303-1306
2. Way LW, Anorectal Fistulas, In : Current Surgical Diagnosis and
Treatment, 10th ed Prentice Hall International Inc, 1994, p. 701-703
3. Keighley. MRB : Anorectal Fistula in Surgery of the Anus, Rectum
and Colon, WB. Saunders Co. Ltd, London, Philadelphia, 1993, p.
418-466.
180 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
RADANG USUS BUNTU (APPENDICITIS)
2015
BRSU TABANAN
182 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
KANKER KULIT
2015
BRSU TABANAN
183 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
b) Electrodessication
c) Cryosurgery
d) Mohs Surgery
2. Non Bedah:
a. Melanoma maligna
a) Terapi Biologi: High dose INF alfa-2b dan IL-2, terapi
Monoklonal, biologic response modifier, BCG
b) Radioterapi: higher fractional doses.
c) Kemoterapi: regiment dartmouth (kombinasi Dacarbazine,
Carmustine, Cisplatin, Tamoxifen), Temozolomi deIsolated
Hyperthermic Limb Perfusion
b. Non Melanoma Maligna:
a) Cream 5-FU
b) Interferon intralesi,
c) Terapi foto dinamik, radiasi
d) Kemoterapi sistemik
12. Tempat 1. Minimal RS Kelas-C
Pelayanan 2. R.S lain yang mempunyai sarana pembedahan yang memadai
13. Penyulit 1. Penyakit:
infeksi, perdarahan, edema ekstremitas, karena metastase jauh
2. Terapi:
perdarahan, Seroma, infeksi, Edeme ekstremitas, flap Nekrose, dll
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
2. Dokter Spesialis Bedah(K) Onkologi
16. Lama Perawatan 1 – 4 Minggu
17. Masa Pemulihan 6 – 9 Bulan
18. Hasil 1. Stadium Dini : Bebas Kanker
2. Stadium Lanjut : DFS atau OS diperpanjang
3. Stadium Sangat Lanjut : tidak sembuh paliasi
19. Patologi Perlu untuk konfirmasi diagnosis, menentukan stadium, terapi ajuvan,
dan mengetahui prognosis
20. Otopsi Kadang-kadang perlu untuk konfirmasi diagnosis dan kasus kematian
yang sebabnya tidak jelas
21. Prognosis Dubious (tergantung lokasi, stadium, jenis histopatologi, modalitas
terapi yang diperbolehkan)
22. Tindak Lanjut Evaluasi dan monitoring rekurensi dan metastase
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Tumor terangkat bersih dengan safety margin baik
25. Edukasi Hindari faktor risiko
26. Kepustakaan 1. I.B.Tjakra Wibawa Manuaba. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Solid PERABOI 2010.
2. IDG. Sukardja. Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
184 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
Umum, edisi ke dua 2006.
3. Wood G S, Gharia M, 2008. Non Melanoma Skin Cancer, BCC and
SCC, Abeloff’s Clinical Oncology, 4th Edition. Churchill
Livingstone. Philadelpia. 74: 1253-1270.
185 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
KARSINOMA TIROID
2015
BRSU TABANAN
1. No. ICD 10 C 73
2. Diagnosis Karsinoma Tiroid
3. Pengertian Epidemiologi kanker tiroid berdasarkan data / regristasi patologi di
Indonesia menempati urutan kesembilan. Sebagian besar kanker tiroid
(80-85%) berasal dari sel folikuler sebagai kanker tiroid berdiferensiasi
baik, sedang sisanya kanker tiroid anaplastik, karsinoma medularis dan
tumor ganas (nontiroid) lainnya.
4. Anamnesis Benjolan di leher bagian depan, ikut bergerak waktu menelan disertai
tanda penekanan, suara parau, sesak nafas, gangguan menelan
5. Pemeriksaan Fisik 1. Adanya benjolan padat pada tiroid
2. Adanya pembesaran KGB leher
3. Ada tidaknya keluhan dan tanda-tanda metastase jauh
4. Kadang dijumpai tanda Horner Syndrome
6. Kriteria Diagnosis Benjolan di leher bagian depan, ikut bergerak waktu menelan disertai
tanda penekanan, suara parau, sesak nafas, gangguan menelan,
konsistensi keras, mobilitas terbatas, pembesaran kelenjar getah bening
leher, FNAB keganasan (+)
7. Diagnosis Banding Tiroiditis Kronis, Struma adenomatosa
8. Pemeriksaan Foto Leher (kalau perlu), foto toraks, FNAB.
Penunjang
9. Konsultasi Dokter spesialis yang terkait (bila diperlukan)
10. Perawatan Rawat inap
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Total tiroidektomi + RND bila metastase ke KGB Leher.
(ICD 9-CM) 2. Radiasi eksterna / interna (J-131)
3. Kmoterapi bila ada indikasi.
4. Subtitusi terapi levotiroksin.
12. Tempat Minimal Rumah sakit kelas-C
Pelayanan
13. Penyulit Sesak nafas, suara serak karena lesi nervus rekuren, kejang karena
hipoparatiroid, trakeomalasia, perdarahan
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
2. Dokter Spesialis Bedah (K)Onk
3. RND dilakukan oleh Dokter Spesialis Bedah (K)Onk.
16. Lama Perawatan Minimal 5 hari
17. Masa Pemulihan Minimal 4 minggu
18. Hasil Tumor terangkat secara onkologi / Radikal
186 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
19. Patologi Perlu
20. Otopsi -
21. Prognosis Tergantung Faktor Progonostik:
Diharapkan baik bila usia < 45 tahun ukuran tumor <4 cm, differensiasi
baik, tidak ada ekstensi
22. Tindak Lanjut Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Lokoregional rekurensi (-)
25. Edukasi Substitusi tiroksin
26. Kepustakaan 1. I.B.Tjakra Wibawa Manuaba. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Solid PERABOI 2010.
2. IDG. Sukardja. Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum, edisi ke dua 2006.
3. Wartofsky L, 2006. Thyroid Cancer. A Comprehensive Guide to
Clinical Management. Humana Press. Totowa. New Jersey.
187 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
STRUMA
2015
BRSU TABANAN
188 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
1. Struma granulomatos (de Quervain): melekat dengan jaringan di
sekitarnya, Konsistensi padat.
2. Struma Hashimoto: Struma konsistensi padat keras, menimbulkan
tekanan pada trakea.
3. Struma Riedel: konsistensi keras seperti kayu (ligneus),
menimbulkan tekanan pada trakea atau esofagus.
7. Diagnosis Banding 1. Tumor Jinak Tiroid
2. Kanker Tiroid
8. Pemeriksaan 1. Pemeriksaan BMR
Penunjang 2. Laboraturium : T3, T4. TSH
3. Radiologi : USG leher, X-Foto leher, X-foto toraks, Tiroid Scan
(atas indikasi)
4. Patologi : FNA, pemeriksaan PA spesimen operasi
9. Konsultasi Bila perlu kepada dokter spesialis yang terkait
10. Perawatan Rawat Inap
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Bedah:
(ICD 9-CM) Operasi, macamnya tergantung proses patologis tiroid :
a. Sruma toksika : tiroidektomi total
b. Struma Uninodosa : isthmolobektomi
c. Struma multinodosa : tiroidektomi total
2. Non bedah:
Struma toksika (Basedow); obat anti-tiroid
12. Tempat Minimal R.S Kelas-C
Pelayanan
13. Penyulit 1. Penyakit: sesak nafas, suara parau, hipertiroid
2. Terapi:
a. Lesi n. Rekuren
b. Hematoma
c. Hipoparatiroidi
d. Infeksi
e. Krisis Tiroid (untuk M.Basedow)
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
2. Dokter Spesialis Bedah (K)Onk
16. Lama Perawatan Minimal 5 hari
17. Masa Pemulihan Minimal 4 minggu
18. Hasil Tonjolan tiroid bisa terangkat, diharapkan eutiroid
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Kadang-kadang perlu untuk konfirmasi diagnosis dan kasus sebabnya
tidak jelas.
21. Prognosis Diharapkan baik
22. Tindak Lanjut Evaluasi dan monitoring keadaan klinis
189 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Tumor terangkat & tidak ada rekuren
25. Edukasi Bila tiroidektomi total: minum substitusi hormone tiroksin setiap hari,
pagi hari saat perut kosong sesuai dari kebutuhan harian.
26. Kepustakaan 1. I.B.Tjakra Wibawa Manuaba. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Solid PERABOI 2010.
2. IDG. Sukardja. Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum, edisi ke dua 2006.
3. Wartofsky L, 2006. Thyroid Cancer. A Comprehensive Guide to
Clinical Management. Humana Press. Totowa. New Jersey.
190 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
FIBROADENOMA MAMMA
2015
BRSU TABANAN
192 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
KANKER PAYUDARA
2015
BRSU TABANAN
193 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
11. Terapi / tindakan 1. Bedah:
(ICD 9-CM) a. Standar :
Mastektomi Radikal Modifikasi (Patey / Madden).
b. Alternatif :
a) Mastektomi Radikal Standard (Halsted)
b) BCT/S (Breast Conserving Treatment / Surgery):
i. Tumorektomi / kwadrantektomi / segmentektomi
±diseksi aksila + radio terapi pasca bedah
ii. Reskonstruksi mamma (miokutaneous latisimus dorsi
flap, TRAM flap)
c) Pada tumor mamma non palpable atau kanker insitu diseksi
aksila tergantung dari keadaan kelenjar aksila atau dari
biopsi sentinel lymph node
c. Mastektomi radikal modifikasi pada kanker mamma stadium
lanjut lokal (LABC) yang mengalami respon komplit atau
respon parsial setelah mendapat kemoterapi neoadjuvant dan
atau radioterapi preoperatif
2. Non Bedah:
a. Radioterapi : pre atau pasca operasi atau primer
b. Kemoterapi : neoadjuvant atau adjuvant atau primer dengan:
a) CMF = Cyclophosphamide, Methotrexate, 5-Flourouracil
b) CAF / CEF = Cyclophosphamide, Adriamcyn, 5-
Flourouracil
c) TA, TE, TC : Taxan, Adrianmycin, Epirubicin, Cisplatinum
d) Capecitabine (oral)
e) Gemzitabine Kombinasi TE atau Ciplatin,
f) Trastuzumab pada overekspresi HER-2/neu
c. Hormon terapi: pada kasus reseptor hormonal positif dengan
cara ovariektomi bilateral, radiokastrasi, tamoxifen selama 5
tahun, Anastrozole, Letrozole, Exemestane, GnRH analogue
(gozoreline)
d. Terapi paliatif dan bantuan / suportif.
12. Tempat Minimal RS Kelas- C.
Pelayanan
13. Penyulit 1. Penyakit: perdarahan, infeksi, efusi pleura, oedema lengan, faktura
patologis, paraplegia, gangguan kesadaran, ikterus hiperkalsemia.
2. Terapi:
a. Operasi: perdarahan, infeksi, seroma, nekrose kulit, oedema
lengan, sendi bahu kaku.
b. Radioterapi: radiodermatitis, fibrosis, nekrose flap, oedema
lengan, sendi bahu kaku.
c. Kemoterapi: mual, muntah, anemia, leukopenia, netropenia,
trombositopenia, infeksi ringan sampai berat / sepsis, plebitis,
nekrose kulit tempat infus, diare, alopesia, handfoot syndrome,
dsb.
14. Informed Consent Perlu
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Umum
2. Dokter Spesialis Bedah (K)Onkologi
16. Lama Perawatan Minimal 7 hari
17. Masa Pemulihan Minimal 24 minggu
18. Hasil 1. Stadium Dini : Bebas kanker
2. Stadium Lanjut : DFS atau OS diperpanjang
194 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
3. Stadium Sangat Lanjut : Tidak sembuh, paliasi
19. Patologi Perlu untuk konfirmasi diagnosa keganasan epitelial
1. Ductal Carcinoma insitu atau Lobular carcinoma insitu
2. Infiltrating ductal atau infiltrating lobularcarcinoma
3. Varian khusus:
a. Medularry carcinoma
b. Papillary carcinoma
c. Cribriform carcinoma
d. Mucinous carcinoma
e. Scirhus
f. Pagets disease
g. Squamous cell carcinoma
h. Undifferentiated carcinoma
4. Keganasan mesenkimal:
a. Malignan Phyllodes
b. Carcinosarcoma
20. Otopsi Kadang-kadang perlu untuk konfirmasi diagnosis dan kasus kematian
yang sebabnya tidak jelas
21. Prognosis Tergantung stadium, jenis histopatologi, faktor prognosis dan modalitas
terapi yang didapat:
1. Stadium dini : diharapkan baik
2. Stadium lanjut : dubious
3. Stadium sangat lanjut : jelek
22. Tindak Lanjut 1. 0-2 tahun : setiap 2 bulan sekali
2. 3-5 tahun : setiap 3 bulan sekali
3. > 5 tahun : setiap 6 bulan sekali
4. Pemeriksaan fisik : tiap kontrol
5. Foto toraks : tiap 6 bulan
6. USG abdomen : tiap 6 bulan atau ada indikasi
7. Mammografi kontralateral : tiap tahun atau ada indikasi
8. Bone Scan : tiap 2 tahun atau ada indikasi
9. Tumor Marker : tiap 2 – 3 bulan
23. Tingkat Evidens 1a / A
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Locoregional rekurensi (-)
25. Edukasi 1. Melanjutkan Terapi sampai tuntas
2. Hindari faktor risiko
26. Kepustakaan 1. I.B.Tjakra Wibawa Manuaba. Panduan Penatalaksanaan Kanker
Solid PERABOI 2010.
2. IDG. Sukardja. Pedoman Pelayanan Medik Dokter Spesialis Bedah
Umum, edisi ke dua 2006.
3. Harris J, 2010: Staging of Breast Cancer. In Harris J. Disease of the
Breast. 4th Edition. Philadelphia VII. 35: 489-500.
4. Therese B. Bevers, MD. 2010: NCCN Clinical Practise Guidelines in
Oncology Breast Cancer Screening and Diagnosis.
195 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
CEDERA LIMPA
2015
BRSU TABANAN
196 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
2. Terapi Konservatif:
Terapi konservatif dilakukan pada ruptur lien grade I, II dengan
hemodinamika stabil.
3. Terapi Operatif: dilakukan bila hemodinamika tidak stabil, ruptur
lien gr. III – V.
4. Tindakan terhadap Limpa: cedera linier dilakukan penjahitan secara
matras. Cedera laserasi atau pedikel jika putus dilakukan
pengangkatan limpa disertai tandur ulang jaringan limpa kedalam
bursa omentalis.
12. Tempat IGD BRSU TABANAN
Pelayanan
13. Penyulit Perdarahan massif, syok hipovolemik yang bisa berakibat syok
irreversible, koagulasi intra vaskuler yang diseminasi (DIC),
koagulopati, hipotermi, asidosis, SIRS, ARF (gagal ginjal akut) gagal
multi organ.
14. Informed Consent Tertulis
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah KonsultanTrauma dan Bedah Akut
2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif.
16. Lama Perawatan 5-7 hari
17. Masa Pemulihan 1 – 2 minggu
18. Hasil Sembuh tanpa cacat
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi Diperlukan bila meninggal
21. Prognosis Baik
22. Tindak Lanjut Rawat jalan
23. Tingkat Evidens
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh tanpa komplikasi
25. Edukasi 1. Diagnosa
2. Rencana terapi.
26. Kepustakaan 1. Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia: Standar
Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, 2002.
2. Kementerian Kesehatan RI; Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Penanganan Trauma. 2011.
3. Moore E.E.Feliciano D.V.,Mattox K L.,2008.Trauma. 6th Edition.
McGraw-Hill. New York.
4. Lenworth M. Jacobs., Stephen S. Luk., 2010. Advance Trauma
Operative Management. 2nd Edition, American Colledge Of Surgeon,
Chicago.
5. Thal E R., Weigelt J.A., Carrico C.j., 2012. Operative Management.
An Atlas. 2nd Edition. McGraw-Hill. New York.
197 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
TRAUMA HEPAR (CEDERA HEPAR)
2015
BRSU TABANAN
199 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, 2002.
2. Kementerian Kesehatan RI; Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Penanganan Trauma. 2011.
3. Moore E.E.Feliciano D.V.,Mattox K L.,2008.Trauma. 6th Edition.
McGraw-Hill. New York.
4. Lenworth M. Jacobs., Stephen S. Luk., 2010. Advance Trauma
Operative Management. 2nd Edition, American Colledge Of Surgeon,
Chicago.
5. Thal E R., Weigelt J.A., Carrico C.j., 2012. Operative Management.
An Atlas. 2nd Edition. McGraw-Hill. New York.
200 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
TRAUMA TUMPUL ABDOMEN
2015
BRSU TABANAN
201 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
5. Pemeriksaan Fisik Tanda klinis: Hemodinamika stabil / tidak stabil.
1. Inspeksi:
Dinding abdomen bisa tampak normal, jejas pada dinding abdomen
kanan atas, jejas pada dinding dada bagian kanan bawah, abdomen
tampak distensi, memar kulit, laserasi.
2. Auskultasi:
Auskultasi region torak kiri: suara napas menurun, bisa terdengar
bising usus. Auskultasi region abdomen: bising usus menurun atau
hilang.
3. Palpasi: nyeri tekan di kwadran tertentu atau seluruh region
abdomen, Defans muscular, nyeri tekan lepas.
4. Perkusi:
Perkusi region torak bagian bawah bisa normal atau redup atau
timpani. Pekak hati bisa positif atau negatif, nyeri ketok dinding
abdomen. Tes undulasi atau shifting dullness bisa positif bisa
negatif.
6. Kriteria Diagnosis Mekanisme trauma, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
7. Diagnosis Banding Tidak ada
8. Pemeriksaan Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi.
Penunjang 1. Foto thorax AP, pelvis AP, FAST/USG, Lapase Peritoneum
Diagnostik(DPL), CT Scan Abdomen.
2. Indikasi FAST/USG sama dengan indikasi DPL: pasien trauma
dengan penurunan tingkat kesadaran, perubahan / gangguan fungsi
sensoris, cedera pada organ-organ yang bertetangga, pemeriksaan
fisik abdomen yang meragukan, kemungkinan putus kontak dengan
pasien untuk waktu yang cukup panjang.
3. Hasil DPL yang meragukan (khusus untuk USG abdomen) yaitu:
Lekosit < 500/mm3, eritrosit < 100.000/mm3.
9. Konsultasi Dokter Spesialis yang terkait.
10. Perawatan Rawat inap.
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan 1. Tindakan resusitasi ABCD sesuai konsep ATLS kalau kondisi
(ICD 9-CM) pernapasan dan hemodinamika tidak stabil.
2. Terapi Konservatif: terapi koservatif dilakukan bila tidak ada
indikasi laparotomi segera atau hasil pemeriksaan penunjang tidak
mengungkapkan adanya cedera organ intra abdomen yang nyata.
Terapi konservatif dengan cara observasi, dapat dilakukan sampai 2
x 24 jam.
3. Tindakan Operatif: laparotomi eksplorasi dengan insisi median.
4. Indikasi laparotomi eksplorasi:
a. Tanda-tanda perdarahan intra peritoneal, yaitu adanya syok
hipovolemi dengan distensi abdomen yang progresif.
b. Tanda-tanda peritonitis generalisata.
c. Pneumoperitoneum pada foto toraks.
d. Pada foto toraks tampak gambaran hernia diafragmatika (ruptur
diafragma).
e. Cairan lavase keluar melalui pipa drinase rongga abdomen.
Pada tindakan DPL, keluar darah > 10 ml atau cairan usus. Hasil
DPL positif berdasarkan analisa laboratoris, yaitu jumlah
202 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
eritrosit > 100.000/mm3 cairan lavase, jumlah lekosit > 500/mm3
cairan lavase, amylase > 20 IU cairan lavase.
12. Tempat IGD BRSU TABANAN .
Pelayanan
13. Penyulit Perdarahan massif, syok hipovolemik yang bisa berakibat syok
irreversible, koagulasi intra vaskuler yang diseminasi (DIC),
koagulopati, hipotermi, asidosis, SIRS, ARF (gagal ginjal akut) gagal
multi organ.
14. Informed Consent Tertulis
15. Tenaga Standar 1. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Trauma dan Bedah Akut
2. Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif
16. Lama Perawatan Bervariasi tergantung beratnya cedera.
17. Masa Pemulihan Bervariasi tergantung beratnya cedera.
18. Hasil 1. Cedera ringan: bisa sembuh tanpa gejala sisa.
2. Cedera berat: kalau tidak ada penyulit, dapat disembuhkan dengan
atau tanpa kecacatan. Kalau ada penyulit, bisa sembuh dengan atau
tanpa kecacatan atau bisa meninggal dunia.
3. Cedera mengancam nyawa: bila timbul penyulit, bisa sembuh
dengan atau tanpa kecacatan, atau bisa meninggal dunia. Angka
kematian bisa mencapai > 70%.
19. Patologi Tidak diperlukan
20. Otopsi Perlu otopsi klinik
21. Prognosis Tergantung beratnya cedera
22. Tindak Lanjut Rawat jalan
23. Tingkat Evidens
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh tanpa komplikasi.
25. Edukasi 1. Diagnosa
2. Rencana terapi
3. Prognosa
26. Kepustakaan 1. Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia: Standar
Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, 2002.
2. Kementerian Kesehatan RI; Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Penanganan Trauma. 2011.
3. Moore E.E.Feliciano D.V.,Mattox K L.,2008.Trauma. 6th Edition.
McGraw-Hill. New York.
4. Lenworth M. Jacobs., Stephen S. Luk., 2010. Advance Trauma
Operative Management. 2nd Edition, American Colledge Of Surgeon,
Chicago.
5. Thal E R., Weigelt J.A., Carrico C.j., 2012. Operative Management.
An Atlas. 2nd Edition. McGraw-Hill. New York.
203 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
PERITONITIS GENERALISATA
2015
BRSU TABANAN
204 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
18. Hasil Sembuh total
19. Patologi Perlu
20. Otopsi Tidak diperlukan
21. Prognosis Baik.
22. Tindak Lanjut Rawat jalan
23. Tingkat Evidens
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Sembuh tanpa komplikasi
25. Edukasi 1. Diagnosa
2. Rencana terapi
3. Prognosa
26. Kepustakaan 1. Britt, L, D. Acute Care Surgery Principle and Surgery 2007,
Springer - New York.
2. Jeffery A.Norton,MD, Surger: Basic Science and Clinical Evidance,
International Edition,2000. Springer-Verlag New York.
3. Persatuan Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia: Standar
Pelayanan Profesi Dokter Spesialis Bedah Umum Indonesia, 2002
4. Zinner, Micheal J., Maingot’s: Abdominal Oprations. Tenth Edition.
Appleton and Lange, 1997 USA.
205 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
HERNIA DIAFRAGMATIKA
2015
BRSU TABANAN
206 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
16. Lama Perawatan ± 14 hari
17. Masa Pemulihan ± 14 hari
18. Hasil Sembuh atau sembuh dengan cacat
19. Patologi Tidak perlu
20. Otopsi Tidak perlu
21. Prognosis Dubious
22. Tindak Lanjut Konsul ke Poliklinik Bedah dan URM
23. Tingkat Evidens -
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Pasien bisa bernafas tanpa ventilator dengan saturasi O2 baik
25. Edukasi Rutin kontrol ke poli bedah dan URM
26. Kepustakaan Pediatric Surgery
207 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
ATRESIA ESOFAGUS
2015
BRSU TABANAN
209 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
INFANTIL HYPERTROPHIC PYLORUS STENOSIS
2015
BRSU TABANAN
210 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
23. Tingkat Evidens -
& Rekomendasi
211 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
OMFALOENTERIKUS PERSISTEN
2015
BRSU TABANAN
212 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
23. Tingkat Evidens -
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Tidak ada komplikasi (respiratory distress, infeksi)
25. Edukasi Kontrol luka poliklinik bedah anak
26. Kepustakaan Spingare – Pediatric Surgery
213 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
SINUS DAN GRANULOMA UMBILIKALIS
2015
BRSU TABANAN
214 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
25. Edukasi Tindakan excisi bisa lebih dari 2-3x
26. Kepustakaan Ascraft – Pediatric Surgery
BRSU TABANAN
1. No. ICD 10 K. 42
2. Diagnosis Hernia Umbilikalis
3. Pengertian Protusi / penonjolan isi perut yang terdapat di daerah pusat
4. Anamnesis Benjolan di umbilicus
5. Pemeriksaan Fisik Protusi organ abdomen
6. Kriteria Diagnosis 1. Benjolan yang dapat keluar masuk pada umbilicus yang diliputi oleh
kulit pada bayi hingga anak-anak baru lahir
2. Secara klinis jelas
7. Diagnosis Banding Foto polos abdomen diperlukan bila didapatkan gambaran obstruksi
strangulasi
8. Pemeriksaan Tidak diperlukan
Penunjang
9. Konsultasi -
10. Perawatan Diperlukan rawat di Rumah Sakir bila didapatkan tanda-tanda
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan (ICD IX)
(ICD 9-CM) Repair of umbilical hernia : 53.4
12. Tempat Rumah Sakit dengan fasilitas Bedah Anak
Pelayanan
13. Penyulit -
14. Informed Consent Tertulis dan lisan
15. Tenaga Standar Dokter Spesialis Bedah Anak
16. Lama Perawatan One Day Care
17. Masa Pemulihan 7 hari
18. Hasil Baik
19. Patologi -
20. Otopsi -
21. Prognosis Bonam
22. Tindak Lanjut Poliklinik bedah anak untuk rawat luka
23. Tingkat Evidens -
215 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Tidak ada komplikasi (hematom, infeksi)
25. Edukasi Kontrol luka di poliklinik bedah anak
26. Kepustakaan Aschraft – Pediatric Surgery
216 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
MALRUTASI USUS
2015
BRSU TABANAN
217 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
26. Kepustakaan Aschraft – Pediatric Surgery
BRSU TABANAN
218 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
& Rekomendasi
24. Indikator Medis Tidak ada komplikasi
25. Edukasi Perawatan luka poliklinik bedah anak
26. Kepustakaan Pediatric Surgery
219 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
APPENDISITIS (PADA ANAK)
2015
BRSU TABANAN
1. No. ICD 10 K. 35
2. Diagnosis Appendisitis (pada Anak)
3. Pengertian Infeksi pada appendik karena tersumbatnya luman appendik
4. Anamnesis Nyeri perut kanan bawah
5. Pemeriksaan Fisik -
6. Kriteria Diagnosis 1. Appendisiti sakut:
Nyeri visceral, mual, muntah, nyeri parietal pada iliaka kanan: nyeri
tekan, ketegangan otot, nyeri rebound, tanda Rovsig, tandaTenhorn
(pada pria), tanda obturator, tanda psoas.
2. Appendisitis infiltrat:
Panas badan, teraba massa nyeri tekan di iliaka kanan.
3. Appendisitis perforata:
Gejala peritonitis umum (nyeri perut & tegang di seluruh perut).
7. Diagnosis Banding Gastritis (saat nyeri visceral) & kolotis saat akut.
8. Pemeriksaan 1. Darah lengkap (Hb, leukosit, PCV, Thrombosit, hapusan darah)
Penunjang 2. USG perut pada saat akut, foto polos perut bila ada tanda perforasi,
Appendikografi (pada appendicitis kronis / nyeri perut yang tak jelas
sebabnya).
9. Konsultasi Tergantung keadaan saat itu.
10. Perawatan Perlu untuk penegakkan diagnosis dan persiapan prabedah.
Rumah Sakit
11. Terapi / tindakan (ICD IX)
(ICD 9-CM) - Appendicectomy (with drainage) : 47.09
- Laparoscopic : 47.01
12. Tempat Rumah Sakit dengan pelayanan Bedah Anak
Pelayanan
13. Penyulit Infeksi sampai sepsis, abses rongga perut
14. Informed Consent Tertulis dan Lisan
15. Tenaga Standar Dokter Spesialis Bedah Anak
16. Lama Perawatan 1. Appendisitis akut / kronis : 3 – 5 hari
2. Apendisitis infiltrat: sampai radang tenang 1 – minggu, pasca bedah
5 – 7 hari.
3. Appendisitis perforasi : 7 – 10 hari / tergantung kondisi penderita.
17. Masa Pemulihan 2 – 4 minggu
18. Hasil Baik / tergantung kondisi penderita
19. Patologi Perlu
220 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
20. Otopsi -
21. Prognosis Tergantung kondisi penderita
22. Tindak Lanjut Kontrol luka poliklinik
23. Tingkat Evidens -
& Rekomendasi
24. Indikator Medis -
25. Edukasi -
26. Kepustakaan Pediatric Surgery
221 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
SMF ILMU BEDAH
HIRSCHSPRUNG’S DISEASE
2015
BRSU TABANAN
1. No. ICD 10 Q. 43.1
2. Diagnosis Hirschsprung’s Disease
3. Pengertian Kelainan kongenital pada colon yang ditandai dengan tiadanya sel
ganglion parasimpatis pada plexus submokus moisseneri dan plexus
mianterikus auerbachi
4. Anamnesis Keterlambatan meconium lebih dari 24 jam, kembung, muntah
5. Pemeriksaan Fisik Feses menyemprot
6. Kriteria Diagnosis 1. Keterlambatan meconium lebih dari 24 jam, kembung, muntah
2. RT : feses menyemprot
3. Pemeriksaan barium enema : adany zona spastik, zona transisi,
zona dilatasi
7. Diagnosis Banding Meconium ileus, atresia ileum, atresia recti, malrotasi
8. Pemeriksaan Barium enema
Penunjang
9. Konsultasi -
10. Perawatan RS Rawat inap
11. Terapi / tindakan (ICD IX)
(ICD 9-CM) Pull-through resection of rectum : 48.4
12. Tempat Pelayanan Rumah Sakit dengan fasilitas Bedah Anak
13. Penyulit -
14. Informed Consent Tertulis dan lisan
15. Tenaga Standar Dokter Spesialis Bedah Anak
16. Lama Perawatan 5 hari
17. Masa Pemulihan 5 hari
18. Hasil Baik
19. Patologi Jaringan aganglionosis
20. Otopsi -
21. Prognosis -
22. Tindak Lanjut Poliklinik Bedah Anak
23. Tingkat Evidens & -
Rekomendasi
24. Indikator Medis Tidak ada obstruksi
25. Edukasi Dilatasi usus, laxative, diet dan toilet, fisioterapi
26. Kepustakaan Aschraft – Pediatric Surgery
222 | P a n d u a n P r a k t i k K l i n i s 2 0 1 5