PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum yang akan dicapai yaitu mahasiswa memahami
konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan pneumonia
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang harus dicapai yaitu mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan Konsep Dasar Pneumonia
b. Menjelaskan Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan pneumonia
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa
Menambah pengetahuan/ pengalaman nyata dalam pelaksanaan dan
pendokumentasian terhadap penyakit pneumonia.
2. Pasien dan keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit
pneumonia yang diderita pasien dan mengetahui cara perawatan
penyakit pneumonia dengan benar.
3. Institusi
Mengetahui tingkat kemampuan dan sebagai cara untuk mengevaluasi
materi yang telah diberikan kepada mahasiswa.
4. Rumah Sakit
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pendidikan
terutama dalam bidang dokumentasi keperawatan dan sebagai bahan
bacaan untuk menambah wawasan tentang kualitas dokumentasi asuhan
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru
yang biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA)
(Silvia A. Prince). Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang
disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan
aspiri substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan
konsilidasi dan dapat dilihat melalui gambaran radiologis (NANDA NIC-
NOC, 2015)
B. ETIOLOGI
Menurut Nanda Nic-Noc (2015) peenyebaran infeksi terjadi melalui
droplet dan sering disebabkan oleh streptoccus pnemonia, melalui slang infus
oleh staphylococcus aureus sedangkan pada oemakaian ventilatr oleh P.
Aeruginosa dan enterobacter. Dan masa kini terjadi karena perubahan keadan
pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit kronis, polusi ligkungan,
penggunaan antibiotic yang tidak tepat. Setelah masuk paru-paru organism
bermultiplikasi dan jika telah berhasil mengahlahkan mekanisme pertahanan
paru, terjadi pnemonia. Selan di atas penyebab terjadinya pnemonia sesuai
penggolongannya yaitu:
C. PATOFISIOLOGI
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari anak
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun
kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri
pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat
pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan
malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan
yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh
bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun
dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan
dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima
lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi
terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman
yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007).
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab
mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan
ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut
memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam
perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi
hipoksemia.
Setelah mencapai alveoli, maka pneumokokus menimbulkan respon yang
khas terdiri dari empat tahap yang berurutan :
1. Kongesti (24 jam pertama) : Merupakan stadium pertama, eksudat yang
kaya protein keluar masuk ke dalam alveolar melalui pembuluh darah yang
berdilatasi dan bocor, disertai kongesti vena. Paru menjadi berat,
edematosa dan berwarna merah.
2. Hepatisasi merah (48 jam berikutnya) : Terjadi pada stadium kedua, yang
berakhir setelah beberapa hari. Ditemukan akumulasi yang masif dalam
ruang alveolar, bersama-sama dengan limfosit dan magkrofag. Banyak sel
darah merah juga dikeluarkan dari kapiler yang meregang. Pleura yang
menutupi diselimuti eksudat fibrinosa, paru-paru tampak berwarna
kemerahan, padat tanpa mengandung udara, disertai konsistensi mirip hati
yang masih segar dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar).
3. Hepatisasi kelabu (3-8 hari) : Pada stadium ketiga menunjukkan akumulasi
fibrin yang berlanjut disertai penghancuran sel darah putih dan sel darah
merah. Paru-paru tampak kelabu coklat dan padat karena leukosit dan
fibrin mengalami konsolidasi di dalam alveoli yang terserang.
4. Resolusi (8-11 hari) : Pada stadium keempat ini, eksudat mengalami lisis
dan direabsorbsi oleh makrofag dan pencernaan kotoran inflamasi, dengan
mempertahankan arsitektur dinding alveolus di bawahnya, sehingga
jaringan kembali pada strukturnya semula.
Normal (sistem Sel nafas bagian bawah stapilokokus
pertahanan) terganggu pneumokokus
Trombus
Virus Eksudat masuk ke
alveoli
Toksin, coagulase
Kuman patogen Alveoli
mencapai bronkioli
terminalis merusak
sel epitel bersilis, sel Sel darah merah, Permukaan lapisan pleura
goblet leukosit, pneumokokus tertutup tebal eksudat trombus
mengisi alveoli vena pulmonalis
Cairan edema+leukosit
ke alveoli
Nekrosis
Leukosit + fibrin hemoragik
mengalami konsolidasi
Konsilidasi paru
Leukositosis
Intoleransi aktivitas
Defisiensi pengetahuan
Ketidakefektifan
bersihan jalan Ketidakefektifan
nafas pola nafas
D. KLASIFIKASI
Dalam buku NANDA NIC NOC 2015 klasifikasi pneumonia dapat dibagi
menjadi :
1. Klasifikasi berdasarkan antaomi. (IKA FKUI)
a. Pneumonia Lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari
satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal
sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”. Penumonia Lobularis
(Bronkopneumonia) terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak
konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia loburalis.
b. Pneumonia Interstitial (Bronkiolitis) proses iflamasi yang terjadi di
dalam dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta
interlobural.
2. Klasifikasi Pneumonia berdasarkaninang dan lingkungan:
a. Pneumonia Komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, pathogen atipikal
pada lansia, gram negative pada pasien dari rumah jompo, dengan
adanya PPOK, penyakit penyerta kardiopolmonal/jamak, atau paska
terapi antibiotika spectrum luas.
b. Pneumonia Nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat bert sakit, adanya resiko
untukjenis pathogen tertentu, dan masa menjelang timbul onset
pneumonia.
c. Pneumonia Aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi
bahan tosik, akibat aspirasi cairan inert misalnya cairan makanan
atau lambung edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan
padat.
d. Pneumonia pada Gangguan Imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab
infeksi dapat disebabkan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme
yang biasanya nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus,
jamur dan cacing.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling
sering terjadi pada usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5-
40,5 bahkan dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang
atau terkadang euphoria dan lebih aktif dari normal, beberapa anak
bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda mengingeal tanpa infeksi meninges.
Terjadi dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit
kepala, nyeri dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda
kernig dan brudzinski, dan akan berkurang saat suhu turun,
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit.
Menetap sampai derajat yang lebioh besar atau lebih sedikit melalui
tahap demam dari penyakit, seringkali memanjang sampai tahap
pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung
singkat, tetapi dpat mementap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat.
Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. Kadang tidak bisa
dibedakan dari nyeri apendiksitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengklakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi
pernafasan dan menyusu pada bayi.
8. Keluhan nasal, sering menyertai infeksi pernafasan. Mungkin encer
dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan
atau tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernafasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi
terdengar mengi, krekels.
F. PEMERIKSAAN FISIK
Pemerikasaan Fisik pada anak
1. Inspeksi
Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral,
pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan
takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau
lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase
inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan
tampak jelas.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung / mulut anak. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi
halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek
pleura (Mansjoer,2000).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang menurut Nanda Nic – Noc (2015) antara lain :
1. Sinar X: mengidentifikasi distributor struktural (misal: lobar, bronchail);
dapat juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan serologi: membantu dalam membedakan diagnosis
organisme khusus
4. Pemeriksaan gram/kultur, sputum darah: untuk dapat mengidentifikasi
semua orgaisme yang ada
5. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-pru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spimetrik static untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
I. PENATALAKSANAAN
Menurut Nanda Nic Noc (2015) kepada penderita yang
penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan antibiotic per-oral dan tetap
tinggal di rumah. Penderita yang lebih tua dan penderita dengan sesak
nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru lainnya, harus
dirawat dan antibiotic diberikan melalui infus. Mungkin perlu diberikan
oksigen tambahan, cairan intervena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam waktu 2 minggu. Penatalaksanaan umum
yang dapat diberikan antara lain:
Oksigen 1-2L/menit.
IVFD dekstrose 10%:NACl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makanan eternal bertahap
melalui selang nasogastrik dengan feeding drip.
Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier.
Koreksi gangguan kesimbangan asam basa dan elektrolit.
Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab, antibiotic
diberikan sesuai hasil kultur. Untuk kasus pneumonia community based:
Ampasilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
Untuk kasus pneumonia hospital based:
Sefatoksim 100mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
Amikasin 10-15mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
J. KOMPLIKASI
1. Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
2. Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
3. Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
4. Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
5. Delirium terjadi karena hipoksia
6. Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
7. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang.
8. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
9. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
2. Palpasi
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar,
fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan
nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.
3. Perkusi
Suara redup pada sisi yang sakit.
4. Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara
mendekatkan telinga ke hidung / mulut anak. Pada anak yang
pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus
pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar
bising gesek pleura (Mansjoer,2000).
7. Untuk memastikan
pemberian terapi diberikan
secara tepat
4. Intoleransi Setelah dilakukan NIC Activity Therapy 1. Untuk dapat memberikan
aktivitas b.d isolasi tindakan keperawatan 1. Kaloborasikan dengan tenaga program yang sesuai dan
respiratory selama ..x.. jam rehabilitasi medik dalam tepat.
diharapkan energi merencanakan program terapi 2. Untuk mengetahui
psikologis maupun yang tepat kemampuan pasien dalam
fisiologi pasien 2. Bantu pasien melakukan suatu aktivitas
terpenuhi mengidentifikasikan aktivitas 3. Untuk membantu pasien
NOC yang mampu dilakukan dalam beraktivitas
Energy 3. Bantu untuk mendapatkan alat 4. Untuk dapat mengetahui
conervation bantuan aktivitas seperti kursi kekurangan pasien dalam
Activity roda beraktivitas dan
tolerrance 4. Bantu pasien dan keluarga memberikan penanganan
Self care: Adls untuk mengidentifikasi yang tepat
Kriteria hasil: kekurangan dalam aktivitas 5. Untuk bisa membuat
nadi, RR
Mempu
melakukan
aktivitas sehari-
hari secara
mandiri
Tanda tanda
vital normal
Energy
psikomotor
Level
kelemahan
Mampu
berpindah:
dengan atau
tanpa bantuan
Status
kardiopulmonari
adekuat
Sirkulasi status
baik
Status respirasi:
pertukaran gas
dan ventilasi
adekuat
5. Defisiensi Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian tentang 1. Untuk bisa mengukur
pengetahuan b.d tindakan keperawatan tingkat pengetahuan pasien tingkat pengetahuan
perawatan anak selama ..x.. jam tentang proses penyakit keluarga pasien
pulang diharapkan yang spesifik 2. Untuk mempermudah
pengetahuan keluarga 2. Gambarkan tanda dan gejala keluarga pasien
pasien bertambah. yang biasa muncul pada mengerti tentang
NIC penyakit, dengan cara yang penyakit pasien dan
tepat dapat mengetahui tanda
Knowlwdge:
3. Identifikasi kemungkinan dan gejalanya
disease process
penyebab dengan cara yang 3. Untuk mengetahui
Knowledge:
tepat penyebab yang dapat
health Behavior
4. Diskusikan pilihan terapi menimbulkan penyakit
Kriteria Hasil: atau penanganan pasien menjadi semakin
memburuk
Keluarga pasien
4. Untuk bisa memberikan
menyatakan
terapi yang tepat pada
paham tentang
pasien
penyakit,
kondisi,
prognosis, dan
program
pengobatan
Keluarga pasien
mampu
melakukan
prosedur yang
dijelaskan
secara benar
Keluarga pasien
mampu
menjelaskan
kembali apa
yang dijelaskan
perawat/tim
kesehatan
lainnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Biodata Pasien
Nama : An. G
Umur : 5 bulan
TTL : 6 September 2018
NRM : 00172364
Agama : Islam
Gol. Darah :A
Pekerjaan :-
Diagnosa medis : Pneuomia
Tanggal Masuk RS : 2 Januari 2019
Tanggal Pengkajian : 12 Februari 2019
Alamat Lengkap : Kp. Pondok Rt.006/003, Jenggot, Mekar
Baru, Kab. Tangerang
Biodata Penanggungjawab
Nama : Tn. R
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Hub. Dengan klien : Orangtua
Pekerjaan :
Alamat lengkap : Kp. Pondok Rt.006/003, Jenggot, Mekar
Baru, Kab. Tangerang
Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama :
Pasien mengalami penurunan kesadaran yaitu sopor dengan
Eye: 2, Motorik: 4, Verbal: tidak terkaji (karna terpasang
trakeostomi). RR 30 x/menit dengan bantuan ventilator dengan
O2 rate 30%. Terdapat sekret kental berwarna putih yang
keluar dari hidung dan mulut.
Primary Survey
A : Airway (Jalan Nafas) :
Kaji jalan nafas + control servikal (curiga pada fraktur
multiple trauma) :
Pasien terpasang ventilator dengan mode SIMV (Volume
Control + Pressure Control) yaitu pasien masih mampu
untuk bernafas tetapi dibantu oleh mesin). Tidak adanya
fraktur multiple trauma.
Kaji sumbatan jalan nafas total dan partial :
Terdapat sumbatan berupa cairan / sekret bening pada
hidung dan mulut.
D : Disability :
KU: Sopor, Eye: 2, Motorik: 4, Verbal: Tidak dikaji.
Secondary Survey
F : Foley Cateter
Pasien terpasang selang kateter.
G : Gastric Tube
Pasien terpasang NGT (tidak dicurigai terjadi fraktur basis
crani).
H : Heart Monitor
HR: 160 x/menit (Takhikardi Supraventrikel).
RE EVALUASI
Secondary Survey
Head to Toe Examination :
B : Bentuk bulat membesar
T : Tidak terdapat tumor
L : Terdapat hematom pada tangan dan kaki kanan kiri
S : Wajah pasien tampak meringis saat dilakukan tindakan
keperawatan.
Finger in Every Orifice :
Hidung : terpasang NGT, terdapat sekret putih bening
Telinga : tidak ada kelainan
Mulut : terdapat sekret putih bening
Anus : tidak ada kelainan
Vital Sign:
TD : 95/51 mmHg
Nadi : 160 x/menit
Nafas : 35 x/menit
Suhu : 36,3 ℃
Anamnesis:
Keluhan : gangguan jalan nafas
Obat : tidak ada alergi obat
Makanan : MC
Penyakit : Pneumonia
Alergi : tidak ada alergi
Kejadian : Pasien mengalami kejang < 30 menit dengan
kedua tangan menekuk, mata mendelik ke atas
(selama perjalanan dari rumah ke puskesmas
kemudian ke RS). Pasien mengalami demam,
batuk, pilek, dan muntah selama 2 hari.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Sistem Pernafasan :
Rr: 35 x/menit, terdapat secret bening pada hidung, pernafasan
di bantu oleh ventilator.
2. Sistem Kardiovaskuler :
Bunyi suara S1 > S2
3. Sistem Pencernaan :
Makan dan minum melalui NGT
4. Sistem Perkemihan :
Terpasang selang kateter
5. Sistem Persarafan :
KU: Sopor, Eye: 2, Motorik: 4, Verbal: Tidak dikaji.
6. Sistem Endokrin :
Tidak ada ekskresi urin berlebihan, tidak ada keringan
berlebihan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7. Muskuloskeletal :
Kedua tangan dan kaki tidak bergerak, terdapat hematom pada
tangan dan kaki kiri, terpasang infus pada kaki kanan, terpasang
alat saturasi oksigen dan tekanan darah pada kaki kiri.
8. Sistem Integumen :
Kulit pucat, temperatur 36,3 ℃, kulit terasa lembab.
Personal Hygiene
Mandi 2 x/hari 1 x/hari
Gosok gigi - -
Ganti pakaian 2 x/hari Hanya ganti
Cara Dimandikan ibu pampers 3 x/hari
Keluhan - -
Data Psikologis:
1. Data Sosial :
Pasien merupakan seorang bayi berusia 5 bulan di asuh oleh
kedua orang tuanya. Pasien merupakan anak pertama.
2. Data Spiritual :
Pasien beragama islam. Pasien belum mampu melakukan
kegiatan ibadah. Orang tua pasien selalu berdoa ketika
menjenguk keruangan.
Data Penunjang
Laboratorium
Terapi
1. Meropenem 3x250 mg
2. OMZ 1x5 mg
3. Predmison 3x5 mg
4. Etambutol 1x150 mg
5. FDC 1x1 tab
6. Aspark 3x1 tab
7. Nebulizer Combifen dan Ventoline
B. Analisa Data
Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas
Ketidakefektifan pola
nafas
Intoleransi aktivitas
Resiko Infeksi
C. Masalah Keperawatan / Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d inflamasi dan obstruksi jalan
nafas
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d penumpukan sekret
3. Intoleransi aktivitas b.d isolasi respiratory
4. Resiko infeksi b.d pemasangan trakeostomi
D. Rencana Keperawatan
Nama : An. G
Umur : 5 bulan
No.Rm : 00172364
Diagnosa Medis : Pneumonia
Ruangan : ICU
3. Intoleransi Setelah dilakukan NIC Activity 1. Untuk dapat 1. Berkolaborasi dengan 1. Dilakukan terapi
aktivitas b.d tindakan Therapy memberikan tenaga rehabilitasi mobilisasi
isolasi respiratory keperawatan selama 1. Kaloborasikan program yang mobile dalam anggota gerak.
3x24 jam diharapkan dengan tenaga sesuai dan merencanakan
energi psikologis rehabilitasi tepat. program terapi yang
maupun fisiologi medik dalam tepat.
pasien terpenuhi merencanakan
NOC program terapi
Energy yang tepat
conervation
Activity
tolerrance
Kriteria hasil:
Tanda tanda
vital normal
Status
respirasi:
pertukaran
gas dan
ventilasi
adekuat
4. Resiko Infeksi Setelah dilakukan 1. Monitor tanda 1. Untuk 1. Memonitor tanda dan 1. Tidak terdapat
b.d pemasangan tindakan dan gejala mengetahui gejala infeksi tanda dan gejala
trakeostomi keperawatan selama infeksi tanda dan gejala 2. Berkolaborasi dalam infeksi (kalor,
3x24 jam diharapkan 2. Kolaborasi infeksi pemberian antibiotik dolor, tumor,
tidak trejadi infeksi dalam 2. Antibiotik dapat Therapy: rubor,
dengan KH: pemberian menghambat - Meropenem 250 mg fungsiolesa).
- Klien bebas dari antibiotik pembentukan - Etambutol 150 mg 2. Telah diberikan
tanda dan gejala 3. Pertahankan sel bakteri, 3. Mempertahankan antibiotik
infeksi lingkungan sehingga proses lingkungan aspetik Therapy:
- jumlah leukosit aseptik infeksi tidak 4. Melakukan perawatan - Meropenem
dalam batas normal 4. Lakukan terjadi. luka trakeostomi 1x 250mg
perawatan Disamping itu sehari - Etambutol 150
luka antibiotik juga mg
trakeostomi 1 dapat langsung 3. Terhindar dari
x/hari membunuh sel tanda dan gejala
bakteri infeksi
penyebab 4. Balutan luka
infeksi trakeostomi
3. Untuk tampak bersih
menghindari
penyebaran
infeksi
4. Untuk
mencegah
kerusakan
integritas
jaringan.
E. Catatan Perkembangan
2 13/02/2019 2 S: -
O: Tidak terdapat sekret,
Ventilator terpasang dengan mode SIMV
dengan kadar O2 30%,
Terdengar bunyi suara nafas ronchi,
TD: 114/79 mmHg
N: 127 x/mnt
Rr: 33 x/mnt
S: 36,5 ℃
SPO2: 98%
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi 1,2,4,5
3 13/02/2019 3 S: -
O: kedua tangan dan kaki pasien menjadi tidak
Kaku
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
4 13/02/2019 4 S: -
O: Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
(kalor, dolor, tumor, rubor, fungsiolesa),
Telah diberikan antibiotik melalui bolus
(Meropenem 250 mg dan Etambutol 150
mg),
Balutan luka trakeostomi tampak bersih,
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
5 14/02/2019 1 S: -
O: TD: 125/83 mmHg
N: 135 x/mnt
Rr: 36 x/mnt
S: 36 ℃
SPO2: 99%
Telah diberikan nebu dengan therapy:
Ventoline,
Tampak keluarnya sekret bening dari
hidung dan mulut.
Sekret hilang pada area hidung, mulut, dan
trakeostomi.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi 1,2,4,5
6 14/02/2019 2 S: -
O: Tampak keluar sekret bening dari hidung
dan mulut,
Ventilator terpasang dengan mode SIMV
dengan kadar O2 30%,
TD: 114/79 mmHg
N: 127 x/mnt
Rr: 33 x/mnt
S: 36,5 ℃
SPO2: 98%,
Sekret hilang pada area hidung dan mulut.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi 1,2,4,5
7 14/02/2019 3 S: -
O: kedua tangan dan kaki pasien menjadi tidak
Kaku
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
8 14/02/2019 4 S: -
O: Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
(kalor, dolor, tumor, rubor, fungsiolesa),
Telah diberikan antibiotik melalui bolus
(Meropenem 250 mg dan Etambutol 150
mg),
Balutan luka trakeostomi tampak bersih,
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
9 15/02/2019 1 S: -
O: TD: 124/84 mmHg
N: 122 x/mnt
Rr: 30 x/mnt
S: 36,9 ℃
SPO2: 99%
Telah diberikan nebu dengan therapy:
Ventoline,
Tampak keluarnya sekret bening dari
hidung dan mulut.
Sekret hilang pada area hidung, mulut, dan
trakeostomi.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi 1,2,4,5
10 15/02/2019 2 S: -
O: Tampak keluar sekret bening dari hidung
dan mulut,
Ventilator terpasang dengan mode SIMV
dengan kadar O2 30%,
TD: 100/67 mmHg
N: 142 x/mnt
Rr: 32 x/mnt
S: 36,5 ℃
SPO2: 98%,
Sekret hilang pada area hidung dan mulut.
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi 1,2,4,5
11 15/02/2019 3 S: -
O: kedua tangan dan kaki pasien menjadi tidak
Kaku
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi
12 15/02/2019 4 S: -
O: Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi
(kalor, dolor, tumor, rubor, fungsiolesa),
Telah diberikan antibiotik melalui bolus
(Meropenem 250 mg dan Etambutol 150
mg),
Balutan luka trakeostomi tampak bersih,
A: Masalah teratasi sebagian
P: Pertahankan intervensi