Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS PARU

A. Konsep Dasar Tuberculosis

1. Pengertian Tuberkulosis Paru

Tuberculosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh

kuman Tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis) yang sebagian besar kuman

Tuberkulosis menyerang paru-paru namun dapat juga menyerang organ tubuh

lainnya. Kuman tersebut berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu

tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu, disebut juga sebagai Basil

Tahan Asam (BTA)dan cepat mati jika terpapar sinar matahari langsung namun

dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab (Muttaqin,

2012).

Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paru-

paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan

oleh droplet nucleus, droplet yang ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang

terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau bernyanyi (Priscilla, 2012).

2. Etiologi Tuberkulosis Paru

Mycobacterium Tuberkulosis merupakan kuman berbentuk batang yang

berukuran dengan panjang 1-4 mm dan dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar

komponen M. tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu

tahan terhadap asam serta sangat tahan dengan zat kimia dan factor fisik.

Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yaitu menyukai daerah yang banyak

oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru
yang dimana terdapat kandungan oksigen yang tinggi. Daerah tersebut menjadi

daerah yang kondusif untuk penyakit Tuberkulosis (Somantri, 2008).

Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat

tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu

berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari

tidurnya dan menjadikan tuberculosis aktif kembali. Tuberculosis paru merupakan

penyakit infeksi pada saluran pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk

kedalam jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection)sampai alveoli,

maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyerang kelenjar getah bening

setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke),keduanya ini dinamakan

tuberculosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami

penyembuhan. Tuberculosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh

mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium. Tuberculosis yang

kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberculosis

post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena terjadi

penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap

basil tersebut (Abdul, 2013).

3. Patofisiologi dan Pathway Tuberkulosis Paru

Penyakit tuberculosis paru ditularkan melalui udara secara langsung dari

penderita penyakit tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan

penyakit tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang

yang tertular (terinfeksi), misalnya berada di dalam ruangan tidur atau ruang kerja

yang sama. Penyebaran penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa

penderita sakit tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang

dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara sehingga kurang lebih 1 -2 jam
tergantung ada atau tidaknya sinar matahari sertakualitas ventilasi ruangan dan

kelembaban. Dalam suasana yang gelap dan lembab kuman dapat bertahan sampai

berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Jika droplet terhirup oleh orang lain yang

sehat, maka droplet akan masuk ke system pernapasan dan terdampar pada dinding

system pernapasan. Droplet besar akan terdampar pada saluran pernapasan bagian

atas, sedangkan droplet kecil akan masuk ke dalam alveoli di lobus manapun, tidak

ada predileksi lokasi terdamparnya droplet kecil. Pada tempat terdamparnya, basil

tuberculosis akan membentuk suatu focus infeksi primer berupa tempat pembiakan

basil tuberculosis tersebut dan tubuh penderita akan memberikan reaksi inflamasi.

Setelah itu infeksi tersebut akan menyebar melalui sirkulasi, yang pertama

terangsang adalah limfokinase yaitu akan dibentuk lebih banyak untuk merangsang

macrofage, sehingga berkurang atau tidaknya jumlah kuman tergantung pada

jumlah macrophage. Karena fungsi dari macrofage adalah membunuh kuman atau

basil apabila prosesini berhasil dan macrofage lebih banyak maka klien akan

sembuh dan daya tahan tubuhnya akan meningkat. Apabila kekebalan tubuhnya

menurun pada saat itumaka kuman tersebutakan bersarang di dalam jaringan paru-

paru dengan membentuk tuberkel (biji-biji kecil sebesar kepala jarum). Tuberkel

lama-kelamaan akan bertambah besar dan bergabung menjadi satu dan lama-lama

akan timbul perkejuan di tempat tersebut. Apabila jaringan yang nekrosis tersebut

dikeluarkan saat penderita batuk yang menyebabkan pembuluh darah pecah, maka

klien akan batuk darah (hemaptoe) (Djojodibroto, 2014).


4. Manifestasi Klinik Tuberkulosis

Paru Tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yang artinya suatu

penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga

memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita

gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang

asimtomatik(Muttaqin, 2012). Gejala klinik Tuberkulosis paru dapat dibagi

menjadi 2 golongan yaitu gejala respiratorik dan gejala sistemik :


a. Gejala Respiratorik, meliputi :

1) Batuk Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak ditemukan.

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan

untuk membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari

batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan

kemudian menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari

3 minggu. Keadaan yang selanjutnya adalah batuk darah (hemoptoe)

karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

2) Batuk darah Pada saat baruk darah yang dikeluarkanyaitudahak bervariasi,

mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan darah

atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena

pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batukdarah tergantung dari

besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

3) Sesak nafas

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan

apabila terjadi kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-

hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia dan lain-

lain.

4) Nyeri dada

Nyeri dada pada Tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritic yang ringan.

Gejala nyeri dada ini timbul apabila system persarafan di pleura terkena.

b. Gejala Sistemik, meliputi :


1) Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Namun kadang-kadang

panas bahkan dapat mencapai 40-41ºC. Keadaan ini sangat dipengaruhi

oleh daya tahan tubuh penderita dan berat ringannya infeksi kuman

tuberculosis yang masuk. Demam merupakan gejala yang sering dijumpai

biasanya timbul pada sore hari dan malam hari mirip dengan deman

influenza, hilang timbul dan semakin lama semakin panjang serangannya

sedangkan masa bebas serangan semakin pendek.

2) Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lainnya adalah keringat malam, anoreksia, penurunan

berat badan serta malaise (gejala malaise sering ditemukan berupa : tidak

nafsu makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dll). Timbulnya gejala ini

biasanya berangsur-angsur dalam beberapa minggu sampai beberapa

bulan, tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun

jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia (Naga, S , 2012).

5. Penatalaksanaan

a. Pencegahan

1) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang

bergaulerat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.

2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan missal terhadap kelompok-kelompok

populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa-siswi pesantren.

3) Vaksinasi BCG
4) Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6 – 12bulan

dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang

masih sedikit.

5) Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis kepada

masyarakat.

b. Pengobatan

Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi ( agen anti

tuberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi garis depan

digunakan, yaitu :

1) Isoniasid ( INH )

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif terhadap kuman

dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman yang sedang berkembang.

Efek samping yang mungkin timbul berupa neuritis perifer, hepatitis rash,

demam bila terjadi ikterus, pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau

dihentikan sampai ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa

kesemutan, nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat

diteruskan sesuai dosis.

2) Rifampisin ( RIF )

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dorman (persisten).

Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi demam,

trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warna merah atau jingga

pada air seni dan keringat, dan itu harus diberitahukan pada keluarga atau

penderita agar tidak menjadi cemas. Warna merah tersebut terjadi karena

proses metabolisme obat dan tidak berbahaya.

3) Streptomisin( SM )
Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalahnefrotoksik dan

kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitandengan keseimbangan dan

pendengaran.

4) Etambutol ( EMB )

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan

penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta warna

merah dan hijau, maupun optic neuritis.

5) Pirazinamid ( PZA )

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel

dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah hiperurikemia,

hepatitis dan atralgia.

Kapremiosin, kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin, dan

siklisin merupakan obat – obat baris kedua.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien tuberculosis paru yaitu:

a. Kultur sputum: positif untuk mycobacterium tuberculosis pada tahapakhir

penyakit.

b. Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan

darah) positif untuk basil asam cepat.

c. Tes kulit (mantoux, potongan vollmer): reaksi positif (area indurasi 10 mm

atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra dermal antigen)

menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapitidak secara berarti

menunjukkan penyakit aktif.

d. Elisa/Wostern Blot: dapat menyatakan adanya HIV.


e. Foto thorak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas

simpangan kalsium lesi sembuh primer atau effuse cairan.

f. Histologi atau kultur jaringan paru: positif untuk mycobacterium tuberculosis.

g. Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granulana Tb, adanya sel

raksasa menunjukkan nekrosis.

h. Nektrolit : dapat tidak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi.

i. GDA : dapat normal tergantung lokasi, berat dan kerusakan sisa pada paru.

j. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,

peningkatan rasio udara dan kapasitas paru total dan penurunan saturasi

oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan

paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).

7. Komplikasi Tuberculosis

Komplikasi yang sering terjadi pada penderita Tb paru adalah

bronkietaksis, hemoptesis berat, empiema, pneumothorax yang disebabkan karena

kerusakan jaringan paru, insufisiensi kardiopulmoner serta penyebaran infeksi ke

organ lain seperti otak, tulang, persendian dan ginjal.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Tuberculosis Paru

1. Pengkajian Keperawatan

Data–data umum yang sering ditanyakan pada pasien Tuberculosis Paru

adalah sebagai berikut:

a. Aktivitas atau istirahat

Gejala: kelelahan umum dan kelemahan, mimpi buruk, nafas pendek karena

kerja, kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat.


Tanda: takikardia. takipnea/dispnea pada kerja, kelelahan otot, nyeri dan

sesak (tahap lanjut).

b. Integritas EGO

Gejala: adanya faktor stress lama, masalah keuangan rumah, perasaan tidak

berdaya/tidak ada harapan. Populasi budaya/etnik, misal orang Amerika asli

atau imigran dari Asia Tenggara/benua lain.

Tanda: menyangkal (khususnya selama tahap dini) ansietas ketakutan,

mudah terangsang.

c. Makanan/cairan

Gejala: kehilangan nafsu makan. tidak dapat mencerna penurunan berat

badan.

Tanda: turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan otot/hilang lemak

subkutan.

d. Nyeri atau kenyamanan

Gejala: nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda: berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.

e. Pernafasan

Gejala: batuk produktif atau tidak produktif, nafas pendek, riwayat

tuberculosis terpajan pada individu terinfeksi.

Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis

parenkim paru pleura) pengembangan pernafasan tidak simetris (effuse

pleura) perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan

pleural bunyi nafas menurun atau tidak ada secara bilateral atau unilateral

efusi pleural atau pneumotorak) bunyi nafas tubuler dan bisikan pectoral di

atas lesi luas, krekels tercabut di atas aspek paru selama inspirasi cepat setelah
batuk pendek (krekes posttussic) karakteristik sputum: hijau, puluren, muloid

kuning atau bercak darah deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

f. Keamanan

Gejala: adanya kondisi penekanan imun. Contoh: AIDS, kanker. Tes positif.

Tanda: demam rendah atau sedikit panas akut.

g. Interaksi sosial

Gejala: perasaan isolasi/penolakan karena penyakit menular, perubahan bisa

dalam tanggungjawab/perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

2. Diagnosis Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d benda asing dalam jalan napas (D.0001)

b. Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas (D.0005)

c. Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) (D. 0019)

d. Resiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan

(D.0142)

e. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler (D.0003)

f. Hipertermi b.d proses penyakit (D.0130)

g. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan
No SDKI
SLKI SIKI Rasional
1. Bersihan jalan nafas (L. 01001) Intervensi utama
tidak efektif b.d benda Setelah dilakukan tindakan (I.01014)
asing dalam jalan nafas keperawatan selama … Pemantauan respirasi
(D.0001) diharapkan kemampuan Observasi
membersihkan sekret atau a. Monitor a. Mengetahui
obstruksi jalan nafas untuk frekuensi, pola frekuensi dan
mempertahankan jalan nafas pola nafas
nafas tetap paten. Dengan b. Monitor pasien
kriteria hasil: kemampuan b. Pengeluaran
a. Batuk efektif 5 batuk efektif sulit bila
(meningkat) c. Auskultasi bunyi sekret sangat
b. Produksi sputum 4 nafas tebal sputum
(cukup menurun) d. Monitor saturasi berdarah
c. Ronki 3 (sedang) oksigen kental atau
d. Dispnea 2 (cukup e. Palpasi darah cerah
menurun) kesimetrisan (misal efek
e. Gelisah 4 (cukup ekspansi paru infeksi, atau
meningkat) tidak kuatnya
f. Frekuensi nafas 4 (cukup Intervensi hidrasi).
membaik) pendukung c. Ronkhi dan
g. Pola nafas 4 (cukup (I. 01015) wheezing
membaik) Pemberian obat menyertai
inhalasi obstruksi jalan
Observasi napas/kegagal
f. Monitor tanda an pernapasan.
vital d. Mengetahui
Terapeutik adanya
g. Lakukan prinsip perubahan
6 benar nilai SaO2
Edukasi e. Untuk
h. Anjurkan mengetahui
bernafas lambat kesimetrisan
dan dalam selama ekspansi paru
penggunaan f. Mengetahui
nebulizer keadaan umum
i. Ajarkan pasien pasien
dan keluarga g. Untuk
tentang cara memastikan
pemberian obat obat yang
diberikan
(I. 01019) benar
Pengaturan posisi h. Agar tindakan
Observasi nebulizer
j. Monitor status terhirup
oksigenasi i. Meningkatkan
sebelum dan pengetahuan
sesudah keluarga
mengubah posisi j. Mengetahui
Terapeutik adanya
k. Atur posisi untuk perubahan
mengurangi sesak oksigenasi
(I. 01026) k. Mengurangi
Terapi oksigen sesak pasien
Kolaborasi l. Untuk
l. Kolaborasi memenuhi
penentuan dosis kebutuhan
oksigen oksigenasi
Observasi m. Memastikan
m. Monitor oksigen yang
kecepatan aliran diberikan
oksigen sesuai dengan
yang
dibutuhkan.

2. Pola napas tidak efektif L.01004) (I.01014)


b.d hambatan upaya Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
nafas (D.0005) keperawatan selama … X… a. Monitor pola nafas a. Mengetahui
diharapkan inspirasi dan/atau pola nafas klien
ekspirasi yang memberikan b. Monitor frekuensi,
ventilasi adekuat dengan irama, kedalaman b. Mengetahui ada
kriteria hasil : dan upaya nafas atau tidaknya
a. Ventilasi semenit 5 c. Posisikan klien gangguan
(meningkat) semi fowler pernfasan
b. Dispenia 5 (menurun) d. Monitor sputum
c. Pengunaan otot bantu e. Auskultasi bunyi c. Memaksimalkan
nafas 5 (menurun) nafas ekspansi paru
d. Pernafasan cuping f. Monitor saturasi d. Mengeahui
hidung 5 (menurun) oksigen risiko terjadinya
e. Frekuensi nafas 5 g. Monitor hasil AGD sumbatan jalan
(membaik) nafas
f. Kedalaman nafas 5
(membaik) Terapeutik e. Untuk
h. Dokumentasikan mengetahui ada
hasil pemantauan atau tidaknya
kelainan pada
paru – paru
Edukasi klien
i. Informasikan hasil f. Mengetahui
pemantauan keadekuatan
suplai oksigen
g. Mengetahui
keadekuatan
suplai oksigen

Terapeutik
h. Untuk
mengetahui
perkembangan
status
kesehatan klien

Edukasi
i. Agar klien dan
keluarga dapat
mengetahui
kondisinya
3. Defisit Nutrisi b.d faktor (L. 03030) (I.03119)
psikologis (keengganan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
untuk makan) (D. 0019) keperawatan selama … Observasi
diharapkan keadekuatan a. Monitor asupan a. Mengetahui
asupan nutrisi untuk makanan intake klien
memenuhi kebutuhan b. Monitor berat b. Mengetahui
metabolisme membaik. badan BB klien
Dengan kriteria hasil: c. Kolaborasi c. Agar sesuai
a. Porsi makan yang dengan ahli gizi dengan
dihabiskan 4 (cukup untuk kebutuhan
meningkat) menentukan klien
b. Berat badan 3 (sedang) jumlah kalori dan
c. Nafsu makan 4 (cukup jenis nutrien yang
membaik) dibutuhkan
d. Bising usus 3 (sedang)
e. Membran mukosa 4
(cukup membaik)
4. Resiko infeksi b.d (L.14128) (I. 14539)
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi
organisme patogen keperawatan selama 2x24 Edukasi
lingkungan (D.0142) jam, diharapkan a. Ajarkan cara a. Menambah
kemampuan untuk mencuci tangan pengetahuan
mencegah, mengeliminasi yang benar klien terhadap
atau mengurangi ancaman b. Ajarkan etika cucitangan,
kesehatan yang dapat batuk bahwa cuci
dimodifikasi meningkat. tangan sangat
Dengan kriteria hasil: (I. 01006) penting untuk
a. Kemampuan mengubah Latihan batuk menghindari
perilaku 4 (cukup efektif dari infeksi
meningkat) Terapeutik b. Dengan
b. Kemampuan c. Buang sekret mengetahui
menghindari faktor pada sputum etik batuk klien
resiko 4 (cukup akan mengerti
meningkat) Edukasi cara batuk
Penggunaan fasilitas d. Jelaskan tujuan dengan baik
kesehatan 4 (cukup dan prosedur dan benar
membaik) batuk efektif c. Buang sekret
e. Anjurkan tarik pada tempatnya
nafas dalam akan
melalui hidung menghindari
selama 4 detik, klien
ditahan selama 2 menularkan
detik kemudian virus kepada
keluarkan dari orang disekitar
mulut dengan d. Jika klien
bibir mencucu mengetahui
(dibulatkan) tujuan dan
selama 6 detik prosedur batuk
f. Anjurkan efektif maka
mengulangi tarik klien akan
nafas dalam melakukan
hingga 3 kali batuk efektif
g. Anjurkan batuk seperti yang
dengan kuat diajarkan
langsung setelah e. Tarik napas
tarik nafas dalam dalam akan
yang ke 3 menghirup
okseigen secara
maksimal dan
mengelurakan
dengan mulut
mencucu akan
mengeluarkan
CO2 secara
maksimal
f. Batuk setelah
nafas
dalamakan
membantuk
untuk
mengeluarkan
sputum yang
secara
maksimal

5. Gangguan pertukaran (L.01003) (I.01004)


gas b.d perubahan Setelah dilakukan tindakan Observasi
membran alveolus- keperawatan selama 2x24 a. identifikasi a. agar perawat
kapiler (D.0003) jam, diharapkan oksigenasi indikaksi tahu apakah
dan eliminasi dilakukan klien tersebut
karbondioksida pada fisioterapi dada memang
membran alveolus-kapiler b. monitor status butuh
dalam batas normal pernapasan dilakukan
meningkat. Dengan kriteria c. periksa segmen tindakan
hasil: paru yang fisioterapi
a. Dispnea 4 (cukup mengandung dada
menurun) sekrresi berlebih b. Peningkatan
b. Bunyi napas Terapeutik bunyi nafas
tambahan 4 (cukup d. posisikan pasien dapat
menurun) sesuai dengan menunjukkan
c. Napas cuping hidung area paru yang atelektasis,
4 (cukup menurun) mengalami ronchi, mengi
Pola napas 4 (cukup penumpukan menunjukkan
membaik) sputum akumulasi
e. lakukan perkusi sekret/ketida
dengan tangan kmampuan
telungkup untuk
selama 3-5 membersihka
menit n jalan nafas
Edukasi yang dapat
f. jelaskan tujuan menimbulkan
prosedur penggunaan
fisioterapi dada otot akseseri
g. ajarkan inspirasi pernafasan
perlahan dan dan
dalam melalui peningkatan
hidung selama kerja
proses pernafasan.
fisioterapi c. Untuk lebih
mengoptimal
akan
melakukan
fisoterapi
dada
d. memungkink
an ekspansi
paru
maksimal
upaya batuk
untuk
memobilisasi
dan
membuang
sekret.
e. Perkusi
dilakukan
untuk
memberi
gerakan pada
dada
sehingga
sputum yang
menempel
mudah
dikeluarkan
saat batuk
f. Menjelaskan
prosedur
yang akan
dilakukan
membuat
klien
mengetahui
menfaatnya
dan lebih
percaya jika
hal tersebut
baik untuk
dirinya
g. Memaksimal
kan oksigen
yang masuk
dalam paru-
paru
6. Hipertermi b.d proses (L.14134) (I.15506)
penyakit (D.0130) Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama … a. Monitor suhu a. Sebagai
diharapkan keadekuatan tbuh indikator
asupan nutrisi untuk b. Monitor haluan untk
memenuhi kebutuhan urine mengetahui
metabolisme membaik. Terapeutik status
Dengan kriteria hasil: c. Sediakan hipertermi
a. Kulit merah 1 lingkungan b. Untuk
(menurun) yang dingin mengetahuai
b. Takikardi 2 (cukup d. Longgarkan intake dan
menurun) atau lepaskan output dan
c. Suhu tubuh 4 (cukup pakaian mencegah
membaik) e. Basahi dan dehidrasi
d. Suhu kulit 4 (cukup kipasi c. Lingkungan
membaik) permukaan yang dingin
tubuh membantu
f. Berikan cairan klien lebih
oral merasa
nyaman
d. Kondisi
kulityang
mengalami
lembab
memicu
timbulnya
pertumbuhan
jamur. Juga
akan
mngurangi
kenyamanan
pasien.Meng
hambat pusat
simpatis dan
hipotalamus
sehingga
terjadi
vasodilatasi
kulit dengan
merangsang
kelenjar
keringat
untuk
mengurangi
panas tubuh
melalui
penguapan
e. Dalam
kondisi
demam
terjadi
peningkatan
evaporasi
yang memicu
timbulnya
dehidrasi
7. Intoleransi aktivitas b.d L.05047 I.05178
kelemahan (D.0056) Setelah dilakukan tindakan Observasi Observasi
keperawatan selama 3 x 24 a. Identifikasi a. Untuk
jam diharapkan respon gangguan fungsi mengetahui
fisiologis terhadap aktivitas tubuh yang penyebab
yang membutuhkan tenaga mengakibatkan kelelahan
meningkat dengan kriteria kelelahan b. Mengidentifika
hasil : b. Monitor si
a. Frekuensi nadi 5 kelelahan fisik kekuatan/kele
(meningkat) dan emosional mahan dan

b. Kemudahan dalam c. Monitor pola dan dapat

melakukan aktivitas jam tidur memberikan

sehari-hari 5 (meningkat) d. Monitor lokasi informasi

c. Keluhan lelah 5 dan mengenai

(menurun) ketidaknyamanan pemuliha.

d. Perasaan lemah 5 saat beraktivitas c. Mengkaji


(menurun) perlunya
mengidentifika
Terapeutik
si intervensi
e. Sediakan
yang tepat
lingkungan
d. Mengidentifika
nyaman dan
si
rendah stimulus
kkuatan/kelem
f. Lakukan latihan
ahan dan
rentang gerak
pasif dan/atau dapat
aktif memberikan
g. Berikan aktivitas informasi

distraksi yang mengenai

menenangkan pemulihan

Edukasi Terapeutik
h. Anjurkan tirah e. Meningkatka
baring n
i. Anjurkan kenyamanan
melakukan istirahat serta
aktivitas secara dukungan
bertahap fisiologis/psi
j. Anjurkan kologis
menghubungi f. Mencegah
perawat jika kekakuan

tanda dan gejala sendi,kontrakt

tidak berkurang ur,kelelahan

k. Ajarkan strategi otot,


meningkatkan
koping untuk
kembalinya
mengurangi
aktivitas
kelelahan
secara dini.
g. Mengoptimalk
Kolaborasi
an energi yang
l. Kolaborasi
belum
dengan ahli gizi
digunakan
tentang cara
Edukasi
meningkatkan
h. Meningkatka
asupan makanan
n
kenyamanan
istirahat
serata
dukungan
fisiologis/psi
kologis.
i. Meminimalkan
atrofi otot,
meningkatkan
sirkulasi,
mencegah
terjadinya
kontraktur.
j. Mengidentifika
si
kekuatan/kele
mahan dan
dapat
memberikan
informasi
mengenai
pemulihan.
Kolaborasi
k. Mempercepat
proses
penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai