Disusun oleh :
UMI KULSUM
P27906120035
A. Konsep HIV/AIDS
1. Pengertian
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus,
sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.AIDS
singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS muncul
setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh.Sistem kekebalan
tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena
lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi
lebih berat daripada biasanya (Spiritia, 2015).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang
dapat merusak, menghancurkan dan menginfeksi sel-sel yang bekerja
untuk sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS) adalah tahapan lanjutan dari HIV yang
menyebabkan hilangnya kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
sehingga timbul gejala penyakit lainnya (Demartoto 2018 ).
Menurut Kemenkes RI (2014) HIV yaitu virus yang
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang
bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia sedangkan AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune
Deficiency Syndrome yang merupakan dampak atau efek dari
perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
HIV/AIDS adalah penyakit yang dapat merusak, menghancurkan dan
menginfeksi sel-sel darah putih sehingga menjadi suatu syndrome atau
kumpulan tanda dan gejala yang terjadi akibat penurunan dan kekebalan
tubuh yang didapat atau tertular atau terinfeksi virus HIV.
2. Etiologi
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh
Human Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia
yang termasuk dalam keluarga lentivirus (termasuk pula virus
imunodefisinsi pada kucing, virus imunodefisiensi pada kera, visna virus
pada domba, dan virus anemia infeksiosa pada kuda). Dua bentuk HIV
yang berbeda secara genetik, tetapi berhubungan secara antigen, yaitu
HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil diisolasi dari penderita AIDS.
Sebagian besar retrovirus, viron HIV-1 berbentuk sferis dan mengandung
inti berbentuk kerucut yang padat elektron dan dikelilingi oleh selubung
lipid yang berasal dari membran se penjamu. Inti virus tersebut
mengandung kapsid utama protein p24, nukleokapsid protein p7 atau p9,
dua sirina RNA genom, dan ketiga enzim virus (protease, reserve
trancriptase, dan integrase). Selain ketiga gen retrovirus yang baku ini,
HIV mengandung beberapa gen lain (diberi nama dengan tiga huruf,
misalnya tat, rev, vif, nef, vpr dan vpu) yang mengatur sintetis serta
perakitan partikel virus yang infeksius (Robbins dkk, 2011) .
HIV/AIDS dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya
(Kemenkes, 2014) :
a. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks
(pelecehan seksual).
b. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan.
c. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian
memakai alat suntik dikalangan pemakai narkoba.
d. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu
berhubungan kelamin dengan orang yang terinfeksi HIV.
e. Orang yang melakukan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi
HIV, berarti setiap orang yang terpajan darah yang tercemar melalui
transfusi atau jarum suntik yang terkontaminasi
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala HIV sangat bervariasi tergantung dengan
tahapan infeksi yang diderita. Berikut adalah tanda dan gejala HIV
(Spiritia, 2015):
a. Individu yang terkena HIV jarang sekali merasakan dan
menunjukkan timbulnya suatu tanda dan gejala infeksi. Jika ada
gejala yang timbul biasanya seperti flu biasa, bercak kemerahan pada
kulit, sakit kepala, ruam-ruam dan sakit tenggorokan.
b. Jika sistem kekebalan tubuhnya semakin menurun akibat infeksi
tersebut maka akan timbul tanda-tanda dan gelaja lain seperti kelenjar
getah bening bengkak, penurunan berat badan, demam, diare dan
batuk. Selain itu juga ada tanda dan gejala yang timbul yaitu mual,
muntah dan sariawan.
c. Ketika penderita masuk tahap kronis maka akan muncul gejala yang
khas dan lebih parah. Gejala yang muncul seperti sariawan yang
banyak, bercak keputihan pada mulut, gejala herpes zooster,
ketombe, keputihan yang parah dan gangguan psiskis. Gejala lain
yang muncul adalah tidak bisa makan candidiasis dan kanker servisk.
d. Pada tahapan lanjutan, penderita HIV akan kehilangan berat badan,
jumlah virus terus meningkat, jumlah limfosit CD4+ menurun hingga
<200 sel/ul. Pada keadaan ini dinyatakan AIDS.
e. Pada tahapan ahir menunjukkan perkembangan infeksi opurtunistik
seperti meningitis, mycobacterium avium dan penurunan sistem
imun. Jika tidak melakukan pengobatan akan terjadi perkembangan
penyakit berat seperti TBC, meningitis kriptokokus, kanker seperti
limfoma dan sarkoma kaposi.
4. Patofisiologi
Pada individu dewasa, masa jendela infeksi HIV sekitar 3 bulan.
Seiring pertambahan replikasi virus dan perjalanan penyakit, jumlah sel
limfosit CD 4+ akan terus menurun. Umumnya, jarak antara infeksi HIV
dan timbulnya gejala klinis pada AIDS berkisar antara 5 – 10 tahun.
Infeksi primer HIV dapat memicu gejala infeksi akut yang spesifik,
seperti demam, nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan,
limfadenopati, dan ruam kulit. Fase akut tersebut dilanjutkan dengan
periode laten yang asimtomatis, tetapi pada fase inilah terjadi penurunan
jumlah sel limfosit CD 4+ selama bertahun – tahun hingga terjadi
manifestasi klinis AIDS akibat defisiensi imun (berupa infeksi
oportunistik). Berbagai manifestasi klinis lain dapat timbul akibat reaksi
autoimun, reaksi hipersensitivitas, dan potensi keganasan (Kapita Selekta,
2014).
Sel T dan makrofag serta sel dendritik/langerhans (sel imun)
adalah sel–sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan
terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Dengan
menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong (Susanto & Made Ari, 2013).
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun
– tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar
1000 sel per ml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200 – 300 per ml
darah, 2 – 3 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini,
gejala – gejala infeksi (herpes zoster dan jamur oportunistik) (Susanto &
Made Ari, 2013).
Pathway
PATOFISIOLOGI
Integritas DNA virus + prot. RNA virus→ DNA Inti virus masuk kedalam
Pada T4 (provinus) sitiplasma
Prot. virus
Tunas virus
Humoral Seluler
Gangguan jalan
Suplai O2 turun
napas Metabolism
protein→ Defisit Nutrisi
BB<dari normal
Metabolisme sel
Difusi O2
terganggu
Hipoksia
Ketidakefektifan
Sesak nafas
Pola Nafas
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari HIV/ AIDS,
antara lain (Susanto & Made Ari, 2013) :
a. Oral lesi
Kandidias, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan
dan cacat.
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan,
disfasia, dan isolasi sosial.
2) Ensefalophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia,
hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau
ensefalitis. Akibat/ efek: sakit kepala, malaise, demam, paralise
total/parsial.
3) Infark serebral kornea sifilis menin govaskuler, hipotensi
sistemik, dan maranik endokarditis.
4) Neuropati karena inflamasi diemilinasi oleh serangan HIV.
c. Gastrointertinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat
badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma, sarcoma Kaposi,
obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri
abdomen, ikterik, demam atritis.
3) Penyakit anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit
dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan Diare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus dan strongyloides dengan efek sesak nafas
pendek, batuk, nyeri, hipoksia, keletihan, gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus: virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan
dekubitus dengan efek nyeri, gatal, rasa terbakar, infeksi sekunder
dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan: sarcoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran: otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Burnnner dan Suddarth (2013) upaya penanganan
medis meliputi beberapa cara pendekatan yang mencangkup
penanganan infeksi yang berhubungan dengan HIV serta malignansi,
penghentian replikasi virus HIV lewar preparat antivirus, dan
penguatan serta pemulihan sistem imun melalui pengguanaan
Spreparat immunomodulator. Perawatan suportif merupakan tindakan
yang penting karena efek infeksi HIV dan penyakit AIDS yang
sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek tersebut mencangkup
malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan imobilisasi dan perubahan
status mental. Penatalaksanaan HIV/ AIDS sebegai berikut :
1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik yang bertujuan
menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi
opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Obat infeksi oportunistik
adalah obat yang digunakan untuk penyakit yang muncul sebagai
efek samping rusaknya kekebalan tubuh. Untuk pengobatan
oportunistik yaitu menggunakan obat-obat sesuai jenis
penyakitnya, contoh: obat-obat anti TBC, dll. Tindakan
pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi
bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi
pasien dilingkungan perawatan klinis.
2) Obat-obatan yang termasuk antiretroviral yaitu AZT,
Didanoisne, Zaecitabine, Stavudine. Terapi AZT Obat ini
menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus
(HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT
tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah Terapi Antiviral Baru.
Obat antiretroviral adalah obat yang dipergunakan untuk
retrovirus seperti HIV guna menghambat perkembangbiakan
virus.
3) Rehabilitasi bertujuan untuk memberi dukungan mental-
psikologis, membantu mengubah perilaku resiko tinggi menjadi
perilaku kurang berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara
hidup sehat dan mempertahankan kondisi hidup sehat.
4) Pendidikan kesehatan untuk menghindari alkohol dan obat
terlarang, makan makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang
kurang, obat-obatan yang mengganggu sistem imun.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Hasdianah dan Dewi (2014), upaya penatalaksanaan
keperawatan HIV/ AIDS meliputi :
1) Aspek Psikologis, meliputi :
a) Perawatan personal dan dihargai
b) Mempunyai seseorang untuk diajak bicara tentang
masalahmasalahnya
c) Jawaban-jawaban yang jujur dari lingkungannya
d) Tindak lanjut medis
e) Mengurangi penghalang untuk pengobatan
f) Pendidikan/penyuluhan tentang kondisi mereka
2) Aspek Sosial
Seorang penderita HIV AIDS setidaknya membutuhkan
bentuk dukungan dari lingkungan sosialnya. Dimensi dukungan
sosial meliputi 3 hal:
a) Emotional support, miliputi; perasaan nyaman, dihargai,
dicintai, dan diperhatikan
b) Cognitive support, meliputi informasi, pengetahuan dan
nasehat
c) Materials support, meliputi bantuan / pelayanan berupa
sesuatu barang dalam mengatasi suatu masalah.
g. Data Psikologis
1) Pola presepsi dan konsep diri
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan
marah, cemas, depresi, dan stres.
2) Pola sensori kognitif
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan
pengecapan, dan gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya
mengalami penurunan daya ingat, kesulitan berkonsentrasi,
kesulitan dalam respon verbal. Gangguan kognitif lain yang
terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.
3) Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan
peran yang dapat mengganggu hubungan interpersonal yaitu
pasien merasa malu atau harga diri rendah.
4) Pola penanggulangan stres
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami
cemas, gelisah dan depresi karena penyakit yang dideritanya.
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit, yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita tidak
mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan
adaptif.
5) Pola reproduksi seksual
Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya
terganggu karena penyebab utama penularan penyakit adalah
melalui hubungan seksual.
6) Psikososial
Kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan poa
hidup, ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
7) Status Mental
Marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati,
withdrawl, hilang interest pada lingkungan sekiar, gangguan
proses piker, hilang memori, gangguan atensi dan konsentrasi,
halusinasi dan delusi.
h. Data Spiritual
1) Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal
nya akan berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka
sebagai balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan
status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai
dan kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien, dan agama
merupakan hal penting dalam hidup pasien.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Penginderaan
a) Pada mata : cotton wool spot, sytomegalovirus retinus,
toksoplasma choroiditis, perivasculitis pada retina, infeksi
tepi kelopak mata, secret berkerak, lesi retina
b) Pada mulut: oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa,
sarcoma kaposi. Pada telinga: OMP, kehilangan
pendengaran.
2) Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjar parotis, limphadenopathi,
pembesaran kelenjar yang menyeluruh.
3) Sistem Respirasi
Batuk lama dengan atau tanpa sputum, batuk produktif/
non produktif, sesak napas, takipnea, hipoksia, nyeri dada, napas
pendek waktu istirahat gagal napas.
4) Sistem Kardiovaskuler
Suhu tubuh meningkat, nadi cepat/ takikardia, tekanan
darah meningkat, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
Gagal jantung kongestif (CHF) sekunder akibat kardiomiopati
karena HIV.
5) Sistem Gastrointestinal
BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, kesulitan
menelan, bercak putih, kekuningan pada mukosa oral,
pharingitis, candidiasis esophagus, candidiasis oral, selaput
lendir kering, pembesaran hati, mual, muntah, colitis akibat diare
kronik, pembesaran limpha.
6) Sistem Neurologis
Sakit kepala, penurunan kesadaran, delirium, somnolen,
sukar konsentrasi, kejang–kejang ensephalopati atau enselofati,
gangguan psikomotor, meningitis, keterlambatan perkembangan,
nyeri otot, sukar konsentrasi.
7) Sistem Muskuloskletal
Focal motor deficit, lemah, nyeri otot, nyeri persendian,
letih, ataksia, serta tidak mampu melakukan ADL
8) Integumen
Kering, gatal, rash dan lesi, turgor jelek, petekie positif.
Varicla, herpes zooster, scabies
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai
apakah tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak
untuk mengatasi suatu masalah (Meirisa, 2013). Pada tahap evaluasi,
perawat dapat mengetahui seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana
tindakan, dan pelaksanaan telah tercapai. Meskipun tahap evaluasi
diletakkan pada akhir proses keperwatan tetapi tahap ini merupakan
bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan. Pengumpulan data
perlu direvisi untuk menentukan kecukupan data yang telah dikumpulkan
dan kesesuaian perilaku yang observasi. Diagnosis juga perlu dievaluasi
dalam hal keakuratan dan kelengkapannya. Evaluasi juga diperlukan
pada tahap intervensi untuk menentukan apakah tujuan intervensi
tersebut dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2012). Tahapan evaluasi
dapat dilakukansecara formatif dan sumatif.
DAFTAR PUSTAKA
Demartoto. Argyo. 2018. Warga Peduli AIDS Wujud Peran Serta Masyarakat
Dalam Penanggulangan HIV/AIDS. Jurnal Analisa Sosiologi, Vol.7, No.1,
2018.
Hasdianah., Dewi. (2014). Virologi Mengenal Virus, Penyakit, dan
Pencegahannya. Yogyakarta: Nuha Medika.
Kapita Selekta Kedokteran. (2014). Infeksi HIV/AIDS. Jilid 2. Edisi 4. Jakarta:
Media Aesculapius.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Situasi dan Analisis HIV
AIDS. Jakarta : Kemenkes RI
Nursalam. (2012). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Spiritia. 2015. Seri Buku Kecil Hidup dengan HIV/AIDS. Jakarta: Yayasan Spiritia
Susanto., GA Made Ari M. (2013). Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
A. PENGKAJIAN
1. BIODATA
Identitas pasien
Initial pasien : Tn.R Pekerjaan : Pedagang
Usia : 20 tahun No. RM : 499193
Jenis kelamin : Laki-laki Tgl pengkajian: 06-06-2018
Agama : Islam
Status pernikahan : menikah
Penanggung jawab
Initial : Ny. M
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : Petani
Hub dg pasien : Ibu kandung
2. KELUHAN UTAMA
Pasien masuk ke rumah sakit dr.Achmad mochtar kiriman atau rujukan
dari Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi melalui IGD pada tanggal 05 juni
2018 dengan keluhan demam hilang timbul sejak 2 bulan sebelum masuk
rumah sakit
3. RIWAYAT KESEHATAN
Riwayat kesehatan sekarang
Saat dilakukan pengkajian tanggal 06 juni 2018 pada pukul 08.00WIB,
Keluarga pasien mengatakan pasien mempunya riwayat hubungan sex
bebas semenjak 3 tahun yang lalu, pasien mengatakan badan letih,pasien
mengatakan nafsu makannya kurang, makan pasien selama dirumah sakit
hanya 2 sendok makan,muntah ( - ) , mual (+ ) pasien mengatakan
tenggorokannya sakit saat menelan pasiien mengatakan tidur sering
terbangun pada malam hari.pasien kadang merasakan pusing, pasien
mengatakan badan nya terasa lemas, nyeri pada perut nyeri tekan ( + )
skala nyeri 5-6, pasien merasakan nyeri pada persendian saat istirahat dan
aktivitas. pasien mengatakan batuk berdahak, pasien mengatakan dada
sakit jika batuk, nafas sesak,pendengaran pasien mulai terganggu pada
telinga bagian kanan, pasien mengatakan dia tidak mampu untuk
beraktivitas dari berbaring ke posisi duduk sangat lemah, pasien
mengalami penurunan berat badan seberat 8 Kg, pasien tampak pucat.BAB
( - ) sejak 1 hari saat pengkajian. Selama dirawat dirumah sakit pasien
tampak tidak menghabiskan porsi makan nya, hanya 2 sendok makan,
pasien tampak lemah dan letih, pasien tampak susah untuk beraktifitas
secara mandiri, pasien tampak kurus, pasien tampak meringis menahan
sakit, pasien tampak pucat, mulut pasien tampak ada sariawan dan kering,
pasien tampak terbaring
Riwayat kesehatan dahulu
Keluarga pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya, keluarga mengatakan pasien tidak pernah dirawat di rumah
sakit sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga
keluarga mengatakan keluarganya tidak ada mengalami riwayat penyakkit
yang sama dengan yang diderita pasien dan tidak memiliki penyakit
keturunan seperti DM, Hipertensi, Jantung. Penyakit menular seperti,
TBC, HIV, Hepatitis, dll
4. AKTIVITAS/ ISTIRAHAT
Gejala (Subjektif)
Pekerjaan : Pedagang
Aktivitas/ hobi : Olahraga
Aktivitas waktu luang ...............:pasien mengatakan bila ada waktu luang biasa
berolahraga
Keterbatasan karena kondisi : sakit
Tidur Jam : 21.00 WIB
Tidur siang : pasien mengatakan tidak tidur siang
Kebiasaan tidur : pasien mengatakan sering terbangun saat malam hari
Tanda (Objektif)
Respons terhadap aktivitas yang teramati : pasien tidak melakukan
aktivitas apapun selama sakit.pasien tampak lemah. Kardiovaskular
92/57mmHg, Pernapasan 22x/menit.
Status mental (mis.,menarik diri/ letargi) : -
Pengkajian neuromuskular : tidak ada kelainan
Massa/ tonus otot: tonus otot pasien pada ektremitas mengalami
kelemahan.
Rentang gerak : rentang gerak aktif, Kekuatan otot : 4
Deformitas : tidak ada deformitas
5. SIRKULASI
Gejala (Subjektif)
Riwayat tentang : Hipertensi tidak ada, Masalah jantung : tidak ada
Demam rematik : tidak ada, Edema mata kaki/ kaki : tidak ada
Flebitis : tidak ada flenitis, Penyembuhan lambat : -
Klaudikasi : -
Ekstremitas : Kesemutan tidak ada, Kebas : tidak ada
Batuk/ hemoptisis : batuk berdahak
Perubahan frekuensi/ jumlah urine : 1000cc
Tanda (Objektif)
TD : 92/57 mmHg
Tekanan nadi : 104x/menit, Gap auskultatori : -
Nadi (palpasi) : Karotis : teraba Temporal : teraba
Jugularis : teraba, Radialis : teraba
Femoralis : teraba Popliteal : teraba
Dorsalis pedis : teraba
Bunyi jantung : Frekuensi 104x/menit
Irama : teratur, Kualitas : -
Friksi gesek : -, Murmur : -
Distensi vena jugularis : tidak ada
Ekstremitas : suhu : 36,9 0C, Warna : tidak pucat/sianosis
Pengisian kapiler : crt <2 detik
Tanda Homan’s : - Varises :-
Abnormalitas kuku : tidak ada
Penyebaran/ kualitas rambut : distribusi rambut merata, rambut rontok,
berminyak, rambut tampak kering
membran mukosa : lembab, Bibir : lembab
Punggung kuku: bersih
Konjungiva : anemis Sklera : ikterik
Diaforesis : -
6. INTEGRITAS EGO
Gejala (Subjektif)
Faktor stres : kedaaan emosi pasien terlihat tidak stabil dan emosi pada
saat berbicara dengan waktu yang lama
Cara menangani stres : pasien mengatakan bila sedang banyak masalah
akan berbagi cerita dengan istri untuk menghilangkan stress yang ada.
Masalah-masalah finansial : tidak ada
Status hubungan : hubungan pasien dengan keluarga baik
Faktor-faktor budaya : tidak ada
Agama : islam,
Kegiatan keagamaan : pasien mengatakan sering tidak mengerjakan sholat
5 waktu saat sehat dan sakit
Gaya hidup : merokok, Perubahan terakhir : -
Perasaan-perasaan : Ketidak berdayaan: pasien mengatakan yakin bahwa
penyakitnya dapat disembuhkan dan selalu berdoa kepada Allah untuk
diangkat penyakitnya.
Tanda (Obyektif)
Status emosional (beri tanda cek untuk yang sesuai)
Tenang : - Cemas : √ Marah : -
Menarik diri : -, Takut : -
Mudah tersinggung : - Tidak sabar :-
Euforik : -
Respons-respons fisiologis yang terobservasi : pasien tampak cemas
7. ELIMINASI
Gejala (Subjektif)
Pola BAB : tidak ada BAB sejak di rumah sakit, Penggunaan laksatif : -
Karakter fases : - BAB terakhir : dirumah sebelum sakit
Riwayat perdarahan : tidak ada, Hemoroid : tidak ada
Konstipasi : - Diare : -
Pola BAK : selama sakit bak menggunakan selang pipis, Inkontimensia/
kapan :-
Dorongan: -Frekuensi : -, Retensi :-
Karakter urine : konsistensi cair, bau khas urine, warna kuning jernih
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan BAK : tidak ada
Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih : tidak ada
Penggunaan diuretik : tidak ada
Tanda (Objektif)
Abdomen : Nyeri tekan pada epigastrium
Massa : tida ada masa, Ukuran/ lingkar abdomen :-
Bising usus : 18x/menit, Hemoroid : -
Perubahan kandungan kemih :-, BAK terlalu sering : pasien terpasang
kateter
8. MAKANAN/ CAIRAN
Gejala (Subjektif)
Diit biasa (tipe) : diit tinggi kalori tinggi protein, Jumlah makanan per
hari : 3x/hari
Makan terakhir/ masukan : 2 sendok nasi, Pola diit : teratur
Kehilangan selera makan : pasien mengatakan tidak nafsu makan, Mual/
muntah :mual
Nyeri ulu hati/ salah cerna : nyeri tekan pada abdomen pada epigastrium
Alergi/ intoleransi makanan : tidak ada pantangan makanan
Masalah-masalah mengunyah/ menelan :-
Gigi : 32 buah
Berat badan biasa : 51 kg Perubahan berat badan 43kg
Penggunaan diuretik tidak ada
Tanda (Objektif)
Berat badan sekarang 43kg, Tinggi badan : 160cm
Turgor kulit : sedang , Kelembaban/ kering membran mukosa : membrane
mukosa kering
Edema : Umum : - , Dependen :-
Periorbital : - Asites : tidak ada
Distensi vena jugularis : tidak ada
Pembesaran tiroid : tidak ada, hernia/ massa : tidak ada, Halitosis :-
Kondisi gigi/ gusi : baik, tidak ada perdarahan pada gusi
Penampilan lidah : tampak kotor
Membran mukosa : kering
Bising usus : 18x/menit
Bunyi napas : wheezing
Urin S/ A atau Kemstiks :-
9. HIGIENE
Gejala (Subjektif)
Aktivitas sehari-hari : Tergantung, dibantu oleh istri
Mobilitas : pasien hanya ditempat tidur saja, Makan : 2 sendok nasi
Hegiene : rambut tampak kotor, Berpakaian : kurang rapi
Toileting : belum BAB selama sakit, BAK lewat selang pipis
Waktu mandi yang diinginkan jam : -
Pemakaian alat bantu/ prostetik : -
Tanda (Objektif)
Penampilan umum : sedang
Cara berpakaian rapi, Kebiasaan pribadi :-
Bau badan : -, Kondisi kulit kepala: rambut rontok
Adanya kutu: tidak ada
10. NEUROSENSORI
Gejala (Subjektif)
Rasa ingin pingsan/ pusing : tidak ada
Sakit kepala : Lokasi nyeri : tidak ada, Frekuensi : -
Kesemutan/ kebas/ kelemahan (lokasi) :-
Stroke (gejala sisa) :-
Kejang : - Tipe : -, Frekuensi: -
Status postikal : - , Cara mengontrol :,
Mata : Kehilangan penglihatan : pasien mengatakan penglihatan mata
mulai turun, Pemeriksaan terakhir : 6 juni 2018
Glaukoma : -, Katarak : -,
Telinga : Kehilangan pendengaran : pendengran mulai terganggu pada
telinga kanan,
Pemeriksaan terakhir:: 6 juni 2018
Epistaksis: tidak ada
Tanda (Objektif)
Status mental :
Terorientasi/ disorientasi : Waktu : 08.00, Tempat : rs, rawat inap, Orang
: perawat, istri pasien
Kesadaran: composmentis, Mengantuk Letargi :-
Stupor : - , Koma : -,
Kooperatif : pasien kooperatif, Menyerang :-, Delusi :-,
Halusinasi : tidak ada, Afek (gambarkan) :-
Kaca mata :-, Kontak lensa :-, Alat bantu dengar :-,
Ukuran/ rekasi pupil : Ka/ Ki : reflek cahaya +/+
Facial drop : -,Menelan :-,
Genggaman tangan/ lepas : Ka/ Ki : -, Postur :-,
Refleks tendom dalam :-, Paralisis: -
12. PERNAPASAN
Gejala (Subjektif)
Dispnea yang berhubungan dengan batuk/ sputum :batuk berdahak
Riwayat bronkitis : tidak ada Asma :tidak ada
Tuberkulosis : tidak ada, Emifisema : tidak ada
Pneumonia kambuhan : tidak ada
Pemanjanan terhadap udara berbahaya : asap rokok
Perokok : pasien merokok Pak/ hari :1-2 bungkus Lama dalam
tahun :-
Penggunaan alat bantu pernapasan :-, Oksigen : -
Tanda (Objektif)
Pernapasan : Frekuensi :22x/menit Simetris :ekspansi dinding dada
simetris
Penggunaan otot-otot asesori : ada Napas cuping hidung :ada
Fremitus : taktil fremitus melemah dibagian kanan dan kiri
Bunyi napas : wheezing
Egofoni :-
Sianosis : -, Jari tubuh : tidak ada sianosis
Karakteristik sputum : -
Fungsi mental/ gelisah : pasien tampak gelisah
13. KEAMANAN
Gejala (Subjektif)
Alergi/ sensitivitas :tidak ada, Reaksi :-
Perubahan sistem imun sebelumnya :menurun
Penyebab : penyakit yang di derita saat ini HIV
Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/ tipe) : 3 tahun yang lalu
pernah melakukan hubungan sex bebas
Perilaku resiko tinggi : ya
Periksaan :-
Tranfusi darah/ jumlah :-,
Kapan :-,
Gambaran reaksi :-,
Riwayat cedera kecelakaan : tidak ada
Fraktur/ dislokasi :tidak ada fraktur
Artritis/ sendi tak stabil : pasien mengatakan nyeri pada persendian
Masalah punggung : tidak ada
Perubahan pada tahi lalat :- Pembesaran nodus : -
Kerusakan penglihatan, pendengaran : penglihatan dan pendengaran mulai
menurun
Protese :- Alat ambulatori :-
Tanda (Objektif)
Suhu tubuh :36,90C Diaforesis :-
Integritas kulit :
Jaringan parut :tidak ada Kemerahan :tidak ada
Laserasi : tidak ada Ulserasi : tidak ada
Ekimosis : tidak ada Lepuh : tidak ada
Luka bakar : (derajat/ persen) : tidak ada Drainase : tidak ada
Tandai lokasi pada diagram di bawah ini :
14. SEKSUALITAS
Aktif melakukan hubungan seksual : selama sakit tidak melakukan
hubungan seksual
Penggunaan Kondom : -
Masalah-masalah/ kesulitan seksual : -
Perubahan terakhir dalam frekuensi/ minat : -
Pria
Gejala (Subjektif)
Rabas penis :-, Gangguan prostat :-,
Sukumsisi :ya, Vasektomi :-,
Melakukan pemeriksaan sendiri :- Payudara/ Testis :-
Prostoskopi/ pemeriksaan prostat terakhir : -
Tanda (Objektif)
Pemeriksaan :- Payudara/ penis/ testis :-
Kutil genital/ lest :-
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. D.0019 Defisit Nutrisi berhubungan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien
2. D.0077 Nyeri Akut b.d Agen injury fisik
3. D.0056 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan kekuatan
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
SDKI SLKI SIKI
D.0019 Manajemen Manajemen Nutrisi & Status Nutrisi : I.03119
Defisit nutrisi & L.03030 Observasi
Nutrisi Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi
berhubungan tindakan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
ketidakmamp keperawatan 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
uan selama 3 x 4 jam 4. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
mengabsorbsi diharapkan 5. Monitor asupn makanan
nutrien keadekuatan 6. Monitor berat badan
asupan nutrisi Terapeutik
untuk memenuhi 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan
kebutuhan 2. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
metabolisme 3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
membaik dengan 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
kriteria hasil: 5. Berikan sumplemen makanan
1. Porsi makanan Edukasi
yang 1. Anjurkan posisi duduk
dihabiskan 4 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
(cukup Kolaborasi
meningkat) 1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
2. Sariawan 4 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
(cukup kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
menurun)
3. Berat badan 4
(cukup
membaik)
4. Nafsu makan 5
(membaik)
5. Frekuensi
makan 4
(cukup
membaik)
D.0077 SLKI L.08066 SIKI I.08238
Nyeri Akut Setelah dilakukan “Manajemen Nyeri”
b.d Agen tindakan Observasi :
injury fisik keperawatan 3x24 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
jam diharapkan kualitas dan intensitas nyeri.
pengalaman 2. Identifikasi skala nyeri
sensorik atau 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
emosional yang 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
berkaitan dengan nyeri
kerusakan jaringan 5. Monitor keberhasil terapi komplementer yang sudah
aktual atau diberikan
fungsional dengan 6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
onset mendadak Terapeutik :
atau lambat dan 1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
berintensitas ringan nyeri (Relaksasi nafas dalam)
hingga berat dan 2. Fasilitasi istirahat dan tidur
konstan menurun Edukasi :
dengan kriteria 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
hasil : 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
1. Keluhan nyeri 3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
menurun (5) Kolaborasi :
2. Meringis Kolaborasi pemberian analgetik
menurun (5)
3. Gelisah menurun
(5)
4. Frekuensi nadi
membaik (5)
5. Tekanan darah
membaik (5)
D.0056 L.05047 I.05178
Intoleransi Setelah dilakukan “Manajemen Energi”
aktivitas tindakan Observasi :
berhubungan keperawatan 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
dengan selama 3 x 24 jam mengakibatkan kelelahan
penurunan diharapkan respon 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
kekuatan fisiologis terhadap 3. Monitor pola dan jam tidur
aktivitas yang 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
membutuhkan melakukan aktivitas
tenaga meningkat.
Dengan kriteria Terapeutik :
hasil : 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
Saturasi oksigen stimulus (misalnya cahaya, kunjungan)
meningkat (5) 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
Keluhan lelah 3. Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
menurun (5)
Dispnea saat Edukasi :
aktivitas 1. Anjurkan tirah baring
menurun (5) 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Perasaan lemah Kolaborasi :
menurun (5) 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatan
Tekanan darah asupan makanan
membaik (5)
Frekuensi napas
membaik (5)
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
1. Implementasi Keperawatan Hari Pertama
NO Diagnosis Tindakan Keperawatan Respon Tanda
Keperawatan Tangan
1. D.0019 Defisit Manajemen Nutrisi & Status S: Umi
Nutrisi Nutrisi : I.03119 - Klien Kulsum
berhubungan mengatakan
ketidakmampuan Observasi tidak nafsu
mengabsorbsi 1. Identifikasi status nutrisi makan.
nutrien 2. Identifikasi alergi dan - Klien
D.0056 intoleransi makanan mengatakan
Intoleransi 3. Identifikasi kebutuhan kalori tidak ada
aktivitas dan jenis nutrien riwayat alergi
berhubungan 4. Monitor hasil pemeriksaan makanan
dengan laboratorium - TTV:
penurunan 5. Monitor asupan makanan TD :
6. Monitor berat badan 92/57mmHg
Nadi : 104x/m
Terapeutik Suhu : 36,9 C
6. Lakukan oral hygiene Pernafasan :
sebelum makan 22x/m
7. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang O:
sesuai - Klien tampak tidak
8. Berikan makanan tinggi menghabiskan
kalori dan tinggi protein porsi makannya,
9. Berikan makanan tinggi serat hanya 2-3 sendok
untuk mencegah konstipasi makan.
10. Berikan sumplemen makanan - Berat badan klien
Edukasi 43kg saat
1. Anjurkan posisi duduk pengkajian,
2. Ajarkan diet yang sebelumnya berat
diprogramkan badan klien 51kg.
klien tampak tidak ada
Kolaborasi mual dan muntah
3. Kolaborasi pemberian A: Masalah belum
medikasi sebelum makan teratasi
4. Kolaborasi dengan ahli gizi P: Intervensi
untuk menentukan jumlah dilanjutkan
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
2. D.0077 Nyeri SIKI I.08238 S: Umi
Akut b.d Agen “Manajemen Nyeri” - Klien mengatakan Kulsum
injury fisik Observasi : persendian nya
1. Identifikasi lokasi, nyeri saat
karakteristik, durasi, beraktivitas.
frekuensi, kualitas dan - Klien mengatakan
intensitas nyeri. nyerinya hilang-
2. Identifikasi skala nyeri hilang timbul.
3. Identifikasi respon nyeri non
verbal O:
4. Identifikasi faktor yang - Klien tampak
memperberat dan meringis saat
memperingan nyeri melakukan
5. Monitor keberhasil terapi aktivitas.
komplementer yang sudah - Skalanya nyeri
diberikan klien 5-6.
6. Monitor efek samping - Mengajarkan
penggunaan analgetik klien teknik
Terapeutik : napas dalam
1. Berikan teknik non untuk
farmakologis untuk mengurangi
mengurangi rasa nyeri nyeri
(Relaksasi nafas dalam) A : Masalah belum
2. Fasilitasi istirahat dan tidur teratasi
Edukasi : P : Intervensi
1. Jelaskan penyebab, periode Dilanjutkan
dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
4. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik
3. D.0056 I.05178 S: Umi
Intoleransi “Manajemen Energi” - pasien mengatakan Kulsum
aktivitas Observasi : susah untuk
berhubungan bergerak karena
1. Identifikasi gangguan fungsi
dengan penurunan kekuatan
tubuh yang mengakibatkan
penurunan otot
kelelahan
kekuatan O:
2. Monitor kelelahan fisik dan
- Ttv
emosional
Td : 92/57mmHg
3. Monitor pola dan jam tidur
Nadi : 104x/m
4. Monitor lokasi dan
Temperatur : 36,9
ketidaknyamanan selama
P: 22x/m
melakukan aktivitas
- Klien tampak susah
saat melakukan
Terapeutik :
aktivitas
1. Sediakan lingkungan yang A : Masalah belum
nyaman dan rendah stimulus teratasi
(misalnya cahaya, P : Intervensi
kunjungan) Dilanjutkan
2. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
Edukasi :
Kolaborasi
3. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan
2. D.0077 Nyeri SIKI I.08238 S: Umi
Akut b.d Agen “Manajemen Nyeri” - Klien mengatakan Kulsum
injury fisik Observasi : nyeri sedikit
7. Identifikasi lokasi, berkurang setelah
karakteristik, durasi, diberikan obat.
frekuensi, kualitas dan - Klien mengatakan
intensitas nyeri. nyerinya hilang-
8. Identifikasi skala nyeri hilang timbul.
9. Identifikasi respon nyeri
non verbal O:
10. Identifikasi faktor yang - Klien tampak
memperberat dan meringis saat
memperingan nyeri melakukan
11. Monitor keberhasil terapi aktivitas.
komplementer yang sudah - Skalanya nyeri
diberikan klien 4 (1-10)
12. Monitor efek samping - Klien tampak
penggunaan analgetik melakukan
Terapeutik : teknik napas
3. Berikan teknik non dalam untuk
farmakologis untuk mengurangi
mengurangi rasa nyeri nyeri
(Relaksasi nafas dalam) A : Masalah teratasi
4. Fasilitasi istirahat dan tidur sebagian
Edukasi : P : Intervensi
3. Jelaskan penyebab, periode Dilanjutkan
dan pemicu nyeri
4. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
5. Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik
3. D.0056 Intoleransi I.05178 S: Umi
aktivitas “Manajemen Energi” - Klien mengatakan Kulsum
berhubungan Observasi : masih lemah untuk
dengan penurunan 5. Identifikasi gangguan bergerak
kekuatan fungsi tubuh yang - Klien mengatakan
mengakibatkan kelelahan aktivitas masih
6. Monitor kelelahan fisik dibantu oleh
dan emosional keluarga
7. Monitor pola dan jam O:
tidur - Klien tampak susah
8. Monitor lokasi dan saat melakukan
ketidaknyamanan selama aktivitas
melakukan aktivitas - Adl klien tampak
dibantu oleh
Terapeutik : keluarga
- Klien membatasi
4. Sediakan lingkungan yang
geraknya
nyaman dan rendah
A : Masalah teratasi
stimulus (misalnya
sebagian
cahaya, kunjungan)
P : Intervensi
5. Lakukan latihan rentang
Dilanjutkan
gerak pasif dan atau aktif
6. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
Edukasi :
P : Pertahankan Intervensi
09/06/2018 D.0077 Nyeri Akut S : Umi Kulsum
b.d Agen injury fisik - Klien mengatakan nyeri persendian
sudah mulai berkurang
O:
- Klien tampak lebih rileks