Anda di halaman 1dari 36

ANATOMI HIDUNG

RAVANIA RAHADIAN PUTRI


ANATOMI HIDUNG
• HIDUNG LUAR (Nasus eksternus):
dorsum nasi
apeks nasi
radiks nasi
ala nasi
• HIDUNG DALAM (Nasus internus):
rongga hidung
septum nasi
• SINUS PARANASALES:
sinus frontalis
sinus maksilaris
sinus ethmoidalis
sinus sfenoidalis
HIDUNG LUAR (NASUS EKSTERNUS)
• Radiks nasi
• Dorsum nasi
• Apex nasi
• Ala nasi
• Nares
HIDUNG LUAR (NASUS EKSTERNUS)
• Struktur hidung luar dapat dibedakan atas tiga bagian:
1. Bagian paling atas, kubah tulang yang tidak dapat digerakkan,
2. Bagian tengah di bawahnya terdapat kubah kartilago yang sedikit dapat digerakkan
3. Bagian paling bawah adalah lobulus hidung yang mudah digerakkan.
• Kerangka tulang tdd:
1. Os. Nasal
2. Prosesus frontalis dan Os. Maksila
3. Prosesus nasalis dan Os. Frontal
• Kerangka tulang rawan tdd:
1. Prosesus lateralis kartilago septi nasi
2. Kartilago alaris mayor
3. Kartilago alaris minor
4. Kartilago septi nasi
HIDUNG DALAM (Nasus Internus)
• Struktur hidung dalam membentang dari os internum di sebelah anterior hingga
koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung dari nasofaring.
• Terdiri atas:
1. Cavitas Nasi
2. Septum Nasi
3. Apertura Nasalis Posterior (Choana)
Cavitas nasi

• Dua cavitas nasi merupakan bagian yang


paling atas dari systema respiratorium
dan terdiri dari reseptor-reseptor
olfactorium
• Daerah anterior yang lebih kecil dari
cavitas nasi tertutup oleh nasus externus.
sementara daerah posterior yang lebih
besar berada lebih centralis di dalam
cranium.
• Cavitas nasi dipisahkan:
 dari satu dengan lainnya oleh sebuah septum
nasi di garis tengah.
 dari cavitas oris di bawah oleh palatum
durum, dan
 dari cavitas cranii di atas oleh bagian
tulang frontale, ethmoidale,dan
sphenoidale
Cavitas Nasi
• Tiap cavitas nasi terdiri dari 3 regio utama—
vestibulum nasi, regio respiratoria, dan regio
olfactoria
1. Vestibulum nasi merupakan sebuah
perluasan kecil ruangan tepat di bagian dalam
nares yang dibatasi oleh kulit dan berisi follicu
rambut
2. Regio respiratoria merupakan bagian
tepenghiducavitas nasi,mempunyai banyak
suplai neurovaskuler, dan dibatasi oleh
epithelium respiratorium yang terutama terdiri
dari epitheliocytus ciliates/sel ciliatum dan
epithelium columnare/sel mucosum
3. Regio olfactoria, kecil, berada di apex tiap
cavitas nasi, dibatasi oleh epithelium
olfactorium, dan berisi reseptor-reseptor
olfactorium.
Cavitas Nasi
• Tiap cavum memiliki 4
dinding, yaitu:

 Dinding Medial
(septum nasi)
Dibentuk oleh tulang dan
tulang rawan:
Tulang: Lamina Perpendikularis
Os. Etmoidale, Vomer
Kartilago: Kartilago septum
Lamina Kuadraangularis
Dinding Inferior
Dibentuk oleh Os. Maxilla dan
Os. Palatum
Dinding Superior
Dibentuk oleh Os. Sphenoidalis
dan lamina cribosa os.
ethmoidale
Dinding Lateral
• Dinding lateral ditandai oleh 3 lengkungan
tulang yang bertingkat (concha)
• Concha tersebut meningkatkan daerah
permukaan kontak di antara jaringan dinding
lateral dan udara yang dihirup.
• Concha nasalis membagi tiap cavitas
nasi menjadi 4 saluran udara:
1. sebuah meatus nasi inferior di antara
concha nasalis inferior dan dasar nasi.
2. sebuah meatus nasi medius di antara
concha nasalis inferior dan medius:
3. sebuah meatus nasi superior di antara
concha nasalis medius dan superior
4. sebuah recssus sphenoethmoidalis di
antars concha nasalis superior dan atap
nasi.
Choanae
• Choanae merupakan celah berbentuk oval di antara cavitas nasi dan nasopharynx
• Tidak seperti nares, yang mempunyai tepi fleksibel berupa tulang rawan dan jaringan
lunak, choanae merupakan bukaan kaku yang seluruhnya dikelilingi oleh tulang,dan
tepi-tepinya dibentuk oleh:
a) di inferior, oleh tepi posterior lamina horizontalis tulang palatinum;
b) di lateral, oleh tepi posterior lamina medialis processus pterygoidei; dan
c) di medial, oleh tepi posterior vomer.

• Atap choanae dibentuk:


a) di anterior, oleh ala vomeris dan processus vaginalis lamina medialis processus
pterygoidei; dan
b) di posterior, oleh corpus tulang sphenoidale.
Vaskularisasi Hidung

• Arteria yang menyuplai cavitas nasi termasuk pembuluh-pembuluh darah yang berasal baik dari
arteria carotis interna dan arteriacarotis externa
 Pembuluh-pembuluh darah yang berasal dari cabang-cabang arteria carotis externa :

arteria sphenopalatina, arteria palatina major, arteria labialis superior, dan ramus lateralis nasi.
Pembuluh-pembuluh darah yang berasal dari cabang-cabang arteria carotis interna adalah
arteria ethmoidalis anterior dan arteria ethmoidalis posterior.
• Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a.sfenopalatina,
a.etmoid anterior, a.labialis superior, dan a.palatina mayor yang disebut pleksus
Kiesselbach (Little’s area) yang letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma
sehingga menjadi sumber epistaksis anterior.
• Sedangkan pada epistaksis posterior pleksus yang bertanggung jawab adalah pleksus
Woodruf yang terbentuk dari anastomosis a.maksilaris interna dari ujung
a.sfenopalatina dan a.faringeal asenden. Pleksus ini terletak di posterior dari konka
media
Drainase vena
Persarafan Hidung

• Pada persarafan yang terlibat langsung adalah saraf kranial pertama yaitu
n.olfaktorius yang turun melalui lamina kribosa dan permukaan bawah bulbus
olfaktorius dan berakhir pada sel-sel reseptor penghidu.
• Divisi oftalmikus dan maksilaris dari n.trigeminus berfungsi untuk impuls
sensorik lainnya, n.fasialis untuk gerakan otot-otot pernafasan pada hidung luar, dan
sistem saraf otonom.
• Ganglion sfenopalatina selain memberikan persarafan sensoris juga memberikan
persarafan vasomotor untuk mukosa hidung, menerima serabut-serabut sensoris dari
n.maksila, serabut parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan serabut-
serabut simpatis dari n.petrosus profundus.
• Ganglion ini terletak di belakang dan sedikit di ujung posterior konka media.
Sinus Paranasal
• Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang-tulang kepala, sehingga
terbentuk rongga di dalam tulang. Semua sinus memiliki muara atau ostium ke
dalam rongga hidung.
• Terdapat 4 pasang sinus paranasal, mulai dari yang terbesar yaitu sinus maksila,
sinus frontal, sinus etmoid dan sinus sphenoid kanan dan kiri.
• Ada 2 golongan besar sinus paranasalis, yaitu golongan anterior sinus
paranasalis, yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis anterior, dan sinus
maksilaris. Serta golongan posterior sinus paranasalis, yaitu sinus
etmoidalis posterior dan sinus sfenoidalis
1. Sinus Maksilaris
• Sinus maksilaris (Antrum of Highmore) adalah sinus yang pertaama berkembang.
Struktur ini pada umumnya berisi cairan pada kelahiran.
• Pertumbuhan dari sinus ini adalah bifasik dengan pertumbuhan selama 0-3 tahun
dan 7-12 tahun.
• Sinus maksilaris orang dewasa berbentuk piramida dan mempunyai volume kira-
kira 15 ml (34 x 33 x 23 mm).
• Tiap sinus tersebut mempunyai bentuk pyramidalis dengan apex mengarah ke
lateral dan basis di profundus dari dinding lateral cavitas nasi yang berdekatan.
• Dinding medial atau basis sinus maxillaris dibentuk oleh maxilla, dan oleh bagian-
bagian concha nasalis inferior tulang palatinum yang berada di atas hiatus
maxillaris.
• Bukaan sinus maxillaris berada di dekat puncak basisnya, di dalam pusat hiatus
semilunaris, yang membuat suatu saluran pada dinding lateral meatus nasi medius
2. Sinus Etmoid
• Sinus etmoid adalah struktur yang berisi cairan pada bayi yang baru dilahirkan. Selama masih
janin perkembangan pertama sel anterior diikuti oleh sel posterior. Sel tumbuh secara
berangsur-angsur sampai usia 12 tahun. Sel ini tidak dapat dilihat dengan sinar x sampai usia
1 tahun.
• Sel etmoid bervariasi dan sering ditemukan di atas orbita, sfenoid lateral, ke atap maksila dan
sebelah anterior diatas sinus frontal. Peyebaran sel etmoid ke konka disebut konka bullosa.
• Bentuk ethmoid seperti piramid dan diabgi menjadi sel multipel oleh sekat yang tipis
• Sebelah anterior posterior agak miring (15o). 2/3 anterior tebal dan kuat dibentuk oleh os
frontal dan foveola etmoidalis. 1/3 posterior lebih tinggi sebelah lateral dan sebelah medial
agak miring ke bawah ke arah lamina kribiformis.
• Sel di bagian anterior menuju lamela basal. Pengalirannya ke meatus media melalui
infundibulum etmoid. Sel yang posterior bermuara ke meatus superior dan berbatasan
dengan sinus sfenoid.
3. Sinus Frontalis
• Sinus frontalis sepertinya dibentuk oleh pergerakan ke atas dari sebagian besar
sel-sel etmoid anterior. Os frontal masih merupakan membran pada saat
kelahiran dan mulai mengeras sekitar usia 2 tahun. Perkembangan sinus mulai
usia 5 tahun dan berlanjut sampai usia belasan tahun.

• Tiap sinus frontalis bermuara pada dinding lateral meatus nasi medius melalui
ductus frontonasalis, yang menembus labyrinth ethmoidalis dan kontinyu
dengan infundibulum ethmoidale pada ujung depan hiatus similunaris.
4. Sinus Sfenoidalis
• Sinus sfenoidalis sangat unik karena tidak terbentuk dari kantong rongga hidung.
Sinus ini dibentuk dalam kapsul rongga hidung dari hidung janin.
• Sinus sphenoidalis, satu pada tiap sisi di dalam corpus tulang sphenoidale,
membuka ke dalam atap cavitas nasi melalui apertura pada dinding posterior
recessus sphenoethmoidalis
• Apertura tersebut terletak tinggi pada dinding anterior sinus sphenoidalis.
• Sinus sphenoidalis mempunyai hubungan:
Ke atas dengan cavitas cranii, terutama denganglandula pituitaria dan ke chiasma
opticum
ke lateral, dengan cavitas cranii, khususnya ke sinus cavernosus; dan
ke bawah dan ke depan, dengan cavitas nasi.
Mukosa Sinus Paranasal
• Sinus-sinus ini dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang berkesinambunagn dengan
mukosa di rongga hidung. Epitel sinus ini lebih tipis dari epitel hidung.
• Ada 4 tipe sel dasar, yaitu epitel torak bersilia, epitel torak tidak bersilia, sel basal dan sel
goblet.
-Sel tidak bersilia ditandai oleh mikrovili yang menutupi daerah apikal sel dan
berfungsi untuk meningkatkan area permukaan.
-Fungsi sel basal belum diketahui. Beberapa teori menjelaskan bahwa sel basal
dapat bertindak sebagai suatu sel stem.
-Sel goblet memproduksi glikoprotein yang berfungsi untuk viskositas dan elastisitas
mukosa. Sel goblet dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis dimana rangsangan
saraf parasimpatis menhasilkan mukus yang kental dan rangsangan saraf simpatis bekerja
sebaliknya.
• Lapisan epitel disokong oleh suatu dasar membran yang tipis, lamina propia, dan periosteum.
EMBRIOLOGI
HIDUNG
Embriologi
• Perkembangan rongga hidung secara
embriologi yang mendasari pembentukan
anatomi sinonasal dapat dibagi menjadi dua
proses.
• Pertama, embrional bagian kepala
berkembang membentuk dua bagian
rongga hidung yang berbeda ;
• kedua adalah bagian dinding lateral
hidung yang kemudian berinvaginasi
menjadi kompleks padat, yang dikenal
dengan konka (turbinate), dan membentuk
ronga-rongga yang disebut sebagai sinus
Minggu ke 3
• Selama minggu ketiga kehamilan, sel ektodermal di bagian belakang dari embrio
berkembang biak dan bermigrasi medial dan caudally untuk membentuk
notochordal.
• Secara bersamaan, dimodifikasi ektodermal sel invaginate di garis tengah dari
lapisan primitif ekor.
• Mereka kemudian bermigrasi antara ektodermal dan lapisan endodermal.
• Juga pada minggu ketiga, ektoderm dan endoderm dari cephalic menjadi ikut,
membentuk membrane buccopharyngeal, yang merupakan batas depan dari
foregut primitif.
• Pada akhir mingguketiga, alur saraf garis tengah berkembang sepanjang
permukaan dorsal embrio. Ini alur kemudian mengental, memperdalam, dan
membentuk tabung saraf, akhir cephalic yang menjadi vesikel otak primer.
Minggu ke-4
• Sejak kehamilan berusia empat hingga delapan minggu , perkembangan embrional
anatomi hidung mulai terbentuk dengan terbentuknya rongga hidung sebagai
bagian yang terpisah yaitu daerah frontonasal dan bagian pertautan prosesus
maksilaris.
• Daerah frontonasal nantinya akan berkembang hingga ke otak bagian depan,
mendukung pembentukan olfaktori.
• Bagian medial dan lateral akhirnya akan menjadi nares (lubang hidung).
• Septum nasal berasal dari pertumbuhan garis tengah posterior frontonasal dan
perluasan garis tengah mesoderm yang berasal dari daerah maksilaris
Minggu ke 6-9
• Ketika kehamilan memasuki usia enam minggu, jaringan mesenkim mulai
terebentuk, yang tampak sebagai dinding lateral hidung dengan struktur yang
masih sederhana.
• Usia kehamilan tujuh minggu, tiga garis axial berbentuk lekukan bersatu
membentuk tiga buah konka (turbinate).
• Ketika kehamilan berusia sembilan minggu, mulailah terbentuk sinus maksilaris
yang diawali oleh invaginasi meatus media. Dan pada saat yang bersamaan
terbentuknya prosesus unsinatus dan bula ethmoidalis yang membentuk suatu
daerah yang lebar disebut hiatus semilunaris
Minggu ke 14 - 36
• Pada usia kehamilan empat belas minggu ditandai dengan pembentukan sel
etmoidalis anterior yang berasal dari invaginasi bagian atap meatus media dan sel
ethmoidalis posterior yang berasal dari bagian dasar meatus superior.
• Dan akhirnya pada usia kehamilan tiga puluh enam minggu , dinding lateral
hidung terbentuk dengan baik dan sudah tampak jelas proporsi konka.
• Seluruh daerah sinus paranasal muncul dengan tingkatan yang berbeda sejak anak
baru lahir, perkembangannya melalui tahapan yang spesifik. Yang pertama
berkembang adalah sinus etmoid, diikuti oleh sinus maksilaris, sfenoid , dan sinus
frontal.
Mikrobiologi Hidung
- Bakteri yang paling sering Staphylococcus aureus dan epidermidis
- Paling ujung pangkal hidung dijumpai Branhamella catarrhalis (Coccus Gram negatif) dan
haemophilus ifluenzae (Batang Gram negatif).
- Kuman yang menetap dihidung dan mungkin perineum adalah Staphylococcus aureus.
- Sistem imun : spesifik dan non spesifik
- Sekresi khusus pada lendir hidung menahan dan menyapu sekitar 80-90% mikroorganisme
- Cilia, bulu halus pada saluran nafas mengeluarkan mikroba patogen/racun keluar tubuh
- Cairan mukus yg lengket pada saluran nafas dan pencernaan, mengandung enzim lisosim yg
membunuh bakteri gram positif
- Mikroba yang berhasil mengatasi rintangan ini dan sampai di alveoli akan dimakan oleh
fagosit.
- Bakteri tsb (flora normal) memproduksi bacteriocidin, defensin, protein kation, dan laktoferin
membunuh bakteri lain untuk berkompetisi hidup dlm tubuh
- Bila terjadi ketidak seimbangan jumlah bakteri dalam tubuh, maka bakteri tertentu normal
manjadi patogen, misalnya pengaruh obat, penyakit dsbnya (oportunis).
Referensi
• Gray’s basic anatomy international ed.
• Netter’s atlas of human anatomy 6th ed.
• Sobotta atlas of anatomy 15th ed.
• Walsh WE.,Kern RC. In : Head and Neck Surgery-Otolaryngology, Vol I, 4
• Soetjipto D., Wardani RS.2007. Hidung. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung
• Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Keenam. Jakarta : FK UI, hal : 118-122.

Anda mungkin juga menyukai